reklantas

5
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Lalu lintas dapat menjadi barometer kemajuan dari suatu daerah atau kota yang volume lalu lintas tinggi. Lalu lintas lancar dan teratur dapat menunjukkan bahwa disiplin berlalu lintas dari penduduknya juga tinggi yang berarti pembangunan pada daerah tersebut berkembang secara baik. Semakin meningkatnya perekonomian penduduk sehingga mampu untuk memiliki kendaraan pribadi sehingga mengakibatkan semakin ramainya lalu-lintas pada kota-kota yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Dengan demikian kemacetan dan kesembrautan lalu-lintas juga meningkat. Untuk mengatasi kemacetan dan kesembrautan lalu-lintas tersebut diperlukan suatu sistem penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas yang baik dan sangat berpengaruh pada kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut. Sistem penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas biasanya lebih ditekankan pada lokasi-lokasi dimana terjadi pertemuan-pertemuan jalan atau persimpangan jalan. Karena pada pertemuan dua jalan atau lebih ini mengakibatkan adanya titik konflik yang akhirnya terjadi kemacetan lalu-lintas. Persimpangan jalan secara konstruksi diklasifikasikan sebagai persimpangan sebidang (at-grade intersection) dan persimpangan tidak sebidang (grade separate intersection). Dimana persimpangan itu memerlukan fase, menurut Soejono (1996), fase itu adalah suatu alat pemberi isyarat dalam satu waktu siklus yang memberikan hak jalan pada satu atau lebih gerakan lalu lintas untuk memperlancar arus kendaraan. Sedangkan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), fase adalah bagian dari Universitas Sumatera Utara

Upload: yulistia-hadi

Post on 15-Nov-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

rekayasa lalu lintas

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Lalu lintas dapat menjadi barometer kemajuan dari suatu daerah atau kota yang

    volume lalu lintas tinggi. Lalu lintas lancar dan teratur dapat menunjukkan bahwa

    disiplin berlalu lintas dari penduduknya juga tinggi yang berarti pembangunan pada

    daerah tersebut berkembang secara baik. Semakin meningkatnya perekonomian

    penduduk sehingga mampu untuk memiliki kendaraan pribadi sehingga mengakibatkan

    semakin ramainya lalu-lintas pada kota-kota yang memiliki kepadatan penduduk yang

    tinggi. Dengan demikian kemacetan dan kesembrautan lalu-lintas juga meningkat.

    Untuk mengatasi kemacetan dan kesembrautan lalu-lintas tersebut diperlukan

    suatu sistem penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas yang baik dan sangat

    berpengaruh pada kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi kendaraan yang

    melewati jalan tersebut. Sistem penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas biasanya lebih

    ditekankan pada lokasi-lokasi dimana terjadi pertemuan-pertemuan jalan atau

    persimpangan jalan. Karena pada pertemuan dua jalan atau lebih ini mengakibatkan

    adanya titik konflik yang akhirnya terjadi kemacetan lalu-lintas.

    Persimpangan jalan secara konstruksi diklasifikasikan sebagai persimpangan

    sebidang (at-grade intersection) dan persimpangan tidak sebidang (grade separate

    intersection). Dimana persimpangan itu memerlukan fase, menurut Soejono (1996), fase

    itu adalah suatu alat pemberi isyarat dalam satu waktu siklus yang memberikan hak

    jalan pada satu atau lebih gerakan lalu lintas untuk memperlancar arus kendaraan.

    Sedangkan menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), fase adalah bagian dari

    Universitas Sumatera Utara

  • siklus sinyal dengan lampu hijau bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu-lintas.

    Berdasarkan pelayanan untuk persimpangan, ada empat jenis control pengaturan lalu-

    lintas yang dapat dilakukan, yaitu:

    1. Tanpa pengaturan lalu-lintas

    2. Pengaturan dengan rambu peringatan

    3. Pengaturan dengan rambu berhenti

    4. Pengaturan dengan sinyal lalu-lintas (traffic signal)

    Ketiga jenis persimpangan pertama dapat digolongkan dalam kelompok persimpangan

    tanpa kendali perangkat pengatur lalu-lintas atau persimpangan tanpa lalu-lintas

    (unsignalized intersection). Sedangkan yang nomor empat disebut juga dengan

    persimpangan dengan lampu lalu-lintas (signalized intersection).

    I.2. Permasalahan

    Aktifitas yang dilakukan masyarakat secara tidak langsung membuat kawasan-

    kawasan tertentu, dimana daerah tersebut mempunyai suatu aktifitas tertentu yang

    dominan dilaksanakan didaerah yang dimaksud.

    Pertumbuhan kawasan yang terus-menerus diikuti dengan pertumbuhan dalam

    bidang transportasi. Di kota Medan kawasan tumbuh membentuk pola kota yang

    menjadi ciri tersendiri dimana ciri khas ini mencerminkan kegiatan yang dilaksanakan

    pada kawasan tersebut. Pertumbuhan kawasan kota Medan yang multi fungsi membagi-

    bagi daerah kota menjadi kawasan tertentu. Misalnya menjadi kawasan pendidikan,

    perdagangan, perkantoran, perumahan, dan lain sebagainya sesuai dengan aktifitas yang

    dominan dilakukan pada kawasan tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Seringnya muncul peristiwa kemacetan lalu-lintas di beberapa kawasan tertentu,

    maka perlu diadakan suatu sistem pengaturan lalu-lintas pada persimpangan dikawasan

    tersebut. Karena perencanaan persimpangan dan sistem pengaturan lalu-lintas yang baik

    akan mengurangi kemacetan dan mencegah terjadinya kecelakaan.

    Demikian halnya pada persimpangan JL. THAMRIN - JL. M.T. HARYONO

    JL. AIP II K.S. TUBUN, dimana pada persimpangan ini sering terjadi kemacetan arus

    lalu-lintas pada pada pagi, siang dan sore hari. Hal ini disebabkan oleh volume

    kendaraan cukup besar yang mengakibatkan kemacetan dipersimpangan tersebut.

    Sementara perkembangan sarana jalan tidak seimbang dengan pertumbuhan volume

    lalu-lintas tersebut, sehingga dengan demikian persimpangan tidak melayani volume

    lalu-lintas.

    Angkutan umum juga sering menaikkan dan menurunkan penumpang

    dipersimpangan, sehingga menguranggi kapasitas jalur dan mengganggu arus lalu-lintas

    kendaraan yang melalui persimpangan. Pengaturan lalu-lintas pada persimpangan ini

    dibantu oleh sinyal lampu-lintas, tetapi tampaknya masih terjadi antrian yang panjang

    terutama pada saat jam sibuk.

    I.3. Maksud dan Tujuan

    Adapun maksud penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengatasi terjadinya

    kemacetan yang terjadi disetiap lengan persimpangan. Sedangkan tujuannya adalah

    untuk menentukan suatu sistem pengaturan lampu lalu-lintas, yakni fase dan waktu

    siklus yang optimum di persimpangan Thamrin. Oleh karena adanya masalah kemacetan

    yang cukup sering terjadi, maka penulis ingin membahas permasalahan ini guna

    mencapai suatu solusi untuk mengantisipasi kemacetan lalu-lintas pada persimpangan

    Universitas Sumatera Utara

  • tersebut. Solusi ini dimaksudkan sebagai pemecahan awal dari masalah kemacetan lalu-

    lintas di persimpangan JL.THAMRIN - JL. M.T. HARYONO JL. AIP II K.S.

    TUBUN

    I.4. Pembatasan Masalah

    Untuk mendapatkan suatu sistem pengaturan pada persimpangan jalan, banyak

    faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk mendapatkan pemecahan masalah.

    Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membatasi pokok permasalahan dan

    penyelesaiannya dengan mengarahkan penulisan ini pada pokok pembahasan yang

    relevan dengan judul. Faktor yang paling pokok dibahas berkaitan dengan permasalahan

    pada persimpangan tersebut antara lain :

    - Kondisi geometrik

    - Volume lalu-lintas

    - Titik-titik konflik arus lalu-lintas, dan

    - Data sinyal lalu-lintas

    I.5. Metodologi

    I.5.1. Study Literatur

    Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara sebagai

    berikut:

    1. Data Sekunder

    Data sekunder didapatkan melalui asumsi-asumsi dan teori yang diperoleh

    melalui buku-buku literature yang berhubungan dengan transportasi, lalu-lintas dan

    persimpangan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Data Primer

    Pendataaan volume lalu-lintas di lapangan secara manual dimana parameter-

    parameter yang diamati saat pengumpulan data yaitu:

    1. Pencatatan volume lalu-lintas sesuai dengan klasifikasi kendaraan yang telah

    ditetapkan

    2. Data jumlah kendaraan pada waktu siklus sinyal lampu lalu-lintas

    3. Titik-titik konflik lalu-lintas yang melewati persimpangan

    4. Keadaan lokasi persimpangan dan geometrik simpang (lokasi pengambilan

    data)

    5. Keadaan lingkungan dan faktor-faktor lain sebagainya.

    3. Rancangan Analisa

    Untuk mengetahui hasil perhitungan yang dilakukan pada persimpangan maka

    digunakan rumus-rumus perhitungan mengenai kapasitas, tundaan, derajat kejenuhaan,

    dimana penganalisaan perhitungan didasarkan atas metode yang digunakan pada

    Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).

    Universitas Sumatera Utara