referat cairan amnion

32
REFRAT KELAINAN PRODUKSI CAIRAN AMNION PADA KEHAMILAN Oleh : Louis Hadiyanto G99122065 Nilam Hesti Ariyani G99122083 Nur Alfiani G99122087 Putri Dini Azika G99122096 Yeni Ristaning Belawati G99122111 Pembimbing : dr. Sulistyani K., M.Sc., Sp.Rad KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI

Upload: yeni-belawati

Post on 25-Oct-2015

113 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

radiologi

TRANSCRIPT

Page 1: referat cairan amnion

REFRAT

KELAINAN PRODUKSI CAIRAN AMNION PADA KEHAMILAN

Oleh :

Louis Hadiyanto G99122065

Nilam Hesti Ariyani G99122083

Nur Alfiani G99122087

Putri Dini Azika G99122096

Yeni Ristaning Belawati G99122111

Pembimbing :

dr. Sulistyani K., M.Sc., Sp.Rad

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2013

Page 2: referat cairan amnion

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada kehamilan dan persalinan, cairan amnion mempunyai peranan

penting. Kompartemen dari cairan amnion menyediakan ruang bagi janin untuk

tumbuh bergerak dan berkembang. Apabila cairan amnion tidak ada maka uterus

akan berkontraksi dan menekan janin. Jika terjadi pengurangan volume cairan

pada awal trisemester pertama, janin dapat mengalami kelainan struktur termasuk

distorsi muka, reduksi tungkai dan cacat dinding perut akibat kompresi uterus.

Cairan amnion menjadi semakin penting pada pertengahan kehamilan karena

berperan dalam perkembangan paru janin. Bila volume cairan amnion tidak

memadai maka dapat terjadi hipoplasia paru dan berlanjut kematian.

Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin. Cairan ini

mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan

bakteri yang memiliki potensi patogen. Pada proses persalinan dan kelahiran,

kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormone urin

janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion. Sebagai alat diagnostic, cairan

amnion digunakan untuk melihat adanya kelainan pada proses pertumbuhan dan

perkembangan janin dengan melakukan kultur sel atau spectrometer. Untuk

mengetahui perkiraan produksi cairan amnion dapat dilakukan pemeriksaan

Ultrasonografi dengan vertical deep single.(5)

B. Tujuan

Mengetahui mengenai defisini, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,

manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis pada kelainan

produksi cairan amnion.

2

Page 3: referat cairan amnion

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Amnion merupakan selaput yang membungkus janin dan berisi liquor amnii.

Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat.(13)

B. Produksi Liquor Amnii

Pada hari ke-12 setelah ovum dibuahi, terbentuk suatu celah yang dikelilingi

amnion primitive yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah tersebut melebar

dan membentuk kantung amnion yang berisi cairan amnion. Asal dari cairan

amnion belum diketahui secara pasti dan masih membutuhkan penelitian lanjut.

Diduga cairan ini berasal dari lapisan amnion sementara teori lain menyebutkan

berasal dari plasenta.(13)

Cairan amnion umumnya berwarna putih, agak keruh serta mempunyai bau

yang khas agak amis dan manis. Volume cairan amnion pada setiap minggu usia

kehamilan bervariasi. Secara umum volume bertambah 10 ml per minggu pada

minggu ke-8 usia kehamilan dan meningkat menjadi 60 ml per minggu pada usia

kehamilan 21 minggu, yang kemudian akan menurun secara bertahap sampai

volume yang tetap setelah usia kehamilan 33 minggu. Normal volume cairan

amnion bertambah dari 50 ml pada kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada

pertengahan gestasi dan 1000-1500 ml pada saat aterm.

Cairan amnion memiliki fungsi yang penting dalam kehamilan, antara lain :

1. Melindungi janin dari trauma

2. Tempat perkembangan musculoskeletal janin

3. Menjaga suhu tubuh janin

4. Meratakan tekanan uterus pada partus

5. Membersihkan jalan lahir sehingga bayi kurang mengalami infeksi

3

Page 4: referat cairan amnion

6. Menjaga perkembangan dan pertumbuhan normal dari paru-paru dan

traktus gastrointestinalis (9)

Pada permulaan kehamilan, cairan amnion di ultrafisasi oleh plasma

ibu. Pada permulaan trimester kedua, cairan amnion sebagian besar terdiri dari

cairan ekstra seluler yang berdifusi melalui kulit janin yang kemudian

mencerminkan komposisi plasma janin. Setelah minggu ke-20 kornifikasi dari

kulit janin tetap mempertahankan difusi ini dan pada saat ini komposisi

terbesar pada cairan amnion adalah urine janin. Ginjal janin mulai

memproduksi urine pada minggu ke-12 usia kehamilan dan setelah minggu

ke-18 memproduksi 7-14 ml per hari. Urin janin lebih banyak terdiri dari urea,

kreatinin dan asam urat dibandingkan plasma. Cairan amnion juga

mengandung zat – zat lain seperti prolaktin, alpha feto protein, lesitin, sitokin,

interleukin -1β dan prostaglandin.(13)

C. Kelainan Kuantitas Amnion pada Proses Kehamilan

A. Hidramnion

1. Definisi

Merupakan suatu keadaan dimana jumlah cairan amnion lebih dari

normal.(13)

2. Patofisiologi

Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang

komposisinya sangat mirip dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama

kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainnya berlangsung tidak

saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama trimester

kedua, janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion.

Hampir pasti proses ini secara bermakna mengatur pengendalian volume

cairan amnion.(12)

4

Page 5: referat cairan amnion

Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion,

diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan

volume cairan amnion. Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa

hidramnion hampir selalu terjadi bila janin tidak dapat menelan, seperti

pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan satu-satunya

mekanisme untuk mencegah hidramnion. (12) 

Pada kasus anesefalus dan spina bifida, faktor etiologinya mungkin

adalah meningkatnya transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke

dalam rongga amnion. Penjelasan lain yang mungkin pasca anensefalus,

apabila tidak terjadi gangguan menelan, adalah peningkatan berkemih

akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau

berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin

vasopressin. Hal sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa kelainan janin

yang menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramnion.

Pada hidramnion yang terjadi pada kehamilan kembar monozigot,

diajukan hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian besar

sirkulasi bersama dan mengalami hipertrofi jantung, yang pada gilirannya

menyebabkan peningkatan produksi urin pada masa neonatus dini, yang

mengisyaratkan bahwa hidramnion disebabkan oleh meningkatnya

produksi urin janin.(12)

3. Manifestasi Klinis

Gejala utama yang meyertai hidramnion terjadi semata-mata karena

faktor mekanis dan terutama disebabkan oleh tekanan di sekitar uterus

yang mengalami overdistensi terhadap organ-organ di dekatnya. Apabila

peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami dispnea dan pada kasus

ekstrim, mungkin hanya dapat bernafas bila dalam posisi tegak. Sering

terjadi edema akibat penekanan sistem vena besar oleh uterus yang sangat

besar, terutama di ekstremitas bawah, vulva, dan dinding abdomen.

5

Page 6: referat cairan amnion

Walaupun jarang, dapat terjadi oligouria berat akibat obstruksi ureter oleh

uterus yang sangat besar.

Pada hidramnion kronik, penimbunan cairan berlangsung secara

bertahap dan wanita yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi

abdomen yang berlebihan tanpa banyak mengalami rasa tidak nyaman.

Namun pada hidramnion akut, distensi abdomen dapat menyebabkan

gangguan yang cukup serius dan mengancam. Hidramnion akut cenderung

muncul pada kehamilan dini dibandingkan dengan bentuk kronik dan

dapat dengan cepat memperbesar uterus. Hidramnion akut biasanya akan

menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu, atau gejala

dapat menjadi demikian parah sehingga harus dilakukan intervensi. Pada

sebagian besar kasus hidramnion kronik, tekanan cairan amnion tidak

terlalu tinggi dibandingkan dengan pada kehamilan normal.

Gejala klinis lain pada hidramnion adalah pembesaran uterus disertai

kesulitan dalam meraba bagian-bagian kecil janin dan mendengar denyut

jantung janin. Pada kasus berat, dinding uterus sangat

tegang. Membedakan antara hidramnion, asites, atau kista ovarium yang

besar biasanya mudah dilakukan dengan evaluasi ultrasonografi. Cairan

amnion dalam jumlah besar hampir selalu mudah diketahui sebagai ruang

bebas-echo yang sangat besar di antara janin dan dinding uterus atau

plasenta. Kadang mungkin ditemui kelainan janin misalnya anensefalus

atau defek tabung syaraf lain, atau anomali saluran cerna.(12)

6

Page 7: referat cairan amnion

B. Oligohidramnion

1. Definisi

Merupakan keadaan dimana jumlah cairan amnion kurang dari normal. (1,6)

2. Etiologi

Penyebab keadaan ini belum sepenuhnya dipahami. Secara umum,

oligohidramnion yang timbul pada awal kehamilan jarang dijumpai dan

sering memiliki prognosis buruk. (1)

Tabel 2. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan

oligohidramnion

Faktor Janin Faktor Ibu

- aAgenesis ginjal

- Uropati obstruksi

- Pecah selaput ketuban

- Kehamilan lewat waktu

- Penyakit hipertensi

- Insufisiensi utero-plasenta

- Sindrom antifosfolipid

- Dehidrasi-hipovolemi

Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks

yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan

oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit). (6)

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi

baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.

Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap

dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah

yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit,

maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur

dan terpaku pada posisi abnormal.

7

Page 8: referat cairan amnion

Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-

paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak

berfungsi sebagaimana mestinya.

Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal

bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal

bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan

ginjal gagal berfungsi.

Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air

kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang

khas dari sindroma Potter. (1,6). Gejala Sindroma Potter berupa :

a. Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus,

pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik

ke belakang).

b. Tidak terbentuk air kemih

c. Gawat pernafasan,

 

Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang

tinggi:

a. Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom patter).

b. Retardasi pertumbuhan intra uterin.

c. Ketuban pecah dini (24-26 minggu).

d. Sindrom paska maturitas. (6)

8

Page 9: referat cairan amnion

 

Gambar 1. Oligohidramnion

3. Manifestasi Klinis

a. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada

ballotemen.

b. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

c. Sering berakhir dengan partus prematurus.

d. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar

lebih jelas.

e. Persalinan lebih lama dari biasanya.

f. Sewaktu his akan sakit sekali.

9

Page 10: referat cairan amnion

g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang

keluar. (1)

C. Penegakan Diagnosis

1. Amniosintesis

Untuk membuat diagnosis kelainan pada kehamilan sedini mungkin,

umumnya dipakai sel-sel yang terdapat di dalam cairan amnion dengan

melakukan amniosintesis. Amniosintesis pada saat ini lebih sering

dilakukan melalui transabdominal. Penggunaan amniosintesis antara lain

digunakan dalam manajamen kelahiran preterm , dimana dapat mendeteksi

secara cepat adanya infeksi intraamnion. (3)

Penggunaan lainnya adalah untuk mendeteksi infeksi sitomegalo virus

pada janin yang dilakukan dengan kultur cairan amnion. Hal ini berkaitan

dengan adanya reaksi rantai polymerase yang digunakan untuk mendeteksi

DNA virus .(3)

Penggunaan lain amniosintesis adalah untuk mendeteksi kadar

alpha AFP dalam cairan amnion. Deteksi kadar alpha feto protein ini

dilakukan jika pada pemeriksaan USG tidak menunjukkan adanya

peningkatan kadar alpha feto protein serum ibu. Amniosintesis sering

digunakan untuk mengkonfirmasi kematangan paru janin, dengan

menggunakan konsentrasi relatif dari surfaktan

aktif fosfolipid. Amniosintesis untuk diagnostic genetik biasanya

dilakukan pada usia kehamilan 15-20 minggu, beberapa pusat studi telah

mengkonfirmasikan pada saat itu amniosintesis cukup aman dilakukan dan

mempunyai keakuratan diagnostik 99%.(3)

Pada wanita yang berusia 35 tahun amniosintesis rutin dilakukan

untuk mendeteksi adanya kelainan genetik, karena terjadinya peningkatan

resiko tersebut . Pada penyakit-penyakit hemolitik dari janin penggunaan

amniosintesis dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin dalam cairan

10

Page 11: referat cairan amnion

amnion. Ketika sel-sel darah janin mengalami hemolisis, menjadi pigmen-

pigmen terutama bilirubin. Kadar bilirubin dalam cairan amnion

berhubungan langsung dengan derajat hemolisis dan secara tidak langsung

memprediksikan anemia pada janin. (3)

Selain penggunaan diagnostik, amniosintesis juga digunakan sebagai

terapi seperti kasus-kasus hidroamnion, dengan memindahkan cairan

amnion. (3) 

Bantuan USG diperlukan untuk memandu jarum spinal ukuran 20-22

mencapai kantong amnion dengan menghindari plansenta, tali pusat dan

janin. Inspirasi awal sekitar 1-2 ml , kemudian cairan tersebut dibuang

untuk mengurangi kemungkinan adanya kontaminasi sel-sel ibu,

kemudian lebih kurang 20 ml cairan diambil lagi , kemudian jarum

dilepaskan. Titik luka di observasi kalau ada perdarahan dan denyut

jantung janin dipantau(3)

Komplikasi kecil seperti bercak perdarahan pada vagina , atau

kebocoran amnion berkisar 1-2 %, dan insiden korioamniotis jauh lebih

kecil dari 1 dibandingkan 1000 kejadian. Kemungkinan terkenanya

tusukan jarum pada janin sangat jarang dengan penggunaan bantuan USG.

Kesalahan dalam kultur sel juga sangat jarang tetapi dapat terjadi jika

janin abnormal. (3)

2. Shake Test

Shake test atau test busa diperkenalkan oleh clements dan kawan-

kawan pada tahun 1972, untuk mempersingkat waktu dan mempunyai

akurasi yang lebih tepat dalam mengukur kadar lesitin –

sphingomyelin. Tes ini tergantung kepada kemampuan surfaktan dalam

cairan amnion , ketika dicampur dengan ethanol , untuk mendapatkan busa

yang stabil pada batas air dan cairan. (4)

11

Page 12: referat cairan amnion

3. Lumadex- FSI tes

Merupakan suatu tes yang didasarkan dari shake tes untuk

mengidentifikasi aktifitas surfaktan pada cairan amnion. (4)

4. Fluoresen Polarisasi (Microviscometri)

Adalah sebuah tes yang menggunakan mikroviskositas dari lemak

yang terdapat dalam cairan amnion, yang kemudian dicampur dengan

suatu bahan fluorsensi spesifik yang berikatan dengan hidrokarbon dari

lemak surfaktan. Intensitas dari fluoresensi ini diinduksi dengan lampu

polarisasi kemudian akan diukur. Teknik ini cepat dan mudah dilakukan,

akan tetapi biaya yang diperlukan untuk melakukan tes ini cukup mahal. (10)

5. Dipalmitoylphosphatidylcholin (DPPC tes)

Merupakan suatu tes dengan menggunakan pengukuran kadar

Dipalmitoylphosphatidylcholin dalam cairan amnion yang mempunyai

sensitifitas dan spesifisitas 100% dan 96%, yang digunakan untuk

mendeteksi gawat nafas pada janin (4)

6. Pemeriksaan untuk mendiagnosis ketuban pecah dini

Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW), terjadi sekitar 4,5-7,6%

pada kehamilan. Jika terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, dapat

diindikasikan mungkin terjadi amnionitis, dan hal ini meningkatkan

morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. (2)

Dengan ditemukan banyaknya jenis protein yang terkandung dalam

amnion, termasuk prolaktin, alfa fetoprotein, fetal fibronectin, β-HCG,

dan IGFB-1 (Insulin-Like Growth Factor Binding Protein-1), tentu

mempermudah dalam mendiagnosis ketuban pecah sebelum waktunya.

Jenis protein yang cukup menjanjikan adalah IGFBP-1. Untuk

mendeteksinya, dengan menggunakan dipstick immunokromatografi,

dimana kadarnya pada cairan amnion 100-1000 kali lebih tinggi daripada

dalam serum, dan keberadaannya dalam cairan vagina menunjukkan

12

Page 13: referat cairan amnion

keberadaan cairan amnion, yang merupakan pertanda pasti ketuban pecah

sebelum waktunya (KPSW). (2)

D. Pencitraan

Pengukuran volume cairan amnion dengan ultrasonografi (USG) telah

menjadi suatu komponen integral dari pemeriksaan kehamilan untuk melihat

adanya resiko kematian janin. Hal ini didasarkan bahwa penurunan perfusi

uteroplasenta dapat mengakibatkan gangguan aliran darah ginjal dari janin,

menurunkan volume miksi dan menyebabkan terjadinya oligohidramnion(5) 

Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan dengan vertical deep single pocket,

dan dengan metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh

Phelan.

a. Secara subjektif

1) Membutuhkan pengalaman yang cukup 

2) Secara subjektif dikatakan normal bila: tampak sebagian tubuh

janin melekat pada dinding uterus, dan sebagian lagi tidak

menempel ,diantara tubuh janin dan dinding uterus masih terdapat

cairan amnion

b. Secara Single Pocket

1) Berdasarkan satu kuadran saja 

2) Diambil kantong terbesar yang terletak antara dinding uterus dan

tubuh janin.

3) Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam area

pengukuran tersebut

13

Page 14: referat cairan amnion

Gambar 2. Contoh pengukuran secara single pocket, dimana yang diukur adalah jarak

vertical terjauh antara bagian janin dan dinding uterus, dan tidak ada bagian janin

yang terletak dalam area pengukuran tersebut

Interpretasi pengukuran cairan amnion berdasarkan single pocket

Hasil Pengukuran Interpretasi

2cm-8cm Volume cairan amnion normal

>8cm Polihidramnion

8-12cm Polihidramnion ringan

12-16cm Polihidramnion sedang

>16cm Polihidramnion berat

1cm-2cm Borderline, evaluasi ulang

<1 cm Oligohidramnion

14

Page 15: referat cairan amnion

c.  Pengukuran Amnion dengan metode Phelan (4 kuadran / AFI)

1) Abdomen dibagi atas 4 kuadran

2) Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya

3) Pengukuran harus tegak lurus dengan bidang horizontal dan tidak

boleh ada bagian janin diantaranya(5)

Gambar 3. Metode Phelan.

Gambar 4. Cara meletakkan probe yang benar pada perut pasien. 

15

Page 16: referat cairan amnion

Interpretasi Pengukuran cairan amnion dengan metode AFI

Hasil Pengukuran Interpretasi

>25 cm Polihidramnion

9-25 cm Normal

5-8 cm Borderline

<5 cm Oligohidramnion

E. Terapi

1. Infus Amnion

Transvagina infus amnion dilakukan pada tiga masalah klinik yaitu:

a. Pengobatan dari variabel atau deselarasi denyut jantung janin yang

memanjang.

b. Profilaksis pada kasus – kasus yang diketahui oligohidroamnion

dengan pecah ketuban lama.

c. Untuk mendilusi atau membersihkan mekonium yang tebal. Cara ini

dilakukan dengan memberikan 500 sampai dengan 800 ml bolus cairan

normal salin yang hangat diikuti dengan pemberian infus secara

kontinu sebanyak 3 ml per jam.

C. KELAINAN KUALITAS AMNION PADA KEHAMILAN

1. Variasi warna:

a. Buram dapat mengindikasikan korioamnionitis

b. Kehijauan mengindikasikan bercampur mekonium, korioamnionitis, atau

perdarahan kronis.

c. Merah-coklat mengindikasikan abrupsio yang sudah lama terjadi

d. Merah muda agak gelap mengindikasikan hemolisis, dapat dilihat setelah

kematian janin. (11)

16

Page 17: referat cairan amnion

2. Bau

Pada infeksi intrapartum didapatkan cairan amnion yang berbau. Infeksi

intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi dapat juga

terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. Faktor predisposisi infeksi

intrapartum adalah distosia, pemeriksaan dalam lebih dari 2 kali, keadaan

umum lemah, ketuban pecah dini, servitis, vaginitis. Manifestasi klinik suhu

meningkat lebih dari 38°C, air ketuban keruh kecoklatan dan berbau,

leukositosis lebih dari 15.000/mm3 pada kehamilan atau lebih dari

20.000/mm3 pada persalinan (8)

Untuk melihat kelainan kualitas dari cairan amnion seperti adanya

mekonium biasanya dilakukan pemeriksaan amniosintesis. USG hanya

digunakan untuk melokalisasi plasenta dan fetus. Selain itu indikasi

amniosintesis dapat untuk mendeteksi kelainan kromosom, kelaianan tuba

neural (alfafetoprotein), penyakit hemolitik akibat inkompatibilitas Rh; untuk

menentukan gangguan faktor X, maturitas fetal, stres fetal, dan maturitas paru

fetal (rasio L/S). Dapat pula dilakukan amnioskopi yaitu pemasangan

instrumen serat optik yang berlampu (amnioskop), ke dalam saluran servikal

untuk visualisasi cairan amnion. Pemeriksaan tersebut jarang dilakukan

karena kemungkinan dapat menyebabkan infeksi (7)

D. KELAINAN AMNION LAINNYA

1. Amnion nodusum:

Nodul berwarna kuning kecoklatan, berukuran 1-5 mm pada selaput amnion

yang dapat lepas (terjadi setelah oligohidramnion lama).

2. Tidak ada amnion:

Ketika amnion ruptur sebelum menyatu dengan korion, menyusut, dan

mengontraksi ketika janin terus bertumbuh di dalam korion. Serpihan amnion

dapat mengumpul sehingga dapat lepas bersama tali pusat janin dan

menyebabkan kelainan yang disebut amniotic band syndrome. (11)

17

Page 18: referat cairan amnion

BAB III

SIMPULAN

1. Amnion merupakan selaput yang membungkus janin dan berisi liquor amnii.

Selaput amnion merupakan jaringan avaskular yang lentur tetapi kuat.

2. Keadaan patologis pada amnion diantaranya adalah hidramnion dan

oligohidramnion. Hidramnion merupakan suatu keadaan dimana jumlah cairan

amnion lebih dari normal. Sedangkan oligohidramnion erupakan keadaan dimana

jumlah cairan amnion kurang dari normal.

3. Pengukuran volume cairan amnion dengan pencitraan ultrasonografi (USG) dapat

dilakukan dengan tiga cara, yaitu: pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan

dengan vertical deep single pocket, dan dengan metode AFI (Amniotic Fluid

Indeks).

18

Page 19: referat cairan amnion

DAFTAR PUSTAKA

1. Bernard G, Ewlgman MD, James P, Grane MD, Fredic D, Frigeletto MD,

Michael L,. et al (1993). Effect of ultrasound screening on perinatal outcome,

The New England Jurnal of Medicine : 329-12

2. Caughy A B, Robinson J N, Norwitz E R. 2008. Contemporary Diagnosis and

Management of Preterm Premature Rupture of Membranes. Review in Obstetrics

and Gynecology. 1:1.

3. Department of human genetics division of medical genetics. 2008. About

Amniocentesis. Emory University School Of Medicine.

4. Federation of Obstetric and Gynecological Societs of India. 2005. Fetal Lung

Maturity. The Journal of Obstetric and Gynecology in India. 55:3 pp: 215-217

5. Hinh N. D dan Ladinsky J.L. 2005. Amniotic Fluid index measurements in

normal pregnancy after 28 gestational weeks. American Journal of Obstetrics

and Gynecology (2004) 191

6. Jeffcoate TN, Scott JS (1959). Polyhydramnion and Oligohydramnion, J. The

Canidian Med Association : 80-02

7. Kee JL (2005). Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Edisi 2. Jakarta:

EGC.

8. Mansjoer A (2009). Infeksi Intrapartum. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga

Jilid Pertama. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

9. Mochtar R. Sinopsis Obstetric. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1994

10. Nur A, Etika R, Damanik S M, Indarso F, Harianto A. 2012. Pemberian

Surfaktan Pada Bayi Prematur dengan Respiratory Distress Syndrome. Lab/SMF

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr.

Soetomo.

11. Sinclair C (2009). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.

19

Page 20: referat cairan amnion

12. Tariq S, Cheema S, Ahmad A, Tarique N. 2010. Polyhidramnios: Study of

Causes and Fetal Outcome. Professional Med J 17(4): 660-664

13. Wiknjosastro H, Saifuddin AB Rachimhadi T.editor.Ilmu Kebidanan Edisi ketiga

.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirhardjo, 1994

1.

20