referatppi
DESCRIPTION
hjcTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonates pada bayi prterm/
premature masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada
bayi lahir seperti paru, otak, dan gastrointestinal. Di Negara barat sampai 80%
kematian neonates adalah akibat prematuritas, dan pada bayi yang selamat
sepuluh persen mengalami permasalahan dalam jangka panjang.
Penyebab persalinanpreterm sering dapat dikenali dengan jelas. Namun,
pada banyak kasus penyebab pasti tidak dapat diketahui. Berapa faktor
mempunyai andil dalam terjadinya persalinan preterm seperti faktor pada ibu,
faktor pada janin dan placenta, ataupun faktor lain seperti sosioekonomi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah referat ini adalah :
1. Mengetahui definisi partus preterm iminen
2. Mengetahui etiologi dan faktor predisposisi partus preterm iminen
3. Mengetahui tanda dan gejala partus preterm iminen
4. Mengetahui cara mendiagnosis partus preterm iminen
5. Mengetahui cara mencegah partus preterm iminen
6. Mengetahui penataklasanaan partus preterm iminen
7. Mengetahui prognosis partus preterm iminen
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah referat ini adalah :
1. Mengetahui definisi partus preterm iminen
2. Mengetahui etiologi dan faktor predisposisi partus preterm iminen
3. Mengetahui tanda dan gejala partus preterm iminen
4. Mengetahui cara mendiagnosis partus preterm iminen
5. Mengetahui cara mencegah partus preterm iminen
6. Mengetahui penataklasanaan partus preterm iminen
7. Mengetahui prognosis partus preterm iminen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Persalinan prematur merupakan hal
yang berbahaya karena berpotensi meningkatkan kematian perinatal sebesar 70%.
Pada persalinan ini, seringkali bayi prematur mengalami gangguan tumbuh kembang
organ-organ vital yang menyebabkan ia masih belum mampu untuk hidup di luar
kandungan, sehingga sering mengalami kegagalan adaptasi yang dapat menimbulkan
morbiditas bahkan mortalitas yang tinggi.1
Pada kebanyakan kasus, penyebab pasti persalinan prematur tidak diketahui.
Berbagai sebab dan faktor demografik diduga sebagai penyebab persalinan preterm,
seperti: solusio plasenta, kehamilan ganda, kelainan uterus, polihidramnion, kelainan
kongenital janin, ketuban pecah dini dan lain-lain. Penyebab persalinan preterm
bukan tunggal tetapi multikompleks, antara lain karena infeksi. Infeksi pada
kehamilan akan menyebabkan suatu respon imunologik spesifik melalui aktifasi sel
limfosit B dan T dengan hasil akhir zat-zat yang menginisiasi kontraksi uterus.
Terdapat makin banyak bukti yang menunjukkan bahwa mungkin sepertiga kasus
persalinan preterm berkaitan dengan infeksi membran korioamnion. Dari penelitian
Lettieri dkk.(1993), didapati 38% persalinan preterm disebabkan akibat infeksi
korioamnion. Knox dan Hoerner (1950) telah mengetahui hubungan antara infeksi
jalan lahir dengan kelahiran prematur.1,2
B. Faktor Risiko Prematuritas
Mayor3
1. Kehamilan multipel
2. Hidramnion
3. Anomali uterus
4. Serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
5. Serviks mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu
6. Riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali
7. Riwayat persalinan preterm sebelumnya
8. Operasi abdominal pada kehamilan preterm
9. Riwayat operasi konisasi
10. Iritabilitas uterus
Minor3
1. Penyakit yang disertai demam
2. Perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu
3. Riwayat pielonefritis
4. Merokok lebih dari 10 batang perhari
5. Riwayat abortus pada trimester II
6. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Pasien tergolong risiko tinggi bila dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor;
atau dua atau lebih faktor risiko minor; atau keduanya.
C. Kriteria Diagnosis3
1. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau antara 140 dan 259 hari
2. Sebelum persalinan berlangsung dapat dirasakan tanda sebagai berikut:
nyeri pinggang belakang
rasa tertekan pada perut bagian bawah
terdapat kontraksi irreguler sejak sekitar 24-48 jam
terdapat pembawa tanda seperti bertambahnya cairan vagina atau terdapat
lendir bercampur darah.
Jika proses persalinan prematur berkelanjutan, terjadi gejala klinik sbb:
1. kontraksi uterus 4x/20menit atau 8x/60menit
2. terjadi perubahan progresif serviks:
pembukaan lebih dari 1 cm
perlunakan sekitar 75-80%
penipisan serviks
D. Pemeriksaan penunjang3,4
1. Laboratorium
Pemeriksaan kultur urine
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
Pemeriksaan darah tepi ibu
Jumlah lekosit
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi
akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi C.
CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3 cm
(USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks
transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina
terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.
E. Penatalaksanaan3,4,5
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang
mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk
meningkatkan keluaran neonatal.
1. Akselerasi pematangan fungsi paru
Terapi glukokortikoid, misalnya dengan betamethasone 12 mg im. 2 x
selang 24 jam. Atau dexamethasone 5 mg tiap 12 jam (im) sampai 4 dosis.
Thyrotropin releasing hormone 400 ug iv, akan meningkatkan kadar tri-
iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan. Suplemen inositol
juga merupakan pilihan karena inositol merupakan komponen membran fosfolipid
yang berperan dalam pembentukan surfaktan.
2. Pemberian tokolitik
Indeks tokolitik > 8 menunjukkan kontraindikasi pemberian tokolitik
0 1 2 3 4
Kontraksi Tidak ada Irregular Regular - -
Ketuban
pecah
Tidak ada - Tinggi/tidak
jelas
- Rendah/pecah
Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -
Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm 4 cm
Nifedipin 10 mg diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya
hanya diperlukan 20 mg dan dosis perawatan 3 x 10 mg.
Golongan beta-mimetik
Salbutamol Perinfus : 20-50 µg/menit Per oral : 4 mg, 2-4 kali/hari
(maintenance) atau :
Terbutalin Per infuse : 10-15 µg/menit, Subkutan: 250 µg setiap 6 jam. Per
oral : 5-7.5 mg setiap 8 jam (maintenance)
Efek samping : Hiperglikemia, hipokalemia, hipotensi, takikardia, iskemi
miokardial, edema paru
3. Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam
(maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu
dan bayi)
F. Kontraindikasi penundaan persalinan3,4,5
Mutlak
Gawat janin, korioamnionitis, perdarahan antepartum yang banyak.
Relatif
Gestosis; diabetes mellitus (beta-mimetik), pertumbuhan janin terhambat,
pembukaan serviks lebih dari 4 cm.
G. Cara persalinan3,4,5
1. Janin presentasi kepala : pervaginam dengan episiotomi lebar dan
perlindungan forseps terutama pada bayi < 35 minggu.
2. Indikasi seksio sesarea :
Janin sungsang
Taksiran berat badan janin kurang dari 1500 gram (masih kontroversial)
Gawat janin, bila syarat pervaginam tidak terpenuhi
Infeksi intrapartum dengan takikardi janin, gerakan janin melemah,
ologohidramnion, dan cairan amnion berbau. bila syarat pervaginam tidak
terpenuhi
Kontraindikasi partus pervaginam lain (letak lintang, plasenta previa, dan
sebagainya).
Lindungi bayi dengan handuk hangat, usahakan suhu 36-37 C ( rawat intensif di
bagian NICU ), perlu dibahas dengan dokter bagian anak.
Bila bayi ternyata tidak mempunyai kesulitan (minum, nafas, tanpa cacat) maka
perawatan cara kangguru dapat diberikan agar lama perawatan di rumah sakit
berkurang.
H. Penyulit5
1. Sindroma gawat nafas (RDS)
2. Perdarahan intrakranial
3. Trauma persalinan
4. Paten duktus arteriosus
5. Sepsis
6. Gangguan neurologi
I. Komplikasi5
1. Pada ibu, setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi. Bayi-bayi
preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi; Morales (1987)
menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang menderita anmionitis memiliki
risiko mortalitas 4 kali lebih besar, dan risiko distres pernafasan, sepsis
neonatal, necrotizing enterocolitis dan perdarahan intraventrikuler 3 kali lebih
besar.
2. Sindroma gawat pernafasan (penyakit membran hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernafas
dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara
dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang
disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan
tegangan permukaan. Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan
dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka.
Diantara saat-saat bernafas, paru-paru benar-benar mengempis, akibatnya
terjadi Sindroma Distres Pernafasan. Sindroma ini bisa menyebabkan kelainan
lainnya dan pada beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi diberikan
oksigen; jika penyakitnya berat, mungkin mereka perlu ditempatkan dalam
sebuah ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa diteteskan secara langsung
melalui sebuah selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
3. Ketidakmatangan pada sistem saraf pusat bisa menyebabkan gangguan refleks
menghisap atau menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan otak atau
serangan apneu. Selain paru-paru yang belum berkembang, seorang bayi
prematur juga memiliki otak yang belum berkembang. Hal ini bisa
menyebabkan apneu (henti nafas), karena pusat pernafasan di otak mungkin
belum matang. Untuk mengurangi mengurangi frekuensi serangan apneu bisa
digunakan obat-obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya terganggu. otak
yang sangat tidak matang sangat rentan terhadap perdarahan (perdarahan
intraventrikuler) atau cedera .
4. Ketidakmatangan sistem pencernaan menyebabkan intoleransi pemberian
makanan. Pada awalnya, lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang diberikan, sehingga pemberian susu
yang terlalu banyak dapat menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya, lambung
yang berukuran kecil mungkin akan membatasi jumlah makanan/cairan yang
diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu banyak dapat menyebabkan
bayi muntah.
5. Retinopati dan gangguan penglihatan atau kebutaan (fibroplasia retrolental)
6. Displasia bronkopulmoner.
7. Penyakit jantung.
8. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati dan fungsi usus yang normal untuk
membuang bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan sel darah merah)
dalam tinjanya. Kebanyakan bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur,
memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat (yang bersifat sementara), yang
dapat menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi hatinya masih belum matang dan karena
kemampuan makan dan kemampuan mencernanya masih belum sempurna.
Jaundice kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang sejalan dengan
perbaikan fungsi pencernaan bayi.
9. Infeksi atau septikemia.
10. Sistem kekebalan pada bayi prematur belum berkembang sempurna. Mereka
belum menerima komplemen lengkap antibodi dari ibunya melewati plasenta.
Resiko terjadinya infeksi yang serius (sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi.
Bayi prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis nekrotisasi
(peradangan pada usus).
11. Anemia .
12. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula darah yang berubah-ubah, bisa
tinggi (hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
13. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
14. Keterbelakangan mental dan motorik.
J. Prognosis
Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang lahir
dengan berat 2.000 sampai 2.500 gram mempunyai harapan hidup lebih dari 97
persen. 1500 sampai 2.000 gram lebih dari 90 persen dan 1.000 sampai 1.500 gram
sebesar 65-80 persen (Mansjoer, 2002).
Prematurnya masa gestasi akan dapat mengakibatkan ketidakmatangan pada semua
sistem organ. Baik itu pada sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem peredaran
darah (jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf pusat (otak). Ketidakmatangan
pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi prematur cenderung mengalami
kelainan dibandingkan bayi normal. Kelainan itu bisa berupa :
1. Sindroma gangguan pernapasan.
Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga jumlah
surfaktan (cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Ini menyebabkan
paru-paru tidak dapat berkembang sempurna.
2. Perdarahan otak
Biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi prematur
yang lahir kurang dari 34 minggu. Pendarahan otak ini menyebabkan bayi
prematur tumbuh menjadi anak yang relatif kurang cerdas, dibanding anak
yang lahir normal.
3. Kelainan jantung
Yang sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya hubungan
antara aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju paru-paru.
4. Kelainan usus
Ini disebabkan akibat imaturitas atau kurang mampu dalam menerima nutrisi.
5. Anemia dan infeksi
Belum matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi prematur
menghadapi berbagai masalah. Seperti mudah dingin, lupa napas, mudah
infeksi karena sensor otaknya belum sempurna, pengosongan lambung
terhambat (refluks), kuning dan kebutaan (Rinawati, 2007).
BAB III
KESIMPULAN
Prematurus iminen adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
akan timbul persalinan pada umur kehamilan yang belum aterm (28 sampai 37
minggu.
Persalinan premature merupakan kelainan proses yang multifaktorial.
Kombinasi keasdaan obstetri, sosisodemografi dan faktor medic mempunyai
pengaruh terjadinya persalinanprematur. Kadang hanya resiko tunggal dijumpai
seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma.
Menejemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor seperti
keadaan selaput ketuban, Pembukaan serviks, Umur kehamilan, Penyebab/
komplikasi persalinan preterm, Kemampuan neonatal intensive care facilities.
Ada 3 kemungkinan tindak lanjut pada partus premature iminen, antara lain
Pertahankan Janin hingga kelahiran aterm, Tunda persalinan 2-3 hari untuk
memberikan obat pematangan paru janin, Biarkan terjadi persalinan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama
mencegah morbiditas dan mortalitas neonates preterm adalah : Menghambat proses
persalinan preterm dengan pemberian tokolitik dan tirah baring, Pematangan
surfaktan paru janin dengan kortikosteroid, kortikosteroid diberikan bila usia
kehamilan kurang dari 35 minggu, serta pencegahan infeksi bila perlu.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham M.D, et all. 2005. Preterm Birth. In: Williams Obstetrics. 23nd
ed.McGraw- Hill.
2. Goepfert A.R. 2001. Preterm Delivery. In: Obstetrics and Gynecology Principle
for Practise. McGraw-Hill.
3. Iams J.D. 2004. Preterm Labor and Delivery. In: Maternal-Fetal Medicine. 5 th
ed.Saunders.
4. Jafferson Rompas. 2004.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145-
11Persalinanpreterm.pdf/145.30
5. Medlinux. 2007.http://medlinux.blogspot.com/2007/11/ruptur membran - pre-
persalinan.html