rahn (gadai syariah)

18
RAHN (GADAI SYARIAH)

Upload: shilmi-nisa

Post on 12-Jul-2015

211 views

Category:

Economy & Finance


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rahn (Gadai Syariah)

RAHN

(GADAI SYARIAH)

Page 2: Rahn (Gadai Syariah)

KELOMPOK 5

Page 3: Rahn (Gadai Syariah)

A. PENGERTIAN RAHN

Gadai di istilahkan dengan rahn

dan dapat juga di namai al

habsu (Pasaribu, 1996:139)

ISILAH BAHASA

ARAB

ETIMOLOGI Al-habsu berarti penahanan

terhadap suatu barang dengan

hak sehingga dapat di jadikan

sebagai pembayaran dari

barang tersebut

(Syafe’i,2000:159).

Rahn adalah tetap dan lama.

Page 4: Rahn (Gadai Syariah)

A. PENGERTIAN RAHN

Rahn adalah menjadikan barang yang

mempunyai nilai harta menurut

pandangan syara’ sebagai jaminan

hutang, sehingga orang yang

bersangkutan boleh mengambil sebagian

manfaat barangnya itu.

Rahn adalah sesuatu benda yang di

jadikan kepercayaan dari suatu hutang

untuk dipenuhi dari hargannya, apabila

yang berhutang tidak sanggup

membayarnya dari yang berpiutang.

MENURUT PARA AHLI

Sabiq

1987 :139

Imam Ibnu

Qudhamah

dalam kitab Al

Mugni

Page 5: Rahn (Gadai Syariah)

A. PENGERTIAN RAHN

Rahn adalah menjadikan benda yang

bersifat harta benda sebagai

kepercayaan dari suatu yang dapat di

bayarkan.dari harta benda itu jika utang

itu tidak dibayar.

Rahn adalah menahan harta salah satu

milik si peminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya

MENURUT PARA AHLI

Imam Abu

Zakaria al

Anshary dalam

kitabnya

Fathul Wahab

KESIMPULAN

Page 6: Rahn (Gadai Syariah)

B. LANDASAN SYARIAH

Jika kamu dalam perjalanan (dan

bermu'amalah tidak secara tunai) sedang

kamu tidak memperoleh seorang penulis,

Maka hendaklah ada barang tanggungan

yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang).

(Q.S. Al Baqarah :283)

AL-QUR’AN

ASSUNAH

“Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah

membeli makanan dari seorang Yahudi

dan menjaminkan kepadanya baju besi”.

(H.R. Bukhari)

Page 7: Rahn (Gadai Syariah)

B. LANDASAN SYARIAH

Dari Abu Hurairah r.a. Nabi Muhammad SAW

bersabda: “tidak terlepas kepemilikan

barang gadai dari pemilik yang

menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat

dan menanggung resikonya”. (H.R.

Asy’Syafii, al Daruquthni dan Ibnu Majah).

ASSUNAH

IJTIHAD

Asy-Syafi’I mengatakan Allah tidak

menjadikan hokum kecuali dengan

barang berkriteria jelas dalam serah

terima. Madzhab Maliki berpendapat,

gadai wajib dengan akad (setelah akad)

orang yang menggadaikan (rahn)

dipaksakan untuk menyerahkan borg

(jaminan) untuk dipegang oleh yang

memegang gadaian (murtahin).

Page 8: Rahn (Gadai Syariah)

C. RUKUN RAHN

1. Ar-Rahin (yang menggadaikan)

Orang yang telah dewasa umurnya, berakal, bisa dipercaya, dan

memiliki barang yang digaadaikan.

2. Al-Murtahin (yang menerima gadai)

Orang, bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk

mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai)

3. Al-Marhun (barang yang digadaikan)

Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam

mendapatkan utang.

4. Al-Marhun bih (utang)

Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar

besarnya tafsiran marhun.

5. Sighat, ijab dan qabul

Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan

transaksi gadai.

Page 9: Rahn (Gadai Syariah)

D. PEMANFAATAN BARANG

GADAIAN

1. Pemanfaatan rahin atas borg

(barang yang digadaikan)

2. Pemanfaatan murtahin atas borg

(barang yang digadaikan)

Page 10: Rahn (Gadai Syariah)

E. MANFAAT RAHN

1. Menjaga kemungkinan nasabah lalai atau bermain-

main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh

bank.

2. Memberikan keamanan bagi segenap nasabah tabungan

dan nasabah deposito bahwa dana tidak akan hilang

jika nasabah debitur ingkar atau lalai karena ada asset

yang dipegang oleh bank

3. Jika rahn ditetapkan dalam mekanisme pegadaian,

maka sudah pasti akan membantu nasabah yang

kesulitan pendanaan.

Page 11: Rahn (Gadai Syariah)

F. RESIKO RAHN

Resiko tak terbayarnyahutang nasabah(wanprestasi)

Resiko penurunan nilaiasset yang ditahan atau

rusak

Page 12: Rahn (Gadai Syariah)

G. BERAKHIRNYA AKAD RAHN

Barang telah diserahterimakan kepada

pemiliknya

Rahin membayar utang

Dijual dengan perintah hakim atau

perintah rahin

Pembebasan utang dengan cara apapun

Page 13: Rahn (Gadai Syariah)

H. PERSAMAAN & PERBEDAAN

RAHN & GADAI

1. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang

2. Adanya agunan sebagai jaminan utang

3. Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan

4. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai

5. Apabila batas pinjaman uang telah habis, barang yang digadaikan boleh

dijual atau dilelang

PERSAMAAN RAHN & GADAI

Page 14: Rahn (Gadai Syariah)

H. PERSAMAAN & PERBEDAAN

RAHN & GADAI

1. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara suka rela

atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan,

sedangkan gadai menurut hukum perdata disamping

berprinsip tolong menolong juga menarik keuntungan

dengan cara menarik bunga atas sewa modal yang telah

ditetapkan.

PERBEDAAN RAHN & GADAI

Page 15: Rahn (Gadai Syariah)

H. PERSAMAAN & PERBEDAAN

RAHN & GADAI

2. Dalam hukum perdata hak gadai hanya berlaku pada

benda yang bergerak, sedangkan dalam hukum Islam

rahn berlaku pada seluruh harta, baik harta yang

bergerak maupun yang tidak bergerak. Pada hukum

perdata positif penjaminan dengan harta tidak

bergerak seperti tanah, kapal laut dan pesawat udara

disebut dengan hak tanggungan seperti diatur dalam

UU no.4 tahun 1996.

PERBEDAAN RAHN & GADAI

Page 16: Rahn (Gadai Syariah)

H. PERSAMAAN & PERBEDAAN

RAHN & GADAI

3. Di Indonesia penguasaan atas barang yang dijadikan

jaminan dibedakan menjadi gadai dan fidusia. Gadai,

penguasaan atas barang yang dijadikan jaminan

diberikan kepada penerima gadai dan hak milik atas

barang yang dijadikan jaminan tetap ada pada pemberi

gadai. Sedangkan fidusia, penguasaan atas barang yang

dijadikan jaminan diberikan kepada pemberi gadai yang

juga sebagai pemilik barang yang digadaikan, seperti

diatur dalam UU No.42 tahun 1999 tentang fidusia

sebagai jaminan.

PERBEDAAN RAHN & GADAI

Page 17: Rahn (Gadai Syariah)

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Ghofur Abdul. 2005. Gadai Syariah di Indonesia Konsep, Implementasi dan

Institusionalisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Antonio, Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema Insani

Press.

Dahlan, Abdul Aziz. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta : PT Ichtiar Baru van

Hoeve.

Firdaus, Muhamad. 2005. Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah. Jakarta :

Renaisan.

Hasan, M Ali. 2003. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

http://putralmbk.blogspot.com/2008/07/konsep-rahn-dalam-islam-

implementasi.html

Mas’adi, Ghufron A. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada.

Rifa’I, H Moh. 1978. Fiqh Islam Lengkap. Semarang : CV TOHA PUTRA.

Page 18: Rahn (Gadai Syariah)

Terima Kasih