refreshing ispa

Upload: priya-adhi-yaksa

Post on 16-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

respi

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI1BAB I2PENDAHULUAN21.1 Latar Belakang....................................................................................................2BAB II3TINJAUAN PUSTAKA32.1ISPA32.1.1Definisi ISPA32.1.2Etiologi ISPA32.1.3Patogenesis ISPA42.1.4Klasifikasi52.1.5Tanda dan Gejala62.1.6Pemeriksaan Klinis82.1.7Diagnosis Banding92.1.8Prognosis dan Komplikasi102.1.9Penatalaksanaan112.2Pencegahan ISPA12DAFTAR PUSTAKA15

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBerdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Banjar 3 tahun 2013 ditemukan bahwa ISPA di Puskesmas Banjar 3 menempati urutan nomor 1 dari 10 penyakit terbanyak di daerah tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kebiasaan penduduk merokok, membakar sampah dan pemakaian obat nyamuk sehingga membuat polusi udara pada daerah tersebut yang merupakan salah satu penyebab gangguan saluran pernapasan. ISPA hingga saat ini masih mencatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak dinegara berkembang. Episode penyakit batuk pilek di Indonesia diperkirakan terjadi tiga sampai enam kali pertahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-60 % kunjungan berobat di Puskesmas dan 15-30 % kunjungan berobat dirawat jalan dan rawat inap di rumah sakit (Depkes RI, 2009). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 ISPA2.1.1 DefinisiInfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

2.1.2 EtiologiEtiologi ISPA terdiri dari :Bakteri: Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-lain.Virus : Influenza, adenovirus, sitomegalovirusJamur: Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain.Aspira: Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain).Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum ada 3 faktor yaitu:1. Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak.2. Keadaan gizi dan cara pemberian makan.3. Kebiasaan merokok dan pencemaran udara

Faktor yang meningkatkan morbiditas adalah anak usia 2 bulan, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak memadai, polusi udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan menyelimuti anak berlebihan. Faktor yang meningkatkan mortalitas adalah umur kurang dari 2 bulan, tingkat sosial ekonomi rendah, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tingkat pengetahuan ibu rendah, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan menderita penyakit kronis.2.1.3Patogenesis Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri.

2.1.4Klasifikasi Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun.A. Golongan Umur Kurang 2 Bulan1. Pneumonia BeratBila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.2. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari volume yang biasa diminum).b) Kejangc) Kesadaran menurund) Stridore) Wheezingf) Demam / dingin.

B. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun1. Pneumonia BeratBila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).2. Pneumonia SedangBila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebihb) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.3. Bukan PneumoniaBila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :a) Tidak bisa minumb) Kejangc) Kesadaran menurund) Stridore) Gizi buruk2.1.5Tanda dan gejalaISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare. Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian.Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI adalah :A. Gejala dari ISPA RinganDinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:1. Batuk2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.

B. Gejala dari ISPA SedangSeorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih.2. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).3. Tenggorokan berwarna merah.4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.8. Gejala dari ISPA BeratSeorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:1. Bibir atau kulit membiru.2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.4. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.7. Tenggorokan berwarna merah.2.1.6Pemeriksaan KlinisA. AnamnesisDiagnosis ispa ditegakkan berdasarkan anamnesis yang disebutkan pada klasifikasi di atas.B.Pemeriksaan fisik1. InspeksiPerlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.2. PalpasiSuara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.3. PerkusiAda atau tidaknya suara redup pada sisi yang sakit.4. AuskultasiAuskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).B.Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan Laboratorium pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia, dan2. X-foto dada Untuk melihat ada atau tidaknya bercak bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000)

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI adalah :1. ISPA ringanSeseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.2. ISPA sedangISPA sedang apabila timbul gejala seperti sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

3. ISPA beratGejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.2.1.7Diagnosis BandingPenyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri, mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri abdomen akut yang sering disertai dengan muntah.2.1.8Prognosis dan KomplikasiA. PrognosisPada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila tidak terjadi komplikasi yang berat. Hal ini juga didukung oleh sifat penyakit ini sendiri, yaituself limiting diseasesehingga tidak memerlukan tindakan pengobatan yang rumit. B. KomplikasiApabila infeksi menjalar kesluran bawah atau bronkus dapat menimbulkan bronchitis, penyebaran lebih lanjut kejaringan paru dapat menyebabkan pneumonia, infeksi dapat juga menyebar ke telinga bagian tengah yang menyebabkan otitis media dan sinusitis.

2.1.9PenatalaksanaanA. Penatalaksanaan ISPA:Penatalaksnaan ISPA yaitu: Pemberian anti piretik seperti paracetamol, untuk menurunkan suhu tubuh Pemberian anti biotik untuk membunuh kuman seperti: benzil penisilin, kotrimokasol, klorampenicol, gentamisin, streptomisin dan klikasilin. Pemeberian obat batuk atau pelega tenggorokan Penanganan cairan dengan seksama Pemeberian ASI adalah yang terbaik Membersihkan hidung dengan menggunakan sapu tangan/tissue yang bersih.Berikut Beberapa hal yang perlu dikerjakan orang tua anak penderita ISPA (perawatan dirumah). Mengatasi panas (demam) : Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari; Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Mengatasi batuk :Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari. Pemberian makanan :Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan. Pemberian minuman : Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

2.2PencegahanMenurut Depkes RI (2012) pencegahan penyakit ISPA ialah suatu upaya kita untuk mencegah terjadinya suatu penyakit ISPA diantaranya adalah :A. Pencegahan ISPA1. Pencegahan terhadap dropflet infection Batuk memakai sapu tangan atau tissue Hawa kamar harus cukup segar Bila perlu perawatan memakai masker Berludah jangan sembarang

2. Pencegahan terhadap infectie melalui debu Usahakan lingkungan rumah jangan terlalu banyak debu Bila akan memberihkan debu dilantai, hendaknya disiram dulu (dipercik dengan air) supaya debu tidak melayang Alat alat tenu harus tetap bersih Alat alat tidur, kasur, bantal bantal harus sering dijemurUntuk pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan umumnya didasarkan pada jenis pengendalian berikut ini: Reduksi dan EliminasiPasien yang terinfeksi merupakan sumber utama patogen di fasilitas pelayanan kesehatan dan penyebaran agen infeksius dari sumbernya harus dikurangi/dihilangkan. Contoh pengurangan dan penghilangan adalah promosi kebersihan pernapasan dan etika batuk dan tindakan pengobatan agar pasien tidak infeksius. Pengendalian administratifPimpinan fasilitas pelayanan kesehatan harus menjamin sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan langkah pengendalian infeksi. Ini meliputi membangun prasarana dan kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang berkelanjutan, kebijakan yang jelas mengenai pengenalan dini ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran, pelaksanaan langkah pengendalian infeksi yang sesuai (misalnya, Kewaspadaan Standar untuk semua pasien), persediaan yang teratur dan pengorganisasian pelayanan (misalnya, pembuatan sistem klasifikasi dan penempatan pasien). Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan juga harus melakukan perencanaan staf untuk mempromosikan rasio pasien-staf yang memadai, memberikan pelatihan staf, dan mengadakan program kesehatan staf (misalnya, vaksinasi, profilaksis) untuk meningkatkan kesehatan umum petugas kesehatan.

Pengendalian lingkungan dan teknisPengendalian ini mencakup metode untuk mengurangi konsentrasi aerosol pernapasan infeksius (misalnya, droplet nuklei) di udara dan mengurangi keberadaan permukaan dan benda yang terkontaminasi sesuai dengan epidemiologi infeksi. Contoh pengendalian teknis primer untuk aerosol pernapasan infeksius adalah ventilasi lingkungan yang memadai ( 12 ACH) dan pemisahan tempat (>1m) antar pasien. Untuk agen infeksius yang menular lewat kontak, pembersihan dan disinfeksi permukaan dan benda yang terkontaminasi merupakan metode pengendalian lingkungan yang penting. Alat Pelindung Diri (APD)Semua strategi di atas mengurangi tapi tidak menghilangkan kemungkinan pajanan terhadap risiko biologis. Karena itu, untuk lebih mengurangi risiko ini bagi petugas kesehatan dan orang lain yang berinteraksi dengan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan, APD harus digunakan bersama dengan strategi di atas dalam situasi tertentu yang menimbulkan risiko penularan patogen yang lebih besar. Penggunaan APD harus didefinisikan dengan kebijakan dan prosedur yang secara khusus ditujukan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi (misalnya, kewaspadaan isolasi). Efektivitas APD tergantung pada persediaan yang memadai dan teratur, pelatihan staf yang memadai, membersihkan tangan secara benar, dan yang lebih penting, perilaku manusianya. Semua jenis pengendalian di atas sangat saling berkaitan. Semua jenis pengendalian tersebut harus diselaraskan untuk menciptakan budaya keselamatan kerja institusi, yang menjadi landasan bagi perilaku yang aman.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, dan Arvin. (2003).Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. EGC. Jakarta. Depkes.2013. surveilan ispa http://www.indonesian-publichealth.com/2013/06/surveilans-ispa.html diakses pada tanggal 27 Maret 14 jam 21.44Kementrian Kesehatan RI. 2012.Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta Kementrian Kesehatan RI. 2013.Profil Kesehatan Indonesia 2012. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika.Sudoyo A.W., Setiyohadi B.dkk. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. InternaPublishng.Jakarta:World Health Organization (2007). Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. dapat dilihat di Internet : http://www.who.int/csr/resources/publications/14