refrat tinea new
DESCRIPTION
tineaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Prevalensi penyakit infeksi jamur, masih cukup tinggi di indonesia,
mengingat negara beriklim tropis yang mempunyai kelembapan tinggi. Jamur
bisa hidup dan tumbuh dimana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di
tubuh manusia. Etiologi dermatofita meliputi Microsporum, Trichophyton dan
Epidermophyton. Spesies jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin. Hingga
kini dikenal sekitar 40 spesies dermatofita, masing-masing 2 spesies
Epidermophyton, 17 spesies Microsporum dan 21 spesies Trichophyton.
Berdasarkan prevalensi, tinea korporis merupakan dermatofita terbanyak sebesar
(57%), tinea unguium (20%), tinea pedis dan tinea barbae (6%), dan sebanyak
(1%) pada tpe yang lain.1,2,3
Transmisi dermatofit melalui 3 sumber yaitu manusia, hewan dan
tanah, masing-masing memberi gambaran tipikal. Lingkungan kulit yang sesuai
merupakan faktor penting dalam perkembangan klinis dermatofitosis. Infeksi
alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan kulit
yang mudah dimasuki dan umumnya tinggal di stratum korneum, dengan
bantuan panas, kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti trauma,
keringat yang berlebih juga berpengaruh.3
Di Indonesia penyakit ini ditemukan endemis di wilayah tertentu, antara
lain (Papua, Sulawesi, Sumatra dan pulau-pulau bagian tengah Indonesia Timur,
beberapa pulau di Pasifik Selatan (Polinesia), Asia Tenggara, Amerika Tengah
dan Selatan, dan Meksiko, dan paling sering terlihat pada individu yang hidup
dalam kondisi primitif dan terisolasi. Angka insidensi dermatofitosis melalui
Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari
prosentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga presentase tertinggi sebesar
82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis. 4
Berdasarkan uraian di atas Tinea dibagi berdasarkan etiologi dan
predileksi dengan ciri khas ujud kelainan kulit yang beraneka ragam. Maka
jenis dermatofita dibagi berdasarkan etiologi dan predileksi sebagai berikut : tinea
fasialis, tinea kapitis, tinea cruris, tinea manus et pedis , tinea corporis, tinea
intertrigo, tinea barbae, tinea imbrikata, dan tinea unguium. Penyusunan refrat ini
bertujuan mengetahui lebih rinci tentang manifestasi klinis tinea ditinjau dari
etiologi dan predileksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dermatomikosis
Dermatomikosis adalah penyakit kulit, kuku dan mukosa disebabkan
infeksi jamur. Terjadinya dermatomikosis disebakan oleh udara yang lembab,
lingkungan yang padat, sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber
penularan disekitarnya dari ( manusia,hewan, tanah).
B. Macam- macam dermatomikosis.1,5
Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang menjadi
zat tanduk seperti kuku, rambut, dan stratum korneum pada daerah endemis
yang disebabkan jamur dermatofita.5
Dermatofitosis (tinea) adalah infeksi jamur dermatofit spesies
microsporum, trichopyton, dan epidermophyton yang menyerang epidermis
bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut. Microsporum
menyerang rambut dan kulit. Dan trichopithon menyerang rambut, kulit, kuku.
Epidermepithon menyerang kulit dan jarang pada daerah kuku Gambaran
klinik jamur dermatofita menyebabkan beberapa bentuk klinik yang khas, satu
jenis dermatofita mengahasilkan klinis yang berbeda tergantung lokasi
anatomi dan ciri ujud kelainan kulit dari jenis jamur.5
Bentuk – bentuk dan gejala klinis Dermatofitosis berdasarkan etiologi
dan tempat predileksi.
a. Tinea Kapitis
Tinea Kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala rambut
yang disebabkan jamur golongan dermatofita T. Rubrum, T.
Mentagrophytes, T. Gypseum dengan predileksi tinea kapitis di kulit
kepala
Gambaran klinik keluhan penderita berupa bercak pada kepala, gatal,
nyeri sering disertai rambut rontok di tempat lesi.6
UKK yang terlihat dibagi berdasarkan jenis nya yaitu :
- Gray patch ring worm :
papula milier sekitaran muara rambut, rambut mudah putus,
meninggalkan alopesia yang berwarna coklat.6
- Black dot ring worm
Rambut putus tepat makula coklat berbintik hitam dan warna rambut
sekitarnya menjadi suram. 6
- Kerion
Kulit kepala tampak pustule dengan deskuamasi dan disekitarnya
tampak krusta akibat radang lokal. Rambut putus dan mudah di cabut
- Tinea favosa
Bintik-bintik berwarna merah kunig ditutupi krusta yang berbentuk
cawan berbau busuk ( mousy odor).6
b. Tinea Fasialis
Tinea fasialis disebabkan oleh Trichophyton rubrum. Predileksi tinea
fasialis sekitaran wajah dari dahi, kedua pipi, dagu dan hidung dengan
keluhan rasa gatal, dan memburuk setelah paparan sinar matahari
(fotosensitivitas). Ujud kelainan kulit tinea fasialis yaitu makula sampai
dengan plak yang berbatas tegas, batas yang meninggi, dan regresi
sentral. Skuama biasanya nampak, namun minimal. Lesi berwarna merah
sampai merah muda. 5,6
c. Tinea Koporis
Penyebab tersering Tinea Korporis adalah Trichophyton rubrum
dan Trichophyton mentagrophytes. Pasien mengeluh gatal meningkat
waktu berkeringat . Predileksi tinea korporis daerah badan ( leher sampai
batas pusar atas), lengan tangan dan tungkai kaki. 6
Ujud kelainan kulit berupa lesi berbatas tegas terdiri atas eritema,
skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah
tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di tepi lebih aktif
( tanda peradangan lebih jelas ) yang sering disebut dengan sentral healing
dengan pinggir yang polisiklik. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta
akibat garukan.. 5,6
l
d. Tinea Imbrikata
Tinea imbrikata disebebabkan T. Conentricum dengan predileksi di
seluruh tubuh yang disebakan jamur dermatofita yang memberikan
gejala klinis berupa lesi bersisik yang melingkar dan gatal. Ujud
kelainan kulit yang terlihat makula eritematosa bentuk lingkaran
polisiklik dengan squama agak tebal konsesnsif dengan susunan seperti
genting. Lesi penyembuhan di bagian tengahnya. 6
e. Tinea Kruris
Tinea cruris disebabkan T. Rubrum dan T. Mentagrophytes.
Predileksi tinea cruris di regio inguinalis, perineum sekitar anus, interglteal
sampai ke gluteus meluas ke suprapubic. Keluhan yang dirasakan gatal di
daerah cruris ( lipatan paha), lipatan perineum, bokong, dapat ke genitalia
ruam kulit semakin hebat jika berkerigat. Ujud kelainan kulit yang
terihat makula eritematosa numular sampai geografis berbatas tegas
dengan tepi lebih aktif yang terdiri dari papula atau pustula. Jika kronik
makula menjadi hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya. 5,6
f. Tinea manus et pedis
Tinea manus et pedis disebabkan T. Rubrum , T. Mentagrophytes, E.
floccosum. Dengan predileksi di daerah kulit telapak tangan dan kaki,
punggung tangan, telapak tangan, jari, telapak kaki dan sela jari kaki.
Gambaran klinik terdapat 3 bentuk yang sering dijumpai yaitu 6,7
a. Bentuk intertriginosa berupa maserasi, deskuamasi , dan erosi pada
sela jari keputihan fisura lesi meluas sampai kuku dan kulit jari.
Pada kaki lesi mulai di sela jari III, IV, dan V.
b. Bentuk vesikuler akut ditandai vesikula lokasi yang sering adalah
telapak kaki bagian tengah melebar serta vesikulanya memecah.
c. Bentuk moccasin foot pada bentuk ini seluruh kaki dan telapak tepi
sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan berskuama,
eritema biasanya ringan terutama terlihat pada bagian tepi lesi.
g. Tinea unguium
Tinea unguium disebabkan T.Mentagrophytes dan T.rubrum..
Predileksi tinea unguium di seluruh kuku jari tangan maupun kaki.
Keluhan utama berupa kerusakan kuku, kuku menjadi suram, rapuh dapat
dimulai dari arah distal perimarginal / proksimal. Bagian yang bebas
tampak menebal
Ujud kelainan kulit yaitu permukaan kuku menebal suram dibawah
kuku tampak detritus yang mengandung elemen jamur. Pada infeksi
ringan di jumpai bercak putih dan kasar di permukaan kuku5,6
h. Tinea barbae
Tinea barbae disebabkan Trichophyton dan Microsporum. Predileksi tinea
barbae di daerah dagu ( jenggot) dapat menyebar ke wajah dan leher
( daerah berambut). Penderita mengeluh gatal dan pedih disertai bintik-
bintik kemerahan yang bernanah. Ujud kelainan kulit terdapat makula
eritema dengan pustule dan sebagian krusta di folikel rambut.. 5,6
BAB III
KESIMPULAN
Tinea adalah penyakit kulit disebabkan oleh dermatofit, yaitu suatu
golongan jamur kulit terdiri Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton.
Hingga kini dikenal sekitar 40 spesies, masing-masing 2 spesies
Epidermophyton, 17spesies Microsporum dan 21 spesies Trichophyton.
Etiologi tinea terbanyak disebabkan oleh spesies Trichopyton dengan jenis T
rubrum. Berdasarkan etiologinya T. Rubrum dapat menyebabkan tinea capitis,
tinea korporis, tinea cruris, tinea manus, tinea pedis , tinea unguium dan tinea
fasialis. T.metangrophytes dapat menyebabkan tinea korporis, tinea cruris, tinea
manus , tinea pedis dan tinea unguium. Microsporum dapat menyebabkan tinea
barbae dan T. Conentricum dapat menyebabkan Tinea imbrikata. 2,3,6
Berdasarkan predileksinya tinea dibagi antara lain: Tinea fasialis letaknya
di area wajah, Tinea kapitis letaknya di bagian kulit kepala, Tinea cruris letaknya
di regio inguinalis, perineum sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus meluas
ke suprapubic. Tinea manus et pedis letaknya di daerah tangan dan kaki . Tinea
corporis daerah badan ( leher sampai batas pusar atas), lengan tangan dan
tungkai kaki. Tinea barbae letaknya di daerah dagu/ jenggot daerah berambut.
Tinea imbrikata letaknya di seluruh tubuh, serta Tinea unguium letaknya seluruh
kuku jari tangan maupun kaki. 6,7
Ujud kelainan kulit Tinea secara umum berupa makula patch eritematosa
berbatas tegas dengan tepi lebih aktif , polisiklik terdiri dari papula skuama,
kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi, daerah tengahnya biasanya lebih
tenang, sementara yang di tepi lebih aktif ( central heling). Terdapat perberbedaan
antara tinea imbrikata dengan tinea jenis lain. Pada tinea imbrikata susunan
seperti genting,6,7
Daftar pustaka
1. Nasution MA, Muis Kamaliah, Juwono, dkk Diagnosis dan
penatalaksanaan Cermin Dunis Kedokteran, edisi khusus 2006, 80-116-
118.
2. Paramata NR, Maidin A, Massi N. The comparison of sensitivity test of
intraconazole agent The Causes of Dermatophytosis in Glabrous Skin In
Makasar. Makasar : Bagian Mikobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanudin. Makasar: 2009.
3. Adiguna MS. Update treatment in inguinal intertrio and its diffeential.
Denpasar : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2011.
4. Goedadi MH, Suwito PS 2004. Tinea Korporis dan Tinea Cruris In :
Kuswadj, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P. Widarty S, editors
Dermatomikosis superfisial. Jakarta : Balai penerbitan FKUI. P. 31-4
5. Stopler MC. Ringworm (tinea) cause symptoms, diagnosis and treatment.
Available from URL: www.medicinenet.com
6. Siregar RS. Atlas berwarna saripati penyakit kulit.edisi 2.Jakarta:
EGC;2005.
7. Harber M. Dermatological fungal infections Canadian Journal of
Diagnosis University of Calgary. 2007