referat perawatan kulit anak. kelompok 1 - copy.docx

32
PERAWATAN KULIT PADA BAYI DAN ANAK Anatomi Kulit Pendahuluan Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan. Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa. Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala. Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan

Upload: septia-kurniaty

Post on 01-Sep-2015

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERAWATAN KULIT PADA BAYI DAN ANAK

Anatomi Kulit

Pendahuluan

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan.

Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa.

Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala.

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.

Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.

Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes).

Lapisan Dermis

Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.

Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah teedapat saluran getah bening.

Adneksa Kulit

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2014).

Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional.

Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8.

Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif.

Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut hiponikium.

Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang berada di luar kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen 20,80%. 1

Fisiologi Kulit

Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu :

1. Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabutserabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil). Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5- 6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan selsel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.

2. Absorbsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus selsel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui selsel epidermis.

3. Ekskresi

Kelenjarkelenjar kulit mengeluarkan zatzat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit.

4. Persepsi

Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula pada Merkel Ranvier yang terletak di epidermis, sedangkan tekanan diperankan oleh badan Paccini di epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

5. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).

6. Pembentukan Pigmen

Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebaltipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.

7. Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kirakira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

8. Pembentukan vitamin D

Dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.1

Beberapa Penyakit Kulit pada Anak

Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik atau yang dikenal masyarakat sebagai eksim susu, merupakan penyakit kulit tersering pada bayi dan anak. Dermatitis atopik adalah radang kulit berulang yang disertai gatal pada bayi dan dan anak. Kelainan kulit berupa bintil-bintil kemerahan, gatal, yang kemudian bila berlangsung lama (kronik), kulit menjadi kering, bersisik, luka-luka atau menebal dan menjadi kehitaman. Daerah yang terkena biasanya di kedua pipi, lekuk siku dan lekuk lutut. Walaupun demikian, dengan tatalaksana yang adekuat kelainan ini dapat diatasi. 2

Berdasarkan lokalisasi, morfologi dan juga golongan umur, dermatitis atopik dapat dibagi dalam tigs bentuk klinis, yaitu:

1. Bentuk infantil (2 bulan-2 tahun)

Mula-mula terlihat eritema, papula miliaris, vesikula yang meliputi daerah yang berbatas tegas. Kelaian ini cepat menjadi eksudatif, erosif kemudian berkeropeng. Sering disertai infeksi sekunder. Tempat predileksi ialah pipi (sering disebut melk eczema karena air susu), lipa siku dan lipat lutut, biasanya simetris.

2. Bentuk anak (4-10 tahun)

Kelainan kulit telah berubah bentuknya dan umumnya sudah tidak eksudatif lagi. Mulai terlihat likenifikasi dan hipopigmentasi dengan papula miliaris. Predileksi pada tengkuk, lipat siku dan lipat lutut tersering.

3. Bentuk dewasa (13 tahun)

Kelainan kulit selalu sering dengan likenifikasi yang nyata. 3

Penyebab dermatitis atopik belum diketahui pasti. Biasanya terdapat faktor alergi turunan dalam keluarga atau pasien. Kelainan kulit juga dapat terjadi karena alergi, misalnya alergi terhadap makanan (susu sapi, telur ayam, ikan laut, kacang-kacangan, dan lain-lain) atau terhadap debu, serbuk sari, dan bulu binatang. 2

Pada dasarnya, kulit penderita dermatitis atopik cenderung kering, mudah gatal dan lebih peka terhadap bahan iritan, pakaian kasar, berenda, wol atau sintetis, dan panas atau dingin yang ekstrem. Penting untuk mengidentifikasi kemudian menyingkirkan faktor yang memperberat dan memicu siklus gatal-garuk. Oleh karena itu prinsip pengobatan dermatitis atopik adalah menghindari bahan iritan dan faktor pencetus, mengatasi rasa gatal dan kekeringan kulit, serta mengatasi reaksi peradangan dan infeksi sekunder.

Beberapa tips sebagai penatalaksanaan maupun pencegahan umum berulangnya dermatitis atopik pada bayi dan anak adalah sebagai berikut.

1. Mandi memakai sabun dengan pH netral dan yang mengandung pelembab.

2. Mandi air hangat 1-2 kali sehari dan tidak lebih dari 10 menit setiap kalinya.

3. Mengoleskan krim steroid diberikan sesuai resep dokter, misalnya hidrokortison 1-2,5% (steroid potensi rendah) pada bayi dan triamcinolone 0,1% (steroid berpotensi menengah) pada anak kecuali daerah wajah menggunakan steroid potensi rendah dan bila sudah sembuh kulit harus dijaga kelembabannya dengan mengoleskan krim pelembab segera setelah mandi, misalnya krim hidrofilik urea 10%.

4. Pakaian baru sebaiknya dicuci terlebih dahulu sebelum dipakai untuk membersihkan formaldehid atau bahan kimia tambahan.

5. Mencuci pakaian dengan deterjen harus dibilas dengan baik.

6. Selesai berenang harus segera mandi untuk membilas sisa klorin.

7. Bayi dan anak jangan terlalu sering dimandikan, cukup dua kali sehari, jangan menggosok terlalu kuat.

8. Jangan memakai pakaian terlalu tebal, ketat, atau kotor, atau yang bersifat iritan (wol atau sintetik); bahan katun kebih baik.

9. Pada bayi penting diperhatikan kebersihan daerah popok.

10. Hindari makanan yang dicurigai menyebabkan kekambuhan dan lakukan diet sesuai petunjuk dokter.

Sebagai kesimpulan, dermatitis atopik atau eksim susu merupakan eksim yang sering kambuh, penyebabnya belum jelas, dan banyak faktor mempengaruhi kekambuhannya. Usahakan menjaga kebersihan kulit bayi dan anak, menghindari faktor penyebab kekambuhan, dan menjaga kulit tetap lembab dengan mengoleskan pelembab segera setelah mandi. 1,2

Impetigo

Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit 1. Impetigo biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari pediculosis, skabies, infeksi jamur dan pada insect bites 4. Impetigo terjadi di seluruh negara di dunia dan angka kejadiannya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di amerika serikat impetigo merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak dan terbanyak pada daerah yang jauh lebih hangat, yaitu pada daerah tenggara amerika 5. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa. Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus beta hemolitikus grup A (Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan patogen primer pada impetigo bulosa dan ecthyma 4.

Tempat predileksi tersering pada impetigo bulosa adalah di ketiak, dada, punggung dan sering bersama-sama dengan miliaria. Terdapat pada anak dan dewasa. Kelainan kulit berupa vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter 0,5cm) kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi berwarna keruh. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran collarette pada pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memper lihatkan dasar yang merah dan basah. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh 1.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis dari penyakit, pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk memberikan gambaran terapi terhadap obat-obatan yang sensitif dan menyingkirkan kemungkinan diagnosa banding. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain kultur bakteri dan sensitivitas antibiotik, dapat digunakan dalam menentukan terapi antibiotik yang sensitif untuk mengeradikasi bakteri penyebab infeksi, pengecatan gram, digunakan untuk melihat bakteri penyebab infeksi, apabila ditemukan bakteri gram positif dengan bentuk coccus (bulat) dan berkelompok dapat menunjukkan adanya Staphylococcus aureus, pengecatan kalium hidroksida (KOH), digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi jamur dan pengecatan tzank atau biakan virus, digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi herpes simpleks 6.

Terapi non-medikamentosa antara lain, menghilangkan krusta dengan cara mandikan anak selama 20-30 menit, disertai mengelupaskan krusta dengan handuk basah, mencegah anak untuk menggaruk daerah lecet, dapat dengan menutup daerah yang lecet dengan perban tahan air dan memotong kuku anak, lakukan drainase pada bula dan pustule secara aseptik dengan jarum suntik untuk mencegah penyebaran lokal, lanjutkan pengobatan sampai semua lesi sembuh dan dapat dilakukan kompres dengan menggunakan larutan natrium klorida (NaCl) 0,9% pada lesi yang basah. Adapun terapi medikamentosa menggunakan terapi topikal dan sistemik. Pengobatan topikal sebelum memberikan salep antibiotik sebaiknya krusta sedikit dilepaskan baru kemudian diberi salep antibiotik. Pada pengobatan topikal impetigo bulosa bisa dilakukan dengan pemberian antiseptik atau salap antibiotic 1. Antiseptik yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pengobatan impetigo terutama yang telah dilakukan penelitian di Indonesia khususnya Jember dengan menggunakan Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) adalah triklosan 2%. Pada hasil penelitian didapatkan jumlah koloni yang dapat tumbuh setelah kontak dengan triklosan 2% selama 30, 60, 90, dan 120 adalah sebanyak 0 koloni. Sehingga dapat dikatakan bahwa triklosan 2% mampu untuk mengendalikan penyebaran penyakit akibat infeksi Staphylococcus aureus 7.

Antibiotik Topikal dapat menggunakan mupirocin, fusidic acid, ratapamulin, dicloxacillin. Terapi sistemik dapat menggunakan penisilin dan semisintetiknya, ampicillin, amoksicillin, cloxacillin, phenoxymethyl penicillin (penicillin V), eritromisin (bila alergi penisilin), clindamisin (alergi penisilin dan menderita saluran cerna) dan penggunaan terapi antibiotik sistemik lainnya. Tindakan yang bisa dilakukan guna pencegahan impetigo diantaranya cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan pasien, terutama apabila terkena luka, jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita, bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan pada orang lain, setelah digunakan pasien, mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif), higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih, jauhkan diri dari orang dengan impetigo, cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya. Cuci dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pengering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan dan gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu 8.

Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu walaupun tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga terdapat urin seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul. Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis, staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening 1.

Diaper rash

Bayi yang berusia 0 sampai hingga 1 tahun termasuk golongan rentan, karena sistem kekebalan tubuh yang dimiliki belum sempurna. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh yang dimilikinya adalah kekebalan pasif. Terpaparnya bayi terhadap antigen dapat terjadi melalui udara, air, makanan maupun perlengkapan yang digunakan seperti alas perlindungan ketika enupresis (BAK) dan enkopresis (BAB) yaitu diapers sekali pakai (diapers). Pada sekitar tahun 1980 diapers mulai dikenal di Indonesia, penggunaan yang praktis sangat membantu para ibu dalam mengatasi penanganan BAK dan BAB pada bayi. Saat ini keberadaannya menjadi kebutuhan para ibu yang memiliki balita dan juga manula. Beberapa merek diapers terdapat di Indonesia, selain itu juga terdapat di Amerika dan Eropa.

Penggunaan diapers pada sebagian bayi menimbulkan masalah diantaranya terjadinya iritasi kulit, gatal, dan luka. Menurut Weisbrod dan Hoff (2011) uric acid pada urine neonates merupakan pemicu pertumbuhan Candida sp 9. Dib (2005) mengemukakan bahwa ruam kemerahan (iritasi) pada permukaan kulit bayi dapat terjadi juga pada di daerah pangkal paha bayi. Kemerahan tersebut menunjukkan iritasi pada kulit bayi yang dipicu oleh bakteri pada diapers maupun bakteri pada urine. Ketika ammonia yang terdapat pada urine bergabung dengan plastik diapers maka suasana dipermukaan kulit bayi yang anaerobic akan mendukung pertumbuhan bakteri.

Pada bayi dengan ASI eksklusif makanan ibu juga dapat mempengaruhi terutama jika kandungan zat makanan yang tergolong allergen. Penggunaan antibiotik juga dapat menyebabkan iritasi karena antibiotik akan membunuh semua jenis bakteri termasuk bakteri yang akan berkompetisi dengan jamur. Disamping itu juga bahan kimia diapers, bahan makanan bayi yang menyebabkan alergi baik pada urine maupun feses. Penelitian tentang lamanya penggunaan diapers yang aman pada setiap jenis diapers belum dilakukan. Disamping disebabkan oleh bakteri, kemerahan juga kemungkinan disebabkan oleh jamur, karena kondisi yang lembab dan tersedianya faktor pendukung kehidupan jamur. Iritasi tersebut juga dipengaruhi oleh acrodermatitis enteropathica yang berhubungan dengan diare, hilangnya rambut pada permukaan kulit, erosive perioral dermatitis, malabsorbtion, malnutrition, asma, alergi herpes dan HIV. Dampak iritasi tersebut adalah luka, rasa gatal dan panas, demam, dan limphangitis. Infeksi lain yang mungkin timbul adalah cystitis yang dapat berlanjut pada penurunan fungsi urogenital 10.

Keberadaan bakteri pada penggunaan diapers perlu mendapat perhatian. Keswick dkk (1986) mengemukakan hasil penelitian pada kasus atopic dermatitis pada bayi dijumpai adanya bakteri Escherichia coli (E.coli). E. coli yang ditemukan pada diapers yang telah digunakan oleh bayi dapat terjadi akibat bahan organic berupa makanan yang tercerna dan sisa makanan yang tidak tercerna. Selanjutnya E. Coli pada diapers akan tumbuh mengingat kondisi sekitarnya yang sangat mendukung seperti tersedianya bahan organik serta kondisi aerob maupun anaerob 11.

E. coli mudah beradaptasi sesuai karakteristik habitatnya. Hal ini dikarenakan E.coli dapat hidup di media glukosa atau bahan organik dan tidak memerlukan growth factor. E.coli secara metabolik dapat mengubah glukosa menjadi semua komponen makromolekul untuk membangun selnya secara aerob dan anaerob. Dalam kondisi anaerob E.coli akan tumbuh pada kondisi anaerob dengan produk akhir yang dihasilkan adalah campuran asam dan gas khusus. Selain itu bakteri ini juga dapat menggunakan NO3, NO2 atau fumarat sebagai akseptor elektron akhir dalam proses transport elektron respirasi. Kondisi optimal untuk pertumbuhan E.coli adalah suhu 37 C, pH optimum untuk pertumbuhan E.coli adalah 6,0-8,0. Pertumbuhan dapat terjadi pada pH 4,3 dan i 9-10 pH. E.coli peka terhadap panas, sehingga tidak dapat melalui tahap pasteurisasi atau pemanasan.

Bakteri lain yang perlu diwaspadai pertumbuhannya pada diapers yang dikenakan bayi adalah Klebsiella yang termasuk bakteri Gram negatif. Bakteri ini memiliki ciri-ciri berbentuk batang, non motil, koloni besar, sangat mukoid dan cenderung bersatu pada pergerakan yang lama. Klebsiella dapat memfermentasikan laktosa dan karbohidrat (Jawetz dkk, 2005). Beberapa spesies Kleibsella seperti Klebsiella rhinoscleromatis dan Klebsiella ozaenae yang menyebabkan rinoschleroma memberikan gejala pembentukan granul (bintik-bintik), gangguan hidung, benjolan-benjolan di rongga pernapasan, dan sakit kepala. Klebsiella pneumonia dapat menyebabkan penyakit paru-paru memberikan penampakan berupa pembengkakan paru-paru, bronkhittis, penebalan dinding mukosa dan dahak berdarah.

Mikroba lain yang berpotensi untuk tumbuh dalam suasana yang terdapat bahan organik adalah Candida albicans. Kapang tersebut dimorphism yaitu dapat tumbuh pada fase yeast phase pada suhu 37 C dan fase mould phase pada suhu kamar. Secara mikroskopis kapang tersebut berbentuk (spora oval) dan berbentuk hifa. Pada tempat-tempat tertentu akan membesar, membulat, dan dindingnya menebal. Candida adalah tergolong flora normal selaput lendir saluran pernapasan, saluran pancernaan, dan genitalia wanita yang hidupnya dikontrol oleh bakteri baik. Pada kondisi penurunan sistem imunitas jamur ini menjadi penyebab utama candidiasis dan merupakan spesies yang paling patogen yang menyerang permukaan kulit, mukosa mulut dan vagina. Penurunan sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan peningkatan koloni dengan gejala klinis maupun tidak yang selanjutnya berkembang menjadi infeksi invasif 12.

Perawatan Dasar Sehari-hari

Pada dasarnya perawatan kulit pada anak sama saja dengan orang dewasa, hanya perlu sedikit penyesuaian. Khusus pada anak yang menginjak usia balik memang biasanya akan ada perubahan pada kulit wajahnya, sehingga diperlukan perawatan lebih khusus. Namun, prinsip perawatannya sama. Yang perlu diperhatikan adalah:

1. Pembersihan

Sabun

Sabun mandi untuk anak sebaiknya dipilih yang pH nya tidak terlalu basa, paling baik dari deterjen sintetik yang mendekati pH kulit ( 4,5 - 5,5 / tertulis pH seimbang). Namun sayang harganya masih cukup mahal. Sabun mandi batangan dan sabun bayi sebenarnya mempunyai pH tinggi (8 9) yang dapat mengeringkan kulit anak. Tapi pada sabun bayi ditambahkan lemak yang berasal dari minyak kelapa atau minyak zaitun. Jadi masih lebih lembut dibanding sabun mandi biasa. Beberapa sabun mandi cair sekarang juga menambahkan pelembab lemak tersebut. Juga waspadai bahan pewangi dan pewarna dari sabun mandi biasa, baik yang batangan maupun cair, karena bisa menyebabkan reaksi iritasi atau alergi.

Penting sekali diperhatikan untuk anak penderita kulit sensitif dan eksim, dianjurkan tidak memakai sabun yang mengandung zat antiseptik karena akan memperberat atau memicu kambuhnya eksim. Bahan antiseptik adalah bahan kimia untuk membunuh kuman kulit, padahal kulit gatal sebagian besar bukan karena infeksi tapi karena iritasi dan alergi.Zat antiseptik seperti sulfur/belerang bisa mengeringkan kulit dan menimbulkan gatal, heksaklorofen dapat menyebabkan keracunan otak, povidone iodine (yodium), TCC, triclosan bisa menimbulkan reaksi alergi.

Setelah menggunakan sabun, bilas dengan air sampai sabun hilang, supaya pori tidak tertutup yang dapat menyebabkan peradangan dan rasa gatal.

Sampo

Mencuci rambut anak sebaiknya dilakukan sekitar 3 kali seminggu, kecuali rambut anak sangat kotor, sehingga perlu dibersihkan lebih sering. Terlalu sering mencuci rambut, misalnya 2 kali sehari, dapat mengeringkan kulit kepala dan rambut menjadi kusam.

Kalau tiba-tiba timbul ketombe, gatal atau bisul di kulit kepala anak, perlu dicurigai sampo yang dipakai. Mungkin sampo tersebut tidak cocok untuknya, terlalu banyak mengandung kondisioner atau bahan kimia. Sebaiknya tidak menggunakan sampo antiketombe, terutama yang mengandung selenium sulfida, karena pemakaian jangka panjang bisa meracuni otak dan jaringan saraf.

1. Pelembab

Di Indonesia yang beriklim tropis, pelembab kulit sebenarnya tidak perlu untuk anak berkulit normal. Kecuali untuk anak penderita eksim yang kulitnya memang kering. Mereka dianjurkan selalu memakai pelembab (tanpa pewarna dan pewangi), segera setelah mandi ketika kulit masih dalam keadaan lembab.

Anak menjelang akil balik umumnya sudah mulai memperhatikan penampilan diri. Karenanya terkadang mereka sudah mulai memakai lotion pelembab kulit yang wangi. Namun, waspadai anak perempuan menjelang akil balik bila tiba-tiba kulitnya memerah, gatal atau timbul bintil-bintil. Bisa jadi karena mereka memakai dan tidak tahan dengan body lotion dewasa yang terlalu wangi dan berwarna.

1. Bedak

Fungsi bedak adalah sebagai pelicin dan penyerap keringat. Fungsinya sebagai pelindung sinar matahari sangat rendah, kecuali bila dipakai tebal seperti topeng. Kalau anak berkeringat, lap dulu dengan lap basah, lalu lap kering, baru dibedaki, supaya tidak mencetuskan biang keringat. Sebaiknya bedak jangan terhirup saat dipakaikan ke wajah, karena bisa menyebabkan penyakit pada paru.

Hati-hati dengan bedak wangi untuk anak. Pilihlah yang berasal dari bunga (alam) dengan konsentrasi rendah. Kalau kulit sedang lecet dan gatal, jangan pakai bedak, apalagi bedak kocok cair, karena akan memperparah keadaan.

1. Pelindung

Produk pelindung terhadap sinar matahari (tabir surya/sunblock /sunscreen), sebaiknya selalu dipakai ketika berenang atau beraktivitas dalam waktu lama di bawah sinar matahari jam 10.00 16.00. Kerusakan kulit (kanker kulit) pada umumnya akibat sinar matahari siang hari yang merupakan tabungan sejak anak-anak. Oleskan setengah jam sebelum terpajang matahari. Bila anak berkeringat, oleskan lagi tiap 2 jam. Pada waktu berenang, oleskan kembali begitu anak keluar dari air dan handukan.

Pilih produk yang dibuat khusus untuk anak, yaitu yang hanya mengandung tabir surya fisik, antara lain seng oksida (ZnO) dan titanium dioksida (TiO2). Jangan menggunakan tabir surya yang mengandung bahan kimia yang bisa menyebabkan iritasi misalnya paraminobenzoicacid (PABA). Untuk orang Indonesia pilih yang bernilai pelindung SPF 15 yang dapat melindungi sekitar 5 jam,bila tidak luntur kena air, keringat dan handuk.

1. Wewangian

Kalau memang merasa perlu memakai wewangian untuk anak, pilih produk khusus anak yang tidak mengandung alkohol. Bahan pewanginya dari bahan alami (bunga), dengan konsentrasi rendah. Hindari kontak kulit yang terkena wewangian dengan sinar matahari, karena mungkin terjadi reaksi alergi fotokontak. Anak berkulit sensitif sebaiknya tidak menggunakan wewangian.

1. Penolak serangga

Hindari memakai krim atau lotion tolak serangga yang mengandung DEET (dietiltoluamid) pada anak berusia di bawah 6 tahun. Bahkan, kalau bisa, tidak usah digunakan pada anak sama sekali. Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan keracunan saraf dan otak. Untuk anak sebaiknya gunakan produk penolak serangga yang mengandung bahan alami, misalnya minyak sereh (citronella), bisa minyak sereh asli atau produk yang mengandung minyak sereh ini. 13,14

Waktu Mandi, Penggunaan Sampo, dan Sabun Bayi

1. Mandi sebaiknya dilakukan setiap hari dengan suhu ruangan >25C, suhu air 37C dan tidak lebih dari 5 menit.

1. Gunakan sabun bayi ringan yang sesuai dengan pH netral kulit (5,5) dengan kandungan parfum dan pewarna yang seminimal mungkin untuk menghindari reaksi sensitisasi. Bahan di dalam sabun juga harus diperhatikan. Jangan menggunakan sabun dengan antiseptik (fenol, kresol), deodoran (triklosan, heksaklorofen) maupun sabun yang mengandung detergen sepertisodium lauryl sulphate(SLS) yang dapat menimbulkan iritasi maupunsodium laureth sulphate(SLES) yang beracun bila terserap kulit si kecil.

1. Baik sabun maupun sampo bayi umumnya mengandung beberapa jenis surfaktan sebagai bahan pembersih. Untuk sampo, pilihlah bahan surfaktan yang aman untuk mata seperticocamidopropyl betaineataunatriumlauril propinat. 13,14

Manfaat Menghindari Sinar Matahari:

Perlu diketahui bahwa efek buruk dari sinar matahari, sepertisunburnmaupun kanker kulit lebih mudah terjadi pada si kecil dibandingkan dewasa, mengingat betapa tipis dan rentannya kulit mereka. Proteksi dapat dilakukan dengan cara:

1. Hindari paparan langsung maupun tidak langsung sinar matahari pada bayi, terutama pada jam 10 pagi hingga 2 siang, di mana radiasi sinar matahari sangat kuat.

1. Lindungi bayi sebisa mungkin dengan berteduh di bawah pohon, payung maupun kanopi kereta bayi. Hal ini dapat mengurangi papar UV hingga 50%.

1. Pakaikan baju yang tertutup dari bahan katun yang nyaman dan topi berdaun lebar.

1. Sunscreenaman diberikan pada bayi usia di atas 6 bulan, dengan catatan jenis yang digunakan adalahphysical sunscreenyang mengandungtitanium oxideatauzinc oxidedengan SPF 30 atau lebih, dan berlabelbroad spectrumsertawaterproof. Aplikasikansunscreensekitar 15-30 menit sebelum bepergian, dan berenang pada wajah, punggung tangan dan kaki, ujung telinga dan belakang leher. Pemakaian perlu diulang setiap 2 jam. Apabila bayi berusia kurang dari 6 bulan dan tidak dapat menghindari pajanan matahari, pakaikanlahsunscreendengan SPF 15 di pipi dan punggung tangan saja. 15

Penggunaan Bedak, Minyak dan Parfum

1. Dalam memilih bedak, utamakan memilih yang terbuat dari bahan mineral sepertitalcumkarena ringan, lembut dan netral. Cara menggunakan yang benar adalah dengan meletakkan pada telapak tangan kita lalu diusapkan tipis dan merata, terutama pada bagian lipatan yang sudah kering dan bersih. Pastikan bahwa bedak tidak digunakan di daerah selaput lendir dan kulit yang tidak utuh. Hindarkan pemakaian di wajah karena bila terhirup dapat menimbulkan gangguan paru-paru.

1. Orang tua seringkali mengoleskan minyak, seperti minyak telon dan minyak kayu putih pada bayinya. Kedua jenis minyak ini bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah lokal sehingga timbul sensasi hangat dan sedikit mengurangi nyeri. Akan tetapi, kelompok minyak ini tergolong dalam bahan iritan sehingga pemakaian berlebih dapat menimbulkan ruam kulit.

1. Penggunaan parfum,baby colognedan bahan kimia lainnya sebaiknya dihindari pada usia-usia awal karena pada dasarnya kulit bayi mudah menyerap bahan yang dioleskan pada kulit dan mudah teriritasi. Pada dasarnya pakaian bayi dapat dicuci bersama dengan pakaian orang dewasa, namun pastikan bahwa deterjen yang digunakan bebas dari parfum dan zat pewarna. 13

Kapan Pelembab Diperlukan?

Pelembab berfungsi untuk mencegah kulit kering dan memperbaiki barier kulit yang rusak. Pilihlah pelembab berbentuk krim tanpa parfum. Aplikasikan pelembab minimal 2x sehari setelah mandi atau lebih sering bila cuaca dingin, kering atau bayi mengalami eksema. 13

Adakah Obat Nyamuk Oles yang Aman?

Dalam memilih jenis obat nyamuk, orang tua perlu membaca secara teliti kandungan aktif apa yang terkandung di dalamnya. Umumnya jenis obat nyamuk oles terbagi menjadi 2 kategori, yaitu bahan kimia sintetik dan minyak esensial tanaman. Bahan kimia sintetik yang aman untuk anak antara lain: DEET danpermetrin(untuk anak >2 bulan) danpicaridin(usia >2 tahun); sedangkan minyak esensial tanaman yang diperbolehkan antara lain: minyakcitronella/ minyak serai (untuk anak >2 tahun) danlemon eucalyptus extract(usia >3 tahun). Perlu diingat bahwa aplikasi di kulit harus setipis mungkin, dan hindari daerah wajah serta telapak tangan. Pastikan pula ada pembatasan frekuensi pemakaian dan anak tidak boleh mengoles sendiri. 16

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam. Jakarta: FKUI; 2011.h.3-8, h.138-47, h.35-6

2. Indonesia Pediatric Society. Edisi Juni 2015. Perawatan kulit pada anak dengan dermatitis atopik. Diunduh dari: http://idai.org.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-perawatan-kulit-pada-anak-dengan-dermatitis-atopik.html. 4 Agustus 2015.

3. Bagian ilmu kesehatan anak FKUI. Dermatologi dalam: Ilmu kesehatan anak. Jilid 1. Jakarta: FKUI, Infomedika; 2007.h.234-36.

4. Beheshti. 2007. Impetigo, a brief review. Fasa-Iran : Fasa Medical School.p.23-36, 277- 283.

5. Provider synergies. 2007. Impetigo Agents, Topical Review. Ohio : Intellectual Property Department Provider Synergies LLC.h.276-277

6. Buck. 2007. Ratapamulin: A New Option of Impetigo. Virginia USA : University of Virginia Childrens Hospital.p.403-479

7. Suswati, E. 2003.Efek Hambatan Triklosan 2% Terhadap Pertumbuhan Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA). (Tesis). Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Jember.h.43-44

8. Northern Kentucky Health Department. 2005. Impetigo. Kentucky : Epidemiology Services, Northern Kentucky Health Department.p.138-149

9. A. V. Weisbrod, . G.V. Hoff,. . Life Cycle Assesment (LCAs) measured environmental improvemens in Pampers diapers. International Journal of Life Cycle Assesment. 2011.

10. Dib, R. Diapers Rash. Editor: Richard G Bachur, Medscape Reference Drug, Disease and Procedurs .2010

11. Keswick ,Bruce, Seymour, Jon L. M.C. Milligan.. 1987. Diaper Area Skin Microflora of Normal Children and Children with Atopic Dermatitis.Journal of the American Academy of Dermatology. Volume 17, Issue 6 , Pages 988-997, December

12. Jawetz M; Adelbergs. Mikrobiologi Kedokteran. edisi 23. Alih Bahasa: Huriwati Hartanto dkk. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran ECG. Cetakan I, 2008.

13. Ardhie, A. Perawatan kulit serta komestik pada bayi dan anak. Dalam: Sugito TL, Prihianti S, Danarti R, Rahmayunita G. Perawatan kulit dan kelamin: sejak bayi hingga remaja. Jakarta: FKUI; 2013. Hal. 28-33.

14. Indonesia Pediatric Society. Edisi September 2014. Memilih produk kulit untuk si kecil. Diunduh dari: http://idai.org.id/public-articles/klinik/pengasuhan-anak/memilih-produk-kulit-untuk-si-kecil.html. 4 Agustus 2015.

15. American Academy of Pediatrics. Edisi Juni 2014. Why is a baby at special risk from sunburn?. Diunduh dari: http://www.healtychildren.org/English/ages-stages/baby/bathing-skin-care/page/Baby-sunburn-Prevention.aspx. 4 Agustus 2015.

16. Zulkarnaen, I. Penolak seraga untuk bayi dan anak: amankah?. Dalam: Sugito TL, Prihianti S, Danarti R, Rahmayunita G. Perawatan kulit dan kelamin: sejak bayi hingga remaja. Jakarta: FKUI; 2013. Hal. 139-49.