referat selulitis ka citra.2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Erisipelas adalah bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe,
disebabkan oleh Streptococcus beta hemoliticus grup A. Selulitis adalah peradangan akut
jaringan subkutis dapat disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus, Staphylococcus
aureus dan pada anak oleh Haemophilus influenzae. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, gambaran klinis. Penanganannya perlu memperhatikan faktor
predisposisi dan komplikasi yang ada. Antibiotika yang tepat baik jenis, dosis, lama serta cara
pemberian perlu diperhatikan.
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptococcus beta hemoliticus dan
Staphylococcus aureus. Pada anak usia di bawah 2 tahun dapat disebabkan oleh Haemophilus
influenzae; keadaan anak tampak sakit berat, sering disertai gangguan pernapasan bagian
atas, dapat pula diikuti bakteremi dan septikemi. Selulitis yang mengalami supurasi disebut
flegmon, Sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai pembuluh limfe yang
disebabkan oleh Streptococcus beta hemoliticus grup A disebut erisipelas. Tidak ada
perbedaan yang bersifat absolut antara selulitis dan erisipelas yang disebabkan oleh
Streptococcus(1).
Dalam makalah ini akan dibicarakan faktor predisposisi, gambaran klinis, diagnosis,
diagnosis banding, komplikasi, pengobatan, pencegahan erisipelas dan selulitis.
1
BAB II
SELULITIS
DEFINISI
Selulitis adalah suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah
kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah bening dan
aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh tubuh (2).
Adalah inflamasi sel pada kulit dan jaringan subkutan yang akut dan menyebar ke
samping dan ke bawah(3). Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri Staphylococcus,
Streptococcus, bakteri gram positif, namun tidak menutup kemungkinan bakteri gram
negative(4).
Selulitis menyebabkan kulit berwarna merah, hangat, terasa lembut, nyeri, eritematus,
dan bengkak(5).
Tidak ada daerah spesifik yang berhubungan dengan perkembangan selulitis, begitu
juga dengan ras dan usia(6). Namun untuk jenis selulitis wajah terjadi pada anak berusia
kurang dari 3 tahun(7),/ 6 bulan-3 tahun(6) / 3-24 bulan(8) dan orang dewasa berusia lebih dari
50 tahun(6). Sedangkan perianal selulitis dominan terjadi pada anak-anak(7).
ETIOLOGI
Selulitis bisa disebabkan oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda, yang paling sering
adalah Streptococcus. Staphylococcus juga bisa menyebabkan selulitis(2). Bakteri lain yang
menyebabkan selulitis antara lain bakteri bakteri batang gram negatif (Aeromonas
hydrophyla), Pneumococcus, Haemophilus influenzae tipe B(8).
Dalam keadaan normal, kulit memiliki berbagai jenis bakteri. Tetapi kulit yang utuh
merupakan penghalang yang efektif, yang mencegah masuk dan berkembangnya bakteri di
dalam tubuh. Jika kulit terluka, bakteri bisa masuk dan tumbuh di dalam tubuh, menyebabkan
infeksi dan peradangan(2). Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang
2
bercelah terutama celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka,
bekas sayatan pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy).(7)
Jaringan kulit yang terinfeksi menjadi merah, panas dan nyeri. Selulitis paling sering
menyerang wajah dan tungkai bagian bawah(2).
Beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan selulitis:
– Usia(5)
Semakin tua usia, keefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang
pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti
selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
– Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)(5,6).
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya
infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV.
Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga
mempermudah infeksi.
– Diabetes mellitus(5)
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem
immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah
pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan
masuk bagi bakteri penginfeksi.
– Cacar dan ruam saraf(5)
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
– Pembengkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema).(5)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
3
– Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki.(5)
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk
– Penggunaan steroid kronik(7)
Contoh: penggunaan corticosteroid.
– Gigitan
sengatan serangga, hewan, atau gigitan manusia(7)
– Penyalahgunaan obat dan alcohol(7)
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
– Malnutrisi(3)
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah
timbulnya penyakit ini(3)
MANIFESTASI KLINIK
Penampakan yang paling umum adalah bagian tubuh yang menderita selullitis
berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengkilap(6). Kulit yang terinfeksi pun dapat menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti
kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Karena infeksi dapat menyebar ke daerah yang
lebih luas, maka kelenjar getah bening di dekatnya bisa membengkak dan teraba lunak. (2).
Gejala tambahan yaitu demam, menggigil, malaise, nyeri otot, eritema, edema,
lymphangitis(9), peningkatan denyut jantung, sakit kepala, dan tekanan darah rendah(2).
Lesi pada awalnya muncul sebagai makula eritematus lalu meluas ke samping dan ke
bawah kulit dan pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)
atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah dan mengeluarkan sekret
seropurulen.(3)
Kelenjar getah bening di lipat paha membesar karena infeksi di tungkai, kelenjar
getah bening di ketiak membesar karena infeksi di lengan. Kadang-kadang gejala-gejala ini
4
timbul beberapa jam sebelum gejala lainnya muncul di kulit. Tetapi pada beberapa kasus
gejala-gejala ini sama sekali tidak ada.(2)
Kadang-kadang bisa timbul abses sebagai akibat dari selulitis. Meskipun jarang, bisa
terjadi komplikasi serius karena tanpa pengobatan yang efektif berupa penyebaran infeksi di
bawah kulit yang menyebabkan kematian jaringan (seperti pada gangren streptokokus dan
fasitis nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakteremia) ke bagian tubuh
lainnya. Jika selulitis kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah bening di
dekatnya bisa mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan jaringan yang bersifat
menetap(2).
Lokalisasi lesi erisipelas dan selulitis paling sering pada anggota gerak bawah/atas,
wajah, badan dan genitalia(1).
Gambar 1. Selulitis(6)
Selulitis periorbital (wajah) dapat disebabkan oleh adanya trauma di kelopak mata dan
etiologinya adalah streptokokus atau stafilokokus. Adapun orbital selulitis terjadi jika infeksi
berada di belakang orbital septum dan dapat berkembang menjadi sinusitis. Baik selulitis
periorbital maupun orbital dapat menyebabkan trombosis sinus kevernosus, pembentukan
abses (orbital, subperiosteal, serebral) atau meningitis(10).
5
Untuk selulitis wajah pada anak-anak yang disebabkan oleh H. influenzae, lesi
bersifat unilateral dan didahului oleh otitis media sisi ipsilateral. Penderita akan menunjukkan
gangguan sistemik, serta lesi yang bersifat keras dan berubah warna (merah muda atau
kebiruan). Lokasi predileksinya dapat di jaringan periorbital atau pipi(10)
Gejala pada selulitis memang mirip dengan erisipelas, karena selulitis merupakan
diagnosis banding dari erysipelas, yang membedakan adalah bahwa selulitis sudah
menyerang bagian jaringan subkutaneus dan cenderung semakin luas dan dalam, serta tepi
tidak meninggi. Sedangkan erisipelas menyerang bagian superfisial kulit(7).
Pemeriksaan:
Pemeriksaan Laboratorium
– Complete Blood Count (CBC), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri(9).
– BUN level(6)
– Creatinin level(6)
– Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi sudah meluas(9)
– kultur resistensi test dan membuat apusan Gram, diambil dari daerah luka abses atau
bula
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi
beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak tersasa sakit, tidak ada tanda
sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor
resiko(6).
Pemeriksaan Imaging(8)
6
– Pemeriksaan radiologi dan CT, diperlukan untuk menentukan ada tidaknya
osteomyelitis.
– Magnetic Resonance Imaging (MRI), Sangat membantu untuk mendiagnosa infeksi
selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan
infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
DIAGNOSIS BANDING
Gambaran tipikal dari infeksi kulit mencakup kemerahan jaringan lunak, rasa hangat
dan pembengkakan, namun ada beberapa gambaran yang berbeda pula. Sangat sulit untuk
membedakan infeksi hanya berdasarkan penilaian klinis saja(11).
Nyeri
TekanDemam
Cairan/eksudat,
Keropeng
Gejala
Sistemik
Peningkatan
Denyut
Jantung,
Penurunan
Tekanan
Darah
Lain-lain
Sellulitis+/- +/- +/- +/- -
Erisipelas+ +/- +/- + +/-
Batas tegas
Impetigo- +/- ++ - -
Dapat berupa
bulosa
(gelembung isi
cairan)
SSSS+ + ++ +/- +/-
Necrotising
fasciitis ++ + +/- ++ ++
Dapat disertai
dengan
penurunan
trombosit
7
Reaksi alergi
/
dermatitis
kontak
- +/- -
Gambar 2. Diagnosis Banding(11)
PENATALAKSANAAN
Karena selulitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri pengobatan
antibiotik diberikan untuk membasmi bakteri dan obat analgesik untuk mengurangi rasa
sakit.
Pengobatan antimikrobial antara lain:
– Beta-lactam antibiotik, aktivitasnya melawan S. Aureus(8)
– Ciproflocaxin (750 mg / 12 jam), aman dan efektif bagi berbagai variasi kulit dan
infeksi struktur kulit(8)
– Moxiflocaxin (400 mg / hari), efektif pada kulit yang tidak sukar dan infeksi jaringan
lunak(8)
– Cephalexin (500 mg 3 kali / hari), sama seperti Moxiflocaxin(8)
– Penisilin dosis tinggi (1,2-2,4 juta unit selama 14-21 hari)(3)
– Eritromisin (4 x 1 gram selama 14-21 hari)(3)
– Antibiotik berspektrum luas lainnya seperti golongan sefalosporin dan golongan
amoksisilin (4 kali sehari 250 mg selama 5-7 hari)(3)
Jika dengan pengobatan oral tanda dan gejala selulitis tidak juga menghilang,
meluas, atau menjadi demam tinggi, maka perlu perawatan rumah sakit secara intensif dan
pemberian antibiotik melalui intra vena (parenteral).
8
Obat-obat yang digunakan antara lain(8):
– Levoflocaxin dosis tinggi (750 mg sekali / hari), pada kulit dengan ciri khusus yang
rumit dan infeksi struktur kulit(8)
– Ticarcillin-clavulanate (3,1 gram / 4-6 jam), sama seperti Levoflocaxin dosis
tinggi(8)
– Linezolid (600 mg / 12 jam), pada penderita dengan komplikasi kulit dengan lesi,
penekanan immun, atau pembuluh darah yang tidak cukup(8)
– Oxacillin (2 gram / 6 jam), sama seperti Linezolid(8)
PENCEGAHAN(5)
Jika terdapat luka:
– Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
– Oleskan antibiotik
– Tutupi luka dengan perban
– Sering-sering mengganti perban tersebut
– Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit masih normal(5):
– Lembabkan kulit secara teratur
– Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
– Lindungi tangan dan kaki
– Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superfisial
9
PROGNOSIS
Perawatan biasanya berlangsung selama 7-10 hari. Selulitis dapat menjadi parah jika
telah menjadi kronis dan memiliki potensi mudah terserang infeksi (immunosuppressed) (9).
Bila selulitisnya tanpa komplikasi prognosisnya baik. Pengobatan dengan antibiotic
menghasilkan kesembuhan lebih dari 90% .(3)
10
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13ErisipelasdanSelulitis117.pdf/
13ErisipelasdanSelulitis117.html
2. http://www.sehatgroup.web.id/?p=206
3. Siregar, R.S, “Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit”, EGC, 2005, hlm. 59
4. Tierney, Lawrence M., et all, ”Current Medical Diagnosis & Treatment 2003”,
Lange Medical Book/The McGraw Hill Company, 2003,hlm.120-121
5. http://www.mayoclinic.com/health/cellulitis/DS00450
http://www.emedicine.com/emerg/topic88.htm
6. Wolff, Klaus et all., ”Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology”, The McGraw Hill Company, 2005, hlm. 600-612
7. http://content.nejm.org/cgi/reprint/350/9/904.pdf
8. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/sifilis-erisipelas-dan-selulitis/
9. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000855.htm
10. http://www.sehatgroup.web.id/p=206
11
12