relevansi opini bpk, menyoal integritas entitas...

2
Relevansi Opini BPK, Menyoal Integritas Entitas Pemerintahan Pemerintah pusat perlu berbangga atas keberhasilan dan pencapaiannya dalam mendapatkan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari Badan Pemeriksa Keuangan. Capaian ini berhasil diraih oleh pemerintah pusat untuk pertama kalinya dalam jangka waktu 12 tahun terakhir seperti yang disampaikan Sri Mulyani saat membuka Rapat Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah 2016. Namun, dari tabel rincian opini BPK dapat dilihat dua Kementrian Lembaga yang mendapatkan opini BPK 2 tahun berturut turut yaitu pada tahun 2016 dan 2017. Kedua Kementrian Lembaga tersebut adalah Kemen- trian Kelautan dan Perikanan; dan juga Badan Keamanan Laut yang nomen- klaturnya baru mulai pada tahun 2016. Lalu mengapa kedua LKKL itu mendapatkan TMP? Sekretaris Jenderal BPK Bahtiar Arif mengatakan, ada sejumlah penyebab 2 LKKL tersebut diberi TMP. Dia menganalogikan, pemeriksaan yang dilakukan BPK merupakan pemeriksaan umum (general check up) di bidang kesehatan. Pertama, TMP diberikan karena lembaga itu menolak untuk memberikan 'darahnya'. Kondisi kedua, ada keanehan pada objek yang diperiksa. Sehingga, pemeriksa tidak memiliki keyakinan untuk memberikan opini. Adapun, beliau mengatakan, ada juga yang terjadi pada analogi kedua. Di BPK, mengenal adanya batas maksimal kesalahan. Kalau nilai temuan di atas dari itu pemeriksa tidak memiliki keyakinan. Bahtiar menam- bahkan, kondisi ini serupa dengan terjadi di Kementerian yang dipimpin oleh Susi Pudjiastuti. "Di KKP kurang lebih sama jadi banyak persoalan di persediaan, aset tetap, belanja untuk memperoleh persediaan, yang menjadi persoalan sehingga pemeriksa tak memiliki keyakinan untuk menyatakan pendapat," ujar dia. Temuan-temuan signifikan pada pemeriksaan LK KKP tahun 2017 yang berdampak terhadap opini antara lain: 1. Persediaan minimal sebesar Rp 38,28 milliar tidak diyakini kewajarannya. 2. Nilai buku aset tetap diragukan sebesar Rp 556,99 miliar yang terdiri. 3. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) sebesar Rp 199,88 miliar. BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat tentang nilai tersebut di atas posisi per 31 Desember 2017, karena tidak tersedia data dan informasi pada satuan kerja terkait. Sebagai akibat- nya, BPK tidak dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian terhadap angka tersebut di atas. Aset Lainnya sebesar Rp 37,26 milliar tidak diyakini kewajarannya meliputi aset tak berwujud berupa paten dan hasil kajian yang tidak didukung dokumen serta utang epada pihak ketiga atas pengadaan kapal. Hasil pemeriksaan BPK atas kondisi kapal dan dokumentasi Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, kapal tersebut tidak sesuai spesifikasi teknis dan tidak tersedia data rincian harga satuan untuk setiap komponen dalam kontrak. BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat tentang nilai tersebut. Sebagai akibatnya, BPK tidak dapat menentukan penyesuaian yang diperlukan terhadap angka tersebut . Oleh: Jeremy Haposan Pardede

Upload: vutuyen

Post on 28-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Relevansi Opini BPK, Menyoal Integritas Entitas Pemerintahanbakpknstan.com/wp-content/uploads/2018/12/Jeremy-Haposan-Pardede.pdf · belanja untuk memperoleh persediaan, yang menjadi

Relevansi Opini BPK, Menyoal Integritas Entitas

PemerintahanOleh: Jeremy Haposan Pardede

Pemerintah pusat perlu berbangga atas keberhasilan dan pencapaiannya dalam mendapatkan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari Badan Pemeriksa Keuangan. Capaian ini berhasil diraih oleh pemerintah pusat untuk pertama kalinya dalam jangka waktu 12 tahun terakhir seperti yang disampaikan Sri Mulyani saat membuka Rapat Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah 2016. Namun, dari tabel rincian opini BPK dapat dilihat dua Kementrian

Lembaga yang mendapatkan opini BPK 2 tahun berturut turut yaitu pada tahun 2016 dan 2017. Kedua Kementrian Lembaga tersebut adalah Kemen-trian Kelautan dan Perikanan; dan juga Badan Keamanan Laut yang nomen-klaturnya baru mulai pada tahun 2016. Lalu mengapa kedua LKKL itu mendapatkan TMP?

Sekretaris Jenderal BPK Bahtiar Arif mengatakan, ada sejumlah penyebab 2 LKKL tersebut diberi TMP. Dia menganalogikan, pemeriksaan yang dilakukan BPK merupakan pemeriksaan umum (general check up) di bidang kesehatan. Pertama, TMP diberikan karena lembaga itu menolak untuk memberikan 'darahnya'.

Kondisi kedua, ada keanehan pada objek yang diperiksa. Sehingga, pemeriksa tidak memiliki keyakinan untuk memberikan opini.

Adapun, beliau mengatakan, ada juga yang terjadi pada analogi kedua. Di BPK, mengenal adanya batas maksimal kesalahan. Kalau nilai temuan di atas dari itu pemeriksa tidak memiliki keyakinan. Bahtiar menam-bahkan, kondisi ini serupa dengan terjadi di Kementerian yang dipimpin oleh Susi Pudjiastuti."Di KKP kurang lebih sama jadi banyak persoalan di persediaan, aset tetap, belanja untuk memperoleh persediaan, yang menjadi persoalan sehingga pemeriksa tak memiliki keyakinan untuk menyatakan pendapat," ujar dia.

Temuan-temuan signi�kan pada pemeriksaan LK KKP tahun 2017 yang berdampak terhadap opini antara lain:

1. Persediaan minimal sebesar Rp 38,28 milliar tidak diyakini kewajarannya.

2. Nilai buku aset tetap diragukan sebesar Rp 556,99 miliar yang terdiri.

3. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) sebesar Rp 199,88 miliar.

BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat tentang nilai tersebut di atas posisi per 31 Desember 2017, karena tidak tersedia data dan informasi pada satuan kerja terkait. Sebagai akibat-nya, BPK tidak dapat menentukan apakah diperlukan penyesuaian terhadap angka tersebut di atas.

Aset Lainnya sebesar Rp 37,26 milliar tidak diyakini kewajarannya meliputi aset tak berwujud berupa paten dan hasil kajian yang tidak didukung dokumen serta utang epada pihak ketiga atas pengadaan kapal.

Hasil pemeriksaan BPK atas kondisi kapal dan dokumentasi Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) Kementerian Kelautan dan Perikanan, kapal tersebut tidak sesuai spesi�kasi teknis dan tidak tersedia data rincian harga satuan untuk setiap komponen dalam kontrak. BPK tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan tepat tentang nilai tersebut. Sebagai akibatnya, BPK tidak dapat menentukan penyesuaian yang diperlukan terhadap angka tersebut .

Oleh: Jeremy Haposan Pardede

Page 2: Relevansi Opini BPK, Menyoal Integritas Entitas Pemerintahanbakpknstan.com/wp-content/uploads/2018/12/Jeremy-Haposan-Pardede.pdf · belanja untuk memperoleh persediaan, yang menjadi

Realisasi belanja barang sebesar Rp 164,42 miliar tidak diyakini kewajarannya, meliputi:

Kelemahan pengendalian dalam perencanaan, pelak-sanaan dan pertanggung-jawaban belanja pengadaan kapal, Pengadaan kapal tidak sesuai KAK di mana menurut KAK sebanyak 755 unit namun terkontrak 785 unit, 12 unit kapal tidak mendapat kuota mesin (Pengadaan kapal sejumlah 755 unit sedangkan mesin

sebanyak 743 unit)

Realisasi belanja pengadaan kapal sebesar Rp 25,00 milliar yang pemba-yarannya berdasarkan jumlah unit kapal yang telah selesai dan diterima dengan harga per unit sesuai kontrak. Hasil pemeriksaan BPK atas kondisi kapal, dokumentasi Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Biro Klas-i�kasi Indonesia, kapal tersebut tidak sesuai spesi�kasi teknis dan tidak tersedia data rincian harga satuan untuk setiap komponen dalam kon-

trak.

Pelaksanaan pekerjaan tidak didukung dengan konsultan

pengawas, dll.

Kementrian Kelautan dan Perikanan memiliki tugas rumah yang cukup berat jika ingin meru-bah keadaan saat ini. Memang, opini WTP tidak menjamin tidak adanya suatu tindakan penyelewengan seperti korupsi. Beberapa entitas yang memperoleh WTP bahkan memilki masalah berkaitan dengan korupsi. Misal Kementerian Agama yang mendapat WTP, belakangan ditemukan korupsi. Hal sama terjadi di beberapa entitas pemerintah. Kasus korupsi pada entitas yang berpredikat WTP perlahan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada BPK. Pandangan masyarakat pada audit yang masih rendah juga sangat berpengaruh pada tingkat kepercayaan tersebut. BPK memeriksa laporan keuangan entitas pemerintah dengan tujuan memberi opini atas kewajaran laporan keuangan. Agar laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar pengambi-lan keputusan, maka harus disusun sesuai standar akuntansi. Opini WTP diberikan jika dalam segala hal yang material, laporan keuangan sudah sesuai standar akuntansi keuangan yang berlaku. Sedang WDP jika ada ketidaksesuaian material satu atau beberapa pos laporan keuangan namun tidak mempengaruhi kewajarannya secara keseluruhan. Sementara, opini TW jika laporan keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang sangat material atau sangat menyesat-kan sehingga tak menyajikan secara wajar. TMP atau disclaimer jika auditor dibatasi geraknya, tak bisa mengumpulkan bukti audit secara sangat material sehingga kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan diragukan. Keterbatasan auditor dalam memeriksa banyaknya dokumen pada suatu entitas menjadi penghalang alami yang membuat suatu opini WTP terkadang dapat saja kurang tepat diberikan. Karena banyak sekali faktor dalam lapangan yang membuat suatu keadaan dimana BPK luput perhatian dari risiko yang ada seperti praktik penyimpangan di lingkungan yang koruptif dan kolutif. Akhir kata, opini WTP hanyalah penilaian atas kewajaran laporan keuangan yang dihasilkan dari pemeriksaan keuangan, bukan jaminan tidak ada korupsi. Jika dimaksudkan untuk menemukan korupsi, maka lebih tepat melalui audit investigatif. Dan KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan) harus segera berbenah diri karena opini WTP yang bersifat kredibel saja dapat luput dari tindakan penyimpangan bagaimana dengan opini disclaimer?

Daftar Pustaka/Sumber terkait:bpk.go.idLaporan Hasil Pemeriksaan Pemerintah atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 2017https://�nance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4056077/ini-hasil-audit-bpk-yang-bikin-susi-ditegur-luhuthttps://news.detik.com/berita/d-3513210/bpk-opini-wtp-bukan-jaminan-tak-ada-korupsihttps://kumparan.com/@kumparanbisnis/kkp-dapat-opini-disclaimer-dari-bpk-berikut-laporan-lengkapnyahttps://m.kontan.co.id/news_analisis/opini-wtp-dan-korupsi?page=3https://nasional.kompas.com/read/2017/09/14/15051381/sri-mulyani-wtp-tak-jamin-bebas-korupsihttps://�nance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4046653/audit-bpk-beri-kkp-dan-bakamla-opini-disclaimer