referat hadi elga

12

Upload: elga-elaskia

Post on 16-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

aaaaaa

TRANSCRIPT

  • Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboratorium CT-ScanFoto RontgenMRIUltrasonografi

  • Manajemen Perujukan pada Kasus Trauma

    1. True EmergencyKondisi ini memerlukan terapi dalam hitungan menit. Contoh kasusnya yaitu trauma bakar oleh bahan kimia pada konjungtiva dan kornea. Semua trauma kimia memerlukan terapi secepatnya dan irigasi yang banyak dan langsung dirujuk ke spesialis mata.

    2. Urgent SituationSituasi urgensi memerlukan terapi dalam hitungan jam.

    3. Semiurgent SituationMerujuk pasien pada kondisi ini dapat dilakukan dalam 1-2 hari. Kasus yang termasuk dalam kondisi ini antara lain fraktur orbita dan perdarahan konjungtiva kecuali terdapat suspek ruptur bola mata atau perdarahan intraokuler.

  • Tatalaksana trauma tembusPenilaian AwalLangkah awal yang harus segera dilakukan adalah menerapkan prinsip umum bantuan hidup lanjut pada kasus trauma, evaluasi untuk visual dilakukan sembari pertolongan bantuan hidup lanjut dilaksanakan

  • PengobatanTanpa OperasiTerapi antibiotik sistemik atau topical.

    2. Operasia. Repair korneosklera Tujuan primer untuk memperbaiki integritas bola mata. Tujuan sekunder adalah untuk memperbaiki visus. Bila prognosis visus kurang baik dan mempunyai resiko oftalmia simpatis maka sebaiknya dilakukan enukleasi.

  • b. AnastesiAnastesi umum dipergunakan untuk repair bola mata, sebab anastesi retrobulber atau peribulber akan meningkatkan tekanan bola mata. Diberikan pelumpuh otot yang cukup untuk menghindari prolapsnya isi bola mata.

  • c. Langkah-langkah repair korneosklera- Anastesi umum- Eksisi prolap vitreous, fragmen lensa, benda asing transkornea- Reposisi prolap irisJika prolaps berlangsung dalam 24-36 jam dan iris masih viabel, iris dapat direposisi. Jika iris tidak lagi viabel, maka iris di eksisi.7 - Tutup laserasi kornea dengan limbus sebagai patokan- Selesaikan repair kornea secara watertight dengan nilon 10-0- Peritomi konjungtiva untuk memaparkan sklera- Eksisi prolap vitreous bagian posterior secara perlahan- Reposisi prolap uvea dan retina bagian posterior secara perlahan- Selesaikan penutupan sklera dengan nilon 9-0 atau silk 8-0- Selesaikan penutupan konjungtiva- Tutup konjungtiva- Antibiotik dan steroid subkonjungtiva

  • d. Yang perlu diperhatikanTidak dipasang fiksasi rektus karena repair palpebra kan menekan permukaan mata, maka selesaikan dulu repair kornea. Bila vitreous ata massa lensa prolap melui bibir luka , maka potong diatas kornea, tidak dengan menariknya keluar. Bila uvea atau retina menonjol keluar lakukan reposisi dengan bantuan vikoelastik secara hati-hati. Reposisi iris segera dilakukan setiap selesai jahitan untuk mencegah iris terjepit dibibir luka. Jahitan yang dikerjakan sebaiknya mendekati full thickness.Pada akhir operasi diberikan antibiotik subkonjungtiva (tobramisin 20 mg atau vankomisin 25 mg) dan kortikosteroid (deksametason 2 mg). Antibiotik intravitreal (vankomisin 1 mg atau amikacin 200 mcg) diberikan pada luka yang terkontaminasi menutupi vitreous. Diberikan antibiotik salep mata (kombinasi bacitasin-polimyxin) dan kemudian mata ditutup.

  • e. Repair sekunder- Pengangkatan benda asing intraokuler, rekonstruksi iris, ekstraksi katarak, vitrektomi, insersi lensa intraokuler dan krioterapi pada robekan retina. - Bila kekeruhan lensa bertambah inflamasi intraokuler akan bertambah parah sehingga kesempatan untuk meletakkan lensa intraokuler akan hilang.- Bila benda asing terlihat di segmen anterior sebaiknya diangkat melalui lubang atau insisi limbal.- Bila pengangkatan lensa diperlukan perlu diketahui apakah kapsula posterior masih utuh atau tidak.- Perbaikan ruptur iris tidak hanya memperbaiki fungsi iris dan visus tapi juga mengembalikan iris pada tempatnya untuk menghindarkan sinekia. Bila terjadi iridodialis akan menyebabkan diplopia dan eksentrik pupil sehingga perlu reposisi.f. Pengobatan paska operasi- Terapi untuk cegah infeksi, supresi inflamasi, kontrol TIO dan hilangkan rasa sakit.- Antibiotik intravena sampai 3-5 hari. Antibiotik topikal sampai 7 hari sedangkan kortikosteroid dan sikloplegia dikurangi berdasarkan tingkat inflamasinya.- Jahitan kornea bila tak longgar dapat diletakkan sampai 3 bulan lalu diangkat bertahap- Karena risiko ablatio retina maka pemeriksaan segmen posterior harus sering dilakukan, bila tak terlihat dapat dengan menggunakan USG.- Koreksi penglihatan sesegera mungkin karena pada anak-anak resiko ambliopia meningkat apabila rehabilitasi visus ditunda- profilaksis sistemik untuk cegah traumatik endoftalmitis :* gram positif : vankomisin 1g IV tiap 12 jam selama hari * gram negatif : Gentamisin 1-2 mg/kg BB IV pada kali pertama, dilanjutkan 1 mg/kg BB tiap 8 jam selama 3 hari atau ceftazidim 1 g IV tiap 12 jam selama 3 hari.* Fungus : tidak rutin diberikan

  • KomplikasiEndoftalmitis dapat terjadi baik eksogen maupun pasca operasi.Endoftalmitis yang terjadi dapat bakteri atau jamur.Oftalmia simpatetik, adalah peradangan pada mata yang tidak mengalami luka beberapa minggu atau bulan setealh cedera. Diperkirakan suatu proses autoimun pada jaringan uvea. Gejalanya adalah nyeri, penurunan tajam penglihatan dan fotofobia.

  • Prognosis Prognosis pasien pada kejadian trauma tembus dapat diprediksi dengan memperhatikan beberapa faktor, meskipun ada pro kontra terhadapnya, yaitu diantaranya usia, penyebab trauma, endoftalmitis, luasnya luka, fraktur wajah, hifema, ketajaman penglihatan inisial, tipe trauma, benda asing intra okuler, lokasi benda asing intra okuler, trauma mata sebelahnya, trauma lensa, keberadaan lensa, no light perception, trauma perforasi, ablasi retina, jenis kelamin, prolaps jaringan, perdarahan vitreal, lokasi dan panjangnya luka. Oleh karena terdapatnya kontroversial pada penentuan prognostik ini, maka peran individu (pasien) menjadi pertimbangan utama. Dengan diberlakukannya OTS, maka diharapkan dapat dengan mudah memprediksi untuk prognosis pasien, dan hal ini akan sangat membantu pasien, dokter, dokter mata, dan tenaga paramedis lain. Dengan OTS diharapkan dokter mata dapat memprediksi prognosis pasien, dan pada penelitian didapatkan hasil hingga 77% kesempatan dokter mata untuk hasil fungsional final pasien.

  • Kesimpulan Trauma tembus bola mata menurut Birmingham Eye Trauma Terminology System didefinisikan sebagai trauma mata yang menyebabkan kerusakan pada keseluruhan ketebalan dinding bola mata (full-thickness wound of the eyewall). Trauma tembus merupakan trauma mata terbuka (open globe injury) yang mengenai bola mata, sedangkan trauma mata tertutup merupakan luka penetrasi yang mengenai kornea.Penyebab tersering ruptur mata pada dewasa dapat terjadi setelah trauma tumpul akibat kecelakaan kendaraan bermotor, aktivitas olahraga, penganiayaan atau trauma lain. Trauma tembus atau perforasi dapat terjadi akibat tembakan senapan, luka tusuk, kecelakaan di tempat kerja atau kecelakaan lain yang melibatkan benda tajam atau proyektil yang menembus jaringan mata. Ruptur bola mata dapat terjadi saat benda tumpul mengenai orbita, menyebabkan kompresi antero-posterior dan meningkatkan tekanan intraokular sampai menimbulkan robekan sklera. Ruptur akibat trauma tumpul biasanya terjadi pada tempat di mana sklera paling tipis, pada insersi otot ekstraokular, pada limbus, dan sekitar nervus optikus. Benda tajam atau yang melaju dengan kecepatan tinggi dapat secara langsung menimbulkan perforasi pada bola mata. Manajemen utama yang harus dilakukan dokter umum ketika mendapat kasus trauma tembus bola mata adalah dengan melakukan penanganan awal dan kemudia merujuk pasien. Dokter umum tidak dapat memberikan terapi definitif pada kasus trauma yang berat sehingga pada kasus trauma tembus bola mata yang cukup berat yang tergolong dalam situasi urgen harus dilakukan perujukan. Sebelum merujuk luka tembus tersebut boleh ditutup namun tidak boleh diberikan manipulasi yang akan memperberat trauma yang ada.