rangkuman fiqih
TRANSCRIPT
RANGKUMAN FIQIH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah fiqih
Disusun oleh :
Dedi Koswara
FAKULTAS ADAB JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
IAIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2002
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ...........................................................................................1
BAB PERTAMA
I. PERKAWINAN
A. Tidak ada Pembujangan Dalam Islam ...........................................2
B. Pinangan yang diharamkan ...........................................................3
C. Perempuan yang harap di kawin ....................................................4
D. Hak dan Kewajiban Dalam Pergaulan Suami Istri ........................4
BAB KEDUA
II. MUAMALAH
A. Menjual sesuatu yang Haram, Hukumnya Haram .........................7
B. Mempermainkan Haram ................................................................7
C. Penimbun di La’nat ........................................................................8
D. Mencuri Kebebasan Pasar dengan memalsu ..................................8
SUMBER BUKU .............................................................................................9
MUQADDIMAH
Tiada kata yang paling indah dalam memuqaddimahi buku “Halal dan
Haram Dalam Islam” ini selain kuasa syukur atas segala rahmat dan ma’unah
yang diberikan Allah S.W.T kepada kami, sehingga dengannya terjemahannya ini
dapat kami selesaikan, tanpa suatu aral
Menterjemah satu buku dari bahasa ke bahasa lain yang uslub dan
gramatikanya berbeda, bukan satu hal yang mudah. Padahal syarat terjemahan itu
harus dapat menyesuaikan dengan bahasa penterjemah, tanpa mengurangi isi.
Sedang untuk ini atau katakanlah apa yang dimaksud oleh penulis dengan
penterjemah sebagai orang yang memahami suatu tulisan, sering terjadi
persilangan, tidak seratus persen sama.
Justru itu apa yang kami gambarkan di atas, tidak mustahil akan dijumpai
dalam buku ini, sekalipun usaha untuk menyesuaikannya itu telah kami usahakan
dengan seluruh kemampuan yang ada. Namun bahagian-bahagian mana
kekurangan dan kejanggalan itu, orang lainlah – tegasnya pembacalah – yang
lebih mengetahui. Sebab seperti kata pepatah kita : “Kuman diseberang lautan
nampak, gajah dikelopak mata tidak nampak.”
Lebih tidak mustahil lagi, karena penterjemah ini adalah manusia yang
serba dhaif yang tidak luput dari khilaf. Untuk itu, tegur sapa serta kontrol dari
pembaca sangat kami harapkan, demi menjaga dari keberlarutan kesalahan yang
justru akan membawa kepada kesalahan orang lain.
Kemudian tidak lupa pula terima kasih kepada para ustadz kami yang
mulia masing-masing ustadz Ahmad Yazid, Ustadz Abdul Qadir Hassan, dan
Ustadz A.Rahman bahwa yang bersedia memberikan bantuan kepada kami dalam
menterjemah buku ini, baik mengenai istilah-istilah maupun arti yang tepat, dalam
beberapa hal yang kami sendiri tidak mampu. Kepada Allah S.W.T semua itu
kami kembalikan. Semoga ia berkenan melimpahkan jaza’nya dengan jazaan
hasanan.
Akhirnya, semoga buku ini bermanfaat bagi kaum muslimin umumnya
dalam rangka meningkatkan amal shaleh dan taqwa kepada Allah S.W.T.
BAB I
PERKAWINAN
A. Tidak Ada Pembujangan Dalam Islam
Islam berpendirian tidak ada pelepasan kendali ghairah sexual untuk
dilepaskan tanpa ikatan. Untuk itulah maka diharamkannya zina dan seluruh yang
membawa kepada perbautan zina.
Tetapi dibalik itu Islam juga menentang setiap perasaan yang bertentangan
dengan ghairah ini. Untuk itu maka dianjurkannya kawin dan melarang hidup
membujang dan kebiri.
Seorang muslim tidak halal menentang perkawinan dengan anggapan,
bahwa hidup membujang perkawinan dengan anggapan bahwa hidup membujang
itu demi berbakti kepada Alloh, padahal dia mampu kawin, atau dengan alasan
supaya dapat seratus persen mencurahkan hidupnya untuk beribadah dan
memutuskan hubungan dengan duniawinya.
Nabi memperhatikan, sebahagian sahabatnya ada yang kena pengaruh,
kependitaan ini (tidak mau kawin). Untuk itu maka beliau menerangkan, bahwa
sikap semacam itu adalah menentang ajaran Islam dan meyimpang dari sunnah
Nabi. Justru itu pula, fikiran-fikiran kristen semacam ini harus diusir jauh-jauh
dari nilai Islam.
Said bin Abu Waqash berkata :
Rosulullah SAW menentang Usman bin madhun tentang rencananya untuk
membujang, seandainya beliau mengijinkan kamu akan kebiri. (Riwayat
Bukhari).
B. Pinangan Yang Diharamkan
Seorang muslim tidak halal mengajukan pinangannya kepada seorang
perempuan yang ditolak atau yang ditinggal mati oleh suaminya, selama masih
dalam iddah. Karena perempuan yang masih dalam iddah itu dianggap masih
masih sebagai mahran bagi suaminya yang pertama, oleh karena itu tidak boleh
dilanggar. Akan tetapi untuk isteri yang ditinggal mati oleh suaminya, boleh
diberikan suatu pengertian selama dia masih dalam iddah dengan suatu sindiran,
bukan dengan terang-terangan, bahwa si laki-laki tersebut ada keinginan untuk
meminangnya.
Firman Alloh :
Tidak berdosa atas kamu tentang apa-apa yang kamu sindirkan untuk
meminang perempuan. (Al-Baqoroh 235)
Dan diharamkan juga seorang muslim meminang pinangan saudaranya
kalau ternyata sudah mencapai tingkat persetujuan dengan pihak yang lain. Sebab
laki-laki yang meminang pertama itu telah memperoleh suatu hak dan hak ini
harus dipelihara dan dilindungi, demi memelihara persahabatan dan pergaulan
sesama manusia serta menjauhkan seorang muslim dari sikap-sikap yang dapat
merusak identitas, sebab meminang pinangan saudaranya itu serupa dengan
perampasan dan permusuhan.
Tetapi jika laki-laki yang memimang pertama itu sudah memalingkan
pandangannya kepada si perempuan tersebut atau memberikan izin kepada laki-
laki.
Yang kedua, maka waktu itu laki-laki kedua tersebut tidak berdosa untuk
meminangnya. Karena sesuai dengan sabda Rasululloh SAWa. Yang mengatakan
sebagai berikut :
Seorang Mu'min saudara bagi mu'min yang lain, oleh karena itu tidak halal
dia membeli pembelian kawannya dan tidak pula halal meminang pinangan
kawannya (Riwayat Muslim).
C. Perempuan Yang Haram Dikawin
Setiap muslim diharamkan kawin dengan salah seorang perempuan yang
tersebut di bawah ini :
1. Istrinya bapak, baik yang ditolak biasa atau pun yang karena ditinggal mati
oleh ayah. Perkawinan semacam ini pada waktu zaman jahiliah
diperkenankan, yang kemudian oleh Islam dihapuskan.
2. Ibunya sendiri, termasuk juga nenek, baik dari pihak ayah ataupun dari pihak
ibu.
3. anaknya sendiri, termasuk di dalamnya cucu dan cabang-cabangnya.
4. saudaranya sendiri, baik sekandung, seayah maupun seibu.
5. bibinya sendiri, baik itu sekandung seayah atau seibu
6. bibi sendiri dari pihak ibu baik sekandung, seayah atau seibu.
7. anak dan saudara laki-lakinya
8. Anak dari saudara perempuannya.
9. Seorang laki-laki muslim diharamkan kawin dengan seorang perempuan yang
menyusuinya sejak kecil.
10. Saudara sesusuan
Kalau perempuan yang menyusui anak ibu menjadi ibu bagi anak tersebut,
maka begitu juga anak-anak perempuan si ibu tesebut menjadi saudar susu bagi
anak yang disusui itu.
D. Hak dan Kewajiban Dalam Pergaulan Antara Suami Istri
Perkawinan sebagaimana telah kami sebutkan, adalah suatu ikatan
perjanjian yang telah diikat oleh Alloh, antara seorang pria dengan seorang
wanita, sesudah melakukan aqad masing-masing disebut suami dan istri atau zauj
dan zauj artinya genap. Masing-masing dalam hitungan adalah single, tetapi
dalam timbangannya adalah double, karena masing-masing mencerminkan yang
lain dan bertanggung jawab terhadap penderitaan dan cita-citanya.
Al-Qur'an menggambarkan top kekuatan ikatan antara suami isteri ini
dengan suatu lukisan sebagai berikut :
Perempuan (ibarat) pakaian buat kamu dan kamu (ibarat) pakaian buat
mereka (Al-Baqoroh 187)
BAB II
BAGIAN MUAMALAH
HUBUNGAN PEKERJAAN
A. Menjual Sesuatu yang Haram, Hukumnya Haram
Apapun kebiasaan yang berlaku, jika membawa kepada perbuatan maksiat
adalah dilarang oleh Islam. Atau kalau ada sesuatu yang bermanfaat bagi umat
manusia tetapi, tetapi dia itu satu macam daripada kemaksiatan, maka membeli
atau memperdagangkan hukum nya haram misalnya babi, arak, makanan dan
minuman yang diharamkan secara umum, patung, salib, lukisan dan sebagainya.
Sedangkan dengan diharamkannya memperdagangkan hal-hal tersebut dapat
melambangkan perbuatan maksiat dan dapat mematikan orang untuk ingaat
kepada kemaksiatan serta menjauhkan manusia dari perbuatan maksiat.
Rosululloh SAW berkata
Sesungguhnya Alloh dan Rosulnya telah mengharamkan memperdagangkan
arak, bangkai, babi dan patung . ( Bukhori Muslim)
B. Mempermainkan Harga
Islam memberikan kebebasan pasar dan menyerahkannya kepada hukum
naluri yang kiranya dapat melaksanakan fungsinya selaras dengan penawaran dan
permintaan. Justru itu kita lihat Rasululloh SAW. Ketika sedang naiknya harga,
beliau diminta oleh orang banyak supaya menentukan harga maka jawab
Rosululloh SAW.
Allohlah yang menentukan harga, yang mencabut, yang meluaskan dan
yang memberi rizki, saya mengharap ingin bertemu Alloh sedang tidak ada
seorang pun diantara kamu yang meminta saya supaya berbuat zalim baik
terhadap darah maupun harta benda. (Riwayat Ahmad, Abu Daud, tirmiji, Ibnu
majah, ad-Darimi dan Abu Ya'la).
C. Penimbun Di la'nat
Sekalipun Islam memberikan kebebasan kepada setiap orang dalam
menjual, membeli dan yang menjadi keinginan hatinya, tetapi Islam menentang
dengan keras sifat ananiyah (egois) yang mendorong sementara orang dan
ketamakan pribadi untuk menumpuk kekayaan atas biaya orang lain dan
memperkaya pribadi kendati dari bahan baku yang menjadi kebutuhan rakyat.
D. Mencampuri Kebebasan Pasar Dengan Memalsu
Dapat dipersamakan dengan menimbun yang dilarang oleh Rosululloh
SAW yaitu: seorang kota menjualkan barang milik orang dusun . Bentuknya
sebagai yang dikatakan oleh para ulama adalah sebagai berikut : Ada seorang
yang masih asing ditempat itu membawa barang dagangan yang sangat
dibutuhkan orang banyak untuk dijual menurut harga yang lazim pada waktu itu.
SUMBER BUKU
Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi