referattt.docx

30
Dengue Shock Syndrome (DSS) Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh Oleh : FIKA ARISKA Pembimbing : dr. Nurjannah, Sp.A (K) BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RUMAH SAKIT ZAINOEL ABIDIN

Upload: putri-rizkiyah-ramli-yusuf

Post on 11-Jul-2016

6 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: referattt.docx

Dengue Shock Syndrome (DSS)

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Seniordi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh

Oleh :

FIKA ARISKA

Pembimbing :

dr. Nurjannah, Sp.A (K)

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

RUMAH SAKIT ZAINOEL ABIDINBANDA ACEH

2014

KATA PENGANTAR

Page 2: referattt.docx

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan sebuah referat yang

berjudul: “Dengue Shock Syndrome” yang merupakan salah satu tugas penulis

dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/BLUD RS Zainoel Abidin

Banda Aceh.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Nurjannah, Sp.A (K) selaku

dokter pembimbing yang telah berkenan membimbing penulis dalam penulisan

tugas ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian tuhas ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kebaikan

tulisan seperti ini di kemudian hari. Semoga tulisan ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca dan juga penulis sendiri.

Banda Aceh, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Page 3: referattt.docx

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I. Pendahuluan......................................................................................... 1

BAB II. Laporan Kasus..................................................................................... 4

BAB III. Analisa Kasus ...................................................................................... 10

BAB IV. Kesimpulan .......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14

BAB I

PENDAHULUAN

Page 4: referattt.docx

DSS (Dengue Shock Syndrome) merupakan salah satu kasus endemik di

asia tenggara. Pada 2006 Indonesia melaporkan 57% dari kasus Dengue dan

hampir 80% kematian dengue dalam daerah Asia Tenggara (1132 kematian dari

jumlah 1558 kematian dalam wilayah regional). Di Indonesia infeksi virus

Dengue selalu dijumpai sepanjang tahun di beberapa kota besar di Indonesia,

seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Perbedaan pola klinis kejadian

infeksi Dengue ditemukan setiap tahun. Perubahan musim secara global, pola

perilaku hidup bersih dan dinamika populasi masyarakat (adanya perang dunia,

perkembangan kota yang pesat setelah perang dan dan mudahnya transportasi)

berpengaruh terhadap kejadian penyakit infeksi virus Dengue.1

Hingga saat ini mekanisme respons imun pada infeksi oleh virus dengue

masih belum jelas. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam

Berdarah Dengue antara lain faktor host, lingkugan (environment) dan faktor

virusnya sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun.

Faktor lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari

permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); Kondisi demografi

(kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis

nyamuk sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh.2

Page 5: referattt.docx

Patogenesis utama yang menyebabkan kematian pada hampir seluruh

pasien DBD adalah syok karena kebocoran plasma. Penanganan yang tepat dan

sedini mungkin terhadap pasien presyok dan syok merupakan faktor penting yang

menentukan hasil pengobatan. Oleh karena itu, penilaian yang akurat terhadap

risiko syok merupakan kunci penting menuju tatalaksana yang adekuat,

mencegah syok, dan perdarahan. World Health Organization merekomendasikan

kriteria diagnosis DBD berdasarkan klinis maupun laboratoris yang menjadi

acuan para klinisi dalam membantu menegakkan diagnosis dan klasifikasinya.3,4

WHO mengklasifikasikan DBD berdasarkan derajat beratnya penyakit

menjadi DBD derajat I, II, III, dan IV. Derajat III dan IV disebut DSS yang

merupakan kegawatan serta perlu tindakan segera. Berbagai faktor risiko

DBD/DSS yang telah diketahui adalah strain virus, predisposisi genetik, usia 5-9

tahun, dan status gizi lebih. Virus spesifik yang bereplikasi dengan level tinggi

dan virus DEN-2 akan menyebabkan peningkatan respons imun dan beratnya

Page 6: referattt.docx

penyakit.5 Status gizi lebih dan anak usia 5-9 tahun merupakan faktor risiko

terjadinya dengue berat.5,6

Dengue Shock Syndrome merupakan manifestasi klinis berat infeksi virus

dengue. Kasus DSS terjadi pada 20-30% kasus demam berdarah dengue (DBD)

dengan angka kematian 40-50%. Kelangsungan hidup penderita DSS secara

langsung berkaitan dengan pengelolaan dini dan intensif. Dengan perawatan

intensif adekuat kematian hanya terjadi kurang dari 2% kasus.8

Mengingat angka kematian akibat infeksi dengue masih tinggi, perlu

dilakukan pembahasan mengenai Dengue Shock Syndrome (DSS).

BAB II

LAPORAN KASUS

Nama : Zahratul Syifa

Tgl Lahir/Umur : 3 Maret 2011 (3 tahun 6 bulan)

Jenis Kelamin : Perempuan

Page 7: referattt.docx

Suku : Aceh

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

Alamat : Beunyot Juli, Gandapura

Tanggal Masuk : 27 Februari 2014, 22:02 WIB

Jaminan : JKN

CM : 0-99-24-31

a. Nama Ayah : Zulkarnain

Umur : 32 Tahun

Suku : Aceh

Agama : Islam

Alamat : Beunyot juli, Gandapura

b. Nama Ibu : Rohani

Umur : 28 Tahun

Suku : Aceh

Agama : Islam

Alamat : Beunyot juli, Gandapura

Keluhan Utama : Penurunan kesadaran

Keluhan Tambahan : Tidak bisa BAB ± 6 hari, nyeri kepala dan perut

kembung

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan penurunan kesadaran 4 jam sebelum masuk

rumah sakit. Dari informasi ibu pasien, pasien sebelumnya pernah

demam selama 1 minggu, ibu pasien tidak tau penyebab demam

Page 8: referattt.docx

sebelumnya. Riwayat batuk pilek sebelumnya disangkal oleh pasien.

Demam dirasakan naik turun oleh pasien dan memberat pada malam

hari. Ibu pasien sudah memberikan obat paracetamol sirup dan

kompres kepala dengan air dingin, tapi demam muncul kembali.

Menurut pengakuan ibu pasien, pasien pernah mengalami pendarahan

digusi sebelumnya. Riwayat mual dan muntah juga disangkal oleh

pasien. Ibu pasien juga mengeluhkan bahwa pasien juga mengalami

nyeri kepala. Nyeri kepala muncul pada saat pasien demam dan

dirasakan pasien hampir diseluruh kepala pasien sehingga membuat

pasien terus menangis. Pasien juga mengeluhkan tidak BAB selama ±

6 hari. Perut dirasakan semakin lama semakin kembung, nafsu makan

menurun. Menurut pengakuan ibu pasien BAK pasien sedikit

dibandingkan dengan sebelum sakit, ± ¼ aqua gelas. Pada saat

pemeriksaan, pasien masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Riwayat Penyakit Dahulu : Demam

Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal

Riwayat Pemakaian Obat : Paracetamol sirup 3x1

Riwayat Kehamilan Ibu : Ibu pasien rutin ANC ke bidan. Demam (-),

hipertensi (-), DM (-), ISK (-), Keputihan (-)

Riwayat Persalinan : Lahir pervaginam dengan BBL : 2800 gr, menangis

spontan

Riwayat Makanan : - 0-3 bulan ASI ekslusif

- 3 – 6 bulan = ASI + susu formula

- 6 bulan –sekarang = Susu formula + nasi tim

Riwayat Imunisasi : Imunisasi lengkap

Pemeriksaan Fisik :

- Keadaan umum : Sakit berat

- Kesadaran : Somnolen, E3M5V4, GCS

= 12

- Heart rate : 181x/menit

Page 9: referattt.docx

- Respiratory rate : 40x/menit

- Temperatur : 35,6ºC

- Tekanan darah : 80/60 mmHg

- Kepala : Normochepali

- Rambut : Hitam sukar dicabut,

distribusi merata

- Mata : Konjungtiva pucat (-/-),

sklera ikterik (-/-), Mata cekung (-), pupil

isokor, refleks cahaya (+/+)

- Telinga : Normotia, serumen

(-)

- Hidung : NCH (-), sekret (-)

- Mulut : Bibir pucat (-),

lembab (-), sianosis (-)

Tonsil : T1/T1

Faring : Hiperemis (-)

Gigi : karies (-)

Thorax : I : Simetris

P : Sf ka=Sf ki

P : Sonor

A : Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

Cor : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)

Abdomen : I : Simetris, distensi (+)

P : Hepar teraba membesar 2 jari dari sias kanan,

konsistensi keras, permukaan rata, tidak berdengkul-dengkul dan nyeri

tekan (+), Lien dan renal tidak teraba dan turgor < 3 detik.

P : Timpani

A : Peristaltik (+) N

Page 10: referattt.docx

Genitalia : Dalam batas normal

Anus : Atresia ani (-)

Ekstremitas : Pucat + + udem (-) sianosis (-), akral dingin(+)

+ +

Diagnosa Banding :

- DSS

- Malaria

- Demam thyfoid

Diagnosa Sementara : DSS

Diagnosa Akhir : DSS

Penatalaksanaan :

- O2 1-2 L/i

- Diet : Puasa sementara

- IVFD RL 10 cc/kgBB (20 gtt/menit makro)

- Jika shock berulang 20cc/kgBB secepatnya RL, jika ada gelafusin,

memakai gelafusin

- Inj. Ranitidine 5 mg/8 jam

- Inj. Novalgin 120 mg/8 jam

- Inj. Transamin 15 mg/24 jam

- Transfusi FFP 120 cc

HASIL LAB

Ht : 40%

Hb : 12,3 gr/dl

Leukosit : 5,2x103/ul

Trombosit : 52.000/mm3

Page 11: referattt.docx

Eritrosit : 4,5x106/uL

Na/K/Cl : 142/3,5/96

GDS : 61 gr/dl

Ur/Cr : 14/0,4

EDUKASI

1. Pentingnya minum obat secara teratur

2. Penjelasan mengenai keadaan pasien

PLANNING

1. Transfusi FFP 120 cc

2. Cek darah rutin post transfusi

3. Cek elektrolit

4. Foto thoraks

PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP PASIEN

TGL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK & PENUNJANG

TERAPI

Page 12: referattt.docx

KU : Demam

KT : Tidak bisa

BAB ± 6 hari dan

nyeri kepala

HR : 81x/i

RR : 39x/i

T : 35,5ºC

TD : 100/69

mmHg

PF/ SSP

GCS : E4M6V5 = 15

TRM = (-)

Nafas spontan via nasal kanul 2L/i

RR = 39x/i

Ves (+/+) Rh (-/-) Wh (-/-)

Kardiovaskular

HR = 81x/i

Akral hangat

CRT < 3”

Metabolik

Turgor kembali cepat

GDS = 118 gr/dl

Infeksi

Demam (-) T = 35,5ºC

Leukosit = 8,2 x 103

Ass/ DSS

Th/

IVFD N5 35 gtt/i

BAK (+)

IV. Novalgin (k/p)

Dulcolax supp

IV. Ranitidine 15

mg/8 jam

Diet 40 cc/ 3 jam

TGL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK & PENUNJANG

TERAPI

KU : Demam PF/ SSP Th/

Page 13: referattt.docx

KT : Tidak bisa

BAB ± 6 hari dan

nyeri kepala

HR : 81x/i

RR : 39x/i

T : 35,5ºC

TD : 100/69

mmHg

GCS : E4M6V5 = 15

TRM = (-)

Nafas spontan via nasal kanul 2L/i

RR = 46x/i

Pupil bulat isokor

RCL (+/+) RCTL (+/+)

Respirologi

Nafas spontan via nasal kanul 2L/i

RR = 46x/i

Ves (+/+) Rh (-/-) Wh (-/-)

Kardiovaskular

HR = 96x/i

Akral hangat

CRT < 3”

Metabolik

Turgor kembali cepat

GDS = 105 gr/dl

Infeksi

Demam (-) T = 34,4ºC

Leukosit = 8,2 x 103

IVFD N5 35 gtt/i

O2 1-2 L/i

BAK (+)

IV. Novalgin (k/p)

Inj. Transamin 15

mg/8 jam

Dulcolax supp

IV. Ranitidine 15

mg/8 jam

Diet 40 cc/ 3 jam

Page 14: referattt.docx

Ass/ DSS

TGL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK & PENUNJANG

TERAPI

KU : Demam

KT : Tidak

bisa BAB ± 6

hari dan nyeri

kepala

HR : 97x/i

RR : 62x/i

T : 35,9ºC

TD : 94/57

mmHg

PF/ SSP

GCS : E4M6V5 = 15

TRM = (-)

Nafas spontan via nasal kanul 2L/i

RR = 62x/i

Ves (+/+) Rh (-/-) Wh (-/-)

Kardiovaskular

HR = 97x/i

Akral hangat

CRT < 3”

Metabolik

Turgor kembali cepat

GDS = 105 gr/dl

Infeksi

Demam (-) T = 35,9ºC

Leukosit = 8,2 x 103

Ass/ DSS

Th/

IVFD N5 35 gtt/i

BAK (+)

IV. Novalgin (k/p)

Dulcolax supp

IV. Ranitidine 15

mg/8 jam

Page 15: referattt.docx

KU : Demam

KT : Tidak

bisa BAB ± 6

hari

HR : 84x/i

RR : 56x/i

T : 36,6OC

TD : 92/53

mmHg

Kepala : Normochepali

Mata : Conj.Pucat (-/-), Sclera

Icterik (-/-), udem (+/-)

Telinga : Normotia, serumen (-)

Hidung : NCH (-), Sekret (+)

Mulut: Mukosa bibir lembab (+)

Sianosis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorak : simetris (+), retraksi (-)

Pulmo : Ves (+/+), Rh (-/-), WH

(-/-)

Cor : Bj I > BJ II, Reg,

Bising (-)

Abd : Peristaltik (+)

Extr : Sup : edema (-/-),

Pucat : (-/-)

Inf : edema (-/-),

Sianosis : (-/-)

Ass : DSS

Th/

IVFD N5 tetes/jam

Inj. Ceftriaxone 300

mg/12 jam

BAK (+)

Inj. Novalgin (k/p)

Inj. Ranitidine 15

mg/8 jam

Dulcolax supp (k/p)

KU : Demam

KT : Tidak

bisa BAB ± 6

Kepala : Normochepali

Mata : Conj.Pucat (-/-), Sclera

Icterik (-/-), udem (+/-)

Th/

IVFD N5 tetes/jam

BAK (+)

Page 16: referattt.docx

hari dan nyeri

kepala

HR : 84x/i

RR : 56x/i

T : 36,6OC

TD : 92/53

mmHg

Telinga : Normotia, serumen (-)

Hidung : NCH (-), Sekret (+)

Mulut : Mukosa bibir lembab

(+)

Sianosis (-)

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorak : simetris (+), retraksi (-)

Pulmo : Ves (+/+), Rh (-/-), WH

(-/-)

Cor : Bj I > BJ II, Reg,

Bising (-)

Abd : Peristaltik (+)

Extr : Sup : edema (+/+),

Pucat : (-/-)

Inf : edema (-/-),

Sianosis : (-/-)

Ass : DSS

Inj. Novalgin (k/p)

Inj. Ranitidine 15

mg/8 jam

Dulcolax supp (k/p)

Page 17: referattt.docx

BAB III

ANALISA KASUS

Pada anamnesis pasien, didapatkan gejala berupa peningkatan suhu tubuh

(demam) yang terjadi sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit dan menurun pada

hari ke-3. Nyeri kepala juga dirasakan pasien sejak demam muncul 7 hari

sebelum pasien masuk rumah sakit, nyeri otot, nyeri sendi maupun perdarahan

tidak ditemukan pada pasien.

Untuk menegakkan kasus DSS harus terdapat kriteria berikut pada pasien,

yaitu demam tinggi yang berlangsung selama 2-7 hari, diathesis hemoragik, atau

uji torniquet positif kecuali dalam syok, trombositopenia (kurang dari

100.000/mm3) dan hemokonsentrasi atau adanya bukti kebocoran plasma.12

Page 18: referattt.docx

Pada pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak didapatkan adanya uji

torniquet ataupun bintik perdarahan yang terdapat dikulit. Pada pemeriksaan

laboratorium darah rutin didapatkan trombositopenia (52.000/mm3), pada

hematokrit didapatkan 40% dan Hb : 12,3 gr/dl artinya tidak ada peningkatan

hematokrit > 20% dikarenakan pasien sudah ditatlaksana dengan cairan RL,

tetapi pada pasien didapatkan ada efusi pleura dan pemeriksaan fisik thorax,

perkusi meredup, suara vesikuler menurun, rhonki (-/-) dan tidak adanya bunyi

nafas tambahan.

DBD dengan syok dan perdarahan spontan (DSS) merupakan komplikasi

DBD yang sangat penting diwaspadai, karena angka kematiannya sepuluh kali

lipat dibandingkan pada DBD tanpa syok. Keadaan syok dapat diperhatikan dari

keadaan umum, kesadaran, tekanan sistolik <100 mmHg, tekanan nadi <20

mmHg, frekuensi nadi lebih dari 100x/menit, akral dingin dan kulit pucat serta

diuresis kurang dari 0,5 mL/kgBB/jam.

Page 19: referattt.docx

Penanganan DBD dengan syok (DSS) adalah terapi cairan dengan

pemberian volume plasma dengan segera, pemberian RL 10-20 ml/kg secara

bolus diberikan dalam waktu 30 menit. Jika syok dapat diatasi, RL selanjutnya

dapat diberikan 10 mL/kgBB/jam dan dievaluasi setelah 60-120 menit

sesudahnya. Jika stabil, dapat diberikan 500 mL setiap 4 jam. Pengawasan dini

terhadap risiko syok berulang dalam 48 jam pertama mutlak karena proses

penyakit masih berlangsung. Jika syok belum teratasi, diberikan cairan koloid 10-

20 mL/kgBB/jam, maksimal 1000-1500 mL dalam 24 jam, jenis cairan yang

tidak mempengaruhi mekanisme pembekuan darah. Saat ini terdapat tiga

golongan cairan koloid, yaitu dextran, gelatin dan hydroxythyl starch (HES).17

Tatalaksana DBD Derajat III dan IV (Syndrome Shock Dengue/SSD)

Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi cairan diberikan RL sebanyak 20

gtt/i selama rawat inap dan N5 sebanyak 35 gtt/i diruang rawat intensif pediatri

dan setelah adanya tanda-tanda hilangnya syok diturunkan menjadi 20 gtt/i RL

diruangan rawat inap anak dan kemudian cairan dihentikan setelah 2 hari syok

teratasi.

Terapi oksigen 2 liter permenit harus selalu diberikan pada semua pasien

syok. Dianjurkan pemberian oksigen dengan menggunakan masker, tetapi harus

diingat pula pada anak seringkali menjadi makin gelisah apabila dipasang masker

oksigen.17,19 Pada kasus ini didapatkan pasien mendapatkan terapi O2 sebanyak 2

liter per menit dengan menggunakan nasal kanul.

Indikasi pemberian darah : terdapat perdarahan secara klinis, apabila Ht

tetap menurun setelah pemberian kristaloid dan koloid dan syok menetap

(dicurigai terjadi perdarahan) darah diberikan 10 cc/kg. FFP (plasma segar beku)

dan trombosit diberikan koreksi gangguan koagulopati pada kadar trombosit

<50.000/mm yang disertai perdarahan.

Pemberian FFP dan PRC dilakukan oleh karena keadaan klinis pasien

yang mengalami perdarahan aktif dengan kadar trombosit <50.000 hingga terjadi

syok dan pasien dirujuk keruang rawat intensif pediatri.

Page 20: referattt.docx

Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan paracetamol bukan aspirin.

Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak diperlukan, demi mengurangi

beban detoksifikasi obat dalam hati.

Jalur intravena tetap diberikan untuk pemberian obat injeksi. Ceftriaxone

300 mg/12 jam dan gentamisin 65 mg/24 jam, novalgin (k/p) dan ranitidine 15

mg/8 jam. Pemberian novalgin dihentikan ketika keadaan klinis pasien membaik

dengan tidak adanya nyeri positif dan demam yang sudah hilang. Untuk

antipiretik digantikan dengan paracetamol sirup 2x cth/8 jam. Pasien dipantau

vital sign, perfusi, urine output dan haemodinamik secara ketat di ruang PICU

dalam per jam.

BAB IV

KESIMPULAN

Dengue Shock Syndrome merupakan manifestasi klinis berat infeksi virus

dengue. Dalam terapi cairan, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah: jenis

cairan, jumlah serta kecepatan, dan pemantauan baik secara klinis maupun

laboratorium untuk menilai respon kecukupan cairan. 9

Page 21: referattt.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Frans EH. Patogenesis Infeksi Virus Dengue. Review Article. 2012.

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Hal: 1-9.

2. Digitized Library Sumatera Utama. 2012. Infeksi Virus Dengue. Hal: 1-

21.

3. Raihan, Sri R, Hadinegoro, Alan RT. Faktor Prognosis Terjadinya Syok

pada Demam Berdarah Dengue. 2010. Sari Pediatri 12 (1): 47-53.

4. Aji FD. Kualitas Hidup Anak Paska Sindrom Syok Dengue. Thesis.

Universitas Dipenogoro. 2004. Semarang. Hal: 14.

5. Rahayu, Dany H, Djatnika S. Golongan Darah AB sebagai Faktor Risiko

Sindrom Syok Dengue pada Anak. 2008. Maj Kedokt Indon 58 (10): 384-

389.

6. Hartoyo E. Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue pada anak. 2008.

Sari Pediatri 10 (3): 145-151.

7. Darmowadodo D. Infeksi Virus Dengue. Review Article. Universitas

Airlangga. 2006. Surabaya. Hal: 1-15.

8. Chen K, Herdiman T. Pohan, Robert S. Diagnosis dan Terapi Cairan Pad

Demam Berdarah Dengue. 2009. Medicinus 22 (1): 5-9.

9. Somia A, Tuti P. Penalaksanaan Sindroma Renjatan Dengue Dengan

Edema Paru. 2010. J Peny Dalam 11 (3): 176-182.

Page 22: referattt.docx

10. Rizal. Kebocoran Plasma pada Demam Berdarah Dengue. 2011. CDK

183- 38 (2): 92-96.

11. Lardo S. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue dengan Penyulit.

2013. CDK-208- 40 (9): 656-671.

12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tata Laksana DBD di

Indonesia. Departemen Kesehatan. 2004. Jakarta. Hal: 49-51.