referat thallasemia mc

37
BAB I PENDAHULUAN Thalassemia adalah kelainan bawaan dari sintesis hemoglobin. Presentasi klinisnya bervariasi dari asimptomatik sampai berat hingga mengancam jiwa. Dahulu dinamakan sebagai Mediterannian anemia, diusulkan oleh Whipple, namun kurang tepat karena sebenarnya kondisi ini dapat ditemukan dimana saja di seluruh dunia. Pada tahun 1925, Thomas Cooley, seorang spesialis anak dari Detroit, mendeskripsikan suatu tipe anemia berat pada anak-anak yang berasal dari Italia. Beliau menemukan adanya nukleasi sel darah merah yang masif pada sediaan apus darah tepi, yang mana awalnya dipikir sebagai anemia eritroblastik, suatu keadaan yang disebutkan oleh von Jaksh sebelumnya. Namun tak lama kemudian, Cooley menyadari bahwa eritroblastemia tidak spesifik dan essensial pada temuan ini sehingga istilah anemia eritroblastik tidak dapat dipakai. Meskipun Cooley curiga akan adanya pengaruh genetik dari kelainan ini, namun beliau gagal dalam menginvestigasi orang tua sehat pada anak-anak yang mengidap kelainan ini. Di Eropa, Riette mendeskripsikan mengenai adanya anemia mikrositik hipokrom ringan yang tak terjelaskan pad anak- anak keturunan Italia pada tahun yang sama saat Cooley melaporkan adanya bentuk anemia berat yang akhirnya dinamakan mengikuti namanya. Wintrobe di Amerika Serikat melaporkan adanya anemia ringan pada kedua orang tua dari anak yang mengidap anemia Cooley. Anemia ini sangat mirip dengan kelainan yang 1

Upload: ayuniza-harmayati

Post on 22-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Thallasemia Mc

BAB I

PENDAHULUAN

Thalassemia adalah kelainan bawaan dari sintesis hemoglobin. Presentasi klinisnya

bervariasi dari asimptomatik sampai berat hingga mengancam jiwa. Dahulu dinamakan sebagai

Mediterannian anemia, diusulkan oleh Whipple, namun kurang tepat karena sebenarnya kondisi

ini dapat ditemukan dimana saja di seluruh dunia.

Pada tahun 1925, Thomas Cooley, seorang spesialis anak dari Detroit, mendeskripsikan

suatu tipe anemia berat pada anak-anak yang berasal dari Italia. Beliau menemukan adanya

nukleasi sel darah merah yang masif pada sediaan apus darah tepi, yang mana awalnya dipikir

sebagai anemia eritroblastik, suatu keadaan yang disebutkan oleh von Jaksh sebelumnya. Namun

tak lama kemudian, Cooley menyadari bahwa eritroblastemia tidak spesifik dan essensial pada

temuan ini sehingga istilah anemia eritroblastik tidak dapat dipakai. Meskipun Cooley curiga

akan adanya pengaruh genetik dari kelainan ini, namun beliau gagal dalam menginvestigasi

orang tua sehat pada anak-anak yang mengidap kelainan ini. Di Eropa, Riette mendeskripsikan

mengenai adanya anemia mikrositik hipokrom ringan yang tak terjelaskan pad anak-anak

keturunan Italia pada tahun yang sama saat Cooley melaporkan adanya bentuk anemia berat

yang akhirnya dinamakan mengikuti namanya. Wintrobe di Amerika Serikat melaporkan adanya

anemia ringan pada kedua orang tua dari anak yang mengidap anemia Cooley. Anemia ini sangat

mirip dengan kelainan yang ditemukan Riette. Baru setelah itu anemia Cooley dinyatakan

sebagai bentuk homozigot dari anemia mikrostitik hipokrom ringan yang dideskripsikan oleh

Riette dan Wintrobe.

Bentuk anemia berat ini kemudian dilabelisasi sebagai thalassemia mayor dan bentuk

ringannya dinamakan sebagai thalassemia minor. Kata thalassemia berasal dari bahasa Yunani

yaitu thalassa yang berarti “laut” (mengarah ke Mediterania), dan emia, yang berarti

“berhubungan dengan darah” 1

1

Page 2: Referat Thallasemia Mc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

β-thalassemia sindrom adalah sekumpulan penyakit darah herediter yang

dikarakteristikkan dengan penurunan atau absennya produksi rantai globin β, sehingga

menyebabkan menurunnya hemoglobin pada sel darah merah, menurunnya produksi sel

darah merah dan anemia. 2

Istilah umum α thalassemia meliputi semua kondisi tersebut di mana ada defisit

dalam produksi rantai globin α hemoglobin (Hb) yang merupakan molekul tetrameric

termasuk dua α dan dua rantai globin β (α2β2).3

2. EPIDEMIOLOGI

Thalassemia adalah anemia herediter yang timbul akibat adanya defek pada

produksi hemoglobin. β- Thalassemia, yang disebabkan oleh penurunan produksi rantai

globin β, mempengaruhi beberapa organ dan berhubungan dengan morbiditas dan

mortalitas. Dibutuhkan adanya perawatan seumur hidup dan kebutuhan finansial untuk

pengobatan yang tepat.4

Thalassemia merupakan salah satu kelainan genetik yang paling umum di seluruh

dunia, 4, 83 % dari populasi di dunia membawa varian globin, termasuk 1,67 % dari

populasi yang heterozigot untuk α- Thalassemia dan β- Thalassemia. Selain itu, 1,92 %

membawa hemoglobin bentuk sabit, 0,95 % membawa hemoglobin E dan 0,29 %

membawa hemoglobin C. Dengan demikian, tingkat kelahiran di seluruh dunia orang

yang homozigot atau heterozigot untuk kelainan globin, termasuk α- Thalassemia dan β-

Thalassemia, tidak kurang dari 2,4 per 1000 kelahiran, 1,96 menderita sickle cell disease

dan 0,44 menderita thalassemia. 4

Prevalensi β- Thalassemia banyak di negara-negara Mediterania, Timur Tengah,

Asia Tengah, India, Selatan Cina, dan Timur Jauh serta negara-negara di sepanjang pantai

utara afrika dan di Amerika Selatan. Insiden tertinggi dilaporkan di Siprus (14%),

Sardinia (10,3%) dan Asia Tenggara.2

2

Page 3: Referat Thallasemia Mc

Seperti semua gangguan gen globin pada umumnya (sifat sel sabit dan

thalassemia β), α thalassemia terjadi pada frekuensi tinggi di seluruh daerah tropis dan

subtropis di dunia. Dari semua gangguan globin, α thalassemia adalah yang paling

banyak didistribusikan dan karena itu banyak orang di wilayah ini telah kombinasi varian

ini berinteraksi (misalnya baik α dan thalassemia β). Karena perbedaan dalam interaksi

antara berbagai cacat molekuler yang mendasari α thalassemia penyakit HBH secara

dominan terlihat di Asia Tenggara, Timur Tengah dan Mediterania. Demikian pula

hidrops sindrom foetalis Hb Bart secara dominan terlihat di Asia Tenggara.2

3. KLASIFIKASI

Beta-thalassemia dapat diklasifikasikan menjadi: 2

a. Beta-thalassemia

Beta-talasemia mayor

Beta-talasemia intermediate

Beta-talasemia minor

b. Beta-thalassemia yang dihubungkan dengan anomali Hb yang lain

HbC/ Beta-thalassemia

HbE/ Beta-thalassemia

HbS/ Beta-thalassemia (secara klinis lebih menyerupai sickle cell disease diband-

ingkan dengan thalassemia mayor/ intermediate)

c. Hereditary persistence of fetal Hb dan Beta-thalassemia

d. Beta-thalasemia yang dihubungkan dengan manifestasi penyakit yang lain

Beta-talasemia-tricothiodystrophy

X-linked trombositopenia dengan Beta-thalassemia

Istilah umum α thalassemia mencakup semua kondisi yang ada defisit dalam

produksi rantai globin α hemoglobin (Hb) yang merupakan molekul tetrameric termasuk

dua α-seperti dan dua rantai globin β-seperti (α2β2). Rendahnya produksi rantai globin α

menimbulkan kelebihan rantai globin β yang membentuk γ4 tetramers, disebut Hb Bart

(dalam kehidupan janin) dan β4 tetramers, disebut HbH (dalam kehidupan dewasa).

Individu yang membawa mutasi gen globin mempengaruhi α pada satu kromosom, yang

menyebabkan anemia minimal, yang dikatakan memiliki α thalassemia trait. Heterozigot

senyawa dan beberapa homozigot untuk α thalassemia memiliki anemia cukup parah

yang ditandai dengan kehadiran HbH dalam darah perifer. Kondisi ini disebut sebagai

penyakit HbH. Akhirnya beberapa individu yang membuat rantai globin α sangat sedikit 3

Page 4: Referat Thallasemia Mc

atau tidak memiliki bentuk yang sangat parah anemia yang, jika tidak diobati,

menyebabkan kematian pada periode neonatal. Kondisi ini disebut sindrom hidrops

fetalis Hb Bart.3

4. ETIOLOGI

Beta thalassemia merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal yang

resesif, dimana seorang anak yang mempunyai orang tua yang bersifat heterozigot

mempunya kemungkinan 25% terkena thalassemia, dan 50% kemungkinan sebagai karier

yang bersifat asimptomatik dan 25% kemungkinan tidak menderita sebsgai penderita

thalassemia maupun sebagai kariernya.

Terdapat lebih dari 200 mutasi yang sejauh ini telah dilaporkan, dimana mayoritas

dari lokasi gen yang mengalami mutasi secara fungsional merupakan regio yang penting

dalam gene rantai beta-globin yang berada pada kromosom ke-11. Mutasi pada gen rantai

beta-globin menyebab penurunan sintesis protein beta-globin (beta-plus thalassemia/ β+

thalassemia) maupun tidak diproduksinya rantai protein beta-globin(beta-zero

thalassemia/ β° thalassemia).2

Pada kasus thalasemia minor (thalassemia trait atau karier tipe heterozigot), satu

dari gen beta-globin mengalami defek, sehingga menyebabkan terjadinya penurunan

kurang lebih 50% sintesis protein beta globin.

Pada kasus thalassemia mayor (thalassemia homozigot), produksi dari rantai beta-

globin mengalami gangguan karena terjadi mutasi dari kedua gen beta-globin, sehingga

terjadi ketidakseimbangan sintesis rantai globin (sintesis alfa-globin yang lebih banyak

dibandingkan beta-globin) sehingga menyebabkan terjadinya eritropoesis yang tidak

efektif dan anemia mikrositik hipokrom yang berat.

Kelebihan dari rantai alfa-globin yang tidak berpasangan akan beragregasi dan

mempercepat terjadinya kerusakan membran sel darah merah, sehingga menyebabkan

terjadinya hemolisis intravaskuler.5

5. PATOFISIOLOGI 6

Semua patofisiologi dari thalassemia dapat dihubungkan dengan

ketidakseimbangan primer pembentukan rantai globin. Fenomena ini membuat

thalassemia berbeda dengan kelainan genetik lainnya dan kelainan pembentukan

hemoglobin yang didapat.

4

Page 5: Referat Thallasemia Mc

Anemia dari β- thalassemia mempunyai 3 komponen mayor. Yang pertama dan

yang terpenting adalah inefektif eritropoesis dengan destruksi intramedullar dari

prekursor sel darah merah. Kedua hemolisis yang berasal dari destruksi sel darah merah

yang matur yang termasuk didalamnya rantai α. Ketiga, sel darah merah hipokromik dan

mikrositik yang berasal dari penurunan pembentukan hemoglobin seluruhnya.

Oleh karena defek primer dari β- thalassemia termasuk produksi rantai β, sintesis

dari hemoglobin F dan A2 seharusnya tidak terpengaruh. Produksi hemoglobin fetal in

utero normal. Manifestasi klinis dari thalassemia akan muncul apabila pertukaran dari

sintesis rantai γ ke β pada neonatus.

Ketidak Seimbangan Sintesis Rantai Beta

Pada kasus thalassemia mayor (talasemia homozigot) sintesis dari rantai beta

globin sangat menurun bahkan sampai tidak diproduksinya rantai beta globin, sehingga

menyebabkan produksi daripada rantai globin alfa yang berlebihan. Namun rantai globin

alfa saja tidak mempunyai kapasitas dalam membentuk hemoglobin tetramer yang viabel

sehingga menyebakan rantai globin alfa tersebut mengendap didalam prekursor eritrosit,

dimana gambaran dari endapan daripada rantai globin alfa tersebut adalah badan inklusi

yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya maupun elektron. Didalam sumsum tulang

pengendapan dari rantai globin alfa bahkan dapat terlihat pada prekursor eritrosit yang

baru mengalami hemoglobinisasi.

Inklusi yang besar didalam sumsum tulang tersebut yang berperan dalam destruksi

prekursor eritrosit didalam sumsum tulang dan menyebabkan eritropoesis yang tidak

efektif yang merupakan karakteristik dari semua tipe thalassemia.

Pada kasus beta thalassemia yang heterozigot juga mengalami penurunan sintesis

rantai globin beta yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam produksi rantai globin

alfa dan beta, namun pada keadaan beta talasemia yang bersifat heterozigot jumlah

produksi rantai alfa yang berlebihan akibat penurunan sintesis rantai globin beta tidak

terlalu berlebihan, sehingga pengendapan rantai globin alfa yang berlebihan relatif

minimal dan dapat dilisiskan oleh enzim proteolitik didalam prekursor eritrosit.

Mekanisme dan Konsekuensi dari Kerusakan Prekursor Eritrosit dan Eritrosit

Kerusakan dari membran eritrosit akibat proses pengendapan rantai globin alfa

terjadi melalui 2 mekanisme yaitu: terbentuknya hemikrom akibat kelebihan dari rantai

5

Page 6: Referat Thallasemia Mc

alfa yang menyebabkan kerusakan struktur dari membran eritrosit dan kerusakan struktur

membran yang disebabkan hasil degradasi dari rantai alfa yang berlebihan. Hasil

degradasi dari rantai globin alfa yang bebas, heme, hemin dan zat besi yang bebas juga

berperan dalam kerusakan membran sel darah merah.

Kelebihan dari rantai globin dapat mengakibatkan rantai globin yang bebas

menempel pada membran protein yang menyebabkan terganggunya struktur dan fungsi

dari sel darah merah. Kelebihan dari zat besi mengakibatkan peningkatan radikal bebas

yang merusak beberapa komponen dari membran sel darah merah, sedangkan heme dan

sisa produk dari heme dapat dikatalisa dan membentuk ROS/ Reactive Oxigen Species

yang dapat mengakibatkan kerusakan dari membran sel darah merah.

Produksi Hemoglobin Fetal Persisten

Anak dengan thalasemia yang berat akan mengalami peningkatan dari level

hemoglobin F/ HbF, dan pada kasus β-thalassemia HbF merupakan satu-satunya

hemoglobin yang diproduksi, walaupun kadang-kadang dapat dijumpai HbA2 dalam

jumlah yang minimal.

Mekanisme dari sintesis rantai gamma/ γ yang persisten pada penyakit thalasemia

belum diketahui secara pasti. Pada orang dewasa HbF dapat dijumpai dalam jumlah yang

sangat minimal didalam darah, dan terdistribusi secara heterogenik diantara sel darah

merah.

Pada beta thalassemia akan terjadi produksi yang berlebihan dari rantai globin

alfa yang menyebabkan rantai globin alfa akan bergabung dengan rantai globin gama

dalam memproduksi HbF, diduga hal tersebut terjadi oleh karena “stress eritropoiesis”

dimana terjadi proliferasi dari prekursor sel eritrosit yang bertendensi dalam

meningkatkan produksi rantai gamma.

Konsekuensi Mekanisme Kompensasi Anemia pada T h alas s emia Beta

Anemia yang terjadi pada thalassemia beta yang bersifat homozigot dan afinitas

yang tinggi HbF terhadap oksigen mengakibatkan hipoksia jaringan yang berat dan

mekanime adaptif terhadap respons hipoksia adalah peningkatan produksi eritropoietin.

Efek utama dari peningkatan dari hormon eritropoietin adalah ekspansi dari sumsum

tulang yang dyseritropoiesis/ tidak memproduksi lagi sel darah, sehingga menyebabkan

terjadinya deformitas pada tulang tengkorak, wajah dan tulang-tulang panjang dan akibat

6

Page 7: Referat Thallasemia Mc

dari deformitas tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur patologis, dan infeksi

pada sinus maupun telinga tengah akibat drainage yang kurang baik.

Efek lain yang penting adalah peningkatan kebutuhan kalori akibat penambahan

masa daripada sumsum tulang dan eritropiesis yang tidak efektif, sehingga menyebabkan

pasien dengan talasemia akan mengalami gangguan pertumbuhan dan penurunan berat

badan. Turn over daripada prekursor eritroid menyebabkan hiperurisemia sekunder dan

gout dan defisiensi asam folat yang berat.

Akibat dari banyaknya distribusi yang konstan dari sel darah merah yang terdapat

badan inklusi ke limpa akibat dari pengendapan daripada rantai globin sehingga

mengakibatkan terjadinya splenomegali akibat fenomena “work hypertrophy”, akibat

splenomegali yang terjadi akan memperburuk anemia pada pasien talasemia

Pada pasien dengan beta thalassemia yang homozigot akan mengalami anemia

sehingga akan menyebabkan terjadinya peningkatan dari penyerapan zat besi di usus,

namun apabila pasien talasemia beta yang sudah mendapatkan transfusi akan

menyebabkan penurunan dari absorbsi zat besi di usus. Pada awalnya peningkatan dari

absorbsi akan diakumulasi pada sel Kuffer kemudian pada makrofag pada limpa, parekim

pada sel hati, organ endokrin dan miokardium. Akumulasi zat besi pada miokardium

tersebut dapat mengakibatkan gagal jantung sehingga mengakibatkan kematian.

7

Page 8: Referat Thallasemia Mc

6. M

A

N

I

F

E

S

T

A

S

I

KLINIS

Fenotip homozigot atau heterozigot genetik beta-thalassemia termasuk

thalassemia mayor dan thalassemia intermedia. Individu dengan thalassemia mayor

biasanya datang berobat dalam dua tahun pertama kehidupan dan memerlukan transfusi

RBC reguler untuk bertahan hidup. Pasien dengan thalassemia intermedia biasanya

datang berobat kemudian dan tidak memerlukan transfusi reguler.

Beta-thalassemia mayor2

8

Page 9: Referat Thallasemia Mc

Presentasi klinis dari thalassemia mayor terjadi antara usia 6- 24 bulan. Bayi yang

menderita β-thalassemia menjadi gagal untuk berkembang dan menjadi semakin pucat.

Masalah makan, diare, demam berulang, dan pembesaran perut progresif yang

disebabkan oleh pembesaran limpa dan hati dapat terjadi. Di beberapa negara

berkembang, di mana karena kurangnya sumber daya, pasien tidak diobati atau

kurangnya transfusi, gambaran klinis dari thalassemia mayor ditandai dengan retardasi

pertumbuhan, pucat, ikterik, gizi buruk, genu valgum, hepatosplenomegali, ulkus pada

kaki, pengembangan massa dari extramedullary hematopoiesis, dan perubahan rangka

yang dihasilkan dari ekspansi sumsum tulang. Perubahan skeletal termasuk kelainan pada

tulang panjang kaki dan perubahan kraniofasial khas (bossing of the skull,, malar

eminence menonjol, depresi jembatan dari hidung, mongoloid slant of the eye, dan

hipertrofi dari maxillae, dimana kecenderungan gigi atas terekspos)

Apabila program transfusi rutin untuk mempertahankan konsentrasi minimum Hb

9,5-10,5 g/dL dimulai, pertumbuhan dan perkembangan cenderung menjadi normal

hingga usia 10 sampai 12 tahun. Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien yang

transfusi berhubungan kelebihan zat besi. Komplikasi kelebihan zat besi pada anak-anak

meliputi gangguan pertumbuhan dan kegagalan atau keterlambatan pematangan seksual.

Komplikasi kelebihan besi termasuk keterlibatan jantung ( dilated myocardiopathy atau

jarang aritmia), hepar (fibrosis dan sirosis), dan kelenjar endokrin (diabetes melitus,

hipogonadisme, dan insufisiensi paratiroid, tiroid, hipofisis, dan kelenjar adrenal)

Komplikasi yang lainnya adalah hipersplenisme, hepatitis kronis (akibat infeksi dengan

virus yang menyebabkan hepatitis B dan atau C), infeksi HIV, trombosis vena, dan

osteoporosis. Risiko untuk karsinoma hepatoseluler meningkat pada pasien dengan

infeksi virus hati dan kelebihan zat besi. Kepatuhan dengan terapi khelasi besi terutama

mempengaruhi frekuensi dan tingkat keparahan komplikasi kelebihan terkait besi.

Individu yang belum teratur ditransfusi biasanya meninggal sebelum dekade kedua

ketiga. Kelangsungan hidup individu yang telah secara rutin transfusi dan diperlakukan

dengan khelasi dapat melampaui usia 40 tahun. Penyakit jantung disebabkan oleh

miokard yang mengalami siderosis adalah yang paling penting yang membatasi hidup

komplikasi kelebihan zat besi pada beta-thalassemia. Bahkan, komplikasi jantung adalah

penyebab kematian di 71% dari pasien dengan beta-thalassemia mayor.

Beta-thalassemia intermedia

9

Page 10: Referat Thallasemia Mc

Gejala klinis individu dengan thalassemia intermedia muncul lebih lambat dari

thalassemia mayor, terjadi anemia ringan dan tidak memerlukan atau hanya kadang-

kadang memerlukan transfusi. Pada tingkat keparahan akhir dari gejala klinis, pasien

datang antara usia 2-6 tahun dan meskipun mereka mampu bertahan tanpa transfusi darah

rutin, pertumbuhan dan perkembangan terhambat. Selain itu, ada juga pasien yang benar-

benar tanpa gejala sampai kehidupan dewasa dengan hanya anemia ringan. Hipertrofi

erythroid sumsum tulang dengan kemungkinan extramedullary eritropoiesis, merupakan

mekanisme kompensasi dari sumsum tulang untuk mengatasi anemia kronis, adalah

umum.

Konsekuensinya adalah kelainan karakteristik tulang dan wajah, osteoporosis

dengan fraktur patologis tulang panjang dan pembentukan massa erythropoietic yang

terutama mempengaruhi limpa, hati, kelenjar getah bening, dada dan tulang belakang.

Pembesaran limpa juga merupakan konsekuensi dari peran utama dalam membersihkan

sel darah merah yang rusak dari aliran darah. Extramedullary eritropoiesis dapat

menyebabkan masalah neurologis seperti kompresi sumsum tulang belakang dengan

paraplegia dan massa intrathoracic. Sebagai hasil dari eritropoiesis tidak efektif dan

hemolisis perifer, thalassemia intermedia pasien dapat mengembangkan batu empedu,

yang terjadi lebih sering daripada di thalassemia mayor. Pasien dengan thalasemia

intermedia sering mengembangkan ulkus kaki dan memiliki kecenderungan meningkat

menjadi trombosis dibandingkan dengan thalassemia mayor, terutama jika

splenectomised. Kejadian semacam itu meliputi deep vein thrombosis, trombosis vena

portal, stroke dan emboli paru.

Meskipun orang dengan thalassemia intermedia beresiko iron overload sebagai

bentuk sekunder untuk meningkatkan penyerapan zat besi di usus, hipogonadisme,

hipotiroidisme dan diabetes yang tidak umum. Perempuan mungkin memiliki kehamilan

spontan sukses. Namun, jika transfusi darah diperlukan selama kehamilan, mereka yang

tidak pernah atau minimal ditransfusi beresiko mengembangkan alloantibodies hemolitik

dan autoantibodi eritrosit. IUGR, meskipun rejimen transfusi rutin, telah dilaporkan.

Beta-thalassemia minor

Pembawa thalassemia minor biasanya tanpa gejala klinis tapi kadang-kadang

memiliki anemia ringan. Ketika kedua orang tua adalah pembawa ada risiko 25% pada

setiap kehamilan memiliki anak dengan talasemia homozigot.

10

Page 11: Referat Thallasemia Mc

Dominant beta-thalassemia

Berbeda dengan bentuk resesif klasik beta-thalassemia, yang menyebabkan

berkurangnya produksi rantai globin beta normal, ada beberapa mutasi hasil dalam

sintesis sangat tidak stabil varian globin beta yang mengendap di prekursor erythroid

menyebabkan eritropoiesis tidak efektif. Mutasi ini dikaitkan dengan thalassemia

fenotipe heterozigot dan karenanya disebut sebagai dominan beta-thalassemia. Kehadiran

hyper-unstable Hb harus dicurigai pada setiap individu dengan thalassemia intermedia

ketika kedua orang tua secara hematological normal, atau dalam keluarga dengan pola

penularan dominan autosomal dari thalassemia intermedia fenotip. Beta globin gen

sequencing menetapkan diagnosis.

Beta-thalassemia terkait dengan anomali Hb lainnya

Interaksi HbE dan hasil beta-thalassemia pada fenotipe thalassemia mulai dari

kondisi dibedakan dari thalassemia mayor ke bentuk ringan dari thalassemia intermedia.

Tergantung pada keparahan gejala tiga kategori dapat diidentifikasi:

- Mild HbE / beta-thalassemia

Hal ini diamati pada sekitar 15% dari semua kasus di Asia Tenggara. Kelompok

ini pasien mempertahankan tingkat Hb antara 9 dan 12 g/dl dan biasanya tidak

mengembangkan masalah klinis yang signifikan. Tidak ada perawatan yang

diperlukan.

- Moderately severe HbE / beta-thalassemia

Mayoritas kasus HbE/ beta-thalassemia termasuk dalam kategori ini. Tingkat Hb

tetap pada 6-7 g/dl dan gejala klinis mirip dengan thalassemia intermedia.

Transfusi tidak diperlukan kecuali infeksi memicu anemia lebih lanjut.

Kelebihan zat besi dapat terjadi.

- Severe HbE / beta-thalassemia

Tingkat Hb dapat serendah 4-5 g / dl. Pasien dalam kelompok ini bermanifestasi

gejala yang mirip dengan thalassemia mayor dan diperlakukan sebagai pasien

thalassemia mayor.

11

Page 12: Referat Thallasemia Mc

Pasien dengan HBC/ beta-thalassemia dapat hidup bebas dari gejala dan

didiagnosis selama tes rutin. Ketika hadir, manifestasi klinis anemia dan pembesaran

limpa. Transfusi darah jarang diperlukan. Microcytosis dan hipokromia ditemukan dalam

setiap kasus. Film darah menunjukkan khas Hb C kristal dengan tepi lurus paralel, sel

target, dan sel-sel tidak teratur dikontrak dengan fitur thalassemia seperti microcytosis.

Fenotip klinis sebagian besar individu dengan α thalassemia sangat ringan dan

tidak dapat melihat selama hidup selain ketika hitung darah lengkap rutin diperiksa.

Pasien dengan penyakit HbH memiliki fenotip variabel dan mereka dengan Hb Bart

hydrops foetalis memiliki bentuk mematikan anemia.3

α Thalassaemia trait

Terlepas dari ringan sampai sedang anemia mikrositik hipokrom (terdeteksi pada

penghitungan darah rutin), carrier (heterozigot) dari α thalassemia, secara klinis

asimtomatik dan diagnosis (ketika dibuat) sering didirikan selama reguler pemeriksaan

kesehatan atau selama pemeriksaan antenatal. Keluhan berkaitan dengan anemia lebih

parah, seperti kelelahan, kelesuan, dan sesak napas jarang terjadi dan hampir pasti terkait

dengan gangguan penyerta lainnya. 3

HbH disease

Penyakit HbH paling sering terlihat pada pasien yang heterozigot senyawa untuk

dua mutasi yang berbeda atau kurang sering homozigot untuk cacat molekul cukup parah.

Mereka biasanya menghasilkan kurang dari 30% dari jumlah normal α globin. Fitur

utama pada penyakit HbH adalah anemia (2,6-13,3 g/dl) dengan jumlah variabel HbH

(0,8-40%), kadang-kadang disertai dengan Hb Bart dalam darah perifer. Para pasien

biasanya memiliki splenomegali (yang mungkin berat) dan kadang-kadang ini diperumit

dengan hipersplenisme. ikterik mungkin ada dalam variabel derajat dan anak-anak dapat

menunjukkan retardasi pertumbuhan. Komplikasi lainnya termasuk infeksi, ulkus kaki,

batu empedu, kekurangan asam folat dan episode hemolitik akut pada respon terhadap

obat dan infeksi. Pasien yang lebih tua sering memiliki beberapa tingkat kelebihan zat

besi. Tingkat keparahan klinis jelas terkait dengan dasar molekuler dari penyakit. Pasien

dengan jenis non-deletional penyakit HbH yang lebih parah terkena dibandingkan dengan

jenis deletional umum dari penyakit HbH.3

12

Page 13: Referat Thallasemia Mc

Sindrom HbBart Hidrops Foetalis

Bayi dengan hydrops foetalis sindrom Hb Bart memiliki kekurangan paling parah

dalam ekspresi globin α. Meskipun paling sering hasil dari warisan gen globin α tidak

ada dari kedua orang tua, dalam beberapa kasus itu hasil dari warisan mutasi nondeletion

parah dari satu orangtua dan tidak ada gen α dari yang lain. Pasien di perbatasan antara

penyakit HbH berat dan hidrops sindrom foetalis Hb Bart dikatakan memiliki hidrops

sindrom HbH. Fisiologis homotetramers non-fungsional γ4 dan β4 membentuk sebagian

besar dari hemoglobin dalam eritrosit pada bayi dengan sindrom hidrops foetalis tersebut

Bart. Mereka juga memiliki jumlah variabel dari embrio Hb Portland (ζ2γ2), yang

merupakan satu-satunya fungsional Hb pada bayi ini dan harus menjadi satu-satunya

pembawa oksigen menjaga bayi tersebut hidup. Gambaran klinis adalah mereka dari bayi

edema pucat dengan tanda-tanda gagal jantung dan anemia intra uterine berkepanjangan .

Diucapkan hepatosplenomegali, retardasi pertumbuhan otak, kelainan bentuk tulang dan

jantung dan pembesaran kotor plasenta adalah fitur khas. Bayi dengan hydrops foetalis

sindrom Hb Bart hampir selalu baik mati dalam rahim (23-38 minggu) atau segera

setelah lahir, meskipun beberapa kasus telah dijelaskan di mana neonatus diberikan terapi

pendukung kehidupan intensif dan diobati dengan transfusi darah.3

7. DIAGNOSIS

Β-Thalassemia2

Diagnosis Klinis

Pasien thalassemia mayor umumnya dicurigai pada usia kurang dari 2 tahun

dengan gejala anemia mikrositik yang berat, jaundice yang ringan dan

hepatosplenomegali, thalassemia intermedia umumnya timbul setelah pasien lebih

dewasa dengan gejala yang sama dengan thalassemia mayor hanya saja lebih ringan dan

gejala pasien dengan karier thalasemia umumnya tidak bergejala hanya kadang-kadang

didapatkan anemia yang ringan.

Diagnosis Hematologis

Indeks eritrosit

Umumnya menunjukan anemia mikrositik, thalassemia mayor dikarakteristikkan

dengan penurunan Hb ( < 7 g/dl), mean corpuscular volume/ MCV (>50 fl dan < 70fl)

13

Page 14: Referat Thallasemia Mc

dan mean corpuscular Hb/ MCH (>12pg dan <20 pg). thalassemia intermedia

dikarakteristikkan dengan penurunan Hb (7 g/dl- 10g/dl), mean corpuscular volume/

MCV (50 fl -80fl) dan mean corpuscular Hb/ MCH (16-24 pg), dan thalasemia minor

dikarakteristikkan dengan penurunan MCV dan MCH serta peningkatan level HbA2.

Sediaan Apus Darah Tepis/ SADT

Umumnya pada hasil SADT pasien thalassemia menunjukan perubahan morfologi

eritrosit (mikrositosis, hipokrom dan anisositosis dan poikilositosis (tears drop maupun

sel pensil) dan didapatkan adanya sel darah merah yang berinti (eritroblast), sel target,

namun jumlah eritroblast tersebut sangat bergantung beratnya anemia dan pada pasien

yang sudah dilakukan spleenektomi umumnya jumlah eritroblast akan meningkat.

Analisis Hb k u alitatif dan kuantitatif

Pemeriksaan Hb kualitatif dan kuantitatif biasanya menggunakan teknik selulosa

asetat elektroforesis dan DE-52 mikrokromatografi dalam mengidentifikasi Hb yang ada

pada pasien

Bentuk Hb sangat bergantung daripada tipe thalassemia, misalnya pada thalasemia

beta zero yang homozigot Hb A tidak didapatkan dan HbF menyusun 92-95% dari total

Hb yang beredar, pada beta plus thalassemia didapatkan kadar Hb A yang beredar 10-

30% dan HbF yang beredar 70-90%. Jumlah HbA2 sangat bervariasi pada kasus beta

thalassemia dan umumnya meningkat pada kasus thalassemia minor.

Analisa genetik secara molekuler

14

Page 15: Referat Thallasemia Mc

Mutasi pada gen beta globin umumnya dideteksi secara prosedur PCR, dan

umumnya pemeriksaan ini sangat membantu dalam menentukan target mutasi daripada

gen beta globin.

α-Thalassemia3

Alpha thalassemia paling sering awalnya dicurigai berdasarkan hitung darah

lengkap rutin. Semua individu yang terkena memiliki tingkat variabel anemia (Hb),

berkurangnya mean corpuscular hemoglobin (MCH/pg), berkurangnya mean corpuscular

volume corpuscular (MCV/fl) dan tingkat normal atau sedikit berkurang dari HbA2 kecil.

Parameter ini akan dibahas secara lebih rinci di bawah ini. Bila tingkat sintesis globin α

turun di bawah ~ 70% dari normal, pada periode janin, rantai globin γ kelebihan

membentuk Hb Bart yang dapat dideteksi pada analisis Hb rutin. Dalam kehidupan

dewasa, rantai globin β kelebihan membentuk β4 tetramers dari HBH dalam sel dan ini

dapat diidentifikasi dengan pewarnaan darah perifer dengan 1% brilian cresyl biru

(BCB), atau ketika hadir dalam jumlah yang cukup oleh rutin Hb analisis. Sebelumnya α

thalassemia dikonfirmasi oleh rantai globin biosintesis, ketika rantai globin α biosintesis

rasio / β dikurangi menjadi kurang dari 0,8. Semua parameter ini berkurang pada

thalassemia α namun tidak satupun dari mereka sendiri atau dalam kombinasi akurat atau

konsisten dapat memprediksi genotipe yang diarahkan analisis molekuler dari cluster

globin α diperlukan.3

8. DIAGNOSIS BANDING

Thalassemia sering kali didiagnosis salah sebagai anemia defisiensi Fe, hal ini

disebabkan oleh karena kemiripan gejala yang ditimbulkan dan gambaran eritrosit

mikrositik hipokrom. Namun kedua penyakit ini dapat dibedakan, karena pada anemia

defisiensi besi didapatkan:7

Pucat tanpa organomegali.

SI rendah.

TIBC meningkat.

Tidak terdapat besi dalam sumsum tulang.

Bereaksi baik dengan pengobatan preparat besi.

15

Page 16: Referat Thallasemia Mc

Anemia sideroblastik dimana didapatkan pula gambaran apusan darah tepi

mikrositik hipokrom dan gejala-gejala anemia, yang membedakan dengan thalassemia

adalah kadar besi dalam darah yang tinggi, kadar TIBC normal atau meningkat

sedangkan pada thalassemia kadar besi dan TIBC normal.

Dapat juga dibandingkan dengan anemia defisiensi G6PD, dimana enzim ini

bekerja untuk mencegah kerusakan eritrosit akibat oksidasi. Merupakan salah satu

anemia hemolitik juga. Dapat dibedakan dengan thalassemia dengan gambaran apusan

darah tepi dimana pada defisiensi G6PD normositik normokrom.

Thalassemia juga didiagnosis banding dengan jenis thalassemia lainnya yang

memberi gambaran klinis yang sama. Namun pada pemeriksaan elektroforesis

hemoglobin dapat diketahui jenis thalassemia α atau thalassemia β. Pada thalassemia α

dengan HBH ditemukan jaundice dan splenomegali.8

9. PENATALAKSANAAN2

Thalassemia mayor

Pada kasus thalassemia mayor terapi transfusi merupakan penanganan yang

utama, tujuan dari terapi transfusi adalah mengkoreksi anemia, menekan eritropoiesis dan

menghambat absrobsi zat besi melalui saluran cerna. Pada pasien yang tidak dilakukan

transfusi umumnya dapat terjadi peningkatan eritropoiesis yang tidak efektif.

Pemberian transfusi pada pasien thalasemia umumnya diberikan pada saat terjadi

anemia yang berat ( Hb< 7 gr/dl lebih dari 2 minggu dan menyingkirkan faktor lain yang

dapat menyebabkan terjadinya anemia seperti infeksi), dan juga pada pasien yang

memiliki Hb >7gr/dl dengan adanya perubahan wajah, pertumbuhan yang kurang baik,

dan adanya bukti ekspansi tulang serta splenomegali. Namun pada penelitian terakhir

dengan melakukan terapi transfusi pada Hb 9-10 gr/dl dan target Hb terapi transfusi yaitu

13-14 gr/dl dapat mengurangi kejadian gangguan pertumbuhan, kerusakan organ maupun

deformitas tulang dan mampu membuat pasien dapat melakukan aktifitas sehari-hari

secara normal.

Frekuensi dari terapi transfusi umumnya dilakukan setiap 2-4 minggu sekali,

dengan dosis tranfusi sel darah merah tidak melebihi 10-15 ml/kgbb/hari, dengan

kecepatan infus tidak melebihi 5ml/ kgBB/ jam, untuk mencegah terjadinya peningkatan

volume yang berlebihan dengan cepat.

16

Page 17: Referat Thallasemia Mc

Penilaian dan terapi overload zat besi

Pasien yang diberika terapi transfusi secara reguler umumnya akan mengalami

kelebihan zat besi, manifestasi klinis dari kelebihan zat besi adalah hipogonadisme (35-

55%), hipotiroid (9-11%), hipoparatiroidisme (4%), diabetes (6-10%), fibrosis hati dan

disfungsi jantung (33%)

Obat terapi yang pertama untuk kelebihan zat besi adalah deferoxamine (DFO),

dimana DFO merupakan kelasi zat besi yang secara oral tidak diabsorbsi sehingga harus

diberikan secara parenteral, pada pasien anak < 3 tahun diberikan dengan dosis 15-25

mg/kgBB diberikan 5/7 x perminggu selama 8-12 jam dengan menggunakan syringe

pump, sedangkan pada pasien dewasa dan anak ≥ 3 tahun diberikan dosis 30-50

mg/kgBB diberikan 5/7 x perminggu selama 8-12 jam dengan menggunakan syringe

pump. Dengan menggunakan DFO umumnya zat besi akan dikeluarkan melalui feces

(kira-kira 40%) dan sisanya melalui urine.

Efek samping dari penggunaan DFO antara lain, reaksi lokal yaitu: nyeri,

bengkak, timbul indurasi, eritema, sensasi seperti terbakar dan timbul rash dan kadang-

kadang dapat disertai dengan demam, mengigil dan lemas. Komplikasi yang lain yang

dihubungkan dengan pemberian DFO dengan dosis tinggi pada pasien yang muda dan

mempunyai kadar ferritin yang rendah adalah: gangguan pendengaran sensorineural

terutama pada frekuensi tinggi, toksisitas terhadap mata (rabun senja, pengelihatan kabur,

penurunan tajam pengelihatan), gangguan pertumbuhan terutama badan yang pendek

serta dapat mengalami displasia pada tulang dan infeksi Yersinia Enterocolica dan

Klebsiella Pneumonia.

Obat deferiprone (DFP) merupakan obat kelasi zat besi oral yang efektif, dengan

dosis 75-100 mg/ kg/ hari mempunyai efektifitas yang sama dengan DFO dalam

mengeliminasi zat besi didalam tubuh. Dalam studi retrospektif dan prospektif

menunjukan bahwa penggunaan DFP monoterapi lebih efektid dibandingkan DFO dalam

pencegahan miokardial siderosis. Namun DFP mempunyai efek samping berupa

agranulositosis yang cukup serius (1% dari pasien), efek samping yang cukup sering

adalah seperti keluhan gastrointestinal, artalgia, defisiensi zinc dan fluktuatif dari enzim

fungsi hati.

17

Page 18: Referat Thallasemia Mc

Penggunaan DFO dan DFP dapat digunakan sebagai terapi kombinasi dalam

mengekskresikan zat besi yang tidak dapat dicapai dengan pemberian obat secara

monoterapi.

Terapi kombinasi DFO dan DFP hanya diberikan pada keadaan: kadar ferritin ≥

3000 ng/ ml yang bertahan selama 3 bulan, adanya kardiomati akibat zat besi dan untuk

jangka waktu tertentu (6-12 bulan) bergantung pada kadar ferritin dan fungsi jantung saat

evaluasi.

Deferasirox (DFX) diberikan sekali sehari dan diberikan secara oral, dan obat

kelasi secara oral tersebut sudah banyak menunjukan keefektifan terhadap orang dewasa

maupun anak-anak. Dosis anjuran dalam memulai DFX adalah 20 mg/kgBB/ hari namun

dapat dimodifikasi menjadi 10-30 mg/kgBB/ hari tergantung jumlah transfusi yang

diterima oleh pasien. Efek samping yang pernah dilaporkan akibat penggunaan DFX

adalah gejala gastrointestinal dan rash pada kulit dan kadang dapat disertai dengan

peningkatan kreatinine.

Penatalaksanaan komplikasi akibat iron overload 2

Defisiensi pertumbuhan

Studi mengevaluasi sekresi hormon pertumbuhan (GH) pada pasien dengan

thalassemia mayor telah menghasilkan hasil yang bertentangan, membatasi penggunaan

terapi GH dengan pasien terbukti memiliki defisiensi GH, yang mungkin memiliki

respon yang memuaskan terhadap pengobatan. Dalam kasus dengan tanda-tanda

toksisitas tulang dari DFO pengurangan dosis, atau substitusi dengan chelator oral, dapat

mencegah perkembangan lesi tulang dan meningkatkan pertumbuhan.

Delayed puberty, hypogonadism, and assisted reproduction

Untuk pubertas yang tertunda pada anak perempuan, terapi dapat dimulai dengan

pemberian etinil estradiol (2,5-5 µg setiap hari) selama 6 bulan, diikuti dengan penilaian

ulang hormonal. Jika pubertas spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan, dosis etinil

estradiol harus ditingkatkan (dari 5-10 mg setiap hari) selama 12 bulan. Jika perdarahan

uterus tidak terjadi, hormon pengganti estrogenprogesterone dosis rendah dianjurkan.

Untuk pubertas tertunda pada laki-laki, intramuskular depot-ester testosteron dengan

dosis 50-100 mg dua kali sebulan harus diberikan, sampai virilisasi lengkap telah dicapai.

Topikal gel testosteron juga dapat digunakan. Bila ada kekurangan perkembangan

18

Page 19: Referat Thallasemia Mc

pubertas lebih dari satu tahun atau lebih (arrested puberty), ester testosteron pada pria

dan oestrogenprogesterone terapi pengganti pada wanita menjadi indikasi.

Hipotiroidisme

Hipotiroidisme praklinis ditandai dengan tiroksin normal (T4) dan tiroksin bebas

(FT4), TSH basal normal dan TSH sedikit meningkat setelah Thyrotropin-releasing

hormon (TRH) tes. Sebuah tindak lanjut yang cermat dengan intensifikasi terapi khelasi

diperlukan dalam kasus tersebut. Hipotiroidisme subklinis didefinisikan sebagai serum

T4 dan FT4 normal dengan tingkat TSH sedikit meningkat. Hal ini diperdebatkan apakah

pasien dengan hipotiroidisme subklinis harus dirawat. Jika perawatan dianggap perlu,

pemantauan ketat adalah wajib. Terapi dapat direkomendasikan untuk pasien dengan

kadar TSH lebih dari 10 U/ml, kelainan tiroid, dan gejala tidak jelas disebabkan

hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme, ditandai dengan nilai-nilai T4 dan FT4 rendah

dengan tanda-tanda dan gejala seperti mental dan fisik kelesuan, kenaikan berat badan,

rasa dingin, kantuk, bradikardi dan konstipasi, pengobatan dengan meningkatkan dosis L-

tiroksin dimulai dengan 25 mg per hari ditunjukkan. Fungsi tiroid yang abnormal

mungkin reversibel pada tahap awal melalui gabungan khelasi intensif.

Hipoparatiroidisme

Hipokalsemia berat dengan tetani memerlukan pemberian intravena kalsium

bawah hati pemantauan elektrokardiografi, diikuti oleh vitamin D lisan Dalam bentuk

yang lebih ringan, calcitriol adalah obat pilihan, karena paruh pendek dan kerja cepat.

Sebuah dosis 0,25-1 mg dua kali sehari biasanya cukup untuk menormalkan kalsium dan

fosfat. Karena risiko hiperkalsemia dan hiperkalsiuria, kadar kalsium serum dan kalsium

urin 24 jam dan pengukuran fosfat harus hati-hati dipantau, terutama pada awal

pengobatan dan jika dosis tinggi vitamin D yang diberikan.

Diabetes dan gangguan toleransi glukosa

Acarbose pada dosis 100 mg (oral dengan sarapan, makan siang dan makan

malam) telah digunakan dengan hasil yang baik untuk gangguan toleransi glukosa atau

non-insulin dependent diabetes mellitus dan hiperinsulinisme. Pasien dengan diabetes

mellitus, mungkin memerlukan suntikan subkutan insulin setiap hari. Sejak pengobatan

diabetes pada pasien dengan thalassemia mayor merupakan beban tambahan, dukungan

dari dokter dan psikolog yang dibutuhkan. Investigasi fungsi ginjal dan pencitraan dari

19

Page 20: Referat Thallasemia Mc

fundus harus dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan dan tingkat komplikasi diabetes.

Terapi khelasi besi intensif dengan DFO dan DFP tampaknya dikaitkan dengan

peningkatan intoleransi glukosa dalam hal glukosa dan sekresi insulin, terutama pada

pasien dalam tahap awal intoleransi glukosa.

Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit progresif, pencegahan adalah dasar dari

manajemen. Dilarang merokok, diet kaya kalsium, koreksi hipogonadisme oleh hormon

seks terapi penggantian dan olahraga teratur harus direkomendasikan. Suplemen kalsium

oral harus digunakan dengan hati-hati karena risiko batu ginjal. Beberapa bifosfonat telah

digunakan pada pasien thalassemia untuk pengobatan osteoporosis dengan hasil variabel.

Sampai saat ini, alendronate, pamidronate, dan zoledronate tampaknya efektif dalam

meningkatkan kepadatan mineral tulang dan normalisasi pergantian tulang, tetapi

percobaan lebih terkontrol diperlukan untuk mengevaluasi keberhasilan mereka dalam

mengurangi risiko patah tulang pada populasi yang lebih besar thalassemia.

Splenektomi

Jika persyaratan sel darah merah tahunan melebihi 180-200 ml / Kg RBC (dengan

asumsi bahwa Hct unit sel darah merah adalah sekitar 75%), splenektomi harus

dipertimbangkan, asalkan alasan lain untuk peningkatan konsumsi, seperti reaksi

hemolitik, telah dikeluarkan. Indikasi lain untuk splenektomi adalah gejala pembesaran

limpa, leukopenia dan / atau trombositopenia dan meningkatkan kelebihan zat besi.

Transplantasi sumsum tulang dan tali pusat

Transplantasi sumsum tulang (BMT) tetap satu-satunya obat yang pasti saat ini

tersedia untuk pasien dengan thalasemia. Hasil BMT berhubungan dengan kondisi klinis

pretransplantation, khususnya kehadiran hepatomegali, tingkat fibrosis hati, riwayat

chelation reguler dan karena tingkat keparahan akumulasi besi. Pada pasien tanpa faktor

risiko di atas, transplantasi sel induk dari saudara identik HLA memiliki tingkat

kelangsungan hidup bebas penyakit lebih dari 90%. Keterbatasan utama alogenik BMT

adalah kurangnya donor saudara kandung yang HLA-identik untuk sebagian besar pasien

yang terkena. Bahkan, sekitar 25-30% pasien thalassemia bisa memiliki saudara donor

yang cocok. BMT dari donor yang tidak berhubungan telah dilakukan pada sejumlah

individu dengan beta-thalassemia. Asalkan pemilihan donor didasarkan pada kriteria

20

Page 21: Referat Thallasemia Mc

ketat kompatibilitas HLA dan bahwa individu telah membatasi kelebihan zat besi,

hasilnya sebanding dengan yang diperoleh ketika donor adalah kompatibel. Namun,

karena terbatasnya jumlah orang yang terdaftar, studi lebih lanjut diperlukan untuk

mengkonfirmasi temuan-temuan awal. Jika BMT berhasil, kelebihan zat besi dapat

dikurangi dengan proses mengeluarkan darah berulang, sehingga menghilangkan

kebutuhan untuk khelasi besi. Kronis penyakit graft-versus-host (GVHD) variabel

keparahan dapat terjadi pada 5-8% dari individu.

Transplantasi darah tali pusat dari donor terkait menawarkan kemungkinan yang

besar untuk pengobatan yang sukses dan dikaitkan dengan risiko rendah GVHD. Bagi

pasangan yang telah memiliki anak dengan thalassemia dan yang melakukan diagnosis

prenatal pada kehamilan berikutnya, identifikasi pralahir HLA kompatibilitas antara anak

yang terkena dampak dan janin terpengaruh memungkinkan pengumpulan darah plasenta

saat melahirkan dan pilihan transplantasi darah tali pusat untuk menyembuhkan anak. Di

sisi lain, dalam kasus-kasus dengan janin yang terkena dampak dan anak normal

sebelumnya, pasangan dapat memutuskan untuk melanjutkan kehamilan dan mengejar

BMT kemudian, dengan menggunakan anak normal sebagai donor.

Thalassemia Intermedia

Terapi pada pasien dengan thalassemia intermedia bersifat simptomatik, seperti

hipersplenisme yang dapat memperburuk anemia, gangguan pertumbuhan dan gangguan

mekanik akibat pembesaran limpa sehingga splenektomi merupakan upaya yang relevant

dalam splenektomi. Pada pasein yang sudah dilakukan splenektomi mempunyai resiko

terinfeksi bakteri yang berkapsul seperti ( Streptococcus pneumoniae, Haemophilus

influenza, dan Neisseria meningitidis) dan peningakatan resiko terjadinya tromboemboli.

Pada pasien thalassemia intermedia dapat terjadi kelebihan zat besi akibat dari

peningkatan absrobsi zat besi melalui saluran cerna dan transfusi yang dilakukan,

umumnya terapi kelasi dimulai apabila kadar serum ferritin melebihi 300ng/ml.

Suplementasi asam folat 2 x 1 mg/ hari diberikan pada pasien thalasemia untuk

mencegah terjadinya defisiensi akibat hiperaktifnya sumsum tulang.

21

Page 22: Referat Thallasemia Mc

10. PENCEGAHAN

Pencegahan beta thalassemia didasarkan daripada identifikasi karier melalui

konseling genetik dan diagnosis prenatal. Genetik konseling memberikan informasi

kepada individu ataupun pada pasangan yang sudah menikah mengenai cara thalassemia

diturunkan, resiko genetik pada anak yang dilahirkan serta menjelaskan tentang penyakit

thalasemia dan terapi yang sudah ada dan terapi yang sedang dalam penelitian.

Diagnosis prenatal pada ibu yang hamil dapat dilakukan dengan cara mengambil

ekstrak DNA dari sel fetal yang didapatkan secara amniosintesis umumnya dilakukan

pada kehamilan usia 15-18 minggu atau melalui pengambilan sampel melalui villi

korionik pada minggu ke 11 kehamilan.

22

Page 23: Referat Thallasemia Mc

BAB III

KESIMPULAN

Istilah umum α thalassemia meliputi semua kondisi tersebut di mana ada defisit dalam

produksi rantai globin α hemoglobin (Hb) yang merupakan molekul tetrameric termasuk dua α

dan dua rantai globin β (α2β2)

β-thalassemia sindrom adalah sekumpulan penyakit darah herediter yang

dikarakteristikkan dengan penurunan atau absennya produksi rantai globin β, sehingga

menyebabkan menurunnya hemoglobin pada sel darah merah, menurunnya produksi sel darah

merah dan anemia.

Gejala klinis biasa berupa tanda-tanda anemia seperti pucat, lemah letih, lesu dan tidak

aktif beraktifitas atau sesak nafas kurang konsentrasi, sering pula disertai dengan kesulitan

makan, gagal tumbuh, infeksi berulang dan perubahan tulang. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan facies Cooley, conjungtiva anemis, bentuk tulang yang abnormal, pembesaran lien

dan atau hepar.

Terapi thalassemia antara lain adalah terapi transfusi, terapi pengikat besi(khelasi),

splenektomi, dan transplantasi sumsum tulang. Masing-masing terapi memiliki kriteria dan efek

samping tertentu sehingga diperlukan pertimbangan secara seksama. Konseling mengenai

thalassemia sangat diperlukan untuk skrining dan pemahaman terhadap penderita.

23

Page 24: Referat Thallasemia Mc

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Manzon VS. The Anaemia Coming From The Sea. Available at:

http://eaa.elte.hu/Manzon.pdf. Accessed on 25th July 2013

2. Galanello R, Origa R. Beta-thalassemia. Orphanet Journal of Rare Diseases 2010, 5:11

3. Harteveld CL, Higgs DR. α-Thalassemia. Orphanet Journal of Rare Diseases 2010; 5:13 

4. Rund D, Rachmilewitz E. β-Thalassemia. N Engl J Med 2005; 353:1135-1146

5. Takeshita K. Beta Thalassemia. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/206490-overview#awaab6b2b2aa. Accessed on

25 th July 2013.

6. Licthman MA, Beutler E, Selighson U, Kaushansky K, Kipps TO. Williams Hematology.

7th Ed. New York: Mc GrawHill Medical; 2010. p. 900-10

7. Hay WW, Levin MJ. Hematologic Disorders Current Diagnosis and Treatment in

Pediatrics. 18th Ed. New York: McGraw Hill Publishing Division; 2007.p. 841-5

8. Yaish HM. Thalassemia: Differential Diagnose & Work Up. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/958850-diagnosis. Accessed on 25th July 2013

24