referat_emfisema

Upload: rizka-mutia-habibah

Post on 14-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    1/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak

    menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh

    meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti faktor pejamu

    yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya

    pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di

    tempat kerja

    Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK

    menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan pada tahun 2002 telah

    menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Hasil survei

    penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia

    (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004,

    menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakaitan (35%), diikuti asma

    bronkial bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2004).

    Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit paru kronis yang disertai gangguan

    aliran napas. Gangguan ini biasanya disebabkan bronchitis kronis atau emfisema paru. Hambatan

    pada saluran napas dapat bersifat progresif sehingga gejala menjadi lebih berat.

    Di Amerika Serikat kurang lebih 2 juta orang menderita emfisema.Emfisema menduduki

    peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas . Emfisema

    terdapat pada 65 % laki-laki dan 15 % wanita. SKRT DepKes RI menunjukkan angka kematian

    karena asma, bronkitis kronis dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering

    kematian di Indonesia. Penyakit bronchitis kronik dan emfisema di Indonesia meningkat seiring

    dengan meningkatnya jumlah orang yang menghisap rokok, dan pesatnya kemajuan industry.

    Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya

    secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dindingalveolus. Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Biasanya pada pasien perokok

    berumur 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran napas kecil dan

    fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak

    napas, hipoksemia, dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal yang

    dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia.

    BAB II

    1

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    2/14

    PEMBAHASAN

    II.1 Anatomi & Fisiologi

    Jalan pernapasan yang menghantarkan udara ke paru-paru adalah hidung, faring, laring,

    trakea, bronkus dan bronkhiolus.Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi oleh

    membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara disaring,dihangatkan dan di lembabkan.

    Laring terdiri dari satu cincin tulang rawan yang di hubungkan oleh otot-otot dan

    mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke

    dalam trakea, disebut glotis yang merupakan pemisah antara saluran pernapasan atas dan bawah.

    Trakea disokong oleh cincin tulang bronkus trakeobron-khial. Tempat percabangan trakea

    menjadi cabang utama bronkus kiri dan kanan dinamakan karina yang banyak mengandung saraf dan

    dapat menyebabkan bronkhospasmebila saraf tersebut rusak.

    Bronkus terdiri dari dua, yaitu bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek, lebih

    besar dan merupakan lanjutan trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya bronkus kiri lebih

    panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan trakea dengan sudut yang lebih lancip.

    Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian

    menjadi segmen bronkus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang disebut

    bronkhiolus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung

    alveolus.

    Di luar bronkhiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru,

    tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkhiolus rerpiratorius yang memiliki kantong udara

    2

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    3/14

    kecil atau alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh

    alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru.

    Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terdapat dalam rongga dada.

    Kedua paru-paru saling terpisah oleh media stinum sentral yang mengandung jantung dan pembuluh

    darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Arteri pulmonalis dan darah arteria bronkhiolus,

    bronkus, saraf dan pembuluh limphe masuk pada setiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar

    paru. Paru kanan lebih besar dari pada paru kiri, dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris;

    paru kiri dibagi menjadi dua lobus, yang terbagilagi atas beberapa segmen sesuai dengan segmen

    bronkhus.

    Suplai darah ke paru-paru bersumber dari arteria bron-khialis dan arteria pulmonalis.

    Sirkulasi bronkhial menyedia-kan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsimemenuhi

    kebutuhan metabolisme jaringan paru. Arteria pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan

    mengalirkan darah vena campuran ke paru-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalarn

    pertukaran gas. Jalinan kapiler paru halus yang mengitari dan menutupi alveolus merupakan kontak

    yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi

    kemudian di kembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri yang kemudian membagikannya

    kepada sel-sel melalui sirkula sisistemik.

    Dasar mekanika pernapasan dari rongga dada adalah inspirasi dan ekspirasi yang digerakkan

    oleh otot-otot pernapasan. Ketika dada membesar karena aksi otot-otot inspirasi,maka kedua paru

    mengembang mengikuti gerakan dindingdada. Dengan mengembangnya dada, udara masuk melalui

    saluran pernapasan ke alveoli. Pengembangan rongga dada menyebabkan saluran udara lebih lebar,

    sehingga lebih banyak udara yang masuk ke alveoli.

    Pada waktu otot-otot inspirasi rileks, maka ekspirasimengambil alih; penurunan volume

    rongga dada bersama-sama dengan recoil jaringan elastis kedua paru menghasilkanpengeluaran udara.

    Otot-otot yang bekerja pada inspirasi normal adalah otot diafragma dan eksternal intercostal.

    Pengajaran pernapasan terutama tergantung pada control gerakan iga dan pernapasan

    ditekankan pada tempat iga yang bergerak dari daerah paru yang mengisap udara. Pada prinsipnya

    gerakan dinding dada dibagi tiga bagian yang pola gerakannya berbeda-beda, yakni: (1) Dinding dadabagian atas dan sternum mempunyai gerakan ke atas dan ke depan pada inspirasi dan kembali ke

    posisi semula pada ekspirasi, (2)Dinding dada bagian tengah mempunyai gerakan ke sampingdan ke

    depan pada inspirasi dan kembali ke posisi semula padaekspirasi dan (3) Dinding dada bagian bawah

    mempunyaigerakan ke samping dan terangkat selama inspirasi dankembali ke posisi semula pada

    ekspirasi

    II.2 Definisi Emfisema

    Emfisema adalah suatu keadaan di mana paru lebih banyak berisi udara, sehingga ukuran paru

    bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertical ke arah diagfragma.

    3

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    4/14

    II.3 Etiologi

    1.Rokok

    Secara patologis rokok dapat menyebabkan gangguan pergerakkan silia pada jalan napas,

    menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mucusbronkus. Gangguan pada silia, fungsi makrofag alveolar mempermudah terjadinya perdangan

    pada bronkus dan bronkiolus, serta infeksi pada paru-paru. Peradangan bronkus dan bronkiolus

    akan mengakibatkan obstruksi jalan napas, dinding bronkiolus melemah dan alveoli

    pecah.Disamping itu, merokok akan merangsang leukosit polimorfonuklear melepaskan enzim

    protease (proteolitik), dan menginaktifasi antiprotease (Alfa-1 anti tripsin), sehingga terjadi

    ketidakseimbangan antara aktifitas keduanya.

    2.Polusi

    Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan terjadinya emfisema. Insidensi dan angka

    kematian emfisema dapat lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi. Polusi udara sepertihalnya asap tembakau juga menyebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi makrofag

    alveolar.

    3.Infeksi

    Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran

    napas seperti pneumonia, bronkiolitis akut, asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi

    jalan napas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.

    4.Faktor genetik

    Defisiensi Alfa-1 antitripsin. Cara yang tepat bagaimana defisiensi antitripsin dapatmenimbulkan emfisema masih belum jelas.

    5. Obstruksi jalan napas

    Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus, sehingga terjadi

    mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam alveolus pada waktu inspirasi akan tetapi tidak

    dapat keluar pada waktu ekspirasi. Etiologinya ialah benda asing di dalam lumen dengan reaksi

    lokal, tumor intrabronkial di mediastinum, kongenital. Pada jenis yang terakhir, obstruksi dapat

    disebabkan oleh defek tulang rawan bronkus.

    II.4 Klasifikasi

    1. emfisema asiner proksimal (emfisema sentraasiner)

    emfisema sentraasiner proses dimulai di proksimal asinus. Terbentuk parut (scar) dan dilatasi

    fokal bronkioli dan struktur sekitar (duktus dan sakus alveoli) menghasilkan pelebaran saluran

    napas di pusat asinus. Ada dua bentuk yaitu :

    - emfisema fokal : emfisema yang dijumpai pada individu yang terpapar debu inert seperti

    debu batu bara.

    - Emfisema sentrilobuler : emfisema sentriasiner yang sering dihubungkan dengan perokok

    2. emfisema panasiner

    4

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    5/14

    Pelebaran seluruh asinus. Bias fokal dan difus

    3. emfisema asiner distal

    terjadi dibagian distal asinus yaitu duktus dan sakus alveolaris. Kelainan ini mengenai lobus

    bagian perifer dan berbatasan dengan pleura (subpleura), septa interlobular dan bundle

    bronkovaskuler.

    II.5 Patofisiologi

    Emfisema merupakan kelainan di mana terjadi kerusakan pada dinding alveolus yang akan menyebabkan

    overdistensi permanen ruang udara. Perjalanan udara akan terganggu akibat dari perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi

    pada emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) di antara alveoli, jalan napas kolaps sebagian ,

    dan kehilangan elastisitas untuk mengerut atau recoil. Pada saat alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan di antara

    ruang alveolus (disebut blebs) dan di antara parenkim paru-paru (disebut bullae). Proses ini akan menyebabkan

    peningkatan ventilatory pada dead space atau area yang tidak mengalami pertukaran gas atau darah.

    Kerja napas meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru untuk melakukan

    pertukaran O2 dan CO2. Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-paru, selanjutnya terjadi penurunan perfusi

    O2 dan penurunan ventilasi. Emfisema masih dianggap normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada

    pasien yang berusia muda biasanya berhubungan dengan bronchitis kronis dan merokok.

    II.6 Tanda dan Gejala

    Dispnea

    Takipnea

    Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernafasan

    Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru

    Auskultasi : ronchi, perpanjangan ekspirasi

    Hipoksemia

    Hiperkapnia

    5

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    6/14

    Anoreksia

    Penurunan BB

    Kelemahan

    II.7 Diagnosis

    Diagnosis emfisema adalah berdasarkan pada gejala atau keluhan yang didapat dari

    anamnesis, tanda-tanda yang didapat dari pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

    Keluhan

    Pada emfisema paru keluhan utama adalah sesak nafas, batuk berdahak tidak begitu mencolok,

    kadang-kadang disertai sedikit sputum mukoid.

    1. Anamnesa :

    Riwayat menghirup rokok.

    Riwayat terpajan zat kimia.

    Riwayat penyakit emfisema pada keluarga.

    Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi misalnya BBLR, infeksi saluran nafas berulang,

    lingkungan asap rokok dan polusi udara.

    Sesak nafas waktu aktivitas terjadi bertahap dan perlahan-lahan memburuk dalam beberapa

    tahun

    Pada bayi terdapat kesulitan pernapasan berat tetapi kadang-kadang tidak terdiagnosis hingga

    usia sekolah atau bahkan sesudahnya.

    2. Pemeriksaan Fisik :

    a. Inspeksi :

    Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup).

    Dada berbentuk barrel-chest.

    Sela iga melebar. Sternum menonjol.

    Retraksi intercostal saat inspirasi.

    Penggunaan otot bantu pernapasan.

    b. Palpasi : vokal fremitus melemah.

    c. Perkusi : hipersonor, hepar terdorong ke bawah, batas jantung mengecil, letak diafragma rendah.

    d. Auskultasi :

    Suara nafas vesikuler normal atau melemah.

    Terdapat ronki samar-samar.

    6

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    7/14

    Wheezing terdengar pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.

    Ekspirasi memanjang.

    Bunyi jantung terdengar jauh.

    3. Pemeriksan Penunjang :

    a. Faal Paru

    Spinometri (VEP, KVP).

    - Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP 1 < 80 % KV menurun, KRF dan VR meningkat.

    - VEP, merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya dan

    perjalanan penyakit.

    Uji bronkodilator

    - Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan 15-20 menit kemudian dilihatperubahan nilai VEP 1.

    b. Darah Rutin : Hb, Ht, Leukosit

    c. Gambaran Radiologis

    Pada emfisema terlihat gambaran umum :

    Diafragma letak rendah dan datar.

    Ruang retrosternal melebar.

    Gambaran vaskuler berkurang.

    Jantung tampak sempit memanjang.

    Pembuluh darah perifer mengecil .

    Emfisema lobaris

    Biasanya terjadi pada bayi baru lahir dengan kelainan tulang rawan,bronkus, mukosa bronchial yang

    tebal, sumbatan mucus (mucous plug), penekanan bronkus dari luar oleh anomaly pembuluh darah.

    Gambaran radiologiknya berupa bayangan radiolusen pada bagian paru yang bersangkutan dengan

    pendorongan mediastinum kea rah kontra lateral.

    7

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    8/14

    Emfisema bulla

    Bulla merupakan emfisema vesikuler setempat dengan ukuran antara 1-2 cm atau lebih besar, yang

    kadang-kadang sukar dibedakan dengan pneumotoraks. Penyebabnya sering tidak diketahui, tapi

    dianggap sebagai akibat suatu penyakit paru yang menyebabkan penyumbatan seperti bronkiolitis atau

    peradangan akut lainnya dan perangsangan/iritasi gas yang terhisap. Sering factor penyebabnya sudah

    tidak tampak lagi, tetapi akibatnya adalah emfisema bulla yang tetap atau bertambah besar.

    Gambaran radiologic berupa suatu kantong radiolusen di perifer lapangan paru, terutama bagian apeks

    paru dan bagian basal paru dimana jaringan paru normal sekitarnya akan terkompresi sehingga

    menimbulkan keluhan sesak nafas.

    Emfisema kompensasi

    Keadaan ini merupakan usaha tubuh secara fisiologik menggantikan jaringan paru yang tidak

    berfungsi (atelektasis) atau mengisi toraks bagian paru yang terangkat pada pneumoektomi

    Emfisema senilis

    8

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    9/14

    Emfisema senilis merupakan akibat proses degenerative orang tua pada kolumnar vertebra yang

    mengalami kifosis dimana ukuran anterior-posterior toraks bertambah sedangkan tinggi toraks secara

    vertical tidak berubah, begitu pula bentuk diafragma dan peranjakan diafragma tetap tidak berubah.

    Keadaan ini akan menimbulkan atrofi septa alveolar dan jaringan paru berkurang dan akan diisi oleh

    udara sehingga secara radiologic tampak toraks yang lebih radiolusen, corakan bronkovaskular yang

    jarang dan diafragma yang normal

    d. Pemeriksaan Analisis Gas Darah

    Terdapat hipoksemia dan hipokalemia akibat kerusakan kapiler alveoli (6).

    e. Pemeriksaan EKG

    Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai hipertensi pulmonal dan

    hipertrofiventrikel kanan.

    f. Pemeriksaan Enzimatik : Kadar alfa-1-antitripsin rendah.

    II.7 Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan emfisema secara umum meliputi :

    1. Penatalaksanaan umum.

    2. Pemberian obat-obatan.

    3. Terapi oksigen.

    4. Latihan fisik.

    5. Rehabilitasi.

    6. Fisioterapi.

    1. Penatalaksanaan umum

    a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita

    Mereka harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mencetuskan eksaserbasi serta faktor yang bisa

    memperburuk penyakit. Ini perlu peranan aktif penderita untuk usaha pencegahan.

    9

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    10/14

    b. Menghindari rokok dan zat inhalasi

    Rokok merupakan faktor utama yang dapat memperburuk perjalanan penyakit. Penderita harus

    berhenti merokok. Di samping itu zat-zat inhalasi yang bersifat iritasi harus dihindari. Karena zat

    itu menimbulkan ekserbasi / memperburuk perjalanan penyakit.

    c. Menghindari infeksi saluran nafas

    Infeksi saluran nafas sedapat mungkin dihindari oleh karena dapat menimbulkan suatu eksaserbasi

    akut penyakit.

    2. Pemberian obat-obatan.

    a. Bronkodilator

    1. Derivat Xantin

    Sejak dulu obat golongan teofilin sering digunakan pada emfisema paru. Obat ini menghambat

    enzim fosfodiesterase sehingga cAMP yang bekerja sebagai bronkodilator dapat dipertahankan

    pada kadar yang tinggi ex : teofilin, aminofilin.

    2. 2. Gol Agonis

    Obat ini menimbulkan bronkodilatasi. Reseptor beta berhubungan erat dengan adenil siklase

    yaitu substansi penting yang menghasilkan siklik AMP yang menyebabkan bronkodilatasi.

    Pemberian dalam bentuk aerosol lebih efektif. Obat yang tergolong beta-2 agonis adalah :terbutalin, metaproterenol dan albuterol.

    3.Antikolinergik

    Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor kolinergik sehingga menekan enzim

    guanilsiklase. Kemudian pembentukan cAMP sehingga bronkospasme menjadi terhambat ex :

    Ipratropium bromida diberikan dalam bentuk inhalasi .

    4.Kortikosteroid

    Manfaat kortikosteroid pada pengobatan obstruksi jalan napas pada emfisema masih

    diperdebatkan. Pada sejumlah penderita mungkin memberi perbaikan. Pengobatan dihentikan

    bila tidak ada respon. Obat yang termasuk di dalamnya adalah : dexametason, prednison dan

    prednisolon.

    b. Ekspectoran dan Mucolitik

    Usaha untuk mengeluarkan dan mengurangi mukus merupakan yang utama dan penting pada

    pengelolaan emfisema paru. Ekspectoran dan mucolitik yang biasa dipakai adalah bromheksin dan

    10

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    11/14

    karboksi metil sistein diberikan pada keadaan eksaserbasi. Asetil sistein selain bersifat mukolitik

    juga mempunyai efek anti oksidans yang melindungi saluran aspas dari kerusakan yang disebabkan

    oleh oksidans .

    c. Antibiotik

    Infeksi sangat berperan pada perjalanan penyakit paru obstruksi terutama pada keadaan

    eksaserbasi. Bila infeksi berlanjut maka perjalanan penyakit akan semakin memburuk.

    Penanganan infeksi yang cepat dan tepat sangat perlu dalam penatalaksanaan penyakit. Pemberian

    antibiotik dapat mengurangi lama dan beratnya eksaserbasi. Antibiotik yang bermanfaat adalah

    golongan Penisilin, eritromisin dan kotrimoksazol biasanya diberikan selama 7-10 hari. Apabila

    antibiotik tidak memberikan perbaikan maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroorganisme.

    3. Terapi oksigen

    Pada penderita dengan hipoksemia yaitu PaO2 < 55 mmHg. Pemberian oksigen konsentrasi rendah 1-

    3 liter/menit secara terus menerus memberikan perbaikan psikis, koordinasi otot, toleransi beban kerja

    4. Latihan fisik

    Hal ini dianjurkan sebagai suatu cara untuk meningkatkan kapasitas latihan pada pasien yang sesak

    nafas berat. Sedikit perbaikan dapat ditunjukan tetapi pengobatan jenis ini membutuhkan staf dan

    waktu yang hanya cocok untuk sebagian kecil pasien. Latihan pernapasan sendiri tidak

    menunjukkan manfaat.

    Latihan fisik yang biasa dilakukan :

    - Secara perlahan memutar kepala ke kanan dan ke kiri

    - Memutar badan ke kiri dan ke kanan diteruskan membungkuk ke depan lalu ke belakang

    - Memutar bahu ke depan dan ke belakang

    - Mengayun tangan ke depan dan ke belakang dan membungkuk

    - Gerakan tangan melingkar dan gerakan menekuk tangan- Latihan dilakukan 15-30 menit selama 4-7 hari per minggu

    - Dapat juga dilakukan olah raga ringan naik turun tangga

    - Walking joging ringan.

    5. Rehabilitasi

    Rehabilitasi psikis berguna untuk menenangkan penderita yang cemas dan mempunyai rasa

    tertekan akibat penyakitnya. Sedangkan rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk memotivasi

    penderita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisiknya. Misalnya bila istirahat

    11

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    12/14

    lebih baik duduk daripada berdiri atau dalam melakukan pekerjaan harus lambat tapi teratur.

    6. Fisioterapi

    Tujuan dari fisioterapi adalah :

    - Membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan efisiensi batuk.

    - Mengatasi gangguan pernapasan pasien.

    - Memperbaiki gangguan pengembangan thoraks.

    - Meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan.

    - Mengurangi spasme otot leher .

    Penerapan fisioterapi :

    1. Postural Drainase :

    Salah satu tehnik membersihkan jalan napas akibat akumulasi sekresi dengan cara

    penderita diatur dalam berbagai posisi untuk mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya

    gravitasi. Tujuannya untuk mengeluarkan sputum yang terkumpul dalam lobus paru,

    mengatasi gangguan pernapasan dan meningkatkan efisiensi mekanisme batuk.

    2. Breathing Exercises :

    Dimulai dengan menarik napas melalui hidung dengan mulut tertutup kemudian

    menghembuskan napas melalui bibir dengan mulut mencucu. Posisi yang dapat digunakan

    adalah tidur terlentang dengan kedua lutut menekuk atau kaki ditinggikan, duduk di kursi

    atau di tempat tidur dan berdiri. Tujuannya untuk memperbaiki ventilasi alveoli,

    menurunkan pekerjaan pernapasan, meningkatkan efisiensi batuk, mengatur kecepatan

    pernapasan, mendapatkan relaksasi otot-otot dada dan bahu dalam sikap normal dan

    memelihara pergerakan dada.

    3. Latihan Batuk :

    Merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring, trakea, bronkioli dari

    sekret dan benda asing.

    4. Latihan Relaksasi :

    Secara individual penderita sering tampak cemas, takut karena sesak napas dankemungkinan mati lemas. Dalam keadaan tersebut, maka latihan relaksasi merupakan

    usaha yang paling penting dan sekaligus sebagai langkah pertolongan.

    Metode yang biasa digunakan adalah Yacobson.

    Contohnya :

    Penderita di tempatkan dalam ruangan yang hangat, segar dan bersih, kemudian penderita

    ditidurkan terlentang dengan kepala diberi bantal, lutut ditekuk dengan memberi bantal

    sebagai penyangga .

    12

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    13/14

    II.8 Prognosis

    Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinis waktu

    berobat.

    Penderita yang berumur kurang dari 50 tahun dengan :

    - Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.

    - Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.

    BAB III

    KESIMPULAN

    Emfisema adalah suatu keadaan di mana paru lebih banyak berisi udara, sehingga ukuran paru

    bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertical ke arah diagfragma. Penyebab

    tersering adalah merokok dan polusi udara.

    Gejala yang sering ditimbulkan oleh seseorang yang menderita emfisema diantaranya

    dispnea,takipnea,hipoksemia,hiperkapnia, anoreksia, penurunan BB, dan kelemahan. Dari gambaran

    radiologi pada pasien emfisema ditemukan diafragma letak rendah dan datar,ruang retrosternal

    13

  • 7/30/2019 referat_emfisema

    14/14

    melebar, gambaran vaskuler berkurang, jantung tampak sempit memanjang, dan pembuluh darah

    perifer mengecil .

    14