refleksi kasus 1 atirah

10
REFLEKSI KASUS Identitas Pasien Nama : Ny. M Jeniskelamin : Wanita Usia : 43 tahun Alamat : Desa Toribulu Status pernikahan : Sudah Menikah Pendidikanterakhir : SMA Pekerjaan : Guru Agama : Islam Tanggal Pemeriksaan : 09 februari 2015 I. Deskripsi kasus Pasien perempuan berumur 43 tahun datang ke Poli jiwa RSUD Undata Palu dengan keluhan cemas dan takut. Keluhan ini sudah di rasakan sejak tahun 2010 ketika pasien selesai mengkonsumsi minuman yang bersoda. Rasa cemas ini timbul ketika pasien merasa takut, lapar, naik motor, nonton, banyak fikiran, menderngarkan sirine ambulans lewat dan melihat alat kesehatan contohnya tensi, dan juga susah tidur. Pasien juga merasa takut ketika berajalan sendirian, pasien meminta anak bungsunya untuk menemani ke rumah sakit. Perasaan ini sering muncul tiba-tiba kalau

Upload: vionnts

Post on 05-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

kuytr

TRANSCRIPT

Page 1: Refleksi Kasus 1 Atirah

REFLEKSI KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Jeniskelamin : Wanita

Usia : 43 tahun

Alamat : Desa Toribulu

Status pernikahan : Sudah Menikah

Pendidikanterakhir : SMA

Pekerjaan : Guru

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 09 februari 2015

I. Deskripsi kasus

Pasien perempuan berumur 43 tahun datang ke Poli jiwa RSUD Undata

Palu dengan keluhan cemas dan takut. Keluhan ini sudah di rasakan sejak

tahun 2010 ketika pasien selesai mengkonsumsi minuman yang bersoda. Rasa

cemas ini timbul ketika pasien merasa takut, lapar, naik motor, nonton, banyak

fikiran, menderngarkan sirine ambulans lewat dan melihat alat kesehatan

contohnya tensi, dan juga susah tidur. Pasien juga merasa takut ketika

berajalan sendirian, pasien meminta anak bungsunya untuk menemani ke

rumah sakit. Perasaan ini sering muncul tiba-tiba kalau lagi sendiri dan

menghilang ketika ada teman bicaranya. Pasien juga sering merasakan

jantungnya berdebar-debar dan sakit kepala, menggigil, pegal linu saat

mengalami kecemasan. Pasien mengatakan jika cemasnya muncul pasien takut

kalau dia merasa akan meninggal, jika rasa cemasnya muncul pasien segera

melakukan dzikir/membaca doa supaya bisa merasa tenang. Selama ini pasien

mengatakan tidak pernah mendengarkan suara-suara bisikan atau melihat

bayang-bayangan.

Page 2: Refleksi Kasus 1 Atirah

Pasien sudah mengkonsumsi obat-obatan dari Poli Jiwa selama 4 tahun.

Pasien meminum obat biasanya sore hari atau siang hari saat perasaannya

mulai tidak enak/cemas. Saat meminum obat, perasaan pasien menjadi tenang

dan mengantuk.

Pasien memiliki riwayat penyakit maag, dan pernah berobat ke penyakit

dalam akibat sakit maag yang di derita oleh pasien. Pasien juga sempat di rawat

di rumah sakit karena sakit maag. Pasien juga mengkonsumsi obat maag jika

maagnya kambuh.

Pasien memiliki 3 orang anak yang msih sekolah, Pasien saat ini bekerja

sebagai guru di salah satu sekolah yang ada di kota palu, pasien mengaku

bahwa dirinya tidak mengalami hambatan saat mengajar sebagai guru, dan

interaksi sesama guru pun sangat baik.

Pasien berhubungan baik dengan suaminya. Pasien sering berkomunikasi

dengan suami, hanya saja ketika siang hari saat pasien merasa

cemas/perasaannya tidak enak,suaminya tidak berada di rumah karena sedang

melakukan aktivitas diluar rumah.

Pasien mengaku bahwa ada keluarganya yang memiliki gejala yang sama

seperti dirinya, kakak dan kemenakannya tetapi keluaranya belum pernah

berobat ke dokter jiwa, keluarganya hanya mengkonsumsi obat maag dan air

gula ketika rasa cemas muncul. Sedangkan pasien merasa nyaman ketika

datang ke dr jiwa dan mengkonsumsi obat-obat dari dr. Jiwa. Pasien tidak

memiliki masalah dengan tetangga dan interaksi sosialnya berjalan baik.

II. Emosi yang Terlibat

Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien sudah empat tahun

mengalami perasaan cemas padahal memiliki keluarga dan lingkungan yang

berinteraksi dengan baik kepadanya.

III. Evaluasi

a. Pengalaman baik

Page 3: Refleksi Kasus 1 Atirah

Pasien cukup kooperatif ketika ditanya mengenai keluhannya dan sabar

ketika ditanya mengenai masalah dalam keluarga pasien. Tidak ada penolakan

untuk dilakukan wawancara kepada pasien dan keluarganya.

b. Pengalaman buruk

Pasien terlalu cepat ketika berbicara sehingga, pertanyaan harus diulang-

ulang.

IV. Analisis

Pasien perempuan berumur 43 tahun datang ke Poli jiwa RSUD Undata

Palu dengan keluhan cemas dan takut. Keluhan ini sudah di rasakan sejak

tahun 2010 ketika pasien selesai mengkonsumsi minuman yang bersoda. Rasa

cemas ini timbul ketika pasien merasa takut, lapar, naik motor, nonton, banyak

fikiran, menderngarkan sirine ambulans lewat dan melihat alat kesehatan

contohnya tensi, dan juga susah tidur. Pasien juga merasa takut ketika

berajalan sendirian, pasien meminta anak bungsunya untuk menemani ke

rumah sakit. Perasaan ini sering muncul tiba-tiba kalau lagi sendiri dan

menghilang ketika ada teman bicaranya. Pasien juga sering merasakan

jantungnya berdebar-debar dan sakit kepala, menggigil saat mengalami

kecemasan. Pasien mengatakan jika cemasnya muncul pasien takut kalau dia

merasa akan meninggal, jika rasa cemasnya muncul pasien segera melakukan

dzikir/membaca doa supaya bisa merasa tenang. Selama ini pasien

mengatakan tidak pernah mendengarkan suara-suara bisikan atau melihat

bayang-bayangan.

Pasien sudah mengkonsumsi obat-obatan dari Poli Jiwa selama 4 tahun.

Pasien meminum obat biasanya sore hari atau siang hari saat perasaannya

mulai tidak enak/cemas. Saat meminum obat, perasaan pasien menjadi tenang

dan mengantuk.

Pasien mengaku bahwa ada keluarganya yang memiliki gejala yang sama

seperti dirinya, kakak dan kemenakannya tetapi keluaranya belum pernah

berobat ke dokter jiwa, keluarganya hanya mengkonsumsi obat maag dan air

Page 4: Refleksi Kasus 1 Atirah

gula ketika rasa cemas muncul. Sedangkan pasien merasa nyaman ketika

datang ke dr jiwa dan mengkonsumsi obat-obat dari dr. Jiwa. Pasien tidak

memiliki masalah dengan tetangga dan interaksi sosialnya berjalan baik.

Berdasarkan hasil anamnesa dan merujuk pada kriteria diagnostik dari

PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat didiagnosa sebagai Gangguan

Cemas Menyeluruh (F41.1).Untuk diagnosis gangguan cemas harus memenuhi

seluruh persyaratan berikut yaitu:

1. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang

berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa

bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi

khusus tertentu saja (sifatnya ‘free floating’ atau ‘mengambang’)

2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung

tanduk, sulit berkonsentrasi dan sebagainya);

ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat

santai); dan

overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung

berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut

kering, dsb).

Pasien ini menunjukkan manifestasi klinis sebagai berikut :

Merasa cemas

Merasa takut

Menggigil

Pegal linu

Jantung berdebar-debar

Sakit kepala

Sulit tidur

Pada gangguan cemas menyeluruh dapat dilakukan penatalaksanaan sebagai

berikut :

Page 5: Refleksi Kasus 1 Atirah

a. Farmakoterapi

Pemberian benzodazepine dimulai dengan dosis terendah dan

ditingkatkan sampai mencapai respon terapi. Penggunaan sedian dengan

waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek

yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata adalah 2-6 minggu,

dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.

Pemberian golongan SSRI (Serotonin Selective Re-uptake Inhibitors)

dapat digunakan untuk mengobati depresi serta gangguan kecemasan seperti

gangguan panik atau gangguan kecemasan sosial terdiri atas beberapa

macam, dapat dipilih salah satu dari kohexin, sertalin, fluoksetin,

fluvoksamin, escitalopram, dll. Obat diberikan dalam 3-6 bulan atau lebih,

tergantung kondisi individu, agar kadarnya stabil dalam darah sehingga

dapat mencegah kekambuhan.

b. Psikoterapi

Terapi kognitif perilaku

Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung

mengenai distorsi kognitif dan pendekatan perilaku, mengenai

gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan

pada pendekatan behavioran adalah relaksasi dan biofeedback.

Terapi suportif

Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-

potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih

bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial danpekerjaannya.

Kesimpulan

Page 6: Refleksi Kasus 1 Atirah

Pada pasien ini sebaiknya selain mengkonsumsi obat, dianjurkan untuk

melatih diri dalam melakukan relaksasi dan aktif dalam kegiatan sosial di

lingkungannya agar tidak sering merasa kesepian sehingga meminimalisir

terjadinya gangguan kecemasan dan juga melawan rasa takut yang sering

muncul pada diri pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Refleksi Kasus 1 Atirah

1. Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit

FKUI, Jakarta.

2. Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

dari PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,

Jakarta.