relasi tasawuf, filsafat & ilmu kalam.pdf

Upload: quthb-muhammad

Post on 06-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 RELASI TASAWUF, FILSAFAT & ILMU KALAM.pdf

    1/9

  • 8/17/2019 RELASI TASAWUF, FILSAFAT & ILMU KALAM.pdf

    2/9

    | Kontemplasi Vol 01 No 02, Nopember 2013349

     

    akan sesuatu. Bagi kalangan mutakallimîn, akan mempergunakan dalil naql  dan

    ‗aql   guna menguji kebenaran sesuatu. Tulisan ini mencoba mengungkap relasi

    tasawuf, filsafat dan ilmu kalam.

    Pengertian Tasawuf, Filsafat & Kalam

    Terdapat beberapa versi dalam mendudukkan pengertian tasawuf, baik

    etimologi maupun teminologi. Secara etimologi, ada yang me-konotasikannya

    dengan ahl al-shuffat (  ونل مأ ) yang berarti sekelompok orang yang hidup

    di masa Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam di serambi-serambi mesjid dan

     banyak mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah Swt. Seperti yang

    dikutip oleh Ibrahîm Basuni dari Suhrawardi2. Namun penisbahan ini agaknya

    ditolak lanjut Basuni.

    Ada juga yang menghubungkan kata kata  s}u>fî dengan  s}u>f yang

     berarti bulu domba atau wol3 , namun menurut Harun Nasution adalah wol yang

    dimaksud adalah wol yang dipakai di zaman dahulu oleh orang miskin di Timur

    Tengah. Di zaman itu pakaian kemewahan adalah sutera. Orang sufi ingin hidup

    sederhana dan menjauhi hidup keduniawian dan kesenangan jasmani, dan untuk

    itulah mereka hidup sebagai seorang miskin dengan memakai wol kasar tersebut.4 

    Dalam literatur barat, istilah tasawuf dipergunakan dengan kata mysticism atau

     sufism. Namun untuk lebih identik dengan warna islam dan biar tidak bercampur

    dengan mysticism  barat ditambah dengan sifat islam sehingga menjadi  Islamic

     Mysticism. 

    Secara terminology, Ibrâhîm Basuni mendefeniskan tasawuf dengan:

    بالةدتحتدأإنلنودقة لنسج طرتلنوف

    صنلدوتد جندبهطنل5 

    2 Ibrâhîm Basuni, Nasy`at al-Tas}awwuf al-Isla>mi>, (Kairo: Dâr al-Ma`ârif, t. th.), h. 13 Asal kata shufî adalah فص yang berarti  ه شا  وأضل فل . Ibn Manzhûr,  Lisa>n al-

    ‘Arab , VCD. Pe-nisbat-an ini agaknya lebih dekat dan lebih disetujui oleh kebanyakan ulamaShufi seperti yang disinyalir oleh Ibrâhim Basuni,  Ibid.

    4  Harun Nasution,  Ibid, h. 71-72, Luwes Mesinyun dan Mushthafâ ‗Abd al-Râziq,  Al- Isla>m wa al-Tas}awwuf, (Kairo: Dâr al-Sya‘b, 1979), h. 14, Abû al-‗Âlî ‗Af îfî, Mutas}awwifû al-

     Isla>m, (t.tp.: t. p., 1946), h. 665 Ibrâhîm Basuni, Ibid., h. 28

  • 8/17/2019 RELASI TASAWUF, FILSAFAT & ILMU KALAM.pdf

    3/9

    350Zainal Arifin Purba, Relasi Tasawuf...|

     

    350

    Tasawuf adalah kebangkitan fitrî yang membawa jiwa yang benar untuk berjuang

     sehingga merasakan keenakan al-wushûl. Yang dimaksud dengan al-wushûl di

     sini adalah merasakan keberadaan Allah secara mutlak.

    Samnûn mendefenisikan tasawuf dengan

    شهشئتهألنوف

    Tasawuf itu adalah jika engkau tidak memiliki sesuatu dan tidak ada pula sesuatu

    memilikimu. 

    Rosihan Anwar dan Mukhtar Sholihin, memilih defenisi yang

    dikemukiakan oleh Al-Junaidi dan mengatakan bahwa tasawwuf adalah:

    Usaha untuk membersihkan diri, berjuang untuk memerangi hawa nafsu, mencari

     jalan kesucian dengan ma`rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antara

    manusia, serta berpegang teguh kepada janji Allah dan mengikuti syariat

     Rasulullah dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhaannya7 .

    Dari beberapa defenisi di atas, agaknya ada tujuan yang hendak dicapai

    oleh tasawuf, yaitu untuk mendekatkan diri dan mencapai tujuannya. Hal ini tidak

    mudah dicapai kecuali dengan mengikuti jalan  – t}ari>qah — menuju ke sana.

    Untuk itulah diperlukan usaha – muja>hadat  — untuk mencapainya.

    Imam al-Ghazali yang merupakan tokoh sufi kenamaan mengemukakan

     beberapa latihan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk menjadi seorang sufi.

    Langkah-langkah tersebut adalah:

    a.  membersihkan diri dari sifat-sifat tercela seperti dengki, dendam, buruk

    sangka, sombong, marah, kikir, dusta dan khianat.

     b.  Membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah diperbuat dengan cara

     bertaubat.

    c. 

    Melaksanakan semua kewajiban yang diperintahkan Allah.8 Adapun filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani

    ― Philosophia”.   Philo  berarti cinta dan Sophia  berarti kebijaksanaan atau

    kebenaran. Makanya ia berarti cinta kebijaksanaan.

    6  Ibid., h. 217  Rosihan Anwar dan Mukhtar Solohin,  Ilmu Tasawuf,  (Bandung: Pustaka Setia, 2000),

    h. 148

      Abdul Aziz Dahlan (ed.),  Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru VanHoeve, 1997), jilid 5, h. 1641-1643.

  • 8/17/2019 RELASI TASAWUF, FILSAFAT & ILMU KALAM.pdf

    4/9

    | Kontemplasi Vol 01 No 02, Nopember 2013351

     

    Plato mendefenisikan filsafat dengan pengetahuan tentang segala sesuatu

    yang ada. Sedangkan Aristoteles agak berbeda dengan gurunya dengan

    mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran

    yang terkandung di dalamnya metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik,

    sosial budaya dan estetika. Al-Farabi mengemukakan defenisi filsafat dengan

    Pengetahuan tentang yang ada menurut hakekatnya yang sebenarnya9.

    Bila ditinjau sebagai suatu aktivitas, maka ada beberapa tahapan filsafat:

     pertama: Logis, yaitu sesuai dengan undang-undang berpikir dalam memahami,

    memutuskan dan memberikan argumentasi.  Kedua:  sistematis, yaitu melalui

    sistem atau alur pikiran yang sistemik sehingga ditemukan satu koherensi antara

    satu pernyataan dengan pernyataan yang lain.  Ketiga: Radikal, yaitu sampai padaakar setiap masalan dan terakhir adalah universal, yaitu secara umum dan

    keseluruhan.

    Sedangkan ilma kalam mempunyai beberapa istilah penamaan. Ia sering

    disebut dengan ilmu ushuliddin, ilmu tauhid dan sering juga disebut dengan fiqh

    akbar. Dalam literatur barat digunakan istilah ―islamic theology‖  sebagai ganti

    ilmu kalam.

    Ibn Khaldun mendefenisikan ilmu kalam dengan disiplin ilmu yangmengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil

    yang rasional. Sedangkan Al-Farabi mendefenisikannya dengan ilmu yang

    membahas zat dan sifat Allah serta eksistensi yang mungkin mulai berkenaan

    dengan masalah dunia sampai dengan masalah mati yang berlandaskan doktrin

    Islam. Sedangkan Muhammad Abduh mengemukakannya dengan ilmu yang

    membicarakan wujud Allah, sifat-sifat yang mesti ada dan tidak ada serta yang

    mungkin ada pada-Nya, membicarakan Rasul-rasul Allah, sifat-sifat yang mestiada dan tidak ada serta yang mungkin ada padanya.

    Dari beberapa defenisi di atas, agaknya apa yang dikemukakan oleh Al-

    Farabi lebih sempurna dan komprehensif. Pasalnya mencakup segala aspek yang

    dibahas pada ilmu kalam itu sendiri. Lain lagi halnya dengan Muhammad Abduh

    yang tidak mencantumkan hal ihwal yang bersangkut-paut dengan sesudah mati.

    9

      Hasan Bakti Nasution,  Filsafat Umum,(Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 1-3,Syamsul Bahri, Filsafat Umum I, (Padang: IAIN Imam Bonjol Press, 1999), h. 7-8

  • 8/17/2019 RELASI TASAWUF, FILSAFAT & ILMU KALAM.pdf

    5/9

    352Zainal Arifin Purba, Relasi Tasawuf...|

     

    352

    Sedangkan Ibn Khaldun lebih memfokuskan kepada hal-hal yang sifatnya

    unsight /tidak dapat dilihat atau yang harus diimani.

    Persamaan & Perbedaan antara Tasawuf, Ilmu Kalam & Filsafat

    Untuk melihat perbedaan antara tasawuf, ilmu kalam dan filsafat perlu kita

    lihat hal-hal berikut:

    a.  Tinjauan dari segi objek pembahasan

    Jika ditinjau dari objek pembahasan, maka tasawuf lebih mengarah

    kepada perasaan  – dhauq —   sebagai implikasi terhadap ketidakpuasan dalam

     pengabdian seorang makhluk kepada  Kha>liq-nya. Hal ini ditandai dengan

    ketidakseimbangan antara nilai-nilai keduniawian dan nilai-nilaikeukhrawiaan. Untuk mengatasi hal inilah dibutuhkan kendaraan pilihan yaitu

    tasawuf. Dengan demikian objek bahasannya tertuju kepada jiwa agar tenang

    dan tentram. Ketenangan dan ketentraman ini tidak hanya diperoleh dengan

    kontemplasi dalam artian sempit  – kontemplasi dimaksud adalah

    mengisolir diri dari masyarakat di suatu tempat seperti yang dilakukan oleh

     para rahib--. Akan tetapi lebih luas dari itu dengan melakukan perenungan,

    menyusun konsep dan berinovasi untuk kemudian melakukan perubahansosial dengan acuan al-Qur`an dan Sunah. Hal ini diistilahkan oleh al-Ghazali

    dengan al-takhalluq bi-akhla>q Alla>h ‘al a al-T}a>qa>t al-Bashariyya>t 10. 

    Sedangkan objek bahasan ilmu kalam adalah Allah dan segala sesuatu

    yang berkaitan dengan-Nya (sifat, zat & rasul-Nya). Ilmu kalam juga

    membahas masalah alam akhirat dan segala hal yang bersangkut paut dengan

    dosa dan pahala. Adapun filsafat membahas tentang tiga hal, al-wuju>d

    (ontologi), al-ma’rifah (epistimoplogi) dan al-qayyim (axiologi). b.  Tinjauan Historis

    Bila ditinjau dari asal masalah, maka tasawwuf berawal dari kesungguhan

    seseorang dalam menjalankan syarak. Namun dalam prosesnya, pada zaman

    Umawiyyah, telah terjadi kemewahan dunia yang berlebihan di kalangan

    hartawan dan penguasa11. Makanya bagi kalangan sufi tetap mempertahankan

    10Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 1995), cet. 3,

    h. 194-19511  Ibid. h. 153

  • 8/17/2019 RELASI TASAWUF, FILSAFAT & ILMU KALAM.pdf

    6/9

    | Kontemplasi Vol 01 No 02, Nopember 2013353

     

    hidup sederhana dan sungguh-sungguh dalam beribadah yang dimulai dengan

    usaha untuk menjadi seseorang yang  za>hid. Ibrahim Madkour membagi

    historis tasawuf ini ke dalam beberapa fase. Fase pertama tampil dalam

     bentuk ibadah dan zuhud, di antara tokohnya Al-Hasan al-Bashri (110 H) dari

    Bashrah, Ibrahim ibn Adham (159 H) dari Balk dan Rabiah al-Adawiyah

    salah seorang tokoh Zuhud dari kaum wanita. Pada fase berikutnya kaum sufi

    mulai melakukan kajian teoritis, dan berorientasi pada jiwa dan segala

    rahasianya. Mereka juga membicarakan keasyikan, kerinduan, kecintaan,

    takut, harapan, cinta, emosi dan lain-lain. Pada fase ketiga, muncullah tokoh-

    tokoh yang lebih menyerupai kaum filosof seperti Suhrahwardi (586 H), Ibn

    al-Arabi dan lain-lain. Inilah yang terjadi abad ke-6 sampai ke-7. 12 

    Adapun golongan teologi islam berawal dari proses politik yang tidak

    sesuai dengan peristiwa arbitrase yang dilakukan oleh kalangan Ali terhadap

    Muawiyah. Aspek politik ini menjurus kepada akidah sebagai implikasi

    terhadap tindakan curang yang dilakukan oleh kalangan Muawiyah terhadap

     Ahl al-Bait . Dengan adanya pro dan kontra inilah yang memunculkan

     beberapa firqah kalam di kalangan umat Islam.

    Sedangkan filsafat, dimulai dari lahirnya filsafat Yunani yang diawali pertentang antara mitos dan logos, rasa ingin tahu, rasa kagum dan

     perkembangan kesusasteraan.  Mitos adalah suatu keyakinan lama yang

     berkembang pesat sedangkan logos adalah suatu potensi yang ada dalam diri

    manusia yang selalu siap untuk berfikir. Adapun rasa ingin tahu dan kagum

    dimaksud adalah keingintahuan manusia terhadap dunia yang dihadapinya

    yang diiringi dengan perasaan kagum. Sedangkan perkembangan

    kesusasteraan adalah interpretasi pemikir Yunani terhadap ungkapan yang berisikan teka-teki, dongeng-dongeng dan amsal-amsal yang metaforis.13 

    c.  Tinjauan dari Tujuan, kegunaan dan Karekteristik

    Tinjauan terhadap tujuan, kegunaan dan karekteristik tak lepas dari

    tinjauan historis dan objek bahasan seperti yang telah dijelaskan.

    d.  Tinjauan dari Sumber ajaran

    12 Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 101-

    103 13 Hasan Bakti Nasution, Ibid., h. 7

  • 8/17/2019 RELASI TASAWUF, FILSAFAT & ILMU KALAM.pdf

    7/9

    354Zainal Arifin Purba, Relasi Tasawuf...|

     

    354

    Bila ditinjau dari sumbernya, maka antara tasawwuf, dan ilmu kalam

    mempunyai sumber yang sama, yaitu berdasarkan al-Qur`an dan sunah.

    Seluruh ajaran mereka tak lepas dari dua pusaka itu. Hanya saja dalam dalam

     pemahaman dan interpretasi dan metoda melaksanakannya mereka berbeda

     jalannya. Lain halnya dengan filsafat, ia berawal dari sikap ragu-ragu dan

    hanya berlandaskan rasio semata.

    e.  Tinjauan korelatif

    Bila ditinjau dari korelasi di antara tasawuf, filsafat dan kalam didapatkan

    adanya corak tasawuf falsafi. Yang dimaksud dengan tasawuf falsafi adalah

    tasawuf yang diwarnai unsur filsafat. Ia tidak bisa dikatakan tasawuf murni

    karena diwarnai unsur filsafat dan tidak pula bisa dikatakan filsafat karenadiwarnai oleh tasawuf.

    Biasanya tokoh tasawuf falsafi adalah disamping seorang filosof ia juga

    seorang sufi. Dr. Muhammad ‗Aqîl ibn ‗Alî al-Mahralî, membagi tasawuf

    kepada dua: al-tas}awwuf al-di>ni>  baik samâwî maupun agama kuno dan

    al-tas}awwuf al-falsafi>. Yang pertama berkaitan dengan unsur keagamaan

    semuanya dan yang kedua diwarnai oleh unsur filsafat14.

    Di antara tokoh sufi falsafî yang bercorak Islam adalah Al-Ghazalî, IbnAl-Taimiyah. Al-Junaid (298-910 H) berkebangsaan Irak juga bisa

    digolongkan ke dalam kelompok ini, bahkan ia juga seorang mutakallim dan

    syeikh Muktazilah. Termasuk juga Ibnu ‗Arabi (637 H-1240 M), pencetus

    teori pantheisme – wihdat al-wuju>d--.15 

    Dengan penilaian di atas, agaknya antara tasawuf, filsafat dan kalam bisa

    saling mewarnai, dan hal ini tercermin dari pokok ajaran yang diterapkan

    masing-masing. Satu hal yang perlu dicatat bahwa tasawwuf amat sukaruntuk dideskripsikan dalam ucapan maupun tulisan, ia hanya bisa dirasakan

    oleh jiwa tertentu. Makanya seseorang dituntut untuk masuk ke dalamnya

    sehingga dapat merasakannya, dan tidak hanya bisa menilai dari penglihatan

    14  Al-Sayyid Muhammad ‗Aqîl ibn ‗Alî al-Mahralî,  Dira>sa>t fî> al-Tas}awwuf al-

     Falsafi> al-Isla>mi>, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 1993), h. 915 Ibrahim Madkour, Ibid., h. 107-109

  • 8/17/2019 RELASI TASAWUF, FILSAFAT & ILMU KALAM.pdf

    8/9

    | Kontemplasi Vol 01 No 02, Nopember 2013355

     

    dan mendengar dari ungkapan seseorang saja yang diistilahkan dengan al-

    idra>k al-dhauqi> –  penerimaan secara langsung16.

    Setelah melakukan berbagai perbandingan di atas, dapat disimpulkan

     bahwa terdapat perbedaan metodologi dan penekanan antara tasawuf, filsafat

    dan kalam. Tasawuf lebih menekankan pada rasa dari pada rasio, sebaliknya

    kalam lebih menekankan rasio daripada rasa, namun keduanya tetap

     berlandaskan kepada al-Qur`an dan Sunnah. Dari asal-muasalnya, pada

    tasawuf dan kalam terlebih dahulu sudah dikenal Tuhan, namun untuk

    merasakan hakekatNya dan kedekatan kepada-Nya diupayakanlah dengan

     bertasawuf.

    Pada filsafat, boleh jadi Tuhan belum dikenal dan masih diragukan. Untukitu dibahas kajian yang radikal yang pada akhirnya menemukan suatu

    kebenaran. Untuk lebih tersistematisnya dapat dilihat tabel berikut ini:

    Kajian Objek Sifat Sasaran Landasa

    n

    Tasawuf Jiwa  Dhauq Ketentraman

     batin

    Rasio &

    doktrin

    Filsafat Ontologi,epistimologi &

    axiology

    Rasional, radikal,universal & sistimatis

    Mencapaikebenaran

    Rasio

    Kalam Tuhan & Alam

    akhirat

    Rasional Mencapai

    kebenaran

    Rasio &

    doktrin

    KESIMPULAN

    Dari pemaparan terdahulu dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasiantara tasawuf, filsafat dan kalam. Masing-masing mempunyai landasan tersendiri

    dalam konteks keilmuan Studi Islam, baik secara rasio maupun doktrin.

    Meskipun objek kajian dan pendekatan yang berbeda, masing-masing

    dimaksudkan untuk menjadi kebenaran dengan perspektif yang berbeda-beda.

    16 Ibrahim Madkour, Ibid., h. 107-109

  • 8/17/2019 RELASI TASAWUF, FILSAFAT & ILMU KALAM.pdf

    9/9

    356Zainal Arifin Purba, Relasi Tasawuf...|

     

    356

    DAFTAR PUSTAKA

    ‗Afîfî, Abû al-‗Âlî, Mutas}awwif al-Isla>m, t.tp.: t. p., 1946

    Bahri, Syamsul, Filsafat Umum I, Padang: IAIN Imam Bonjol Press, 1999

    Anwar, Rosihan dan Mukhtar Solohin,  Ilmu Tasawuf,  Bandung: Pustaka Setia,2000

    Basuni, Ibrâhîm, Nash`at al-Tas}awwuf al-Isla>mi>, Kairo: Dâr al-Ma`ârif, t. th.

    Dahlan, Abdul Aziz (ed.),  Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar BaruVan Hoeve, 1997

    Luwes Mesinyun dan Mushthafâ ‗Abd al-Râziq,  Al-Isla>m wa al-Tas}awwuf,Kairo: Dâr al-Sya‘b, 1979 

    Madkour, Ibrahim, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1990

    Muhammad ‗Aqîl, Al-Sayyid … ibn ‗Alî al-Mahralî,  Dirâsat fî al-Tasawwuf al- Falsafî al-Islâmî, Kairo: Dâr al-Hadîts, 1993

     Nasution, Hasan Bakti, Filsafat Umum, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001

     Nasution, Harun, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta: UI-Press, 1919

     Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: Rajawali Pers, 1995