referat_emfisema
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 referat_emfisema
1/14
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak
menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti faktor pejamu
yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya
pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di
tempat kerja
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa pada tahun 1990 PPOK
menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian di dunia, sedangkan pada tahun 2002 telah
menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO,2002). Hasil survei
penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia
(Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004,
menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakaitan (35%), diikuti asma
bronkial bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%) (Depkes RI, 2004).
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit paru kronis yang disertai gangguan
aliran napas. Gangguan ini biasanya disebabkan bronchitis kronis atau emfisema paru. Hambatan
pada saluran napas dapat bersifat progresif sehingga gejala menjadi lebih berat.
Di Amerika Serikat kurang lebih 2 juta orang menderita emfisema.Emfisema menduduki
peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas . Emfisema
terdapat pada 65 % laki-laki dan 15 % wanita. SKRT DepKes RI menunjukkan angka kematian
karena asma, bronkitis kronis dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering
kematian di Indonesia. Penyakit bronchitis kronik dan emfisema di Indonesia meningkat seiring
dengan meningkatnya jumlah orang yang menghisap rokok, dan pesatnya kemajuan industry.
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dindingalveolus. Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Biasanya pada pasien perokok
berumur 15-25 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran napas kecil dan
fungsi paru. Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada umur 45-55 tahun terjadi sesak
napas, hipoksemia, dan perubahan spirometri. Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal yang
dapat menyebabkan kegagalan napas dan meninggal dunia.
BAB II
1
-
7/30/2019 referat_emfisema
2/14
PEMBAHASAN
II.1 Anatomi & Fisiologi
Jalan pernapasan yang menghantarkan udara ke paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus dan bronkhiolus.Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus dilapisi oleh
membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka udara disaring,dihangatkan dan di lembabkan.
Laring terdiri dari satu cincin tulang rawan yang di hubungkan oleh otot-otot dan
mengandung pita suara. Diantara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuara ke
dalam trakea, disebut glotis yang merupakan pemisah antara saluran pernapasan atas dan bawah.
Trakea disokong oleh cincin tulang bronkus trakeobron-khial. Tempat percabangan trakea
menjadi cabang utama bronkus kiri dan kanan dinamakan karina yang banyak mengandung saraf dan
dapat menyebabkan bronkhospasmebila saraf tersebut rusak.
Bronkus terdiri dari dua, yaitu bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan lebih pendek, lebih
besar dan merupakan lanjutan trakea yang arahnya hampir vertikal. Sebaliknya bronkus kiri lebih
panjang, lebih sempit dan merupakan lanjutan trakea dengan sudut yang lebih lancip.
Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian
menjadi segmen bronkus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang disebut
bronkhiolus terminalis yang merupakan cabang saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveolus.
Di luar bronkhiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru,
tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari bronkhiolus rerpiratorius yang memiliki kantong udara
2
-
7/30/2019 referat_emfisema
3/14
kecil atau alveoli yang berasal dari dinding mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh
alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru.
Paru-paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut yang terdapat dalam rongga dada.
Kedua paru-paru saling terpisah oleh media stinum sentral yang mengandung jantung dan pembuluh
darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Arteri pulmonalis dan darah arteria bronkhiolus,
bronkus, saraf dan pembuluh limphe masuk pada setiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar
paru. Paru kanan lebih besar dari pada paru kiri, dibagi menjadi tiga lobus oleh fisura interlobaris;
paru kiri dibagi menjadi dua lobus, yang terbagilagi atas beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkhus.
Suplai darah ke paru-paru bersumber dari arteria bron-khialis dan arteria pulmonalis.
Sirkulasi bronkhial menyedia-kan darah teroksigenasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsimemenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan paru. Arteria pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan
mengalirkan darah vena campuran ke paru-paru di mana darah tersebut mengambil bagian dalarn
pertukaran gas. Jalinan kapiler paru halus yang mengitari dan menutupi alveolus merupakan kontak
yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenasi
kemudian di kembalikan melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri yang kemudian membagikannya
kepada sel-sel melalui sirkula sisistemik.
Dasar mekanika pernapasan dari rongga dada adalah inspirasi dan ekspirasi yang digerakkan
oleh otot-otot pernapasan. Ketika dada membesar karena aksi otot-otot inspirasi,maka kedua paru
mengembang mengikuti gerakan dindingdada. Dengan mengembangnya dada, udara masuk melalui
saluran pernapasan ke alveoli. Pengembangan rongga dada menyebabkan saluran udara lebih lebar,
sehingga lebih banyak udara yang masuk ke alveoli.
Pada waktu otot-otot inspirasi rileks, maka ekspirasimengambil alih; penurunan volume
rongga dada bersama-sama dengan recoil jaringan elastis kedua paru menghasilkanpengeluaran udara.
Otot-otot yang bekerja pada inspirasi normal adalah otot diafragma dan eksternal intercostal.
Pengajaran pernapasan terutama tergantung pada control gerakan iga dan pernapasan
ditekankan pada tempat iga yang bergerak dari daerah paru yang mengisap udara. Pada prinsipnya
gerakan dinding dada dibagi tiga bagian yang pola gerakannya berbeda-beda, yakni: (1) Dinding dadabagian atas dan sternum mempunyai gerakan ke atas dan ke depan pada inspirasi dan kembali ke
posisi semula pada ekspirasi, (2)Dinding dada bagian tengah mempunyai gerakan ke sampingdan ke
depan pada inspirasi dan kembali ke posisi semula padaekspirasi dan (3) Dinding dada bagian bawah
mempunyaigerakan ke samping dan terangkat selama inspirasi dankembali ke posisi semula pada
ekspirasi
II.2 Definisi Emfisema
Emfisema adalah suatu keadaan di mana paru lebih banyak berisi udara, sehingga ukuran paru
bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertical ke arah diagfragma.
3
-
7/30/2019 referat_emfisema
4/14
II.3 Etiologi
1.Rokok
Secara patologis rokok dapat menyebabkan gangguan pergerakkan silia pada jalan napas,
menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mucusbronkus. Gangguan pada silia, fungsi makrofag alveolar mempermudah terjadinya perdangan
pada bronkus dan bronkiolus, serta infeksi pada paru-paru. Peradangan bronkus dan bronkiolus
akan mengakibatkan obstruksi jalan napas, dinding bronkiolus melemah dan alveoli
pecah.Disamping itu, merokok akan merangsang leukosit polimorfonuklear melepaskan enzim
protease (proteolitik), dan menginaktifasi antiprotease (Alfa-1 anti tripsin), sehingga terjadi
ketidakseimbangan antara aktifitas keduanya.
2.Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan terjadinya emfisema. Insidensi dan angka
kematian emfisema dapat lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi. Polusi udara sepertihalnya asap tembakau juga menyebabkan gangguan pada silia, menghambat fungsi makrofag
alveolar.
3.Infeksi
Infeksi saluran napas akan menyebabkan kerusakan paru lebih berat. Penyakit infeksi saluran
napas seperti pneumonia, bronkiolitis akut, asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi
jalan napas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.
4.Faktor genetik
Defisiensi Alfa-1 antitripsin. Cara yang tepat bagaimana defisiensi antitripsin dapatmenimbulkan emfisema masih belum jelas.
5. Obstruksi jalan napas
Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus, sehingga terjadi
mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam alveolus pada waktu inspirasi akan tetapi tidak
dapat keluar pada waktu ekspirasi. Etiologinya ialah benda asing di dalam lumen dengan reaksi
lokal, tumor intrabronkial di mediastinum, kongenital. Pada jenis yang terakhir, obstruksi dapat
disebabkan oleh defek tulang rawan bronkus.
II.4 Klasifikasi
1. emfisema asiner proksimal (emfisema sentraasiner)
emfisema sentraasiner proses dimulai di proksimal asinus. Terbentuk parut (scar) dan dilatasi
fokal bronkioli dan struktur sekitar (duktus dan sakus alveoli) menghasilkan pelebaran saluran
napas di pusat asinus. Ada dua bentuk yaitu :
- emfisema fokal : emfisema yang dijumpai pada individu yang terpapar debu inert seperti
debu batu bara.
- Emfisema sentrilobuler : emfisema sentriasiner yang sering dihubungkan dengan perokok
2. emfisema panasiner
4
-
7/30/2019 referat_emfisema
5/14
Pelebaran seluruh asinus. Bias fokal dan difus
3. emfisema asiner distal
terjadi dibagian distal asinus yaitu duktus dan sakus alveolaris. Kelainan ini mengenai lobus
bagian perifer dan berbatasan dengan pleura (subpleura), septa interlobular dan bundle
bronkovaskuler.
II.5 Patofisiologi
Emfisema merupakan kelainan di mana terjadi kerusakan pada dinding alveolus yang akan menyebabkan
overdistensi permanen ruang udara. Perjalanan udara akan terganggu akibat dari perubahan ini. Kesulitan selama ekspirasi
pada emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) di antara alveoli, jalan napas kolaps sebagian ,
dan kehilangan elastisitas untuk mengerut atau recoil. Pada saat alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan di antara
ruang alveolus (disebut blebs) dan di antara parenkim paru-paru (disebut bullae). Proses ini akan menyebabkan
peningkatan ventilatory pada dead space atau area yang tidak mengalami pertukaran gas atau darah.
Kerja napas meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru untuk melakukan
pertukaran O2 dan CO2. Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-paru, selanjutnya terjadi penurunan perfusi
O2 dan penurunan ventilasi. Emfisema masih dianggap normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada
pasien yang berusia muda biasanya berhubungan dengan bronchitis kronis dan merokok.
II.6 Tanda dan Gejala
Dispnea
Takipnea
Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernafasan
Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
Auskultasi : ronchi, perpanjangan ekspirasi
Hipoksemia
Hiperkapnia
5
-
7/30/2019 referat_emfisema
6/14
Anoreksia
Penurunan BB
Kelemahan
II.7 Diagnosis
Diagnosis emfisema adalah berdasarkan pada gejala atau keluhan yang didapat dari
anamnesis, tanda-tanda yang didapat dari pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Keluhan
Pada emfisema paru keluhan utama adalah sesak nafas, batuk berdahak tidak begitu mencolok,
kadang-kadang disertai sedikit sputum mukoid.
1. Anamnesa :
Riwayat menghirup rokok.
Riwayat terpajan zat kimia.
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga.
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi misalnya BBLR, infeksi saluran nafas berulang,
lingkungan asap rokok dan polusi udara.
Sesak nafas waktu aktivitas terjadi bertahap dan perlahan-lahan memburuk dalam beberapa
tahun
Pada bayi terdapat kesulitan pernapasan berat tetapi kadang-kadang tidak terdiagnosis hingga
usia sekolah atau bahkan sesudahnya.
2. Pemeriksaan Fisik :
a. Inspeksi :
Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup).
Dada berbentuk barrel-chest.
Sela iga melebar. Sternum menonjol.
Retraksi intercostal saat inspirasi.
Penggunaan otot bantu pernapasan.
b. Palpasi : vokal fremitus melemah.
c. Perkusi : hipersonor, hepar terdorong ke bawah, batas jantung mengecil, letak diafragma rendah.
d. Auskultasi :
Suara nafas vesikuler normal atau melemah.
Terdapat ronki samar-samar.
6
-
7/30/2019 referat_emfisema
7/14
Wheezing terdengar pada waktu inspirasi maupun ekspirasi.
Ekspirasi memanjang.
Bunyi jantung terdengar jauh.
3. Pemeriksan Penunjang :
a. Faal Paru
Spinometri (VEP, KVP).
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP 1 < 80 % KV menurun, KRF dan VR meningkat.
- VEP, merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya dan
perjalanan penyakit.
Uji bronkodilator
- Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan 15-20 menit kemudian dilihatperubahan nilai VEP 1.
b. Darah Rutin : Hb, Ht, Leukosit
c. Gambaran Radiologis
Pada emfisema terlihat gambaran umum :
Diafragma letak rendah dan datar.
Ruang retrosternal melebar.
Gambaran vaskuler berkurang.
Jantung tampak sempit memanjang.
Pembuluh darah perifer mengecil .
Emfisema lobaris
Biasanya terjadi pada bayi baru lahir dengan kelainan tulang rawan,bronkus, mukosa bronchial yang
tebal, sumbatan mucus (mucous plug), penekanan bronkus dari luar oleh anomaly pembuluh darah.
Gambaran radiologiknya berupa bayangan radiolusen pada bagian paru yang bersangkutan dengan
pendorongan mediastinum kea rah kontra lateral.
7
-
7/30/2019 referat_emfisema
8/14
Emfisema bulla
Bulla merupakan emfisema vesikuler setempat dengan ukuran antara 1-2 cm atau lebih besar, yang
kadang-kadang sukar dibedakan dengan pneumotoraks. Penyebabnya sering tidak diketahui, tapi
dianggap sebagai akibat suatu penyakit paru yang menyebabkan penyumbatan seperti bronkiolitis atau
peradangan akut lainnya dan perangsangan/iritasi gas yang terhisap. Sering factor penyebabnya sudah
tidak tampak lagi, tetapi akibatnya adalah emfisema bulla yang tetap atau bertambah besar.
Gambaran radiologic berupa suatu kantong radiolusen di perifer lapangan paru, terutama bagian apeks
paru dan bagian basal paru dimana jaringan paru normal sekitarnya akan terkompresi sehingga
menimbulkan keluhan sesak nafas.
Emfisema kompensasi
Keadaan ini merupakan usaha tubuh secara fisiologik menggantikan jaringan paru yang tidak
berfungsi (atelektasis) atau mengisi toraks bagian paru yang terangkat pada pneumoektomi
Emfisema senilis
8
-
7/30/2019 referat_emfisema
9/14
Emfisema senilis merupakan akibat proses degenerative orang tua pada kolumnar vertebra yang
mengalami kifosis dimana ukuran anterior-posterior toraks bertambah sedangkan tinggi toraks secara
vertical tidak berubah, begitu pula bentuk diafragma dan peranjakan diafragma tetap tidak berubah.
Keadaan ini akan menimbulkan atrofi septa alveolar dan jaringan paru berkurang dan akan diisi oleh
udara sehingga secara radiologic tampak toraks yang lebih radiolusen, corakan bronkovaskular yang
jarang dan diafragma yang normal
d. Pemeriksaan Analisis Gas Darah
Terdapat hipoksemia dan hipokalemia akibat kerusakan kapiler alveoli (6).
e. Pemeriksaan EKG
Untuk mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai hipertensi pulmonal dan
hipertrofiventrikel kanan.
f. Pemeriksaan Enzimatik : Kadar alfa-1-antitripsin rendah.
II.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan emfisema secara umum meliputi :
1. Penatalaksanaan umum.
2. Pemberian obat-obatan.
3. Terapi oksigen.
4. Latihan fisik.
5. Rehabilitasi.
6. Fisioterapi.
1. Penatalaksanaan umum
a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita
Mereka harus mengetahui faktor-faktor yang dapat mencetuskan eksaserbasi serta faktor yang bisa
memperburuk penyakit. Ini perlu peranan aktif penderita untuk usaha pencegahan.
9
-
7/30/2019 referat_emfisema
10/14
b. Menghindari rokok dan zat inhalasi
Rokok merupakan faktor utama yang dapat memperburuk perjalanan penyakit. Penderita harus
berhenti merokok. Di samping itu zat-zat inhalasi yang bersifat iritasi harus dihindari. Karena zat
itu menimbulkan ekserbasi / memperburuk perjalanan penyakit.
c. Menghindari infeksi saluran nafas
Infeksi saluran nafas sedapat mungkin dihindari oleh karena dapat menimbulkan suatu eksaserbasi
akut penyakit.
2. Pemberian obat-obatan.
a. Bronkodilator
1. Derivat Xantin
Sejak dulu obat golongan teofilin sering digunakan pada emfisema paru. Obat ini menghambat
enzim fosfodiesterase sehingga cAMP yang bekerja sebagai bronkodilator dapat dipertahankan
pada kadar yang tinggi ex : teofilin, aminofilin.
2. 2. Gol Agonis
Obat ini menimbulkan bronkodilatasi. Reseptor beta berhubungan erat dengan adenil siklase
yaitu substansi penting yang menghasilkan siklik AMP yang menyebabkan bronkodilatasi.
Pemberian dalam bentuk aerosol lebih efektif. Obat yang tergolong beta-2 agonis adalah :terbutalin, metaproterenol dan albuterol.
3.Antikolinergik
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor kolinergik sehingga menekan enzim
guanilsiklase. Kemudian pembentukan cAMP sehingga bronkospasme menjadi terhambat ex :
Ipratropium bromida diberikan dalam bentuk inhalasi .
4.Kortikosteroid
Manfaat kortikosteroid pada pengobatan obstruksi jalan napas pada emfisema masih
diperdebatkan. Pada sejumlah penderita mungkin memberi perbaikan. Pengobatan dihentikan
bila tidak ada respon. Obat yang termasuk di dalamnya adalah : dexametason, prednison dan
prednisolon.
b. Ekspectoran dan Mucolitik
Usaha untuk mengeluarkan dan mengurangi mukus merupakan yang utama dan penting pada
pengelolaan emfisema paru. Ekspectoran dan mucolitik yang biasa dipakai adalah bromheksin dan
10
-
7/30/2019 referat_emfisema
11/14
karboksi metil sistein diberikan pada keadaan eksaserbasi. Asetil sistein selain bersifat mukolitik
juga mempunyai efek anti oksidans yang melindungi saluran aspas dari kerusakan yang disebabkan
oleh oksidans .
c. Antibiotik
Infeksi sangat berperan pada perjalanan penyakit paru obstruksi terutama pada keadaan
eksaserbasi. Bila infeksi berlanjut maka perjalanan penyakit akan semakin memburuk.
Penanganan infeksi yang cepat dan tepat sangat perlu dalam penatalaksanaan penyakit. Pemberian
antibiotik dapat mengurangi lama dan beratnya eksaserbasi. Antibiotik yang bermanfaat adalah
golongan Penisilin, eritromisin dan kotrimoksazol biasanya diberikan selama 7-10 hari. Apabila
antibiotik tidak memberikan perbaikan maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroorganisme.
3. Terapi oksigen
Pada penderita dengan hipoksemia yaitu PaO2 < 55 mmHg. Pemberian oksigen konsentrasi rendah 1-
3 liter/menit secara terus menerus memberikan perbaikan psikis, koordinasi otot, toleransi beban kerja
4. Latihan fisik
Hal ini dianjurkan sebagai suatu cara untuk meningkatkan kapasitas latihan pada pasien yang sesak
nafas berat. Sedikit perbaikan dapat ditunjukan tetapi pengobatan jenis ini membutuhkan staf dan
waktu yang hanya cocok untuk sebagian kecil pasien. Latihan pernapasan sendiri tidak
menunjukkan manfaat.
Latihan fisik yang biasa dilakukan :
- Secara perlahan memutar kepala ke kanan dan ke kiri
- Memutar badan ke kiri dan ke kanan diteruskan membungkuk ke depan lalu ke belakang
- Memutar bahu ke depan dan ke belakang
- Mengayun tangan ke depan dan ke belakang dan membungkuk
- Gerakan tangan melingkar dan gerakan menekuk tangan- Latihan dilakukan 15-30 menit selama 4-7 hari per minggu
- Dapat juga dilakukan olah raga ringan naik turun tangga
- Walking joging ringan.
5. Rehabilitasi
Rehabilitasi psikis berguna untuk menenangkan penderita yang cemas dan mempunyai rasa
tertekan akibat penyakitnya. Sedangkan rehabilitasi pekerjaan dilakukan untuk memotivasi
penderita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisiknya. Misalnya bila istirahat
11
-
7/30/2019 referat_emfisema
12/14
lebih baik duduk daripada berdiri atau dalam melakukan pekerjaan harus lambat tapi teratur.
6. Fisioterapi
Tujuan dari fisioterapi adalah :
- Membantu mengeluarkan sputum dan meningkatkan efisiensi batuk.
- Mengatasi gangguan pernapasan pasien.
- Memperbaiki gangguan pengembangan thoraks.
- Meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan.
- Mengurangi spasme otot leher .
Penerapan fisioterapi :
1. Postural Drainase :
Salah satu tehnik membersihkan jalan napas akibat akumulasi sekresi dengan cara
penderita diatur dalam berbagai posisi untuk mengeluarkan sputum dengan bantuan gaya
gravitasi. Tujuannya untuk mengeluarkan sputum yang terkumpul dalam lobus paru,
mengatasi gangguan pernapasan dan meningkatkan efisiensi mekanisme batuk.
2. Breathing Exercises :
Dimulai dengan menarik napas melalui hidung dengan mulut tertutup kemudian
menghembuskan napas melalui bibir dengan mulut mencucu. Posisi yang dapat digunakan
adalah tidur terlentang dengan kedua lutut menekuk atau kaki ditinggikan, duduk di kursi
atau di tempat tidur dan berdiri. Tujuannya untuk memperbaiki ventilasi alveoli,
menurunkan pekerjaan pernapasan, meningkatkan efisiensi batuk, mengatur kecepatan
pernapasan, mendapatkan relaksasi otot-otot dada dan bahu dalam sikap normal dan
memelihara pergerakan dada.
3. Latihan Batuk :
Merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring, trakea, bronkioli dari
sekret dan benda asing.
4. Latihan Relaksasi :
Secara individual penderita sering tampak cemas, takut karena sesak napas dankemungkinan mati lemas. Dalam keadaan tersebut, maka latihan relaksasi merupakan
usaha yang paling penting dan sekaligus sebagai langkah pertolongan.
Metode yang biasa digunakan adalah Yacobson.
Contohnya :
Penderita di tempatkan dalam ruangan yang hangat, segar dan bersih, kemudian penderita
ditidurkan terlentang dengan kepala diberi bantal, lutut ditekuk dengan memberi bantal
sebagai penyangga .
12
-
7/30/2019 referat_emfisema
13/14
II.8 Prognosis
Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala klinis waktu
berobat.
Penderita yang berumur kurang dari 50 tahun dengan :
- Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.
- Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih berat dan meninggal.
BAB III
KESIMPULAN
Emfisema adalah suatu keadaan di mana paru lebih banyak berisi udara, sehingga ukuran paru
bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertical ke arah diagfragma. Penyebab
tersering adalah merokok dan polusi udara.
Gejala yang sering ditimbulkan oleh seseorang yang menderita emfisema diantaranya
dispnea,takipnea,hipoksemia,hiperkapnia, anoreksia, penurunan BB, dan kelemahan. Dari gambaran
radiologi pada pasien emfisema ditemukan diafragma letak rendah dan datar,ruang retrosternal
13
-
7/30/2019 referat_emfisema
14/14
melebar, gambaran vaskuler berkurang, jantung tampak sempit memanjang, dan pembuluh darah
perifer mengecil .
14