referat toksoplasma retinitis

Upload: isma-resti-pratiwi

Post on 03-Mar-2016

47 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Referat toksoplasma retinitis, toksoplasmosis okuler

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Toksoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraseluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penderita toksoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toksoplasmosis sering terabaikan dalam praktek dokter sehari-hari. Apabila penyakit toksoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.1,2Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran serabut-serabut saraf optik, terletak antara badan kaca dan koroid. Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria dan cabang-cabang arteri sentralis retina. Infeksi pada retina merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan yang permanen. Toksoplasma retinitis merupakan salah satu manisfestasi oftalmologi tersering yang muncul pada toksoplasmosis kongenital dengan predileksi di kutub posterior. Kasus ini ditemukan sebanyak 75-80% dan bilateral pada 85% kasus.3,4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Histologi RetinaRetina adalah jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan yang melapisi 2/3 bagian dalam posterior dinding bola mata. Retina membentang ke anterior sejauh korpus siliaris dan berakhir pada ora serata dengan tepi yang tidak rata.3Retina terdiri dari 10 lapisan yang beruturut-turut dari dalam ke luar sebagai berikut:1,3

Gambar 2.1 Lapisan retina

1. Membran limitans interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca.2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akso-akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus optikus. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.3. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapis badan sel neuron kedua.4. Lapisan pleksiformis dalam, merupakan lapis aseluler tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.6. Lapisan pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. 7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor.8. Membran limitans eksterna yang merupakan membran ilusi.9. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai, dan sel kerucut.10. Epithelium pigmen retina.

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula yang merupakan daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil), berdiameter 1,5mm. Di tengah makula, sekitar 3,5mm di sebelah lateral diskus optikus terdapat fovea yang merupakan suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat menggunakan oftalmoskop. Foveola adalah bagian tengah fovea dimana sel fotoreseptornya adalah sel kerucut yang merupakan bagian retina yang paling tipis. Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaris dan cabang-cabang arteri sentralis retina. Khoriokapilaris memperdarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina, sedangkan cabang-cabang arteri sentralis retina memperdarahi dua pertiga sebelah dalam retina.3,5Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektig menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda. Suatu benda yang tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut.1,3,5

B. Toksoplasma RetinitisB. 1. DefinisiToksoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang secara alami dapat menyerang manusia, ternak, hewan peliharaan yang lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain. Protozoa Toxoplasma gondii (T.gondii) merupakan salah satu parasit coccidian, obligate, intracellular, yang berperan terhadap infeksi yang terjadi pada manusia dan mamalia lain. T.gondii merupakan penyebab yang umum terhadap terjadinya inflamasi intraokular di dunia. Kucing merupakan host definitif yang terinfeksi akibat memakan ikan mentah, burung liar, atau tikus. Tiga bentuk protozoa yang hanya terjadi pada tubuh kucing adalah takizoit, bradyzoit, dan sporozoit. Manusia dan mamalia hanya terinfeksi oleh takizoit dan bradyzoit.2,6,7

B. 2. Klasifikasia. Kongenital toksoplasmosis.Ketika wanita dengan pertahanan tubuh yang lemah terinfeksi saat kehamilan, terjadi tranmisi transplacenta dari T. gondii kepada fetus dan menyebabkan terjadinya kongenital toksoplasmosis.8b. Toksoplasmosis didapat.8 Memakan kista jaringan yang berasal dari daging sapi, daging kambing, atau daging babi yang mentah atau setengah matang. Memakan ookista yang berasal dari susu, air, atau sayuran. Menghirup ookista. Transfusi darah yang terkontaminasi, transplantasi organ, dan inokulasi yang tidak disengaja saat berada di laboratorium.

B. 3. Epidemiologia. Frekuensi Berdasarkan studi serologis, diperkirakan seperempat hingga setengah populasi Amerika serikat telah terinfeksi oleh Toxoplasma. Di Amerika serikat, 2 6 dari 1000 ibu hamil menderita toksoplasmosis. Prevalensi toksoplasmosis kongenital berkisar 1 tiap 10.000 kelahiran hidup.9Manifestasi intraokular toksoplasmosis akibat necrotizing retinochoroiditis telah dilaporkan pada 1 21 % pasien dengan infeksi sistemik yang didapat. Pada studi populasi 0,6% penduduk maryland mempunyai scar yang diduga diakibatkan oleh okular toksoplasmosis.9b. Mortalitas / morbiditasToksoplasmosis merupakan penyebab yang umum dari imflamasi intraokular dan uveitis posterior pada pasien imunokompeten di seluruh dunia 9Toksoplasmosis bertanggung jawab terhadap 30 50% dari semua kasus uveitis posterior di Amerika serikat.9c. Ras / jenis kelaminTidak ada predileksi rasial dari toksoplasmosis. Begitu pula dilihat dari segi jenis kelamin. 9d. UsiaPrevalensi reaksi seropositif bertambah sesuai umur. Di Amerika serikat, 5 30 % individu usia dua puluh tahunan dan 10 67% individu berumur lebih dari lima puluh tahun memiliki antibodi antitoxoplasma.9Okular toksoplasmosis telah dilaporkan paling banyak bermanifestasi pada individu berusia 20 40 tahun.9

B. 4. PatofisologiT. gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3 7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit. Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10 100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12 um. ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing.2Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleha hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.2Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerjad dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toksoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan T.gondii.2Infeksi akut ditandai oleh takizoit yang menginvasi dan berproliferasi pada hampir semua tipe sel mamalia kecuali eritrosit yang tidak mempunyai inti. Saat organism mencapai mata melalui aliran darah, tergantung pada status imun host, akan dimulai fase klinis atau subklinis yang terjadi di retina. Jika imun host memberi respon maka takizoit akan merubah dirinya menjadi bradizoit dan terbentuklah kista. Kista sangat resisten terhadap pertahanan tubuh host, dan akan terjadi infeksi laten yang menjadikannya kronis.2,8Manusia dapat terinfeksi oleh parasitini oral (melalui makanan) yang mengandung kista parasit, transplasental organ atau melaluitangan yang terkontaminasi (misalnya pada petugas labolaturium, perkebunan, peternakan danlain-lain).8Toxoplasma gondiibersifat neurotrofik dan telah ditunjukkan pada lokasinya di dalam retina mata manusia. Struktur yang berdekatan dengan koroid, sklera dan vitrues secara sekunder terlibat. Sebuah daerah granuloma dibentuk di retina, berisi zona sentral dari nekrosis dan leukosit polimorfonuklear.Sebuah zona dari sel plasma, limfosit, dan sel raksasa mengelilingi daerah nekrosis.10Susunan retina mengalami kerusakan menyeluruh secara lokal. Keterlibatan respon radang yang hebat menyebabkan jumlah kerusakan jaringan yang layak. Debris seluler dan eksudat radang dilepaskan ke dalam cavum vitreus dari retinitis aktif.10Jika terjadi infeksi subklinis, tidak ada perubahan yang terjadi pada pemeriksaan funduskopi. Kista akan menetap pada retina yang nampaknya normal. Saat status imun host menurun oleh karena sebab apapun, dinding kista akan hancur, melepaskan organism-organisme tersebut ke retina, dan proses inflamasi pun dimulai kembali. Jika terjadi lesi klinis aktif, terjadi proses penyembuhan dan terbentuk chorioretinal scar. Kista seringkali tetap inaktif diantara atau menempel pada scar.2Parasit toxoplasma jarang teridentifikasi pada sampel aqueous humor dari pasien dengan ocular toksoplasmosis aktif. Hal ini menunjukkan bahwa proliferasi parasit terjadi hanya pada fase awal infeksi dan bahwa retinal damage mungkin disebabkan oleh respon inflamasi lanjutan.2,6Saat sel epitel berpigmen retina terinfeksi oleh toxoplasma gondii, terdapat peningkatan produksi sitokin sitokin tertentu termasuk interleukin 1 beta (IL-1), interleukin 6 (IL-6). Granulocyte macrophage colony stimulating factor (GM-CSF), dan molekul adhesi intercellular (ICAM). Pasien dengan toxoplasmic retinochoroiditis didapat mempunyai level IL-1 yang lebih tinggi dibanding pasien pasien asimptomatis.2

B. 5. Manisfestasi KlinisInfeksi T.gondii secara umum ditandai dengan gejala sistemik seperti demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toksoplasmosis limfonodosa acuta). Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa.2Pada infeksi akut T.gondii di retina ditemukan peradangan fokal dengan edema dan infiltrasi leukosit yang dapat menyebabkan kerusakan total pada proses penyembuhan menjadi parut atau sikatriks dengan atrofi dari retina dan koroid disertai dengan pigmentasi.1,2Gambaran klinik toksoplasma retinitis antara lain :Gejala subyektif berupa:1. Penurunan tajam penglihatan. a. Lesi retinitis atau retinokoroiditis di daerah sentral retina yang disebut makula atau daerah antara makula dan N. optikus yang disebut papilomuskular/bundle.b. Terkenanya nervus optikus. c. Kekeruhan vitreus yang tebal.d. Edema retina.2. Biasa tidak ditemukan rasa sakit, kecuali bila sudah timbul gejala lain yang menyertai yaitu iridosiklitis atau uveitis anterior yang juga disertai rasa silau. Pada keadaan ini ,mata menjadi merah.3. Floaters atau melihat bayangan-bayangan yang bergerak-gerak oleh adanya sel-sel dalam korpus vitreus.4. Fotopsia, melihat kilatan-kilatan cahaya yang menunjukkan adanya tarikan-tarikan terhadap retina oleh vitreus.Gejala obyektif berupa :1. Mata tampak tenang. Pada anak-anak sering ditemukannya strabismus. Ini terjadi bila lesi toksoplasmosis kongenital terletak di daerah makula yang diperlukan untuk penglihatan tajam dan dalam keadaan normal berkembang sejak lahir sampai usia 6 tahun. Akibat adanya lesi, mata tidak dapat berfiksasi sehingga kedudukan bola mata ini berubah ke arah luar.2. Pada pemeriksaan oftalmoskop tampak gambaran sebagai berikut : a. Retinitis atau retinikoroiditis yang nekrotik. Lesi berupa fokus putih kekuningan yang soliter atau multipel, yang terletak terutama di polus posterior, tetapi dapat juga di bagian perifer retina.b. Papilitis atau edema papil. Kelainan vitreus atau vitritisPada vitritis yang ringan akan tampak sel-sel. Sering sekali vitritis begitu berat, sehingga visualisasi fundus okuli terganggu. c. Uveitis anterior atau iridosiklitis, dan skleritisGejala ini dapat mengikuti kelainan pada segmen posterior mata yang mengalami serangan berulang yang berat. 1,4,5

Gambar 2.2 Gambaran Toksoplasma Retinitis pada Funduskopi. (Wu, 2014)

Korioretinitis merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan dan dapat pula merupakan gejala satu-satunya. Makula merupakan daerah yang paling sering terkena dan lesi biasanya ditemukan bilateral. Lesi aktif pada mulanya berwarna kekuningan dengan batas tidak jelas tertutup eksudat.4,6Lesi dapat pula multipel atau unilateral, atau lesi mengenai makula pada satu mata dn mengenai bagian perifer retina pada mata lain6. Pecahnya kista pada tepi berpigmen dari jaringan parut retina menyebabkan lepasnya organisme kemudian membentuk lesi satelit kecil di sekitar lesi primer. Gangguan visus dapat berupa skotoma sampai buta total tergantung luasnya lesi. Dapat pula bermanifestasi sebagai miopia atau strabismus. Reaktivasi korioretinitis dapat terjadi setiap waktu4,6.Keterlibatan okular dalam kasus kongenital adalah selalu bilateral dan tidak mudah dibedakan (dalam fase aktif) dengan toksoplasmosis okular didapat. Infeksi okular yang ganas sering menimbulkan nistagmus, katarak, membran pupilar, organisasi vitreus, dan mikrofthalmus.4,6Infeksi aktif okuler pada toksoplasmosis biasanya bermanisfestasi sebagai retinitis nekrotisasi terlokalisir. Lesi khas berupa nekrosis retina dengan fokus putih-keabuan pada tepi lesi korioretinal berpigmen. Koroiditis, retinal vaskulitis, neuroretinitis, vitritis, iritis dan papilitis juga dapat muncul.4,11Retina merupakan lokasi utama bagi parasit untuk bermultiplikasi, sementara choroid dan sklera merupakan lokasi dimana inflaasi seringkali menyebar. Jika infeksi telah melibatkan nervus optikus, manifestasi khas adalah neuritis optik atau papillitis ditandai dengan edema, yang ditunjukkan pada gambar berikut:4,14

Gambar 2.3. Neuritis optik (Wu, 2011).

Selubung nervus optikus dapat menjadi saluran yang memfasilitasi penyebaran langsung dari organisme toxoplasma antara nervus optikus dengan infeksi serebral.4,14Sel sel inflamasi terlihat pada vitreous menyertai retinochoroidal atau lesi papillar. Pada banyak kasus, reaksi inflamasi berlangsung berat, dan detail dari fundus tidak terlihat. Keadaan ini disebut sebagai headlight in the fog. Seringkai pada pasien terbentuk presipitat sel sel inflamasi pada vitreous. Pada keadaan terbentuk untaian atau membran yang tebal di dalam vitreous maka diperlukan vitrektomi.6,11

Gambar 2.4 Gambaran fundus dan fluorescent angiogram dari toksoplasma retinitis. (A-C) pada kasus tipikal, lesi aktif terlihat sebagai fokal berwarna putih di retinokoroiditis, biasanya berdekatan dengan scar yang atrofi atau berpigmen. (D) lesi retinokoroidal aktif, biasanya mengakibatkan atrofi retinokoroid, sebagai perkembangan dari lesi perifer ke sentral (Park YH dan Nam HW, 2013).

B. 6. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis yang tampak dilihat dengan funduskopi dan hasil pemeriksaan pada pemeriksaan penunjang.4,8,12

Hasil laboratoriuma. SerologyDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis pada pemeriksaan fundus. Pemeriksaan serology hanya sebagai pemeriksaan tambahan. Serum titer antibody antitoksoplasma dapat ditemukan dengan beberapa tehnik: Enzyme-Linked immunosorbent assay (ELISA) Indirect fluorescent antibody test Indirect hemagglutination test Complement fixation Sabin-feldman dye testTemuan serology penting untuk menentukan apakah infeksi ini termasuk akut atau kronik. Infeksi akut didiagnosis dengan seroconversion. Titer IgG menunjukkan 4-fold dan akan memuncak pada 6-8 minggu setelah terjadinya infeksi, dan dapat bertahan selama lebih dari 2 tahun selanjutnya. Antitoxoplasma IgM akan muncul pada minggu pertama infeksi. Selain IgM yang akan muncul, pada infeksi yang akut juga akan ditemukan peningkatan IgA dan IgA dapat bertahan hingga 1 tahun. b. Imaging Studies Flourescein angiography (FA) dari lesi yang aktif akan menunjukkan hypoflourescent selama infeksi, dan diikuti dengan kebocoran yang progresif. USG diiindikasikan untuk memeriksa media penglihatan terutama badan vitreous. Temuan yang paling banyak ditemukan adalah intravitreal punctiform echoes, penebalan dari hyaloids posterior, parsial atau total vitreous detachment, dan penebalan fokal retinokoroid. c. Pemeriksaan HistopatologiPemeriksaan ini adalah kriteria standar untuk diagnosis. Pada pemeriksaan ditemukan, tachyzoite tampak oval atau bulan sabit. Pewarnaan tachyzoite dengan menggunakan pewarnaan Giemsa. Pada pewarnaan akan tampak sitoplasma berwarna biru dan nucleus berwarna merah dan berbentuk sferis.Pada bentuk kista, pada dindingnya ditemukan eosinofil, argyrophilic dan PAS positif. Bentuk kista terdiri dari 50-3000 bradyzoit.Peradangan tampak nyata pada retina, vitreous dan koroid. Koroid yang berdekatan dengan retina menunjukkan inflamasi granulomatosa. Retina mengalami parsial nekrosis dengan batas yang jelas. Setelah menyembuh, area retina yang terinfeksi hancur dan terdapat adhesi corioretina.

B. 7. Diagnosis bandingDiagnosis banding lesi yang menyerupai toxoplamosis okular meliputicacat kolobomatosa kongenital dan lesi radang lain karena sitomegalovirus,Treponemapallidum,Mycobacterium tuberculosis, virus herpes simpleks dan varisela zooster.8,10

Gambar 2.5 Diagnosis banding toksoplasma retinitis berdasarkan funduskopi; (A) sitomegalovirus, (B) varisela zooster, (C) herpes simpleks, (D) toksoplasma retinitis

B. 8. TatalaksanaPada toksoplasma retinitis, beberapa regimen terapi telah direkomendasikan:4,12,13a. Terapi Triple drug antara lain pyrimethamine (dosis inisiasi 75-100mg pada hari pertama dan diikuti 25-50mg pada hari selanjutnya), sulfadiazine (dosis inisial 2-4 g selama 24 jam dilanjutkan dengan 1 g q.i.d) dan prednison. b. Terapi Quadruple adalah pyrimethamine, sulfadiazin, klindamycin dan prednison. Pemakaian pyrimethamine seharusnya dikombinasikan dengan asam folad untuk menghindari komplikasi hematologi. Lama pengobatan tergantung pada respon dari tiap individu, tetapi pada umumnya 4-6 minggu. Pemberian trimetoprim 60 mg dan sulfametoksazole 160mg selama 3 hari digunakan sebagai profilaksis toksoplamosis retinokoroiditis. Setelah observasi selama 20 bulan, 6,6 % dari pasien mengalami infeksi rekuren. Selama kehamilan, spiramycin dan sulfadiazine dapat dikonsumsi selama trimester pertama. Sedangkan untuk trimester kedua spiramycin, sulfadiazine, pyrimethamine dan asam folat direkomendasikan. Spiramycin, pyrimethamine dan asam folat dapat digunakan hingga trimester ketiga.c. Penggunaan kostikosteroid adalah sebagai berikut : Kortikosteroid topikal digunakan apabila terdapat reaksi pada bilik mata depan Terapi depot steroid dikontaraindikasikan untuk terapi Ocular toksoplasmosis. Steroid dosis tinggi yang diberikan pada jaringan mata akan menekan sistem imun dari host, sehingga akan menimbulkan nekrosis jaringan yang tak terkendali dan potensial menimbulkan kebutaan. Kostikosteroid sistemik digunakan sebagai terapi tambahan untuk meminimalkan reaksi peradangan.d. Pemberian terapi sikloplegik juga dapat diberikan apabila terjadi peradangan pada bilik mata depan dan mengurangi nyeri serta mencegah terjadinya sinekia posterior. Agen antitoksoplasma adalah sebagai berikut : Sulfadiazine Klindamycin Terapi intraviteal klindamycin (0,1 mg/0,1 ml) dilaporkan menguntungkan pada individu yang tidak berespon pada pengobatan oralPemberian intraviteal klindamycin (1mg) dan intraviteal dexamethasone (400g) dibandingkan dengan terapi triple drug dari sulfadiazine (dosis inisial 4g/hari untuk dua hari diikuti dengan 500mg qid), pyrimethamine (dosis inisial 75mg untuk 2 hari dan diikuti 25 mg/hari), asam folat (5mg qd) dan prednisolon (1 mg/kg dimulai pada saat hari ketiga) selama 6 minggu pengobatan retinokoroiditis toksoplasma. Hasil yang didapatkan pada kedua pengobatan adalah pengecilan ukuran lesi, inflamasi pada vitreous berkurang dan peningkatan kemampuan penglihatan. Sedangkan intraviteal klindamycin dan dexamethasone lebih menguntungkan pada retinokoroiditis toksoplama dengan efek samping yang lebih aman. Pyrimethamine Atovaquone (750 mg qid) : obat ini digunakan untuk terapi lini kedua Azithromycin (250 mg/hari atau 500mg pada hari pertama dengan pyrimethamine 100mg pada hari pertama diikuti dengan 50mg/hari pada hari selanjutnya) dapat juga digunakan sebagai alternatif. Kombinasi dari trimethropim (60mg) dan sulfamethoxsazole (160mg) dapat mengurangi ukuran lesi.e. Terapi bedah Dapat dilakukan fotokoagulasi atau cryoterapi. Komplikasi yang dapat timbul adalah perdarahan intraretina, perdarahan badan vitreous, dan ablasio retina. Pars plana vitrectomy dapat diindikasikan pada ablasio retina sekunder dari traksi vitreous atau apabila ada kekeruhan pada badan kaca. Dan dianjurkan dilakukan rawat bersama dengan spesialis penyakit dalam.

B. 9. KomplikasiKomplikasi- komplikasi toksoplasmosis retinitis, antara lain:9,11a. Choroidal neovascular membraneb. Oklusi cabang vena dan arteri retina akibat proses inflamasi.c. Tractional retinal detachment. Proses inflamasi pada toksoplasma retinitis dapat mengakibatkan perubahan pada badan vitreous. Ketika terjadi inflamasi, vitreous dapat berkontraksi dan menarik retina sehingga mengakibatkan terlepasnya lapisan retina. d. Katarak.e. Glaukomaf. Sinekia posterior.g. Edema makular kistoidh. Perivaskulitis retinai. Atrofi optik

Tanpa terapi, korioretinitis sering kambuh. Keterlambatan diagnosis dengan terapi, hipoglikimia perinatal, hipoksia, hipotensi, infeksi pirau(shunt) berulang, dan gangguan penglihatan berat dihubungkan dengan prognosis yang lebihjelek pada bayi-bayi yang terinfeksi.10Pengobatan dengan pirimetamin dan sulfadiazine tidak melenyapkan parasit dalam bentuk kista.Belum tersedia vaksin yang protektif.8,10

B. 10. Prognosis Diperkirakan 40% dari pasien memiliki visus 20/100 atau mungkin lebih buruk, dan 16% pasien memiliki visus antara 20/40 dan 20/80. Retinitis toxoplasma seringkali kambuh, dan berulang dengan rata rata mencapai 80% dalam 5 tahun. Pasien dengan penyakit yang rekuren nampaknya lebih beresiko memiliki cacat visual permanen.BAB IIIKESIMPULAN

Toksoplasmosis Okuler adalah kondisi medis yang ditandai dengan infeksi parasit, T.gondii pada seseorang. Toksoplasmosis okuler adalah penyebab paling sering dari uveitis posterior, yang merupakan peradangan pada bagian belakang bola mata. Seringnya, seseorang tidak menyadari bahwa bahwa mereka terkena Toksoplasmosis okuler karena gejalanya tidak spesifik, seperti gejala flu biasa. Pada orang sehat, kondisi ini dapat disembuhkan. Akan tetapi, pada ibu hamil yang sistem kekebalan tubuhnya melemah, toksoplasmosis okuler dapat menyebabkan komplikasi, yang dapat berakibat cacat lahir kongenital atau bahkan komplikasi yang mengancam jiwa. Hal ini sering terlihat pada pemeriksaan mata rutin sebagai jaringan parut pada retina mata yang terkena. Individu yang terkena direkomendasikan untuk segera mendapatkan penanganan medis.

19