refleksi kasus spinal
DESCRIPTION
Refleksi Kasus AnestesiTRANSCRIPT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
REFLEKSI KASUS
PENATALAKSANAAN ANESTESI SPINAL PADA PREEKLAMPSIA BERAT
PADA MULTIGRAVIDA HAMIL ATERM SUDAH DALAM PERSALINAN
I. PENGALAMAN
Seorang pasien G3P2A0 usia 39 tahun hamil 38 minggu datang ke IRD RS JOGJA
dengan keluhan sudah merasakan kenceng-kenceng dan keluar lendir darah sejak sehari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh pandangan kabur dan sakit kepala. Nyeri ulu hati dan
sesak disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi sebelum hamil. Riwayat alergi, diabetes
mellitus, dan asma disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah
140/90 mmHg, nadi 82x/menit, RR 20x/menit, suhu 36oC, tampak edema dikedua tungkai. Pada
auskultasi didapatkan Ves +/+, Wh -/-, Rh -/-. Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil
hemoglobin: 11.0 gr/dl ( ), hematokrit: 32% ( ), creatinin: 0,9 ( ), protein urine +4 ( ), lain-
lain dalam batas normal.
Diagnosis : Preeklampsia berat pada Multigravida hamil aterm sudah dalam persalinan
Status Fisik ASA II E
II. PERMASALAHAN
Bagaimana penatalaksanaan anestesi spinal pada preeklampsia berat pada multigravida
hamil aterm sudah dalam persalinan?
III.PEMBAHASAN
A. Anestesi Regional
1. Definisi
Anestesi regional merupakan tindakan anestesi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan
obat anestetika lokal pada lokasi serat saraf yang menginervasi regio tertentu, yang menyebabkan
hambatan konduksi impuls aferen yang bersifat temporer. Anestesi spinal merupakan salah satu
RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
jenis anestesi regional. Anestesi spinal merupakan tindakan anestesi yang dilakukan dengan
menyuntikkan anestesi lokal ke dalam cairan serebrospinal yaitu melalui punksi subaraknoid
lumbal.
2. Anatomi
Tulang belakang terdiri dari 7 servikal, 12 torakal, 5 lumbal, dan 5 tulang sakrum yang
bersatu. Vertebra terdiri dari columna dan arkus vertebra. Arkus vertebra terdiri dari dua pedikel
di anterior dan dua lamina di posterior. Pada pertemuan lamina dan pedikel terdapat procesus
transversus dan dari pertemuan kedua lamina pada garis tengah tubuh diposterior terdapat
prosesus spinosus. Lekukan pada permukaan pedikel akan membentuk foramen intervertebralis
dengan lekukan pada permukaan pedikel vertebra diatas atau dibawahnya sebagai tempat keluar
nervus spinalis.
Kanalis spinalis terletak di dalam columna vertebralis antara foramen magnum dan hiatus
sakralis. Medula spinalis terbentang dari batang otak sampai permukaan L1-2 pada orang dewasa.
Akhir lumbal bawah dan akar-akar saraf sakral berlanjut di dalam kanalis spinalis sebagai kauda
equina. Medula spinalis dibungkus oleh 3 membran yaitu: piameter, arakhnoidmater, dan
duramater. Ruang subarakhnoid terletak antara duramater dan arakhnoidmater. Medula spinalis
mendapat suplai darah dari a.vertebral, a.servikal, a.interkostal, dan a.lumbalis. Serabut saraf
maupun medulla spinalis terendam dalam LCS (Liquor Cerebro Spinal). Untuk mencapai cairan
serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus: kulit, subkutis, ligament supraspinosum,
ligament interspinosum, ligament flavum, ruang epidural, durameter, ruang subarakhnoid.
RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
3. Indikasi Anestesi spinal
- Operasi ekstremitas bawah, meliputi jaringan lemak, pembuluh darah, dan tulang.
- Operasi daerah perineum termasuk anal, rektum bawah, dan dindingnya atau
pembedahan saluran kemih.
- Operasi abdomen bagian bawah dan dindingnya atau operasi peritoneal
- Operasi obstetrik vaginal deliveri dan sectio caesaria
4. Kontraindikasi
Kontraindikasi anestesi spinal dibagi menjadi 2 yaitu: kontraindikasi absolut dan
kontraindikasi relative.
Absolut Relative
Pasien menolakAnak-anak karena kurang
kooperatif
Coagulopathy Sepsis
Infeksi setempat Kelainan neurology sebelumnya
Tekanan intrakranial meninggi Nyeri punggung
Hipovolemik berat, syok Kelainan psikis
5. Obat-obat anestesi spinal
Semua anestesi lokal efektif untuk anestesi spinal. Salah satu faktor yang mempengaruhi
anestesi spinal adalah barisitas yaitu rasio densitas obat spinal anestesi yang dibandingkan
dengan densitas cairan spinal pada suhu 37ºC. Barisitas penting diketahui karena menentukan
penyebaran obat anestesi lokal dan ketinggian blok karena gravitasi bumi akan menyebabkan
cairan hiperbarik akan cenderung ke bawah. Densitas dapat diartikan sebagai berat dalam gram
dari 1 ml cairan (gr/ml) pada suhu tertentu. Densitas berbanding terbalik dengan suhu. Obat-
obat anestesi lokal berdasarkan barisitas dan densitas dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
RM.03.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
a) Hiperbarik
Merupakan sediaan obat anestesi lokal dengan berat jenis obat lebih besar daripada berat
jenis LCS, sehingga dapat terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gaya gravitasi. Agar obat
anestesi lokal benar-benar hiperbarik pada semua pasien maka baritas paling rendah harus
1,0015gr/ml pada suhu 37ºC, contoh: Bupivakain 0,5%
b) Hipobarik
Merupakan sediaan obat anestesi lokal dengan berat jenis obat lebih rendah dari berat
jenis LCS. Densitas cairan LCS pada suhu 37ºC adalah 1,003gr/ml. LCS memiliki variasi
normal sehingga obat yang sedikit hipobarik belum tentu menjadi hipobarik bagi pasien yang
lainnya, contoh: tetrakain, dibukain.
c) Isobarik
Secara definisi obat anestesi lokal dikatakan iosbarik bila densitasnya sama dengan
densitas LCS pada suhu 37ºC. Tetapi karena terdapat variasi densitas LCS, maka obat akan
menjadi isobarik untuk semua pasien jika densitasnya berada pada rentang standar deviasi
0,999-1,001gr/ml, contoh levobupikain 0,5%.
6. Komplikasi anestesi spinal
a) Komplikasi dini:
- Hipotensi
Hipotensi sering terjadi selama anestesi spinal, terutama akibat blok preganglion
vasomotor eferen sistem saraf simpatis dan kehilangan kompensasi vasokonstriksi
ekstremitas bawah. Berkurangnya preload (venodilatasi) menunjukkan menurunnya curah
jantung. Berkurangnya tonus arteriole berpengaruh sedikit terhadap terjadinya hipotensi,
kecuali tahanan pembuluh darah perifer meningkat sebelum anestesi spinal. Blok serat
kardioakselator pada T1-T4 menyebabkan bradikardi dan kehilangan kontraktilitas.
- Henti jantung
Respon kardiovaskuler terhadap hiperkarbia dan hipoksia karena sedatif dan nakotik
mengakibatkan pasien tidak mempunyai respon terhadap hipoksemia yang progresif,
asidosis, dan hiperkarbia.
RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
- Mual dan muntah
Mual karena anestesi spinal dapat terjadi karena hipoperfusi serebral atau tidak
terhalanginya stimulus vagus usus. Biasanya mual adalah tanda awal hipotensi.
- Parestesia
Parestesia dapat terjadi selama penususkan jarum spinal atau saat menyuntikkan obat
anestesi. Pasien mengeluh sakit atau terkejut singkat pada ekstremitas bawah, hal ini disebabkan
jarum spinal mungkin mengenai akar saraf.
b) Komplikasi lanjut
- Post dural puncture headache (PDPH)
- Nyeri punggung
- Retensi urine
- Spinal hematom
B. Preeklampsia Berat (PEB)
1. Definisi
Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai oleh peningkatan tekanan darah (hipertensi),
pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urine (proteinuria) yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya muncul pada trimester ke-3 kehamilan, namun
dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh
wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat preeklampsia
berat dapat menjadi eklampsia yaitu dengan tambahan gejala kejang dan atau koma.
2. Etiologi
Penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai saat ini belum diketahui. Teori yang
sekarang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah ischemia placenta. Pada pemeriksaan
darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotesin, renin, dan aldosteron sebagai
kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada preeklampsia
dan eklampsia terjadi penurunan angiotesin, renin, dan aldosteron, serta dijumpai edema,
hipertensi, dan proteinurin. Berdasarkan teori ischemia implantasi placenta, bahkan trofoblas
akan diserap kedalam sirkulasi yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap angiotesin II, renin,
RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
dan aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol, dan tertahannya garam dan air.
3. Patofisiologi
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan disebabkan oleh vasospasme dan iskemia. Wanita
dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengealami peningkatan respon terhadap berbagai
substansi endogen (seperti prostaglandin) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi
platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang
ditandai dengan sakit kepala, defisit saraf lokal, dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler
menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskuler, meningkatnya cardiac output, dan
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trombositopenia. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.
4. Gejala klinis
Gejala klinis preeklampsia berat:
- Tekanan darah 160/110 mmHG atau lebih pada posisi tirah baring
- Proteinuria ≥ 5gr dalam urine 24 jam atau lebih dari +3 pada pemeriksaan diagnostik
setidaknya pada dua kali pemeriksaan yang berjarak setidaknya 4 jam
- Oliguria yaitu jumalh urine kurang dari 400cc per 24 jam
- Adanya gangguan serebral, ganggua visus, dan nyeri epigastrium
- Terdapat edema paru dan sianosis
IV. KESIMPULAN
Anestesi merupakan hal penting untuk melakukan tindakan medis tertentu agar berjalan
dengan baik dan mencapai tujuan anestesi. Penggunaan obat-obatan anestesi memiliki resiko
tersendiri, sehingga anestesi dalam persalinan perlu mempertimbangkan keamanan ibu dan
bayi. Pemeriksaan pra anestesi yang baik dan teliti dapat membantu dalam melihat kondisi
pasien dan memperkirakan masalah yang mungkin timbul sehingga dapat mengantisipasinya
RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
REFLEKSI KASUS ILMU ANESTESI DAN REANIMASI
serta dapat menentukan teknik anestesi ytang ajkan dipakai. Anestesi spinal memungkinkan ibu
untuk tetap sadar pada saat kelahiran dan mendengar suara tangisan dari bayinya.
Pada kasus ini, pasien dengan diagnosis preeklampsia berat dilakukan sectio caesaria
dengan tindakan anestesi spinal. Dari anamnesis, pasien masuk dalam indikasi dilakukannya
anestesi spinal. Kontraindikasi pelaksanaan anestesi lokal tidak ada pada pasien ini, namun
tetap perlu pengawasan tanda vital pasca pembedahan pada pasien ini.
V. DAFTAR PUSTAKA
Latief, SA., Suryadi, KA., Dachlan, R. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua.
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta : FK UI.
Brown DL, Spinal, Epidural, and Caudal anethesia. In: Anesthesia, editor: Miller RD, ed 5 th,
volume 1, California, Churchill Livingstone, 2000
Ben-zion, MD.1994. Kapita selekta. Kedaruratan Obstetri & Ginekologi; Alih bahasa: Teddy
Supriyadi; Johanes Gunawan; Editor Melfiawati S, Ed 2. Jakarta: EGC
Cunningham, Mac Donald, Gant. 2005. William Obstetri Edisi 22. Jakarta: EGC
Yogyakarta, 01 Oktober 2014
Perceptor 1
dr. Basuki Rahmat, Sp.An
Perceptor 2
dr. Ardi Pramono, Sp.An
RM.07.