referat tanda kematian

40
BAB I PENDAHULUAN Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari segala macam aspek yang berkaitan dengan mati meliputi pengertian (definisi), cara-cara melakukan diagnosis, perubahan-perubahan yang terjadi sesudah mati serta kegunaannya. 1 Dalam ilmu tanatologi akan dipelajari mengenai penentuan kematian, perubahan-perubahan sesudah mati, saat kematian, dan kegunaan tanatologi. Penentuan kematian dilakukan berdasarkan konsep mati otak dan mati batang otak, yang ditandai dengan tidak berespon terhadap semua rangsangan, tidak sadarnya pasien, hilangnya refleks pupil, hilangnya refleks kornea, tidak ada refleks menelan, tidak ada refleks vestibulokoklearis dan tidak adanya pernafasan spontan. 1 Ada beberapa perubahan yang terjadi pada saat manusia mengalami kematian, yaitu perubahan pada kulit muka, relaksasi otot, perubahan pada mata, penurunan suhu tubuh, lebam jenazah, dan kaku jenazah. Perubahan yang terjadi pada muka yaitu berubahnya warna wajah menjadi lebih pucat, akan tetapi pada jenazah yang mengalami kematian karena keracunan gas CO (karbon

Upload: lochnez

Post on 29-Oct-2015

114 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Tanda Kematian

BAB I

PENDAHULUAN

Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari segala macam aspek yang

berkaitan dengan mati meliputi pengertian (definisi), cara-cara melakukan

diagnosis, perubahan-perubahan yang terjadi sesudah mati serta kegunaannya.1

Dalam ilmu tanatologi akan dipelajari mengenai penentuan kematian,

perubahan-perubahan sesudah mati, saat kematian, dan kegunaan tanatologi.

Penentuan kematian dilakukan berdasarkan konsep mati otak dan mati batang

otak, yang ditandai dengan tidak berespon terhadap semua rangsangan, tidak

sadarnya pasien, hilangnya refleks pupil, hilangnya refleks kornea, tidak ada

refleks menelan, tidak ada refleks vestibulokoklearis dan tidak adanya pernafasan

spontan.1

Ada beberapa perubahan yang terjadi pada saat manusia mengalami

kematian, yaitu perubahan pada kulit muka, relaksasi otot, perubahan pada mata,

penurunan suhu tubuh, lebam jenazah, dan kaku jenazah. Perubahan yang terjadi

pada muka yaitu berubahnya warna wajah menjadi lebih pucat, akan tetapi pada

jenazah yang mengalami kematian karena keracunan gas CO (karbon

monooksida), perubahan warna kulit muka menjadi pucat terjadi lebih lambat.

Pada saat mati sampai beberapa saat sesudahnya, otot-otot polos akan mengalami

relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Pada orang yang sudah mati

pandangan matanya terlihat kosong, refleks cahaya dan reflek kornea menjadi

negatif. Vena-vena pada retina akan mengalami kerusakan dalam waktu 10 detik

sesudah mati. Jika sesudah kematiannya keadaan mata tetap terbuka maka lapisan

kornea yang paling luar akan mengalami kekeringan. Sesudah mati, metabolisme

yang menghasilkan panas akan terhenti sehingga suhu tubuh akan turun menuju

suhu udara atau medium sekitarnya. Penurunan ini disebabkan oleh adanya proses

radiasi, konduksi, dan pancaran panas.1

Untuk menentukan saat kematian dapat dilihat dari perubahan pada mata,

lambung, kuku, rambut, cairan serebrospinal, dan adanya reaksi supravital. Pada

Page 2: Referat Tanda Kematian

mata kita dapat melihat perubahan warna menjadi lebih keruh, pada lambung kita

bisa melihat waktu pengosongan lambung meski tidak memberikan banyak arti,

pada rambut kita dapat mengukur saat kematian dilihat dari pertambahan panjang

rambut, begitu pula yang dapat kita liat pada kuku. Pada cairan serebrospinal saat

kematian dapat dilihat dari kadar nitrogen yang menurun setelah 10 jam kematian,

sedangkan reaksi supravital yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis

yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup.1,2,3

Referat ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai thanatologi,

definisi kematian, perubahan yang terjadi setelah kematian dan faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan tersebut dan menerapkan tanatologi pada pemecahan

kasus.

Page 3: Referat Tanda Kematian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Tanatologi berasal dari dua buah kata, yaitu “thanatos” yang berarti mati

dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi arti sesungguhnya dari tanatologi adalah ilmu

yang mempelajari segala macam aspek yang berkaitan dengan mati; meliputi

pengertian (definisi), cara-cara melakukan diagnosis, perubahan-perubahan yang

terjadi sesudah mati serta kegunaannya.1,2

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis

(mati klinis), mati suri, mati seluler mati serebral, dan mati otak (mati batang

otak). 4

Mati somatis (mati klinis) akibat terhentinya fungsi ketiga sistem

penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem

pernafasan yang menetap atau irreversibel. 4

Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga

sistem kehidupan tersebut yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana.

Keadaan ini mirip dengan kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat

pada ketiga sistem ini bersifat sementara. Mati suri ini sering ditemukan pada

keadaan, misalnya keracunan obat tidur, terkena arus listrik dan tenggelam. 2,4

Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh

yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-

masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler

pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Seperti contoh susunan saraf pusat

mengalami mati seluler dalam waktu 4 menit, otot mengalami mati seluler dalam

waktu 4 jam, kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat

ditranfusikan sampi 6 pasca mati. 4

Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversibel

kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yakni sistem

kardiovaskuler dan pernafasan masih berfungsi dengan bantuan alat. 4

Page 4: Referat Tanda Kematian

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi

neuronal intrakranial yang irreversibel, termasuk batang otak dan serebelum. 3

Kematian adalah proses yang dapat dikenal secara klinis melalui tanda-

tanda kematian berupa perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan

tersebut dapat timbul dini saat meninggal atau eberapa menit kemudian. Setelah

beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas yang memungkinkan

diagnosis kematian lebih pasti.4

II. Tanda Kematian Tidak Pasti

II.1 Pengertian Tanda Kematian Tidak Pasti

Tanda kematian yang muncul dini pada saat meninggal atau beberapa

menit kemudian, antara lain:4

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inpeksi,

palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya nadi dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya,

karena mungkin terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak

kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otot-otot wajah

menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat

orang menjadi tampak lebih muda. Kelemasan otot sesaat setelah

kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran

daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah belikat dan bokong pada

mayat yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit

kemudian. Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan

kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit

yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air.

Page 5: Referat Tanda Kematian

II.2 Cara Memastikan Kematian1,4

Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa pada seseorang itu telah

meninggal dunia adalah terhentinya denyut jantung, terhentinya

pergerakan pernafasan, kulit tampa pucat, melemasnya otot-otot tubuh

serta terhentinya aktifitas otak.

Untuk dapat memastikan bahwa aktifitas otak telah berhenti secara

tepat dan cepat, yaitu bila dikaitkan dengan kepentingan transplantasi,

ialah dengan melakukan pemeriksaan Elektro Ensefalograf (EEG), dimana

akan terlihat mendatar selama 5 menit.

Untuk dapat memastikan bahwa terhentinya sistem sirkulasi, yaitu

denyut nadi berhenti pada palpasi, denyut jantung berhenti selama 5-10

menit pada auskultasi, EKG (elektrokardigrafi) mendatar, tidak ada tanda

sianotik pada ujung jari tangan setelah jari tangan korban kita ikat (tes

magnus), daerah sekitar penyuntikan icard subkutan tidak berwarna

kuning kehijauan (tes icard), warna kulit tangan yang disorot dengan

lampu akan berwarna kuning pucat (tes diafanus), dan tidak keluarnya

darah dengan pulsasi pada insisi arteri radialis.

Untuk dapat memastikan tidak berfungsinya sistem pernafasan, antara

lain tidak ada gerak nafas pada inspeksi dan palpasi, tidak ada bising nafas

pada auskultasi, tidak ada uap air pada cermin yang diletakkan di depan

lubang hidung atau mulut korban.

III. Tanda Pasti Kematian

III.1 Lebam Mayat (Livor Mortis)

Lebam mayat biasanya mulai tampak pada 20 – 30 menit post

mortem dimana makin lama intensitasnya akan bertambah dan menjadi

lengkap dan menetap setelah 8 – 12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat

yang ada masih hilat atau memucat bila dilakukan penekanan dan dapat

berpindah bila posisi mayat diubah. Lebam mayat yang belum menetap

atau masih dapat hilang saat dilakukan penekanan menunjukkan saat

kematian kurang dari 8 – 12 jam sebelum saat pemeriksaan. Bila

Page 6: Referat Tanda Kematian

penekanan atau perubahan posisi tubuh dilakukan setelah 6 jam pertama

kematian klinis, pemucatan yang terjadi dapat lebih cepat dan lebih

sempurna. Tetapi, walaupun setelah 24 jam kematian klinis, darah masih

tetap cukup cair sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan

membentuk lebam mayat di tempat terendah yang baru. Kadang dijumpai

bercak berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah.1,2

Lebam mayat terjadi akibat eritrosit yang menempati tempat

terbawah akibat adanya gaya gravitas bumi, mengisi vena dan venula,

membentuk bercak warna merah ungu (livide) pada bagian terbawah

tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Menetapnya

lebam mayat disebabkan oleh sel eritrosit tertumpuk dalam jumlah yang

cukup banyak dan sulit untuk berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot

dinding pembuluh darah dapat mempersulit perpindahan eritrosit tersebut.

Apabila mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap

dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat

akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada dan perut. 1,2

Lebam mayat digunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian,

mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjasdi lebam

mayat yang menetap, memperkirakan saat kematian. Selain itu lebam

mayat dapat digunakan untuk memperkirakan sebab kematian, sebagai

contoh lebam mayat akan berwarna merah terang pada keracunan CO atau

CN, berwarna kecoklatan pada keracunan aniline, nitrit, nitrat, sulfonal.

Pada kasus tenggelam atau pada kasus dimana suhu tubuh berada pada

suhu lingkungan yang rendah maka lebam mayat khususnya yang letaknya

dekat dengan lingkungan dengan suhu yang rendah akan berwarna merah

terang. 1,2

Mengingat pada lebam mayat, darah terdapat di dalam pembuluh

darah maka keadaan ini digunakan untuk membedakan resapan darah

akibat trauma (ekstravasasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan

dan kemudian disiram dengan air, maka warna merah darah akan hilang

Page 7: Referat Tanda Kematian

atau pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak

menghilang. 1,2

Tabel 1. Perbedaan Lebam Mayat dengan Memar

Sifat Lebam Mayat Memar

Letak Epidermal (karena

pelebaran pembuluh

darah yang tampak

sampai ke permukaan

kulit

Subepidermal (karena rupture

pembuluh darah yang letaknya

superficial atau lebih dalam)

Kultikula

(kulit ari)

Tidak rusak Rusak

Lokasi Terdapat pada daerah

yang luas, terutama

luka pada bagian tubuh

yang letaknya lebih

rendah

Dapat tampak dimana saja pada

bagian tubuh dan tidak meluas

Gambaran Tidak terdapat evalasi

dari kulit

Biasanya bengkak akibat

resapan darah dan edema

Pinggiran Jelas Tidak jelas

Warna Warnanya sama Memar yang lama memiliki

warna yang bervariasi,

sedangkan memar yang baru

berwarna lebih tegas daripada

warna lebam mayat

disekitarnya.

Pada

pemotongan

Darah tampak di dalam

pembuluh darah dan

mudah dibersihkan.

Jaringan subkutan

tampak pucat.

Menunjukkan adanya resapan

darah ke jaringan sekitar, susah

dibersihkan jika hanya dengan

air mengalir, jaringan subkutan

berwarna merah kehitaman

Dampak Akan hilang walaupun Warnanya berubah sedikit saja

Page 8: Referat Tanda Kematian

setalah

penekanan

hanya diberi

penekanan yang ringan

bila diberikan penekanan

Gambar 1. Lebam Mayat

Gambar 2. Memar

III.2 Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot

yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot,

yang terjadi setelah periode pelemasan/ relaksasi primer; hal mana

disebabkan oleh karena terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang

terdapat dalam serabut-serabut otot.

Page 9: Referat Tanda Kematian

Gambar 3. Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Gambar 4. Rigor Mortis yang ditemukan pada mayat setelah 2 hari

kematian.

1. Cadaveric spasme

Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu

keadaan dimana terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-

kadang pada seluruh otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan

tanpa melalui relaksasi primer.1

2. Heat Stiffening

Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu

tinggi, misalnya pada kasus kebakaran.1

3. Cold Stiffening

Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu

rendah, dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau

bila suhu keliling sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh

terutama yang terdapat sendi-sendi akan membeku. 1

Page 10: Referat Tanda Kematian

Gambar 5. Heat Stiffenig.

III.3 Penurunan Suhu Tubuh (Algor Mortis)

Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya

produksi panas dan terjadinya pengeluaran panas secara terus-menerus.

Pengeluaran panas tersebut disebabkan perbedaan suhu antara mayat

dengan lingkungannya. Algor mortis merupakan salah satu perubahan

yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut

post mortem.

Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat

dengan bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih

adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat dan perbedaan koefisien

hantar sehingga butuh waktu mencapai tangga suhu.

Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya

penurunan suhu tubuh mayat, yaitu :

1. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.

2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama

penurunan suhu tubuhnya.

3. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

4. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

5. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat

penurunan suhu tubuh mayat.

6. Aktivitas sebelum meninggal.

7. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu

tubuh tinggi.

Page 11: Referat Tanda Kematian

8. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.

9. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang

terpapar.

Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut,

antara lain :

1. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu

tubuh mayat.

2. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.

3. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.

4. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.

5. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem.

6. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari

suhu, aliran, dan keadaan airnya.

7. Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak mati yaitu

98,6 ° F−suhurektal1,5

III.4 Pembusukan (Decomposition, Putrefaction)

Pembusukan adalah proses degradasi jaringan pada tubuh mayat

yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan aktivitas mikroorganisme.

Maio mengatakan autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang

terjadi dalam keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh

enzim-enzim intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan enzim-

enzim akan mengalami proses autilisis lebih cepat daripada organ-organ

yang tidak memiliki enzim, dengan demikian pankreas akan mengalami

autolisis lebih cepat dari pada jantung.5

Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh

karena itu pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan

proses autolisis ini tetap terjadi. Atmaja, Dahlan dan Marshall mengatakan

proses auotolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang

dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena adalah nukleoprotein yang

Page 12: Referat Tanda Kematian

terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian dinding

sel akan mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi

lunak dan mencair.6

Pada mayat yang dibekukan pelepasan enzim akan terhambat oleh

pengaruh suhu yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat

demikian juga pada suhu tinggi enzim-enzim yang terdapat pada sel akan

mengalami kerusakan sehingga proses ini akan terhambat pula. Coe and

Currant mengatakan pembusukan adalah proses penghancuran jaringan

pada tubuh yang disebabkan terutama oleh bakteri anaerob yang berasal

dari traktus gastrointestinal. Dimana basil Coliformis dan Clostridium

Welchii merupakan penyebab utamanya, sedangkan bakteri yang lain

seperti Streptococcus, Staphylococcus, B.Proteus,jamur dan enzim-enzim

seluler juga memberikan kontribusinya sebagai organisme penghancur

jaringan pada fase akhir dari pembusukan.5,6,7

Setelah seseorang meninggal, maka semua sistem pertahanan tubuh

akan hilang,bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan

segera masuk ke jaringan tubuh melalui pembuluh darah, dimana darah

merupakan media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak.

Bakteri ini menyebabkan hemolisa, pencairan bekuan darah yang terjadi

sebelum dan sesudah mati, pencairan trombus atau emboli, perusakan

jaringan-jaringan dan pembentukan gas pembusukan. Bakteri yang sering

menyebabkan destruktif ini sebagian besar berasal dari usus dan yang

paling utama adalah Cl. Welchii. Bakteri ini berkembang biak dengan

cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang menyebabkan

perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi antara

H2S (gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi

Sulf-Meth-Hb.5,6,7,8

Page 13: Referat Tanda Kematian

Bagan 1. Proses Pembusukan

Tanda pertama pembusukan baru dapat dilihat kira-kira 24 jam - 48

jam pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian

bawah, lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana  isinya  lebih cair,

menngandung lebih banyak  bakteri dan letaknya yang  lebih superfisial.

Perubahan warna ini secara bertahap akan meluas keseluruh dinding

abdomen sampai ke dada dan bau busuk pun mulai tercium. Perubahan

warna ini juga dapat dilihat pada permukaan organ dalam seperti hepar,

dimana hepar merupakan organ yang langsung kontak dengan kolon

transversum. Bakteri ini kemudian masuk kedalam pembuluh darah dan

berkembang biak didalamnya yang menyebabkan hemolisa yang

kemudian mewarnai dinding pembuluh darah dan jaringan sekitarnya.

Bakteri ini memproduksi gas-gas pembusukan yang mengisi pembuluh

darah yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah superfisial tanpa

Page 14: Referat Tanda Kematian

merusak dinding pembuluh darahnya sehingga pembuluh darah beserta

cabang-cabangnya tampak lebih jelas seperti pohon gundul (arborescent

pattern atau arborescent mark) yang sering disebut marbling. Selain

bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru bakteri-

bakteri ini cenderung berkumpul dalam sistem vena, maka gambaran

marbling ini jelas terlihat pada bahu,dada bagian atas, abdomen bagian

bawah dan paha.8,9

Bila Cl.Welchii mulai tumbuh pada satu organ parenkim, maka

sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami desintegrasi dan nukleusnya

akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel

menjadi lepas sehingga jaringan kehilangan strukturnya. Secara

mikroskopis bakteri dapat dilihat menggumpal pada rongga-rongga

jaringan dimana bakteri tersebut banyak memproduksi gelembung gas.

Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat cepat membesar

menyerupai honey combed appearance. Lesi ini dapat dilihat pertama kali

pada hati. Kemudian permukaan lapisan atas epidermis dapat dengan

mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada  dibawahnya dan ini disebut

‘skin slippage’. Skin slippage ini menyebabkan identifikasi melalui sidik

jari sulit dilakukan. Pembentukan gas yang terjadi antara epidermis dan

dermis mengakibatkan timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang

dapat berisi cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini

kadang-kadang tidak mengisi secara penuh di dalam bula. Bula dapat

menjadi sedemikian besarnya menyerupai pendulum yang berukuran 5 -

7.5cm dan bila pecah meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat dan

berwarna kemerahan, ini disebabkan oleh karena pecahnya sel-sel lemak

subkutan sehingga cairan lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena

tekanan gas pembusukan dari dalam. Selain itu epitel kulit, kuku, rambut

kepala, aksila dan pubis mudah dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya

desintegrasi pada akar rambut.5,6,7,8,9

Page 15: Referat Tanda Kematian

Selama terjadi pembentukan gas-gas pembusukan, gelembung-

gelembung udara mengisi hampir seluruh jaringan subkutan. Gas yang

terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan menyebabkan terabanya

krepitasi udara. Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh yang

menyeluruh, dan tubuh berada dalam sikap pugilistic attitude.

Scrotum dan penis dapat membesar dan membengkak, leher dan

muka dapat menggembung, bibir menonjol seperti “frog-like-fashion”,

Kedua bola mata keluar, lidah terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan

mayat sulit dikenali kembali oleh keluarganya. Pembengkakan yang

terjadi pada seluruh tubuh mengakibatkan berat badan mayat yang tadinya

57-63 kg sebelum mati menjadi 95-114 kg sesudah mati.9

Tekanan yang meningkat didalam rongga dada oleh karena gas

pembusukan yang terjadi didalam cavum abdominal menyebabkan

pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trachea dan

bronchus terdorong keluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar

melalui mulut dan hidung. Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam

rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak dan biasanya cairan

pembusukan ini tidak lebih dari 200 cc. Pengeluaran urine dan feses dapat

terjadi oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat. Pada wanita

uterus dapat menjadi prolaps. Pada anak-anak adanya gas pembusukan

dalam tengkorak dan otak menyebabkan sutura-sutura kepala menjadi

mudah terlepas.10

Organ-organ dalam mempunyai kecepatan pembusukan yang

berbeda-beda dalam. Jaringan intestinal, medula adrenal dan pancreas

akan mengalami autolisis dalam beberapa jam setelah kematian. Organ-

organ dalam lain seperti hati, ginjal dan limpa merupakan organ yang

cepat mengalami pembusukan.  Perubahan warna pada dinding lambung

terutama di fundus dapat dilihat dalam 24 jam pertama setelah kematian.

Difusi cairan dari kandung empedu kejaringan sekitarnya menyebabkan

perubahan warna pada jaringan sekitarnya menjadi coklat kehijauan. Pada

hati dapat dilihat gambaran honey combs appearance, limpa menjadi

Page 16: Referat Tanda Kematian

sangat lunak dan mudah robek, dan otak menjadi lunak. Organ dalam

seperti paru, otot polos, otot lurik dan jantung mempunyai kecendrungan

untuk lambat mengalami pembusukan. Sedangkan uterus non gravid,  dan

prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap pembusukan karena

strukturnya yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan

fibrousa. Organ-organ ini cukup mudah dikenali walaupun organ-organ

lain sudah mengalami pembusukan lanjut. Ini sangat membantu dalam

penentuan identifikasi jenis kelamin. Yang menarik pada pembusukan

lanjut dari organ dalam ini adalah pembentukan granula-granula milliary

atau ‘ milliary plaques’ yang berukuran kecil dengan diameter 1-3 mm

yang terdapat pada permukaan serosa yang terletak pada endotelial dari

tubuh seperti pleura, peritoneum, pericardium dan endocardium. ‘Milliary

plaques’ ini pertama kali ditemukan oleh Gonzales yang secara

mikroskopis berisi kalsium pospat, kalsium karbonat, sel-sel endotelial,

massa seperti sabun dan bakteri, yang secara medikolegal sering

dikacaukan dengan proses peradangan atau keracunan.1

Pada orang yang obese, lemak-lemak tubuh terutama perirenal,

omentum dan mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yang

transluscent yang mengisi rongga badan diantara organ yang dapat

menyebabkan autopsi lebih sulit dilakukan dan juga tidak menyenangkan.1

Disamping bakteri pembusukan insekta juga memegang peranan

penting dalam proses pembusukan sesudah mati. Beberapa jam setelah

kematian lalat akan hinggap di badan dan meletakkan telur-telurnya pada

lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Biasanya jarang pada

daerah genitoanal. Bila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering

meletakkan telur-telurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau

larva lalat didaerah genitoanal ini maka dapat dicurigai adanya kekerasan

seksual sebelum kematian. Telur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva

dalam waktu 24 jam. Larva ini mengeluarkan enzim proteolitik yang dapat

mempercepat penghancuran jaringan pada tubuh. Insekta tidak hanya

penting dalam proses pembusukan tetapi meraka juga memberi informasi

Page 17: Referat Tanda Kematian

penting yang berhubungan dengan kematian. Insekta dapat dipergunakan

untuk memperkirakan saat kematian, memberi petunjuk bahwa tubuh

mayat telah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, memberi tanda

pada badan bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat dipergunakan

dalam pemeriksaan toksikologi bila    jaringan untuk specimen standart

juga sudah mengalami pembusukan.8,9,10

Hasil akhir dari proses pembusukan ini adalah destruksi jaringan

pada tubuh mayat. Dimana proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor

yaitu, Aktifitas pembusukan sangat optimal pada temperatur berkisar

antara 70°-100°F (21,1-37,8°C) aktifitas ini dihambat bila suhu berada

dibawah 50°F(10°C) atau pada suhu diatas 100°F (lebih dari 37,8°C). Bila

mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka proses pembusukan

akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat diletakkan pada suhu

dingin maka proses pembusukan akan berlangsung lebih lambat.Pada

mayat yang gemuk proses pembusukan berlangsung lebih cepat dari pada

mayat yang kurus oleh karena kelebihan lemak akan menghambat

hilangnya panas tubuh dan kelebihan darah merupakan media yang baik

untuk perkembangbiakkan organisme pembusukan. Pada bayi yang baru

lahir hilangnya panas tubuh yang cepat menghambat pertumbuhan bakteri

disamping pada tubuh bayi yang baru lahir memang terdapat sedikit

bakteri sehingga proses pembusukan berlangsung lebih lambat. Proses

pembusukan juga dapat dipercepat dengan adanya septikemia yang terjadi

sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan infeksi

paru. Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit masih terasa

hangat. Media di mana mayat berada juga memegang peranan penting

dalam  kecepatan pembusukan mayat. Kecepatan pembusukan ini di

gambarkan dalam rumus klasik Casper dengan perbandingan tanah : air :

udara = 1 : 2 : 8 artinya mayat yang dikubur di tanah umumnya membusuk

8 x lebih lama dari pada mayat yang terdapat di udara terbuka. Ini

disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah terutama bila

dikubur ditempat yang dalam, terlindung dari predators seperti binatang

Page 18: Referat Tanda Kematian

dan insekta, dan rendahnya oksigen menghambat berkembang biaknya

organisme aerobik. Bila mayat dikubur didalam pasir dengan kelembaban

yang kurang dan iklim yang panas maka jaringan tubuh mayat akan  

menjadi kering sebelum terjadi pembusukan. Penyimpangan dari proses

pembusukan ini disebut mumifikasi.5,6,7,8

Pada mayat yang tenggelam di dalam air pengaruh gravitasi tidaklah

lebih besar dibandingkan dengan daya tahan air akibatnya walaupun mayat

tenggelam diperlukan daya apung untuk mengapungkan tubuh di dalam

air, sehingga mayat berada dalam posisi karakteristik yaitu kepala dan

kedua anggota gerak berada di bawah sedangkan badab cenderung berada

di atas akibatnya lebam mayat lebih banyak terdapat di daerah kepala

sehingga kepala menjadi lebih busuk dibandingkan dengan anggota badan

yang lain. Pada mayat yang tenggelam di dalam air proses pembusukan

umumnya  berlangsung lebih lambat dari pada yang di udara terbuka.

Pembusukan di dalam air terutama dipengaruhi oleh temperatur air,

kandungan bakteri di dalam air. Kadar garam di dalamnya dan binatang air

sebagai predator.5,6,7,8,9

Degradasi dari sisa-sisa tulang yang dikubur juga cukup bervariasi.

Penghancuran tulang terjadi oleh karena demineralisasi, perusakan oleh

akar tumbuhan. Derajat keasaman yang terdapat pada tanah juga

berpengaruh terhadap kecepatan penghancuran tulang. Sisa-sisa tulang

yangn dikubur pada tanah yang mempunyai derajat keasaman yang tinggi

lebih cepat terjadi penghancuran daripada tulang yang di kubur di tanah

yang bersifat basa.1

III.5 Adiposera

Adiposera merupakan terbentuknya bahan berwarna keputihan, lunak

atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh

pasca mati. Dulu disebut sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih

disukai karena menunjukan sifat-sifat diantara lemak dan lilin.4

Page 19: Referat Tanda Kematian

Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh yang

terbentuk oleh hidrolisis lemak dan mengalami hidrogenasi sehingga

terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa

otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi dan kristal-kristal

sferis dengan gambaran radial. Adiposera terapung di air, bila dipanaskan

mencair dan terbakar dengan nyala kuning, larut dalam alkohol panas dan

eter.4,5

Adiposera dapat terbentuk disembarang lemak tubuh, bahkan dalam

hati, tetapi lemak superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya

perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat dipipi, payudara atau bokong,

bagian tubuh atau ekstrimitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah

menjadi adiposera.4,5

Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat

bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkiraan

sebab kematian masih dimungkinkan. Faktor-faktor yang mempermudah

terbentuknya adiposera adalah kelembapan dan lemak tubuh yang cukup,

sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir yang membuang

elektrolit. Udara yang dingin menghambat pembentukan, sedangkan suhu

yang hangat akan mempercepat pembenukannya.4

Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat

keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah. Lemak segar hanya

mengandung kira-kira 0,5% asam lemak bebas, tetapi dalam waktu 4

minggu pasca mati dapat naik menjadi 20% dan setelah 12 minggu

menjadi 70% atau lebih. Pada saat ini adiposera menjadi lebih jelas secara

makroskopik sehingga bahan berwarna putih kelabu yang menggantikan

atau menginfiltrasi bagian-bagian lunak tubuh. Pada stadium awal

pembentukannya sebelum makroskopik jelas, adiposera paling baik

dideteksi dengan analisis asam palmitat.4

Page 20: Referat Tanda Kematian

III.6 Mumifikasi

Mumifikasi merupakan suatu proses penguapan cairan atau dehidrasi

jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang

dapat menghentikan proses pembusukan. Jaringan tubuh manusia berubah

menjadi keras dan kering dengan warna gelap, berkeriput serta tidak

terjadi lagi pembusukan. Hal ini terjadi karena kuman tidak dapat

berkembang pada lingkungan yang kering. Pengeringan akan

mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam tubuh sehingga tubuh akan

menjadi lebih kecil dan ringan. Proses mumifikasi terjadi apabila suhu

hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi

dan terjadi pada waktu yang lama (12–14 minggu dan dapat mencapai

beberapa bulan). Namun proses mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca

yang normal.1,2

Gambar 3. Mumifikasi

IV. Perkiraan Saat Kematian

Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain

dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati:

1. Perubahan pada mata.

Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sclera di kiri kanan

kornea akan bewarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga

dengan dasar di tepi kornea (taches noires sclerotiques). Kekeruhan terjadi

lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada lapis luar dapat dihilangkan

dengan meneteskan air, tetapi kekeruhan yang terjadi pada lapisan paling

Page 21: Referat Tanda Kematian

dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang

menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati.

Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea

menjadi keruh kira kira 10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam

pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas.

Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan

distorsi pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara

diameter pupil dengan lamanya mati. Perubahan pada retina dapat

menunjukan saat kematian hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30 menit

pasca mati tampak kekeruhan macula dan mulai memucatnya diskus

optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, macula lebih pucat dan

tepinya tidak tajam lagi.

Selama 2 jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar

diskus menjadi kuning. Warna kuning juga tampak di sekitar macula yang

menjadi lebih gelap. Pada saat itu pola vascular koroid yang tampak

sebagai bercak bercak dengan latar belakang merah dengan pola

segmentasi yang jelas, tetapi pada kira kira 3 jam pasca mati menjadi

kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat.

Pada kira kira 6 jam pasca mati, batas discus kabur dan hanya

pembuluh-pembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat

dengan latarbelakang kuning kelabu.

Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapat tepi retina dan

batas diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati, discus hanya

dapat dikenal dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh

darah yang tersisa. Pada 15 jam oasca mati tidak ditemukan lagi gambaran

pembuluh darah retina dan discus, hanya macula saja yang tampak

berwarna coklat gelap.

2. Perubahan dalam lambung.

Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak

dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan

terkahir dan saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin

Page 22: Referat Tanda Kematian

membantu dalam membuat keputusan. Ditemukannya makanan tertentu

(pisang, kulit tomat, biji-bijian) dalam isi lambung dapat digunakn untuk

menyimpulkan bahwa korban sebelum meninggal telah makan makanan

tersebut.

3. Perubahan rambut.

Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4

mm perhari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk

memperkirakan saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria

yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau jenggotnya dan

diketahui saat terakhir ia mencukur.

4. Pertumbuhan kuku.

Sejalan dengan hal rambut tersebut diatas, pertumbuhan kuku yang

diperkirakan sekitar 0,1 mm perhari dapat digunakan untuk

memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat terakhir yang

bersangkutan memotong kuku.

5. Perubahan dalam cairan serebrospinal.

Kadar nitrogen asam amino <14 mg% menunjukkan kematian

belum lewat 10 jam, kadar nitrogen nonprotein <80 mg% menunjukkan

kematian belum 24 jam, kadar kreatinin < 5mg% dan 10 mg%

masing0masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30

jam.

6. Perubahan cairan vitreus.

Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup

akurat untuk memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam

pasca mati.

7. Kadar semua komponen darah.

Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga

analisis darah pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat

tersebut semasa hidupnya. Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktifitas

enzim dan bakteri, serta gangguan permeabilitas dari sel yang telah mati.

Page 23: Referat Tanda Kematian

Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat

menimbulkan perubahan dalam darah bahkan sebelum kematian itu terjadi.

Hingga saat ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang dapat

digunakan untuk memperkirakan saat mati dengan lebih tepat.

8. Reaksi supravital.

Yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih

sama dengan reaksi jaringan tubuh pada seorang yang hidup

Beberapa uji dapat dilakukan pada mayat yang masih segar,

misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraki otot mayat

hingga 90-120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar

keringat sampai 60-90 menit pasca mati, sedangkan trauma masih dapat

menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati.

Page 24: Referat Tanda Kematian

BAB III

KESIMPULAN

Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari kematian, perubahan-perubahan

yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi. Dalam tanatologi,

dikenal istilah mati somatis, mati suri, mati seluler, mati serebral, mati otak.

Kematian merupakan proses klinis yang dapat diketahui dari tanda-tanda kematian

berupa perubahan tubuh setelah kematian.

Tanda kematian dapat berupa perubahan tubuh yang timbul dini atau

beberapa menit setelah kematian yang disebut tanda kematian tidak pasti yakni

pernafasan dan sirkulasi berhenti, kulit berubah pucat, tonus otot menghilang dan

relaksasi, pembuluh darah retina mengalami segmentasi, kekeruhan kornea.

Berikutnya setelah beberapa waktu akan timbul perubahan pasca mati yang jelas

sehingga memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti yang disebut tanda pasti

kematian. Cara memastikan kematian dinilai dari ketiga sistem kehidupan yaitu

memastikan aktifitas otak telah berhenti dapat menggunakan EEG yang mendatar

selam 5 menit, memastikan sistem sirkulasi berhenti dari palpasi dan aukultasi

denyut jantung selam 5-10 menit, EKG mendatar, tes magnus berwarna pucat, tes

icard tidak berwarna kuning kehijauan, tes diafanus berwarna kuning pucat,

memastikan sistem pernafasan berhenti dengan inspeksi dan palpasi tidak ada

pergerakan pernafasan, auskultasi tidak ada bunyi nafas, aliran uap air dari lubang

hidung ataupun mulut juga tidak ada.

Tanda pasti kematian antara lain pertama lebam mayat (livor mortis)

berupa lebam merah keunguan yang terletak di bagian bawah tubuh akibat

penumpukan eritrosit oleh gaya gravitasi yang mulai terjadi 20-30 menit post

mortem dan meluas serta menetap dalam 8-12 jam post mortem. Kedua kaku

mayat (rigor mortis) berupa kekakuan otot yang terjadi pada sebagian atau seluruh

otot tubuh akibat serabut otot aktin dan miosin menggumpal dan kaku oleh karena

cadangan glikogen otot dan ATP habis setelah kematian dapat berupa cadaveric

spasm, heat stiffening, cold stiffening. Ketiga penurunan suhu tubuh (algor

Page 25: Referat Tanda Kematian

mortis) berupa penurunan suhu tubuh mayat sama dengan suhu lingkungan

dipengaruhi beberapa faktor yakni suhu tubuh mayat saat meninggal, suhu

lingkungan, posisi meninggal, pakaian yang dipakai, aktivitas fisik sebelum

meninggal. Keempat pembusukan (decomposition) berupa proses degradasi

jaringan pada tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis dan

aktivitas mikroorganisme yang mulai 24-48 jam post mortem dibagian perut

kanan bawah kemudia meluas keseluruh tubuh. Kelima adiposera, terbentuknya

bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di

dalam jaringan lunak tubuh pasca mati yang dapat menghambat pembusukan

terutama pada tempat yang memiliki jaringan lemak superfisial terlebih dahulu

seperti pipi, payudara, bokong, serta bagian tubuh lain atau ekstremitas. Keenam

mumifikasi, suatu proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup

cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang dapat menghentikan proses

pembusukan dipengaruhi oleh suhu, aliran udara dan kelembaban lingkungan

sehingga jaringan tubuh manusia berubah menjadi gelap, keras dan kering. Tanda

pasti kematian ini bermanfaat untuk memperkirakan waktu kematian serta sebab

dan cara kematian.

Selain dari tanda pasti kematian, waktu kematian dapat diperkirakan

dengan perubahan-perubahan tubuh lain seperti perubahan pada mata dan vitreus,

perubahan rambut dan kuku, perubahan pada lambung, cairan serebrospinal serta

darah.

Page 26: Referat Tanda Kematian

DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta:

Binarupa Aksara, 1997; p.131-168.

2. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory

Handbooks, Practice and Resource. 2006.

3. Abdussalam. Forensik. Jakarta: Restu Agung, 2006; p. 41-43.

4. Bagian Kedokteran Forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Fakultas

Kedokteran Uniersitas Indonesia.

5. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro; 2000.

6. Simpson K. Modern trends in forensic medicine 2. London: London

Butterworths; 2003.

7. Murray RK, Daryl KG, Peter AM, Victor WR. Biokimia harper. Trans.

Andry H (editor).25th ed.Jakarta: EGC; 2003.

8. Tomita Y, Nihira M, Ohno Y, Sato S. Ultrastuctural changes during in

situ early postmortem autolysis in kidney, pancreas, liver, heart and

skeletal musle of rats. Legal Medicine (Tokyo), 2004; 6.

9. Anonim. The laboratory rat. [Available at

URL.http://www.Issu.edu/faculty/jroese/Animalcare/rat/blood.htm,

diakses pada tanggal 20 Juni 2013].

10. Pryce DM, CF Ross. Ross’s post-mortem appearences. 6 th ed.

London:Oxford University Press; 1963.