77107343 dislokasi humerus
TRANSCRIPT
DISLOKASI HUMERUS
1. DEFINISI
Dislokasi humerus merupakan pergeseran kaput humerus dari sendi
glenohumeral, berada di anterior dan medial glenoid (dislokasi anterior), di
posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna
dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong kedepan dan
menimbulkan avulsi kapsul sendi dan kartilago beserta periosteum labrum
glenoidalis bagian anterior.
Sendi bahu memiliki ROM terbesar dari semua sendi dalam tubuh dan,
dengan demikian beresiko tinggi untuk dislokasi.
2. ANATOMI
Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan mangkok sendi,
disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional
sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan
sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-
sendi lainnya.
Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat
melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang
pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang
sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut
tidak stabil namun paling luas gerakannya.
3. EPIDEMIOLOGI
Bahu adalah bahagian yang paling sering dislokasi sendi dalam tubuh,
akuntansi hingga 45% dari semua dislokasi. Dislokasi anterior bahu terjadi
85% dari semua dislokasi bahu dan 8-9 kali lebih umum daripada dislokasi
posterior. Inferior dan superior dislokasi jarang terjadi, biasa terjadi kira-kira
5-10% dari semua dislokasi bahu.
4. ETIOLOGI
Trauma (langsung atau tidak langsung) adalah mekanisme yang paling
umum dari cedera untuk semua dislokasi bahu, dan arah dislokasi tergantung
pada arah gaya.
5. KLASIFIKASI
Dislokasi anterior
Dislokasi preglenoid subkorakoid, subklavikuler. Paling sering
ditemukan, jatuh dalam keadaan out stretched, trauma pada scapula
gambaran klinis nyeri hebat dengan gangguan pergerakan bahu, kontur
sendi bahu jadi rata, kaput humerus bergeser ke depan pemeriksaan
radiologis.
Dislokasi posterior
Jarang ditemukan, trauma langsung pada sendi bahu dalam
keadaan rotasi interna.
Dislokasi superior
Dislokasi bahu superior terjadi sebagai kekuatan anterior dan superior
ekstrim diterapkan pada lengan adduksi, seperti saat jatuh dari
ketinggian.
Dislokasi inferior atau luksasi erecta.
Pada luxatio erecta posisi lengan atas dalam posisi abduksi, kepala
humerus terletak dibawah glenoid, terjepit pada kapsul yang robek .
Karena robekan kapsul sendi lebih kecil dibanding kepala humerus, maka
sangat susah kepala humerus ditarik keluar, hal ini disebut sebagai “efek
lubang kancing ( Button hole effect ).
6. PATOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong
kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-
kadang bagian posterolateral kaput hancur.Meski jarang prosesus akromium
dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan
tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi di
bawah karakoid).
Pada dislokasi berulang labrum dan kapsul sering terlepas dari lingkar
anterior glenoid. Tetapi pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul
serta ligamentum glenohumerus keduanya terlepas atau terentang kearah
anterior dan inferior. Selain itu mungkin ada indentasi pada bagian
posterolateral kaput humerus (lesi Hill-Sachs), yaitu suatu fraktur kompresi
akibat kaput humerus menekan lingkar glenoid anterior setiap kali mengalami
dislokasi.
Dislokasi Anterior Sering terjadi pada usia dewasa muda karena KLL atau
olahraga. Biasanya terjadi karena gerakan puntiran keluar ( ekternal rotasi )
tekanan kearah ekstensi dari sendi bahu. Posisi lengan atas dalam posisi
abduksi.Dalam posisi tersebut diatas akan terjadi regangan yang berat pada
kapsul yang melekat pada glenoid bagian depan bawah. Pertemuan kapsul
dengan glenoid berupa fibrocartilage. Kalau daya dorongnya terlalu kuat
terjadilah alfusi fibrocartilage dibagian bawah dan depan glenoid , lesi ini
disebut sebagai BANKART Laesi. Karena terjadi robekan kapsul, kepala
humerus akan keluar dari cekungan glenoid kearah depan dan medial,
kebanyakan tertahan dibawah coracoid .Mekanisme lain terjadinya dislokasi
adalah trauma langsung. Penderita jatuh pundak bagian belakang terbentur
lantai atau tanah gaya akan mendorong permukaan belakang humerus
bagian proksimal kedepan.
Pada luxatio erecta posisi lengan atas dalam posisi abduksi, kepala
humerus terletak dibawah glenoid, terjepit pada kapsul yang robek . Karena
robekan kapsul sendi lebih kecil dibanding kepala humerus, maka sangat
susah kepala humerus ditarik keluar, hal ini disebut sebagai “efek lubang
kancing ( Button hole effect )“
7. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan
sebelahnya dan segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar
lateral bahu dapat rata dan ,kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan
dapat diraba tepat di bawah klavikula.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian
anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara
kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan
medial terhadap terhadap mangkuk sendi.
9. KOMPLIKASI
a. Dini
Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang
mati rasa pada otot tesebut
Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat
mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang
berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang
secara otomatis membatasi abduksi
Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau
kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid
Kelemahan otot
10. PENATALAKSANAAN
a. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan
menggunakan anastesi jika dislokasi berat.
b. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan
dikembalikan ke rongga sendi.
c. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi
dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.
d. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi
halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
e. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa
penyembuhan.
LANDASAN TEORI ASKEP
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
disklokasi yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat
memperparah keadaan klien dan menghambat proses penyembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri,
deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada
dislokasi anterior bahu.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas
jaringan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
e. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan
bentuk tubuh.
3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas
jaringan.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan rasa nyeri teratasi, dengan kriteria hasil :
o Klien tampak tidak meringis lagi.
o Klien tampak rileks.
Rencana Tindakan / Rasional:
Kaji skala nyeri
Rasional : Mengetahui intensitas nyeri.
Berikan posisi relaks pada pasien.
Rasional : Posisi relaksasi pada pasien dapat mengalihkan focus pikiran
pasien pada nyeri.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional : Tehnik relaksasi dan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri.
Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktifitas hiburan.
Rasional : Meningkatkan relaksasi pasien.
Kolaborasi pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik mengurangi nyeri
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan gangguan mobilitas fisik klien teratasi, dengan kriteria hasil :
o Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari).
o Klien menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya
nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Rencana Tindakan / Rasional:·
Kaji tingkat mobilisasi pasien.
Rasional : Menunjukkan tingkat mobilisasi pasien dan menentukan
intervensi selanjutnya.
Berikan latihan ROM.
Rasional : Memberikan latihan ROM kepada klien untuk mobilisasi.
Anjurkan penggunaan alat bantu jika diperlukan.
Rasional : Alat bantu memperingan mobilisasi pasien.
Monitor tonus otot
Rasional : Agar mendapatkan data yang akurat.
Membantu pasien untuk imobilisasi baik dari perawat maupun
keluarga.
Rasional : Dapat membantu pasien untuk imobilisasi.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna
makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi, dengan kriteria hasil :
Klien menunjukkan peningkatan atau mempertahankan berat badan
dengan nilai laboratorium normal
Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Klien menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Rencana Tindakan / Rasional:
o Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
o Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
o Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas
intervensi nutrisi.
o Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
Rasional : Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan
mencegah distensi gaster.
o Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain
yang berhubungan.
Rasional : Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada
organ
o Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut.
Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Teknik
perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
o Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : Membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan
individual.
o Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk
sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.
o Kolaborasi; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan
atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang
diidentifikasi.
3) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan kecemasan pasien teratasi, dengan kriteria hasil :
o Klien tampak rileks
o Klien tidak tampak bertanya-tanya.
Rencana Tindakan / Rasional:
Kaji tingakat ansietas klien.
Rasional : Mengetahui tingakat kecemasan pasien dan menentukan
intervensi selanjutnya.
Bantu pasien mengungkapkan rasa cemas atau takutnya.
Rasional : Mengali pengetahuan dari pasien dan mengurangi
kecemasan pasien.
Kaji pengetahuan pasien tentang prosedur yang akan dijalaninya.
Rasional : Agar perawat mengetahui seberapa tingkat pengetahuan
pasien dengan penyakitnya.
Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani
pasien.
Rasional : Agar pasien mengerti tentang penyakitnya dan tidak cemas
lagi.
4) Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan
bentuk tubuh.
Tujuan asuhan keperawatan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
diharapkan gangguan body image teratasi.
Rencana Tindakan / Rasional:
Kaji konsep diri pasien
Rasional : Dapat mengetahui pasien.
Kembangkan BHSP dengan pasien.
Rasional : Menjalin saling percaya pada pasien.
Bantu pasien mengungkapkan masalahnya
Rasional : Menjadi tempat bertanya pasien untuk mengungkapkan
masalahnya.
Bantu pasien mengatasi masalahnya.
Rasional : Mengetahui masalah pasien dan dapat memecahkannya.