kesiapanyogyakarta sebagai kota wisata mice...
TRANSCRIPT
HOSPITOUR Volume I No. I - April 20 I0
Kesiapan Yogyakarta Sebagai Kota Wisata MICE
(Meeting, Incentive, Convention and Exhibition),
Oleh: Yustisia Kristiana
AbstractMICE is used to refer to a particular type of tourism in which largegroups, usually planned well in advance, are brought together forsome particular purpose. The Meeting, Incentive, Convention andExhibition (MICE) segment of tourism caters 10 such corporate·program tailor-made to suit the client s requirements in any part ofthe world. .The size of the convention, facilities required, competitivepri<:ing, natural attractions, safety and opportunities to shop aresome ofthe factors considered before selecting a MICE destination.MICE tourism usually includes a well-plaJl/led agenda centered on aparticular theme. Yogyakarta, the city of culture, prOVides complete
. tourist facilities like hotels, accommodations, restaurants, meetingfacilities and others. Now. Yogyakarta has many venues for meetings,conventions, exhibitions, seminars and incentive group with it activitiesand program. Yogyakarta is an ideal place to execute MICE program(Meeting, Incentive, Convention and Exhibition). There are many bigevent from meeting, convention and seminars has been conducted inthis city.
Keywords: Meeting, Incentive, Convention and Exhibition; Promotion
I. Pendahuluan·
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi terlelak di tengah
pulau Jawa, dikelilingi oleh provinsi Jawa Tengah dan termasuk zona tengah
bagian selatan dari formasi geologi pulau jawa. Ibukota provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah Yogyakarta, sedangkan kota-kota yang terdapat dalam wilayah
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Bantul, Wates, Sleman, Wonosari.
Secara administratifDIY dibagi dalam I (satu) kota dan 4 (empat) kabupaten, dimana
Yogyakarta membentuk kesatuan adiministrasi tersendiri. Jarak ke ibu kota negara,
Jakarta adalah 600 km, sedangkan kota-kota besar yang dekat adalah Semarang di
Jawa Tengah (120 km) dan Surabaya di Jawa Timur (320 km).
Bagi masyarakat Yogyakarta, dimana setiap tahapan kehidupan mempunyai
ani tersendiri, tradisi adalah sebuah hal yang penting dan masih dilaksanakan sampai
49
Kesiapan Yogyakarla Sebagai Kola Wisala MICE
saat ini. Tradisi juga pasti tidak lepas dari kesenian yang disajikan dalam upacar~
upacara tradisi tersebut. Kesenian yang dimiliki masyarakat Yogyakarta sangatlah
beragam. Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya.
Selain warisan budaya, Yogyakarta memiliki panorama alam yang indah antara lain
Gunung Merapi dan pantai-pantai yang masih alami yang terdapat di sebelah selatan
Yogyakarta.
Atmosfir seni begitu terasa di Yogyakarta, terutama di Malioboro Ini terlihat
dari beragam barang kerajinan serta musisi jalanan yang menghibur pengunjung
warung-warung lesehan. Budaya yang kental di masyarakat Yogyaka.rta:il]ilah yang
selama ini menjadi daya tarik bagi wisatawan. Visi pembangunan kota Yogyakarta
tahun 2007-20 I I sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) kota Yogyakarta 2007 - 201 I adalah KotaYogyakarta
sebagai kota pendidikan berkualitas, kota pariwisata berbasis budaya dan kota pusat
pelayanan jasa yang berwawasan lingkungan. Dalam bidang kepariwisataan, visi
tersebut menentukan sasaran pembangunan tahun 2007-201 I yaitu sebagai kota
pariwisata berbasis budaya dengan dukungan keragaman obyek dan daya tarik
wisata.
Pariwisata yang merupakan salah satu andalan kota Yogyakarta adalah
satu potensi yang memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung
terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu potensi penting dari suatu
daerah adalah pajak. Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk
kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut (Mardiasmo,
2001). Penerimaan potensial sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya
sebagian dari beberapa pajak dalam arti bahwa pajak daerah itu tidak semuanya
terlaksana secara efisien. Hal ini terbukti karena untuk pemerintah daerah salah satu
penerimaan yang potensial berasal dari pajak hotel dan restoran, pajak .tontonan,
pajak reklame. Semakin tinggi peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
cerminan keberhasilan usaha atau tingkat kemampuan daerah dalam membiayai
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.
Pajak hotel dan restoran memberikan hasil yang cukup besar dan dikarenakan
didasarkan prosentase tertentu atas uang masuk (10% atau 15% di daerah pariwi~ata).
Hal ini cukup elastis karena dalam prakteknya sebagian terbesar hotel dan restoran
kecil-kecil tidak memberikan kwitansi, uang masuk harus diperiksa, dan harus
50
HOSPITOUR Volume I No.1 - April 201 0
dilakukan secara berkala agar penerimaan tidak dikalahkan oleh intlasi. Jadi secara
umum pajak hotel dan restoran merupakan pungutan atas pembayaran rumah makan
dan rumah penginapan yang terdiri dari hotel, losmen, wisma, dan ~estoran. Dengan
demikian pajak hotel dan restoran cukup potensial dalam menyumbang Pendapatan
Asli Daerah (PAD).
Dalam usaha menopang eksistensi otonomi daerah yang maju sejahtera,
mandiri, berkeadilan, kota Yogyakarta dihadapkan pada suatu tantangan dalam
mempersiapkan strategi dalam perencanaan pembangunan yang akan diambil.
Pariwisata yang merupakan salah satu andalan kota Yogyakarta adalah potensi
yang memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung terhadap
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
merupakan sektor potensial di kota Yogyakarta, sehingga dengan adanya potensi
tersebut diharapkan kontribusi yang diberikan oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran dapat memacu pembangunan ekonomi di Kotamadya Yogyakata pada
khususnya dan Provinsi DIY pada umumnya. Untuk mendukung pengembangan
pariwisata dan pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta, pelaksanaan kegiatan MICE
mulai ditingkatkan. Sejumlah event internasional dan nasional seringkali diadakan
di provinsi inL
II. Profil Pariwisata Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta sebagai kota wisata pada kurun 5 (lima) tahun telah
mengalami t1uktuasi kunjungan wisatawan dikarenakan faktor ekstemal. Pada
tahun 2004 wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta sebanyak 1.800.000 orang
sementara pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi sebesar 1.600.000 orang
(Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Yogyakarta, 2006), da.ri jumlah tersebut 9,8%
diantaranya adalah wisatawan mancanegara. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok
wisatawan yang paling banyak berkunjung ke kota Yogyakarta adalah kelompok
wisatawan nusantara. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan Pemerintah Kota
Yogyakarta dalam mengembangkl\ll kepariwisataan adalah (I) meningkatkan
kunjungan wisatawan mancanegara dan (2) mempel"tahankan serta memantapkan
kUnjungan wisatawan nusantara.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan Pemerintah Kota Yogyakarta
dalam mengembangkan kepariwisataan adalah (I) meningkatkan kunjungan
wi~atawan mancanegara dan (2) mempertahankan serta memantapkan kunjungan
51
Kesiapan Yogyakarta Sebagai Kota Wisata MICE
wisatawan nusantara. Dalam mempertahankan dan memantapkan kunjungap
wisatawan nusantara ini, hal yang perlu diperhatikan antara lain profi IIkarakteristik,
motivasi, tujuan perjalanan, pola pergerakan dan perilaku wisatawan nusantara.
Untuk meningkatkan pariwisata di Yogyakarta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
mempunyai strategi sebagai berikut:
I. Peningkatan kualitas SDM;
2. Peningkatan sarana dan prasarana dinas;
3. Rehabilitasi Bangunan Cagar Budaya (BCB);
4. Rekonstruksi tari klasik;
5. Pengelolaan naskah kuno;
6. Penyusuan Perda dan Pergub bidang budaya;
7. Pembentukan penyidik pegawai negeri bidang budaya;
8. Fasilitasi lembaga pengelola dalam pengelolaan dan pengembangan event di
Kawasan Cagar Budaya, Bangunan eagar Budaya, dan Desa Budaya;
9. Tersusunnya pedoman, pergub kebijakan pembangunan berbasis budaya;
10.Penyiapan sarana dan prasarana event bertarafnasional dan intemasional;
11. Peningkatan SDM pengelola event-event budaya di daerah;
12.Promosi budaya;
13.Penyelenggaraan event - event nasional dan internasional.
Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Yogyakarta dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata Kota YogyakartaTahun 2001-2006
W1SATAWAN W1SATAWANTAHUN JUMLAH
NUSANTARA MANCANEGARA2001 1.560.868 180.760 1.741.6282002 1.167.877 91.799 1.259.6762003 1.306.253 64.624 1.370.8772004 1.696.835 103.400 1.800.2352005 1.442.045 157.955 1.600.0002006 654.502 60.708 715.210
Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Yogyakarta, 2006
Dari tabel di atas terlihat penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung
ke obyek wisata di Yogyakarta pada tahun 2006 sebesar 55,30%. Sedangkan untuk
52
HOSPITOUR Volume I No. 1 - April 20 I0
lama tinggal, pada tahun 2005 rata-rata lama tinggal wisatawan di kota Yogyakarta
meneapai 2,35 hari. Angka ini menurun sebesar 18,40% dibandingkan tahun 2005
dan turun sebesar 38,48% dibandingkan tahun 2004. Datanya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Rata-RatalLama Menginap (Malam) Wisatawan Nusantara (N), WisatawanManeanegara (MN) di Hotel Kota Yogyakarta Tahun 2006
BulanHotel Berbintang Hotel Non Bintang
N MN Rata2 N MN Rata2Januari 1,94 2,75 2,34 3,03 1,66 2,34Februari 1,84 3,29 2,56 1,58 1,31 1,44Maret 1,80 2,07 1,93 1,71 1,26 1,48April 1,70 3,51 2,60 1,68 3,58 2,63Mei 1,70 2,33 2,01 1,85 2,39 2,12Juni 2,66 3,42 . 3,04 2,16 1,27 1,71Juli 1,58 3,41 2,49 1,87 1,37 1,62Agustus 1,62 3,44 2,53 1,97 1,22 1,59September 1,78 2,96 2,37 2,14 1,09 1,61Oktober 1,55 2,67 2,11 1,87 1,18 1,52November 1,83 3,33 2,58 2,02 1,49 1.75Desember 1,49 2,97 2,23 1,38 1,77 1,57Rata-rata 1,77 2,93 2,35 1,87 1,58 1,72
2005 \,68 4,09 2,88 0,91 1,94 1,42
2004 2,05 5,\5 3,82 1,36 2,89 2,12
Sumber : Dinas Parsenibud Kota Yogyakarta/BPS, 2006
III. Kekuatan Yogyakarta Sebagai Kota Tujuan Wisata
Kota Yogyakarta memiliki aset yang sangat besar baik dalam bidang
pariwisata, seni dan budaya yang dapat menjadi pendorong menjadi kota 15 tujuan
wisata yang terkemuka dengan berbasis kekuatan budayanya. Terwujudnya kota
Yogyakarta sebagai kota tujuan wisata terkemuka yang bertumpu pada kekuatan dan
keunggulan budaya lokal serta mampu memperkokoh jati diri, memberikan manfaat
yang positif bagi masyarakat, serta dapat menjadi lokomotif pembangunan kota
Yogyakarta secara menyeluruh.
Selain sebagai kota budaya, Yogyakarta adalah salah satu tujuan wisatawan
terpenting di Indonesia. Penilaian ini didasarkan pada beberapa faktor yang menjadi
kekuatan kepariwisataan DIY. Salah satunya adalah keunikan karakter obyek wisata
seperti Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Candi Prambanan, Pantai
53
Kesiapan Yogyakarra Sebagai Kola Wisata MICE
Parangtristis dan lain-lain. Citra sebagai kota wisatajuga didukung oleh keberadaan
pusat-pusat industri kerajinan tangan maupun sebagai cindera mata. Mulai dari
gerabah dan keramik dengan Desa Kasongan di Bantul sebagai salah satu sentra,
kerajinan perak di Kota Gede, kerajinan batik, dan lain-lain memperkuat Yogyakarta
sebagai .tujuan wisata. Belum lagi ditambah tersedianya anekajasa boga yang khas
seperti bakpia, geplak, gudeg, dan masih banyak lagi.
Faktor pendukung yang tidak kalah penting sehingga Yogyakarta nyaman
sebagai tujuan wisata adalah sarana transportasi dan akomodasi yang menunjang.
Bandara internasional Adisucipto memungkinkan kedatangan wisatawan dari
mancanegara secara langsung menuju Yogyakarta. Sementara untuk sarana
transportasi lainnya juga banyak tersedia pilihan. Jarak Yogyakarta dari Jakarta
sekitar 600 kilometer. Saat ini Yogyakarta diakui sebagai kota pendidikan di Indonesia
karena banyak dan beragamnya lembaga pendidikan tinggi dan lembaga akademis
yangjumlahnya meJebihi 100 buah, baik lembaga yang didirikan pemerintah maupun
swasta.
Konsep pariwisata berbudaya yang dikembangkan Pemerintah Kota
Yogyakarta merupakan upaya mengoptimalkan segala potensi yang ada. Beberapa
hal yang dapat diidentifikasi sebagai kekuatan yang dapat mendukung Pemerintah
Kota Yogyakarta dalam mengembangkan kepariwisataan berbasis budaya di kota
Yogyakarta terdapat dalam Keputusan Walikota Yogyakarta No. 557lKEP/2007
tentang Rencana· Aksi Daerah Pengembangan Pariwisata Berhasis Budaya Kota
Yogyakarta Tahun 2007-2011. Kekuatan-kekuatan tersebut adalah sebagai berikut:
I. Perangkat regulasi yang mengatur pennasalahan kepariwisataan, kesenian, dan
kebudayaan di kota Yogyakarta;
2. Predikat kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan, budaya, perjuangan, dan
wisata;
3. Kota Yogyakarta sangat kaya akan potensi seni budaya baik karya maupun
sumber daya manusianya (seniman)~
4. Obyek dan daya tarik wisata yang ada di kota Yogyakarta cukup beragam;
5. Sarana, prasarana, dan fasilitas kepariwisataan yang ada di kota Yogyakarta
cukup beragam;
6. Aksesibilitas berupa BandaraAdisucipto, Stasiun Tugu, dan terminal Yogyakarta
serta sistem transportasi antar daerah yang mendukung kemudahan mobilitas
wisatawan;
54
Kesiapan Yogyakarla Sebagai Kola Wisala MICE
Parangtristis dan lain-lain. Citra sebagai kota wisatajuga didukung oleh keberadaall
pusat-pusat industri kerajinan tangan maupun sebagai eindera mata. Mulai dari
gerabah dan keramik dengan Desa Kasongan di Bantul sebagai salah satu sentra,
kerajinan perak di Kota Gede, kerajinan batik, dan lain-lain memperkuat Yogyakarta
sebagai tujuan wisata. Belum lagi ditambah tersedianya aneka jasa boga yang khas
seperti bakpia, geplak, gudeg, dan masih banyak lagi.
Faktor pendukung yang tidak kalah penting sehingga Yogyakarta nyaman
sebagai tujuan wisata adalah sarana transportasi dan akomodasi yang menunjang.
Bandara intemasional Adisueipto memungkinkan kedatangan wisatawan dari
maneanegara seeara langsung menuju Yogyakarta. Sementara untuk sarana
transportasi lainnya juga banyak tersedia pilihan. Jarak Yogyakarta dari Jakarta
sekitar 600 kilometer. Saat ini Yogyakarta diakui sebagai kota pendidikan di Indonesia
karena banyak dan beragamnya lembaga pendidikan tinggi dan lembaga akademis
yangjumlahnya melebihi 100 buah, baik lembaga yang didirikan pemerintah maupun
swasta.
Konsep pariwisata berbudaya yang dikembangkan Pemerintah Kota
Yogyakarta merupakan upaya mengoptimalkan segala potensi yang ada. Beberapa
hal yang dapai diidentifikasi sebagai kekuatan yang dapat mendukung Pemerintah
Kola Yogyakarta dalam mengembangkan kepariwisataan berbasis budaya di kota
Yogyakarta terdapat dalam Keputusan Walikota Yogyakarta No. 557lKEP/2007
tenlang Rencana· Aksi Daerah Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya Kota
Yogyakarta Tahun 2007-2011. Kekuatan-kekualan tersebut adalah sebagai berikut:
I. Perangkat regulasi yang mengatur permasalahan kepariwisataan, kesenian, dan
kebudayaan di kota Yogyakarta;
2. Predikat kola Yogyakarta sebagai kota pendidikan, budaya, perjuangan, dan
wisata;
3. Kola Yogyakarta sangat kaya akan potensi seni budaya baik karya maupun
sumber daya manusianya (seniman);
4. Obyek dan daya tarik wisala yang ada di kota Yogyakarta cukup beragam;
5. Sarana, prasarana, dan fasilitas kepariwisataan yang ada di kota Yogyakarta
cukup beragam;
6. Aksesibilitas berupa BandaraAdisueipto, Stasiun Tugu, dan terminal Yogyakarta
serta sistem transportasi antar daerah yang mendukung kemudahan mobilitas
wisatawan;
54
HOSPITOUR Volume I No. I - April 20 I0
7. Kesadaran seluruh komponen masyarakat terhadap posisi kota Yogyakarta
sebagai kota wisata dan kota budaya;
8. Masuknya kota Yogyakarta dalam Komunitas Liga Kota Bersejarah di dunia;
9. Program Master City dan Sister City yang telah dijalin oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta dengan berbagai kota baik di dalam maupun luar negeri;
10. Mitra kerja yang dapat mendukung pengembangan dan pelestarian pariwisata,
seni dan budaya;
II. Komitmen pelaku pariwisata, pers, masyarakat, dan pemerintah untuk seeara
sinergis dan terpadu mengembangkan kepariwisataan, kesenian, dan kebudayaan
di kota Yogyakalta.
IV. Industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition)
Keberhasilan pembangunan industri pariwisata memiliki implikasi yang
luas. Banyak sektor yang terkait dengan industri pariwisata, yakni industri perhotelan
dari hotel berbintang sampai hotel-hotel melati dan guest house di wilayah"wilayah
pariwisata. Industri kerajinan, transportasi udara dan darat, makanan, penerjemah,
dan lain-lain. Artinya, rangkaian kegiatan ekonomi yang bisa dieapai menjadi sangat
berantai. Seeara otomatis, sektor riil mendapat dampak positifdari kemajuan industri
pariwisata. Industri pariwisatajuga menjadi bagianpublic relations untuk Indonesia.
Melalui informasi-informasi yang disebarkan oleh wisatawan maneanegara itulah,
kondisi Indonesia yang sesungguhnya bisa disebarluaskan kepada dunia intemasional.
Ini akan menunjang komunikasi bisnis dan politik Indonesia yang sedang dibangun
seeara intensif oleh pemerintahan di dunia internasional. Keberhasilan aparat
keamanan dalam meinbuka jaringan pengganggu stabilitas keamanan selama ini,
menjadi nilai positifbagi Indonesia. Sebab, kepereayaan dunia intemasional terhadap
kondisi keamanan Indonesia, menjadi bagian penting untuk menarik kedatangan
wisatawan maneanegara.
Kedatangan wisatawan maneanegara ke Indonesia bukan hanya sekedar
berlibur, tetapi ada yang mengikuti event MICE (Meeting. Incentive. Convention.
and Exhibition) di Indonesia. Ini artinya. para wisman yang hadir di Indonesia adalah
mereka yang diutus oleh korporasi, lembaga swadaya, bahkan sebagai utusan negara.
Ini memiliki nilai positifbagi perolehan devisa negara. Sebab, rata-rata lama tinggal
peserta MICE minimal selama 3 hari. Pada umumnya peserta MICE berasal dari
kalangan yang memiliki integritas dan kapabilitas dalam pengambilan kebijakan,
55
Kesiapan Yogyakarta Sehagai Kota Wisata MICE
berasal dari kalangan menengah ke atas, dengan perekonomian yang cukup tingg;i
sehingga pembelanjaan yang dikeluarkan lebih besar, mencapai 3 sampai dengan 4
kali lipat lebih besar dari wisatawan biasa.
MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), dalam industri
pariwisata atau pameran, adalah suatu jenis pariwisata di mana suatu kelompok
besar, biasanya direncanakan dengan matang, berangkat bersama untuk suatu
tujuan tertentu. MICE adalah Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition
yang merupakan kegiatan kepariwisataan yang aktivitasnya perpaduan antara
leis!i~e 'lan business yang melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama.
Tujuan dari penyelenggaraan MICE tidak sekedar memperkenalkan produk baru,
penghargaan atau strategi perusahaan melainkan menaikkan image agar kepercayaan
konsumen tetap terbina dan menaikkan reputasi perusahaan. Industri ini tidak dapat
berdiri sendiri artinya memerlukan kerja sarna dari berbagai perusahaan karena
membutuhkan pelayanan dan komponen lain dari banyak perusahaan. Perusahaan
atau organisasi yang terlibat dalam industri MICE antara lain:
I. Asosiasi, organisasi atau lembaga
Merupakan wadah perkumpulan orang/kelompok yang memiliki keinginan yang
sarna atau satu visi dari misi tertentu.
2. Perusahaan penyedia ruang pertemuan & pameran (biro konvensi)
Perusahaan yang menyediakan ruang pertemuan dan pameran berperan melayani
jasa penyewaan ruang dan fasilitas.
3. Perusahaan penyedia perancang pameran dan peralatan pameran
Perusahaan ini menyediakan/melengkapi stand (booth) yang dibutuhkan peserta
pameran tentu saja dengan fasilitas yang canggih dan modem.
4. Biro Perjalanan Wisata, event organizer, meeting planner
Perusahaan yang mengurus segala kebutuhan pertemuan mulai dari pertemuan,
faasilitas tenaga ahli, nara sumber, penterjemah yang bekerjasama dengan
perusahaan lainnya.
5. Perusahaan transportasi udara, laut dan darat
Perusahaan ini menyediakan segala jenis transportasi yang akan digunakan oleh
panitia atau peserta sesuai dengan tujuan dan kegiatannya.
6. Perusahaan penyedia usaha penginapan, incentive house
Perusahaan yang menyediakan usaha penginapan yang diIengkapi dengan
berbagai pelayanan serta jasa lainnya.
56
HOSPITOUR Volume I No. I - April 20 I0
7. Perusahaan penyedia makanan dan minuman serta hiburan
Perusahaan menyediakan makanan dan minuman dari berbagai negara dan juga
menyediakan sarana hiburan yang mampu menyegarkan peserta'atau panitia.
8. Perusahaan cindera mata (art shop)
Perusahaan ini menyediakan berbagai cinderamata dari berbagai model untuk
tamu dari mancanegara sebagai kenangan atas negara yang dikunjunginya.
9. Instansi penyelenggara perizinan untuk konvensi dan pameran
Aparat kepolisian negara menjadi penjamin keamanan dan kelancaran selama
pameran & konvensi berlangsung baik bagi panitia, peserta maupun perlengkapan
konvensi dan pameran diselenggarakan.
MICE memunculkan semangat baru promosi wisata. Industri MICE
dianggap mendatangkan multiplier effect yang signifikan, lantaran melibatkan
begitubanyak pebisnis. Bukan hanya perusahaan penyelenggara acara pertemuan,
konvensi, pameran, ataupun pelaku bisnis pariwisata yang langsung memetik
keuntungan, tapi juga mereka yang bergerak dalam bisnis akomodasi, kuliner,
transportasi, hingga cindera mata. Montgomery dan Strick (1995) mengatakan
bahwa MICE menghasilkan pendapatan yang sangat besar dalam industri pariwisata
karena mendatangkan banyak pengunjung.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) pada tahun 2007
menetapkan 10 daerah tujuan MICE'di Indonesia. Langkah ini dilakukan. untuk
menyebar pelaksanaan MICE di luar Jakarta dan Bali. Selain dua kota itu, delapan
kota yang sudah punya fasilitasMICE standar nasional adalah Surabaya, Medan,
Bandung, Batam, Yogyakarta, Padang, Makassar, dan Manado. Meningkatnya
kepercayaan dunia intemasional terhadap Indonesia sebagai destinasi MICE yang
menarik, telah mendorong bisnis MICE di tanah air kembali bergairah. Pembentukan
Direktorat Konvensi, Insentive dan Pameran (MICE) oleh pemerintah (Depbudpar)
pada tabun 2007 menunju\i;kan keseriusan pemerintah bersama pelaku bisnis dalam
menggarap MICE.
Bila dilihat dari fasilitas, kota Yogyakarta sebagai salah satu kota tujuan
wisata MICE memiliki fasilitas yang menunjang penyelenggaraan MICE di kota
tersebut. Yogyakarta mempunyai positioning yang cukup unik, jelas, dan konsisten,
yaitu sebagai kota budaya, pendidikan, dan pariwisata. Bappeda DIY sendiri
sudah menjadikan ketigll"1lSpek ini sebagaipilar pengembangan industri wisata di
57
Kesiapan Yogyakarta Sebagai Kota Wisata MICE
Yogyakarta. Yogyakarta mempunyai banyak institusi pendidikan tinggi, yang tidal<
sedikit di antaranya mempunyai jaringan intemasional yang luas. Banyak perguruan
tinggi dan pusat-pusat studi sebenamya telah menjadi tuan rumah konferensi
konferensi intemasional dan terbukti berhasil mendatangkan peserta bukan hanya
dari berbagai penjuru Indonesia, tetapi juga dari luar negeri.
Menurut Weissinger (1992), salah satu pertimbangan utama dalam
pemilihan lokasi untuk MICE adalah transportasi dan aksesibilitas. Untuk kegiatan
MICE dengan skala regional, para peserta dapat memilih melalui jalan darat, tetapi
untuk skala yang lebih besar para peserta akan memilih jalur udara. Dalam usaha
melepaskan diri dari ketergantungankunjungan wisatawan mancanegara melalui Bali
dan Jakarta, sedang diperjuangkan masalah aksesibilitas dengan adanya penerbangan
15 langsung dari luar negeri ke Yogyakarta. Saat ini telah tersedia penerbangan
langsung Kuala Lumpur - Yogyakarta. Pada awal Maret 2008, pemerintah DIY telah
mengoperasikan bis TransJogja sebagai usaha untuk membuat transportasi di kota
ini nyaman.
Tempat yang memadai untuk suatu penyelenggaraan MICE juga perlu
dipertimbangkan. Saat ini Yogyakarta telah memiliki gedung Jogjakarta Expo
Center (JEC). JEC memiliki luas 14 hektar yang dilengkapi dengan fasilitas yang
menunjang kegiatan MICE seperti hotel, pusat perbelanjaan, restoran yang bertaraf
internasional, area parkir yang sangat luas serta gudang yang memadai.
V. Kegiatan Pemasaran MICE
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bemilai
dengan pihak lain (Kotler, 2000). Pemasaran bertujuan untuk memuaskan kebutuhan
konsumen karena pemasaran ada akibat dari adanya kebutuhan konsumen yang
kemudian diciptakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen atas konsep needs,
wants, dan ability.
Pada awaI tahun 1960-an, Profesor Neil Borden di Harvard Business
School mengidentifikasi sejumlah tindakan perusahaan yang dapat mempengaruhi
keputusan konsumen untuk membeli baranr; atau jasa, yang kemudian dikenal
dengan marketing mix. Marketing mix berisi 4 elemen yaitu:
58
HOSPITOUR Volume I No. 1 - April 2010
1. Product (produk)
Aspek produk dari pemasaraan berkaitan dengan spesifikasi seperti barang atau
jasa, dan bagaimana hubungannya dengan kebutuhan dan keinginan akhir dari
pelanggan atau konsumen.
2. Price (harga)
Merujuk kepada proses menetapkan harga untuk suatu produk, termasuk diskon.
3. Placement (penempatan)
Merujuk kepada bagaimana menempatkan produk kepada pelanggan, misalnya
point-ai-sale atau penempatan retailing. P ketiga ini juga kadang-kadang ini
dinamakan place (tempat), tempat ini merujuk kepada saluran yang produk
atau layanan dijual, melingkupi wilayah geografis atau industri, segmen tertentu
(remaja, keluarga, bisnis orang), juga merujuk kepada bagaimana lingkungan di
mana produk tersebut dijual, dan bagaimana efeknya terhadap penjualan.
4. Promotion (promosi)
Mencakup iklan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan pribadi. Branding
merujuk kepada berbagai rnetode mempromosikan produk, merek, atau
perusahaan.
Elemen yang akan dibahas lebih lanjut adalah promosi. Menurut Lamb,
Hair dan McDaniel (2004), promosi adalah komunikasi dari para penjual yang
menginfonnasikan, membujuk, dan mengingatkan para calon pembeli suatu produk
dalam rangkamempengaruhi pendapat mereka atau memperoleh suatu respon.
Sedangkan menurut Belch dan Belch (2006), promosi adalah koordinasi dari seluruh
upaya para penjualtIntuk menyusun saluran informasi dalam rangka menjual produk
dan jasa ataupun mempromosikan sebuah ide.
Promosi merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran sehingga dalam
semua kegiatan pariwisata, promosi tidak bisa berjalan sendiri dan terpisah dari
indikator-indikator bauran pemasaran pariwisata yang lainnya. Secara keseluruhan
bauran promosi pariwisata mencakup produk (product), harga (price), promosi
(promotion), sistem distibusi (place), kerja sarna (partnership), pengemasan paket
wisata (packaging), program kegiatan wisata (programming), penampilan objek
subjek pariwisata (performance), dan sumber daya manusia (people). Seluruh
indikatcr bauran pemasaran pariwisata tersebut harns bersinergi dalam kegiatan
pariwisata agar memperoleh hasil yang optimal.
l 59
Kesiapan Yogyakarla Sebagoi Kola Wisata MICE
Tindakan promosi hams berdasarkan pada analisis terhadap situa~i
dan permintaan pasar terkini. Ini berarti bahwa promosi yang diJakukan harus
berdasarkan hasil analisis data peneJitian tentang segmentasi pasar pariwisata, bukan
merupakan pendapat dan perasaan penguasa atau pemegang yang memandang
perlu atau tidaknya diadakan promosi. Promosi pariwisata yang efektif mencakup
pengidentifikasian target calon wisatawan yang akan dicapai, pengidentifikasian
tujuan komunikasi yang akan dicapai, fonnulasi bentuk pesan dan informasi
pariwisata untuk mencapai tujuan, pilihan media untuk menyampaikan pesan dan
informasi secara efektifkepada caJon wisatawan yang dituju, aJokasi anggaran untuk
mencapai produksi dan penyampaian pesan, dan evaJuasi mekanisme penjuaJanjasa
dan produk-produk pariwisata.
Menurut Morrison (2002), tujuan dari kegiatan promosi adalahmempengaruhi
perilaku melalui komunikasi. Tiga prinsip dalam promosi dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
Customers' Buying Process Stages
Need Awareness
Information Search
Goals ofPromotionI... "V /
Inform
Evaluation ofAlternatives
Purchase
PosflJUrchase Evaluation
Persuade
r····························A·d~;;i~~················ ]Remind
Gambar 1. Tujuan Promosi
Sumber: Morrison, 2002
Pada gambar itu tahapan inform sangat tepat untuk menginfomasikan
sesuatu yang bam, sedangkan tahapan persuade sudah mulai mempengaruhi untuk
menentukan keputusan dan tahapan remind adalah untuk mengingatkan kepada
.kegiatan promosi yang suclah dilakukan misalnya iklan. Suatu alat yang digunakan
60
HOSPITOUR Volume I No. t - April 2010
untuk memenuhi tujuan komunikasi dad suatu organisasi adalah bauran promosi
(promotional mix). Bauran promosi dapat dilihat pada gambar berikut:
PromotionalMix
II I I I I I
.... InteraCtive! Publicity!Advertising Direct Internet ... Sl)l~s Public Personal
Marketing Marketing Promotion Relation Selling
.. :.I
Gambar 2. Bauran Promosi
Sumber : Belch, 2006
Dari kelima elemen tersebut, yang dapat diaplikasikan di dalam kegiatan promosi
MICE adalah :
1. Advertising
Advertising merupakan kegiatan promosi yang bisa menjangkau secara luas
karena melibatkan media massa seperti televisi, radio, majalah dan koran.
Melalui pemilihan media massa yang tepat, kegiatan MICE dapat disampaikan
kepada target pasar yang hendak dituju.
2. Direct marketing
Direct marketing bukanlah sekedar kegiatan direct mail tetapi banyak kegiatan
yang dapat dilakukan seperti database management, direct selling, telemarketing
dan internet.
3. Public relation
Kegiatan MICE dapat dipromosikan melalui elemen ini dengan mengevaluasi
perilaku pasar, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur dari sebuah organisasi
untuk selanjutnya melaksanakan program-program sehingga target pasar yang
hendak dituju menerima dan memahaminya.
Promosi dalam sebuah kegiatan MICE menurut Weissinger (1992) dapat digunakan
untuk:
I. Menentukan peserta yang sesuai dengan konsep acara;
2. Meningkatkan jumlah pengunjung;.,.3. Meningkatkan pendapatan.
61
Kesiapan Yogyakarla Sebagai Kola Wisata MICE
Kegiatan promosi tidak bisa dilepaskan dalam memasarkan Yogyakarkl
sebagai kota tujuan wisata MICE. Untuk promosi dalam negeri, Yogyakarta
memfokuskan pada 3 (tiga) pintu gerbang utama yaitu Jakarta, Bali, dan Batam,
selia melalui Forum Kerjasama Mitra Praja Utama (MPU). Untuk MPU juga
ditakukan promosi bersama lewat Tourism Information Center (TIC) Denpasar, Bali,
disamping menggunakan website MPU serta TIC, Tourism Information Services
(nS) di Yogyakarta dan website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata maupun pemda
DIY. Program unggulan pariwisata dari tahun ke tanun mengalami perkembangan,
baik SDM, sarana pariwisata maupun promosi pariwisata yang dilaksanakan
setiap tahun, seningga nantinya dapat terwujud Yogyakarta sebagai Daerah Tujuan
Wisata Utama di Indonesia dengan keunggulan potensi wisata yang nyaman untuk
dikunjungi wisatawan.
VI. Kesimpulan
Pariwisata kini tak hanya berkonsentrasi pada paket liburan. Industri
meeting, incentives. convention, dan exhibition atau dikenal dengan industri MICE
memunculkan semangat baru promosi wisata. Sebagai negara tujuan wisata di Asia,
Indonesia memiliki berbagai keunggulan dalam industri MICE. Yogyakarta sebagai
salah satu kota destinasi MICE di Indonesia memiliki fasilitas yang menunjang
penyelenggaraan MICE di kota tersebut. Yogyakarta mempunyai positioning
yang cukup unik, jelas, dan konsisten, yaitu sebagai kota budaya, pendidikan, dan
pariwisata. Untuk mendukung pengembangan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi
di Yogyakarta, pelaksanaan kegiatan MICE mulai ditingkatkan. Sejumlah event
internasional dan nasional seringkali diadakan di provinsi ini.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai jumlah wisatawan
serta lama tinggal antara lain pengembangan produk-produk pariwisata, sarana
prasarana dan fasilitas, serta inovasi dalam pengembangan destinasi pariwisata.
Langkah tersebut hendaknya didukung dengan promosi yang sinergis dengan pelaku
pariwisata serta memunculkan citra pariwisata Yogyakarta yang arnan dan nyarnan.
Selain itu peningkatan sumber daya manusia di bidang MICE juga perlu menjadi
perhatian bersama antara pelaku bisnis dan pemerintah.
Kegiatan prornosi tidak bisa dilepaskaJl dalam memasarkan Yogyakarta
sebagai kota tujuan wisata MICE. Untuk promosi dalam negeri, Yogyakarta
memfokuskan pada 3 (tiga) pintu gerbang utama yaitu Jakarta, Bali, dan Batam, serta
62
I
j
HOSPlTOUR Volume I No. I - April 20 10
melalui Forum Keljasama Mitra Praja Utama (MPU). Untuk MPU juga dilakukan
promosi bersama lewat Tourism Information Center (TIC) D;npasar, Bali, di
samping menggunakan website MPU serta TIC, Tourism Information Services (TIS)
di Yogyakarta dan website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata maupun pemda DIY.
Program unggulan pariwisata dari tahun ke tahun mengalami perkembangan, baik
SDM, sarana pariwisata maupun promosi pariwisata yang dilaksanakan setiap tahun,
sehingga nantinya dapat terwujud Yogyakarta sebagai Daerah Tujuan Wisata Utama
di Indonesia dengan keunggulan potensi wisata yang nyaman untuk dikunjungi
wisatawan.
Keberadaan Bandara Adisucipto sebagai bandara intemasional serta pintu
gerbang masuknya wisatawan ke kota Yogyakarta diharapkan dapat dioptimalkan
operasionalnya. Hal ini berkaitan dengan frekuensi penerbangan intemasional
yang masih sangat minim sehingga wisatawan mancanegara yang ingin datang ke
kota Yogyakarta tetap harus transit dahulu di Jakarta atau di Denpasar. Jika hal ini
diabaikan maka posisi kota Yogyakarta sebagai kota wisata tetap akan menempati
pilihan kedua setelah Bali atau Jaka$. Selain itu perlu dikembangkan dengan sinergi
antar berbagai stakeholders pariwisata, seperti yang dilakukan di Singapura dimana
terdapat kerjasama yang sangat baik antara perusahaan penerbangan, bandara, hotel,
restoran dan obyek wisata.
63
Kesiapan Yogyakarta Sebagai Kota Wisata MICE
DAFTAR PUSTAKA
Belch, George dan Belch, Michael (2006). Advertising andpromotion, an integratedmarketing communications perspective. 7th ed. New York: McGraw Hill.
Borden, N. H. (1964). The concept of the marketing mix. Journal ofAdvertisingResearch, 4,2-7.
Kotler, Philip (2000), Marketing management, the millenium edition. New Jersey:Pearson.
Lamb, Hair dan McDaniel (2004). Essentials of marketing (4" ed.). United States:South-Western College Pub.
Mardiasmo (200 I). Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset.
Montgomery, Rhonda J. dan Strick, Sandra K. (1995). Meetings, conventions, andexpositions, an introduction to the industry. United States:Van NostrandReinhold.
Morrison, Allisair M. (2002). Hospitality and travel marketing (3" ed.). New York:Delmar Thomson Learning.
Walikota Yogyakarta(2007, 23 November), KepulUsan Walikota YogyakartaNo. 557/KEPIl007 tentang rencana aksi daerah pengembangan pariwisata berbasisbudaya kota Yogyakarta tahun2007-201I. Diakses pada 18 Januari 2010,dari http://www.jogjakota.go.idl
Weissinger, Suzanne S. (1992). A guide succesful meeting planning. United States:John Wiley & Sons.
64