rawayan - refleksi religiusitas masyarakat urban filedaftar isi apresiasi vii ... bupati bandung...

12

Upload: dinhngoc

Post on 22-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang
Page 2: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

RAWAYANRefleksi religiusitas masyarakat urban

Page 3: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

RAWAYANRefleksi religiusitas masyarakat urban

Pungkit Wijaya

PENERBIT PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO

Page 4: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

Rawayan–Refleksi Religiusitas Masyarakat UrbanOleh: Pungkit Wijaya

©2016 Penerbit PT Elex Media KomputindoHak Cipta dilindungi oleh undang-undangDiterbitkan pertama kali oleh:Penerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

EMK 716080620ISBN 978-602-02-8420-0

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagianatau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Page 5: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

Daftar Isi

v

Daftar Isi

Apresiasi viiPengantar Penulis ix

I Kita dan Lingkungan Hidup 1

Kita dan Negeri Berasap 3Menyoal Budaya Buang Sampah 7Nalar Politik Ekologis 11Becermin dari Dua Kisah 21Dangdut, Kampanye, dan Rekayasa Digital 25Menciptakan Budaya Damai 29Menyoal Toleransi Umat Beragama 32

II Pemimpin dan Keberanian 37

Presiden dan E-Blusukan 39Pemimpin Imajiner 43Keberanian Sang Pemimpin 47Petuah Dasapasanta untuk Para Pemimpin 51Negarawan dan Mohammad Hatta 55Narasi dari Tanah Cianjur 59Negeri “Murang-Maring” 65Luka Kultural dalam Sperma Airmata 70Rendra, Revolusi, dan Indonesia 75Bupati Bandung Naik Haji 78Ngamplang dalam Kenangan Pablo Neruda 83

Page 6: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

Rawayan–Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban

vi

Pablo Neruda, Penyair yang Utuh 87Ian Campbell dan Jejak Pablo Neruda di Indonesia 91Jejak Pengasingan Don Pablo 94Geliat Esai di Negeri Serantau 98Di Indonesia, Esai Tak Pernah Mati 102Emha, Sejarah dan “Kehidupan Esai” 106Esai, “Merawat Kegilaan” 110Sufisme dalam Puisi Acep Zamzam Noor 114Menatap Kericuhan Palopo 118

III Jejaring Dunia Digital 123

Islam dan Generasi Digital 125Membangun Peradaban Agora 134Menelisik “Parasit” Digital 138Ketaksaan Masyarakat Digital 142Menyelamatkan Manusia Digital 146“Ketidakberdayaan” Digital 149Membaca Buku Digital 153Dunia Tapal Batas 157Mobilisasi Komunitas Imajiner 160"Kecendekiaan" Google 164Dunia “Peretas” dan Perang Digital 167

Riwayat Pemuatan 171Biografi Penulis 173

Page 7: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang
Page 8: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

Kita dan Lingkungan Hidup

3

Kita dan Negeri Berasap

K ita sedang hidup di negeri yang berasap. Argumen itu yang kita dapatkan ketika melihat sejumlah pemberitaan tentang

asap di media massa dan televisi. Tidak hanya itu, sejumlah kam-panye menghentikan pembakaran hutan, sedekah oksigen, stop asap, dan kami-butuh-oksigen-agar-sekolah-lancar beredar di me-dia sosial. Bahkan, seorang anak kecil yang mengampanyekan itu. Aksi sosial galang dana serta sumbangan terus digalakkan bagi kor ban asap. Presiden pun eberapa kali mengunjungi lokasi, tetapi belum ada penyelesaian.

Tidak mau ketinggalan, para anggota Dewan Perwakilan Rak-yat pun secara simbolis memakai masker ketika sidang. Konon, itu dilakukan sebagai aksi solidaritas sosial. Namun, di media sosial, sebagian netizen justru mengolok-olok kelakuan para dewan.

Lebih dari itu, asap sudah menjadi makna. Asap menyimpan unsur ekonomi, kepentingan, dan imajinasi tentang keburukan manusia (juga pemerintah dan korporasi) dalam mengelola alam. Dengan demikian, persoalan merawat alam menjadi tema pen-ting pengujung tahun ini (saat naskah ini ditulis – red). Pemba-karan hutan di Pulau Sumatera dan Kalimantan, serta sungai dan selokan yang penuh sampah, menunjukkan bahwa manusia tidak lagi menghargai alam sebagaimana mestinya. Bisa kita simpul-kan dari asap yang tak kunjung henti itu, terlihat bahwa manusia ingin menguasai alam. Mereka tanpa henti mengeksploitasi dan menata alam untuk kepentingan tertentu. Tentu saja perbuatan

Page 9: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

Rawayan–Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban

4

ini menunjukkan bahwa manusia—dengan rasionya—mengang-gap dirinya sebagai yang mengendalikan alam. Bahkan, terlihat jelas rasio selalu berlawanan dengan alam, teknologi dibenturkan dengan yang alamiah.

Dengan kata lain, muncul ekosentrisme dan antroposentrisme. Hal itu pernah dikatakan oleh Jacques Ellul dalam The Technologi-cal Society (1964) bahwa alam dipandang sebagai komponen im-pian besar, yakni superioritas kemanusiaan melalui akal. Padahal, usaha untuk menjaga lingkungan terus dilakukan dari mulai ta-man kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Belum lagi, pemben-tukan duta lingkungan, yang merupakan program kreatif menjaga lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang yang tergabung dalam sebuah perusahaan.

Apa pentingnya alam bagi kita? Jawabannya tidak mudah diungkapkan jika kita tidak segera menginsafi bahwa alam adalah sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan, dalam sejarah penciptaan kosmologi, manusia dan alam dicip-takan bersamaan, tidak terpisah satu dengan lainnya.

Baiklah, saya akan membicarakan salah satu kisah tentang hu-tan dan pentingnya alam bagi manusia. Dalam cerita Mahabarata, para Pandawa, setelah kalah bermain dadu, mereka harus meng-asingkan diri ke hutan belasan tahun lamanya. Saya pun bertanya mengapa hutan (alam) menjadi pilihan dalam epos itu? Ada apa dengan hutan? Seberapa pentingnya hutan sehingga cocok untuk pengasingan?

Sejalan dengan itu, hutan bukan latar belakang kehidup-an manusia, tetapi memiliki relasi fundamental dengan manusia. Dengan kata lain, alam mampu mendorong kehadiran manusia. Selain itu, alam adalah ruang dan waktu bagi manusia, begitu diungkapkan Merleau-Ponty dalam Phenomenology of Perception (2005). Tentu saja, sangat beralasan jika Pandawa pergi ke hutan

Page 10: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

Kita dan Lingkungan Hidup

5

membawa tubuh, pikiran, jiwa mereka untuk menemukan “wa-jah” mereka masing-masing.

Ekofenomenologi

Hubungan antara manusia dengan alam harus selaras. Harmo-nisasi itu akan menghasilkan keseimbangan. Tidak puas memba-has etika alam, pendekatan filosofis pun dianggap sangat penting oleh Saras Dewi, pengajar filsafat lingkungan di Universitas Indo-nesia. Ia menerbitkan buku yang sangat menarik, Ekofenomologi: Meng urai Disekuilibrium Relasi Manusia dengan Alam. Buku itu bermula dari penelitian disertasinya yang kemudian diterbitkan pada tahun ini (saat naskah ini ditulis–red) oleh Marjin Kiri. Buku ini sangat penting dibaca untuk menyibak kesadaran manusia dengan alam.

Betapa pentingnya alam bagi manusia. Posisinya adalah sebagai penyeimbang, bukan sebagai objek. Pendekatan fenomenologi di-gunakan untuk melihat jalinan keseimbangan manusia dan alam. Pendekatan ini menitikberatkan fokusnya pada tindakan manu-sia yang mencari asal-muasal keruntuhan harmoni. Saras Dewi berujar dalam pengantar bukunya, “Alam adalah penyebab keba-hagiaan dan kecemasan bagi manusia, siklus kehidupan dan kema-tian tecermin di dalam proses alamiah.” Kemudian, ia mengutip Merlau-Ponty bahwa ketidakpekaan terhadap alam disebabkan karena subjek (manusia) mengambil jarak. Tentu saja, manusia bergantung pada alam. Lebih radikal lagi, kesadaran dan interaksi manusia tidak dapat dipisahkan dari alam.

Selain itu, ia menilai bahwa “disekuilibrium terjadi karena manusia gagal memahami substansi relasi dirinya dengan alam”. Heidegger menjelaskan, manusia tidak saja hidup selintas lalu di

Page 11: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

Rawayan–Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban

6

dalam dunianya, tetapi ia seharusnya menjadi pemukim (dweller) yang hidup harmonis serta damai dengan alam (hlm. 155).

Dari itu pula, anggapan manusia sebagai pusat harus segera di-ubah. Bolehlah dikatakan pendekatan epistemologi dan ontologi akan menjadi semacam manifesto penting bagi manusia. Dengan kata lain, merusak alam berarti merusak kemanusiaan itu sendiri, tidak hanya hubungannya sebagai “penjaga”, tetapi juga eksisten-sinya.

* * *

Page 12: RAWAYAN - Refleksi Religiusitas Masyarakat Urban fileDaftar Isi Apresiasi vii ... Bupati Bandung Naik Haji 78 ... lingkungan. Itu semua gugur oleh kepentingan sejumlah orang

Jejaring Dunia Digital

173

Biodata Penulis

Pungkit Wijaya lahir di Garut, Jawa Barat, 24 Mei 1988, dan menjadi mahasiswa pas-casarjana Program Religious Studies UIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Pada 2014, melakukan riset Agama 2.0.

Sejumlah puisi dan esainya pernah ter-muat di Jurnal Sajak, Jurnal Nasional, “Khazanah” Pikiran Rakyat, Koran Tempo, Republika, Lampung Post, Seputar Indone-sia, Sinar Harapan, Bali Post, Majalah Hori-

son, Kabar Priangan, Sastra Digital, majalah sastra Deras, Bandung. Sementara itu, puisi berbahasa Sundanya dimuat di Cupumanik, Mangle, dan Galura.

Puisinya pernah terhimpun dalam antologi bersama Geri-mis itu, luka (Komunitas Malaikat, 2011), Malam-malam Laila (Pustaka Adab, 2011), Tuah Tara No Atte (Temu Sastrawan Indo-nesia-4, 2011), Nisan di Kota Api (SIRARU, 2012), dan Di Kamar Mandi (Antologi Penyair Jawa Barat, 2012).

Pada 2011, mengikuti Temu Sastrawan Indonesia ke-4 di Ter-nate Maluku Utara dan Temu Sastra Mitra Praja Utama (MPU) di Banten (2013). Pada 2014, mengikuti Bengkel Penulisan Esai Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) kemudian menjadi peserta Asian-African Students Conference (Bandung) tahun 2015.

Pungkit bisa dihubungi melalui e-mail [email protected]. atau melalui website: www.pungkitwijaya.com.