rekomendasi untuk an mice kota medan

Upload: edy-sahputra-sitepu

Post on 07-Jul-2015

147 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PROMOSI DAN PUBLIKASI PEMBANGUNAN KOTA MEDAN SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI KEPADA STAKEHOLDERS MICEOleh : Edy Sahputra Sitepu, SE, MSi

I.

PENDAHULUAN Istilah MICE di Indonesia dikenal juga dengan nama wisata konvensi, kegiatan wisata konvensi ini merupakan bagian dari kegiatan pariwisata, karena banyak sekali menggunakan fasilitas pariwisata dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan yang berkarakteristik padat karya, memberikan kontribusi baik dari sisi penyediaan tenaga kerja maupun dalam memberikan devisa negara. Sejak tahun 1980-an kegiatan MICE di Indonesia menunjukan peningkatan jumlah peserta yang tinggi dengan jumlah pengeluaran rata-rata per hari sebesar US$ 210 untuk setiap peserta konvensi. Dibandingkan dengan wisatawan yang sengaja datang ke Indonesia untuk berwisata, pengeluaran mereka hanya sebesar US$ 400 untuk 7-12 hari. Dengan demikian pengeluaran peserta wisata konvensi juga membawa serta spouse (istrinya), anak atau bahkan temannya yang berdampak pada pengeluaran peserta selama mengikuti kegiatan kovensi menjadi lebih besar (Pendit, 1999). Beberapa pengertian untuk kegiatan MICE dihubungkan dengan kegiatan pariwisata. Definisi juga diberikan untuk wisata kovensi, seperti yang diberikan oleh Pendit (1999): Usaha jasa konvensi, perjalanan insentive, dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendikiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Pada umummnya kegiatan kovensi berkaitan dengan usaha pariwisata lainnya, seperti transportasi, akomodasi hiburan (entertaiment), perjalanan pra- dan pasca- konfrensi (pre- and postconference tours). Kepanjangan MICE sebagai meeting, incentive, conference and exhibition yang telah dikenal secara luas di dunia dan menjadi istilah umum dalam industri pariwisata. Industri MICE merupakan industri yang masih muda, di kenal di Eropa dan AmerikaPage 1 of 8

Utara sekitar 50 tahun yang lalu dan bahkan lebih muda di beberapa kawasan dunia lainnya, tetapi dengan cepat indiustri ini menjadi matang terutama di negara-negara sedang berkembang, karena jelas terlihat perkembangannya mampu memberikan dampak ekonomi yang tinggi. Kegiatan bisnis MICE telah membuka lapangan kerja baru, tidak hanya menciptakan tenaga kerja musiman saja, tetapi juga telah menciptakan pekerjaan yang tetap bagi banyak masyarakat yang memiliki kemampuan tidak berbeda dengan bisnis pariwisata yang banyak diciptakan di negara-negara sedang berkembang. Kegiatan konfrensi dan bisnis MICE merupakan bisnis yang memiliki dampak negatif lebih kecil pada lingkungan daripada yang di lakukan mass tourism, karena bisnis ini fokus pada jumlah peserta yang tidak terlalu banyak, sehingga kegunaan transportasi akan lebih berkurang sehingga akan mengurangi kemacetan serta polusi yang ditimbulkan (Rogers, 2003). Kegiatan Industri MICE sebagai industri baru masa kini menunjukan bahwa MICE sebagai salah satu sektor dalam bisnis pariwisata, karena kegiatan MICE merupakan kegiatan bisnis wisata yang tujuan utama dari para delegasi atau peserta kegiatan MICE adalah melakukan perjalanan dan menghadiri suatu kegiatan atau event yang berhubungan dengan bisnisnya sambil menikmati kegiatan wisata secara bersama-sama. Tabel ini menunjukkan rekapitulasi perkembangan pengunjung mancanegara di Indonesia sepanjang 2004-2010. Tabel 1. Rekapitulasi Perkembangan Pengunjung Mancanegara 2004 - 2010Jumlah Pengunjung Mancanegara Kunjungan 2004 2005 2006 2007 2008 5.321.165 5.002.101 4.871.351 5.505.759 6.429.027*) Rata-Rata Pengeluaran (Usd) RataRata Lama Tinggal (Hari) Penerimaan Devisa Juta USD Growth (%) 18,85 -5,75 -1,63 20,19 38,00*)

Tahun

Growth Per Per (%) Kunjungan Hari 19,12 901,66 95,17 -6,00 904,00 99,86 -2,61 913,09 100,48 13,02 970,98 107,70 16,77*) 1.178,54 137,38

9,47 4.797,90 9,05 4.521,90 9,09 4.447,98 9,02 5.345,98 8,58 7.377,39*)

Page 2 of 8

2009 2010***)

6.452.259**) 0,36**) 5.185.917 12,26

995,93 129,57 N.A. N.A.

7,69 6.302,50**) N.A. N.A.

-14,57**) N.A.

Keterangan : *) Termasuk 194.530 penumpang transit internasional (Total wisatawan mancanegara tahun 2008 = 6.234.497 kunjungan dengan pertumbuhan = 13,24% dan penerimaan devisa = 7.347,60 juta USD dengan pertumbuhan = 37,44%) **) Termasuk 128.529 penumpang transit internasional (Total wisatawan mancanegara tahun 2009 = 6.323.730 kunjungan dengan pertumbuhan = 1,43% dan penerimaan devisa = 6.297,99 juta USD dengan pertumbuhan = -14,29%) ***) Data sementara wisman Jan - Sept 2010 (Angka pertumbuhan wisman Jan - Sept 2010 vs Jan - Sept 2009) N.A. : Data belum tersedia

Tabel 2 Market Share Antar Benua dalam Penyelenggaraan Meeting (2010)Benua Eropa Amerika (Utara & Selatan) Asia Afrika Australia/Pasifik Market Share (%) 52,73% 17,83% 21,67% 4,70% 3,07%

Criteria for an international congress according to International Congress and Convention Association (ICCA) & Union of International Associations (UIA) : minimum of 50 participants; organised on a regular base; minimum number of nationalities: 3

Tabel 2 menampilkan market share penyelenggaraan meeting di dunia berdasarkan ICCA dan UIA, dimana tujuan tempat meeting paling diminati adalah di Eropa, menyusul di Asia dan Amerika. Meskipun Asia menjadi urutan ke dua namun kegiatan MICE di Asia sebagian besar didominasi oleh Singapura. Untuk kegiatan-kegiatan MICE di tingkat internasional Indonesia masih diwakili oleh Kota Bali dan Kota Jakarta, dimana Bali masuk rangking ke-45 kota tujuan wisata MICE dunia, sedangkan Jakarta menduduki posisi yang justru jauh di bawah bali, yakni ke-115, sementara Kota Medan sama sekali tidak tercatat. Terkait dengan itu, sebagai Kota yang telah ditetapkan pemerintah RI sebagai kota Metropolitan, kota Medan tentu harus berbenah diri dalam berbagai aspek, dan MICE adalah salah satu aspek penting. II. MEDAN SEBAGAI MICE DESTINATION a. Gambaran Umum Industri MICE di Kota Medan

Page 3 of 8

Secara geografis Kota Medan terletak pada koordinat 2.27 - 2.47 Lintang Utara dan 98.35 - 98.44 Bujur Timur. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau 265,10 Km2 atau sama dengan 3,6% dari total luas wilayah Propinsi Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke utara dan menjadi tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. Sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di Pulau Sumatera dan salah satu dari tiga kota metropolitan terbesar di Indonesia, Kota Medan memiliki kedudukan, fungsi dan peranan strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan dan keuangan secara regional/internasional di kawasan barat Indonesia, dengan dukungan faktor faktor dominan yang dimilikinya. Selama periode 2005-2010, perkembangan perekonomian Kota Medan, cenderung tumbuh secara positif ditandai oleh peningkatan PDRB atas harga berlaku rata-rata pertahun mencapai 16,20% (dalam tiga tahun terakhir). Tabel 1. PDRB Kota Medan Aatas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005 2009 (Rp milyar )SEKTOR/LAPANGAN USAHA [1] 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Transportasi dan Telekomunikasi 8. Keuangan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDRB Sumber : BPS Kota Medan 2005 [2] 1.306 2 7.094 917 3.502 11.271 7.979 6.063 4.652 42.792 2006 [3] 1.427 3 7.960 1.102 4.795 12.692 9.164 6.550 5.152 48.849 2007 [4] 1.580 3 9.029 1.040 5.420 14.106 10.548 7.833 5.893 55.455 2008 [5] 1.864 2 10.253 1.204 6.195 15.086 14.284 8.899 6.630 64.421 2009 [6] 2.058 2 10.860 1.244 6.927 19.493 14.255 10.064 7.750 72.654

Tabel 2.Statistik Makro Ekonomi Kota Medan Tahun 2005-2009INDIKATOR [1] 2005 [2] 2006 [3] TAHUN 2007 [4] 2008 [5] 2009 [6]

Page 4 of 8

INDIKATOR [1] 1. PDRB ADHB (milyar Rp) 2. PDRB ADHK 2000 (milyar Rp) 3. PDRB ADHB Perkapita (Juta Rp) 4. PDRB ADHK 2000 Perkapita (Juta Rp) 5. Pertumbuhan Ekonomi (%) 6. Inflasi (%) 7. Ekspor (fob, milyar USD) 8. Impor (cif, milyar USD)) 9. Surplus Perdagangan (milyar USD) Sumber : BPS Kota Medan

2005 [2] 42.792 25.272 21,02 12,41 6,98 22,91 3,86 1,00 2,86

2006 [3] 48.849 27.234 23,63 13,17 7,76 5,97 4,52 1,17 3,35

TAHUN 2007 [4] 55.455 29.352 26,62 14,09 7,78 6,42 5,50 1,50 4,10

2008 [5] 64.421 31.322 30,65 14,90 6,71 10,63 7,43 3,06 4,37

2009 [6] 72.657 33.430 34,26 34,26 7,41 2,69 5,82 1,91 3,94

Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB sebagaimana ditampilkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa kontribusi tertinggi disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (yaitu sebesar 30,88%), kemudian diikuti oleh sektor transportasi dan telekomunikasi (29,24%), sektor industri pengolahan (20,99%) dan sektor keuangan dan jasa perusahaan (18,22%). Informasi tersebut mengungkapkan bahwa, lapangan usaha utama seperti perdagangan/hotel/ restoran cenderung dominan dalam perekonomian Kota Medan. Hal ini tentu saja memberikan bukti nyata akan besarnya potensi industri MICE di Kota Medan, sebab kegiatan bisnis meeting, incentive, convention dan exhibition sangat direfresentasikan oleh geliat yang terjadi di sektor perdagangan, hotel dan restoran. b. Kekuatan MICE Kota Medan Sejumlah potensi dan kekuatan yang dimiliki Kota Medan dalam pengembangan bisnis MICE ke depan antara lain: 1) Medan termasuk di antara 10 Daerah Tujuan Wisata (DTW) MICE yang ditetapkan oleh pemerintah yang memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri; 2) Letak geografis Kota Medan yang strategis (sangat dekat dengan wilayah Malaysia dan Singapura) dengan kekayaan alam, sosial, seni budaya yang sangat beragam;

Page 5 of 8

3) Medan memiliki venues berupa pusat-pusat konvensi maupun hotel-hotel berkelas dari berbagai jenis sebagai tempat penyelenggaraan kongres dan konvensi, termasuk di berbagai daerah; 4) Adanya dukungan penuh dari pusat pendidikan formal maupun informal khusus di bidang MICE, seperti Program Studi D4 MICE yang ada di Politeknik Negeri Medan, Akademik Pariwisata Medan, adanya dukungan pendidikan nonformal melalui kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh INCCA Institute dan lain-lain; 5) Medan memiliki perusahaan-perusahaan penyelenggara event (mungkin akan menyusul lahirnya perusahaan-perusahaan penyelenggara kongres dan konvensi yang didukung oleh para profesional tangguh yang berkelas internasional); 6) Medan memiliki keanggotaan dalam berbagai organisasi regional maupun internasional, baik di tingkat pemerintahan, organisasi/asosiasi, dan memiliki berbagai perusahaan multinasional yang menjadi pasar wisata kongres dan konvensi; 7) Berdirinya perusahaan-perusahaan multinasional yang menyelenggarakan event MICE dan memasukkan MICE sebagai salah satu bagian struktur organisasi perusahaan; 8) Adanya dukungan masyarakat dan pers yang demikian besar dalam memajukan wisata MICE di Kota Medan. III. MASALAH MICE KOTA MEDAN Sejumlah permasalahan MICE di Kota Medan yang perlu menjadi perhatian pemerintah antara lain adalah: a. Minimnya sosialisasi tentang MICE (belum melek MICE). Sebagaimana diketahui MICE adalah bisnis yang terintegrasi yang membutuhkan dukungan berbagai pihak dan memberikan multiplier efek yang tinggi.

Page 6 of 8

b. Belum ada rencana strategis pengembangan MICE pemerintah yang bisa menunjukkan ke arah mana MICE akan dibawa. c. e. f. g. i. j. SDM yang masih terbatas. Tidak adanya kantor pemasaran MICE di luar negeri. Kebijakan transportasi. Kebijakan permodalan. Kebijakan perpajakan. Kebijakan luar negeri (perluasan keanggotaan Indonesia di berbagai organisasi internasional dan upaya lobi untuk memimpin organisasi internasional tersebut, terkait dengan Kota Medan, tentunya Kota Medan harus berupaya mengambil peran lebih jauh). k. l. Kurangnya perhatian pada riset MICE. Belum optimalnya anggaran dan strategi pemasaran dan promosi MICE. d. Kurangnya daya cipta event-event yang kreatif dan bernuansa MICE.

h. Kebijakan keimigrasian.

m. Dan lain-lain. IV. SOLUSI DAN REKOMENDASI Membenahi kesiapan Kota Medan untuk industri MICE memang tidak gampang dan memerlukan waktu dan perencanaan yang matang. Kendati demikian ada sejumlah langkah yang harus ditempuh pemerintah Kota Medan untuk mempersiapkan Medan menjadi Kota MICE, antara lain: a. Meningkatkan sosialisasi tentang industri MICE kepada seluruh stakeholder strategis Kota Medan. Hal ini dapat dilakukan memproduksi publikasi resmi Kota Medan terkait dengan MICE, paling tidak dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris) yang berisi calendar of event Kota Medan, profile Kota Medan, berbagai fasilitas yang tersedia di Kota Medan untuk berbagai jenis dan penyelenggaraan meeting, konvensi, kongres, konferensi, pameran, incentive tour, wisata kota, dan kegiatan wisata di sekitar Kota Medan.Page 7 of 8

b. Sebaiknya pemerintah Kota Medan mulai merumuskan sebuah rencana strategis pengembangan MICE Kota Medan ke depan, sehingga diperoleh gambaran yang menunjukkan ke arah mana industri MICE Kota Medan akan dibawa. c. Untuk memperkuat posisi Kota Medan sebagai 10 destinasi MICE di Indonesia tentu pemerintah harus mendorong lahirnya event-event kreatif MICE di Kota Medan. Secara sederhana hal ini dapat dilakukan dengan merumuskan dan melaksanakan: Mendorong satu instansi/dinas pemerintahan di bawah Pemko Medan untuk melakukan satu event MICE unggulan per tahun, Mendorong satu BUMN/BUMD yang ada di Kota Medan untuk melaksanakan satu event MICE unggulan per tahun, Mendorong etnik yang ada untuk mereformulasikan satu budaya tradisional yang dikemas menjadi event MICE yang menarik. Mendorong dan mendukung kegiatan-kegiatan masyarakat secara umum, asosiasi, perkumpulan profesi, universitas agar dapat berpartisipasi untuk pengembangan event-event MICE Kota Medan. DAFTAR PUSTAKA Noor, Any. 2007. Globalisasi Industri MICE. Bandung: Alfabeta Pacto Confex, 2003, Website: www.pacto-confex.com Pendit, N. 1999. Wisata Konvensi, Potensi Gede Bisnis Besar, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. Rogers, T (2003), Conferences and Convention, A Global Industry, London ButterworthHeinemann. Shone, A. Dan Parry, B. (2002), Successful Event Management, Apratical Handbook. The global meeting industry portal.

Page 8 of 8