recovery in skizofrenia
DESCRIPTION
Recovery in Skizofrenia (Pemulihan dalam Skizofrenia)TRANSCRIPT
12.15 Pemulihan dalam SkizofreniaJoel S. Feiner, M.D., and Frederick J. Frese III, Ph.D.
APAKAH ARTI PEMULIHAN?
Di antara berbagai definisi tentang pemulihan, di antaranya adalah sebagai berikut:
"Pemulihan kesehatan jiwa merupakan sebuah perjalanan dari penyembuhan dan
transformasi pada orang dengan masalah kesehatan jiwa untuk hidup dalam kehidupan
yang berarti dalam sebuah komunitas pilihannya dimana mereka berusaha untuk
mencapai potensinya". Mengapa sangat sulit untuk mencapai definisi yang diterima
untuk semua pemangku kepentingan? Satu persoalan penting adalah bahwa para peneliti
mengubah fokusnya dari penyakit menjadi seseorang di dunia. Konsumen yang
mengembangkan sebuah dukungan dan "sebuah tempat di meja" mendukung untuk
peningkatan kualitas hidup. Hari kemudian tidaklah sama pentingnya dengan
pengurangan gejala. Literatur profesional telah mengungkapkan secara konsisten hasil
yang lebih baik bagi skizofrenia daripada sebelumnya, dan rehabilitasi psikososial telah
menunjukkan bahwa perhatian terhadap kecacatan dan pemulihan fungsi membuka
akses untuk peran dalam arus kehidupan. Fokus telah meluas dari gejala dan stabilisasi
menjadi fungsi, kualitas hidup, pengalaman subjektif, partisipasi dalam pengobatan dan
keputusan lainnya, serta mengikuti fasilitator atau inhibitor lingkungan.
Berbagai pemangku kepentingan dalam usaha kesehatan jiwa komprehensif
memiliki perspektif yang berbeda-beda terhadap makna pemulihan. Perbedaan utama
dalam cara mengartikan pemulihan sangatlah jelas dalam literatur ilmuwan dan
konsumen seperti yang didiskusikan Leopold Bellak. Pemulihan yang terdahulu
ditujukan atas ada atau tidaknya gejala dan perbandingan terhadap fungsi premorbid.
Terdapat tema tentang hilangnya gejala atau kesembuhan. Namun, orang dengan
skizofrenia memiliki jauh lebih banyak hal untuk diuraikan dibandingkan penyakit
kronis lain, penyakit yang kambuh-kambuhan. Terdapat beberapa kondisi yang
stigmatik dan banyak juga yang hampir kehilangan peran dan fungsinya. Kata-kata dan
interaksi Bermuatan negatif hampir tak terhapuskan dalam jiwa konsumen, tidak peduli
bagaimana resolusi gejala berlanjut.
Definisi dari beberapa penelitian berbagi hasil penelitiannya, sebuah pengukuran
cross-sectional dari pengakuan proses dan perubahan-perubahan suatu penyakit. Belak
mengutip pengaturan kriteria yang dikembangkan oleh Robert P. Liberman dan
rekannya dimana pada periode 2 tahun, peran fungsi atau gejala dan kinerja dievaluasi.
Meskipun, itu tidak mencakup kepuasan subyektif, hal ini mencakup beban keluarga
dan kesehatan seta kesejahteraan. Belak menyebutkan "bahwa lapangan tidak memiliki
langkah-langkah yang tervalidasi baik dari beberapa elemen kunci, seperti
memanfaatkan peran dan aktivitas produktif. Tidak ada standar utama untuk
mengevaluasi definisi dan pengukurannya," seperti tingkatan fungsi.
Definisi konsumen tentang pemulihan muncul dari konteks sejarah dan pengalaman
yang berbeda. Orang dengan schizofrenia telah menjadi minoritas yang terpinggirkan,
stigma baik dari dalam maupun luar komunitas pengobatan. Bagi mereka, tujuannya
adalah kewarganegaraan penuh, yang juga termasuk akses ke semua pengobatan serta
penyedia yang efektif. Belak menulis:
Tujuan dari definisi berorientasi konsumen meliputi peningkatan kesadaran di
kalangan konsumen dan anggota keluarga dan perubahan dalam kebijakan dan praktek
kesehatan mental, bukan evaluasi perbandingan perawatan atau analisis proses penyakit.
Target utama adalah konsumen, anggota keluarga, politisi, penentu kebijakan, dan dokter,
bukanlah ilmuwan klinis.
Definisi konsumen menekankan pada proses daripada hasilnya—pengembangan
pribadi dan restorasi makna dan tujuan. Penyakit mereka bukanlah definisi siapa mereka
sebenarnya. Konsumen dalam proses pemulihan terlibat dalam mengalami kepuasan
dalam sektor utama yang secara pribadi sangat bermakna. Sejauh ini, dengan definisi
berorientasi konsumen, penelitian dibatasi dan dua sektor yang Belak gambarkan harus
menemukan cara untuk berkolaborasi.
Terdapat dukungan untuk pemulihan dari kebijakan dan praktek kesehatan mental.
The New Freedom Commission Report, "Mencapai Janji: Transformasi Kesehatan Jiwa
di Amerika" (2003) menegaskan bahwa pemulihan adalah tujuan dari sistem kesehatan
jiwa yang telah berubah dan bahwa melakukan hal itu 'bersandar pada dua prinsip'.
Pertama, pelayanan dan perawatan harus berpusat pada konsumen dan keluarga,
diarahkan untuk memberikan konsumen pilihan yang nyata dan bermakna tentang opsi
pengobatan dan penyedia—tidak berorientasi pada kebutuhan birokrasi.
Kedua, perawatan harus fokus pada peningkatan kemampuan konsumen untuk
berhasil menghadapi tantangan hidup, untuk memfasilitasi pemulihan, dan membangun
ketahanan, bukan hanya pada mengatasi gejala.
Administrasi Veteran memiliki mandat dan pendanaan dari atasannya untuk
melembagakan model pemulihan yang mencakup bermitra dengan keluarga dan
konsumen dan mendidik semua staf kesehatan jiwa dalam pelaksanaannya.
Pada tahun 2004, Konferensi Konsensus Nasional Pemulihan Kesehatan Jiwadan
Transformasi Sistem Kesehatan Jiwa yang diadakan oleh Substance Abuse and Mental
Health Services Administration, the Interagency Committee on Disability Research,
dalam kemitraannya dengan enam lembaga federal lainnya. Seratus panelis pakar
mewakili representasi luas dari para pemegang kepentingan dalam transformasi
pemulihan, mengembangkan pernyataan konsensus berikut:
Pemulihan kesehatan jiwa adalah sebuah perjalanan penyembuhan dan transformasi
yang memungkinkan seseorang dengan masalah kesehatan jiwa untuk menjalani
kehidupan yang bermakna dalam komunitas pilihannya serta berjuang untuk mencapai
potensinya dengan penuh.
10 Komponen Dasar Pemulihan (Gambar 12.15-1)
Pengarahan Diri Sendiri. Konsumen memimpin,mengontrol, melaksanakan pilihan, dan
menentukan jalan pemulihan mereka sendiri dengan mengoptimalkan otonomi, kemandirian,
dan pengendalian sumber daya untuk mencapai kehidupan yang mereka tentukan sendiri.
Menurut definisi, proses pemulihan harus diarahkan oleh individu sendiri, yang mendefinisikan
tujuan hidupnya sendiri dan menciptakan jalan yang unik menuju tujuan-tujuan tersebut.
Berpusat pada Individu dan Perorangan. Ada beberapa jalur untuk pemulihan
berdasarkan pada kekuatan unik dan ketahanan individu serta kebutuhan, preferensi,
pengalaman (termasuk trauma masa lalu), dan latar belakang budayanya di seluruh representasi
yang beragam. Individu juga mengidentifikasi pemulihan sebagai sebuah perjalanan yang
sedang berlangsung dan hasil akhir serta paradigma keseluruhan untuk mencapai kesembuhan
dan kesehatan jiwa yang optimal.
Pemberdayaan. Konsumen memiliki wewenang untuk memilih dari berbagai pilihan dan
untuk berpartisipasi dalam semua keputusan—termasuk alokasi sumber daya—yang akan
mempengaruhi kehidupan mereka, dan dididik serta didukung dalam melakukannya. Mereka
memiliki kemampuan untuk bergabung dengan konsumen lain untuk secara kolektif dan efektif
menyatakan tentang kebutuhan, keinginan, hasrat, dan aspirasi mereka. Melalui pemberdayaan,
suatu perolehan individu dapat mengendalikan takdirnya dan mempengaruhi struktur organisasi
dan masyarakat dalam hidupnya.
Holistik. Pemulihan meliputi seluruh kehidupan menyeluruh individu, termasuk pikiran,
jiwa, tubuh, dan masyarakat. Pemulihan mencakup semua aspek kehidupan, termasuk rumah
tangga, pekerjaan, pendidikan, pelayanan dan pengobatan kesehatan fisik serta kesehatan jiwa,
layanan pelengkap dan naturalistik, pengobatan kecanduan, spiritualitas, kreativitas, jaringan
sosial, partisipasi masyarakat, dan dukungan keluarga, seperti yang ditentukan oleh orang
tersebut. Keluarga, penyedia, organisasi, sistem, komunitas, dan masyarakat memainkan peran
yang sangat penting dalam menciptakan dan memelihara peluang yang berarti bagi akses
konsumen terhadap dukungan tersebut.
Non-linear. Pemulihan bukanlah proses yang bersifat langkah-demi-langkah, melainkan
didasarkan pada satu pertumbuhan yang berkelanjutan, rintangan berkala, dan belajar dari
pengalaman. Pemulihan dimulai dengan tahap awal kesadaran dimana seseorang mengakui
bahwa perubahan positif adalah suatu kemungkinam. Kesadaran ini memungkinkan konsumen
untuk bergerak agar sepenuhnya terlibat dalam pekerjaan pemulihan.
Berbasis Kekuatan. Pemulihan berfokus pada menilai dan membangun beberapa kapasitas,
ketahanan, bakat, kemampuan coping, dan nilai yang melekat pada individu. Dengan
membangun beberapa kekuatan tersebut, konsumen meninggalkan peran hidup yang terhalang
sebelumnya dan terlibat dalam peran kehidupan baru (misalnya, kemitraan, pengasuh, teman,
mahasiswa, karyawan). Proses pemulihan terus berkembang melalui interaksi dengan orang lain
dalam hubungan yang berbasis dukungan dan kepercayaan.
Dukungan Rekan. Saling mendukung—termasuk berbagi pengetahuan pengalaman dan
keterampilan dan pembelajaran sosial—memainkan peran yang sangat berharga dalam
pemulihan. Konsumen saling mendukung dan melibatkan konsumen lainnya dalam pemulihan
dan saling memberikan rasa memiliki, hubungan yang mendukung, peran yang berharga, dan
masyarakat.
Rasa Hormat. Penerimaan dan apresiasi masyarakat, sistem, serta sosial terhadap
konsumen—termasuk melindungi hak mereka dan menghilangkan diskriminasi dan stigma—
sangatlah penting dalam mencapai pemulihan. Penerimaan diri dan mendapatkan kembali
kepercayaan dalam diri seseorang sangat penting. Rasa hormat memastikan keterlibatan dan
partisipasi penuh dari konsumen dalam semua aspek kehidupan mereka.
Rasa Tanggung Jawab. Konsumen memiliki tanggung jawab pribadi atas perawatan dan
perjalanan mereka sendiri terhadap pemulihan. Dalam mengambil langkah menuju tujuan
mereka mungkin memerlukan keberanian besar. Konsumen harus berusaha untuk memahami
dan memberi makna terhadap pengalaman mereka dan mengidentifikasi strategi coping dan
proses penyembuhan untuk meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Harapan. Pemulihan memberikan pesan penting dan memotivasi masa depan yang lebih
baik—bahwa orang dapat dan memang mampu mengatasi hambatan dan rintangan yang
menghadang mereka. Harapan berasal dari dalam diri sendiri, tetapi dapat dibina oleh rekan-
rekan, keluarga, teman, penyedia, dan lain-lain. Harapan meruapakan sebuah katalis proses
pemulihan
Pengarahan Diri Sendiri
Berpusat pada Individu dan Perorangan
Pemberdayaan
Holistik
Non-linear
Berbasis Kekuatan
Dukungan Rekan
Rasa Hormat
Rasa Tanggung Jawab
Harapan
Gambar 12.15-1. Komponen Pemulihan
Pemulihan kesehatan jiwa tidak hanya menguntungkan individu yang memiliki
kecacatan kesehatan jiwa dengan cara memfokuskan pada kemampuan mereka untuk
hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat kita, tetapi juga
memperkaya tekstur kehidupan masyarakat Amerika. Amerika menuai manfaat dari
kontribusi dari individu dengan cacat jiwa, dan pada akhirnya dapat menjadi bangsa
yang lebih kuat dan sehat.
Elaborasi signifikan antara makna dan pengalaman pemulihan akan dijelaskan
kemudian dalam bagian ini. Tujuan utamanya adalah salah satu dari keadilan sosial:
Untuk menyediakan semua perawatan dan intervensi yang telah terbukti berhasil secara
ilmiah bagi orang dengan penyakit jiwa, semua kontrol atas hidupnya yang dijanjikan
kewarganegaraan, semua makna dan kepuasan bahwa proses dan pilihan interpersonal
yang tersedia di dunia dan peran selain dari orang yang sakit jiwa. Harapannya adalah
untuk menyediakan pelayanan dengan penyedia yang terlatih dan terus belajar
berinteraksi, mudah-mudahan, dalam pengetahuan yang semakin maju dan dengan cepat
diterjemahkan ke dalam pelayanan bagi keluarga yang terikat dan terlibat, masyarakat
tanpa stigma, rekan-rekan yang menawarkan bantuan dan dukungan, dan informasi yang
terus memungkinkan konsumen untuk lebih bertanggung jawab terhadap perawatannya
sendiri.
PENDEKATAN TERHADAP SKIZOFRENIA
Joseph D.Calabrese dan Patrick W.Corrigan menyatakan,"Dengan karakterisasi
skizofrenia sebagai demensia prekoks (sebuah bentuk onset awal dari skizofrenia) Emil
Kraepelin (1902), bapak nosologi modern, menentukan model pesimistik untuk
memahami kursus dan hasil skizofrenia selama seabad untuk diikuti." Eugen Bleuler
mengubah fokus menjadi gejala dibandingkan dengan kursus ketika ia mendefinisikan
ulang demensia prekoks sebagai 'bagian dari skizofrenia'. Istilah baru yang ia jelaskan,
berarti 'pemisahan pikiran' dan diambil dari pandangan Kraepelin bahwa gangguan
tersebut menggambarkan hilangnya integrasi antara fungsi jiwa, khususnya emosional
dan fungsi kognitif. Pendekatan Bleuler tidak memodifikasi implikasi deteriorisasi yang
ditegaskan dalam deskripsi Kraepelin. Deskripsi sebelumnya dalam the American
Psychiatric Association's Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders (DSM)
mencakup peningkatan progresif dari beratnya gejala yang didefinisikan, dan definisi
skizofrenia dalam edisi ke-4 (DSM-IV) mencakup adanya ide pesimistis yang jarang
berubah menjadi fungsi yang premorbid.
Nora Jacobson memberikan aspek yang lebih sedikit daripada karya Kraepelin:
Bahwa ia tidak memasukkan kasus yang telah sembuh karena ia tidak tahu maknanya.
Meskipun demikian, ia meneruskan untuk mendeskripsikan kriteria eksklusi pada orang
dengan pemulihan mood, perilaku, dan gejala, mulai dari "perbaikan penting dari
kondisi tetapi tanpa hilangnya semua fenomena morbid secara lengkap untuk menjadi
'tenang', 'teratur', dan dalam posisi agar mencari mereka mampu menafkahi kehidupan
mereka sendiri lagi tanpa kesulitan".
Sejumlah hasil jangka panjang dari skizofrenia membuktikan bahwa penyakit
tersebut memiliki hasil dan perkembangan yang bervariasi, dengan hasil yang
sebenarnya menunjukkan 50% insidensinya mengalami pemulihan. Calabrese dan
Corrigan membuat suatu pengamatan:
Dimensi hasil yang berbeda, seperti tingkat gekala dan fungsi psikososial, ditemukan
kaitannya hanya dengan derajat ringan...fungsi psikososial merupakan kriteria pemulihan
yang lebih penting daripada bebas dari gejala, dan sebuah kepercayaan pada kriteria
berbasis gejala, bersama dengan asumsi yang salah bahwa gejala dan fungsi berkaitan
sangat erat, dapat sedikit menjelaskan mengapa pandangan pesimistis Kraepelinian tentang
skizofrenia masih bertahan.
Pertanyaan tentang derajat orang dengan penyakit jiwa manakah yang mampu pulih
dari gejala masih menyisakan ketidakpastian. Salah satu yang ekstrim adalah mereka
yang terus percaya bahwa penyakit jiwa yang berat merupakan penyakit degeneratif dan
bahwa banyak orang, meski tidak seluruhnya, dengan penyakit jiwa yang berat tidak
memiliki kemungkinan untuk sembuh sempurna. Di sisi lain, mereka yang percaya
bahwa beberapa orang dapat pulih sempurna. Antara kedua kepercayaan ini, banyak di
antaranya berpendapat bahwa sebagian besar orang dengan gangguan jiwa berat dapat
mengalami pemulihan atau setidaknya peningkatan kondisi mereka.
Namun, di saat yang sama, berbagai bukti mulai muncul bahwa terdapat beberapa
kelompok orang dengan skizofrenia berat, kekambuhan pengobatan, dapat mengalami
progresi penyakit. WHO International Study of Schizophrenia menemukan bahwa
prediktor yang paling reliabel dari hasil jangka panjang yang negatif adalah psikosis
yang tidak remiten dalam 2 tahun pertama sejak onset gejala. Penemuan ini membuat
penelitian yang mulai membuktikan bahwa intervensi tegas untuk menurunkan gejala
psikotik merupakan petunjuk yang menjanjikan untuk meningkatkan hasil jangka
panjang.
Seiring dengan berlanjutnya penelitian, pasien melibatkan seseorang yang berharga
dalam pengalaman dan pemulihan penyakit mereka, termasuk kritik tentang hubungan
mereka dengan penyedia dan kualitas serta materi pelayanan. Perubahan fokus yang
baru ini menegaskan pengalaman subyektif. Jacobson membuat perbedaan antara,"etic,
penanda eksternal seperti pengukuran gejala" seperti pada pendekatan terhadap
pemulihan yang dijelaskan sebelumnya, dan "emic, laporan pengalaman hidup."
Sejumlah faktor telah memfasilitasi perubahan dramatis terbaru dalam peranan
konsumen. Selama tahun 1960an dan 1970an, terinspirasi oleh gerakan hak masyarakat,
sejumlah kelompok terkucilkan dan terstigma akibat beberapa kondisi khusus
kehidupan mereka, mulai mengorganisir dan berusaha untuk meminta pemerintah agar
memperhatikan masalah mereka dan membantu mencari solusi bagi mereka.
EVOLUSI GERAKAN PEMULIHAN
Tidak lama setelah pengenalan obat antipsikotik dalam pertengahan tahun 1950an,
muncul sebuah gerakan di antara orang-orang yang telah mendapat pengobatan untuk
skizofrenia dan berbagai penyakit jiwa berat lainnya. Banyak di antaranya yang telah
didiagnosis dengan penyakit jiwa berat dan mengalami beberapa tingkat pemulihan,
mulai merasa kurang puas terhadap pengobatan yang mereka dapatkan.
Selama tahun 1960an dan 1970an, ketika gerakan hak masyarakat beredar di kota-
kota. Orang Afrika-Amerika, Latin, para wanita dan etnik lainnya, rasial, dan minoritas
gender yang secara sejarah telah diasingkan, dibuang, dihina, atau dIkucilkan di
Amerika, mulai mengorganisir dan menuntut hak mereka. Beberapa orang yang
didiagnosis dan diobati karena penyakit jiwa berat mulai mengakui bahwa mereka juga
merupakan anggota dari kelompok individu yang diasingkan, dikucilkan dan
didiskriminasi. Seringkali wawancara di rumah sakit lokal berlangsung sangat singkat
sebelum pasien kemudian dibawa oleh bus pengurus menuju tempat yang sangat jauh
dari komunitasnya untuk ditempatkan di bangsal rumah sakit pemerintah yang terkunci,
sering dengan ribuan sensus populasi. Dengan semangat sebagai konseptualisasi
psikoanalitik bahwa sebagian besar penyakit jiwa memiliki sumbernya sendiri dalam
gangguan hubungan anak-orangtua, "Family-ectomies" diberikan. Orangtua dipercaya
menjadi pengaruh yang berbahaya bagi anaknya dan dapat menghambat kemampuan
pemulihan. Keluarga dapat diberitahu untuk tidak mengunjungi pasien selama ia berada
di rumah sakit, terkadang untuk menjauhkannya dari kehidupan.
Saat dimana terdapat diskriminasi terhadap penyakit jiwa, dapat menembus
masyarakat luas. Orang yang telah mendapat pengobatan penyakit jiwa akan ditolak
secara cepat dalam peluang pekerjaan dan pendidikan. Orang dengan penyakit jiwa
mengarahkan pada orang dengan istilah yang sangat rendah dan hina, seperti sinting,
gila, psycho atau skizofrenik. Mereka ditertawakan dalam kondisi dimana orang dengan
penyakit jiwa dianggap sebagai bukan manusia dan melebihi batas apapun. Dalam
banyak anggapan, bahkan untuk membicarakan sesuatu tentang penyakit jiwa dalam
sebuah keluarga adalah hal yang tabu. Penyakit jiwa merupakan sesuatu yang
memalukan. Penyakit jiwa dapat dengan mudah ditolak dari berbagai pertimbangan
serius dalam berbagai kondisi.
Mereka yang mencoba kembali ke masyarakat setelah berada di fasilitas pengobatan
kesehatan jiwa menemukan bahwa mereka dapat mencoba menyatu kembali ke dalam
masyarakat dengan tidak mengungkapkan bahwa mereka pernah mendapat pengobatan
untuk penyakit jiwa. Bagi banyak generasi, masyarakat memiliki tradisi membuang
orang dengan sakit jiwa dan membiarkannya berada di rumah sakit jiwa, dan tidak
untuk dibicarakan lagi. Tidak ada tradisi dimana orang-orang ini akan kembali. Saat
orang dengan penyakit jiwa mencoba untuk kembali, tidak ada penyambutan dan tidak
ada pengertian dari masyarakat. Hanya ada beberapa bentuk penolakan dan isolasi.
Tidaklah mengagetkan, bila orang yang telah mendapat pengobatan penyakit jiwa
kemudian bereaksi terhadap penolakan ini dengan kemarahan. Kemarahan ini muncul
karena perlawanan secara langsung terhadap ketetapan yang telah mencap mereka
sebagai sakit jiwa: ketetapan psikiatri. Adalah psikiater dan bawahannya yang mengunci
orang tersebut dalam fasilitas pengobatannya. Psikiaterlah yang memberikan obat-
obatan yang tidak diinginkan, sering disuntik, dan berbagai bentuk terapi syok, elektrik,
dan lainnya, terhadap mereka. Psikiater, sebenarnya, adalah orang yang telah
mengategorikan mereka sebagai orang dengan sakit jiwa.
Oleh karena itu, pada tahun 1960an dan 1970an, ketika sekelompok orang dengan
sakit jiwa mulai mengorganisir untuk meningkatkan kondisi mereka sendiri, banyak
pemimpin yang paling aktif di antara mereka cenderung untuk mengurangi kontribusi
psikiatri. Sebagai cara untuk menjauhkan dari psikiatri, mereka mulai menjadikan diri
mereka sebagai 'pasien'. Beberapa istilah alternatif telah dipertimbangkan selama
bertahun-tahun, termasuk survivor, resipien dan mantan pasien. Meskipun tidak pernah
ada kesepakatan penuh di antara para aktivis tentang istilah apa yang mereka pilih untuk
menyebut mereka, istilah 'konsumen' mungkin merupakan nama yang paling diterima
secara luas. ("Kami adalah pasien dari pelayanan yang tidak kami pilih dan konsumen
pelayanan yang kami pilih").
Banyak gerakan awal yang tertarik dengan tulisan-tulisan Thomas Szasz dan kawan-
kawannya dalam apa yang kemudian disebut sebagai "gerakan antipsikiatri". Berbekal
hal ini, aktivis awal berperan dalam membangun pertemuan penting organisasi dimana
mereka mampu untuk menyebarkan pandangan antipsikiatri mereka di antara orang-
orang dalam masa pemulihan dari penyakit jiwa dan dalam pembentukan kesehatan jiwa
pada umumnya. Secara politik, hal ini cepat meledak menjadi pertimbangan yang telah
menjadi mantra maya di antara aktivis kesehatan jiwa ini. Mantra yang paling menonjol
adalah "Tidak ada apapun tentang kita tanpa kita" dan "tidak ada pengobatan paksa".
Perlawanan terhadap pengobatan paksa dalam hal ini adalah perlawanan terhadap
penggunaan obat psikotropik pada umumnya.
Berbeda dengan aktivis, yang sekaligus adalah konsumen, Aliansi Nasional untuk
Gangguan Jiwa (NAMI), sejak berdiri pada tahun 1979, selalu sangat mendukung
pengobatan psikiatri, khususnya pengobatan farmakologis. Meskipun di masa lalu telah
sering terjadi bentrokan antara kelompok aktivis konsumen dan NAMI, khususnya
mengenai campur tangan pengobatan jiwa, dalam beberapa tahun terakhir dikotomi
posisi ini telah berkembang. Di satu sisi, kelompok-kelompok yang awalnya sangat
menentang pengobatan psikiatri, khususnya pengobatan farmakologis, telah mulai
mengurangi perlawanan mereka dalam hal ini. Bahkan, sekarang pemimpin mereka
mengakui bahwa banyak dari mereka yang mengklaim bahwa mereka merasa harus
mendapatkan pengobatan. Sering, mereka membuat pernyataan bahwa meskipun
mereka merasa tidak semua orang dalam masa pemulihan memerlukan obat-obatan itu,
mereka semakin menyadari bahwa banyak orang dalam masa pemulihan dari penyakit
jiwa berat yang memperoleh manfaat signifikan dari pengobatan tersebut.
Di saat yang sama, dimana suara konsumen primer menjadi lebih menerima
pengobatan psikiatri dan farmakologis, NAMI juga telah berkembang. NAMI tidak
hanya sepenuhnya menyambut anggota konsumen primer, NAMI kini mengklaim
bahwa sekitar sepertiga dari keanggotaannya terdiri dari konsumen tersebut. Salah satu
hasil dari perubahan keanggotaan ini adalah bahwa NAMI memfokuskan banyak upaya
dukungannya selain pengobatan psikiatri. Dengan memperhatikan isu-isu yang
berkaitan dengan penyakit jiwa dalam sistem peradilan pidana, perumahan dan
tunawisma, dan isu-isu ketenagakerjaan, telah menjadi area perhatian utama NAMI
dalam beberapa tahun terakhir, begitu juga lebih fokus pada stigma, diskriminasi, dan
perhatian bagi kaum minoritas serta kelompok tradisional yang diabaikan lainnya.
Bagi banyak psikiater dan ahli kesehatan jiwa lainnya, berbagai kegiatan advokasi
ini memiliki beberapa implikasi penting. Salah satu efeknya adalah bahwa perlawanan
mutlak terhadap segala jenis pengobatan paksa, meski memang tidak benar-benar
menghilang di antara unsur advokasi tertentu, tampak lebih sederhana secara
keseluruhan. Sebagai buktinya, sejak tahun 1999, komitmen hukum pasien rawat jalan
sudah dimulai atau diperluas dalam sebagian besar negara. "Akun orang pertama" yang
dimiliki consumer tidak hanya didengarkan tetapi juga dimasukkan dalam "Penelitian
Kualitatif pada Penyakit Jiwa Berat" dan narasi mereka dimasukkan ke dalam jurnal
rujukan dan profesional, misalnya, Hospital and Community Psychiatry/Psychiatric
Services, Schizophrenia Bulletin, and Psychiatric Rehabilitation Journal. Selain itu,
psikiater yang mengakui adanya perhatian yang lebih besar perlu diberikan terhadap
kesulitan non-psikiatri yang dihadapi oleh orang dengan penyakit jiwa yang berat.
Masalah rumah tangga, pekerjaan, dan stigma, merupakan hal yang diharapkan untuk
segera diatasi oleh psikiater. Dimensi advokasi dicapai dengan melayani di pelayanan
kesehatan jiwa dan dengan berpartisipasi dalam kegiatan pemulihan, seperti Celebration
Recovery yang sedang diadakan di seluruh negara. Sepertinya, kegiatan ini juga
mencakup konsumen dan anggota keluarganya sebagai peserta yang sama
kedudukannya. Akhir-akhir ini, telah ada apresiasi yang lebih besar terhadap
konsekuensi kesehatan fisik akibat gangguan jiwa. Orang dengan penyakit jiwa yang
berat sekarang dilaporkan memiliki umur lebih pendek dibandingkan populasi pada
umumnya. Psikiater kini semakin membuat upaya ekstra untuk mengurus masalah
metabolik yang sering menyertai penyakit jiwa berat dan sering juga merupakan efek
samping dari penggunaan obat-obatan baru yang efektif.
Gerakan pemulihan adalah proses tak terhindarkan yang juga mengubah kehidupan
mereka yang bersinggungan dengan orang dengan skizofrenia. Dalam banyak cara di
sebagian besar penduduk. Gerakan pemulihan dari sikap pencerahan dan manusiawi,
hasil yang penuh harapan, dan partisipasi penuh dalam komunitas konsumen, penurunan
hak melalui kerja, dan perubahan lainnya bersama dengan kemajuan dramatis ilmu,
merupakan sebuah kesempatan untuk membalikkan tanggapan menghebohkan selama
bertahun-tahun terhadap penyakit ini yang tidak dapat disalahkan.
Sudah lebih dari 40 tahun sejak saya dibawa ke pengadilan, diberitahukan oleh
psikiater bahwa saya memiliki kondisi yang disebut schizophrenia. Saya diberitahu
bahwa, meskipun saya mungkin dapat menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, dalam
kenyataannya saya punya kelainan otak degeneratif, dan saya hanya akan terus
memburuk di masa depan. Menjelang akhir persidangan itu, hakim menyatakan bahwa
saya telah ditentukan sebagai orang yang sakit jiwa di bawah undang-undang negara,
dan bahwa saya diserahkan tanpa batas untuk pengobatan dari pemerintah, di rumah
sakit.
Selama bulan Juli 1968, banyak yang meyakini bahwa orang yang didiagnosis
dengan skizofrenia tidak bisa pulih. Orang-orang dengan diagnosis itu pada umumnya
tidak diharapkan untuk kembali ke masyarakat. Pembentukan kesehatan jiwa membuat
sistem rumah sakit pemerintah yang sangat besar di mana sebagian besar dari kita
diharapkan untuk menghabiskan sisa hidup kita disini. Bagi kebanyakan orang,
skizofrenia dipandang sebagai kondisi yang memburuk, yang menempatkan orang yang
ditetapkan memiliki gangguan ini pada kursus yang membuat setiap pikiran tentang
pemulihan adalah tidak mungkin.
Saya dianggap sebagai orang dengan sakit jiwa pada musim panas tahun 1968
bukanlah yang pertama maupun terakhir kalinya saya dirawat di rumah sakit, sebagian
besar secara paksa, selama awal masa dewasa saya. Tetapi sejak saat itu, saya telah
mampu mengukir hidup untuk diri saya sendiri, walaupun dengan kondisi ini. Saya
tidak menganggap diri saya akan benar-benar pulih sepenuhnya, meskipun saya telah
minum obat-obatan psikotropika. Saya terus mengalami periode dimana pikiran saya
menjadi "bingung". Saya telah diceritakan oleh rekan saya terkadang saya menjadi tidak
teratur dan aneh.
Selama 40 tahun terakhir, pemahaman kolektif skizofrenia dan bentuk lain atas apa
yang disebut "psikosis fungsional" telah berubah. Empat puluh tahun yang lalu, psikiatri
didominasi oleh perspektif psikoanalitik. Ada sedikit apresiasi bagi aspek biologis
terhadap gangguan tersebut. Awalnya, saya diberi fenotiazin. Obat ini kemudian disebut
sebagai "major transquilizers", hal ini karena obat ini dapat menenangkan Anda,
sehingga Anda entah bagaimana bisa mendapatkan keuntungan dari kenyataan,
berorientasi psikoanalitik, dan terapi bicara. Saya ingat dalam suatu sesi terapi, saya
ditanya banyak pertanyaan tentang ibu saya, tetapi tampaknya terdapat sedikit
pemikiran yang diberikan untuk kemungkinan perbaikan kondisi saya. Memang, saya
secara resmi dinyatakan memiliki kecacatan permanen.
Bertahun-tahun kemudian ketika saya akhirnya memutuskan untuk terbuka dengan
kondisi ini, saya mendapatkan diri saya diundang untuk memberikan presentasi tentang
hidup dengan skizofrenia. Saya ingat cukup jelas secara public dihadapkan oleh
berbagai psikiater dan diberitahu bahwa saya tidak mungkin mengalami skizofrenia,
karena skizofrenia adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak bisa sembuh. Pada
awalnya saya terkejut dengan pernyataan otoritatif seperti itu, tapi setelah beberapa saat
saya menyadari bahwa pemandangannya berubah. Beberapa ahli mencoba untuk
memahami bahwa ada dasar biologis terhadap psikosis, dan bahwa dengan pengobatan
medis yang tepat, orang dengan skizofrenia dapat membaik kondisinya. Meskipun
banyak para ahli yang tetap memegang sikap tradisional bahwa seseorang tidak akan
sembuh dari skizofrenia, namun yang lain mulai menyadari bahwa beberapa bentuk
pemulihan memanglah mungkin; setidaknya bagi sebagian dari kami dengan diagnosis
ini, tanggung jawab utama untuk menentukan jalan menuju pemulihan terletak pada
orang dengan gangguan itu sendiri.
Bagi orang dengan kondisi ini, prospek pemulihan memiliki implikasi yang sangat
besar. Pada generasi sebelumnya, orang seperti kami diharapkan untuk benar-benar
dipisahkan dari masyarakat. Bagi banyak orang, bahkan mungkin sebagian besar dari
kami, pemisahan yang kami alami baik berupa fisik sosial maupun alam. Lembaga
dimana kami terpaksa tinggal biasanya terisolasi, jarang dikunjungi oleh warga dari
dunia luar, selain staf yang merawat, dan terkadang kunjungan oleh saudara atau teman
yang bersangkutan.
Bahkan bagi kami yang dibebaskan, kami masih mengalami bentuk isolasi sosial,
dan sangat sedikit dari kami akan pernah membiarkan orang lain tahu bahwa kami
adalah orang dengan penyakit jiwa. Pada masa itu, stigma terhadap orang sakit jiwa
begitu besar sehingga hampir semua orang dengan kondisi ini akan berusaha keras
untuk menjaga rahasia kondisi mereka. Bahkan, stigma itu begitu besar sehingga sangat
sedikit saudara dari orang yang sakit jiwa akan membiarkan orang lain tahu bahwa
mereka memiliki keturunan kegilaan dalam keluarga mereka.
Ketika saya pertama kali dibebaskan dari berbagai rumah sakit jiwa tahun 1960an,
saya, dan beberap orang lainnya dengan penyakit jiwa berat, menghadapi diskriminasi
yang besar. Di mana pun saya akan melamar pekerjaan, saya akan menemukan formulir
aplikasi memiliki pertanyaan yang menanyakan apakah saya pernah dirawat dalam
pelayanan kejiwaan. Saya menjawab pertanyaan ini dengan jujur, tetapi saya
menemukan bahwa selama lebih dari satu tahun saya tidak mampu mencari pekerjaan.
Saya akhirnya lelah hanya karena saya punya seorang teman yang mampu
mengesampingkan peraturan dan mengizinkan saya untuk dipekerjakan di the Ohio
Department of Mental Hygiene and Correlations. Saya sangat berpegang pada
pekerjaan saya di departemen pemerintah selama hampir 30 tahun, dan saya sangat
menyadari adanya diskriminasi kerja terhadap orang dengan sakit jiwa.
Sayangnya, bagi kami dengan penyakit jiwa akan terus mendengar istilah yang
merendahkan kami sepanjang waktu. Bahkan, jika seseorang ingin mengabaikan ide,
atau saran yang tidak layak dipertimbangkan, sangat sering diberi label sebagai "gila"
atau "tidak waras". Dalam benak kebanyakan orang, istilah ini mengkonotasikan sesuatu
yang melampaui batas yang mampu dipertimbangkan oleh orang-orang yang masuk
akal. Orang yang gila adalah orang yang dapat dengan segera dan aman diabaikan tanpa
pertimbangan lebih lanjut.
Masalah bagi orang dengan penyakit jiwa adalah istilah-istilah yang digunakan
secara otomatis untuk mengabaikan sesuatu yang tidak dapat diterima adalah istilah
yang sama yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang dengan penyakit jiwa.
Dengan kata lain, bahkan jika orang dengan penyakit jiwa dapat benar-benar pulih,
kami harus menghadapi dunia dengan sikap tradisional dan kebiasaan penggunaan
bahasa yang menjadi penghalang sosial utama bagi kami untuk diterima dalam
masyarakat yang lebih luas.
Stigma, tentu saja, memiliki banyak bentuk selain penggunaan kata-kata yang
merendahkan tersebut. Di sisi lain, the Americans with Disabilities Act (ADA)
mengijinkan prosedur bagi banyak profesi, termasuk profesi kesehatan, untuk terus
secara terang-terang menanyakan kepada pelamar tentang sejarah psikiatri mereka.
Media semakin sering menggambarkan orang sakit jiwa orang yang berbahaya, dan
bahkan sebagai beberapa bentuk monster.
Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi oleh orang dengan penyakit jiwa, baik
karena sifat kecacatan mereka dan penghalang yang tercetak sejak lama agar mereka
yang tetap ada di masyarakat, kemajuan besar telah secara jelas dibuat sejak generasi
yang lalu. Terlepas dari bagaimana seseorang mendefinisikan pemulihan, kian banyak
orang dari kami dengan penyakit ini yang menemukan penerimaan yang lebih besar
dalam masyarakat. Pemulihan dalam beberapa bentuk memanglah nyata, dan semakin
banyak orang dengan kondisi ini dapat berdiri tegak, serta tak lagi malu sifat
kondisinya.
PERJALANAN MENUJU PEMULIHAN: REHABILITASI
Banyak orang yang menderita skizofrenia dengan kondisi medis atau cedera yang
tidak mampu berfungsi di area tertentu dimana mereka sebelumnya kompeten. Mereka
tidak seperti mereka, tetapi mereka tidak seperti apa yang mereka bisa. Pengobatan
dalam psikiatri telah difokuskan terutama pada gejala dan kesulitan. Rehabilitasi
berfokus pada fungsi. Memperbaiki fungsi dapat meningkatkan pembentukan kembali
fungsi kerja, sosial, keluarga, pendidikan, dan peran lainnya yang mengarah ke kualitas
hidup. William Anthony, pelopor dalam pengembangan rehabilitasi jiwa (psikososial),
telah menyatakan bahwa, "rehabilitasi jiwa pada akhirnya mencoba untuk meningkatkan
kinerja peran atau status dalam hidup, belajar, bekerja, atau lingkungan sosial konsumen
". Anthony merumuskan perbedaan antara penurunan fungsi dan kecacatan, penurunan
fungsi merupakan suatu gejala dan kecacatan sehubungan dengan konsekuensi dari
penyakit. Rehabilitasi dicapai melalui pelatihan dan praktek, bukan berbicara, dan
dilakukan in situ bukan dalam kondisi psikiatrik. Psikiater bekerja sama dengan tim
yang melakukan pelatihan dan menilai pengamatan, baik dari pelatih dan konsumen,
dalam mempertimbangkan modifikasi pengobatan. Pengembang keterampilan terlatih
dalam rehabilitasi psikososial, dan ada sejumlah buku manual dan rencana pelajaran
yang memberikan bantuan bertahap dalam pelatihan. The Boston University Center for
Psychiatric Rehabilitation telah menghasilkan sejumlah kurikulum untuk digunakan
oleh konsumen jiwa. Pelatihan keterampilan bersifat analog dengan terapi fisik, di mana
terapis bekerja, seringkali susah payah, untuk mengembalikan fungsi yang disepakati
oleh konsumen dalam kemitraannya dengan tim. Rehabilitasi jiwa dan terapi fisik
memiliki banyak kesamaan. Keduanya melibatkan orang dalam lingkungannya. Dalam
rehabilitasi fisik, terdapat upaya untuk membuat pasien ramah dengan beberapa
modifikasi, seperti jalan yang landai dan lift.
Lingkungan yang mendukung bagi orang dengan gangguan jiwa adalah dimana
orang yang berarti bagi konsumen diikutkan dan diedukasi tentang penyakit jiwa dan
persoalan yang meningkatkan fungsi dan stabilitas konsumen. Mereka dapat
memberikan lingkungan yang nyaman, mengerti dan mendukung.
Saat peneliti menghitung kategori upaya rehabilitasi—dimana orang tinggal, belajar,
bekerja, bersosialisasi dan berkeluarga—ditemukan bahwa tidak ada perbedaan dari
area kehidupan yang berharga. Hal ini adalah dimensi kehidupan yang merupakan
kualitas hidup.
Hal ini merupakan pendekatan yang diatur oleh sebuah sikap harapan dan
pemberdayaan, dengan konsumen yang semakin bertanggungjawab terhadap keputusan
terkait kehidupan mereka. Rencana rehabilitasi disesuaikan secara individu dan
fleksibel, dibangun dengan kekuatan dan tujuan konsumer itu. Terdapat sikap informal
pada bagian penyedia pelayanan, bersama dengan pelatihan dalam "kehidupan nyata".
Mungkin terdapat peluang untuk memodifikasi lingkungan, seperti rumah dimana
konsumen tinggal, untuk memfasilitasi peningkatan fungsi (misal mengatur dapur, atau
membantu konsumen berbelanja dengan budget tertentu di supermarket terdekat).
Sejumlah penelitian dalam bidang kesehatan jiwa dan rehabilitasi mendukung
efektivitas upaya rehabilitasi. Anthony dan kawan-kawan menyatakan:
1. Orang dengan gangguan jiwa berat dapat belajar keterampilan; 2. Keterampilan orang
dengan gangguan jiwa berbanding lurus dengan pengukuran hasil rehabilitasi; 3. Intervensi
pengembangan keterampilan meningkatkan hasil rehabilitasi jiwa; 4. Intervensi dukungan
meningkatkan hasil rehabilitasi jiwa.
PENGOBATAN BERBASIS BUKTI
Psikiatri, seperti spesialis dalam kedokteran lainnya, telah berjalan cepat dalam hal
penilaian efektivitas intervensi klinis. The New Freedom Commision on Mental Health
melaporkan diskusi "Tujuan Sistem Transformasi" dan target "kemajuan penelitian,
teknologi, dan pemahaman kita tentang bagaimana mengobati penyakit jiwa" yang
memberikan makna untuk menyelesaikan tujuan. Efisiensi dan efektivitas adalah istilah
yang penting dalam bidang kesehatan jiwa, hasil dan efektivitas biaya merupakan
perhatian utama dari berbagai pemangku kebijakan dalam upaya komprehensif.
Khususnya, pengenalan pelayanan yang teratur dan managemen utilisasi telah
memberikan efisiensi dan efektivitas dalam diskusi pelayanan kami. Penelitian mulai
berkembang di area penelitian berbasis pelayanan, menegaskan efektivitas serta
efikasinya. Program psikiatri melaksanakan pelayanan yang terbukti bekerja dan
menunjukkan hasil yang efektif.
Kedokteran berbasis bukti muncul pada tahun 1990 bersamaan dengan filosofi
edukasi kesehatan setelah upaya setidaknya 10 tahun dalam the Department of Clinical
Epidemiology and Biostatistics di McMaster University di Kanada untuk
mengembangkan proses yang akan "mengajarkan klinisi bagaimana untuk menilai
literatur kesehatan dengan kritis"
Pada tahun 1992, the Schizophrenia Patient Outcomes Research Team (PORT) yang
didirikan oleh the Agency for Health Care Policy and Research dan the National
Institute of Mental Health (NIMH) "untuk mengembangkan dan menyebarkan
rekomendasi untuk pengobatan skizofrenia berdasarkan adanya bukti ilmiah...
Rekomendasi Pengobatan PORT merupakan tentang pelayanan bagi orang dengan
skizofrenia berdasarkan pada bukti ilmiah yang kuat". 30 rekomendasi serupa
dikembangkan dan dibagi menjadi tujuh kategori intervensi. Dalam bagian kedua dari
penelitian, PORT mensurvei 719 orang sampel yang didiagnosis skizofrenia dalam dua
negara untuk menilai "pemenuhan pelayanan terkini dengan 12 Rekomendasi
Pengobatan. Angka dimana pasien diberi pengobatan sesuai rekomendasi cukup baik,
umumnya dibawah 50%". Pemenuhan terhadap pengobatan psikososial
dipertimbangkan lebih rendah daripada mereka dengan rekomendasi farmakologis.
Meskipun penelitian mendukung sejumlah pengobatan untuk skizofrenia, terdapat
angka yang rendah yang signifikan terhadap implementasi dalam prakteknya. Sebagai
hasilnya, terdapat banyak perhatian terhadap "upaya untuk menerapkan praktek ini,
menyoroti fasilitator dan rintangan, termasuk kekuasaan, peraturan, dan kebijakan
keuangan kesehatan jiwa". Baik kebijakan dan praktek administrasi telah diidentifikasi
sebagai rintangan yang spesifik terhadap pelaksanaan pelayanan berbasis bukti;
kebijakan juga telah diidentifikasi sebagai fasilitator.
Surgeon General Report pada tahun 1999 menggambarkan status kesehatan jiwa,
mencakup pernyataan berikut:
Efektivitas pengobatan kesehatan jiwa didokumentasikan ....
Sejumlah pengobatan tersedia bagi sebagian besar gangguan kesehatan mental.
Kesenjangan yang kritis terdapat di antara mereka yang membutuhkan pelayanan dan
mereka yang menerima pelayanan... Antara pengobatan yang efektif dan optimal dan
apa yang kebanyakan orang terima dalam kondisi praktek sesungguhnya.
Laporan yang disebutkan secara luas dari the Institute of Medicine (IOM) "Crossing
the Quality Chasm" menyatakan bahwa "praktek berbasis bukti merupakan integrasi
dari dari bukti penelitian terbaik dengan keahlian klinis dan nilai pasien". IOM terus
menyatakan bahwa terdapat keterlambatan waktu 15 hingga 20 tahun antara penerapan
apa yang kita tahu menjadi apa yang kita lakukan, "Ilmu menjadi pelayanan". The New
Freedom Commission Report menggarisbawahi pentingnya pengamatan ini dan
menambahkan bahwa tidak terdapat sistem kesehatan jiwa di negara ini. Tidak hanya
pengobatan tersebut yang terbukti tidak diterapkan, tetapi juga terdapat
ketidaksistematisan cara identifikasi pengobatan baru yang telah terbukti efektif.
Terdapat beberapa keprihatinan pada sebagian dokter bahwa penekanan untuk
memanfaatkan praktek berbasis bukti akan menjadi langkah lain untuk mengelakkan
dan mengganggu dengan keputusan dokter dan pertimbangan konsumen yang spesifik.
(Beberapa saran menyeimbangkan topik ini dengan "praktek berbasis bukti"). Faktanya,
mungkin kedokteran berbasis bukti terlambat diterapkan di psikiatri karena banyak
psikiater yang merasa bahwa dimensi kerja psikoterapetik terlalu bersifat individu dan
tidak ditujukan untuk pendekatan kuantitatif.
Artikel pertama tentang praktek berbasis bukti dalam literatur psikiatri adalah yang
diungkapkan oleh Dan Bilsker dan Elliot M.Goldner pada tahun 1995, 14 tahun setelah
kedokteran berbasis bukti didefinisikan oleh David Sackerr, sosok utama dalam
perkembangan, sebagai "penggunaan bukti terbaik yang teliti, eksplisit dan bijaksana
dalam membuat keputusan tentang pelayanan individu pasien". B.H.Gray menyatakan
bahwa berlawanan dengan harapan bahwa pelayanan teratur akan mempercepat
pengenalan kedokteran berbasis bukti di Amerika, hal ini mungkin terlambat karena
tekanan yang lebih besar pada biaya melebihi kualitas pelayanan.
William C. Torrey dan rekan telah mengakui sumber "rekomendasi, pedoman,
pernyataan konsensus, dan algoritma pengobatan yang relevan terhadap perawatan
orang dengan penyakit jiwa yang berat". Meskipun masih ada perdebatan mengenai
jenis dan jumlah bukti yang cukup, seluruh upaya ini, pengakuan bahwa banyak yang
diketahui tentang intervensi yang memiliki potensi untuk membuat perbedaan dalam
kehidupan konsumen. Bahkan dengan pengetahuan ini, tantangan untuk bidang
kesehatan jiwa adalah "untuk memfasilitasi adopsi praktek berbasis penelitian dalam
pengaturan pelayanan kesehatan jiwa rutin sehingga orang-orang dengan penyakit jiwa
berat bisa mendapatkan keuntungan dari pelayanan yang telah terbukti berhasil".
Kemajuan langkah yang besar dalam menerapkan praktik berbasis bukti diambil
melalui serangkaian laporan Pelaksanaan Praktek Berbasis Bukti untuk Proyek Penyakit
Jiwa Berat, yang disponsori oleh the Robert Wood Johnson Foundation, the Center for
Mental Health Services of the Substance Abuse and Mental Health Services
Administration, the National Alliance for the Mentally Ill, organisasi kesehatan jiwa
lokal serta pemerintah di New Hampshire, Maryland, dan Ohio, the American
Psychiatric Association's Journal, Psychiatric Services, membuat keputusan untuk
mengabdikan artikel masalah terhadap praktek berbasis bukti pada tahun 2001, dalam
pertimbangan kesenjangan antara apa yang dikenal di lapangan dan apa yang tersedia
untuk konsumen dengan penyakit jiwa utama, sebuah masalah kesehatan masyarakat
yang utama—tema yang telah berlangsung di the Institute of Medicine dan New
Freedom's Commission Reports.
Meneruskan untuk identifikasi rintangan terhadap pelaksanaan pelayanan yang
efektif, persoalan sistem diidentifikasi, termasuk kebijakan dan praktek administratif.
Menurut Howard H. Goldman dan rekan-rekannya, "kualitas dan pertanggungjawaban"
dipertimbangkan sebagai "semboyan pelayanan kesehatan jiwa", dan pelaksanaan
praktek berbasis bukti ditujukan terhadap pencapaian hal ini. Dalam konteks ini,
kualitas berarti hasil positif yang diperoleh dengan menggunakan pelayanan dengan
biaya efektif, dan pertanggungjawaban berarti dokumentasi atas kepatuhan terhadap
praktek berbasis bukti. Pendekatan ini memberikan dasar bagi membiayai dan
membayar pelayanan dan ditujukan pada dimensi keuangan dan organisasional. Hal ini
melebihi bagian ini untuk mendeskripsikan hubungan antara kebijakan keuangan dan
ekonomi pelayanan kesehatan jiwa, tetapi cukup untuk mengatakan, bahwa bahkan
dengan prospek keuangan mengurangi batas, persoalan keuangan merupakan halangan
terbesar dalam pelaksanaan pelayanan berbasis bukti terhadap pengobatan skizofrenia.
Terdapat banyak inisiatif kolaborasi pembiayaan yang dibuat untuk memberikan
bantuan kepada pemerintah untuk mengembangkan berbagai pelaksanaan mereka.
Proses ini juga membutuhkan dukungan oleh keluarga, konsumen, dan organisasi
kesehatan jiwa. Bidang psikiatri harus mencakup praktek berbasis bukti dalam program
pelatihannya dan terus memperluas penelitiannya ke beberapa area seperti modifikasi
terhadap populasi suku yang berbeda, kondisi yang rumit dan kondisi perkotaan atau
pedesaan.
Selain itu, telah diakui bahwa praktek berbasis bukti, membutuhkan tim yang rumit
atau integrasi program, dibandingkan dokter berbasis individu, lebih sulit dalam
pelaksanaannya. Hal ini ditetapkan bahwa sebuah model diperlukan untuk program
yang dapat dikembangkan dan dievaluasi. Pada awal tahun 2000, the Substance Abuse
and Mental Health Services Administration tidak hanya merekomendasikan praktek
berbasis bukti, tetapi juga mengakui bahwa akan terdapat beberapa kesulitan dalam
pelaksanaannnya. Sebagai hasilnya, mereka mengembangkan berbagai kelengkapan
yang mencakup lembar informasi bagi kelompok pemangku kebijakan, video pengantar,
video demonstrasi praktek, dan buku manual bagi para pelaksananya. Kelengkapan ini
dapat diunduh dari SAMHSA dan CMHS.
Mereka menentukan kelima program berikut:
Manajemen Penyakit dan Pemulihan. Program manajemen penyakit dan pemulihan
menegaskan secara kuat dalam membantu orang untuk menetapkan dan mengejar tujuan
personal dan untuk melaksanakan strategi kerja dalam kehidupan harian mereka. Informasi dan
kemampuan yang diajarkan dalam program meliputi:
- strategi pemulihan
- fakta praktis tentang penyakit jiwa
- model stress-vulnerabilitas dan strategi pengobatan
- membangun dukungan sosial
- menggunakan obat-obatan secara efektif
- mengurangi kekambuhan dan coping dengan stress
- coping dengan masalah dan gejala
- meningkatkan kebutuhan pelayanan dalam sistem kesehatan jiwa
Pengobatan Komunitas yang Tegas. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk membantu
orang tetap tinggal di luar rumah sakit dan untuk mengembangkan keterampilannya untuk hidup
dalam sebuah komunitas, sehingga penyakit jiwa mereka tidak mengendalikan paksa dalam
kehidupan mereka. Pengobatan komunitas ini memnawarkan pelayanan yang disesuaikan
terhadap kebutuhan individu konsumen, yang diberikan oleh tim pelaksana, dan tersedia 24 jam
penuh. Program yang ditujukan sesuai dengan:
- manajemen gejala
- rumah tangga
- keuangan
Psikoedukasi Keluarga. Psikoedukasi keluarga melibatkan persahabatan antar konsumen,
keluarga dan pendukung, serta dokter. Dengan membangun hubungan, edukasi, kolaborasi,
pemecahan masalah, dan sebuah suasana harapan dan kerja sama, psikoedukasi keluarga
membantu konsumen dan keluarganya dan pendukungnya untuk:
- belajar tentang penyakit jiwa
- menguasai cara baru untuk mengelola penyakit jiwa mereka
- mengurangi ketegangan dan stress dalam keluarga
- memberikan dukungan sosial dan dorongan satu sama lain
- fokus pada masa depan
- menemukan cara untuk keluarga dan pendukung untuk membantu konsumen dalam
pemulihannya.
Pekerjaan yang Mendukung. Pekerjaan yang mendukung merupakan pendekatan yang
didefinisikan untuk membantu orang dengan penyakit jiwa untuk menemukan dan menjaga
pekerjaan yang bersaing dalam komunitasnya. Program pekerjaan ini didampingi oleh spesialis
pekerjaan yang sering bertemu dengan penyedia pengobatan untuk menggabungkan pekerjaan
tersebut dengan pelayanan kesehatan jiwa. Prinsip utama program ini meliputi:
- pilihan pekerjaan berdasarkan pilihan dan keinginan konsumen.
- pekerjaan yang mendukung sebagai pengobatan yang terintegrasi
- dukungan yang terus-menerus
- membantu melampaui peran pasien dan mengembangkan peran baru terkait pekerjaan
sebagai bagian dari proses pemulihan
Gangguan yang Menyertai: Pengobatan Dua Diagnosis yang Terintegrasi. Pengobatan
Dua Diagnosis yang Terintegrasi diterapkan untuk orang yang memiliki penyakit jiwa,
gangguan lain yang menyertai, dan kecanduan penggunaan obat. Pendekatan pengobatan ini
membantu konsumen pulih dengan memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan penyalahgunaan
obat di waktu dan tempat yang bersamaan. Pendekatan ini meliputi:
- pengobatan yang bersifat individu, berdasarkan pada stadium pemulihan seseorang
- edukasi mengenai penyakit
- pengelolaan kasus
- membantu dengan perumahan
- pengelolaan uang
- dukungan relasi dan sosial
- konseling yang didesain khusus bagi orang dengan gejala lain yang menyertai.
Kemudian, untuk membuat program tersebut tersedia dalam pusat kesehatan jiwa
komunitas, the National Implementing Evidence-Based Practices Project mengevaluasi
hasil pelaksanaan terhadap kelima program di 53 pusat kesehatan jiwa komunitas.
Setiap 6 bulan selama 2 tahun, juru penilai eksternal menilai keakuratan program
tersebut. Mereka menemukan bahwa hampir di seluruh pusat kesehatan itu menerapkan
praktek program dengan keakuratan sedang hingga tinggi. Mereka menemukan bahwa
pekerjaan yang mendukung dan Pengobatan komunitas yang tegas (ACT) memiliki skor
yang lebih tinggi dari awal, sedangkan manajemen penyakit dan pemulihan serta
pengobatan dua diagnosis yang terintegrasi memiliki skor rata-rata yang lebih rendah.
Adanya ikatan menegaskan kebutuhan terhadap kehadiran yang konsisten dari seorang
konsultan-pelatih untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan. Yang jelas, satu
kesulitan dalam pelaksanaan praktek berbasis bukti adalah kebutuhan untuk
menginvestasikan uang sebelumnya untuk menghemat uang selama pelaksanaan.
Siapakah yang akan mau melakukan hal ini?
Proses yang mengarah pada dukungan terhadap praktek berbasis bukti adalah
kerumitan yang melibatkan beberapa langkah, termasuk review beberapa penelitian,
memanfaatkan teknik statistik baru, dan melibatkan peninjau yang ahli. Setelah
penelitian klinis dan peninjauan proses, muncul pengenalan terhadap arena kebijakan
publik dan dukungan agar program ini dibiayai dan diterapkan, dimonitor, serta
dievaluasi secara efisien.
Baik konsumen dan penyedia yang mendukung pemulihan meningkatkan
perhatiannya bahwa penelitian lebih lanjut seharusnya tidak hanya merencanakan
pemeriksaan dan pengobatan yang ada, tetapi juga proses, sikap, bantuan diri sendiri,
dan praktek konsumen lainnya terkait pemulihan, serta cerita orang pertama sebagai
suatu kenyataan yang dapat diteliti.
PERUBAHAN PERAN PSIKIATER
Peran psikiater seperti halnya klinisi professional lainnya yang terlibat dalam proses
pemulihan juga membutuhkan perubahan signifikan dalam praktek dan sikap. Fokus
pada penyakit skizofrenia tetap menjadi bagian penting dari tugas psikiater, tetapi
menggabungkan penyakit dalam konteks orang akan meluruskan peran profesional
dengan tujuan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi dan proses pemulihan. Dalam
hal ini, dapat dikatakan bahwa penelitian ini memutar kembali ke model biopsikososial
yang telah dideskripsikan. Melibatkan seseorang yang berhak mendapatkan hak,
kesempatan, pelayanan klinis terbaru, kualitas hidup, dan potensi kewarganegaraan
penuh (yaitu, berpartisipasi penuh dalam masyarakat) dapat dicapai dengan sangat baik
melalui modifikasi yang signifikan dalam sikap, pengetahuan, model praktek, dan
perilaku.
Orientasi dasar dari pemulihan mengubah interaksi dari “Bagaimana saya dapat
menghilangkan gejala?” menjadi “Bagaimana saya dapat membantu Anda sebagai
seseorang di dunia ini?”. Mengatasi gejala akan menggeser penekanan dalam upaya luas
yang diarahkan untuk menghilangkan hambatan bagi konsumen dalam mencapai tujuan
yang ia tentukan sendiri. Proses pemulihan hanya akan berhasil dalam tim multidisiplin
yang berfungsi dengan baik dan luas, yang meliputi konsumen, keluarga, dan pilihan
konsumen lainnya. Penelitian berjalan dari akut ke kronik, dari gejala dan gangguan ke
fungsi dan kualitas hidup, dan dari obat-obatan untuk menangani gejala menjadi obat-
obatan dalam pelayanan rehabilitasi dan pemulihan. Dengan kata lain, membantu untuk
menghilangkan hambatan.
Psikiater, sebagai seorang ahli dengan pengetahuan dasar yang luas dan dengan
praktik diolah dari literatur professional terbaru serta menghadiri dan berinteraksi pada
pertemuan para ahli, dapat menjadi sumber daya klinis yang penting dan sebagai
pemimpin ilmiah tim. Dalam jaringan yang terakhir, psikiater berfungsi sebagai
pendidik dari anggota tim, keluarga, konsumen, orang lain, dan masyarakat sebagai
langkah untuk membantu mengurangi stigma. Mereka memberikan informasi tentang
hasil pengalaman dan penelitian klinis, cara menghindari kekambuhan dari sumber yang
sama, mencocokkan dengan program seperti Well Recovery Action Plan (WRAP), dan
isu penyakit serta pengelolaan obat-obatan. Bekerja dengan orang secara keseluruhan
daripada penyakit hampir tidak mungkin sebagai praktisi yang bekerja sendiri. Sebuah
tim multidisiplin sangat penting untuk mempengaruhi perubahan menyeluruh yang
ditujukan dalam pemulihan. Dalam rangka untuk mengelola obat-obatan, hal ini adalah
standar emas bagi psikiater untuk menerima pengamatan mengenai "konsumen di dunia
nyata" dari staf, anggota keluarga, dan orang lain yang konsumen tunjuk untuk menjadi
bagian dari tim. Pertemuan Tim memungkinkan untuk penyelesaian perselisihan dan
konflik dan dapat mencegah triangulasi konsumen, keluarga, atau anggota tim lainnya.
Tidaklah mengagetkan bahwa praktek umum, daripada praktek swasta, memiliki
kinerja yang potensial dengan orang dalam semua dimensi penyakit jiwa dan dapat
menjadi bagian dari tim berorientasi pemulihan. Praktek swasta, seperti yang saat ini
diatur, harus dianggap terlalu terbatas untuk merangkul kebutuhan yang komprehensif
dari orang dengan skizofrenia. Ada peran tertentu dalam proses pemulihan bagi semua
ahli kesehatan jiwa serta rekan fasilitator. Akses dan komunikasi dengan dokter
pelayanan primer diperlukan, terutama karena tingginya insiden penyakit fisik,
seringkali sebagai hasil dari tidak adanya atau diabaikan perawatan diri, merokok lama,
efek samping obat dan penyalahgunaan zat. Mungkin ada saat-saat dimana psikiater dan
dokter pelayanan primer bekerja sama dalam hubungan yang kolaboratif. Perawatan
gigi adalah bidang serius lainnya yang sering diabaikan dan menjadi faktor negatif yang
potensial dalam membangun konsumen baik secara sosial maupun dalam pekerjaan.
Selama era dimana banyak psikiater yang telah dibatasi oleh peran manager obat-
obatan, gerakan pemulihan dapat mengaktifkan psikiater untuk pindah ke posisi yang
terlihat, lebih konsisten dengan pelatihan mereka, dalam pelayanan konsumen berbasis
luas dan dapat berpartisipasi dalam proses yang terlibat dalam penyediaan layanan.
Kelangsungan hidup dari perubahan peran ini tergantung pada psikiater bersama dengan
konsumen dan keluarga untuk meningkatkan kebutuhan pelayanan yang efektif dan
memanfaatkan hasil yang pada akhirnya dapa menghemat uang untuk penjara, ruang
gawat darurat, dengan hari opname di rumah sakit dan hari keluarga tidak bekerja yang
lebih sedikit, dan mendorong kerja konsumen dalam pekerjaan yang nyata, yang
mengarah ke hak yang menurun. Sebagai peserta pengamat program dan kebutuhan
serta sebagai seorang dokter untuk konsumen dengan kebutuhan yang tak terpenuhi,
psikiater memiliki kesempatan (jika bukan sebuah tanggung jawab) untuk menjadi
advokat dalam perubahan kebijakan atau meningkatkan dana atau perubahan
pengelolaan pelayanan serta menulis surat mengenai hak individu konsumen atau untuk
mendapatkan perhatian medis atau gigi yang cepat, misalnya.
Kesadaran yang lebih besar dalam hasil jangka panjang yang lebih positif untuk
skizofrenia dan peningkatan sumber daya klinis berbasis tim mensyaratkan bahwa
semua staf memberikan pelayanan terhadap konsumen dengan sikap bahwa pemulihan
adalah mungkin dan setiap orang memiliki potensi untuk pulih. Kemampuan dasar
psikiater untuk membuat pergeseran ini adalah pemahaman intelektual dan emosional
tentang model pemulihan serta kesediaan untuk mendengarkan orang dalam masa
pemulihan yang menceritakan kisah mereka: Mendengarkan perbedaan pengalaman
individu yang membuat berbeda-beda, memberikan perhatian khusus terhadap
hubungan dan kualitas dari orang-orang yang membuat perbedaan dan peran teman
sebaya, dan mendengarkan kekuatan dan ketahanan bukan hanya gejala. Proses ini
dapat membantu psikiater untuk mentransfer pengalaman yang dijelaskan oleh berbagai
konsumen kepada orang lain yang sedang dalam proses pengembangan rencana
pemulihan.
Pusat kemampuan psikiater dan penyedia lainnya untuk berteman dengan konsumen
adalah hubungan. Hal in diungkapkan terus menerus oleh Mark Ragins, pioneer
psikiater yang praktek dengan berorientasi pada pemulihan dan penulis kesehatan the
Village in Long Beach, California, sebuah program pemulihan. Proses perjanjian
merupakan persiapan untuk hubungan jangka panjang. Meskipun kunjungan pertama
pada ruang gawat darurat sebagai pertemuan pertama konsumen dengan sistem
kesehatan jiwa, dapat memberikan dampak apakah konsumen mengalmi sistem tersebut
sebagai hal yang sangat menolong dan baik atau menantang dan bermusuhan. Seperti
yang telah dijelaskan, hubungan jangka panjang merupakan sebuah "teman perjalanan"
bukanlah "agen perjalanan", penghubung atau perusak. Ini sangat membantu proses
keterlibatan untuk secara singkat memperkenalkan diri dibalik nama seseorang,
mungkin menambahkan lama kepemilikan seseorang dalam program, dimana pelatihan
itu diterima dan sebagainya. Seseorang juga dapat menunjukkan gambaran umum dari
cara bekerja bersama, menghormati kekhawatiran konsumen, membantu untuk
mencapai tujuan, bermitra dalam proses pengobatan, dan mendidik tentang diagnosa
dan obat-obatan. "Saya bekerja untuk Anda", selalu sadari, tentu saja, menjadi singkat
karena kemungkinan ketidakmampuan konsumen untuk mempertahankan perhatian.
Ragins menyarankan perubahan dalam pertanyaan pertama dari "Apa yang menjadi
masalah Anda?" menjadi "Apa yang Anda inginkan dalam hidup Anda?". Tanda dan
gejala tidak hanya ditangani sebagai komponen penyakit tetapi sebagai kemungkinan
hambatan fungsi. Elemen psikoterapi memasuik proses interaktif tanpa mengorbankan
interaksi. Empati mendengarkan dan menanggapi kembali, klarifikasi, kebiasaan untuk
mempengaruhi, menyadari perubahan subjek, atau menghentikan pembicaraan dapat
menjadi cara menekankan persoalan penting dan berarti. Tidak perlu dikatakan, selalu
ada konsumen yang bersikeras tidak ada yang salah dengan mereka atau bahwa mereka
tidak ingin berada di sana, orang dengan gangguan tilikan (anosognosia), mungkin
merupakan gejala yang paling menyakitkan dan merepotkan bagi keluarga, penyedia,
dan masyarakat. Mengajukan pertanyaan tentang gejala penyakit atau berusaha untuk
meyakinkan konsumen untuk minum obat merupakan taktik segera menjauhkannya. Hal
ini dalam rangka mengejar agenda dokter, bukan konsumen. Sebagianmungkin
menawarkan kopi atau beralih di luar ruangan untuk memungkinkan konsumen untuk
merokok. Pertanyaan kemudian dapat dilanjutkan seperti yang disebutkan oleh Ragins
atas. Mungkin akan diperlukan diskusi tentang ketertarikan bersama—musik, olahraga,
program televisi. Daripada membahas penyakit, dokter dapat mengenali bahwa masih
ada beberapa kekhawatiran yang mungkin mengganggu, seperti kesulitan tidur atau
suara, dan kemudian bantuan obat-obatan bagi persoalan tertentu dapat diperkenalkan.
Seringkali pernyataan dibandingkan pertanyaan akan sangat membantu. "Banyak orang
yang saya lihat memiliki masalah tidur". Begitu pula dengan suara atau membutuhkan
sepatu. Sangatlah penting untuk terlibat. Permasalahan diagnosis dan obat yang spesifik
dapat ditunda dalam pelayanan untuk menciptakan pengalaman yang mungkin
menentang harapan atau pengalaman pasien dan bagi pasien yang optimis.
Kepergian adalah "materialisme hati dan paternalisme" dari psikiater dan staf dan
sebaliknya muncul kemitraan yang bekerja untuk menghilangkan hambatan untuk
tujuan konsumen. Tema American Psychiatrist Association's 60th Institute on
Psychiatric Services pada tahun 2008 berjudul "dari pasien ke mitra". Upaya signifikan
ditempatkan pada pendidikan dalam dialog daripada format yang preskriptif, konsisten
dengan kemampuan konsumen untuk berkonsentrasi dan menyerap informasi, dengan
membaca jika mereka menginginkannya. Ada banyak format pendidikan lainnya
termasuk kelompok yang dipimpin rekan fasilitator, DVD, organisasi advokasi,
kesempatan pendidikan, rencana tindakan pemulihan kesehatan, bahkan putaran besar
departemen.
Hubungan bisa berubah dengan beberapa konsumen dari kemitraan selama
penetapan tujuan dan proses rehabilitasi untuk konsultan jika dan ketika ada gangguan
stabilitas dengan dukungan dunia nyata. Dokter, tentu saja, mungkin sesuai kebutuhan
untuk mengatasi situasi psikotik akut dan stabilisasi. Model kesehatan, meluas selama
bertahun-tahun sebagai fokus kunjungan pasien, sering menjadi penilaian dari ada atau
tidak adanya gejala, tanpa mendengarkan psikiater (keluhan umum dari konsumen),
proses singkat sering membosankan bagi kedua belah pihak. Isu kritis antara dokter dan
konsumen adalah hubungan yang saling percaya dan menghormati yang dibangun atas
rasa optimisme dan harapan. Perubahan sikap ini bukan sekedar upaya untuk menjaga
semangat, yang tentu saja tetap penting, tetapi didasarkan pada studi epidemiologi.
Harding meninjau sepuluh penelitian kontemporer yang mencakup lima penelitian yang
berlangsung antara 20 dan 30 tahun dan lima lainnya lebih dari 30 tahun. Harding
menyimpulkan:
Penelitian ini menemukan heterogenitas luas dari fungsi kerja dan sosial, kelemahan
signifikan dari predictor tradisional dan interaksi perkembangan masa dewasa dengan
gejala… penemuan yang paling luar biasa dari penelitian jangka panjang ini adalah
sekumpulan hasil yang membuktikan bahwa setidaknya 50-60% dari setiap penelitian
kohort selama lebih dari dua hingga tiga dekade secara signifikan memperoleh kembali
kehidupan mereka, bahkan dalam keyakinan sebelumnya hal ini akan sangat tidak
mungkin. Kehidupan yang dibangun kembali telah mulai mengikis keyakinan terdahulu,
dan strategi baru dengan visi pemulihan mulai dikaryakan.
Dalam memelihara lingkungan pengobatan sebagai salah satu harapan, setiap
interaksi dengan staf seharusnya terlindungi dari penghakiman dunia. Sebagai ahli yang
bekerja dalam program khusus dengan karyawan yang terlatih, berpengetahuan dan
terampil, seharusnya tidak ada pengulangan saran dari seseorang dalam kehidupan
harian konsumen. Tidak ada yang harus memberitahu konsumen hal yang telah
diberitahukan orangtuanya. Landasan utama dalam membangun hubungan pada
sebagian staf adalah mendengarkan dan mengakui kekuatan (“Bila Anda memanggil
saya ketika Anda ingin memberitahukan saya tentang suatu masalah, Anda juga harus
memanggil saya ketika hal baik terjadi”).
Hubungan dimana fungsi dokter dalam sikap yang agak pasif, tidak mengungkapkan
dengan sendirinya, pandangan kosong adalah cirri-ciri peran dokter dalam
memanfaatkan transferensi psikoanalisis. Dalam pengobatan berorientasi psikoanalitik,
kendaraan untuk perubahan adalah transferensi, membantu untuk membawa hubungan
masa lalu yang penting ke masa kini. Dalam pengobatan berorientasi pemulihan pada
orang dengan penyakit jiwa, kendaraan untuk perubahan adalah hubungan dan
pengembangan kepercayaan, yang mengarah untuk membuka komunikasi, kepatuhan
pengobatan dan janji yang lebih besar, deteksi dini kekambuhan, dan perasaan aman di
dunia dengan meningkatnya jumlah dukungan. Dalam model pemulihan, mungkin ada
batas-batas yang fleksibel, yang tetap benar-benar tidak eksploitatif, tidak memperluas
kekuasaan sendiri, semua dalam pelayanan untuk menghargai konsumen dan proses
pemulihan mereka.
Tujuan pengobatan tidaklah lagi sebagai “pemeliharaan” atau tinggal di luar rumah
sakit. Pemeliharaan menggambarkan bahwa segala pengobatan saat ini telah selesai, dan
tujuannya adalah untuk mencegah kekambuhan gejala. Hal ini bersifat pesimis, bahkan
tidak diungkapkan sebelumnya. Kekambuhan tentu saja terjadi, seperti halnya pada
berbagai penyakit kronis, tetapi tidak adanya kekambuhan tidak cukup untuk
menggambarkan kapasitas untuk meningkatkan kualitas hidup. Ragins mengungkapkan
titik bahwa bahkan bila gejala hilang, identitas diri seseorang menyisakan kompromi
untuk memiliki pengalaman penyakit, seringkali karena cara ia diobati oleh sanak
saudara dan oleh anggota komunitas pengobatan.
Salah satu pertanyan yang paling penting dalam psikiatri umum adalah “Mengapa
sekarang?”. Bagi mereka yang bekerja dengan orang dengan skizofrenia, pertanyaan
yang penting adalah “Siapa yang dapat saya mintai pertolongan?”. Proses jaringan,
ketika melayani sebagai model untuk staf, konsumen, dan keluarga, membantu psikiater
untuk membantu konsumen mengakses sumber daya, serta memberi peluang bagi
psikiater untuk berbicara dangan rekan-rekannya tentang persoalan psikofarmakologi
dan untuk mencari hal lain dalam bidangnya ketika terdapat tantangan unik dalam
proses pemulihan atau rehabilitasi. Konsumen dalam masa pemulihan dapat menjadi
sumber daya yang baik. Staff juga akan menghadapi tantangan yang potensial dari
fasilitator sebagai rekan dalam tim pengobatan.
Dengan sumber komitmen yang banyak bagi gerakan pemulihan, semakin besar
kesadaran tentang hasil jangka panjang yang lebih baik untuk skizofrenia, dan dengan
peningkatan sumber daya klinis berbasis tim, staf, khususnya psikiater, dapat
melakukan pendekatan terhadap konsumen dengan sikap bahwa pemulihan adalah
mungkin dan setiap orang memiliki potensi untuk pulih.
Dasar dari kemampuan psikiater untuk membuat perubahan ini merupakan
komitmen dan pemahaman terhadap pemulihan. Salah satu cara untuk mencapai hal ini
adalah dengan mendengarkan orang yang sedang dalam masa pemulihan yang
menceritakan kisahnya; untuk mendengarkan perbedaan pengalaman individu yang
membuat suatu perbedaan dan kualitas orang yang membuat perbedaan, dan
mendengarkan kekuatan dan ketahanan bukan hanya gejala. Proses ini dapat membantu
psikiater untuk mentransfer pengalaman yang dijelaskan oleh berbagai konsumen
kepada orang lain yang sedang dalam proses pengembangan rencana pemulihan.
Sangatlah membantu jika mengerjakan ulang gambaran konsumen tentang
pengalaman penyakit mereka untuk menetapkan serangkaian kejadian yang masuk akal
dalam sebuah kisah yang membingunkan. Sharing perorangan yang sederhana oleh
psikiater direkomendasikan secara umum tetapi hanya dalam pelayanan kemajuan
konsumen. Istilah rusak dan memperbaiki digunakan dalam literatur psikoanalitik
terkini, dan hal ini berguna bagi pemeliharaan hubungan, sebuah kesadaran bahwa
psikiater pasti akan mengatakan atau melakukan hal yang akan menantang hubungan.
Beberapa pengamatan terhadap pasien yang menandakan pelanggaran (misalnya
perubahan pengaruh, sesi yang terlewatkan, munculnya kembali gejala) mungkin
membutuhkan sebuah permintaan maaf atas kesalahpahaman apa yang konsumen
katakan, kesalahan pembicaraan, melupakan permasalahan, atau menjadi tidak sensitive
dengan kurang hati-hati.
Psikiater merupakan salah satu orang yang jumlahnya semakin banyak dalam
kehidupan konsumen. Hal ini seharusnya tidak mengurangi untuk mengakui bahwa
peranannya sangat penting tetapi tidak dibutuhkan seunggul seperti dalam model
kesehatan. Kenyataannya, peran psikiater yang berkurang mungkin merupakan tanda
kesuksesan dalam perjalanan pemulihan. Pada akhirnya, psikiater dapat menjadi
anggota dalam jaringan seseorang dan seorang yang “nyata” daripada obyek
transferensi. Psikiater dapat menerima undangan pernikahan dan kelulusan, menghadiri
pemakaman, atau melayani bersama dengan komite penyedia-konsumen tanpa membuat
hubungan umum pengobatan. Permasalahan etis yang terlibat dalam konsepsi yang
berbeda dari masalah batas saat ini sedang dibahas dalam berbagai forum, tetapi
terdapat perilaku tegas yang harus dihindari. Hal ini termasuk hubungan percintaan atau
seksual atau hubungan yang eksploitatif seperti memuji-muji konsumen yang nampak
sukses sebagai cerminan kemampuan psikiater.
Menghormati rahasia dan tetap tidak menghakimi dalam hal pilihan pribadi seperti
agama dan politik perlu ditaati secara teliti, dan peran psikiater sebagai
psikofarmakologis dalam rehabilitasi dan pemulihan mengakui peran obat-obatan dalam
kehidupan nyata konsumen. Dalam rangka untuk memberi resep dengan efektif,
psikiater harus datang untuk menilai pengamatan anggota tim perawatan, termasuk
orang-orang yang melihat konsumen di rumah, di lingkungan, di tempat kerja atau
sekolah, berinteraksi dengan orang lain. Peristiwa ini memberikan kesempatan untuk
pengajaran yang sedang berlangsung dari staf dan pembelajaran pribadi.
Karena beberapa permasalahan dapat diidentifikasi dengan sebagian konsumen,
dengan berbasis klinis dan praktek dan mungkin pengalaman pembelajaran yang lebih
mengesankan berkembang, yang mungkin akan lebih mudah diingat. Hal ini penting
bagi anggota tim untuk mengetahui bahwa sangatlah diperlukan untuk berkomunikasi
bahkan antar pertemuan yang mungkin akan berhubungan dengan obat-obatan. Selama
pertemuan, perhatian harus ditujukan pada efek samping obat. Efek samping yang biasa
muncul sehubungan dengan aspek kehidupan yang penting adalah efek sedasi, selama
sehari (pagi hari, misalnya, dari obat tidur) atau episode hipomanik atau iritabilitas
akibat obat-obatan lain atau kondisi yang tidak terdiagnosis. Terdapat beberapa efek
samping yang secara signifikan dapat mengganggu makna tertentu dalam kehidupan
konsumen.
Seorang wanita dengan gangguan skizoafektif telah menjadi anak ajaib pemain senar dan
dilanjutkan dengan keuletan mencoba untuk mempertahankan keterampilan dan mengejar
peluang dan, meskipun agak sesekali, untuk bermain dalam kelompok music kecil dan orkestra
serta memberikan pelajaran. Sesekali, ia minum lithium (Eskalith), yang membantunya
mengurangi gejala hipomanik tetapi menjadikannya tremor. Hal ini telah diberitahukan bahwa
ia dapat mencapai stabilitas dengan tremor atau kembali pada perilakunya yang tidak stabil. Ia
terjerembab dalam keadaan depresi berat karena adanya ultimatum tersebut dan diakui menjadi
pasien rawat inap dimana modifikasi obat-obatannya berhasil dan ia kembali berkarir dalam
bidang music. Kepentingan utama baginya adalah fakta bahwa tim pengobatannya, dan
khususnya psikiaternya yang baru, memahami bahwa terlibat dengan music merupakan inti
kehidupannya.
Efek samping seksual merupakan permasalahan yang harus dicapai dalam
meresepkan obat (misal SSRI dan risperidon). Tanpa hal ini dibuka sebagai topik utama
diskusi, mungkin aka nada beberapa obat uang tidak dilanjutkan bila efek samping
seksual muncul. Terdapat banyak situasi klinis dimana masalah sulit ini harus sering
dihadapi. Hubungan seksual mungkin menjadi bagian dari hasrat untuk kualitas hidup
dari banyak konsumen. Tidak terkecuali skizofrenia. Seksual mungkin hal utama yang
dapat membantu konsumen untuk memelihara dukungan yang berharga dari
pasangannya atau hal signifikan lainnya.
Modifikasi praktek psikiatri tradisional lainnya yang sedang berkembang adalah
mengambil keputusan bersama, sebuah proses yang didukung oleh Patricia Deign,
pemimpin konsumen dalam gerakan pemulihan. Dalam membicarakan proses
pemulihan, Deign menggambarkan kepatuhan sebagai hal yang berlawanan dengan
kolaborasi rehabilitasi atau pemulihan.Ia membandingkan "dikotomi kepatuhan dan non
kepatuhan" dengan dasar pengambilan keputusan bersama. Dia menawarkan alternatif
berorientasi pemulihan "Dua ahli dalam ruangan: Praktisi dan klien" yang bertemu
untuk berbagi informasi dalam pelayanan keputusan pengobatan. “Praktisi memiliki
keahlian dalam proses berbasis ilmu dari diagnosis kesehatan dan pengobatannya. Klien
memiliki keahlian dalam kebaikan pengalaman kehidupan dari kelainan mereka, dan
pengalaman pribadinya tentang apa yang memberikan nilai, makna, tujuan dan kualitas
bagi hidupnya. Idealnya, kedua pengetahuan, baik ilmiah dan pribadi, dijembatani
melalui proses pengambilan keputusan bersama, sebagaimana kedua belah pihak
berusaha untuk kesepakatan atas apa masalahnya, bagaimana pengobatannya, dan apa
hasil pengobatan yang seharusnya."
Deign mengangkat masalah "konflik keputusan" yang sering sama dengan yang
diperjuangkan oleh orang dengan gangguan jangka panjang lainnya. Mungkin ada
kekhawatiran orang lain akan tahu- majikan, rekan kerja, atau orang penting lainnya
dalam kehidupan konsumen. Periode munculnya gejala ini tentu saja berbahaya karena
mungkin ada masalah perselisihan antara konsumen dan penyedia tentang apakah
pengobatan akan dilanjutkan. Sebuah jalan tengah yang mungkin untuk menekankan
adanya orang-orang yang ingin dimasukkan konsumen sebagai tim mereka, tanda-tanda
awal kekambuhan yang potensial dan kemudian mencapai kesepakatan untuk
mengembalikan pengobatan sedini mungkin.
Terdapat beberapa modifikasi utama dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai bagi mereka yang berpartisipasi sebagai ahli dalam proses pemulihan. Adaptasi ini
tidaklah berbeda dari praktek kesehatan pada umumnya, seiring dengan kembalinya
psikiatri pada seseorang bukan hanya penyakitnya, bukan akut tetapi jangka panjang,
tim dibandingkan solo, dan rekan bukan sekedar pasien.
PERMASALAHAN TAMBAHAN
Spiritualitas dan agama, yang menempatkan penekanan pada seseorang di dunia dan
menjadikan konsumen semakin lebih semangat dalam kehidupannya, memiliki
penekanan yang lebih besar dalam pendekatan menyeluruh terhadap pemulihan.
Sebelumnya dipandang sebagai hal terlarang atau sebagai bagian dari sebuah aliansi
sesat terhadap pengobatan psikiatri. Spiritualitas, dalam bentuk praktek apapun,
sekarang merupakan dimensi penting dari diskusi di kalangan konsumen, keluarga,
penyedia, dan peneliti. Fallot menganggap, "spiritualitas seperti dimensi pengalaman
pribadi yang berkaitan dengan kesucian, keutamaan atau transenden. Sebaliknya,
Agama, membawa dimensi organisasi, melibatkan komunitas orang yang percaya
dengan sebuah doktrin atau keyakinan bersama dan kegiatan ritual". Survei terhadap
orang dengan masalah kesehatan jiwa dan / atau penyalahgunaan zat, melaporkan
bahwa agama dan spiritualitas adalah salah satu sumber bantuan yang paling penting,
dan berpengalaman baik sendiri atau dengan orang lain.
Literatur yang dipublikasikan mengindikasikan bahwa aktivitas ini dapat
memfasilitasi rasa harga diri dan respon coping—seperti berdoa, pergi ke gereja,
membaca kitab, meditasi dan yoga—yang membantu untuk mengurangi stress dan
gangguan lainnya. Mereka memberikan sumber dukungan sosial dan komunitas dan
menjadi diterima, dan dapat mendukung harapan bahwa masa depan dapat memiliki
kemungkinan dan tujuan baru.
Di saat yang bersamaan, terdapat keanekaragaman kepercayaan dan praktek atau,
untuk beberapa, tidak ada sama sekali. Agama dan spiritualitas juga dapat berkontribusi
terhadap beberapa efek negative. Kemarahan kepada Tuhan, dorongan dengan
pertemuan dan praktek keagamaan, perasaan tidak mampu memenuhi standard an
dampak negative secara umum dapat mengarahkan pada peningkatan pengaruh
penderitaan. Beberapa keadaan ini mungkin sebagai efek sekunder dari kondisi
kejiwaan seperti skizofrenia paranoid, gangguan stress pasca trauma, atau
penyalahgunaan zat. Karena ketidaktahuan, jemaat dan bahkan pemimpin agama dapat
membuat komentar menghina dan terlibat dalam komentar dan perilaku stigma, yang
mengarah ke perasaan terasingkan dan merendahkan diri.
Ketika hal ini menjadi peran penyedia, dan psikiater pada khususnya, ada sejumlah
persoalan penting yang dibawa untuk bersinggungan pada interaksi yang melibatkan
spiritualitas masalah dan agama. Penyedia mungkin menghadapi masalah serupa, seperti
dengan seseorang dari kebudayaan lain, dalam usahanya untuk memahami apa yang
biasa dan apa yang istimewa. Dalam perubahan dari penyakit menuju seseorang,
penyedia menunjukkan minat dalam semua aspek dari jaringan seseorang, sumber
konflik dan rasa nyaman, interaksi keluarga, pertemuan sosial dan sebagainya yang
dapat terjadi pada perkumpulan keagamaan.
Mungkin juga terdapat keyakinan atau ajaran yang dipupuk oleh pendeta yang anti
pengobatan. Beberapa orang merasa bahwa skizofrenia adalah hasil dari dosa atau iblis.
Dalam satu kasus, saran untuk konsumen agar lebih banyak berdoa dan berhenti berobat
menyebabkan psikiater harus menemui pendeta untuk edukasi yang saling
mensukseskan, proses yang tidak bermusuhan dengan kesepakatan bahwa konsumen
akan melanjutkan pengobatan tersebut. Di situasi lain yang tidak menguntungkan,
seorang wanita terus kembali ke rumah sakit dan mengatakan kepada psikiaternya untuk
menghentikan pengobatannya. Ketika warga menyarankan kepada staf bahwa mereka
bertemu dengan pendeta, ia diberitahu, "kita tidak melakukan itu". Terdapat beberapa
penelitian yang semakin menyelidiki tentang hubungan antara spiritualitas dan
pemulihan.
Program rekan-ke-rekan dan saling mendukungbagi konsumen dan partisipasi dalam
kebijakan dan perencanaan program merupakan hasil perkenalan dan perluasan program
yang telah ada. Dengan gerakan konsumen yang sedang berkembang, telah ada program
dukungan yang diorganisir rekan relawan dan inisiatif dukungan rekan informal. Proses
dukungan rekan telah tersedia selama bertahun-tahun untuk sebagian kondisi medis
kronis. Dukungan sangat penting dan bermanfaat ketika orang membuat transisi yang
sulit. Pemulihan sering disebut perjalanan atau transformasi, yang menekankan pada
dimensi perubahan. Perubahan bagi banyak orang mungkin pengakuan bahwa bahkan
dengan kecacatan, seseorang masih bisa memiliki hidup yang lebih berarti, dan
gambaran internal pengecualian dan keputusasaan akan berubah. Proses transmisi ini
dapat ditingkatkan dengan besar, dan melibatkan para ahli, veteran, dan rekan. Para ahli
mungkin adalah para professional yang dapat menjelaskan tentang informasi ilmu
kesehatan dan mampu menanggapi pertanyaan yang muncul, seperti kausalitas,
transmisi genetic, dan sebagainya. Terdapat banyak pertanyaan yang mungkin ditunda
untuk kelompok berikutnya, yaitu veteran yang berpengalaman, mereka yang menjadi
atau membaik bersama dalam pemulihan. Orang-orang dengan kondisi ini dapat
menggambarkan bahwa ada kehidupan di luar transisi, mereka dapat menawarkan
petunjuk bermanfaat, hubungan afektif, berbagi pendapat mereka tentang program dan
penyedia, dan menyambut orang baru ke dalam kelompok, seperti sponsor dalam
kelompok 12 langkah. Kelompok ketiga adalah rekan sebaya, orang yang berada pada
tahap awal dalam pemulihan yang sama yang benar-benar dapat memahami perubahan
dan hambatan serta perasaan saat ini. Dengan demikian, dalam tiga serangkai penolong
ini, terdapat akses menuju informasi, bimbingan, dan dukungan emosional. Model lain
yang patut dipertimbangkan bahwa perantara budaya, diusulkan pada tahun 1970 oleh
antropolog Weidman Hazel, sebagai cara untuk menghubungkan dua atau lebih sistem
sosial budaya, terutama dalam upaya untuk melibatkan orang dari budaya tertentu dan
sistem kesehatan jiwa. Seringkali orang ini adalah profesional budaya dimana program
ini mencoba untuk dihubungkan.
Dukungan rekan sebaya dapat memberikan sejumlah keterlibatan suportif, seperti
instrument, informasi, dan emotional sosial, terhadap orang lain yang memiliki kondisi
kesehatan jiwa serupa. Dari semua jenis dukungan, tipe yang paling controversial tetapi
cepat mengatasi resistensi adalah “konsumen sebagai penyedia”. The Veterans
Administrations and the State of Georgia telah berperan dalam menggerakkan inovasi
tersebut. Mereka telah menghadapi permasalahan rahasia dan terbatas, membuat posisi
kompetitif sambil menanggapi batas ADA, termasuk kecacatan dalam iklan, grafik dan
akses ke catatan, dan sebagainya. Ada banyak peran yang disewa rekan sebaya untuk
tampil dalam sistem administrasi veteran dan hanya beberapa yang bisa dihitung.
Spesialis dukungan rekan merupakan bagian dari tim kesehatan jiwa lintas disiplin dan
memainkan peran penting dalam menarik konsumen karena pengalaman bersama. Peran
ini mungkin sangat penting bagi orang-orang dengan gangguan yang menyertainya.
Mereka juga dapat mendidik staf tentang persoalan keterlibatan serta hal-hal untuk
menghadiri kunjungan rumah di lingkungan yang sulit. Mungkin ada peran pendidikan
melalui berbagai format dan pendukung yang bertindak sebagai pendamping untuk
berbagai janji. Mereka juga dapat membantu perawatan diri sendiri.
Terdapat sertifikat program yang tersedia yang menyediakan rekan karyawan
dengan perkenalan terhadap pemulihan dan rehabilitasi psikososial, kapan harus
meminta bantuan, penggunaan sumber daya masyarakat, kemampuan komunikasi, dan
cara-cara untuk bekerja dalam sebuah tim. Ada pertemuan dengan pengawas dan
pertemuan rutin dengan kelompok-kelompok lokal dan panggilan konferensi
interfasilitas. Fasilitas lain mempekerjakan pekerja penyuluhan atau pelatih pekerjaan
atau peserta"warmline". Vet ke Vet adalah kelompok yang prosesnya difasilitasi oleh
veteran untuk veteran yang telah dirintis melalui Administrasi Veteran dan Moe
Armstrong. Kebanyakan program pelatihan akan memerlukan pelatihan dalam
perawatan diri, sering dimasukkan dalam rencana aksi pemulihan kesehatan (lihat di
bawah).
Georgia’s Consumer-Driven Road to Recovery: A Mental Health Consumer’s Guide
for Participation In and Development of Medicaid Reimbursable Peer Support Service
dibuat melalui Divisi Gangguan Perkembangan Kesehatan Jiwa dan Penyakit Adiktif,
Kantor Hubungan Konsumen, Maret 2003 dan merupakan sumber daya yang tidak
ternilai harganya untuk mempertimbangkan program ini.
Terdapat peningkatan penelitian terhadap dampak dukungan rekan, termasuk rekan
karyawan. Solomon merangkum banyak penelitian yang menunjukkan “Keuntungan
bagi Individu yang Menerima Pelayanan Kesehatan Jiwa, terhadap Penyedia, terhadap
Sistem Pengantar Pelayanan Kesehatan Jiwa”. Fishman menyimpulkan bahwa,
“Sebagian besar penelitian tentang kelompok dengan dukungan rekan tidak terkontrol,
sehingga belum memungkinkan untuk mengukur efek dukungan rekan. Meskipun
demikian, terdapat bagian penelitian tidak terkontrol yang besar yang mendukung
efektivitas dukungan rekan, dan tidak ada peneltitian yang mengindikasikan hal ini
berbahaya. Terdapat penelitian terkontrol terhadap penyedia konsumen. Dibandingkan
dengan penyedia non-konsumer, hasilnya secara umum adalah sama. Hasil dapat lebih
unggul dalam hal penyuluhan, penguasaan komunitas, dan program pelepasan”.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk memungkinkan tujuan pemulihan
dalam memberikan wewenang kepada konsumen untuk mampu mengampu tanggung
jawab yang lebih besar atas perawatan diri mereka. Dalam upaya untuk tidak
menyerahkan dengan sewenang-wenang dan tanggung jawab secara acak terhdap
penyedia, ada sejumlah kurikulum yang dikembangkan untuk membantu konsumen
memahami dan dapat dimasukkan ke dalam strategi tindakan untuk membantu diri
mereka sendiri tetap baik, untuk membangun kekuatan mereka, untuk mengenali
pemicu gejala mereka, untuk mengembangkan daftar orang yang dapat dipanggil bila
membutuhkan bantuan atau ingin bersosialisasi, untuk mengetahui bagaimana
mengurangi stres dalam penyakit yang sensitif terhadap stres, dan untuk menentukan
apa yang harus dilakukan jika terjadi kekambuhan (yang dapat diaktakan dan digunakan
sebagai surat perintah sebelumnya). Latihan ini semua dilakukan melalui pembinaan,
dan tanggapan tertulis bahkan dapat disimpan di memori dan dibawa oleh konsumen.
Pelatihan dapat diberikan lebih dari satu kali untuk membantu konsumen untuk
mendapatkannya
Mungkin kurikulum yang paling banyak digunakan adalah Wellnes Recovery Action
Plan (WRAP) yang dikembangkan oleh Mary Ellen Copeland, seorang ahli professional
sekaligus konsumen. WRAP memberikan panduan yang memungkinkan konsumen
untuk memiliki kontrol perasaan yang lebih besar terhadap kehidupan sehari-hari
mereka dengan perhatian terhadap kualitas dan pemenuhan. WRAP menujukan
banyaknya stress, kekesalan, kemungkinan kambuh, atau kambuh itu sendiri dengan
menyediakan pemikiran, menulis rencana tindakan untuk pengelolaan hidup mereka.
Konsumen mampu mendiskusikan situasi mereka dengan lebih tahu dan lebih nyaman
dengan penyedia, rekan sebaya, keluarga dan lain-lainya dalam hidup mereka.
Pada tahun 1981, saya pertama kali mengalami gangguan dan menghabiskan waktu 2 tahun
di rumah sakit. Saya didiagnosis depresi pasca melahirkanm kemudian depresi manic dan
akhirnya skizofrenia. Saya disiksa oleh suara-suara dan delusi dan saya menjadi depresi. Saya
diberi obat-obatan dengan dosis tinggi tetapi pikiran saya, dan buruknya laki, perilaku saya tetap
aneh dan tidak terkontrol. Selama 15 tahun kemudian, saya masuk rumah sakit lebih dari 30 kali
karena percobaan bunuh diri atau ketidakmampuan saya untuk merawat diri sendiri. Saya tidak
pernah transisi bertahap di luar rumah sakit dan banyak karyawan rumah sakit yang tidak
peduli.
Dengan hadirnya obat-obatan yang lebih efektif pada pertengahan tahun 1990an, kerusakan
otak saya pada akhirnya berhasil sembuh. Saya mampu mengatasi pikiran dan perasaan yang
saya gambarkan sebagai sebuah penyakit dan saya belajar bahwa ketika obat-obatan
mengembalikan fungsi alami otak saya, selanjutnya terserah pada saya untuk menyembuhkan
hidup saya. Selama pengobatan, datang beberapa karyawan yang melihat saya sebagai orang
dengan penyakit dan bukan seseorang dengan sebuah penyakit. Mereka juga mengakui
penderitaan saya dan akhirnya saya merasa paham.
Sangatlah penting bagi saya untuk memiliki tim pengobatan yang penuh belas kasih dan
empatik. Ahli kesehatan jiwa yang tidak hanya mengetahui biologi otak, tetapi juga memandang
saya sebagai manusia seutuhnya dengan kebutuhan yang sama seperti orang lain. Saya juga
mendapat manfaat yang sangat besar dari terapi ekspresif seperti seni, music, terapi tari, dan
menulis. Bagian penting lain dari pemulihan saya adalah dukungan rekan sebaya. Orang yang
telah disingkirkan oleh masyarakat seperti saya juga perlu tahu bahwa saya tidak sendirian.
Pemulihan yang sukses bagi saya berarti bertanggung jawab atas penyakit saya: mengikuti
program pengobatan untuk mengembangkan, memelihara hubungan yang sehat, menanyakan
bantuan ketika saya memerlukannya, dan melakukan hal produktif dan bermakna setiap hari.
Semua ini membutuhkan disiplin dan usaha dari saya.
Saya sekarang bekerja sehari penuh dan saya harus memperhatikan kesehatan jiwa saya dan
sadar akan batasan saya.