referat osteokondroma

Upload: albertus-aditya-budiyanto

Post on 06-Mar-2016

149 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

REFERAT

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN OSTEOKONDROMA

Pembimbing :dr. H. A. Djalaluddin M, Sp.B

Disusun oleh:

Febrilia Mutiara Sari G1A014022

SMF ILMU BEDAH UMUMRSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJOPURWOKERTO

2015

LEMBAR PENGESAHAN

REFERATDiagnosis dan Penatalaksanaan Osteokondroma

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepanitraan KlinikDi bagian SMF BedahRSUD Prof. Margono Soekardjo Purwokerto

Disusun Oleh :Febrilia Mutiara SariG4A014022

Purwokerto, Januari 2015

Mengetahui,Pembimbing

dr. H. A. Djalaluddin M, Sp.BNIP. 19520619 1980011 1 002

I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangTumor merupakan massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan tetap tumbuh dengan cara yang berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut berhenti (Dickey, 2011).Osteokondroma atau eksostosis adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis, penonjolan tulang ini ditutupi (diliputi) oleh cartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit). Osteokondroma merupakan tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan terutama ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda. Sehingga perlu mengetahui secara dini tanda klinis dan penatalaksanaan dari osteokonreoma tersebut (Allan, et al., 2004)

B. Rumusan MasalahPermasalahan yang akan dibahas dalam referat ini adalah diagnosis dan penatalaksanaan osteokondroma.

C. Tujuan Penulisan1. UmumPenulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai diagnosis dan penatalaksanaan osteokondroma.

2. KhususMengetahui definisi, cara penegakan diagnosis dan penatalaksanaan osteokondroma dalam kehamilan pada praktek klinis.

D. Manfaat Penulisan1. Manfaat TeoritisPenulisan referat ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang osteokondroma2. Manfaat Praktisa. Referat ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan referensi bagi klinisi.b. Memberikan gambaran diagnosis osteokondroma dan pelaksanaannya dalam praktek klinisc. Bagi Penulis LainReferat ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi penulis lain, khususnya dalam pembahasan diagnosis dan penatalaksanaan osteokondroma.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiOsteokondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostoksis yang muncul dari metasfisis, penonjolan tulang ini ditutupi oleh cartilago hialin. (Newman, 2002). Tonjolan ini menyebabkan suatu pembengkakan atau gumpalan dan mirip seperti kembang kol (cauliflower appeareance). Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit) (Allan, et al., 2004).Osteokondroma dapat tumbuh secara soliter maupun multipel. Osteokondroma yang multipel bersifat herediter (autosomal dominan) dan akan berhenti tumbuh dan mengalami proses penulangan setelah dewasa. Oleh karena itu eksositosis multipel ini tidak lagi disebut sebagai neoplasma. Osteokondroma yang soliter berbeda dengan multipel karena akan tumbuh terus walaupun penderita telah dewasa dan jenis ini dianggap sebagai neoplasma. Kebanyakan osteokondroma adalah soliter tetapi lesi multipel dapat berkembang pada individu dengan predisposisi genetic (Allan, et al., 2004).Osteokondroma biasanya mengenai tulang panjang, dan tulang yang sering terkena adalah ujung distal femur (30%), ujung proksimal tibia (20%), dan humerus (2%). Osteokondroma juga dapat mengenai tulang tangan dan kaki (10%) serta tulang pipih seperti pelvis (5%) dan scapula (4%) walaupun jarang. Osteokondroma terdiri dari 2 tipe yaitu tipe bertangkai (pedunculated) dan tipe tidak bertangkai (sesile). Tulang panjang yang terkena biasanya tipe bertangkai sedangkan di pelvis tipe sessile (Schmall, et al., 2008)

B. Epidemiologi1. Frekuensi Frekuensi aktual osteokondroma tidak diketahui karena banyak yang tidak didiagnosis. Kebanyakan ditemukan pada pasien lebih muda dari 20 tahun, Rasio laki-perempuan adalah 3:1. Osteokondroma dapat terjadi dalam setiap tulang yang mengalami pembentukan tulang enchondral, tetapi mereka yang paling umum di sekitar lutut (Allan, et al., 2004).2. LokasiOsteokondroma biasanya mengenai pada daerah metafisis tulang panjang, dan tulang yang sering terkena adalah ujung distal femur (30%), ujung proksimal tibia (20%), dan humerus (2%). Osteokondroma juga dapat mengenai tulang tangan dan kaki (10%) serta tulang pipih seperti pelvis (5%) dan scapula (4%) walaupun jarang. Osteokondroma terdiri dari 2 tipe yaitu tipe bertangkai (pedunculated) dan tipe tidak bertangkai(sesile). Tulang panjang yang terkena biasanya tipe bertangkai sedangkan di pelvis adalah tipe sesile. Tumor bersifat soliter dengan dasar lebar atau kecil seperti tankai dan bila multiple dikenal sebagai diafisial aklasia (eksostosis herediter multiple) yang bersifat herediter dan diturunkan secara dominan gen mutan (Schmall, et al., 2008).

C. Gejala KlinisOsteokondroma tidak memberikan gejala klinis yang jelas sehingga ditemukan secara kebetulan, namun ada benjolan yang tumbuh dengan lama dan membesar. Bila tumor menekan saraf atau pembuluh darah dapat menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit dapat ditimbulkan oleh fraktur patologis pada tangkai tumor, khususnya pada bagian yang tipis. Dapat terjadi pertumbuhan bursa exotica di atas tumor, bila terjadi inflamasi maka pasien akan mengeluhkan perasaan sakit. Bila rasa sakit timbul tanpa ada fraktur, bursitis atau penekanan saraf makan harus dicurigai keganasan (Schmall, 2008).Pseudoaneurisma dapat timbul pada osteokondroma, terutama pada a. Poplitea dan a. Femoralis. Pseudoaneurisma ini dapat terjadi bila ada fraktur pada tangkai tumor di daerah distal femur atau proximal tibia. Bila osteokondroma yang cukup besar terbentuk pada kolumna vertebralis dapat mengakibatkan angulasi kifosis dan menimbulkan gejala spondilolistesis. Kasus herediter multipe; exositosis keluhan bisa berupa massa yang multipel serta tidak menimbulkan nyeri terletak di dekat persendian. Umumnya bilateral dan simetris (Schmall, 2008).Nyeri juga dapat terjadi apabila ada penekanan pada bursa maupun jaringan lunak sekitar tumor. Nyeri terjadi sebagai akibat dari efek langsung mekanik dari massa osteokondroma terhadap jaringan lunak di atasnya. Penekanan tersebut mengakibatkan kantung terkait atau bursitis eksisitosis. Iritasi tendon, otot maupun saraf di sekitar tumor juga mengakibatkan rasa nyeri. Trauma langsung yang mengakibatkan fraktur tangkai tumor akan menimbulkan rasa sakit. Tutup dari tangkai tumor dapat terjadi infark maupun nekrosis iskemia yang juga menimbulkan nyeri (Schmall, 2008).Osteokandroma pada umumnya timbul dengan gejala awal benjolan tidak nyeri di dekat sendi. Lokasi yang sering dijumpai yaitu pada sendi lutut dan bahu. Osteokondroma dapat terletak di bawah tendon. Bila terletak di dekat saraf dapat mengakibatkan gejala yang berkaitan dengan persarafan saraf seperti mati rasa, nyeri, maupun kesemutan pada area ekstremitas yang dipersarafi. Bila tumor menekan pembuluh darah maka akan mengakibatkan perubahan periodik dalam aliran darah sehingga dapat terjadi hilangnya pulsasi maupun perubahan warna ekstremitas. Namun hal ini sangat jarang terjadi (Dickey, 2011).

Gambar 2.1 Gambaran Klinis Osteokondroma (Dickey, 2011)

D. DiagnosisUntuk menetapkan diagnosis tumor tulang diperlukan beberapa hal, yaitu :a) Anamnesis1) Umur2) Lama dan perkembangan tumor3) Nyeri4) Pembengkakan5) Riwayat keluarga

b) Pemeriksaan klinis1) Lokasi2) Besar, bentuk, batas dan sifat tumor3) Gangguan pergerakan sendi4) Spasme otot dan kekakuan tulang belakang5) Fraktur patologis6) Pemeriksaan neurologisBila terdapat gejala gangguan neurologis pada penderita, maka pemeriksaan neurologis perlu dilakukan secara cermat untuk menentukan apakah gangguan ini timbul oleh karena penekanan tumor pada saraf tertentu (Dickey, 2011).

c) Pemeriksaan radiologiPemeriksaan penunjang osteokondroma dengan pemeriksaan radiologis. Ada 2 tipe osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated) / narrow base dan tidak bertangkai (sesile) / broad base. Pada tipe pedunculated, pada foto polos tampak penonjolan tulang yang menjauhi sendi dengan korteks dan spongiosa masih normal. Penonjolan ini berbentuk seperti bunga kol (cauliflower) dengan komponen osteosit sebagai tangkai dan komponen kondrosit sebagai bunganya. Densitas penonjolan tulang inhomogen (opaq pada tangkai dan lusen pada bunga). Terkadang tampak adanya kalsifikasi berupa bercak opaq akibat komponen kondral yang mengalami kalsifikasi (Dickey, 2011).Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis tetapi yang terlihat lebih kecil dibanding dengan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik oleh karena sebagian besar tumor ini diliputi oleh tulang rawan. Tumor dapat bersifat tunggal atau multiple tergantung dari jenisnya. Untuk pemeriksaan radiologis dapat menggunakan yaitu:

1) Foto Polos TulangRadiografi polos adalah pemeriksaan penunjang dalam pencitraan untuk osteokondroma yang diperlukan dan dapat menjadi ciri khas dari lesi. Osteochondroma akan muncul sebagai batang atau tonjolan yang muncul dari permukaan tulang. Ini menunjukkan kecenderungan predileksi untuk metafisis dan tambahan dari tendon pada tulang panjang. Batas jelas dan jarang irreguler, meskipun tumor tampaknya terus-menerus dengan korteks tulang. Biasa ditemukan serpihan kalsifikasi atau gangguan linier dalam komponen tulang rawan dari osteochondroma tersebut. Kalsifikasi ini muncul sebagai daerah radiopak (Dickey, 2011).

Gambar 2.2. Sebuah lesi khas pada tulang paha kanan, tonjolan pada permukaan eksternal dari tulang femur dan kalsifikasi linear dalam lesi tumor juga jelas.

Radiograf dengan kualitas yang baik harus diperoleh dalam 2 pesawat tegak lurus dengan ciri lesi sepenuhnya. Fitur radiografi klasik termasuk orientasi lesi jauh dari fisis dan kontinuitas meduler (Allan, et al., 2004).

Gambar 2.3. Foto AP dari osteokondroma pedunkulata femur distal.

Gambar 2.4. Foto Lateral dari osteokondroma pedunkulata femur distal. Orientasi yang jauh dari lempeng pertumbuhan, dan kontinuitas meduler jelas

Gambar 2.5. Anteroposterior radiograf dari osteokondroma sessile humerus.

2) CT-ScanComputed tomography adalah metode sangat akurat untuk menggambarkan osteochondroma pada kolumna tulang belakang, bahu, dan panggul. Secara khusus, jika kompresi myelopathy telah terjadi, CT mielografi menjadi pemeriksaan pilihan. CT dapat menggambarkan lesi tulang secara rinci, serta menunjukkan adanya kalsifikasi. Lokalisasi CT dapat berguna ketika merencanakan reseksi. Kemampuannya dalam membedakan suatu osteochondroma dari osteosarcoma telah menjadi bahan perdebatan. Kriteria yang digunakan adalah ketebalan tulang rawan pada tumor. Kerugian dari CT adalah bahwa ia tidak bisa memperkirakan aktivitas metabolik, indikasi serius keganasan tumor apapun (Murphey, et al., 2000). Gambar 2.6. CT scan panggul menggambarkan osteokondroma soliterdan CT scan dari osteokondroma sessile humerus

3) MRI (Magnetic resonance Imaging)MRI diperlukan hanya dalam kasus-kasus yang curiga terjadinya keganasan atau anatomi jaringan lunak yang relevan perlu digambarkan. MRI adalah modalitas pilihan untuk menilai ketebalan tulang rawan tutup, seperti pada gambar di bawah. Meskipun tidak merupakan indikasi mutlak, ketebalan dari cartilage cap berhubungan dengan keganasan. Tebal cartilage cap yang > 4 cm adalah sugestif degenerasi ganas, terutama ketika mereka berhubungan dengan nyeri (Murphey, et al., 2000).

Gambar 2.7. MRI sessile osteokondroma femurmenunjukkan ketebalan tutup tulang rawan.

d) Pemeriksaan biopsi Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan histologi, untuk membantu menetapkan diagnosis serta staging tumor. Dikenal ada dua metode pemeriksaan biopsi yaitu :1. Biopsi tertutupDilakukan dengan menggunakan jarum halus (fine needle aspiration, FNA) untuk melakukan sitodiagnosis, merupakan salah satu cara biopsi untuk melakukan diagnose pada tumor.2. Biopsi terbukaBiopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif (Weiner, 2004).E. PenatalaksanaanPengobatan osteokondroma tulang bersifat individual. Pasien dengan lesi kecil tanpa gejala atau minimal gejala, temuan pencitraan yang khas, dan tidak ada gangguan fungsional atau mekanis atau deformitas progresif harus diamati secara teratur untuk kemungkinan regresi spontan atau transformasi keganasan. Namun, pengobatan harus bertujuan juga pada pencegahan cacat. (Weiner, 2004).Pengobatan pilihan adalah operasi. Tumor harus benar-benar dipotong untuk menghindari kekambuhan. Evaluasi lengkap dari pasien membutuhkan pemeriksaan fisik, CT, MRI dan biopsi dari lesi. Kehadiran osteokondroma asimtomatik soliter bukan merupakan indikasi untuk bedah eksisi, karena risiko dari operasi yang lebih serius daripada yang ditimbulkan oleh tumor. Ketika exostosis yang menjadi begitu besar menimbulkan gejala nyeri persisten atau nyeri saat aktivitas, maka lesi harus dipotong. Indikasi lainnya adalah lesi pada saraf seperti kompresi. (Weiner, 2004).Bedah Eksisi wajib dilakukan jika terjadi perubahan dari ketebalan tulang rawan atau ditemukan pembesaran tumor. Bedah tetap menjadi pengobatan pilihan jika ada komplikasi dari osteokondroma tersebut. Komplikasi yang paling umum termasuk patah tulang, gejala perifer saraf seperti paresthesia, paraplegia, neuropati peroneal dan neuropati ekstremitas atas. (Weiner, 2004).Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang jaringan (tumor) dengan memotong. Tindakan ini dilakukan dengan berbagai tujuan antara lain pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan memperbaiki penampilan secara kosmetik (Soedarwoto, AD, 2000)Sebelum melakukan eksisi, anatomi daerah yang akan dieksisi harus dikuasai lebih dahulu. Pada badan dan anggota gerak, eksis dapat dilakukan dengan mudah, tetapi pada daerah tangan dan kaki harus berhati-hati karena banyak pembuluh darah dan saraf superficial dan tendon. Tujuan operasi adalah mengangkat lesi kulit. Irisan operasi yang sejajar dengan garis regangan kulit alami akan membuat jaringan parut kurang terlihat. Arah garis ini biasanya tegak lurus terhadap otot dibawahnya (Cipto H, 2005).

F. PrognosisEksisi osteokondroma biasanya bersifat kuratif. Kekambuhan dapat dilihat ketika eksisi tidak tuntas. Beberapa kasus kekambuhan pada eksisi yang tuntas pada lesi menimbulkan kecurigaan keganasan (Weiner, 2004).

RINGKASAN

1. Osteokondroma atau eksostosis adalah tumor jinak tulang dengan penampakan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang muncul dari metafisis, penonjolan tulang ini ditutupi (diliputi) oleh cartilago hialin. 2. Tumor ini berasal dari komponen tulang (osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit). 3. Osteokondroma merupakan tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan terutama ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda.4. Osteokondroma dapat tumbuh secara soliter maupun multipel.5. Osteokondroma biasanya mengenai tulang panjang, dan tulang yang sering terkena adalah ujung distal femur (30%), ujung proksimal tibia (20%), dan humerus (2%). Kebanyakan ditemukan pada pasien lebih muda dari 20 tahun, Rasio laki-perempuan adalah 3:1.6. Osteokondroma tidak memberikan gejala klinis yang jelas sehingga ditemukan secara kebetulan, namun ada benjolan yang tumbuh dengan lama dan membesar. Bila tumor menekan saraf atau pembuluh darah dapat menimbulkan rasa sakit.7. Pada osteokondroma diperlukan pemeriksaan penunjang berupa radiologi dan biopsi.8. Pengobatan pilihan adalah operasi. Tumor harus benar-benar dipotong untuk menghindari kekambuhan. Evaluasi lengkap dari pasien membutuhkan pemeriksaan fisik, CT, MRI dan biopsi dari lesi.9. Eksisi osteokondroma biasanya bersifat kuratif. Kekambuhan dapat dilihat ketika eksisi tidak tuntas.

DAFTAR PUSTAKA

Allan, G & Blonchi, S, et al. 2004. Paediatric Musculoskeletal Disease. Cambridge: Cambridge University Press.

Appley, A.G & L. Solomon. 2002. Appley System Of Orthopaedics And Fractures. Oxford: ELBS.

Cipto H, Wasitaatmadja SM. 2005. Bedah kulit, Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI. Jakarta.

Dickey, I.D. 2011. Solitary Osteokondroma. Eastern maine medical centre. www. Medscape. com.

Murphey, M. Et al. 2000. Imaging of osteochondroma : Variant complication with radiologic corelation.

Newman, M.A. 2002. Dorland: Kamus kedokteran. Jakarta : EGC

Schmall, G.A. et al. 2008. Hereditery Multiple Osteokondroma. Seattle: NCBI Book Shelf.

Soedarwoto, AD. 2000. Kombinasi bedah eksisi, skin flaps dan injeksi tramsinolon asetonid intra lesi pada keloid kulit di Indonesia. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Weiner, D.S. 2004. Paediatric Orthopaedic For Primary Care Physician 2nd ed. New York : Cambridge University Press.