konsep dasar tasawuf

20
IAIN Sunan Ampel Surabaya ©2011 Aun Falestien Faletehan

Upload: aun-falestien-faletehan

Post on 24-May-2015

4.323 views

Category:

Spiritual


20 download

DESCRIPTION

Elaborasi awal untuk mengenali tentang teori tasawuf dan pergerakannya dalam sejarah Islam.

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Dasar Tasawuf

IAIN Sunan Ampel Surabaya

©2011

“Aun Falestien Faletehan”

Page 2: Konsep Dasar Tasawuf
Page 3: Konsep Dasar Tasawuf

Dimensi mistisisme dalam agama

akar kata mystic, mystery, atau dalam bahasa Yunani Myein yang berarti „menutup mata‟

pengetahuan tentang hal-hal yang misteri (Knowledge of the Mysteries)

Agama Hindu mempunyai sistem disiplin yoga, lalu Agama Budha

teramat kental dengan ajaran moral dan nirwana-nya, Agama Kristen

dikenal sejarah sebagai agama yang mengusung pola hidup

kerahiban dan sosok mistis Yesus-nya

Page 4: Konsep Dasar Tasawuf

Safa; berarti suci dan sufi adalah orang yang disucikan.

Saf (baris). Yang dimaksud saf di sini ialah baris pertama dalam

salat di mesjid.

Ahl al-Suffah, yaitu para sahabat yang hijrah bersama Nabi ke

Madinah dan tidur di sekitar beranda masjid.

Sophos (bahasa Yunani yang masuk ke dalam filsafat Islam) yang

berarti hikmat, dan kaum sufi pula yang tahu hikmat.

Suf (kain wol); Pakaian ini melambangkan kesederhanaan serta

kemiskinan dan kejauhan dari dunia.

Page 5: Konsep Dasar Tasawuf

Mendekatkan diri kepada Tuhan

„Being a good man‟ (by William Chittick)

Ayat 186 dari surat al-Baqarah mengatakan, "Jika hambaKu bertanya kepadamu

tentang Aku, maka sesungguhnya Aku amat dekat dan Aku mengabulkan seruan

setiap orang yang memanggil jika Aku dipanggilnya”

"Telah Kami ciptakan manusia dan Kami tahu apa yang dibisikkan dirinya

kepadanya. Dan Kami lebih dekat dengan manusia daripada pembuluh darah

yang ada di lehernya (QS. Qaf 16)

"Siapa yang mengetahui dirinya mengetahui Tuhannya." (Hadith)

Page 6: Konsep Dasar Tasawuf

Asketisme Kristen

Gnostisisme Hellenisme

Neo-Platonisme

Budhhisme

Ayat-ayat al-Qur‟an dan potret kehidupan rasulullah saw (sunnah): “Yang

disebut sebelumnya hanyalah bersifat pemberi warna saja”

“Andaikata Islam menutup pintu terhadap pengaruh agama dan tradisi-tradisi lain, maka bentuk

mistisisme tetap akan tumbuh di dalam dengan sendirinya, karena bibit-bibit itu memang sudah

lama tersedia dalam ajaran Islam” _R.A. Nicholson

Seperti kebiasaan asketik, sikap anti dunia,

pertapaan, ide gnosis, dan dialektika ruh

dengan materi

Page 7: Konsep Dasar Tasawuf

Teori yang menyebutkan bahwa tasawuf adalah produk dari agama-

agama lain di luar Islam sebetulnya sudah tidak dapat dipertahankan

lagi.

Pertama, pandangan kitab suci al-Qur‟an sudah terlalu kompleks untuk menata

hubungan antara seorang hamba dengan Allah yang immanen dan transenden;

dan perkara ini tidak lain ialah dasar dari sufisme.

Kedua, tidak ada yang menyangkal bila Islam itu secara natural telah

berkembang dalam konteks lingkungan pluralitas agama sehingga mudah

dipertemukan dengan tradisi-tradisi baru. Akan tetapi hal ini tidaklah berarti

menimbulkan sebuah konklusi, bahwa sebuah fenomena yang muncul dari Islam

atau dari tradisi keagamaan lain itu memiliki sisi derivatif, tiruan, atau jiplakan.

_Awn dalam Sufism.

Page 8: Konsep Dasar Tasawuf

Elemen dasar asketik dan mistisisme

Acuan segala sesuatu yang berkenaan dengan Allah. Ia berasal dari-Nya, dan Allah adalah

tema utamanya

Contoh lain tentang pengetahuan mistik yang disebutkan al-Qur‟an adalah kisah pertemuan

Nabi Músá dengan tokoh legenda —yang konon masih ada hingga sekarang— Nabi Khidr,

yang dianugerahi rahmat dan „ilmu khusus‟ dari Allah

Cukup dengan membaca ayat-ayatnya saja, apalagi dengan intonasi dan nada

yang indah, sudah dapat mengantarkan spirit seseorang untuk memasuki

situasi meditasi dan terkadang membangkitkan gelora mistik, bahkan untuk

ukuran mereka yang tidak mengerti bahasa Arab sekalipun

Tafsir sufi (ayat-ayat mistik)

Page 9: Konsep Dasar Tasawuf

Penghubung pertama di dalam mata rantai spiritual sufisme

Perilaku dan keadaannya yang dianggap memiliki ukuran paling mistis

Rasulullah pernah mengalami situasi ketidaksadaran, sehingga membuatnya tidak

bisa lagi mengenali istrinya, „Aishah, untuk sementara waktu (justifikasi atas

konsep peleburan diri atau faná‟)

Pernah bersabda, “Saya adalah orang Arab („Arab) dengan tanpa huruf „ayn, dan Ahmad dengan tanpa huruf mím. Barang siapa yang telah

melihatku, maka ia telah melihat Tuhan (Haqq).”

Page 10: Konsep Dasar Tasawuf

Nabi Muhammad saw dijadikan sebagai model mistik, setidaknya

memiliki tiga sinyal dimensi dari pengalamannya;

(1) Perpindahan wahyu Allah kepada Muhammad,

(2) Perjalanannya yang langsung menuju ke hadapan Tuhan atau Mi‟ráj, (3) Muhammad sebagai pribadi yang bisa menjadi penghubung dengan

seluruh makhluk hidup, terutama manusia; di antaranya dengan mediasi

„Cahaya-nya‟.

Page 11: Konsep Dasar Tasawuf
Page 12: Konsep Dasar Tasawuf

Gerakan anti kemewahan dan sikap anti pemerintahan yang korup.

Pola hidup asketik gurun (asceticism of the desert)

pelopor sufi awal Hasan al-Basrí (w.728 M) yang merasa prihatin dengan melihat begitu

besarnya wilayah kekuasaan Islam di masa dinasti Amawíyah

Flashback pada figur Abú Dhár al-Ghiffarí yang mengkritik kebijakan pemerintahan

„Uthmán bin „Affán

Konsep tasawuf belumlah begitu jelas di kala itu, bahkan untuk penyebutan sufi

sendiri barulah lahir setelah meninggalnya Hasan al-Basrí

Abú Hashím al-Kúfí (w. 776 M) merupakan orang pertama yang mendapat gelar sufi

istilah yang lebih populer untuk masa-masa sebelumnya adalah zuhud, wirá‟í, ahli

ibadah, kesalehan, dan gelar-gelar yang semacamnya.

Tokoh-tokoh besar yang hidup dalam kisaran abad 1 dan 2 Hijriyah lebih layak dinamai

zahid daripada sebagai sufi

Page 13: Konsep Dasar Tasawuf

„Umar bin „Abd al-„Azíz

Hasan al-Basrí

Ibráhím bin Adham (w.161 H)

Sufyán al-Thawrí (97-161 H)

Málik bin Dínár (w.171 H)

Fudayl bin „Iyád (w.187 H)

Page 14: Konsep Dasar Tasawuf

berbarengan dengan akibat pertemuan kebudayaan Islam dengan

kebudayaan bangsa-bangsa lain

menjelma ke arah mistisisme

pengalaman teofanik Rábi‟ah al-„Adawíyah (w.801 M) yang dianggap telah menunjukkan

adanya perkembangan maju babak sejarah sufisme

Kalau praktek kehidupan spiritual umat Islam hingga menjelang abad ke-8 adalah

kesadaran tentang bahaya dosa, percaya pada Hari Akhir dan eksistensi surga-neraka,

berpuasa dan bersembahyang, kontinyu dalam beramal shaleh serta meyakini bahwa

tuntunan al-Qur‟an itu cukup bisa menyelamatkan kehidupan manusia di dunia; maka

Rábí‟ah menunjukkan konsep yang lebih unik dan benar-benar mistis, terutama dengan

ajaran mahabbah-nya, dibandingkan dengan konsep spiritual di masa sebelumnya yang

secara sederhana hanya berupa „takut‟ —takut Tuhan, takut neraka, takut mati, takut

melakukan dosa

Page 15: Konsep Dasar Tasawuf

Adanya kontak personal antara sufi dengan Allah

Munculnya rasa persatuan antara sufi dengan Allah

Menurut Evelyn Underhill, bentuk murni dari mistisisme adalah ilmu

pengetahuan tentang bersatu (The Science of Union) dengan Yang Maha

Mutlak, dan tidak ada lagi selain itu. Mistikus ialah orang yang berhasil

mencapai persatuan itu.

Polarisasi antara tasawuf sunni dan tasawuf falsafi

„pertarungan‟ antara madzhab Khurásán yang ide-idenya dianggap

„memabukkan‟ (Sukr) dengan madzhab Baghdad yang lebih menenangkan

(Sahw)

Page 16: Konsep Dasar Tasawuf

al-Taftázání menuturkan bahwa corak tasawuf sunni itu teramat kental

dengan pokok ajaran al-Qur'an dan al-Sunnah, serta mengikat diri

dengan ide-ide moral dan dogma keduanya, juga tidak berusaha

mengetengahkan konsep mistik yang begitu rumit.

Sedangkan tasawuf falsafi lebih mirip dengan kajian filsafat yang sering

menyebabkan munculnya ucapan-ucapan Shatahát, hingga sebagian di antaranya telah memaklumatkan diri dengan gagasan kesatuan dengan

Tuhan seperti Ittihád dan Hulúl.

Page 17: Konsep Dasar Tasawuf

Tasawuf Sunni Tasawuf Falsafi

al-Muhásibí, al-Junayd,

al-Sarráj, al-Kalábádhí,

al-Ghazálí

al-Bistámí, al-Halláj,

al-Suhrawardĭ,

Ibn „Arabí

Page 18: Konsep Dasar Tasawuf

Ma‟rúf al-Karkhí (w.815)

Bishr al-Háfí (w.841)

Háríth al-Muhásibí (w.857)

Sarí al-Saqatí (w.867)

Yahyá bin Mu‟az (w.871)

Abú Yazíd al-Bistámí (w.874)

Abú Sahl al-Tustarí (w.896)

Abú Bakr al-Kharráz (w.899)

Abú Husayn al-Núrí (w.907)

Abú Qásim al-Junayd al-Baghdádí (w.910)

Husayn Bin Mansúr al-Halláj (w.922)

Abú Bakr al-Shiblí (w.945)

Abú Nasr al-Sarráj (w.988)

Abú Bakr Kalábádhí (w.990)

Abú „Abd al-Rahmán al-Sulamí (w.1021)

Abú al-Hasan al-Kharaqání (w.1034)

Abú Nu‟aym al-Isfahání (w.1037)

Abú Sa‟íd Abí al-Khayr (w.1049)

Abú al-Qásim al-Qushayrí (w.1074)

„Alí bin „Uthmán al-Hujwírí (w.1075)

„Abd Allah al-Ansárí (w.1089)

Abú Hámid Muhammad al-Ghazálí (w.1111)

Ahmad al-Ghazálí (w.1126)

Abú al-Majd Majdúd Saná‟í (w.1130)

„Ayn al-Qudát Hamadání (w.1131)

„Abd al-Qádir al-Jaylání (w.1166)

„Abd al-Qáhir Abú Najíb al-Suhrawardí (w.1168)

Shiháb al-Dín Yahyá al-Suhrawardí (w.1191)

Rúzbihán Baqlí (w.1209)

Faríd al-Dín al-„Attár (w.1230)

Abú Hafs „Umar al-Suhrawardí (w.1235)

Jalál al-Dín al-Rúmí (w.672/1273)

Page 19: Konsep Dasar Tasawuf

Gerakan spiritual Islam pun perlahan menemukan titik momentumnya dan

terbentuk secara sistematik dengan munculnya beragam

organisasi tarekat

Page 20: Konsep Dasar Tasawuf

The corporate mystics …