relevansi pancasila sebagai idiologi bangsa indonesia

Upload: hanifa-tsany-hasna

Post on 29-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Artikel Ilmiah

TRANSCRIPT

RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI BANGSA INDONESIA Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah: Pendidikan PancasilaDosen Pengampuh: Y.Ch. Nany S., M. Si

Disusun oleh :Hanifa Tsany [email protected]

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMIFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2012

RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI BANGSA INDONESIA Hanifa Tsany Hasna11404241047Pendidikan Ekonomi [email protected]

ABSTRAKPancasila merupakan idiologi bangsa Indonesia, yang artinya Pancasila merupakan perwujudan cita-cita dari masyarakat Indonesia. Dalam operasionalisasi Pancasila tidak dilakukan secara langsung, melainkan melalui perangkat hukum dan perundang-undangan yang akan menjadi tolak ukur tingkah laku warga negara Indonesia. Seiring berjalannya waktu, banyak perubahan yang terjadi pada masyarakat Indonesia hingga muncullah anggapan bahwa Pancasila sudah tidak relevan lagi sebagai Idiologi bangsa Indonesia karena dianggap sudah tidak bisa menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia. Namun sesungguhnya permasalahan-permasalahan tersebut terjadi bukan karena Pancasila sudah tdiak relevan lagi, melainkan karena masyarakat Indonesia sendirilah yang sudah tidak bisa memaknai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Indonesia masih sangat membutuhkan Pancasila, karena Pancasila merupakan idiologi yang mampu menyatukan masyarakat Indonesia yang sangat heterogen. Sehingga penggantian idiologi bukanlah sebuah penyelesaian yang tepat dalam menghadapi segala persoalan itu, melainkan dengan cara total dalam mengaplikasikan Pancasila, melalui Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Acting. Dengan demikian, diharapkan masyarakat Indonesia dapat memaknai nilai-nilai Pancasila secara utuh, sehingga permasalahan-permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan Indonesia bisa menjadi sebuah negara yang berdaulat, sejahtera, dan damai di tengah keheterogenan masyarakatnya sesuai cita-cita bangsa Indonesia yang tercermin dalam Pancasila.Kata kunci: Idiologi, PancasilaPENDAHULUANMemasuki zaman penuh persaingan seperti sekarang ini, pancasila yang merupakan dasar negara dan idiologi bangsa Indonesia mulai terasa luntur nilai-nilainya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Bahkan tak sedikit generasi muda yang tidak hafal 5 butir sila dalam Pancasila. Sungguh sangat ironis, padahal Pancasila merupakan idiologi bangsa Indonesia yang terbentuk dari budaya bangsa Indonesia sendiri yang didalamnya terdapat cita-cita dan nilai-nilai mendasar bangsa Indonesia.Dan seiring berjalannya waktu perubahan-perubahan banyak terjadi pada masyarakat bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang dahulu menjunjung tinggi toleransi antar masyarakat Indonesia, kini mulai menitikberatkan kepentingan golongan bahkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan negara. Upaya-upaya pergeseran Pancasila sebagai idiologi bangsa juga sudah dirasakan sejak lama. Salah satunya adanya upaya pengubahan Indonesia menjadi negara yang berlandaskan pada suatu agama tertentu. Hal ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang juga dapat mengancam kesatuan Indonesia. Permasalahan ini semakin bertambah buruk ketika terjadi pengkotak-kotakkan dalam masyarakat, seperti adanya sekolah internasional untuk anak pejabat, sekolah khusus anak Arab, sekolah khusus warga Tionghoa, sekolah khusus untuk agama tertentu, dan sebagainya. Jelas ada yang keliru dari kebijakan pendidikan di Indonesia sehingga menyebabkan warga Indonesia tidak cair/ menyatu lagi seperti dulu.Hingga akhirnya, permasalahan ini memunculkan banyak pendapat mengenai relevansi Pancasila sebagai idiologi bangsa Indonesia pada masa sekarang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji kerelevanan Pancasila sebagai Idiologi bangsa Indonesia di masa sekarang dengan memaparkan permasalahan-permasalahan apa saja yang akhirnya memunculkan anggapan bahwa Pancasila sudah tidak relevan lagi sebagai Idiologi bangsa Indonesia.

PEMBAHASANPancasila Sebagai Idiologi Bangsa IndonesiaIdeologi dapat diartikan sebagai ajaran, doktrin, atau ilmu yang diyakini kebenarannya, disusun secara sistematis, dan diberi petunjuk pelaksanaanya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Fungsi Ideologi Dalam Suatu Negara1. Struktur Kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian di alam sekitar.2. Orientasi Dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.3. Norma-norma, yang menjadi pedoman pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak.4. Bekal dan Jalan, bagi seseorang untuk menemukan identitasnya, kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.5. Pendidikan, bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung didalamnya.(Feira, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2105602-makna-pancasila-sebagai-dasar-negara/, akses hari Selasa,12 Juni 2012 pukul 13.24).Pancasila jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar, bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh karenanya ideologi tersebut tidak langsung bersifat operasional, masih harus dieksplisitkan, dijabarkan melalui penafsiran yang sesuai dengan konteks jaman. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki ideologi-ideologi idealitas, normative dan realities. Operasionalisasi Pancasila berlangsung melalui perangkat hukum dan perundang-undangan pada berbagai tingkatan, sesuai dengan sistem yang kita kembangkan. Peraturan hukum dan perundang-undangan ini menjadi tolak ukur untuk menilai tingkah laku warga negara, bukan idiologi itu sendiri dalam rumusan Pancasila secara langsung sebagai senjata pamungkas. Idiologi Pancasila adalah sumber hukum, dan segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang merupakan penjabaran bagi pelaksanaannya dirumuskan dan ditegakkan atas dasar sumber hukum itu. Sebagai idiologi terbuka, Pancasila terbuka terhadap kemungkinan pelaksanaannya sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Ini dimungkinkan oleh adanya perangkat hukum dan perundang-undangan yang dari waktu ke waktu jika perlu dapat diubah, ditambah, dikurangi, atau diganti sama sekali sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman itu. (Djiwandono, 1995:16-19) Permasalahan yang Memunculkan Anggapan Pancasila Sudah Tidak RelevanSeperti yang kita ketahui, sekarang ini banyak sekali pembahasan-pembahasan mengenai permasalahan relevansi Pancasila sebagai idiologi bangsa Indonesia di masa sekarang. Anggapan-anggapan ini muncul karena ada beberapa hal yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila sebagai idiologi bangsa. Adapun permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:1. Pertentangan Pluralisme dan PancasilaPluralisme merupakan sebuah paham yang menjunjung tinggi keadilan, dalam paham plralisme setiap hal yang ada di dunia ini harus dianggap sama, tidak boleh ada yang dianak tirikan dan tidak boleh ada yang dianak emaskan. Pluralisme dalam sektor sosial dianggap sebagai hal yang mendasari Pancasila, dan tersimpul dalam istilah Bhinneka Tunggal Ika. Pluralisme juga dianggap sebagai batang tubuh dari keindonesiaan kita yang telah digemakan salah satunya oleh Soekarno. Pluralisme dikesankan sebagai paham yang sejalan dengan ideologi Pancasila.Namun apabila kita mengkaji pluralisme dalam sisi keagamaan akan banyak menimbulkan permasalahan. Dengan pemikiran bahwa semua agama harus dianggap benar, maka dalam pluralisme tidak boleh ada agama yang dianggap sesat. Semua agama, termasuk (aliran) agama yang (dianggap) sesat seperti aliran Ahmadiyah, kelompok Salamullah (Lia Eden), Persekuan Doa Sion Kota Allah, Children of God atau bahkan Church of Satan sekalipun tidak boleh diperlakukan berbeda atau dihambat perkembangannya. Perkara apakah agama itu adalah agama monotheisme atau bukan, tidak relevan dipersoalkan.Pemikiran seperti itu tidak mungkin diterapkan di Indonesia selama negara ini masih berpegang pada Pancasila. Salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari Pancasila adalah monotheisme. Artinya, melalui Pancasila (yang dikuatkan juga oleh pasal 29 ayat 1 UUD 1945) Republik ini telah ditetapkan sebagai negara monotheisme.Konsekuensi sebagai negara monotheisme adalah hanya agama-agama (yang dianggap) monotheisme saja yang dapat diakui. Agama-agama non-monotheisme tidak diakui meskipun kepada agama lokal yang telah eksis jauh sebelum masuknya agama-agama yang diakui. Sejauh ini pemerinah hanya mengakui 6 agama saja, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Chu.Menerima Pancasila berarti menerima kondisi yang tidak mendukung pluralisme. Selama Pancasila masih diakui sebagai ideologi dan dasar negara, maka gembar-gembor tentang pluralisme dan kebebasan beragama sebenarnya hanya omong kosong belaka. Sebaliknya jika pluralisme benar-benar menjadi pilihan bangsa ini, maka Pancasila yang membatasi kebebasan beragama sudah tidak relevan lagi sebagai ideologi. Karena itu, selama Pancasila masih diakui sebagai ideologi negara, maka seharusnya pluralisme menjadi paham yang terlarang. (Anonim, http://ganryukg.wordpress.com/2012/05/02/pluralisme-sebagai-paham-yang-bertentangan-dengan-ideologi-pancasila/, diakses pada hari Sabtu, 16 Juni 2012 pukul19.22).

2. Upaya Penggeseran Pancasila Sebagai Idiologi BangsaPada masa orde barubanyak kalangan yang merasa diperlakukan tak adil, sehingga memunculkan upaya untuk menggeser Pancasila serta menggantinya dengan ideologi baru. Sebetulnya keinginan pihak-pihak tertentu untuk merubah Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara sudah terjadi sejak lama, yaitu jauh sebelum reformasi. Kelompok teroris, ekstremis dan kaum liberalis bisa menjadi contoh upaya menggeser Pancasila sebagai dasar dan falsafah Pancasila. Salah satu kasusnya adalah adanya keinginan segelintir orang untuk mengubah Indonesia menjadi negara yang berlandaskan suatu agama tertentu (NII). Dan peristiwa G30S/PKI yang juga merupakan upaya pergeseran idiologi Pancasila.(Kinasih, http://kabatkm13.com/blog/keraguan-pada-relevansi-pancasila/, diakses pada hari Sabtu, 16 Juni 2012 pukul 20.03).

3. Korupsi, Kesenjangan Sosial dan Kerusuhan Mengatasnamakan SARA Menunjukkan Pendidikan Moral Pancasila Tidak Mengatasi Masalah TersebutRelevansi Pancasila Sebagai Idiologi Bangsa Indonesia di Masa SekarangDari beberapa permasalahan menyangkut relevansi Pancasila yang telah dipaparkan, penulis menggagas bahwasanya permasalahan-permasalahan yang timbul tersebut bukan karena Pancasila sudah tidak relevan lagi sebagai idiologi bangsa Indonesia, melainkan karena mereka tidak menerapkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.Pemahaman progresif seperti ini hanya dipahami sampai tuntas jika Pancasila selalu dimengerti dalam makna proses, sebagaimana digarisbawahi oleh Goenawan Mohamad, Kita membutuhkan Pancasila kembali karena ia merupakan proses negosiasi terus menerus dari sebuah bangsa yang tak pernah tunggal, tak sepenuhnya bisa eka, dan tak ada yang bisa sepenuhnya meyakinkan bahwa dirinya, kaumnya, mewakili sesuatu yang Mahabenar. Kita membutuhkan Pancasila kembali karena kita hidup di sebuah zaman yang makin menyadari ketidaksempurnaan nasib manusia.Ketidaksempurnaan nasib manusia, pada kenyataannya merupakan motif lain untuk menjawab pertanyaan, Mengapa kita membutuhkan Pancasila??. Dalam ketidaksempurnaan bangsa yang plural ini, Pancasila hadir sebagai penunjuk arah pelayaran bangsa Indonesia mencari kemerdekaan. Sebuah arung yang tak akan pernah selesai lantaran kemerdekaan selalu dimaknai dalam proses bukan bebas dari melainkan bebas untuk. (Seran, http://gagasanhukum.wordpress.com/2012/03/19/pancasila-dan-demokrasi-indonesia/, diakses pada hari Sabtu, 16 Juni 2012 pukul21.17).Persoalannya, dalam tataran penegakan hukum, misalnya, para penegak hukum belum tiba pada pemahaman bebas untuk mengatasi permasalahan semisal korupsi. Penegak hukum selalu tersandung tudingan dan teriakan yang mengakibatkan runtuhnya bangunan kepercayaan publik terhadap kinerja mereka.Sementara permasalahan pertentangan Pluralisme dengan Pancasila itu sebenarnya karena perubahan yang terjadi pada bangsa Indonesia sendiri yang akhirnya banyak terbentuk aliran-aliran agama yang baru. Dalam hal ini memang Pancasila sudah tidak relevan lagi dengan persoalan keheterogenan agama masyarakat Indonesia, karena Pancasila sendiri bersifat monotheisme. Namun, tidak ada lagi idiologi yang mampu menaungi kemajemukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila harus berperan sebagai penengah dalam kasus untuk menghindari konflik masyarakat yang lebih parah lagi.Sedangkan permasalahan upaya pergeseran Pancasila ini terjadi karena ada segelintir masyarakat yang merasa tidak diperlakukan sesuai nilai-nilai Pancasila seperti keadilan yang begitu sulit untuk diangkat ketika masa kepemimpinan presiden Soeharto. Sehingga mereka mengupayakan penggeseran idiologi Pancasila, namun permasalahan ini dapat diselesaikan dengan pengaplikasian nilai-nilai Pancasila secara riil kepada seluruh masyarakat Indonesia agar tercipta suatu keadilan yang sesungguhnya.Upaya Mempertahankan PancasilaDalam mempertahankan ideologi Pancasila, Upaya untuk mempertahankannya dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :1. Menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila2. Melaksanakn ideologi Pancasila secara konsisten3. Menempatkan Pancasila sebagai sumber hukum dalam pembuatan peraturan perundangan nasional4. Menempatkan Pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia(Kinasih, http://kabatkm13.com/blog/keraguan-pada-relevansi-pancasila/, diakses pada hari Sabtu, 16 Juni 2012 pukul 20.03)Untuk menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya ada 3 tahap yang harus dilalui agar Pancasila benar-benar dapat diaplikasikan secara total, yaitu:1. Moral Knowing, yaitu mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.2. Moral Feeling, yaitu tahap merasakan apakah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila apakah memiliki nilai yang universal dan tidak bertentangan dengan segala hal. Untuk membuat kita percaya maka kita harus merasakan sendiri, karena Feeling is Believing.3. Moral Acting, yaitu menerapkan nilai-nilai dari Pancasila dalam setiap tindakan yang kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya setelah kita melalui Moral Knowing dan Moral Feeling.(PMII, http://pmiialghazali.blogspot.com/2012/02/kesaktian-pancasila-jilid-2-pancasila.html, diakses pada hari Sabtu, 16 Juni 2012 pukul 22.31)

KESIMPULANPancasila masih relevan untuk menjadi idiologi bangsa Indonesia karena Pancasila memang satu-satunya idiologi yang mampu menaungi keheterogenan masyarakat Indonesia. Permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini hanya merupakan dampak dari ketidakpahaman masyarakat Indonesia akan makna dari nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya. Sehingga solusi dari segala permasalahan ini bukanlah penggantian Pancasila sebagai idiologi bangsa Indonesia melainkan bagaimana cara kita membuat masyarakat Indonesia bisa memaknai dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam keseluruhan hidupnya, yaitu melalui Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral Acting.

DAFTAR PUSTAKAAnonimous. 2012. Pluralisme Sebagai Paham yang Bertentangan dengan IdeologiPancasila, http://ganryukg.wordpress.com/2012/05/02/pluralisme-sebagai-paham-yang-bertentangan-dengan-ideologi-pancasila/, diakses pada hari Sabtu, 16 Juni 2012 pukul19.22.Djiwandono, J. Soedjati. 1995. Setengah Abad Negara Pancasila. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. Feira. 2011. Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Idiologi Negara, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2105602-makna-pancasila-sebagai-dasar-negara/, akses hari Selasa,12 Juni 2012 pukul 13.24.Kinasih. 2012. Keraguan Pada Relevansi Pancasila, http://kabatkm13.com/blog/keraguan-pada-relevansi-pancasila/, diakses pada hari Sabtu, 16 Juni 2012 pukul 20.03. Kartohadiprodjo, S. 1986. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bandung: Bina Cipta.Oesman, Oetojo dan Alfian. 1990. Pancasila Sebagai Idiologi. Jakarta: Perum Percetakan Negara RIPMII. 2012. Kesaktian Pancasila Jilid 2: Pancasila Dan Gempuran Globalisasi, http://pmiialghazali.blogspot.com/2012/02/kesaktian-pancasila-jilid-2-pancasila.html, diakses pada hari Sabtu, 16 Juni 2012 pukul 22.31.Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.Seran, Milton. 2012. Pancasila Dan Demokrasi Indonesia, http://gagasanhukum.wordpress.com/2012/03/19/pancasila-dan-demokrasi-indonesia/, diakses pada hari Sabtu, 16 Juni 2012 pukul21.17.

4