referat dislokasi

13
PENDAHULUAN DISLOKASI I. DEFINISI Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138). Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi. 1

Upload: wenny1186

Post on 27-Jun-2015

1.069 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT DISLOKASI

PENDAHULUAN

DISLOKASI

I. DEFINISI

Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi

berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi).

Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu

kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai

luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan

sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya

seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang

tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi

rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami

dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi

pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain

macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-

ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

II. KLASIFIKASI

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1

Page 2: REFERAT DISLOKASI

1. Dislokasi congenital :

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2. Dislokasi patologik :

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau

osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatic :

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat,

kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi

karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya

dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan

terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :

1) Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di

sekitar sendi.

2) Dislokasi Kronik

3) Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan

trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint

dan patello femoral joint.

Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh

berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot

dan tarikan.

2

Page 3: REFERAT DISLOKASI

III. ETIOLOGI

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga

yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket

dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena

secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

3

Page 4: REFERAT DISLOKASI

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3. Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan

kompenen vital penghubung tulang

IV. PATOFISIOLOGI

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong

kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian

posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke

bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu

jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid).

V. MANIFESTASI KLINIS

Nyeri terasa hebat . Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan

segan menerima pemeriksaan apa saja . Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau

pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

4

Page 5: REFERAT DISLOKASI

Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian

anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus

dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk

sendi.

VII. KOMPLIKASI

Dini

1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan

mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut

2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak

3) Fraktur disloksi

Komplikasi lanjut :

1) Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi

bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang

secara otomatis membatasi abduksi

2) Dislokasi yang berulang: Terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari

bagian depan leher glenoid

3) Kelemahan otot

5

Page 6: REFERAT DISLOKASI

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika

dislokasi berat.

Penanggulangan

Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga

sendi. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar

tetap dalam posisi stabil.

Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang

berguna untuk mengembalikan kisaran sendi, Memberikan kenyamanan dan melindungi

sendi selama masa penyembuhan.

2. Dislokasi sendi rahang. Terjadi karena menguap atau tertawa terlalu lebar, terkena

pukulan keras ketika rahang sedang terbuka.

Penanggulangan

Rahang ditekan kebawah dengan mempergunakan ibu jari yang sudah dilindungi

balutan, ibu jari tersebut diletakkan pada geraham paling belakang, tekanan tersebut harus

mantap tetapi pelan-pelan bersamaan dengan penekanan jari-jari yang lain mengangkat dagu

penderita keatas. Tindakan dikatakan berhasil bila rahang tersebut menutup dengan cepat dan

keras. Untuk beberapa saat penderita tidak boleh membuka mulut lebar

3. Dislokasi sendi bahu, tanda-tanda korban yang mengalami Dislokasi sendi bahu yaitu:

Sendi bahu tidak dapat digerakakkan, korban mengendong tangan yang sakit dengan

yang lain, korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan, kontur bahu hilang,

bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya.

6

Page 7: REFERAT DISLOKASI

Penanggulangan

Teknik Hennipen secara perlahan dielevasikan sehingga bongkol sendi masuk

kedalam mangkok sendi. Pasien duduk atau tidur dengan posisi 450, siku pasien ditahan oleh

tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi arah keluar (eksterna)

sampai 900 dengan lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri, rotasi eksterna sementara

dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah relaksasi eksterna

mencapai 900 maka reposisi akan terjadi, jika reposisi tidak terjadi, maka;

Teknik Stimson pasien tidur tengkurap, kemudian tangan yang dislokasi digantung

tempat tidur diberi beban 10-15 pound selama 30 menit biasanya akan terjadi reposisi jika

tidak berhasil dapatditolong dengan pergerakan rotasi dan kemudian interna.

4. Dislokasi sendi panggul, tanda-tanda klinis terjadinya dislokasi panggul: Kaki pendek

dibandingkan dengan kaki yang tidak mengalami dislokasi kaput femur dapat diraba

pada tanggul. Setiap usaha menggerakkan pinggul akan mendatangkan rasa nyeri

5. Dislokasi congenital: Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

6. Dislokasi patologik: Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya

tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang

berkurang.

7. Dislokasi traumatic: Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan

mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena

mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat

mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur

sendi, ligamen, syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

IX. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

- Identitas dan keluhan utama

- Riwayat penyakit lalu

- Riwayat penyakit sekarang

- Riwayat masa pertumbuhan

- Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian :

1. nyeri,

7

Page 8: REFERAT DISLOKASI

2. deformitas,

3. fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

4. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Chairuddin, R., 1998, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Cetakan I, Penerbit Bintang

Lamumpatue, Ujung Pandang, hal. 6 – 11.

2. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Staff Pengajar FKUI, Jakarta, 1994.

3. Sabiston. DC; alih bahasa: Andrianto.P; Editor Ronardy DH. Buku Ajar Bedah

Bagian 2. Penerbit EGC; Jakarta.1994. 479-481.

4. Apley, AG., and Solomon L, 1993, Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 7th

ed., Butterworth-Heinemann Ltd., p. 107-113.

5. http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/askep-dislokasi.html#axzz3PDjlG9tI

6. http://zackyubaid.blogspot.com/2010/07/dislokasi-tulang.html

8