referat anastesi_puasa pre op

42
REFERAT PUASA PREOPERATIF PADA DEWASA DAN ANAK GUIDELINES FROM EUROPEAN SOCIETY OF ANAESTHESIOLOGY Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi RSUD Tidar Magelang Disusun Oleh: Niqko Bayu Prakarsa 20070310007 Diajukan Kepada Yth: dr. Budi Aviantoro, Sp.An KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU ANESTESI

Upload: niqko-bayu-prakarsa

Post on 15-Feb-2015

116 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Anastesi_puasa Pre Op

REFERAT

PUASA PREOPERATIF PADA DEWASA DAN ANAK

GUIDELINES FROM EUROPEAN SOCIETY OF ANAESTHESIOLOGY

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

Ilmu Anestesi RSUD Tidar Magelang

Disusun Oleh:

Niqko Bayu Prakarsa 20070310007

Diajukan Kepada Yth:

dr. Budi Aviantoro, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU ANESTESI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UMY

RSUD TIDAR MAGELANG

2012

Page 2: Referat Anastesi_puasa Pre Op

Halaman Pengesahan

Telah diajukan dan disahkan, referat dengan judul

PUASA PREOPERATIF PADA DEWASA DAN ANAK

GUIDELINES FROM EUROPEAN SOCIETY OF ANAESTHESIOLOGY

Disusun Oleh:

Nama : NIQKO BAYU PRAKARSA

NIM : 20070310007

Telah diajukan

Hari/ Tanggal : 24 November 2012

Disahkan Oleh:

Dosen Pembimbing,

dr. Budi Aviantoro, Sp. An

ii | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 3: Referat Anastesi_puasa Pre Op

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat yang berjudul ”

Puasa Preoperatif pada Dewasa dan Anak: Guidelines from European Society of

Anaesthesiology”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Ardi Pramono, SpAn., selaku Kepala Bagian Anestesi FK UMY.

2. dr. Budi Aviantoro, Sp.An selaku Kepala Bagian Anestesi RSUD Tidar Magelang

sekaligus staf ahli anestesi dan pembimbing pada pembuatan referat ini.

3. Seluruh staf, medis dan paramedis yang bertugas di bagian anestesi RSUD Tidar

Magelang.

4. Semua pihak yang telah membantu selama penulisan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa di dalam referat ini masih jauh dari sempurna, karena

keterbatasan pengetahuan serta pengalaman, walaupun demikian penulis telah berusaha

sebaik mungkin. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun diharapkan guna

penyusunan dan kesempurnaannya.

Magelang, 24 November 2012

Penyusun

1 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 4: Referat Anastesi_puasa Pre Op

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii

Kata Pengantar.................................................................................................. 1

Daftar Isi........................................................................................................... 2

Bab I. Pendahuluan .......................................................................................... 3

Bab II. Tinjauan Pustaka................................................................................... 5

Bab III. Pembahasan......................................................................................... 1 6

Bab IV. Kesimpulan.......................................................................................... 22

Daftar Pustaka................................................................................................... 23

2 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 5: Referat Anastesi_puasa Pre Op

BAB I

PENDAHULUAN

Persiapan prabedah penting sekali untuk mengurangi faktor resiko karena

hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita.

Dalam persiapan inilah ditentukan adanya kontraindikasi operasi, toleransi penderita

terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan

pembedahan.1

Pasien dengan masalah perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi

pembedahan biasanya menjalani prosedur pembedahan yang mencakup pemberian

anestesi lokal, regional,atau umum. Perkembangan preparat anestetik, akhir-akhir ini

telah difokuskan pada obat-obat kerja singkat dan pemulihan yang lebih cepat. 2

Anestesi secara umum sering menimbulkan resiko mual dan muntah saat

digunakan. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan berakibat fatal.

Meniadakan pemasukan apapun melalui oral selama 4-6 jam sebelum operasi perlu

dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.1,2

Puasa sebelum pembedahan menyebabkan pemberian obat secara normal

menjadi sulit dipertahankan, padahal penghentian obat secara tiba-tiba dapat

menimbulkan resiko yang berbahaya bagi pasien. Sebuah penelitian yang dilakukan

menunjukkan rata-rata penghentian obat jantung tersebut mencapai 45%. Penghentian

3 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 6: Referat Anastesi_puasa Pre Op

yang tiba-tiba pada penggunaan obat jantung dapat menyebabkan angina, myocardial

infarction, kematian mendadak, rebound hypertension dan ventricular arrythmias.2

Puasa yang rasional sebelum operasi dapat mengurangi resiko reflek

menyumbat dari bahan makanan yang dikonsumsi oleh pasien saat penggunaan

anestesi. Periode puasa sebelum pemberian anestesi pada tahap pembedahan sangat

penting untuk mencegah aspirasi yang dapat membahayakan pasien. 3,4

Puasa pra-bedah selama 12 jam atau lebih dapat menimbulkan defisit cairan

(air dan elektrolit) sebanyak 1 liter pada pasien orang dewasa. Gejala dari defisit

cairan ini belum dapat dideskripsikan, tetapi termasuk di dalamnya adalah rasa haus,

perasaan mengantuk, dan pusing kepala. Itulah yang menjadi alasan pada banyak

keadan klinis saat pembedahan untuk mempuasakan pasien dalam jangka waktu yang

tidak terlalu lama.2,3,4,5

4 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 7: Referat Anastesi_puasa Pre Op

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Puasa Preoperatif

1. Latar Belakang

Puasa menjelang sebuah tindakan operasi adalah suatu hal yang

rutin dilakukan untuk mengurangi efek samping dari suatu tindakan

anestesi yang dilakukan selama pembedahan. Puasa bertujuan

mengurangi resiko terjadinya aspirasi cairan lambung ke paru-paru

pada penderita yang sedang menjalani pembedahan. Aspirasi sering

terjadi pada pasien yang anestesianya tidak adekuat, hamil, gemuk,

airway sulit, operasi emergency, perut penuh dan pasien dengan

gangguan motilitas usus. Aspirasi cairan lambung hingga 30-40 cc

dapat mengakibatkan kerusakan paru yang serius yang dapat kita

hindari dengan cara mengurangi volume cairan lambung melalui

puasa.6

2. Anatomi dan Fisiologi Lambung

5 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 8: Referat Anastesi_puasa Pre Op

Lambung terletak di bagian kuadran kiri atas dari abdomen dan

mempunyai kapasitas kira-kira 1500 mL. Terdapat 3 bagian utama yaitu

fundus, badan dan antrum. Pylorus adalah bagian kecil dari  antrum

Fungsi  lambung adalah7 :

1. Mencerna makanan secara mekanikal.

2. Sekresi, yaitu  kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 –

3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene

utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air.

Hormon gastric yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.

3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein

dirubah menjadi polipeptida.

6 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 9: Referat Anastesi_puasa Pre Op

4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air,

alkohol, glukosa, dan beberapa obat.

5. Pencegahan, banyak mikroorganisme  dapat dihancurkan dalam

lambung oleh HCL.

6. Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam

lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme  siap masuk kedalam

duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari

fundus ke pylorus.

3. Keadaan Lambung selama Puasa

7 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 10: Referat Anastesi_puasa Pre Op

Perubahan yang terjadi di dalam tubuh seseorang tergantung

dari berapa lamanya ia berpuasa. Secara teori, tubuh memasuki kondisi

puasa sekitar 8 jam setelah makan terakhir kali atau ketika tubuh selesai

mencerna makanan. Pada kondisi normal, cadangan glukosa yang terdapat

di dalam tubuh akan digunakan sebagai sumber asupan energi. Selama

berpuasa, kadar glukosa inilah sumber utama energi. Setelah cadangan

glukosa habis, sumber berikutnya yang dapat digunakan sebagai pasokan

energi adalah lemak. Glukosa sendiri juga dihasilkan dalam jumlah sedikit

melalui mekanisme di dalam hati.8

Hanya berpuasa dalam jangka waktu yang sangat lama-lah yang

menyebabkan cadangan energi diambil dari pemecahan protein yang

terdapat di berbagai sel, juga dari otot. Pada titik inilah puasa bukan

merupakan suatu kegiatan yang sehat lagi dan seseorang sudah mencapai

kondisi ‘kelaparan’. Pemecahan protein yang terdapat di dalam otot dapat

menyebabkan seseorang menjadi sangat lemas.8

Cairan Tubuh selama Puasa Preoperatif

Defisit cairan dan elektrolit pra bedah dapat timbul akibat

dipuasakannya penderita terutama pada penderita bedah elektif (sektar 6-

12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali menyertai penyakit

bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan, translokasi

cairan pada penderita dengan trauma), kemungkinan meningkatnya

8 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 11: Referat Anastesi_puasa Pre Op

insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat

banyak. 5

Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan

hal yang umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-

faktor preoperatif, perioperatif dan postoperatif.5

Faktor-faktor preoperatif: 5

1. Kondisi yang telah ada

Diabetes mellitus, penyakit hepar, atau insufisiensi renal dapat

diperburuk oleh stres akibat operasi.

2. Prosedur diagnostik

Arteriogram atau pyelogram intravena yang memerlukan marker

intravena dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang

tidak normal karena efek diuresis osmotik.

3. Pemberian obat

Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi

eksresi air dan elektrolit

4. Preparasi bedah

Enema atau laksatif dapat menyebabkan peningkatan kehilangan air

dan elekrolit dari traktus gastrointestinal.

5. Penanganan medis terhadap kondisi yang telah ada

9 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 12: Referat Anastesi_puasa Pre Op

6. Restriksi cairan preoperatif

Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat

kehilangan cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat

meningkat jika pasien menderita demam atau adanya kehilangan

abnormal cairan.

7. Defisit cairan yang telah ada sebelumnya

Harus dikoreksi sebelum operasi untuk meminimalkan efek dari

anestesi.

Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa,

lavement) harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada

masa pra-bedah sebelum induksi. Setelah dari sisa defisit yang masih ada

diberikan pada jam pertama pembedahan, sedangkan sisanya diberikan

pada jam kedua berikutnya. Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup

diganti dengan ciran hipotonis seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan

Dextrose. Pada penderita yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi

yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih

dini lagi. Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan mengalami

pembedahan (elektif) harus mendapatkan penggantian cairan sebanyak 2

ml/kgBB/jam lama puasa.5

10 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 13: Referat Anastesi_puasa Pre Op

B. Petunjuk Rekomendasi Penatalaksanaan Puasa preoperatif

Periode puasa yang harus dilakukan oleh pasien menjelang pembiusan

disesuaikan dengan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi menjelang

tindakan pembiusan dilakukan. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan

lambung dalam mengosongkan isinya. Cairan bebas ampas biasanya dengan

cepat dapat dikosongkan oleh lambung (half life 10-20 menit) contohnya air

mineral, jus buah tanpa ampas, minuman bersoda, teh dan kopi hitam, tapi

tidak demikian dengan minuman beralkohol.

Makanan padat biasanya lebih lama bertahan dilambung jika

dibandingkan dengan cairan. Biasanya sangat tergantung kepada kandungan

gizi dari jenis makanan padat tersebut. Makanan yang bayak mengandung

lemak atau makanan jenis daging biasanya memerlukan waktu hingga 8 jam

lebih untuk bisa dikosongkan sepenuhnya dari lambung. Sedangkan makanan

ringan dan biskuit hanya membutuhkan waktu 4 jam untuk keluar sepenuhnya

dari lambung. Susu dalam hal ini tergolong bahan padat karena pada saat

mencapai lambung dia akan bereaksi dengan asam lambung membentuk

massa yang padat yang perlu waktu lebih lama untuk di cerna. Susu sapi

memerlukan waktu hingga 5 jam hingga kosong sepenuhnya dari lambung.

Sedangkan ASI yang kadar protein dan lemaknya lebih rendah dari susu sapi

dalam proses pencernaannya memerlukan waktu yang lebih cepat.

11 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 14: Referat Anastesi_puasa Pre Op

ASA FASTING GUIDELINES

JENIS MAKANAN    LAMA PUASA MINIMAL

Minuman ringan  2 jam

ASI  4 jam

Susu formula bayi  4-6 jam

Non human milk  6 jam

Makanan ringan  6 jam

Kondisi yang dapat memperlambat pengosongan lambung

1. Faktor metabolik seperti penyakit DM yang tidak terkontrol, gagal ginjal.

2. Gastroesofageal refluks dapat memperlambat pengosongan lambung dari makanan

padat.

3. Peningkatan tekanan intra-abdomen (hamil, obesitas)

4. Dalam pengaruh opioid

5. Trauma

Catatan : Premedikasi oral yang diberikan 1 jam sebelum operasi dilakukan tidak

memberikan efek kepada volume cairan lambung. Pada studi kasus menggunakan

oral midazolam 30 mg tidak terbukti adanya regurgitasi dan aspirasi.

Bahan-bahan yang dapat mengontrol keasaman dan volume cairan lambung :

1. Antasida

12 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 15: Referat Anastesi_puasa Pre Op

Antasida adalah senyawa-senyawa basa lemah yang akan bereaksi jika

bertemu dengan asam, dalam hal ini adalah asam lambung. Saat senyawa

basa ini bertemu dengan asam maka akan terjadi reaksi yang berujung

kepada berkurangnya sifat kimia dua zat yang saling bertemu tersebut,

maksudnya senyawa basa akan terkena dampak dari reaksi asam lambung

hingga menjadi netral sedangkan asam lambung akan berkurang

kuantitasnya akibat dari reaksi dengan senyawa basa. Preparat yang

mengandung magnesium akan menyebabkan diare sedangkan alumunium

menyebabkan konstipasi dan kombinasi keduanya saling menghilangkan

pengaruh sehingga tidak terjadi diare dan konstipasi.9

2. H2 blokers/ penghambat pompa proton

Empat antagonis H2 yang beredar di USA adalah: simetidin, ranitidin,

famotidin, dan nizatidin. Kerja antagonis reseptor H2 yang paling penting

adalah mengurangi sekresi asam lambung. Obat ini menghambat sekresi asam

yang dirangsang histamin, gastrin, obat-obat kolinomimetik dan rangsangan

vagal. Volume sekresi asam lambung dan konsentrasi pepsin juga berkurang.

Mekanisme kerjanya memblokir histamin pada reseptor H2 sel pariental

sehingga sel pariental tidak terangsang mengeluarkan asam lambung.

Inhibisi ini bersifat reversibel.9

3. Metocloperamide (lebih efektif IV daripada oral)

Metoclopramide HCl merupakan benzamida tersubstitusi yang merangsang

motilitas saluran pencernaan makanan tanpa mempengaruhi sekresi lambung,

empedu atau pankreas. Metoclopramide HCl mempunyai aktivitas

parasimpatomimetik dan mempunyai sifat antagonis reseptor dopamin dengan

13 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 16: Referat Anastesi_puasa Pre Op

efek langsung pada kemoreseptor "trigger zone". Metoclopramide HCl

kemungkinan juga mempunyai sifat antagonis reseptor serotonin.9

4. Pompa Proton Inhibitor

Inhibitor pompa proton merupakan “prodrug”, yang memerlukan aktivasi

di lingkungan asam (Pasricha dan Hoogerwefh, 2008). Mekanisme kerjanya

adalah memblokir kerja enzim K+/H+ ATP-ase yang akan memecah K+/H+

ATP. Pemecahan K+/H+ ATP akan menghasilkan energi yang digunakan

untuk mengeluarkan asam dan kanalikuli sel pariental kedalam lumen

lambung . Inhibitor pompa proton memiliki efek yang sangat besar terhadap

produksi asam.9

5. Antikolinergik

Bekerja dengan menurunkan motilitas lambung dan peristalttik usus. Selain

itu juga menurunkan sekresi asam lambung dan air ludah.9

14 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 17: Referat Anastesi_puasa Pre Op

15 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 18: Referat Anastesi_puasa Pre Op

BAB III

PEMBAHASAN

Prosedur preoperatif yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran

berlangsungnya tidakan operatif, salah satunya adalah menghentikan masukan oral

pada operasi elektif yang telah dijadwalkan, selama periode tertentu sebelum induksi

anesthesia.10

Reflex laring mengalami penurunan selama anesthesia. Regurgitasi isi

lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan risiko utama pada

pasien yang menjalani anesthesia.10

Berikut ini merupakan acuan pelaksanaan puasa pre operatif yang dikeluarkan

oleh Asosiasi Anestesiologis Eropa (European Society of Anaesthesiology) pada

tahun 2011.

A. Puasa

1. Cairan

Dewasa dan anak diperbolehkan untuk meminum cairan bening (air putih,

teh manis, jus tanpa ampas dan kopi hitam tanpa susu) hingga 2 jam

sebelum operasi yang sudah terjadwal, termasuk section caesarean.

Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa meminum minuman bening

dinilai aman hingga 2 jam sebelum operasi karena waktu pengosongan

lambung yang cepat.

16 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 19: Referat Anastesi_puasa Pre Op

Memperlama puasa pada pasien pra bedah dapat menyebabkan stress

selama tindakan bedah, terutama pada orang tua dan anak-anak.

2. Makanan Padat

Makanan padat tidak boleh diberikan sejak 6 jam sebelum tindakan bedah

berlangsung, baik pada dewasa maupun anak-anak. Susu secara umum,

bila diminum dalam jumlah yang banyak akan mengental di dalam

lambung, dan bersifat sama dengan makanan padat (mengurangi

kecepatan pengosongan lambung), tetapi konsumsi dalam jumlah kecil

tidak bermakna dan bersifat sama seperti minuman bening.

Penambahan susu dalam teh maupun kopi masih dikelompokkan ke dalam

minuman bening dengan catatan jumlah susu yang ditambahkan tidak

lebih dari seperlima total volume teh/kopi sebelum diberi susu.

3. Permen Karet, Gula-Gula, dan Rokok

Konsumsi permen karet, gula-gula, dan rokok segera sebelum tindakan

bedah dinilai aman. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan,

terdapat penelitian yang mengatakan bahwa volume cairan dan PH

lambung tidak berbeda secara bermakna baik sebelum maupun sesudah

mengkonsumsi jenis-jenis makanan tersebut. Sedang penelitian lain

mengatakan bahwa perbedaan volume cairan dan PH lambung berbeda

bermakna secara statistikal, tetapi tidak menyebabkan efek yang

merugikan seperti kejadian aspirasi selama tindakan anesthesia, sehingga

dinilai tidak bermakna secara klinis.

17 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 20: Referat Anastesi_puasa Pre Op

4. Pasien dengan Gangguan Pengosongan Lambung

Pasien dengan obesitas, gastro-oesophageal reflux, diabetes mellitus, dan

wanita hamil dapat mengikuti acuan prosedur dalam guideline ini secara

aman.

B. Obat-obatan

Tidak terdapat bukti yang cukup dari penelitian-penelitian sebelumnya,

tentang keuntungan klinis pemberian antacid, metoclopramid, ataupun H2-

reseptor antagonis sebelum tindakan bedah non obstetric.

- Obat Prokinetik dan Histamine H2-antagonis

Terdapat sangat sedikit studi yang mendukung pemberian profilaksis

prokinetik untuk mengurangi resiko aspirasi lambung selama tindakan

operatif.

Salah satu studi meneliti tentang efek obat prokinetik terhadap volume

cairan dan PH lambung selama induksi anestesi pada pasien dengan

anestesi umum yang akan dibedah Caesar. Studi ini menggunakan 3

kelompok grup yang masing-masing berjumlah 25 orang, grup pertama

diberikan kombinasi H2antagonis (ranitidine) dan prokinetik

(metoclopramid) sebagai kelompok perlakuan, grup kedua diberikan

H2antagonis saja (ranitidine), dan grup terakhir diberikan placebo yang

merupakan kelompok kontrol. Dari studi tersebut didapatkan hasil bahwa

pemberian obat secara kombinasi terbukti secara signifikan efektif untuk

menaikkan PH dan mengurangi volume cairan lambung.

18 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 21: Referat Anastesi_puasa Pre Op

Walau sudah ada beberapa studi yang menunjukkan hasil yang sama, akan

tetapi dinilai kurang cukup untuk memberikan bukti karena tidak sedikit

dari penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang bertentangan.

- Pompa Proton Inhibitor (PPI)

Tidak jelas berapa lama efek perlindungan yang potensial terhadap

kejadian aspirasi selama tidakan operasi,. Akan tetapi resiko terjadinya

aspirasi ini sangat kecil, dan tidak bermakna secara klinis.

C. Konsumsi Karbohidrat Preoperatif: Hubungannya dengan Pengosongan

Lambung dan Keuntungannya

Meminum minuman yang kaya akan kandungan karbohidrat

diperbolehkan hingga 2 jam sebelum induksi anestesi, termasuk pasien

diabetes.

Membiarkan pasien untuk meminum minuman bening hingga 2 jam

sebelum tidakan bedah, tidak menyebabkan banyak perubahan pada

metabolisme tubuh, mengingat minuman tersebut tidak mengandung cukup

kalori yang diubah menjadi energy. Cara terbaik untuk mengetahui perubahan

metabolisme setelah puasa semalaman yaitu dengan mengkonsumsi

karbohidrat. Adanya glukosa yang masuk ke dalam tubuh akan merangsang

produksi insulin. Hal ini menyebabkan berkurangnya resistensi insulin post

operatif. Ini penting untuk dietahui karena resistensi insulin post operatif dan

hiperglikemia berkaitan erat dengan perbaikan outcome setelah operasi

selesai.

19 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 22: Referat Anastesi_puasa Pre Op

Selain menurunkan kejadian resistensi insulin post operatif, konsumsi

minuman yang kaya akan kandungan karbohirat sebelum tindakan bedah akan

meperbaiki emosi pasien secara subyektif serta mengurangi rasa haus dan

lapar.

D. Puasa Preoperatif pada Bayi dan Anak

- Cairan

Seorang anak yang akan menjalani tindakan bedah diperbolehkan

meminum minuman bening hingga 2 jam sebelum induksi anestesi

diberikan.

Bayi yang hendak menjalani tindakan bedah harus diberi makan sebelum

operasi dimulai. Air Susu Ibu (ASI) aman untuk diberikan hingga 4 jam

sebelum operasi dan susu formula hingga 6 jam sebelum operasi.

Sedangkan minuman bening sama aturannya seperti pada pasien anak

maupun dewasa.

Memperbolehkan anak untuk minum sebelum tindakan bedah akan

memperbaiki kecemasan pada orangtua dan anak, mengurangi rasa haus,

dan mengurangi risiko dehidrasi pre operatif pada bayi muda.

- Air Susu Ibu(ASI) dan Susu Formula

Beberapa studi mengatakan bahwa ASI dikosongkan dari lambung lebih

cepat daripada susu formula yang keduanya memiliki waktu paru lebih

dari 2 jam. Berdasarkan data tersebut, maka lamanya bayi berpuasa

sebelum menjalani tindakan bedah yaitu 4 jam bila minum ASI dan 4-6

20 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 23: Referat Anastesi_puasa Pre Op

jam bila minum susu formula, karena susu sapi maupun susu bubuk

bersifat sama serperti makanan padat.

- Makanan Padat

Makanan padat tidak boleh diberikan sejak 6 jam sebelum tindakan bedah

berlangsung, baik pada dewasa maupun anak-anak. Susu secara umum,

bila diminum dalam jumlah yang banyak akan mengental di dalam

lambung, dan bersifat sama dengan makanan padat (mengurangi

kecepatan pengosongan lambung), tetapi konsumsi dalam jumlah kecil

tidak bermakna dan bersifat sama seperti minuman bening.

Penambahan susu dalam teh maupun kopi masih dikelompokkan ke dalam

minuman bening dengan catatan jumlah susu yang ditambahkan tidak

lebih dari seperlima total volume teh/kopi sebelum diberi susu.

- Cairan post operatif

Minum dapat diberikan kepada pasien yang telah menjalani operasi pada 3

jam setelah operasi selesai. Pemberian jeda waktu ini dapat mengurangi

kejadian muntah post operatif. Akan tetapi penelitian terbaru

membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian muntah dengan

menunda masukan oral post operatif, sehingga membiarkan anak

memakan/minum segera setelah operasi pun diperbolehkan.

E. Puasa pada pasien Obstetri yang Akan Menjalani Pembedahan

21 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 24: Referat Anastesi_puasa Pre Op

Pasien yang sedang dalam persalinan diperbolehkan meminum caian

bening sebagaimana aturan yang telah diberlakukan. Makanan padat harus

dihindari selama persalinan aktif. Obat H2-reseptor antagonis (contoh

Ranitidin 150 mg) atau PPI (contoh omeprazole 40 mg) harus diberikan satu

malam sebelum dilakukan tindakan bedah dan diulang 60-90menit sebelum

induksi anestesi dilakukan.

Pada bedah Caesar yang bersifat emergensi, pemberian H2 reseptor

antagonis (contoh ranitidine 50 mg) diberikan melalui intravena selama

operasi berlangsung dengan anestesi regional. Sedangkan pada bedah Caesar

dengan anestesi umum, obat yang diberikan berupa H2 antagonis reseptor dan

antacid oral sebelum induksi anestesi dimulai.

Pasien yang telah menjalani bedah Caesar dapat minum antara 30 menit

sampai 2 jam setelah operasi selesai. Sedangkan makanan padat ditunda

hingga 12 jam setelah operasi ntuk menghindari kejadian mual dan muntah.

22 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 25: Referat Anastesi_puasa Pre Op

BAB IV

KESIMPULAN

1. Puasa bertujuan mengurangi resiko terjadinya reflux dan aspirasi cairan

lambung ke paru-paru pada penderita yang sedang menjalani pembedahan.

Cairan lambung yang sifatnya asam dapat menyebabkan lisisnya alveolus jika

sampai teraspirasi ke dalam paru paru.

2. Pemberian obat-obatan seperti antasida, H2 antagonis, pomba proton inhibitor

dapat membantu dalam melindungi lambung dari terlalu asamnya ph lambung,

serta peberian prokinetik medication dapat mempercepat pengosongan

lambung.

3. Acuan prosedur yang dijabarkan di atas adalah menurut guideline yang

dikeluarkan oleh European Anaesthesiology Society pada tahun 2011 sebagai

panduan tatalaksana puasa pre operatif pada tindakan bedah yang terjadwal.

23 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 26: Referat Anastesi_puasa Pre Op

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Persiapan

Prabedah. Edisi 3. Jakarta. EGC. Hal 298-313

2. Setyorini,D. 2009. Pengetahuan dan Sikap Perawat di Rumah Sakit Ortopedi

prof. Dr. R. Soeharso Surakarta terhadap Terapi Obat Peroral dalam Periode

Puasa Prabedah. KTI untuk menempuh derajat S1. Fakultas Farmasi UMS.

Surakarta.

3. Kurniawanto,M. 2010. Opini Perawat di Rumah Sakit dr. Moewardi

Surakarta terhadap Pemberian Obat dalam ”Peri-operative Fasting

Period” : sebuah survey. KTI untuk menempuh derajat S1. Fakultas Farmasi

UMS. Surakarta.

4. Smith, I, et al. 2011. Guidelines Perioperative Fasting in Adults and

Children: Guidelines from the European Society of Anaesthesiology.

Europaen Journal of Anethesiology. 557-569

5. Brady M, Kinn S, Ness V, et al. Preoperative fasting for preventing

perioperative complication in children [review]. Cochrane Database Systemic

Rev 2009:CD005285.

6. Sereide E, Erikson LI, Hirlekar G, et al. Preoperative fasting guidelines: an

update [review]. Acta Anesthesiol Scand 2005; 49:1041-1047.

24 | R e f e r a t A n e s t e s i

Page 27: Referat Anastesi_puasa Pre Op

7. Hartanto, W. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian

farmakologi klinik dan terapeutik fakultas kedokteran universitas padjadjaran.

Jawa Barat.

8. Anonim. 2010. Puasa Preoperatif. Diakses tanggal 29 Agustus 2012 dari

http://owthey.blogspot.com/2010/03/puasa-preoperatif.html , sumber: oxford

handbook of Anesthesia.

9. Anonim. 2012. Sistem Pencernaan. Diakses tanggal 29 Agustus 2012 dari

http://nswahyunc.blogspot.com/2012_03_25_archive.html.

10. Anonim. 2012. Perubahan Fisiologis Tubuh di Kala Puasa. Diakses tanggal

31 Agustus 2012 dari http://m.klikdokter.com/detail/read/4/1078/perubahan-

fisiologis-tubuh-di-kala-berpuasa

11. Muyassaroh, A. 2009. Evaluasi Penggunaan ObatTtukak Peptik pada Pasien

Tukak Peptik (peptic ulcer disease) di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Islam Kustati Surakarta tahun 2008. KTI untuk menempuh derajat S1.

Fakultas Farmasi UMS. Surakarta.

12. Latief, S.A., Suryadi, K.A., Dachlan, R. 2002. Petunjuk Praktis

Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta:

FK UI

25 | R e f e r a t A n e s t e s i