rancangan laporan singkat rapat kerja...

22
1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016 Masa Persidangan : V Rapat ke : Sifat : Terbuka Jenis Rapat : Rapat Kerja Hari/tanggal : Senin, 13 Juni 2016 Waktu : Pukul 11.15 - 16.53 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi III DPR RI. Acara : 1. Evaluasi Kinerja Kejaksaan Semester I Tahun 2016, dan optimalisasi peningkatan kinerja Kejaksaan secara keseluruhan serta rencana eksekusi pidana mati tahap ke- III beserta permasalahan di lapangan. 2. Tindaklanjut atas keseimpulan Rapat Kerja sebelumnya. 3. Penjelasan RKA K/L dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017. KESIMPULAN/KEPUTUSAN I. PENDAHULUAN Rapat Kerja Komisi III DPR RI dengan Jaksa Agung RI dibuka pukul 11.15 WIB oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, DR. Benny K. Harman, S.H. dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas. II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN 1. Beberapa hal yang disampaikan kepada Jaksa Agung RI, diantaranya adalah sebagai berikut: Sesuai dengan Tugas dan Wewenang Kejaksaan berdasarkan Undang- undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung terkait evaluasi terhadap tugas dan kewenangan beserta kinerja Kejaksaan semester I Tahun 2016. Selain itu, meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus- kasus yang menarik perhatian masyarakat yang sedang ditangani serta rencana eksekusi pidana mati tahap ke III beserta permasalahan dilapangan. Meminta penjelasan Jaksa Agung mengenai progress reformasi birokrasi yang telah dilakukan oleh Kejaksaan dan sejauh mana efektifitas SIMKARI

Upload: dangtruc

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

1

RANCANGAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI

DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA ---------------------------------------------------

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016 Masa Persidangan : V Rapat ke : Sifat : Terbuka Jenis Rapat : Rapat Kerja Hari/tanggal : Senin, 13 Juni 2016 Waktu : Pukul 11.15 - 16.53 WIB Tempat : Ruang Rapat Komisi III DPR RI. Acara :

1. Evaluasi Kinerja Kejaksaan Semester I Tahun 2016, dan optimalisasi peningkatan kinerja Kejaksaan secara keseluruhan serta rencana eksekusi pidana mati tahap ke-III beserta permasalahan di lapangan.

2. Tindaklanjut atas keseimpulan Rapat Kerja sebelumnya. 3. Penjelasan RKA K/L dan Rencana Kerja Pemerintah

(RKP) Tahun 2017.

KESIMPULAN/KEPUTUSAN

I. PENDAHULUAN

Rapat Kerja Komisi III DPR RI dengan Jaksa Agung RI dibuka pukul 11.15 WIB oleh Wakil Ketua Komisi III DPR RI, DR. Benny K. Harman, S.H. dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas.

II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN

1. Beberapa hal yang disampaikan kepada Jaksa Agung RI, diantaranya adalah

sebagai berikut: Sesuai dengan Tugas dan Wewenang Kejaksaan berdasarkan Undang-

undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan, Komisi III DPR RI meminta penjelasan Jaksa Agung terkait evaluasi terhadap tugas dan kewenangan beserta kinerja Kejaksaan semester I Tahun 2016. Selain itu, meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus yang menarik perhatian masyarakat yang sedang ditangani serta rencana eksekusi pidana mati tahap ke III beserta permasalahan dilapangan.

Meminta penjelasan Jaksa Agung mengenai progress reformasi birokrasi yang telah dilakukan oleh Kejaksaan dan sejauh mana efektifitas SIMKARI

Page 2: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

2

(Sistem Informasi Manajemen Kejaksaan Republik Indonesia) dalam peningkatan kinerja Kejaksaan.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan laporan perkembangan tindak lanjut maupun alokasi program dan Anggarannya, yang telah dilakukan dalam melaksanakan kesimpulan Rapat Kerja yang telah disepakati yakni terkait dengan: 1. Tindak lanjut atas Kesimpulan Rapat Kerja tanggal 21 April 2016

terutama mengenai pembentukan Tim Verifikasi Khusus terkait dengan data mengenai Barang Rampasan dan Sitaan dalam rangka akuntabilitas penegakan hukum dan penyelamatan keuangan negara.

2. Tindak lanjut atas Kesimpulan Rapat Kerja tanggal 19 Januari 2016 terkait peningkatan kualitas penanganan perkara secara cermat dan teliti dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, transparan, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta melakukan optimalisasi peningkatan kinerja secara menyeluruh, independen, profesional dan proporsional.

3. Tindak lanjut atas kesimpulan Rapat Kerja tanggal 28 Januari 2015 mengenai Pembiayaan percepatan penanganan perkara tindak pidana korupsi yang obyektif, professional, proporsional dan akuntabel dan Tindak Lanjut atas kesimpulan Rapat Kerja tanggal 30 Juni 2015 mengenai Pembiayaan pembentukan database penanganan perkara dengan aparat penegak hukum lainnya dalam kerangka Integrated Criminal Justice System demi terciptanya transparansi dan akuntabilitas penanganan perkara. Apakah di dalam pagu Indikatif tahun 2017 terdapat anggaran yang mendukung terhadap hal tersebut?

4. Tindak lanjut atas penanganan terhadap pengaduan masyarakat yang disampaikan pada Rapat Kerja tanggal 21 April 2016.

Terkait dengan fungsi Pengawasan Anggaran, berkenaan dengan hasil pemantauan BPK RI pada Semester II tahun 2015 terhadap Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan Mengandung Unsur Pidana dari tahun 2003-2015, terdapat 9 kasus yang belum ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Agung. Atas laporan BPK tersebut, meminta penjelasan Jaksa Agung terkait rincian kasus, jumlah kerugian negara, kendala yang dihadapi serta upaya yang akan dilakukan untuk menyelesaikan 9 kasus tersebut.

Mengenai alokasi anggaran Kejaksaan dan anggaran yang mendesak di Kejaksaan Agung dikaitkan dengan penggunaan analisis ekonomi dalam penyelesaian perkara dan penegakan hukum oleh Kejaksaan.

Terkait dengan bidang SDM yang dinilai oleh sebagian masyarakat timbul masalah etika, moral, dan profesionalitas dalam pelaksanaannya di daerah tertentu. Hal ini terkait juga dengan alokasi anggaran untuk peningkatan SDM.

Dalam pengalokasian anggaran, kedepannya terhadap program pencegahan korupsi untuk lebih diprioritaskan serta bidang pengawasan agar lebih di optimalkan.

Bahwa minimnya anggaran untuk pelaksanaan tugas Jaksa di daerah dalam penanganan perkara menimbulkan persoalan atau permasalahan terutama dalam hal akuntabilitas dan profesionalitas personil kejaksaan.

Bahwa telah terjadi beban perkara yang sangat tinggi dan besar dengan kemampuan ketersediaan anggaran yang lebih kecil rasionya.

Meminta kepada jajaran Kejaksaan untuk terus meningkatkan keberhasilannya dalam mengembalikan asset negara dan menyetor pada kas negara melalui upaya penegakan hukum dan melalui keperdataan dan tata usaha negara.

Page 3: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

3

Bagaimana mekanisme penyadapan yang dilakukan oleh jajaran Kejaksaan sebagaimana yang dilakukan KPK.

Meminta penjelasan Jaksa Agung dalam kasus La Nyalla, dimana Kejaksaan telah dikalahkan dalam sidang Praperadilan.

Meminta penjelasan Jaksa Agung dalam kasus Novel Baswedan yang mana para korban dalam kasus tersebut merasa tidak diperlakukan secara adil.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan proses hukum dalam penanganan Kasus Bimtek tahun 2012.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan program Jaksa Masuk Sekolah dan diusulkan terdapat juga program untuk Jaksa Masuk Kampus.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan manajemen pengelolaan aset barang sitaan/rampasan atau aset negara lainnya hasil penegakan hukum.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan pelaksanaan eksekusi hukuman kebiri.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan kerjasama antar penegak hukum dalam penanganan korupsi yang selama ini telah dilakukan oleh Kejaksaan, Polri dan KPK.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan tindaklanjut kasus-kasus yang ditangani oleh Kejaksaan di daerah Tangerang Selatan yang mana menyangkut Pemerintah Daerah Tangerang Selatan. Dalam hal ini sebagian telah disita dan ditangani oleh KPK dan sebagian lagi oleh jajaran Kejaksaan.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan tindaklanjut penanganan kasus tindak pidana korupsi di Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, dimana beberapa pihak telah ditetapkan sebagai tersangka.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan posisi Wakil Jaksa Agung yang sampai saat ini belum di isi.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan proses reformasi birokrasi di Kejaksaan yang seringkali tidak berjalan sehingga membuat sistem mutasinya tertahan dan tidak kondusif. Diharapkan kedepannya untuk jabatan setingkat Kepala Kejaksaan Negeri dapat didelegasikan kepada masing-masing Kepala Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan untuk dapat ikut menentukannya.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan tindaklanjut penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM dan kasus pelanggaran HAM berat.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan tindaklanjut pelaksanaan eksekusi hukuman mati.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan 5 pilot project Sistem Peradilan Pidana Terpadu di 5 Kejaksaan Tinggi dan di 5 Kejaksaan Negeri.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan manajemen dalam mutasi jaksa, apakah terdapat manajemen yang terbaru dalam mutasi jaksa ditingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan besaran biaya penanganan tindak pidana korupsi di jajaran Kejaksaan.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan pelaksanaan Program TP4P dan TP4D. Apakah terdapat pendampingan dalam pelaksaan ditingkat pusat.

Meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan adanya di jajaran kejaksaan dalam upaya penegakan hukum dengan meminta perhitungan kerugian negara ke BPKP, apabila BPK tidak memenuhinya. Selanjutnya, apabiala BPK dan BPKP tidak memenuhi permintaan Kejaksaan, maka Kejaksaan meminta audit kepada Ahli tertentu.

Page 4: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

4

Meminta kepada Jaksa Agung untuk dapat menyampaikan data secepatnya terkait dengan data-data Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan.

2. Beberapa hal yang disampaikan oleh Jaksa Agung RI diantaranya adalah,

sebagai berikut : Sepanjang semester I Tahun 2016, capaian kinerja Kejaksaan dapat

disampaikan sebagai berikut : 1. Bidang Pembinaan

Capaian kinerja Bidang Pembinaan adalah sebagai berikut : a. Sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi Kejaksaan sebagai

Penuntut Umum dan Pengacara Negara, maka pemulihan kerugian yang diderita oleh Negara (sebagai korban) akibat tindak pidana/kejahatan atau akibat perbuatan melawan hukum, termasuk juga pemulihan kerugian korban perseorangan, masyarakat, korporasi atau badan hukum lainnya, merupakan tanggungjawab Kejaksaan selaku praktisi hukum pemerintah dan Negara, sehingga sesuai asas dominus litis, Kejaksaan menjadi pusat kegiatan pemulihan aset (centre of asset recovery). Adapun nilai aset yang telah ditangani oleh Pusat Pemulihan Aset selama kurun waktu Januari - Mei 2016 adalah sebesar Rp. 37.262.984.000,- (tiga puluh tujuh milyar dua ratus enam puluh dua juta sembilan ratus delapan puluh empat ribu rupiah)

b. Telah terbitnya Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan RI, dimana dalam ketentuan tersebut telah dibuka peluang adanya pengangkatan kembali Jabatan Struktural Eselon V Teknis di Daerah Dan Eselon IV Teknis Di Kejaksaan Agung.

c. Diterbitkannya Keputusan Jaksa Agung Nomor KEP-283/A/JA/05/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kejaksaan Negeri Kota Mojokerto, Kejaksaan Negeri Bombana, Kejaksaan Negeri Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kejaksaan Negeri Sabu Raijua, Kejaksaan Negeri Halmahera Barat, Kejaksaan Negeri Tapanuli Selatan, Kejaksaan Negeri Padang Lawas, Kejaksaan Negeri Labuhanbatu Selatan dan Kejaksaan Negeri Penukal Abab Lematang Ilir.

d. Terbitnya Keputusan Jaksa Agung Nomor KEP-349/A/JA/05/2015 Tentang Perubahan Nama Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri yang pada pokoknya mengatur mengenai perubahan nama Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri dengan menyesuaikan nama Kabupaten atau Kota tempat Kejaksaan Negeri tersebut berkedudukan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat pencari keadilan untuk mengetahui daerah hukum dari suatu Kejaksaan Negeri dimaksud.

2. Bidang Intelijen Capaian kinerja Bidang Intelijen adalah sebagai berikut : a. Sejalan dengan semangat peningkatan kesadaran masyarakat untuk

mengatasi masalah korupsi dalam penyelenggaraan negara sekaligus mendukung kebijakan pemerintah dalam mempercepat pembangunan infrastruktur untuk memperkuat fondasi pembangunan yang berkualitas maka sejak tahun 2015, Kejaksaan telah membentuk Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan Pusat dan Daerah.

Page 5: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

5

Pada periode Tahun 2015 – Mei 2016, K/L/D/I dan BUMN/BUMD yang telah menjalin kerjasama dengan TP4P dan TP4D, antara lain : Kementerian Pemuda dan Olah Raga; Kementerian Pertanian; Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Kementerian Kelautan dan Perikanan; PT. PLN (Persero); PT. Angkasa Pura II (Persero); PT. Krakatau Engineering anak perusahaan PT. Krakatau Steel (Persero); PT. Hutama Karya (Persero); Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional II Kementerian PUPR cq. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat cq. Pemerintah Kota Padang cq. Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman; PT. Pupuk Indonesia (Persero) dan PT. PGN (Persero).

b. Dalam rangka menciptakan generasi muda yang sadar hukum, maka Kejaksaan melaksanakan program Jaksa Masuk Sekolah (JMS) yang merupakan bagian dari kegiatan penyuluhan hukum bidang Intelijen. Pada periode Januari – Mei 2016, program JMS telah dilaksanakan di 15 Sekolah Dasar, 87 Sekolah Menengah Pertama, 225 Sekolah Menengah Atas dan 4 Perguruan Tinggi serta dihadiri oleh 74.687 peserta.

c. Dalam rangka kepastian dalam penegakan hukum serta percepatan penanganan perkara tindak pidana umum maupun tindak pidana khusus, maka dilakukan optimalisasi pemanfaatan sarana Adhyaksa Monitoring Center (AMC) untuk melakukan pengamanan/dukungan penangkapan terhadap tersangka, terdakwa maupun terpidana yang berstatus sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO). Adapun capaian AMC periode Januari - 10 Juni 2016 adalah berhasil melakukan pengamanan/dukungan penangkapan terhadap 31 buronan.

d. Dalam rangka pengawasan aliran kepercayaan, maka telah terhimpun data bahwa di Indonesia terdapat sebanyak 838 aliran kepercayaan dan 215 aliran keagamaan, dimana trend aliran kepercayaan dan keagamaan periode Januari - Juni 2016 adalah Ajaran Kepercayaan Sapto Darmo serta Ajaran Keagamaan yang diajarkan Ormas Gafatar, Kitab Suci, Amanat Keagungan Illahi (AKI), Baha`I, siswa-siswa Alkitab saksi-saksi Yehuwa, PD Oikomene Kasih Pimpinan Debora Helmy, Ormas Himpas dan Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI). Selain itu, pada tanggal 29 Februari 2016 telah berhasil disusun Surat Keputusan Bersama Antara Menteri Agama R.I. Jaksa Agung R.I. dan Menteri Dalam Negeri R.I. tentang Peringatan dan Perintah Kepada mantan pengurus, mantan anggota, pengikut dan simpatisan organisasi kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara atau dalam bentuk lainnya untuk menghentikan penyebaran kegiatan keagamaan yang menyimpang dari ajaran pokok agama Islam.

e. Dalam rangka mencegah penyalahgunaan maupun penodaan terhadap agama, maka Kejaksaan telah melakukan deteksi dini terhadap kegiatan organisasi maupun kelompok yang berpotensi memicu terjadinya penodaan terhadap agama, dimana salah satunya dapat tergambar dari upaya Kejaksaan dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan organisasi Laskar Buniar di Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan sejak tanggal 24 Februari 2016. Dalam perkembangannya Kejaksaan telah memberikan rekomendasi kepada Tim Pakem Kabupaten Tabalong untuk melakukan pengawasan dan pembinaan atas ajaran kegiatan organisasi laskar Buniar.

Page 6: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

6

3. Bidang Tindak Pidana Umum

a. Rekapitulasi penanganan perkara tindak pidana umum periode Januari s/d Mei 2016 adalah sebagai berikut : 1) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) :

70.786. 2) Penerimaan Berkas Perkara Tahap Pertama : 69.642. 3) Pengembalian Berkas Perkara : 10.181. 4) Penuntutan : 60.111.

b. Dari keseluruhan penanganan perkara sebagaimana diuraikan di atas, dapat diuraikan beberapa perkara yang menjadi perhatian publik, antara lain :

No. Jenis Tindak Pidana Jumlah Perkara

1. Perkara Perlindungan Anak 2.047

2. Perkara Illegal Loging 467

3. Perkara Kekerasan Terhadap Perempuan 504

4. Perkara Narkotika 7.835

5. Perkara Pertambangan Tanpa Izin (PETI) 168

6. Perkara Perikanan 103

7. Perkara Terorisme 82

8. Perkara Perdagangan Orang 10

9. Perkara Kebakaran Hutan dan Lahan 177

4. Bidang Tindak Pidana Khusus

Capaian kinerja Bidang Tindak Pidana Khusus dalam penanganan perkara tindak pidana korupsi periode Januari - Mei 2016 adalah sebagai berikut : a. Jumlah Penyelidikan : 574 perkara. b. Jumlah Penyidikan : 521 perkara. c. Jumlah Penuntutan : 751 perkara. d. Jumlah Eksekusi : 505 perkara. e. Penyelamatan Keuangan Negara Tahap Penyidikan dan Penuntutan

sebesar Rp.365.995.983.138,34 (tiga ratus enam puluh lima milyar sembilan ratus sembilan puluh lima juta sembilan ratus delapan puluh tiga ribu seratus tiga puluh delapan koma tiga empat rupiah)

f. Dalam rangka optimalisasi pengembalian kerugian keuangan negara, maka Kejaksaan telah berhasil melakukan penyetoran ke kas negara sebesar Rp.1.206.687.076.897,47 (satu trilyun dua ratus enam milyar enam ratus delapan puluh tujuh juta tujuh puluh enam ribu delapan ratus Sembilan puluh tujuh koma empat tujuh rupiah) dengan perincian sebagai berikut : 1) Pendapatan Barang Rampasan Tindak Pidana Korupsi sebesar

Rp.3.109.259.285,73 (tiga milyar seratus sembilan juta dua ratus lima puluh sembilan ribu dua ratus delapan puluh lima koma tujuh tiga rupiah).

2) Hasil Pengoperasian Barang Rampasan Jalan Tol JORR”S” sebesar Rp.1.112.606.718.513,- (satu trilyun seratus dua belas milyar enam ratus enam juta tujuh delapan belas ribu lima ratus tiga belas rupiah).

3) Pendapatan Denda TP. Korupsi sebesar Rp.13.502.000.000,- (tiga belas milyar lima ratus dua juta rupiah).

Page 7: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

7

4) Pendapatan Uang Pengganti sebesar Rp.77.469.099.098,74 (tujuh puluh tujuh milyar empat ratus enam puluh sembilan juta sembilan puluh sembilan ribu sembilan puluh delapan koma tujuh empat rupiah).

5. Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara Capaian kinerja Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara periode Januari - Mei 2016 adalah sebagai berikut :

a. Bantuan Hukum : 16 perkara b. Pelayanan Hukum : 15 perkara c. Pertimbangan Hukum : 69 perkara d. Penyelesaian Perkara : 1) Melalui jalur litigasi : 17 perkara 2) Melalui jalur non litigasi : 841 perkara

e. Perkara Tata Usaha Negara : 10 perkara f. Uji Materiil pada Mahkamah Konstitusi : 15 perkara g. Uji Materiil pada Mahkamah Agung : 7 perkara h. Penyelamatan Keuangan Negara dan Pemulihan Keuangan

Negara : 1) Penyelamatan Keuangan Negara : Rp. 1.042.000.000.000

(satu trilyun empat puluh dua milyar rupiah). 2) Pemulihan Keuangan Negara : Rp. 740.806.380.066 (tujuh

ratus empat puluh milyar delapan ratus enam juta tiga ratus delapan puluh ribu enam puluh enam rupiah).

6. Bidang Pengawasan

Pada Bulan Januari s/d Juni 2016, Bidang Pengawasan telah menangani laporan pengaduan sebanyak 236 Lapdu dan telah dinyatakan terbukti serta telah dijatuhi hukuman disiplin sebanyak 86 Lapdu dengan perincian berdasarkan jenis hukuman adalah sebagai berikut :

No. Jenis Hukuman Tata Usaha Jaksa Jumlah

1 Ringan 9 14 23

2 Sedang 17 17 34

3 Berat 19 10 29

Jumlah 45 41 86

Sedangkan perincian penjatuhan hukuman disiplin berat adalah sebagai berikut :

No.

Jenis Hukuman Berat Tata Usaha

Jaksa Jumlah

1 Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 tahun

8 5 13

2 Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah

- - -

3 Pembebasan dari jabatan fungsional jaksa

- - -

4 Pembebasan dari jabatan struktural

1 5 6

5 Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

5 1 6

6 Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS

4 - 4

Page 8: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

8

Jumlah 18 11 29

7. Badan Pendidikan dan Pelatihan

Capaian kinerja Badan Pendidikan dan Pelatihan periode Januari - Mei 2016 adalah sebagai berikut : a. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Tim Pengawal dan Pengaman

Pemerintahan dan Pembangunan sebanyak 2 gelombang. b. Diklat Sistem Pidana Peradilan Anak sebanyak 2 gelombang. c. Diklat Illegal Fishing sebanyak 1 angkatan. d. Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa sebanyak 2

gelombang. e. Diklat PIM Tk.III sebanyak 1 angkatan. f. Diklat PIM Tk.IV sebanyak 2 gelombang. g. Diklat Revolusi Mental untuk Kajati seluruh Indonesia. h. Diklat Revolusi Mental untuk Kajari Tipe A seluruh Indonesia. i. Diklat Revolusi Mental untuk eselon II Kejaksaan Agung sebanyak 2

gelombang. j. Diklat Revolusi Mental untuk eselon III Kejaksaan Agung sebanyak 4

gelombang.

Perkembangan Kasus-Kasus Yang Menarik Perhatian Masyarakat Yang Sedang Ditangani Kejaksaan 1. Kasus dugaan permufakatan jahat atau percobaan melakukan tindak

pidana korupsi dalam perpanjangan kontrak karya PT. Freeport Indonesia. Kasus Posisi

Adanya dugaan permufakatan jahat dalam rencana perpanjangan kontrak PT. Freeport Indonesia yang didasarkan atas adanya rekaman percakapan yang diduga melibatkan Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto, pengusaha minyak Riza Chalid dan Direktur PT. Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.

Tahap Penanganan Perkara

Perkara tersebut dalam tahap penyelidikan, dimana Tim Penyelidik telah melakukan permintaan keterangan kepada 19 orang, diantaranya Menteri ESDM Sudirman Said, Mantan Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin dan Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto.

Adapun hingga saat ini, Tim Penyelidik masih melakukan pendalaman dikarenakan beberapa hal sebagai berikut : a) Masih adanya perbedaan pandangan dari ahli terkait rumusan

permufakatan jahat beserta alat buktinya. b) Tim Penyelidik masih berupaya mencari keberadaan Riza

Chalid guna dimintai keterangan. c) Adanya permohonan pengujian di Mahkamah Konstitusi

terhadap rumusan permufakatan jahat sebagaimana dalam Pasal 15 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Pasal 88 KUHP.

2. Kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam penerimaan kelebihan bayar atas pembayaran pajak PT. Mobile 8 Telecom Tahun Anggaran 2007-2009 Kasus Posisi

Page 9: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

9

Bahwa pada Bulan Desember 2007 PT Mobile 8 Telecom telah melakukan rekayasa perdagangan dengan PT DNK secara transfer pricing atau rekayasa transaksi keuangan. Transaksi perdagangan tersebut menggunakan invoice yang berfungsi sebagai faktur yang diterbitkan PT Mobile 8 telecom diserahkan ke PT DNK.

Bahwa PT Mobile 8 Telecom sejak tanggal 26 Desember 2007 sampai dengan 26 September 2008 telah menerbitkan invoice secara sepihak tanpa melalui transfer pricing atau PT DNK sama sekali tidak melakukan pembayaran.

Bahwa faktur tersebut digunakan untuk restitusi PPH badan tahun pajak 2007 sebesar Rp.12.239.025.011 dan tahun pajak 2008 sebesar sebesar Rp.8.160.606.792,- serta permohonan restitusi PPN masa Desember 2007 sebesar Rp.58.952.642.563 dan PPN masa Mei 2008 sebesar Rp.5.742.934.793 dan PPN masa September 2008 –Nihil.

Akibatnya Negara Dirugikan Sekitar RP.85.095.209.159,- Tahap Penanganan Perkara

Tim Penyidik telah melakukan pemeriksaan terhadap saksi sejumlah 48 orang yang terdiri dari staff mobile 8, Ditjen Pajak dan swasta serta ahli ;

Telah melakukan penyitaan dokumen-dokumen dan barang bukti lainnya dan telah dimintakan persetujuan penyitaan dari Pengadilan.

Kejaksaan melakukan koordinasi secara intensif dan berkesinambungan dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Kejaksaan melakukan koordinasi dengan Departemen Pengawasan Pasar Modal A2 dan A3 pada Otoritas Jasa Keuangan untuk memperoleh data, informasi dan bukti-bukti yang obyektif.

3. Kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam pengelolaan dana Bantuan Sosial dan Hibah pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara TA. 2013 An. tsk Gatot Pujo Nugroho (Gubernur Sumatera Utara non aktif). Kasus Posisi

Pada TA. 2012 dan 2013 Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara telah merealisasikan Belanja Hibah dan Bantuan Sosial (Bansos), dimana Gubernur Sumut dalam menetapkan nama-nama penerima Hibah dan Bansos TA. 2012 dan 2013 beserta besaran uangnya tidak menunjuk SKPD terkait terlebih dahulu untuk melakukan evaluasi usulan penerima Hibah pada saat proses penganggaran. Sehingga mengakibatkan kerugian keuangan Negara sebesar Rp. 2.205.000.000,-

Tahap Penanganan Perkara Berkas perkara atas nama tersangka Gatot Pujo Nugroho masih dalam tahap penelitian berkas perkara oleh Jaksa Penuntut Umum.

4. Kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi penggunaan dana hibah pada Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Provinsi Jawa Timur tahun 2012 untuk pembelian Initial Public Offering (IPO) Bank Jawa Timur, atas nama tersangka H. Ir. La Nyalla Mahmud Mattalitti. Kasus Posisi :

Page 10: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

10

Pada kurun waktu tahun 2010 hingga tahun 2014, pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan dana hibah kepada KADIN Provinsi Jawa Timur dengan nilai total sebesar Rp.48 miliar yang diperuntukan untuk kepentingan sosial. Pada tanggal 6 Juli 2012, sebagian dana hibah tersebut dipergunakan oleh tersangka untuk membeli saham IPO Bank Jatim sebanyak 12.340.500 lembar dengan nilai sebesar Rp.5 milyar. Selanjutnya pada bulan Februari 2013, tersangka menjual kembali saham tersebut, dimana dari hasil penjualan tersebut tersangka memperoleh keuntungan sebesar Rp.1,105 milyar yang diduga dinikmati oleh tersangka.

Tahap penanganan perkara

Pada tanggal 27 Januari 2016, Kejaksaan Tinggi Jawa Timur menerbitkan Surat Perintah Penyidikan terkait perkara tindak pidana korupsi penyimpangan dana hibah untuk pembelian Initial Public Offering (IPO) Bank Jatim pada KADIN Provinsi Jatim Tahun 2012 dan selanjutnya pada tanggal 15 Februari 2016, Kejati Jatim juga menerbitkan Surat Perintah Penyidikan terkait perkara tindak pidana pencucian uang dalam pembelian IPO Bank Jatim KADIN Provinsi Jatim Tahun 2012.

Terkait penerbitan Surat Perintah Penyidikan tersebut, Diar Kusuma Putra (terpidana dalam kasus tindak pidana korupsi dana hibah KADIN Jatim TA 2011-2014) mengajukan permohonan pra peradilan dan selanjutnya pada tanggal 7 Maret 2016 telah diputus oleh Hakim pada PN Surabaya yang pada pokoknya menerima permohonan pra peradilan tersebut.

Pada tanggal 10 Maret 2016 dan tanggal 16 Maret 2016, Kejati Jatim menerbitkan Surat Perintah Penyidikan baru sekaligus menetapkan La Nyalla Mahmud Mattalitti sebagai tersangka. Dimana atas penerbitan Surat Perintah Penyidikan dan Penetapan Tersangka tersebut, maka tersangka mengajukan permohonan pra peradilan kepada PN Surabaya, yang kemudian pada tanggal 12 April 2016 telah diputus yang pada pokoknya menerima permohonan pra peradilan tersebut.

Pada tanggal 12 April 2016 Kejati Jatim menerbitkan Surat Perintah Penyidikan baru. Yang mana selanjutnya Muhammad Ali Affandi selaku anak tersangka mengajukan pra peradilan dan pada tanggal 21 Mei 2016 permohonan tersebut juga diterima oleh Hakim pada PN Surabaya.

Pada tanggal 30 Mei 2016, Kejati Jatim menerbitkan Surat Perintah Penyidikan baru. Adapun salah satu alasan penerbitan Surat Perintah Penyidikan baru tersebut adalah dikarenakan proses Praperadilan tersebut tidak menggugurkan dugaan adanya tindak pidana yang sudah dilakukan, sehingga tetap dapat dilakukan penyidikan kembali sesuai kaedah hukum yang berlaku secara ideal dan benar. Hal tersebut sesuai dengan pertimbangan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 21/PUU-XII/2014 tanggal 28 April 2015 pada halaman 106 yang pada pokoknya menyatakan “perlindungan terhadap hak tersangka tersebut tidak kemudian diartikan bahwa tersangka tersebut tidak bersalah dan tidak menggugurkan dugaan adanya tindak pidana, sehingga tetap dapat dilakukan penyidikan kembali sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku secara ideal dan benar”.

Page 11: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

11

Pertimbangan tersebut menjadi suatu landasan bahwa sama sekali tidak terdapat asas ne bis in idem apabila praperadilan menyatakan suatu penetapan tersangka tidak sah. Ketiadaan asas tersebut tidaklah dapat diartikan sebagai ketidakpastian hukum mengingat di dalam proses gugatan praperadilan, hal-hal yang menjadi pokok permasalahan adalah formil penyidikan bukan materi atau pokok perkara dari penyidikan.

5. Kasus dugaan tindak pidana pembunuhan Wayan Mirna Salihin oleh tersangka Jessica Kumala Wongso Alias Jess. Posisi Kasus

Pada tanggal 6 Januari 2016, bertempat di restoran Olivier West Mall Lt. Ground Grand Indonesia, tersangka diduga melakukan pembunuhan berencana dengan cara memasukan racun sianida ke dalam Ice Vietnam Coffee yang diminum oleh korban Wayan Mirna Salihin.

Tahap Penanganan Perkara

Pada tanggal 25 Januari 2016, Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menerima Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) dari Polda Metro Jaya.

Pada tanggal 23 Mei 2016, berkas perkara telah dinyatakan lengkap dan telah dilakukan penyerahan tersangka dan barang bukti (Tahap II).

Pada tanggal 8 Mei 2016, berkas perkara telah dilimpahkan dan telah ditetapkan hari sidang yakni pada tanggal 16 Juni 2016.

6. Perkara gugatan Pemerintah RI kepada Yayasan Supersemar.

Kasus Posisi Adanya putusan Peninjauan Kembali Nomor : 140 PK/PDT/2015, tanggal 8 Juli 2015 yang telah berkekuatan hukum tetap. Mahkamah Agung mengabulkan Peninjauan Kembali yang diajukan Jaksa Pengacara Negara dalam perkara Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh yayasan Supersemar dengan tergugat I mantan Presiden Soeharto dan ahli warisnya serta tergugat II Yayasan Supersemar, yang pada pokoknya menghukum tergugat II yakni Yayasan Supersemar untuk membayar kepada Negara sebesar US$ 315.002.183 dan Rp.139.438.536.678,56.

Tahap Penanganan Perkara Saat ini masih dalam proses eksekusi, dimana Tim JPN sudah melakukan permohonan sita eksekusi ke Pengadilan. Adapun salah satu kendala dalam pelaksanaan eksekusi adalah tidak adanya anggaran untuk membayar panjar biaya ke kas Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terhadap aset-aset yang dimohonkan eksekusi.

Rencana Eksekusi Pidana Mati Tahap III dan Permasalahan di

Lapangan Berdasarkan data yang ada di Kejaksaan, maka diketahui bahwa hingga saat ini jumlah terpidana mati adalah sebanyak 152 orang, dengan perincian sebagai berikut :

No Jenis Tindak Pidana Jumlah Terpidana

1. Pembunuhan 92

Page 12: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

12

2. Terorisme 2

3. Narkotika 58

Jumlah 152

Terkait dengan rencana pelaksanaan eksekusi terpidana mati tahap III, maka Kejaksaan akan melaksanakannya dengan mendasarkan pada alokasi anggaran yang tersedia pada DIPA Kejaksaan Tahun 2016 yakni sebanyak 16 (enam belas) orang.

Pada prinsipnya, pelaksanaan eksekusi pidana mati Tahap III tidak terdapat kendala berarti yang dapat menunda pelaksanaannya. Namun dalam prosesnya Kejaksaan seringkali menghadapi permasalahan baik teknis maupun yuridis sebagai berikut : 1. Eksekusi tahap III tidak dapat dilakukan pada awal tahun 2016,

dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia masih mengalami musim hujan.

2. Adanya terpidana yang sengaja mengulur-ulur waktu atau tidak segera mengajukan Peninjauan Kembali terhadap putusan pidana mati yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde). Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh terpidana yang memanfaatkan ketentuan Pasal 264 ayat (3) KUHAP yang tidak membatasi jangka waktu permintaan PK.

3. Adanya Putusan MK No : 34/PUU-XI/2013 tertanggal 06 Maret 2014 yang memberikan hak kepada terpidana untuk mengajukan Peninjauan Kembali (PK) lebih dari satu kali. Meskipun telah dilaksanakan Kesepakatan Bersama antara Menkumham, Jaksa Agung dan Menkopolhukam, serta disaksikan oleh perwakilan Komnas HAM, Hakim Mahkamah Agung, Dirjen Pemasyarakatan, Dirjen Administrasi Hukum Umum, Direktur penuntutan KPK dan Kabareskrim, namun masih diperlukan peraturan pelaksanaan secepatnya tentang pengajuan permohonan PK menyangkut pengertian Novum, pembatasan waktu, dan tatacara pengajuan PK.

4. Adanya terpidana yang mengajukan upaya hukum yang tidak lazim yaitu dengan cara mengajukan gugatan Tata Usaha Negara (TUN) terhadap putusan grasi yang telah dikeluarkan oleh Presiden.

Kejaksaan terus berupaya untuk meningkatkan fungsi SIMKARI dengan

melakukan beberapa hal sebagai berikut : 1. IT Blueprint / IT Masterplan Kejaksaan

Kejaksaan telah membuat perencanaan strategis sistem informasi dan teknologi informasi Kejaksaan dalam bentuk IT Blueprint / IT Masterplan Kejaksaan Tahun 2015-2019 sebagai pedoman dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi di Kejaksaan yang selaras dengan rencana strategis organisasi guna mewujudkan supremasi hukum yang transparan, cepat dan akuntabel.

2. Pengembangan Aplikasi Case Management System (CMS) Dalam rangka pelaksanaan IT Blueprint Kejaksaan diantaranya telah dilakukan pengembangan aplikasi Case Management System (CMS) untuk perkara PIDUM dan PIDSUS dengan mengubah pola entri data dari basis dokumen (data yang dientri bersumber dari dokumen perkara yang sudah jadi) menjadi basis operasional penanganan perkara (data yang dientri menghasilkan dokumen perkara), sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja dalam pengelolaan administrasi penanganan perkara. Aplikasi CMS ini mampu secara otomatis mengeluarkan/mencetak dokumen persuratan yang dibutuhkan dalam

Page 13: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

13

penanganan perkara dan menyajikan informasi yang dibutuhkan untuk pimpinan Kejaksaan maupun kebutuhan informasi publik.

Pembentukan Tim Verifikasi Khusus untuk mempercepat penyelesaian

Barang Sitaan dan Barang Rampasan serta mengefektifkan pemasukan keuangan negara melalui PNPB (Penerimaan Negara Bukan Pajak) Kejaksaan. Adapun tugas dari Tim Verifikasi Khusus tersebut antara lain : a. Melakukan monitoring dan evaluasi barang rampasan dan barang sitaan

pada seluruh satuan kerja di lingkungan Kejaksaan RI. b. Melakukan inventarisasi data barang rampasan dan barang sitaan pada

satuan kerja di lingkungan Kejaksaan RI. c. Merumuskan dan menetapkan langkah penyelesaian barang rampasan

dan barang sitaan tersebut. d. Melakukan koordinasi dengan bidang dan atau instansi terkait.

Salah satu kendala dalam pembentukan Tim Verifikasi Khusus tersebut adalah pada tahun anggaran 2016 belum terdapatnya anggaran untuk Tim tersebut, sehingga akan “ditumpangkan” dalam anggaran Pusat Pemulihan Aset pada kegiatan sosialisasi dan monitoring pemulihan aset pada Kejaksaan Tinggi di seluruh Indonesia.

Secara umum, pembiayaan penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana korupsi di Kejaksaan pada anggaran Tahun 2016 tercantum dalam Program Penanganan dan Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Khusus, Pelanggaran HAM yang Berat dan Perkara Tindak Pidana Korupsi dengan alokasi anggaran sebesar Rp.211.678.723.000,- (dua ratus sebelas milyar enam ratus tujuh puluh delapan juta tujuh ratus dua puluh tiga ribu rupiah) untuk membiayai : 1. kegiatan penyelidikan dan penyidikan sebanyak 544 perkara. 2. kegiatan penuntutan sebanyak 1.013 perkara. 3. kegiatan eksekusi sebanyak 544 perkara.

Berdasarkan evaluasi terhadap anggaran tersebut dapat diketahui bahwa capaian capaian kinerja penanganan Perkara Pidana Korupsi pada tahun 2015 adalah sebanyak 1.765 kegiatan penyelidikan dan penyidikan, 2.255 kegiatan penuntutan serta 1.068 kegiatan eksekusi. Sehingga masih dibutuhkan tambahan anggaran sebesar Rp.218.826.410.000,- (dua ratus delapan belas milyar delapan ratus dua puluh enam juta empat ratus sepuluh ribu rupiah) untuk membiayai 1.221 kegiatan penyelidikan dan penyidikan, 1.242 kegiatan penuntutan serta 524 kegiatan eksekusi.

Adapun atas kekurangan anggaran tersebut, Kejaksaan berupaya untuk mengusulkan tambahan anggaran dalam APBN-P Tahun 2016 kepada Menteri Keuangan melalui Surat Nomor : B-019/A/Cr.2/01/2016 tanggal 29 Januari 2016 namun hingga saat ini belum diakomodir. Selanjutnya Kejaksaan berupaya untuk mendapat tambahan anggaran melalui Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN) Kementerian Keuangan RI yang akhirnya mendapat anggaran Rp.296.048.630.000,- (dua ratus sembilan puluh enam milyar empat puluh delapan juta enam ratus tiga puluh ribu rupiah) untuk penambahan biaya penanganan perkara korupsi di daerah baik penyelidikan dan penyidikan, pra penututan dan penuntutan serta eksekusi perkara korupsi.

Dalam rangka percepatan penanganan perkara tindak pidana korupsi yang obyektif, profesional, proporsional dan akuntabel maka dalam pelaksanaan pembiayaannya telah diambil beberapa langkah antara lain :

Page 14: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

14

a. Sesuai dengan Keputusan Jaksa Agung Nomor : KEP-178/A/JA/11/2015 tanggal 11 November 2015 tentang Pendelegasian Wewenang dan Penetapan Pejabat yang bertanggung jawab atas penggunaan Anggaran dan pelaksanaan program kegiatan di lingkungan Kejaksaan R.I. Bidang Tindak Pidana Khusus ditetapkan sebagai Satuan Kerja yang memiliki KPA dan PPK tersendiri

b. Salah satu metode pembiayaan yang dilakukan adalah membedakan besaran biaya penanganan dan penyelesaian perkara berdasarkan jarak dari satuan Kejari/Cabjari ke Pengadilan Tipikor yang berada di Ibukota Provinsi, meskipun sebagaimana diketahui saat ini bahwa belum seluruh Provinsi memiliki Pengadilan Tipikor.

c. Melakukan koordinasi dan konsultasi kepada BPK dan BPKP dalam penerapan sistem Acrual berbasis kinerja, sehingga diharapkan realisasi anggaran dapat dilakukan secara cermat, teliti dan menerapkan prinsip kehati-hatian.

Terhadap hasil pemantauan BPK RI pada Semester II Tahun 2015 terhadap

Tindak Lanjut Temuan Pemeriksaan Mengandung Unsur Pidana dari tahun 2003 – 2015, yang mana terdapat 9 temuan yang belum ditindaklanjuti oleh Kejaksaan Agung, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Terdapat 2 temuan dalam Hasil Pemeriksaan Investigatif atas

pelaksanaan kegiatan komponen B6 Provicial Health Project II (PHP) pada Departemen Kesehatan di Jakarta dengan kerugian negara sebesar Rp.1.759.604.940,-.

2. Terdapat 1 temuan dalam Penyampaian hasil pemeriksaan lanjutan atas kredit macet PT. Citrabumi Trisejati (PT CBT) pada Legacy PT Bank Dagang Negara pada PT Bank Mandiri (Persero) di Jakarta dengan kerugian keuangan negara sebesar USD.74.837.470,-.

3. Terdapat 1 temuan dalam dugaan tindak pidana korupsi dalam pengalihan rumah negara di Depdagri.

4. Terdapat 1 temuan dalam Penyampaian Hasil Pemeriksaan Investigatif atas Penerimaan Biaya Visa Kunjungan saat Kedatangan (VKSK) TA 2004-2009 dengan kerugian keuangan negara sebesar USD 315.405,-.

5. Terdapat 1 temuan dalam Indikasi tipikor pada Trading Usaha Hutan Rakyat antara Kepala Kesatuan Pemangku Hutan Majalengka dengan CV. Wahyu Langgeng Abadi Tahun 2010 pada Perum Perhutani Unit III Jawa Barat di Banten dengan kerugian keuangan negara sebesar Rp.2.156.412.436,-

6. Terdapat 2 temuan dalam dugaan Tindak Pidana Korupsi pengelolaan dan pertanggungjawaban kegiatan produksi serta investasi pengembangan galangan Lamongan pada PT. Dok Perkapalan Surabaya (DPS) dengan kerugian keuangan negara sebesar Rp.620.500.750,- dan USD 893.308,-.

7. Terdapat 1 temuan dugaan Tipikor pengadaan produksi penjualan serta investasi pada PT. Kimia Farma dengan kerugian keuangan negara sebesar Rp.1.397.842.094,-.

Dari beberapa temuan tersebut, telah dilakukan rekonsiliasi oleh BPK dan Kejaksaan pada tanggal 20 November 2015 dimana secara khusus untuk perkara pada poin 2 dinyatakan telah daluarsa sehingga tidak dapat diproses secara hukum. Selain itu kasus pada poin 6 telah ditindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Perintah Penyelidikan Nomor Print-96/F.2/Fd.1/06/2014 tanggal 10 Juni 2014. Sedangkan terhadap perkara

Page 15: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

15

lainnya masih terdapat beberapa kendala dalam penyelesaiannya, antara lain :

Penelaahan telah dilakukan, namun terdapat kesulitan dalam mendatangkan pihak-pihak tertentu untuk dimintai keterangan.

Belum dapat dilakukannya upaya penyitaan maupun penggeledahan terhadap dokumen-dokumen yang dibutuhkan.

Adanya perbedaan karakteristik masing-masing kasus sehingga kerapkali menimbulkan perbedaan persepsi mengenai unsur-unsur perbuatan korupsi meliputi unsur melawan hukum, menyalahgunakan wewenang, dan sebagainya.

Atas hal tersebut, Kejaksaan memberikan apresiasi kepada Komisi III DPR RI yang telah memberikan perhatian terhadap kasus-kasus tersebut. Oleh karena itu, Kejaksaan berkomitmen untuk segera menyelesaikan kasus-kasus tersebut dengan memberikan perhatian lebih salah satunya dengan cara menerjunkan Satgassus P3TPK untuk menanganinya.

Berdasarkan hasil pertemuan Trilateral, maka Pagu Indikatif Kejaksaan Tahun 2017 adalah sebesar Rp.4.636.775.337.000,- (empat triliun enam ratus tiga puluh enam miliar tujuh ratus tujuh puluh lima juta tiga ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) dengan rincian per jenis belanja sebagai berikut :

No. Jenis Belanja Pagu (Rp)

1. Belanja Pegawai Rp. 2.830.979.537.000,-

2. Belanja Operasional Rp. 562.026.800.000,-

3. Belanja Non Operasional Rp. 1.243.769.000.000,-

Jumlah Rp. 4.636.775.337.000,-

Rincian Pagu Indikatif per program sebagai berikut:

No. Program Pagu (Rp)

1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kejaksaan RI

3.442.535.117.000,-

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kejaksaan RI

136.618.782.000,-

3. Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kejaksaan RI

22.945.693.000,-

4. Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kejaksaan

119.713.514.000,-

5. Program Penyelidikan /Pengamanan /Penggalangan Permasalahan Hukum di Bidang IPOLEKSOSBUD Hukum dan Hankam

73.824.511.000,-

6. Program Penanganan dan Penyelesaian Perkara Pidana Umum

463.316.637.000,-

7. Program Penanganan dan Penyelesaian Perkara Pidana Khusus, Pelanggaran HAM yang Berat dan Perkara Tindak Pidana Korupsi

360.174.738.000,-

8. Program Penanganan dan Penyelesaian Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara

17.646.345.000,-

JUMLAH 4.636.775.337.000,-

Page 16: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

16

Atas kebijakan yang telah ditetapkan tersebut, selanjutnya Kejaksaan RI telah mencoba melakukan penyesuaian berdasarkan Pagu yang ada, sehingga Rencana Kerja dan Anggaran Kejaksaan (RKA-K/L) tahun 2017 yang dapat disusun per Program adalah :

1) Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Alokasi anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan program tersebut sebesar Rp.3.442.535.117.000,- (tiga triliun empat ratus empat puluh dua miliar lima ratus tiga puluh lima juta seratus tujuh belas ribu rupiah). Kegiatan yang akan dilaksanakan pada program ini adalah : a. Belanja Pegawai sebesar Rp. 2.830.979.537.000,- (dua triliun delapan

ratus tiga puluh miliar sembilan ratus tujuh puluh sembilan juta lima ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah).

b. Implementasi Pilot Project Sistem Peradilan Pidana Terpadu (SPPT) berbasis IT di 5 Kejaksaan Tinggi dan 5 Kejaksaan Negeri.

c. Kegiatan rutin Biro-Biro dan Pusat pada Kejaksaan Agung. d. Kegiatan tupoksi dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya

Jaksa Agung Muda Pembinaan di Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri dengan indikator yang akan dicapai sebanyak 12 bulan layanan.

2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kejaksaan RI Alokasi anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan program tersebut sebesar Rp.136.618.782.000,- (seratus tiga puluh enam miliar enam ratus delapan belas juta tujuh ratus delapan puluh dua ribu rupiah), dengan kegiatan pembangunan gedung kantor diprioritaskan pada pembangunan gedung kantor terhadap 2 (dua) satker Kejaksaan Negeri baru dibentuk yaitu Kejaksaan Negeri Mojokerto dan Kejaksaan Negeri Bombana dan rehab gedung kantor Kejaksaan Tinggi Maluku dan Kejaksaan Tinggi Maluku Utara, pengadaan speed boat sebanyak 10 unit dan tambah daya listrik untuk 15 satker

3) Program Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kejaksaan. Alokasi anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan program tersebut sebesar Rp.22.945.693.000,- (dua puluh dua miliar sembilan ratus empat puluh lima juta enam ratus sembilan puluh tiga ribu rupiah), dengan perincian kegiatan sebagai berikut : a. Kegiatan Layanan Perkantoran dengan satuan kerja Jaksa Agung Muda

Bidang Pengawasan dengan indikator yang akan dicapai sebanyak 12 bulan layanan.

b. Kegiatan Peningkatan Pengawasan Bidang Kepegawaian dan Tugas Umum, Keuangan, Perlengkapan dan Proyek Pembangunan, Intelijen, Tindak Pidana Umum, Tindak Pidana Khusus, serta Perdata Dan Tata Usaha Negara berupa kegiatan Laporan Pengaduan yang ditindaklanjuti dan diselesaikan melalui klarifikasi sebanyak 105 lapdu pada masing-masing wilayah I s.d wilayah V, dan Laporan pengaduan yang ditindaklanjuti dan diselesaikan melalui inspeksi kasus sebanyak 20 lapdu pada masing-masing wilayah I s.d wilayah V.

c. Kegiatan Peningkatan Pengawasan Aparatur Kejaksaan oleh Kejaksaan Tinggi dan jajaran pengawasan di daerah, dengan indikator kinerja yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah :

Page 17: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

17

- Jumlah Laporan Pengaduan yang ditindaklanjuti dan diselesaikan melalui klarifikasi sebanyak 1.315 laporan untuk seluruh Kejaksaan Tinggi dan Laporan pengaduan yang ditindaklanjuti dan diselesaikan melalui inspeksi kasus sebanyak 252 laporan untuk seluruh Kejaksaan Tinggi.

- Pelaksanaan Inspeksi Umum pada Kejaksaan Tinggi dan kejaksaan Negeri serta Cabang Kejaksaan Negeri sebanyak 391 laporan;

4) Program Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Kejaksaan

Alokasi anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan program tersebut sebesar Rp.119.713.514.000,- (seratus sembilan belas miliar tujuh ratus tiga belas juta lima ratus empat belas ribu rupiah). Kegiatan yang akan dilaksanakan pada program ini adalah : a. Belanja Pegawai pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI

sebesar Rp. 33.896.277.000,- (tiga puluh tiga miliah delapan ratus sembilan puluh enam juta dua ratus tujuh puluh tujuh ribu rupiah).

b. Kegiatan Tupoksi Dukungan Manajemen Tugas Teknis Lainnya Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, dengan indikator yang akan dicapai adalah : - Tersusunnya rencana program kerja, sarana dan prasarana, anggaran,

pengembangan dan kerjasama, serta pengelolaan data, laporan, pelaksanaan hubungan masyarakat dan standarisasi pendidikan dan pelatihan, selama 12 (dua belas) bulan layanan;

- Terselenggaranya pengelolaan urusan umum, kepegawaian, anggaran, perbendaharaan, pengelolaan akuntansi dan verifikasi, serta perlengkapan, perpustakaan dan dokumentasi, selama 12 (dua belas) bulan layanan ;

c. Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Teknis Aparatur Kejaksaan dengan volume 14 (empat belas) angkatan diklat.

d. Penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan dan Pembentukan Jaksa dengan volume 1 (satu) angkatan.

e. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kasus Intelijen dengan volume 1 (satu) angkatan diklat.

f. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum dengan volume 1 (satu) angkatan diklat.

g. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Penanganan ABH berdasarkan UU SPPA dengan volume 2 (dua) angkatan diklat.

h. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus dengan volume 1 (satu) angkatan diklat

i. Pengadaan Sarana dan Prasarana pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI.

5) Program Penyelidikan /Pengamanan /Penggalangan Permasalahan Hukum di Bidang IPOLEKSOSBUD Hukum dan Hankam. Alokasi anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan program tersebut

sebesar Rp.73.824.511.000,- (tujuh puluh tiga miliar delapan ratus dua puluh empat juta lima ratus sebelas ribu rupiah) dengan perincian kegiatan sebagai berikut : a. Kegiatan Layanan Perkantoran satuan kerja Jaksa Agung Muda Bidang

Intelijen dengan indikator kegiatan yang akan dicapai adalah : - Pelayanan Kesekretariatan di Bidang Jaksa Agung Muda Intelijen

dengan volume 12 bulan layanan.

Page 18: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

18

b. Kegiatan Tupoksi Pelaksanaan Kegiatan Penyelamatan Keuangan Negara dan Penanggulangan Tindak Pidana dengan indikator kegiatan yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah : - Jumlah Kegiatan Intelijen Bidang Penyelamatan Keuangan Negara

Dan Penanggulangan Tindak Pidana sebanyak 50 Laporan. - Laporan Hasil Operasi Intelijen Bidang Ekonomi, Keuangan dan

Pembangunan sebanyak 80 Laporan. - Jumlah laporan Pelacakan Aset Tersangka Tindak Pidana sebanyak

70 Laporan. c. Kegiatan Tupoksi Pelaksanaan Kegiatan Sandi dan Produksi Intelijen

dengan indikator yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah : - Laporan Hasil Kegiatan Dalam Rangka Pengamanan Informasi

Intelijen sebanyak 85 Laporan. - Operasional Monitoring Center untuk 12 bulan layanan. - Laporan Hasil Pelaksanaan Operasi Monitoring Signal sebanyak 85

Kegiatan. d. Kegiatan Tupoksi Pelaksanaan Kegiatan Politik, Sosial Budaya Dan

Sumber Daya Organisasi dengan indikator yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah : - Laporan Hasil Kegiatan Bidang Ideologi, Sosial, Politik, Pertahanan

Keamanan Dan Ketertiban Umum, dengan sasaran sebanyak 50 Laporan.

- Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat, dengan sasaran 4 laporan kegiatan;

e. Kegiatan Tupoksi Penerangan Dan Penyuluhan Hukum dengan indikator kegiatan yang akan dicapai adalah : - Jumlah Laporan Kegiatan Penyuluhan Dan Penerangan Hukum

dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sadar hukum dalam upaya pencegahan secara preventif tindak pidana pada 512 satuan kerja dengan perincian:

Lembaga yang diberi Penerangan Hukum oleh Kejaksaan Agung sebanyak 16 lembaga;

Lembaga yang diberi Penerangan Hukum oleh Kejaksaan Tinggi sebanyak 122 lembaga;

Lembaga yang diberi Penerangan Hukum oleh Kejaksaan Negeri/Cabang Kejaksaan Negeri sebanyak 904 lembaga

- Kelompok masyarakat dan sekolah yang diberi penyuluhan hukum/Jaksa Masuk Sekolah sebanyak 1.634 sekolah.

- Jaringan Masyarakat Anti KKN dan kegiatan TP4 di Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri sebanyak 449 laporan.

- Pelaksanaan Pers Gathering pada satker Kejaksaan di daerah sebanyak 51 laporan

f. Kegiatan Tupoksi Penanganan Penyelidikan / Pengamanan / Penggalangan Di Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri, dan Cabang Kejaksaan Negeri dengan indikator yang akan dicapai dalam kegiatan ini adalah : - Jumlah Laporan Hasil Kegiatan Penanganan Penyelidikan /

Pengamanan / Penggalangan Di Kejati, Kejari dan Cabjari sebanyak 639 (enam ratus tiga puluh sembilan) Laporan.

- Jumlah Laporan Hasil Kegiatan Pelacakan Aset Pelaku Tindak Pidana sebanyak 449 (empat ratus empat puluh sembilan) Laporan.

Page 19: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

19

6) Program Penanganan Dan Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Umum. Alokasi anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan program tersebut Rp.463.316.637.000,- (empat ratus enam puluh tiga miliar tiga ratus enam belas juta enam ratus tiga puluh tujuh ribu rupiah) dengan perincian kegiatan sebagai berikut : a. Kegiatan tupoksi dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya

Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum dengan indikator kinerja yang akan dicapai adalah 12 (dua belas) bulan layanan;

b. Kegiatan Eksekusi Terpidana Mati sebanyak 30 (tiga puluh) orang terpidana.

c. Kegiatan Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum di Kejaksaan Agung yang diselesaikan dalam tahap pra penuntutan dengan indikator kinerja yang akan dicapai adalah jumlah perkara yang diselesaikan yakni 517 perkara;

d. Kegiatan Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum di Kejaksaan Agung yang diselesaikan dalam tahap penuntutan dengan indikator kinerja yang akan dicapai adalah jumlah perkara yang diselesaikan sebanyak 450 (empat ratus lima puluh) perkara;

e. Kegiatan Pengendalian Upaya Hukum, Grasi dan Pelaksanaan Eksaminasi di Kejaksaan Agung sebanyak 1 (satu) perkara;

f. Kegiatan Tupoksi Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum tahap Pra Penuntutan di Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri dengan indikator kinerja sebanyak 116.624 (seratus enam belas ribu enam ratus dua puluh empat) perkara;

g. Kegiatan Tupoksi Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum tahap Penuntutan di Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri dengan indikator kinerja sebanyak 116.624 (seratus enam belas ribu enam ratus dua puluh empat) perkara;

h. Kegiatan Tupoksi Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum tahap Eksekusi di Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri dengan indikator kinerja sebanyak 116.624 (seratus enam belas ribu enam ratus dua puluh empat) perkara;

i. Kegiatan Tupoksi Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum Khusus yang diselesaikan di Kejaksaan Tinggi, dengan indikator kinerja sebanyak 31 (tiga puluh satu) perkara;

j. Kegiatan Tupoksi Penanganan Perkara Tindak Pidana Terorisme dengan indikator kinerja sebanyak 70 (tujuh puluh) perkara;

7) Program Penanganan Dan Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Khusus, Pelanggaran HAM yang Berat Dan Perkara Tindak Pidana Korupsi.

Alokasi anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan program tersebut sebesar Rp.360.174.738.000,- (tiga ratus enam puluh miliar seratus tujuh puluh empat juta tujuh ratus tiga puluh delapan ribu rupiah). Kegiatan yang akan dilaksanakan pada program ini adalah : a. Kegiatan Layanan Perkantoran dengan satuan kerja Jaksa Agung

Muda Tindak Pidana Khusus dengan indikator kinerja yang akan dicapai adalah 12 bulan layanan;

b. Kegiatan Tupoksi Penanganan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di Kejaksaan Agung dengan indikator yang akan dicapai adalah :

Page 20: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

20

- Jumlah Kegiatan Penyelidikan dan Penyidikan perkara Tindak Pidana Korupsi Kategori A yang diselesaikan sebanyak 75 (tujuh puluh lima) perkara.

- Jumlah Kegiatan Penyelidikan dan Penyidikan perkara Tindak Pidana Korupsi Kategori B yang diselesaikan sebanyak 70 (tujuh puluh) perkara.

- Jumlah Kegiatan Penyelidikan dan Penyidikan perkara Tindak Pidana Khusus Lainnya di selesaikan sebanyak 3 (tiga) perkara.

- Jumlah Kegiatan Penyidikan perkara Pelanggaran HAM Berat yang diselesaikan sebanyak 2 (dua) perkara.

- Jumlah Penanganan Pra Peradilan Perkara Tindak Pidana Korupsi Di Kejaksaan Agung sebanyak 30 (tiga puluh) perkara.

c. Kegiatan Peningkatan Pra Penuntutan dan Penuntutan di Kejaksaan Agung dengan indikator yang akan dicapai adalah : - Jumlah Perkara Tindak Pidana Korupsi yang diselesaikan dalam

tahap Pra Penuntutan dan Penuntutan sebanyak 140 (seratus empat puluh) perkara.

- Jumlah Perkara Pelanggaran HAM Yang Berat yang diselesaikan sebanyak 2 (dua) perkara.

d. Kegiatan Tupoksi Peningkatan Upaya Hukum, Eksekusi Dan Eksaminasi dengan indikator yang akan dicapai : - Pelaksanaan Eksekusi Perkara Tindak Pidana Korupsi/Tindak

Pidana Khusus Lainnya/Pelanggaran HAM Yang Berat Terpidana Tidak ditahan Dalam Rumah Tahanan di Kejaksaan Agung sebanyak 5 (lima) perkara.

- Pelaksanaan Eksekusi Perkara Tindak Pidana Korupsi/Tindak Pidana Khusus Lainnya/Pelanggaran HAM Yang Berat Terpidana ditahan dalam Rumah Tahanan di Kejaksaan Agung sebanyak 105 (seratus lima) perkara.

e. Kegiatan Prioritas Nasional Bidang “Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus Lainnya Dan Tindak Pidana Korupsi di Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri dengan indikator yang akan dicapai sebagai berikut: - Jumlah Perkara Tindak Pidana Korupsi yang diselesaikan oleh

Kejati, Kejari dan Cabjari sebanyak 1.058 (seribu lima puluh delapan) perkara.

- Jumlah Perkara Tindak Pidana Khusus Lainnya yang diselesaikan oleh Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri sebanyak 62 (enam puluh dua) perkara.

8) Program Penanganan Dan Penyelesaian Perkara Perdata Dan Tata Usaha Negara. Alokasi anggaran yang tersedia untuk pelaksanaan program tersebut sebesar Rp.17.646.345.000,- (tujuh belas miliar enam ratus empat puluh enam juta tiga ratus empat puluh lima ribu rupiah). Kegiatan yang akan dilaksanakan pada program ini adalah : a. Kegiatan Tupoksi Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya

Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara dengan indikator kinerja yang akan dicapai sebanyak 12 (dua belas) bulan layanan.

b. Kegiatan Tupoksi Penanganan dan Penyelesaian Perkara Perdata dengan indikator perkara perdata yang diselesaikan melalui Litigasi dan Non Litigasi sebanyak 90 (sembilan puluh) perkara.

Page 21: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

21

c. Kegiatan Tupoksi Penanganan Perkara Tata Usaha Negara dengan indikator perkara Tata Usaha Negara yang diselesaikan sebanyak 80 (delapan puluh) perkara.

d. Kegiatan Tupoksi Penanganan Perkara Pemulihan dan Perlindungan Hak dengan indikator perkara Pemulihan dan Perlindungan Hak yang diselesaikan melalui Litigasi dan Non Litigasi sebanyak 160 (seratus enam puluh) perkara.

e. Kegiatan Tupoksi Penanganan dan Penyelesaian Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara di Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri dan Cabang Kejaksaan Negeri dengan indikator terselesaikannya Penanganan perkara Perdata dan Tata Usaha Negara di daerah, baik di Kejati, Kejari maupun Cabjari yaitu : - Terselesaikannya Penanganan Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara

Litigasi di daerah, baik di Kejati, Kejari maupun Cabjari dengan target sebanyak 211 (dua ratus sebelas) perkara.

- Terselesaikannya Penanganan Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara Non Litigasi di daerah, baik di Kejati, Kejari maupun Cabjari dengan target sebanyak 1.565 (seribu lima ratus enam puluh lima) perkara.

- Operasional Pos Pelayanan Hukum Gratis di Kejati dan Kejari dengan target sasaran 12 bulan layanan.

3. Komisi III DPR RI mengagendakan kunjungan kerja spesifik ke Provinsi Nusa

Tenggara Timur untuk melihat langsung terkait dengan pengelolaan barang hasil sitaan, rampasan dan sebagainya.

4. Komisi III DPR RI menyampaikan kepada Jaksa Agung RI beberapa surat masuk dari masyarakat kepada Komisi III DPR RI menyangkut permasalahan yang terkait dengan tugas dan wewenang Kejaksaan RI, untuk dapat ditindaklanjuti dan selanjutnya dapat disampaikan perkembangannya kepada Komisi III DPR RI.

III. KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Rapat Kerja Komisi III DPR RI dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia mengambil beberapa kesimpulan / keputusan sebagai berikut

1. Komisi III DPR RI menerima penjelasan tentang Rencana Kerja dan Anggaran

Kejaksaan Agung tahun 2017 beserta pagu Indikatif sebesar Rp 4.636.775.337.000,- dan meminta Jaksa Agung untuk memperhatikan : a. Saran/masukan yang telah disampaikan oleh anggota Komisi III DPR RI,

serta ditindaklanjuti dalam bentuk penyempurnaan pada rincian program masing-masing unit organisasi.

b. Pemerataan realisasi program dan anggaran berdasarkan aspirasi daerah. Untuk selanjutnya akan diperjuangkan oleh Anggota Badan Anggaran Komisi III dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR RI, dan diproses oleh Komisi III DPR RI sesuai dengan mekanisme yang ditentukan dalam Peraturan Tata Tertib DPR RI dan UU MD3.

Page 22: RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA …dpr.go.id/dokakd/dokumen/K3-14-f71b40b6897189a1b9c456720d9be0… · meminta penjelasan Jaksa Agung terkait dengan perkembangan kasus-kasus

22

2. Komisi III DPR RI meminta Jaksa Agung untuk mengoptimalkan pembangunan

sistem informasi manajemen perkara dan pengawasannya secara transparan dan akuntabel sehingga memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi Kejaksaan.

Rapat ditutup pukul 16.53 WIB