rangkuman ekologi dan pangan dr. hafsha rizki program pasca sarjana
DESCRIPTION
RANGKUMAN EKOLOGI DAN PANGAN Dr. HAFSHA RIZKITRANSCRIPT
Makalah : Rangkuman
EKOLOGI PANGAN DAN GIZI
Oleh:dr. Hafsha Rizki Yuliani
( 13.13101.10.31 )
Pembimbing:Dr. Edward Saleh, Ir, MS
STIKES BINA HUSADA PALEMBANG2013
1
EKOLOGI PANGAN DAN GIZI
Oleh: dr. Hafsha Rizki YulianiNim: 13.13101.10.31
MINGGU 1: PENGANTAR EKOLOGI PANGAN DAN GIZI
A. PENGERTIAN
Ekologi = Oikos : rumah, lingkungan
Logos : ilmu
Arti : Ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup
Yaitu ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya.
Pangan : bahan yang layak dikonsumsi manusia untuk kesehatannya
Gizi : zat/ikatan kimia yang terdapat pada bahan pangan atau
makanan/minuman yang diperlukan manusia untuk kesehatannya
Jadi ekologi pangan dan gizi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek lingkungan
yang terkait dengan pangan dan gizi untuk kesehatan masyarakat.
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, kita tidak akan terlepas dari masalah pangan dan
gizi sebab, pangan ini menjadi salah satu syarat pokok keberlangsungan hidup, di samping
udara (oksigen).
Ada empat fungsi pokok dari pangan (makanan) bagi kehidupan manusia:
Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/ perkembangan serta mengganti jaringan
tubuh yang rusak.
Memperoleh energi guna melakukan kegiatan seharihari.
Mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh lainnya.
Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.
2
Terkait dengan pangan dan gizi ini, ada beberapa factor lingkungan yang dapat
mempengaruhi dari status pangan dan gizi suatu masyarakat, yaitu:
a. lingkungan fisik dan biologi.
b. tingkat pendidikan dan kesehatan
c. lingkungan politik
d. lingkungan ekonomi
e. lingkungan budaya
f. lingkungan social
Lingkungan fisik dan biologi
Kondisi fisik dan biologi dapat mempengaruhi terhadap status pangan dan gizi suatu
daerah. Contoh lingkungan fisik ini meliputi: kondisi tanah, sistem cocok tanam, kondisi
tanaman dan ternak, serta kesehatan lingkungannya.
Sementara itu, yang termasuk lingkungan biologi, misalnya adanya rekayasa genetika
terhadap tanaman dan produk pangan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap kondisi
pangan dan gizi.
Tingkat pendidikan dan kesehatan
Faktor pendidikan dan kesehatan ini memberikan andil dalam pola pikir dan perilaku
masyarakat dalam mengkonsumsi dan menyediakan bahan pangan untuk kehidupan manusia
sehari-hari.
Lingkungan politik
Kondisi politik yang tidak menentu (kacau) di suatu daerah atau negara sangat
menentukan terhadap ketersediaan pangan dan kualitas gizi pangan yang dihasilkan di suatu
daerah/negara. Hal ini disebabkan masyarakat tidak bebas dalam melakukan produksi
pangan dan memperhatikan nilai gizinya.
3
Lingkungan ekonomi
Artinya kondisi ekonomi seseorang sangat menentukan dalam penyediaan pangan dan
kualitas gizi makanan yang dikonsumsinya. Kondisi ekonomi ini, bisa meliputi tentang
tingkat penghasilan, pekerjaan, pengeluaran, dan jumlah tanggungan dalam keluarga, dll.
Lingkungan budaya
Budaya suatu daerah sangat menentukan terhadap produksi pangan dan cara pengolahan
makanannya. Tiap daerah itu memiliki kekhasan dalam budidaya pangan, sehingga kondisi
budaya daerah ini akan mempengaruhi masalah pangan dan gizi di daerah tersebut.
Lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial ini berkaitan dengan kondisi ekonomi di suatu daerah. Artinya
lingkungan sosial yang terdiri dari proporsi penduduk, keadaan lingkungan tempat tinggal,
dan perilaku sosial ini, tentu sangat menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang
dilakukan anggota masyarakatnya. Misalnya antara daerah perkotaan dan pedesaan, daerah
perumahan dan daerah kumuh, tentu pola konsumsi pangan dan gizinya akan berbeda-beda.
Malnutrisi ini merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya masyarakatnya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi seperti: iklim, tanah, irigasi dll. Sehingga pengukuran faktor
ekologi ini penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di masyarakat sebagai dasar
melakukan program intervensi gizi. Hasilnya adalah sbb:
4
MINGGU 2: POLA PANGAN DAN GIZI
A. SUMBER PANGAN
Pangan kita sebagian besar berasal dari tumbuhan. Kira-kira 98% kalori, 90% protein dan
93% lemak dalam makanan kita berasal dari tumbuhan.Peranan hewan sangatlah kecil dalam
makanan kita.
Kira-kira 55% kalori dan 50% protein yang kita makan berasal dari padi. Makanan lainnya
yang relatif penting ialah ubi-ubian, terutama singkong, dan kacang-kacangan, seperti kedele
dan kacang tanah.
Protein yang berasal dari kacangkacangan cukup banyak, yaitu kira-kira 16%. Sumber
kalori yang relatif penting adalah juga gula, minyak dan lemak. Jagung, ubi-ubian dan
kacang-kacangan secara umum disebut palawija. Angka di atas merupakan gambaran umum.
Keadaan berbeda-beda menurut daerah.
Hewan yang dipelihara di pekarangan merupakan sumber protein yang penting.Yang
sangat umum dipelihara di pekarangan ialah ayam. Di daerah yang penduduknya tidak
beragama Islam, banyak dipelihara babi. Di beberapa daerah kolam ikan sangat umum
terdapat di pekarangan, misalnya di jawa Barat.Kambing dan domba juga banyak dipelihara
di pekarangan.
Hewan itu mendapatkan makanannya dari daun-daun dan rumput dari pekarangan dan luar
pekarangan.Tetapi umumnya di desa konsumsi protein hewani rendah.Sebagian besar protein
hewani dijual dalam bentuk daging, telur dan hewan hidup. Karena itu fungsi hewan
pekarangan sebagai sumber pangan ialah tidak langsung. Pangan itu didapatkan dari uang
hasil penjualan hewan. Banyak jenis buah mempunyai fungsi serupa.
Di kota, pangan sebagian besar dibeli. Ada juga pekarangan di kota, tetapi fungsi utamanya
ialah untuk keindahan.
B. POLA PANGAN
Seperti halnya dengan semua mahluk hidup, manusia mengadaptasikan pada pangan yang
ekologis cocok dengan daerah tempat hidupnya, baik dari segi biofisik, maupun dari segi
5
social budaya. Adaptasi itu terjadi dengan terus menerus, sehingga selalu terjadi pergeseran
dalam pola makanan orang.
Walaupun faktor sosial budaya dan ekonomi mempengaruhi jenis makanan yang dimakan
manusia, strategi manusia untuk mendapatkan makanan pada dasarnya tidak berbeda dengan
mahluk hidup yang lain. Makhluk hidup berusaha untuk mendapatkan jenis makanan yang
menghasilkan nisbah sebesar-besarnya tambahan berat badan terhadap energi yang diperlukan
untuk mendapatkan makanan itu. Pada manusia berat badan harus diartikan lebih luas, yaitu
meliputi juga kepuasan sosial budaya.
C. KERENTANAN PANGAN
Kerentanan pangan merupakan faktor yang penting dalam kelangsungan hidup makhluk
hidup pada umumnya, dan bangsa pada khususnya. Kerentanan pangan yang tinggi
merupakan risiko yang besar terhadap kelangsungan hidup jenis. Kerentanan itu tidak saja
ditentukan oleh besarnya persediaan pangan, melainkan juga oleh tingkat keanekaan makanan
jenis mahluk itu. jenis mahluk hidup yang makin spesialistis dalam makanannya, makin tinggi
pula kerentanannya. Misalnya, ada jenis hewan yang memakan satu jenis tumbuhan saja.
Bahkan binatang koala hanya makan pucuk tumbuhan Eucalyptussaja. Populasi jenis itu akan
berfluktuasi mengikuti fluktuasi persediaan makanannya. Apabila karena sesuatu hal
persediaan makanan itu habis, akan punahlah jenis itu dari tempat tersebut.
Pengembangan pengairan untuk mendukung padi sawah adalah mahal. Sumber daya air
kita terbatas. Demikian pula sumberdaya energi untuk pupuk dan pestisida terbatas.
Ketegangan politik, apalagi peperangan, dapat menghentikan arus energi ke negara kita.
Produksi pestisida seluruhnya dikuasai oleh negara yang telah maju. Lagi pula pengembangan
pengairan seeara, besarbesaran dan penggunaan subsidi energy yang makin meningkat,
mempunyai dampak terhadap lingkungan yang besar pula. Jelaslah, menggantungkan diri
pada satu jenis bahan makanan pokok, dalam hal ini beras, membawa risiko kerentanan yang
besar.
D. PENGANEKAAN PANGAN
Menambah keanekaan pangan kita, akan mengurangi kerentanan. Dengan menambah
keanekaan pangan kita, risiko dikurangi bahwa suatu gangguan akan merusak persediaan
6
semua jenis pangan. Yang rusak mungkin satu atau dua jenis saja. Yang lain akan selamat.
Suatu contoh ialah pengelolaan manfaat dan risiko pada sistem surjan di Kulon Progo di
Yogyakarta bagian barat. Di tengah petak sawah terdapat petak yang lebih tinggi yang
ditanami dengan campuran palawija. jika curah hujan cukup baik, panen padi dan palawija
akan baik. Jika curah hujan tidak cukup, panen padi akan buruk atau gagal sama sekali. Tetapi
panen palawija masih lumayan. Pengelolaan manfaat dan risiko yang demikian perlu kita
pelajari dan kembangkan untuk daerah yang luas.
E. POLA PANGAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Untuk dapat hidup dengan sehat orang harus cukup mendapatkan protein. Sasaran
konsumsi protein kita ialah ratarata 55 gram per orang per hari. Konsumsi protein kita masih
jauh di bawah sasaran ini. Dari 55 grams sebaiknya 25% berasal dari protein hewani. Tetapi
pada saat ini konsumsi protein kita kira-kira 90% berasal dari tumbuhan.Protein merupakan
makanan yang lebih mahal daripada makanan karbohidrat. Apalagi protein hewani. Karena itu
selama rata-rata pendapatan rakyat masih rendah, konsumsi protein hewani juga akan rendah.
Protein itu sebagian besar hanya dikonsumsi oleh rakyat yang berada saja. Dengan naiknya
tingkat pendapatan rakyat, konsumsi protein hewani juga akan meningkat.
7
MINGGU 3 : GIZI DAN TINGKAT PENDIDIKAN
A. HUBUNGAN PANGAN DAN PENDIDIKAN
Produksi Pangan
Pengolahan Pangan
Fungsionalisasi Pangan
Pemilihan Pangan
Gizi dan tingkat pendidikan merupakan suatu lingkaran yang tak berujung dalam
meningkatkan kesejahteraan manusia. Dimana dalam keadaan yang normal kedua faktor
tersebut saling mempengaruhi dan berkorelasi positif. Di negara majupun mereka terus
melakukan usaha-usaha peningkatan tingkat pendidikan masyarakatnya. Karena mereka
meyakini bahwa dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan dapat membuat masyarakatnya
menjadi sehat.
B. Pergeseran Peradaban dan Dominasi Paradigma Ekonomi Masing-Masing
No ERA PERADABAN DOMINASI EKONOMI
1.Peradaban Gelombang Pertama (First
wave of civilisation)Ekonomi berbasis sumber daya
pertanian (agricultural economy)
2.Peradaban Gelombang kedua (Second
wave of civilisation)Ekonomi dengan dominasi aktifitas
rekayasa (industrial economy)
3.Peradaban Gelombang Ketiga (Third
wave of civilisation)Ekonomi dengan dominasi olah informasi (information economy
4.Peradaban Gelombang Keempat (Fourth
wave of civilisation)
Ekonomi dengan dominasi pada kreatifitas dan inovasi (creative
economy)
8
C. PENYEBAB GIZI BURUK
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar
penyebab kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang.
Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain :
Tidak tersedianya makanan secara cukup
Tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang
Pola makan yang salah
D. TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN
Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Jika
pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik, dengan
pengetahuan baik, ibu hamil akan lebih mampu mengatur pola makannya agar bayi lahir
dengan berat badan yang normal. Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan
gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktivitas. Kurang gizi dapat terjadi
dari beberapa akibat yaitu ketidakseimbangan asupan zat-zat gizi, faktor penyakit pencernaan,
absorpsi dan penyakit infeksi (Depkes RI, 2000). Disamping itu tingkat pendidikan juga
mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan
berkesinambungan.
Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika
tingkat pengetahuan gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik,
menurut Suhardjo (1996) sebab dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang
gizi atau kemampuan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat.
Tingkat pendidikan banyak menentukan sikap dan tindak-tanduknya dalam menghadapi
berbagai masalah misalnya memberikan vaksinasi untuk anaknya, memberi oralit waktu
mencret misalnya kesediaan menjadi peserta keluarga berencana, termasuk pengaturan
makanan bagi ibu hamil untuk mencegah timbulnya bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Ibu mempunyai peranan yang cukup penting dalam kesehatan dan pertumbuhan anak
dapat ditunjukkan oleh kenyataan berikut, anak-anak dari ibu mempunyai latar belakang
9
pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik (Depkes RI,
2000). Adanya keterkaitan antara pendidikan ibu dengan berat bayi lahir ini juga di dukung
oleh pendapat Rostikawati (1998) bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang
eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah
menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan.
Keberhasilan perbaikan pangan dan gizi memerlukan komitmen bersama, yang
dicerminkan dengan adanya koordinasi dan integrasi yang baik mulai dari tahapan
perumusan kebijakan,
perencanaan,
pengorganisasian,
pemantauan dan
evaluasi
10
E. KEMISKINAN
Kemiskinan memiliki baik dimensi fisik dan mental maupun sosial budaya. Dampak
utama kemiskinan fisik pada masyarakat ialah ketidak mampuan atau keterbatasan kapasitas
masyarakat dalam menambah alokasi sumber daya pemerintah, yang memang sudah tidak
memadai.
F. TEKANAN PIHAK INTERNASIONAL DAN KETAHANAN PANGAN
Terjadi tekanan pihak internasional pada saat krisis moneter, salah satunya adalah untuk
membuka pasar Indonesia, termasuk pasar beras, dan menyerahkan kepada swasta.
Terbukanya pasar perberasan Indonesia ditandai dengan ratifikasi Indonesia pada
perjanjian GATT (General Agreement on Tariffs and Trade).
Dalam jangka panjang, GATT diharapkan akan dapat mendorong peningkatan
pendapatan dengan mempertinggi daya saing produk baik pertanian maupun non-
pertanian.
Peningkatan daya saing ini akan dapat menggeser beras dari posisi swasembada (self–
sufficiency) menjadi kemandirian pangan (self-reliance) yang dilengkapi dengan impor
apabila lebih menguntungkan.
Peningkatan pendapatan akan mengakibatkan diversifikasi pangan dengan meningkatnya
permintaan pangan lain termasuk sayuran, daging, susu dan produk turunannya serta produk
non-pertanian.Dengan demikian, akan terjadi kompetisi permintaan antara beras dengan
produk pertanian dan non-pertanian.Bagi negara yang saat ini telah berswasembada beras,
dengan adanya GATT kemungkinan akan lebih menguntungkan jika mengimpor beras sesuai
dengan kebutuhan pada tingkat nilai tukarnya dan sekaligus memperkuat produksi komoditas
lain yang memiliki daya saing lebih menguntungkan. Keterbukaan pasar tersebut, masih perlu
dikhawatirkan, mengingat karakteristik petani Indonesia dan nilai strategis beras dalam
perekonomian Indonesia yang masih memerlukan perlindungan. Hal inilah yang menjadi
dilema dalam upaya memperkuat ketahanan pangan.
11
12