referat pro-prebiotik pada diare
DESCRIPTION
kegunaan probiotik dan prebiotikTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Diare merupakan penyebab kematian utama pada anak di dunia, terhitung
5-10 juta kematian/tahun.1 Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah
dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari
tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4
milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal,
sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun.2
Akhir-akhir ini penggunaan probiotik mulai diperkenalkan untuk
mengatasi masalah diare di Indonesia. Apalagi di Indonesia diare merupakan
penyebab kematian terbesar pada bayi dan balita yaitu masing-masing sekitar 42%
dan 25%.3 Adapun penyebab diare terbesar berdasarkan survey secara umum
adalah Rotavirus (sekitar 60%), berikutnya adalah bakteri patogen. Sedang pada
anak balita, hampir 84% penyebab diare adalah rotavirus, yang lainnya adalah
oleh bakteri patogen yang didominasi oleh Shigella, Salmonella, Aeromonas,
Campylobacter, dan lain-lain.3
Probiotik secara luas telah diketahui memberikan keuntungan pada
berbagai kondisi penyakit. Dalam beberapa studi terbatas menunjukkan,
penggunaan probiotik sebagai profilaksis dapat memberikan kontribusi
menurunkan angka kejadian dan lamanya penyakit pada subyek orang sehat.
Probiotik juga dapat menurunkan angka kejadian diare pada anak.4
1
BAB I
DIARE
1.1. Definisi dan Epidemiologi
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam
sehari dengan konsistensi tinja encer atau kandungan air lebih banyak
daripada ampas, namun konsistensi dari tinja lebih penting dari daripada
frekuensi defekasi.5 Pada bayi dan anak, peningkatan jumlah dan frekuensi
ini akan meningkatkan pengeluaran tinja lebih besar dari 10 g/kg/24 jam.1
Kadang-kadang pada seorang anak yang buang air besar kurang dari 3 kali
perhari, tetapi konsistensinya cair, maka keadaan ini sudah dapat disebut
diare.6
Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak berlangsung beberapa
hari dengan batasan waktu adalah 14 hari. Diare persisten adalah diare yang
berlangsung melebihi 14 hari dengan etiologi infeksi. Diare kronik adalah
diare akut lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi.6
Diare sering terjadi pada anak-anak terutama yang berumur 6 bulan
sampai 2 tahun. Diare yang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 6
bulan biasanya disebabkan oleh asupan susu sapi atau susu formula. Tinja
pada bayi yang meminum ASI dapat lembek dan bukan merupakan diare.5
Episode diare pada anak berusia di bawah 5 tahun di negara
berkembang rata-rata 3 kali dalam setahun. Bahkan di beberapa negara
berkembang telah dilaporkan kejadian diare sebanyak 6-8 kali dalam
setahun. Kejadian malnutrisi menyebabkan anak semakin berisiko terhadap
kejadian diare akut maupun diare memanjang.7
1.2. Patofisiologi Diare
Peningkatan kandungan air pada tinja disebabkan adanya
ketidakseimbangan proses fisiologi usus besar dan usus kecil dalam
penyerapan ion-ion, substrat organik, dan air.7 Setiap perubahan dalam
pergerakan dua arah air dan elektrolit dalam usus halus, misalnya pada
2
penambahan sekresi, pengurangan absorpsi atau keduanya, akan
menyebabkan penambahan volume cairan yang masuk ke usus besar. Diare
akan timbul bila volume cairan tambahan ini melebihi kemampuan absorpsi
usus besar.
Mekanisme terjadinya diare sekretorik termasuk pengaktifan mediator
intraseluler seperti cAMP, cGMP, dan Ca2+ intraseluler, yang akan
menstimulasi sekresi aktif Cl- dari sel kripta dan menghambat absorpsi
pasangan netral natrium klorida.
Bentuk yang paling umum dari diare adalah diare akut. Diare dapat
disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat ringan hingga berat. Diare
pada anak-anak biasanya disebabkan oleh infeksi, namun demikian,
sejumlah kelainan dapat juga menyebabkan diare.7 Penyebab diare selain
infeksi termasuk diantaranya adalah kelainan digestif dan kelainan proses
absorpsi, kelainan kongenital, dan enteropati, abnormalitas endokrin,
disfungsi hepar dan pankreas, kelainan anatomik, inflammatory bowel
disease, dan irritable bowel syndrome. Kelainan-kelainan non infeksi ini
mungkin disertai gejala dan tanda sistemik serta harus dipikirkan jika diare
akut tidak membaik atau jika kejadian diare kembali berulang.7
Tabel 1. Patogen penyebab diare akut8
PatogenFrekuensi kasus sporadic di Negara
berkembang (%)
Virus
Rotavirus
Calcivirus
Astrovirus
Enteric type adenovirus
25 – 40
1 – 20
4 – 9
?
Bakteri
3
Campylobacter jejuni
Salmonella
Escherichia coli
Shigella
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
Vibrio para haemolyticus
Vibrio cholera 01
Vibrio cholera non 01
Aeromonas hydrophilia
6 – 8
3 – 7
3 – 5
0 – 3
1 – 2
0 – 2
0 – 1
-
?
0 – 2
Parasit
Cryptosporidium
Giardia lamblia
1 – 3
1 - 3
1.3. Komplikasi
Diare akut biasanya bersifat sembuh dengan sendirinya, namun
demikian diare akut dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi
yang dapat terjadi antara lain dehidrasi, asidosis metabolik, hipokalemia,
dan malnutrisi.5
1.4. Tatalaksana Diare
Hal-hal yang utama dalam tata laksana diare yang direkomendasikan
adalah mencegah terjadinya dehidrasi, mengatasi dehidrasi secepatnya,
memberikan suplementasi zinc selama 10 sampai 14 hari dengan dosis 20
mg/hari dan 10 mg/hari untuk bayi dibawah 6 bulan, melanjutkan pemberian
4
makanan selama diare, dan meningkatkan pemberian makan setelah episode
diare.5
Gangguan terhadap keseimbangan mikroflora usus juga terjadi selama
diare, karena itu probiotik banyak digunakan dalam terapi diare
mendampingi cairan rehidrasi oral. Penggunaan probiotik dalam tata laksana
diare telah banyak diteliti di berbagai negara. Penelitian-penelitian ini
menyimpulkan bahwa probiotik dapat mengurangi durasi dan keparahan
diare.9
5
BAB II
TERAPI PROBIOTIK DAN PREBIOTIK PADA DIARE
2.1. Probiotik dan Prebiotik
Saluran cerna adalah habitat dari lebih dari tiga juta mikroorganisme,
di antaranya terdapat spesies yang menguntungkan manusia, termasuk
Bifidobacterium dan Lactobacillus. Organisme tersebut berpengaruh pada
status nutrisi pada pejamu, regulasi dari angiogenesis saluran cerna, dan
perkembangan imunitas pada anak maupun dewasa, sekaligus perlindungan
dari pathogen. Gangguan keseimbangan pada mikroba pada saluran cerna
dapat menyebabkan malabsorpsi dan diare, sehingga meningkatkan spesies
bakteri yang menguntungkan, seperti Bifidobacteria terbukti menurunkan
durasi dan gejala dari diare.10 Tampak bahwa pada saluran cerna bagian
proksimal jumlah bakteri relatif sedikit dibandingkan dengan di dalam
kolon. Mendekati katup ileosekum, yaitu pada ileum, jumlah bakteri mulai
meningkat dan komposisinya juga mirip dengan yang terdapat di dalam
kolon.11
Tabel 2. Populasi mikroflora usus normal pada saluran pencernaan11
Jumlah bakteriLambung
0 - 103
Jejunum
0 - 104
Ileum
105 - 108
Kolon
1010 - 1012
Aerob dan anaerob
fakultatif
Streptococcus 0 - 103 0 - 104 102 - 105 104 – 109
Lactobacillus 0 – 103 0 - 104 102 - 105 106 – 1010
Staphylococcus 0 – 102 0 – 102 102 - 105 102 - 105
Enterobacteriae 0 – 102 0 – 103 103 – 108 105 – 108
Jamur 0 – 102 0 – 102 102 – 104 104 – 106
Anaerob
Bacteroides 0 0 103 – 107 109 – 1012
Bifidobacteria 0 0 103 – 106 108 - 1010
Clostridium 0 0 102 – 104 108 – 109
6
Eubacteria 0 0 0 109 – 1012
2.1.1. Probiotik
Probiotik adalah makanan atau suplemen yang mengandung
mikroorganisme hidup yang dapat meningkatkan keseimbangan
mikroba dalam saluran cerna sehingga menimbulkan efek positif bagi
kesehatan. Beberapa mikroorganisme probiotik, seperti Lactobacillus
GG, L. reuteri, dan bifidobacteria, digunakan sebagai makanan
probiotik yang dapat terkandung dalam susu yang difermentasi.12
Probiotik didapatkan pada produk makanan seperti yogurt, susu
kedelai, tempe, cokelat hitam, pickles, suplemen probiotik.13
2.1.2. Prebiotik
Prebiotik adalah bahan makanan berupa karbohidrat yang tidak
dapat dicerna yang dapat menstimulasi perkembangan dan aktivitas
bakteri non pathogen yang normal berada dalam saluran cerna,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan.12
Prebiotik terdapat dalam bentuk oligosakarida, seperti frukto-
oligosakarida (FOS) dan galacto-oligosakarida (GOS), yang secara
alami atau pun ditambahkan pada makanan, minuman, atau susu
bayi.10 Prebiotik teradapat pada produk makanan seperti gandum,
pisang, bawang merah, bawang putih, madu, artichoke, susu formula,
dan ASI.13
Tidak semua karbohidrat dapat disebut sebagai prebiotik. Ada
beberapa kriteria yang harus terpenuhi agar dapat dikatakan sebagai
prebiotik, yaitu harus tahan terhadap asam lambung, dapat dihidrolisis
oleh enzim pada mamalia, tidak dicerna, kemampuan untuk dapat
difermentasi oleh mikroflora usus, dan kemampuan untuk
merangsang pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme yang
membantu kesehatan secara selektif. Oligosakarida yang memenuhui
7
kriteria tersebut dan dianggap sebagai prebiotic termasuk inulin, FOS,
GOS, dan laktulose.10
2.2. Mekanisme Kerja Probiotik pada Diare
Probiotik dipercaya dapat memodulasi sistem imun melalui aktivasi
dari sel epitel dan reseptor sel imun. Postulasi mekanisme dari aktivitas
probiotik termasuk kolonisasi dari usus, penghambatan adhesi dan invasi
dari kuman enteroinvasif pada sel usus, meningkatkan fungsi sitoprotektor
sel epitel, dan penghancuran tempat reseptor bagi toksin dari kuman
patogen.14
Kondisi usus juga penting dalam menentukan kondisi mikroorganisme
yang hidup di dalamnya. Pentingnya hubungan komensal pejamu-
mikroorganisme dilaporkan dalam penelitian, yang membuktikan kolonisasi
bakteri dapat mempengaruhi fisiologi pejamu, baik absorbsi nutrien, fungsi
sawar mukosa, maturasi sel-sel epitel, bahkan hingga metabolisme
xenobiotik. Bakteri non patogen dapat menghambat inflamasi usus melalui
hambatan transduksi sinyal sitokin, dan merangsang sekresi TGF-β dari sel
epitel usus. Perubahan lingkungan usus juga mendorong mikroorganisme
usus membentuk kapsul polisakarida yang khas. Interaksi tersebut
menunjukkan pentingnya hubungan pejamu dengan bakteri.15
Sawar usus terdiri atas enzim pencernaan, tight junction sel-sel epitel,
lapisan mukus dengan IgA sekretorik, yang fungsinya mengurangi absorbs
mikroba atau antigen yang dapat membahayakan tubuh. Keberadaan dan
komposisi bakteri komensal usus turut menentukan permeabilitas saluran
pencernaan.15
Penempelan pada sel usus manusia merupakan langkah awal pada
aktivitas probiotik. Kemampuan probiotik untuk dapat berkolonisasi sangat
penting karena probiotik harus dapat berkolonisasi dan bermultiplikasi di
dalam usus. Bakteri harus bersifat tahan asam sehingga tidak akan mati jika
terkena asam lambung dan asam empedu.16
Aktivitas melawan bakteri patogen dapat terjadi melalui beberapa
mekanisme yang berbeda, secara langsung dengan memproduksi bakteriosin
8
atau antibiotik sehingga menurunkan kadar konsentrasi endotoksin bakteri,
mekanisme kompetitif pada proses adhesi, dan kompetisi nutrisi.
Mekanisme juga dapat terjadi secara tidak langsung dengan memodulasi
sistem imun lokal. Probiotik juga berperan dalam menginhibisi translokasi
bakteri melintasi lumen saluran cerna ke dalam aliran darah. Penurunan
translokasi bakteri dapat terjadi sebagai hasil dari kemampuan probiotik
untuk mempererat fungsi pertahanan mukosa usus.17
Probiotik juga dianggap bermanfaat terhadap penguatan respon imun
spesifik dan non spesifik. Beberapa probiotik yang berbeda meningkatkan
respon imunologi ketika dievaluasi oleh berbagai parameter. Hal-hal utama
yang telah dievaluasi berkaitan dengan imunologi termasuk diantaranya:
pertahanan pejamu, yang dihubungkan dengan ketahanan melawan infeksi;
aktivitas limfosit B, termasuk produksi IgM dan IgA; sel-sel fagosit, yang
dihubungkan dengan aktivitas fagositik diantara berbagai parameter; limfosit
T, yang diukur melalui aktivitas sel natural killer; hematopoiesis, yang
direfleksikan oleh rasio monosit makrofag serta level sel makrofag; dan
reaksi alergi yang diukur dengan produksi IgE serta produksi sitokin yang
berhubungan Th1 atau Th2.18
Efek probiotik terhadap sistem imun sekretorik sudah dibuktikan.
Adanya Lactobacillus GG dapat merangsang sekresi IgA spesifik rotavirus,
memiliki efek imunostimulasi terhadap vaksin oral rotavirus melalui respon
sel penghasil IgM spesifik rotavirus. Secara in vitro, konsumsi susu
fermentasi B. bifidum dan L. acidophilus galur A1 merangsang peningkatan
fagositosis E. coli. Penelitian pada hewan coba, konsumsi berbagai galur
Lactobacillus dapat meningkatkan pelepasan berbagai jenis sitokin.
Kemampuan menginduksi sitokin berhubungan dengan kemampuan bakteri
probiotik untuk menembus epitel usus dan berinteraksi dengan sel-sel sistem
imun lokal. Selain itu bakteri probiotik juga diduga bekerja melalui stimulasi
terhadap epitel usus.15
Pencegahan dari pertumbuhan spesies bakteri tertentu merupakan salah
satu daya tahan probiotik terhadap infeksi. Kebanyakan bakteri probiotik
9
memproduksi asam organik, seperti asam asetat dan asam laktat yang dapat
berfungsi sebagai inhibitor pertumbuhan bakteri. Beberapa probiotik,
sebagai contoh Lactobacillus, memproduksi hidrogen peroksida ketika
berpindah dari lingkungan anaerob ke lingkungan aerob. Hidrogen peroksida
dapat menghambat pertumbuhan dari mikrorganisme patogen. Produk-
produk yang memiliki aktivitas antimikroba telah dapat dibuktikan.
Lactobacillus acidophilus memproduksi beberapa substansi dengan berat
molekul 200-6200, beberapa diantaranya sensitif terhadap protease dan
dapat menghambat pertumbuhan staphylococcus, streptococcus, dan
salmonella. Lactobacillus rhamnosus strain GG (LGG) memproduksi
peptida antimikroba spektrum luas dengan berat molekul rendah yang
memiliki aktivitas melawan staphylococcus, streptococcus, mycobacterium,
bacillus, clostridium, Listeria, Bifidobacterium, E. coli, and Salmonella.18
Studi pada manusia menunjukkan Lactobacillus dapat mencegah
perlekatan dari E. coli, Klebsiella, Pseudomonas aeruginosa.18 Proses ini
mungkin berkaitan dengan induksi ekspresi gen musin usus dan adanya
kemampuan probiotik untuk berikatan dengan mukus usus dan lapisan sel
kolon manusia.15
2.3. Mekanisme Kerja Prebiotik pada Diare
Prebiotik merangsang pertumbuhan atau aktivitas mikroflora usus
dengan beberapa mekanisme, yaitu:11
Perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen)
Produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen
Kompetisi nutrien
Mencegah adhesi patogen pada enterosit
Modifikasi toksin atau reseptor toksin
Efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien
Imunomodulasi
FOS dan inulin telah terbukti dapat merangsang pertumbuhan
Bifidobacteria dalam lumen usus.11 Jadi efek prebiotik terjadi tidak
10
langsung, yaitu dengan merangsang pertumbuhan Bifidobacteria yang pada
akhirnya menimbulkan efek positif bagi ketahanan saluran cerna.
Prebiotik dalam usus terutama usus besar yang difermentasi oleh
bakteri probiotik yang menghasilkan short chain fatty acid (SCFA) dalam
bentuk acetat, propionat, dan butyrat, dan L-lactate, carbon dioxide, dan
hidrogen. SCFA tersebut oleh tubuh dapat dipakai sebagai sumber energi,
efek stimulasi selektif terhadap pertumbuhan bakteri probiotik terutama
bifidobacteria dan lactobacillus akan memberikan efek yang
menguntungkan terhadap kesehatan antara lain memperbaiki keluhan
malabsorsi laktosa, meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi di usus
oleh kuman patogen, Clostridium perfringen, Escherchia coli, Salmonella,
Shigella, Listeria, supresi kanker, memperbaiki metabolisme lipid dan
mengurangi kadar kholesterol darah, memperbaiki pencernaan, stimulasi
imunitas gastrointestinal. Pemberian FOS sebanyak 4 gram/hari dapat
bertindak sebagai prebiotik.19
11
BAB III
KESIMPULAN
Komposisi mikroflora dalam usus memiliki peran yang penting dalam
kesehatan maupun penyakit, termasuk pada diare. Konsumsi probiotik dan
prebiotik mampu memberikan keuntungan untuk kesehatan, terutama pada
pengobatan diare. Probiotik adalah makanan atau suplemen yang mengandung
mikroorganisme hidup yang dapat meningkatkan keseimbangan mikroba dalam
saluran cerna, sedangkan prebiotik adalah bahan makanan berupa karbohidrat
yang tidak dapat dicerna yang dapat menstimulasi perkembangan dan aktivitas
bakteri non pathogen yang normal berada dalam saluran cerna. Probiotik dan
prebiotik memiliki mekanisme yang berbeda untuk mendukung pertumbuhan dan
aktivitas mikroflora usus namun kedua hal tersebut memiliki fungsi yang sama
untuk meningkatkan kesehatan dengan mengurangi gejala diare dan membantu
mencegah insidensi diare.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics. 16th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company; 2000.
2. Wiku A. Faktor Resiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Makara: Kesehatan Juni; 2007.
3. Anonymous. UGM Kembangkan Probiotik Untuk Anti Diare. Republika Newsroom. 2009.
4. Gregory JL, Shuguang, Mohamed E.M, Cheryl R, Arthur C.O. Probiotic Effects on Cold and Influenza Like Symptom Incidence and Duration in Children. Accepted March 12, 2009.
5. World Health Organization. The treatment of diarrhoea: a manual for physicians and other senior health workers. 2005.Available at http://www.eddcontrol.org/ files/Treatment_of_Diarrhoea_manual_WHO. pdf. Accessed on 1st May 2014.
6. Subagyo B, Santoso NB. Diare Akut. Dalam: Juffrie M, Soenarno SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, editors. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010.
7. Guandalini S, Frye RE. Diarrhea. 2006. Available at http://www.emedicine.com/ ped/topic583.htm. Accessed on 1st May 2014.
8. Anonymous. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Nasional DR.Cipto Mangunkusumo; 2007.
9. Young RJ, Huffman S. Probiotic use in children. J Pediatr Health Care. 2003;17:277-83.
10. Anonymus. Prebiotics in gastroenteritis. Available at www.abbottnutrition.com. Accessed on 1st May 2014.
11. Firmansyah A. Terapi Probiotik dan Prebiotik pada Penyakit Saluran Cerna Anak. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 4, Maret 2001; 210-214.
12. De Vrese M, Marteau PR. Probiotics and prebiotics: effects on diarrhea. J Nutr. 2007;137:803S-811S.
13. Zeratsky K. Is it important to include probiotics and prebiotics in a healthy diet?. Available at http://www.mayoclinic.org/healthy-living/consumer-health/expert-answers/probiotics/faq-20058065 . Accessed on 1st May 2014.
14. Charrois TL, Gagansandhu, Vohra S. Probiotics. Pediatr Rev. 2006;27:4. 15. Heyman M, Menard S. Probiotic microorganism: how they affect the
intestinal pathophysiology. Cell Mol Life Sci. 2002;59:1-15. 16. Reyed RM. Probiotics: a new strategies for prevention and therapy of
diarrhea disease. J Appl Sci Res. 2007;3:291-9.17. Canani RB, Cirillo P, Buccigrossi V, Ruotolo S, Passariello A, Luca PD, dkk.
Zinc inhibits cholera toxin–induced, but not escherichia coli heat-stable enterotoxin–induced, ion secretion in human enterocytes. JID. 2005;191:1072-7.
18. Tufts University Program In Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Mechanisms of action of probiotics. 2006. Available at
13
http://www.tufts.edu/med/ebcam/nutrition/mechanisms.html. Accessed on 1st
May 2014. 19. Sudarmo SM, Ranuh RG, Soeparto P, Djupri LS. Kontribusi Prebiotik pada
formula untuk pemeliharaan ekosistem mikrobiota normal pada usus. SMF Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Soetomo / FK UNAIR [Internet]. Available at http://www.pediatrik.com/isi-3.php?page=kategori&hkategori=Ilmiah%20Popular. Accessed on 1st May 2014.
14