referat.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa
paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, paru-paru berfungsi untuk
mengeluarkan karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Di dalam paru-paru terjadi proses
pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah
merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-
paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru
melalui hidung. Kelainan-kelainan pada paru-paru diantaranya dapat berupa asma atau sesak
nafas, kanker paru-paru dan emphysema.1,2,3
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) yang di dalamnya terdapat emfisema yang
menjadi kontributor terbesar, dinegara maju merupakan masalah kesehatan utama, karena
semakin bertambahnya penderita. Di Indonesia tidak ditemukan data yang akurat tentang
prevalensi PPOK. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) DEPKES RI 1992 menunjukkan
angka kematian emfisema, bronkhitis khronis dan asma menduduki peringkat ke 6 dari 10
penyebab tersering kematian di Indonesia.2
Emfisema mempunyai kelainan berupa pelebaran abnormal dan permanen ruang udara
sebelah distal dari bronkhiolus terminalis. Kelainan yang mendasari adalah destruksi difus
dinding alveoli tanpa fibrosis yang nyata, bersifat kronis progresif dan memberikan kecacatan
yang menetap sulit dilakukan sehingga penegakan diagnostik masih cenderung mempelajari
emfisema dengan jalan mengukur derajat abnormalitas faal paru dengan pemeriksaan
spirometri sebagai standar baku emas. Abnormalitas pemeriksaan faal paru pada emfisema
menunjukkan tanda obstruktif. Pemeriksaan spirometri cukup sulit dan cukup lama serta sangat
memerlukan kerjasama pasien dalam hal melakukan manouver berkali-kali. Apabila pasien
tidak mampu melakukan manuver secara benar maka tidak akan didapatkan hasil spirometri
yang akurat. Emfisema mempunyai kelainan berupa pelebaran abnormal dan permanen ruang
udara sebelah distal dari bronkhiolus terminalis. Kelainan yang mendasari adalah destruksi
difus dinding alveoli tanpa fibrosis yang nyata, bersifat kronis progresif dan memberikan
kecacatan yang menetap.3
B. Tujuan
1
Referat ini dibuat untuk mengetahui definisi, klasifikasi, Etiologi, Patogenesisi, gambaran
klinis, pemeriksaan radiologi, dan terapi dari Emphysema pulmonum.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Emfisema adalah suatu keadaan dimana paru lebih banyak berisi udara, sehingga
ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertical ke arah
diafragma.4
B. Epidemiologi
Terdapat 120 juta orang di seluruh dunia menderita Emfisema, dan 3 juta di antaranya
meninggal dunia. Secara dominan penyakit ini berhubungan dengan kondisi lingkungan dan
riwayat merokok. Dahulu laki-laki lebih banyak menderita penyakit ini dibandingkan wanita,
namun dewasa ini insidensi antara laki-laki dan perempuan sama. Pasien dengan defisiensi
alpha-1 antitrypsin juga berisiko menderita Emfisema.5
Faktor risiko meliputi:5
a. Merokok: termasuk sebagian besar penyebab
b. Defisiensi alpha-1 antitrypsin (AAT)
c. Injeksi intravena Methylphenidate (Ritalin lung)
B. Manifestasi Klinis
Gejala utama emfisema adalah sesak napas, napas cepat dan pendek, mudah lelah dengan
aktivitas biasa, dan gejala ini akan semakin memburuk seiring dengan progresifitas penyakit.
Pada paparan yang lebih lanjut akan menimbulkan gejala:1,2
Batuk produktif disertai sputum yang meningkat.
Gangguan pernapasan.
Gangguan pengembangan thorax.
Kelemahan otot-otot pernapasan.
Spasme/tegang otot-otot leher.
C. Pathogenesis
Terdapat empat perubahan patologik yang dapat timbul pada pasien emfisema, yaitu:2,3
Hilangnya elastisitas paru-paru
3
Protease (enzim paru-paru) mengubah atau merusak alveoli dan saluran napas kecil dengan
cara merusak serabut elastin. Sebagai akibatnya, kanntung alveolus kehilangan elastisitasnya
dan jalan napas kecil menjadi kolaps atau menyempit. Beberapa alveoli menjadi rusak dan yang
lainnya kemungkinan menjadi membesar.
Hiperinflasi paru-paru
Pembesaran alveoli sehingga paru-paru sulit untuk dapat kembali ke posisi istirahat normal
selama ekspirasi.
Terbentuknya bullae
Dinding alveolus membengkak dan berhubungan untuk membentuk suatu bullae (ruangan
tempat udara di antara parenkim paru-paru) yang dapat dilihat pada pemeriksaan X-ray.
Kolapsnya jalan napas kecil dan udara terperangkap
Ketika pasien berusaha untuk ekshalasi secara kuat, tekanan positif intratoraks akan
menyebabkan kolapsnya jalan napas.
Gambaran alveolus pada penderita emfisema
(sumber: Healthwise, incorporate)
4
Mekanisme timbulnya emfisema
D. Tipe Emfisema
Keterlibatan lobulus pulmonalis sekunder oleh suatu emfisema mungkin dapat bersifat
selektif atau non selektif.5,6,7,8
1. Emfisema Centrilobular (Centriaciner Emfisema)
Pelebaran dan kerusakan terjadi pada bagian bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
dan daerah sekitar asinus. Emfisema centri lobular adalah suatu proses selektif yang disebabkan
oleh kerusakan dan dilatasi dari bronkhiolus respiratorius.. Ditandai dengan pembesaran rongga
udara di bagian proksimal acinus, terutama pada tingkat bronchiolus repiratorius. Seringkali
terjadi kekacauan rasio perfusi-ventilasi, yang menimbulkan hipoksia, hiperkapnia
(peningkatan CO2 dalam darah arteri), polisitemia, dan episode gagal jantung sebelah kanan.
Kondisi mengarah pada sianosis, edema perifer, dan gagal napas.
5
Normal asinus dan emfisema tipe sentrilobular (CLE)
2. Distal acinar emfisema
Distal acinar emfisema adalah salah satu jenis emfisema paru-paru yang terbatas pada ujung
distal alveolus di sepanjang septum interlobularis dan di bawah pleura membentuk bula.
3. Emfisema Panlobular (Panaciner Emfisema)
Emfisema Panlobular adalah suatu proses non selektif yang disebabkan oleh kerusakan semua
bagian paru distal sampai bronkhiolus terminalis. Ditandai dengan pembesaran rongga udara
yang relatif seragam di seluruh acinus. Merupakan bentuk yang jarang, gambaran khas nya
adalah tersebar merata di seluruh paru-paru, meskipun bagian-bagian basal cenderung terserang
lebih parah. Ciri khasnya yaitu memiliki dada yang hiperinflasi dan ditandai oleh dispnea saat
aktivitas, dan penurunan berat badan.
4. Irregular emfisema
6
Irregular emfisema adalah kerusakan pada parenkim paru tanpa menimbulkan
kerusakan pada asinus.
Menurut lokasi timbunan udaranya, kita mengenal dua jenis emfisema yaitu emfisema
alveolaris dan emfisema interstisialis.
1. Emfisema alveolaris
Emfisema alveolaris adalah jenis emfisema yang timbunan udaranya masih tertimbun di dalam
alveoli.
2. Emfisema interstitialis
Emfisema interstitialis adalah keadaan emfisema di mana dinding alveoli sudah robek lalu
udara yang terjebak tadi lepas ke ruang interstisial pulmo yang ada di antara alveolus.
Emfisema interstisial ini, jika berlanjut, akan berkembang menjadi emfisema subkutan
Emfisema dapat bersifat kompensatorik atau obstruktif :
1. Emfisema kompensatorik
Terjadi di bagian paru yang masih berfungsi, karena ada bagian paru lain yang tidak
atau kurang berfungsi, misalnya karena pneumonia, atelektasis, pneumothoraks.
2. Emfisema obstruktif
Terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau bronkiolus yang tidak menyeluruh,
hingga terjadi mekanisme ventil.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksan radiologis1,2,3
7
Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan penyakit-penyakit lain. Pemeriksaan radiologi dapat menyatakan hiperinflasi
paru-paru; mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda
vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis), hasil normal
selama periode remisi (asma).
Foto dada pada emfisema paru terdapat dua bentuk kelainan, yaitu:
a. Gambaran defisiensi arteri
Over inflasi, terlihat diafragma yang rendah dan datar, kadang-kadang terlihat konkaf.
Oligoemia, penyempitan pembuluh darah pulmonal dan penambahan corakan kedistal.
b. Corakan paru yang bertambah
Sering terdapat pada kor pulmonal, emfisema sentrilobular dan blue bloaters. Overinflasi tidak
begitu hebat.
Pada emfisema lanjut, hal-hal berikut dapat ditemukan.
Hiperinflasi dada
Perubahan vaskuler
Bullae
2. Pemeriksaan fungsi paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi
abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk
mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator. Pada emfisema paru kapasitas difusi
menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen; pemeriksaan sitolitik untuk
mengetahui keganasan atau gangguan alergi.
4. Analisis Gas Darah
8
Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan diagnosa emfisema
primer. Ventilasi yang hampir adekuat masih sering dapat dipertahankan oleh pasien emvisema
paru. Sehingga PaCO2 rendah atau normal. Saturasi hemoglobin pasien hampir mencukupi.
5. Pemeriksaan EKG
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat kor
pulmonal terdapat defiasi aksis ke kanan dan P-pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.Voltase
QRS rendah.Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 rasio R/S kurang dari 1.
F. Gambaran Radiologi5,6,7,8
Panaciner Emfisema
Gambaran radiologis dari panasiner emfisema merupakan akibat dari kerusakan
jaringan paru-paru yang mengubah pola vaskuler paru, mempengaruhi ventilasi, mengurangi
perfusi paru, dan menimbulkan bendungan udara. Akibat dari pan asiner emfisema hampir
selalu tampak secara klinis, sebelum manifestasi secara radiografis muncul, tetapi Ro toraks
akan menunjukkan gambaran emfisema generalisata pada kasus yang berat.
Tanda radiologis yang pokok pada emfisema:
Penurunan vaskularisasi pulmonal perifer.
Hiperinflasi paru-paru.
Perubahan bayangan jantung dan arteri pulmonal sentralis.
Pola vaskuler daerah paru-paru yang terkena tidak jelas. Keterlibatan paru-parumungkin
bersifat lokal atau menyeluruh. Bila menyeluruh biasanya akan tampak tidak rata. Daerah yang
terkena mempunyai gambaran pembuluh darah yang lebih sedikit daripada yang normal, dan
pembuluh darah yang masih ada tampak mengecil. Tingkat penyempitan vaskuler ringan sulit
dilihat, sehingga kita perlu membandingkannyadengan ukuran pembuluh pada bagian yang
lain. Bila tampak pembuluh darah mengecildiameternya dan jumlahnya berkurang pada suatu
daerah tertentu, maka pada daerahtersebut mungkin mengalami emfisema.
9
Penyempitan vaskuler perifer disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain: perfusi paru
yang mengalami emfisema kurang daripada yang normal, dan aliran darah pulmonal akan
mengalir lebih banyak ke daerah paru yang tidak mengalami emfisematous. Pembuluh darah
pulmonal bergeser ke sekeliling daerah emfisema atau bula. Arteri yang kecil akan mengalami
obliterasi yang disebabkan oleh -terutama- proses emfisema, tetapi pembuluh darah ini terlalu
kecil untuk dapat dilihat secararadiologis. Maka proses ini tidak akan menampakkan gambaran
oligaemik, tetapi mungkin menjadi faktor penyebab peningkatan radiolusensi didaerah tersebut.
Pan asiner emfisema cenderung mempengaruhi daerah basal paru dan dapat
menyebabkan pengalihan aliran darah paru ke dasar apeks paru, dan hal ini tidak boleh
dianggap sebagai hipertensi vena pulmonalis. Pada defisiensi α-1-anti tripsin perubahan-
perubahan tersebut cenderung terjadi pada daerah basal. Bendungan udara
menyebabkanhiperinflasi paru, pendataran diafragma, dan bertambahnya diameter antero-
posterior toraks. Pendataran diafragma terlihat paling jelas pada proyeksi lateral, dan
ketinggiandiafragma sering serendah tulang iga ke-11. Beberapa individu normal dapat
menekandiafragma serendah itu pada inspirasi maksimal, tetapi pada saat ekspirasi
diafragmaakan naik sampai 5-10 sentimeter, sedangkan pada penderita emfisema peranjakan
diafragma biasanya kurang dari 3 sentimeter. Pada kasus emfisema yang berat diafragma
mungkin akan terbalik.
Barrel chest disebabkan oleh melengkungnya sternum dan bertambahnya
kiposistoraksik. Ruang retrosternal mungkin bertambah dalam, mengembang ke bawah antara
permukaan anterior jantung dan sternum.
Jantung sering tampak panjang dan sempit. Hal ini mungkin terutama disebabkan oleh
posisi yang rendah daripada diafragma yang mengubah proyeksi jantung. Dan membesarnya
arteri pulmonal sentralis biasanya berarti terjadi hipertensi arteri pulmonalis. Jika terjadi kor-
pulmonal jantung dapat membesar yang disebabkan olehdilatasi ventrikel kanan. Pada
penderita emfisema yang mengalami gagal jantung kiri, tanda-tanda hiper-inflasi berkurang,
dan diafragma beranjak naik. Hal ini disebabkan oleh odema pulmonal yang meningkatkan
kompliens paru dan dengan demikian mengurangi volume paru. Pada penderita ini distribusi
cairan udema dalam paru-paruyang emfisematous mungkin tidak memiliki pola tertentu.
10
CT-scan lebih sensitif daripada Ro toraks polos dalam mendeteksi keberadaan dan
distribusi emfisema. Penurunan vaskuler bisa dideteksi lebih awal dan bula dapat diidentifikasi
lebih dini. Hal ini tidak akan tampak pada Ro toraks.
Hanya sedikit bayangan vaskular perifer, khususnya di basal. Diafragma letak rendah,
gambaran jantung yang mengecil.
o Tanda-tanda hiperinflasi (diafragma datar, peningkatan ruang retrosternal, bula, cavum
toraks besar), dan
o Kriteria vaskular (pembuluh perifer menurun, penyempitan pembuluh garis tengah, area
avascular lokal, pembesaran arteri pulmonalis)
11
Resolusi tinggi CT (HRCT) scan menggunakan 1 potongan 1 mm melalui lobus kanan atas
pada pasien emfisema asinar withearly pusat. Perhatikan banyak daerah diskrit kecil kepadatan
menurun tanpa dinding yg jelas. Sebuah pusat arteriola kecil dapat dilihat di banyak lesi.
HRCT scan lobus atas kiri pada pasien dengan emfisema tingkat lanjut yang dipicu oleh
merokok. Hampir semua dari paru-paru telah kembali ditempatkan dengan emfisema dan sulit
untuk membedakan emfisema asinar sentral dari panacinar emphysemaat titik ini
Bulla
12
Bula biasanya terdapat pada paru-paru bersamaan dengan bentuk emfisema tertentu,
tetapi kadang-kadang bula terjadi secara lokal di paru-paru yang semestinya normal. Bula ini
biasanya terjadi pada emfisema paraseptal, dan pada emfisema yang berkaitan dengan adanya
sikatriks, tetapi secara klinis bula yang paling penting adalah bula yang disebabkan oleh
emfisema pan asiner dengan atau tanpa bronkhitis kronis.
Bula tampak sebagai daerah radiolusen berbentuk bulat atau oval yang ukurannya
bervariasi dari 1 sentimeter sampai menempati seluruh hemitoraks. Bula dapat terjadi satu atau
banyak dan biasnya di aderah perifer. Pada penderita asimtomatik dan penderita yang memiliki
sikatriks pulmonal, bula cenderung terdapat di daerah apeks, tetapi rada penderita PPOM bula
terdapat diseluruh paru. Dinding bula dapat terlihat seperti bayangan garis yang halus. Bila
dinding bula tidak kelihatan, penggeseran pembuluh darah di daerah radiolusen itu mungkin
menunjukkan adanya bula.
Bula biasanya berisi udara tetapi dapat terinfeksi dan terisi cairan. Inflamasi mungkin
terjadi di sekitarnya. Bula akan menampakkan gambaran fluid level bila terisi sebagian, tetapi
akan tampak solid bila terisi penuh. Bula yang besar mungkin sulit dibedakan dari
pneumotoraks yang lokuler dan dibutuhkan tomografi untuk melihat dinding bula atau
jembatan jaringan ada dalam rongga bula.
Foto roentgen thoraks wanita penderita emfisema yang berumur 65 tahun dengan riwayat
mengkonsumsi rokok sebanyak 120 bungkus. Tampak paru-paru terisi udara dalam jumlah
13
yang melebihi normal, diafragma datar, bayangan jantung yang sempit, pelebaran intercostalis,
serta berkurangnya corakan vascular pada lapang paru.
Foto roentgen paru pria berumur 41 tahun yang menunjukkan bullae semacam bentuk
gelembung-gelembung radioluscent pada apek paru.
Panah menunjukan gambaran bullae pada paru penderita emfisema
14
Gambaran emfisema pada lobus superior kedua pulmo dengan perselubungan radioopaque
(bullae) pada lobus superior pulmo sinistra
Lobus superior pulmo dekstra dan bahu kanan menunjukan garis-garis radioluscent pada bahu
kanan dan dada kanan (lingkaran biru) menunjukan karakteristik dari emfisema subcutaneous.
Berkas otot pektoralis menjadi tampak. Panah merah menunjukkan emfisema subcutaneous
pada daerah supraclavikular, sedangkan panah putih menunjukan garis-garis udara pada
mediastinum (pneumomediastinum).
15
pneumomediastinum adalah udara atau gas bebas pada mediastinum yang biasanya berasal dari
alveolar atau jalan napas.
Emfisema subkutaneus lanjut yang berkembang parah (rapidly developed severe subcutaneous
emphysema). Merupakan foto roentgen thoraks dari pria berusia 90 tahun yang mengalami
massive traumatic subcutaneous emphysema akibat terjatuh dari tempat tidur. Tidak didapatkan
tanda-tanda pneumothoraks.
16
CT dada di paru-paru jendela mengkonfirmasi bula besar. Bula yang lebih kecil juga
diidentifikasi, kompatibel dengan emfisema bulosa.
17
Radioghraph dada frontal menunjukkan lucency besar di zona paru-paru kiri bawah dan
menengah.
Sentri asiner
Sentri asiner terjadi terutama pada bronkhitis kronis dan pneumokoniosis pekerja tambang
tanpa komplikasi. Gambaran radiologisnya sama dengan gambaran untuk kondisi primer. Pada
stadium selanjutnya pan asiner emfisema dan bula emfisema menjadi lebih nyata. Terdapat
ruang-ruang kecil seperti cerobong asap.
Unilateral Emfisema atau Lobar Emfisema (Macleod atau Swyer-James Sindrom)
Sindrom ini mempunyai ciri hemitoraks yang hipertransradian yang berkaitan dengan
bendungan udara. Hal itu mungkin disebabkan oleh infeksi virus pada masa anak-anak yang
menyebabkan bronkhiolitis dan obliterasi dari saluran nafas yang kecil,sedangkan saluran nafas
distal yang terlibat akan dilayani oleh aliran udara kolateral, dan udara yang terbendung
menimbulkan pan asiner emfisema.
18
Daerah paru-paru yang terkena akan menunjukkan hipertransradian, disebabkan oleh
penurunan perfusi, dan mungkin lebih kecil daripada yang normal. Arteri pulmonalis ipsilateral
tampak kecil, dan pola vaskuler perifer menjadi berkurang. Bendungan udara terjadi pada paru-
paru yang terkena, dan cenderung mempertahankan volumenya pada saat ekspirasi, yang
menimbulkan pergeseran mediastinum ke sisi normal disertai restriksi pada hemidiafragma
ipsilateral.
Sindrom ini juga dapat ditunjukkan dengan scan radionuklei, pada scan Perfusi akan
menunjukkan aliran udara yang menurun ke daerah paru yang terkena, dan scan ventilasi
dengan menggunakan xenon akan menunjukkan bendungan udara.
Diagnosis diferensial dari gambaran Ro toraks yang demikian meliputi:
a. Interupsi arteri pulmonalis
b. Sindrom hipogenetik paru
c. Obstruksi arteri pulmonalis akibat emboli; tetapi semua itu tidak menunjukkan adanya
bendungan udara.
19
Emfisema dengan Bronkitis Kronis
Banyak penderita dengan PPOM menderita emfisema dan bronkhitis kronis sekaligus. Pada Ro
toraks dapat menunjukkan gabungan antara hiperinflasi, hipertensi arteri pulmonalis, dan
peningkatan tanda bronkovaskuler yang disebut dirty chest.
20
Pada suatu stadium ekstem ada yang disebut sebagai pink puffer, dimana sistem
pernafasan masih dapat mencukupi ventilasi alveoli untuk mempertahankan kadar gas darah
dalam batas-batas normal. Karena tidak adanya hipoksemia, maka tekanan arteri pulmonalis
dapat terjaga dalam batas normal. Pink puffer cenderung mempunyai panasiner emfisema
dengan Ro toraks yang menunjukkan penurunan vaskularisasi danhiperinflasi. Gambaran ini
dikenal sebagai pola Defisiensi Arterial.
Pada suatu stadium ekstrem lainnya yang disebut dengan blue bloaters, dimana terjadi
tingginya kadar korbon dioksida secara kronik akibat dari kecilnya ventilasi alveoler. Pusat
respirasi menjadi tidak peka terhadap peningkatan konsentrasi karbondioksida arteri, sehingga
terjadi sianosis kronis. Hipoksemia kronis menyebabkankonstriksi dari arteriole paru-paru, dan
pada saatnya akan timbul hipertensi arteri pulmonalis dan kor-pulmonal.
Blue bloaters cenderung mempunyai sentri asiner emfisema dan pan asiner emfisema
tetapi dalam kondisi yang terbatas. Ro toraksmenunjukkan peningkatan tanda-tanda
bronkhovaskuler, arteri pulmonal sentralis serta jantung mungkin membesar. Gambaran ini
menunjukkankanincreased markings dari emfisema dan tanda hiperinflasi yang berat.
Kebanyakan penderita dengan bronkhitis kronis dan emfisema menunjukkan gejala-gejala
diantara kedua stadium ekstrem tersebut.
21
Obstruktif EmfisemaHiperinflasi obstruktif dapat mempengaruhi seluruh paru, lobus, atau segmen.
Penyebabnya dapat berupa benda asing yang masuk, seperti gigi atau tumor sentral yang
tampak jelas dalam Ro toraks. Pola vaskuler daerah yang terkena akan menurun dan pada
daerah ini akan tampak hipertransradian. Film yang dibuat saat ekspirasi atau fluoroskopi akan
menunjukkan bendungan udara dengan deviasi mediastinum ke sisi yang normal, dan restriksi
dari hemidiafragma ipsilateral pada saat ekspirasi.
G. Terapi dan prognosis
Ketika jaringan paru-paru sudah hilang, hal ini tidak akan mengalami pertumbuhan lagi.
Saat ini terapi yang ada hanya terapi supportif dan mencegah keadaan semakin memburuk
dengan cara:2
- Edukasi pasien untuk berhenti merokok
- Kontrol gejala melalui pemberian short and long-acting beta-2 agonis, inhalasi
antikolinergik maupun glucocorticoid, dan antibioti
- Rehabilitasi pulmonal
Prognosis buruk pada pasien yang terus merokok, pasien dengan defisiensi alpha-1
antitrypsin (AAT), pasien dengan FEV1 rendah pada saat didiagnosis, maupun pasien dengan
komorbiditas lain seperti gagal jantung, dan gagal nafas.2
22
BAB III
PENUTUP
Emfisema pulmonum adalah suatu keadaan dimana paru lebih banyak berisi udara,
sehingga ukuran paru bertambah, baik anterior-posterior maupun ukuran paru secara vertikl
kearah diafragma. Gejala utama emfisema adalah sesak napas, napas cepat dan pendek, mudah
lelah dengan aktivitas biasa, dan gejala ini akan semakin memburuk seiring dengan
progresifitas penyakit. Foto dada pada emfisema paru terdapat dua bentuk kelainan, yaitu:
Gambaran defisiensi arteri, corakan paru yang bertambah, pada emfisema lanjut, hal-hal berikut
dapat ditemukan yaitu hiperinflasi dada, perubahan vaskuler, bullae.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Patologi Jilid 2 Edisi 7: Paru dan Saluran Napas Atas. Jakarta: EGC
2. Davey. 2006. At a Glance Medicine: Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Jakarta: Erlangga.
3. Guyton dan Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9: Insufesiensi Pernapasan.
Jakarta: EGC Kumar dkk. 2006.
4. Kusumawidjaja, Kahar. 2010. Emfisema, Atelektasis, dan Bronkiektasis dalam Buku Ajar
Ilmu Radiologi. Jakarta: FK UI.
5. http://www.radiopaedia.org/articles/pulmonary-emphysema
6. http://medinfo.ufl.edu/~bms5191/pulmon/em1.html
7. http://www.radrounds.com/photo/barrel-chest?context=latest
8. http://www.learningradiology.com
24