rabu, 29 september 2021 sidang bantah ambil juarsah …

1
RABU, 29 SEPTEMBER 2021 BERITA UTAMA 2 SIDANG PALEMBANG - Kasus du- gaan korupsi dana BOS dengan terdakwa mantan Kepala SMAN 13 Palembang, Zainab terus bergulir.Sidang agenda peme- riksaan saksi digelar secara offline diketuai Sahlan Efendi di Pengadilan Tipikor Pa- lembang, Selasa (28/9). Dalam persidangan ter - dakwa Zainab membantah jika mengambil uang dari dana BOS Triwulan I dan Triwulan II. Menurutnya, dirinya tidak mengambil uang BOS. “Saya hanya meminta uang pribadi saja yang dipakai untuk keper- luan sekolah,” ujarnya. Ia menjelaskan saat menja- bat kepala sekolah kondisi keuangan kas sekolah sempat mengalami kekosongan. “Nah, menyiasati kekosongan tersebut, saya menggunakan uang pri- badi dulu. Setelah dana BOS cair, dimintanya bendahara untuk mengembalikan uang pribadi tersebut. Jadi bukan saya ambil uang dana BOS, tapi me- minta uang pribadi saya yang digunakan untuk keperluan sekolah. Itu saja,” jelasnya. Ada 8 saksi yang dihadirkan JPU. Salah satunya, Nelly selaku bendahara dana BOS. Ia men- gatakan selama 2 tahun seti- daknya ada uang Rp100 juta yang diterima dari fee pembelian buku dari penerbit buku. “Uang tersebut saya berikan kepadaKepalaSekolah(Zainab,red),” ujarNelly.Selainitu,iamengatakan dana BOS yang diterima berda- sarkan perintah terdakwa Zainab untuk membangun fisik atau bangunan sekolah. “Dana BOS yang masuk ke sekolah digunakan untuk membangun fisik sekolah. Saya yang buat laporannya,” cetusnya. Kemudian pengakuan saksi lain, Samson mengatakan jika diri- nya diminta untuk menaikkan harga bahan material bangunan untuk sekolah atas perintah terdakwa Zainab. “Saya diminta untuk mena- kikan harga bahan bangunan yang dibeli di toko material dengan memberikan kuitansi atau nota-nota belanja ke ben- dahara,” jelas Samson. Atas pengakuan saksi, JPU Hendi SH menilai keterangan saksi-saksi yang dihadirkan men- dukungpembuktiandakwaanJPU. “Semua terbukti baik mengenai penyimpangandanaBOSdiSMA N13Palembang.Selainitu,terung- kap pula dalam sidang ternyata terdakwajugamenerimauangfee daripenerbitbuku,ataspembelian buku untuk siswa,” jelasnya, Terpisah, kuasa hukum ter- dakwa, Crishandoyo SH, men- gatakan keterangan saksi yang dihadirkan JPU, terkesan men- ghindari tanggung jawabnya. “Dalam perkara ini, jelas jika terdakwa tidak melakukan per- buatannya sendirian. Ada per- buatan yang dilakukan bersama- sama namun seolah dibebankan kepada terdakwa,” katanya. (cj15) PALEMBANG - Sidang lanju- tan kasus dugaan fee proyek PUPR Muara Enim kembali menjalani persidangan di Pengadilan Tipi- kor Palembang dengan agenda keterangan terdakwa Bupati nonaktif Kabupaten Muara Enim, Juarsah, Selasa (28/9). Dihadapan majelis hakim diketuai Sahlan Effendi, ter- dakwa Juarsah tetap bersikeras pada pernyataannya yakni tidak tahu menahu dan tidak pernah terlibat dalam fee proyek di PUPR. Bahkan ia sempat menangis bahwasanya rekening dirinya dan keluarga ikut diblokir. Juarsah membantah semua pemberian berdasarkan kesaksian semua saksi-sksi sebelumnya yang mengatakan dirinya menerima. “Saya sama sekali tidak ber - peran terhadap semua proyek, baik Dinas PUPR maupun di- nasan lain. Saya tidak bisa meng- gerakkan atau memerintah orang untuk melakukannya. Saya tidak punya kewenangan,” elaknya. Terkait uang yang disita KPK dari hasil penggeledahan, Juarsah menyangkalnya. “Itu uang istri saya di dalam tas kecil dan tidak ada kaitannya,” tuturnya. Menurutnya, uang yang di- sita KPK tidak ada sangkut paut- Juarsah Ngaku Dizalimi nya dengan kasus yang tengah menjeratnya. Juarsah menyata- kan, jika dirinya memiliki dua rekening atas nama pribadi yang disimpan di Bank Sumsel Babel sebesar Rp400 juta. Sedangkan di ATM BCA sekitar Rp50 juta. “Saya mohon diizinkan mem- buka blokiran rekening keluarga saya,” ujarnya. Ia juga mengaku dizalimi dari banyak orang. “Saya merasa dizalimi,” lanjutnya. Juarsah mengaku tidak paham dan tidak pernah ikut dalam ke- giatan tersebut. “Saya hanya ru- tinitas ngantor dan perjalanan dinas, untuk kegiatan proyek tidak diikutkan,” kilahnya kembali. Meski demikian, majelis ha- kim menilai ketidaktahuan bukan menjadi alasan. Pasalnya, Juarsah sebagai pemimpin ha- rus mengetahui semua peker- jaan. “Jadi sebagai pemimpin harus tahu pekerjaan dan men- jaga amanah,” kata Sahlan. Sidang ditunda 8 Agustus mendatang dengan agenda tuntutan dari jaksa KPK. Kuasa hukum terdakwa Juarsah, Sai- puddin Zahri mengatakan jika dalam persidangan JPU tidak bisa membuktikan alat bukti. “Tidak ada yang bisa dibukti - kan dari dakwaan JPU. Baik dari sadapan komunikasi, monoton sekali, datar saja,” ujar Saipuddin. Selain itu, adanya pemblokiran rekening keluarga Juarsah sang- at disayangkan. “Justru majelis hakim tadi mengatakan pada JPU untuk membuka blokir rekening- rekening tersebut,” jelasnya. Jaksa Penuntut Umum Ko- misi Pemberantasan Korupsi, Ricky B Maghaz menjelaskan, pemblokiran nomor rekening keluarga Juarsah dilakukan se- bagai langkah untuk menga- mankan barang bukti yang ada dalam pemeriksaan. Pihaknya mengaku memblo- kir sampai ada putusan inkracht dari pengadilan. “Itu hanya di- blokir, uangnya masih utuh. Sedangkan, uang Rp57 juta yang ditemukan di dalam koper di- sita sebagai barang bukti karena ditemukan di ruang kerja rumah terdakwa. Kami menduga uang itu uang hasil jual beli jabatan karena ada amplop bertuliskan kabid mutasi,” jelasnya. Di tempat terpisah, Ketua DPRD Muara Enim Lino Ba- suki angkat bicara soal ditetap- kannya 10 anggota DPRD Mu- ara Enim sebagai tersangka oleh KPK. “Kami khususnya internal PDIP akan menunggu dahulu press release KPK. Jadi kami tidak mau gegabah dan akan menunggu petunjuk pimpinan,” ujar Liono Basuki, Selasa (28/9). Lino membenarkan telah menerima surat dari KPK tentang 10 orang anggota DPRD Muara Enim menjadi tersangka. Menge- nai apakah 10 anggota DPRD Muara Enim di-reshuffle? “Hing- ga saat ini kita belum ada mene- rima surat pengunduran diri dari siapa pun,” cetusnya. “Kami tetap menghormati proses hukum,” lanjutnya. Se- nada diungkapkan Sekretaris Dewan (Sekwan) Muara Enim Lido Septontoni. “Nanti 30 Sep- tember ada rapat paripurna. Kita sudah surati semua dewan untuk hadir. Dan jika tidak bisa hadir dengan tatap muka bisa melalui Zoom Metting, dan itu sama saja dihitung hadir,” ujarnya. Diketahui, tim KPK telah me- layangkan surat pemeriksaan kem- bali terhadap 10 orang anggota DPRD Muara Enim yang telah ditetapkan sebagai tersangka, Ka- mis (30/9). Ke-10 orang berinisial ARK, AYS dari Partai Demokrat, FTH dari Partai Gerindra, INI, IJH dari Partai PDIP, MDH dari Nasdem, MRT dari PPP, MHI dari Hanura, PRI dari PKB, dan SBN dari PBB. Pemeriksaan ulang terhadap 10 anggota dewan tersebut di- benarkan kuasa hukum Khoi- rozi. “Klien kami saat ini tidak dilakukan penahanan karena kooperatif. Dan dijawalkan kem- bali untuk dilakukan peme- riksaan 30 September nanti,” tuturnya. (ozi/cj15) Liono: Hormati Proses Hukum Besok, 10 Anggota Dewan Diperiksa BERI PENGAKUAN: Terdakwa Juarsa memberikan keterangan terkait dirinya yang tidak ketahuan dan tidak pernah terlibat dalam kasus dugaan fee proyek PUPR Kabupaten Muara Enim di hadapan majelis hakim PN Palembang, kemarin (28/9). FOTO: IST Bantah Ambil Dana BOS Kelabui Korban Berbaju Resmob SEKAYU – Sejak 13 hingga 23 September lalu, jajaran Pol- res Muba menggelar Operasi Sikat Musi. Hasilnya, 17 pelaku kejahatan 3C diamankan. Dan, 16 kasus berhasil diungkap be- rikut barang bukti. “Ada satu di antaranya mer - upakan TO kita, operasi kali ini sasarannya pelaku 3 C,” ungkap Kapolres Muba AKBP Alamsyah Pelupessy SH SIk saat meng- gelar jumpa pers di Aula Alex Noerdin Mapolres Muba. Didampingi Kabag Ops Kompol Rivow Lalu dan Kasat Reskrim AKP Ali Rojikin, ia mengatakan berbagai kasus di antaranya penodongan ter- hadap sopir truk dengan sen- jata api rakitan. Modus penodongan dengan mengelabui korban dengan mengenakan baju bertuliskan Resmob berlagak seolah polisi. “Pelaku kemudian menodong- kan senjata api kepada korban dan mengambil truk,” tukasnya. Salah satu tersangka kasus penodongan ini yakni Tijam (34) warga Bayung Lencir berhasil diamankan sementara 4 rekan- nya DPO. Kasusnya sendiri ter- jadi 3 september silam, mereka mencegat mobil korban dan menyuruhnya turun untuk ber- tanya arah jalan. “Baju sama senpi itu punya kawan pak, bukan punya aku, belum tahu dapet berapo ba- gian karena belum sempat di- jual,” tukas tersangka Tijam. (kur)

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RABU, 29 SEPTEMBER 2021

BERITA UTAMA2

SIDANG

PALEMBANG - Kasus du-gaan korupsi dana BOS dengan terdakwa mantan Kepala SMAN 13 Palembang, Zainab terus bergulir. Sidang agenda peme-riksaan saksi digelar secara offline diketuai Sahlan Efendi di Pengadilan Tipikor Pa-lembang, Selasa (28/9).

Dalam persidangan ter-dakwa Zainab membantah jika mengambil uang dari dana BOS Triwulan I dan Triwulan II. Menurutnya, dirinya tidak mengambil uang BOS. “Saya hanya meminta uang pribadi saja yang dipakai untuk keper-luan sekolah,” ujarnya.

Ia menjelaskan saat menja-bat kepala sekolah kondisi keuangan kas sekolah sempat mengalami kekosongan. “Nah, menyiasati kekosongan tersebut, saya menggunakan uang pri-badi dulu. Setelah dana BOS cair, dimintanya bendahara untuk mengembalikan uang pribadi tersebut. Jadi bukan saya ambil uang dana BOS, tapi me-minta uang pribadi saya yang digunakan untuk keperluan sekolah. Itu saja,” jelasnya.

Ada 8 saksi yang dihadirkan JPU. Salah satunya, Nelly selaku bendahara dana BOS. Ia men-gatakan selama 2 tahun seti-daknya ada uang Rp100 juta yang diterima dari fee pembelian buku dari penerbit buku.

“Uang tersebut saya berikan kepada Kepala Sekolah (Zainab,red),” ujar Nelly. Selain itu, ia mengatakan

dana BOS yang diterima berda-sarkan perintah terdakwa Zainab untuk membangun fisik atau bangunan sekolah.

“Dana BOS yang masuk ke sekolah digunakan untuk membangun fisik sekolah. Saya yang buat laporannya,” cetusnya. Kemudian pengakuan saksi lain, Samson mengatakan jika diri-nya diminta untuk menaikkan harga bahan material bangunan untuk sekolah atas perintah terdakwa Zainab.

“Saya diminta untuk mena-kikan harga bahan bangunan yang dibeli di toko material dengan memberikan kuitansi atau nota-nota belanja ke ben-dahara,” jelas Samson.

Atas pengakuan saksi, JPU Hendi SH menilai keterangan saksi-saksi yang dihadirkan men-dukung pembuktian dakwaan JPU. “Semua terbukti baik mengenai penyimpangan dana BOS di SMA N 13 Palembang. Selain itu, terung-kap pula dalam sidang ternyata terdakwa juga menerima uang fee dari penerbit buku, atas pembelian buku untuk siswa,” jelasnya, 

Terpisah, kuasa hukum ter-dakwa, Crishandoyo SH, men-gatakan keterangan saksi yang dihadirkan JPU, terkesan men-ghindari tanggung jawabnya. “Dalam perkara ini, jelas jika terdakwa tidak melakukan per-buatannya sendirian. Ada per-buatan yang dilakukan bersama-sama namun seolah dibebankan kepada terdakwa,” katanya. (cj15) 

PALEMBANG - Sidang lanju-tan kasus dugaan fee proyek PUPR Muara Enim kembali menjalani persidangan di Pengadilan Tipi-kor Palembang dengan agenda keterangan terdakwa Bupati nonaktif Kabupaten Muara Enim, Juarsah, Selasa (28/9). 

Dihadapan majelis hakim diketuai Sahlan Effendi, ter-dakwa Juarsah tetap bersikeras pada pernyataannya yakni tidak tahu menahu dan tidak pernah terlibat dalam fee proyek di PUPR. 

Bahkan ia sempat menangis bahwasanya rekening dirinya dan keluarga ikut diblokir.  Juarsah membantah semua pemberian berdasarkan kesaksian semua saksi-sksi sebelumnya yang mengatakan dirinya menerima.

“Saya sama sekali tidak ber-peran terhadap semua proyek, baik Dinas PUPR maupun di-nasan lain. Saya tidak bisa meng-gerakkan atau memerintah orang untuk melakukannya. Saya tidak punya kewenangan,” elaknya.

Terkait uang yang disita KPK dari hasil penggeledahan, Juarsah menyangkalnya. “Itu uang istri saya di dalam tas kecil dan tidak ada kaitannya,” tuturnya. 

Menurutnya, uang yang di-sita KPK tidak ada sangkut paut-

Juarsah Ngaku Dizalimi

nya dengan kasus yang tengah menjeratnya. Juarsah menyata-kan, jika dirinya memiliki dua rekening atas nama pribadi yang disimpan di Bank Sumsel Babel sebesar Rp400 juta. Sedangkan di ATM BCA sekitar Rp50 juta. “Saya mohon diizinkan mem-buka blokiran rekening keluarga saya,” ujarnya. Ia juga mengaku dizalimi dari banyak orang. “Saya merasa dizalimi,” lanjutnya.

Juarsah mengaku tidak paham dan tidak pernah ikut dalam ke-giatan tersebut. “Saya hanya ru-tinitas ngantor dan perjalanan dinas, untuk kegiatan proyek tidak diikutkan,” kilahnya kembali.

Meski demikian, majelis ha-

kim menilai ketidaktahuan bukan menjadi alasan. Pasalnya, Juarsah sebagai pemimpin ha-rus mengetahui semua peker-jaan. “Jadi sebagai pemimpin harus tahu pekerjaan dan men-jaga amanah,” kata Sahlan. 

Sidang ditunda 8 Agustus mendatang dengan agenda tuntutan dari jaksa KPK. Kuasa hukum terdakwa Juarsah, Sai-puddin Zahri mengatakan jika dalam persidangan JPU tidak bisa membuktikan alat bukti.

“Tidak ada yang bisa dibukti-kan dari dakwaan JPU. Baik dari sadapan komunikasi, monoton sekali, datar saja,” ujar Saipuddin. Selain itu, adanya pemblokiran

rekening keluarga Juarsah sang-at disayangkan. “Justru majelis hakim tadi mengatakan pada JPU untuk membuka blokir rekening-rekening tersebut,” jelasnya.

Jaksa Penuntut Umum Ko-misi Pemberantasan Korupsi, Ricky B Maghaz menjelaskan, pemblokiran nomor rekening keluarga Juarsah dilakukan se-bagai langkah untuk menga-mankan barang bukti yang ada dalam pemeriksaan. 

Pihaknya mengaku memblo-kir sampai ada putusan inkracht dari pengadilan. “Itu hanya di-blokir, uangnya masih utuh. Sedangkan, uang Rp57 juta yang ditemukan di dalam koper di-

sita sebagai barang bukti karena ditemukan di ruang kerja rumah terdakwa. Kami menduga uang itu uang hasil jual beli jabatan karena ada amplop bertuliskan kabid mutasi,” jelasnya.

Di tempat terpisah, Ketua DPRD Muara Enim Lino Ba-suki angkat bicara soal ditetap-kannya 10 anggota DPRD Mu-ara Enim sebagai tersangka oleh KPK. “Kami khususnya internal PDIP akan menunggu dahulu press release KPK. Jadi kami tidak mau gegabah dan akan menunggu petunjuk pimpinan,” ujar Liono Basuki, Selasa (28/9).

Lino membenarkan telah menerima surat dari KPK tentang 10 orang anggota DPRD Muara Enim menjadi tersangka. Menge-nai apakah 10 anggota DPRD Muara Enim di-reshuffle? “Hing-ga saat ini kita belum ada mene-rima surat pengunduran diri dari siapa pun,” cetusnya.

“Kami tetap menghormati proses hukum,” lanjutnya. Se-nada diungkapkan Sekretaris Dewan (Sekwan) Muara Enim Lido Septontoni. “Nanti 30 Sep-tember ada rapat paripurna. Kita sudah surati semua dewan untuk hadir. Dan jika tidak bisa hadir dengan tatap muka bisa melalui Zoom Metting, dan itu sama saja dihitung hadir,” ujarnya.

Diketahui, tim KPK telah me-layangkan surat pemeriksaan kem-bali terhadap 10 orang anggota DPRD Muara Enim yang telah ditetapkan sebagai tersangka, Ka-mis (30/9). Ke-10 orang berinisial ARK, AYS dari Partai Demokrat, FTH dari Partai Gerindra, INI, IJH dari Partai PDIP, MDH dari Nasdem, MRT dari PPP, MHI dari Hanura, PRI dari PKB, dan SBN dari PBB.

Pemeriksaan ulang terhadap 10 anggota dewan tersebut di-benarkan kuasa hukum Khoi-rozi. “Klien kami saat ini tidak dilakukan penahanan karena kooperatif. Dan dijawalkan kem-bali untuk dilakukan peme-riksaan 30 September nanti,” tuturnya. (ozi/cj15) 

Liono: Hormati Proses HukumBesok, 10 Anggota Dewan Diperiksa BERI

PENGAKUAN:

Terdakwa Juarsa memberikan keterangan terkait dirinya yang tidak ketahuan dan tidak pernah terlibat dalam kasus dugaan fee proyek PUPR Kabupaten Muara Enim di hadapan majelis hakim PN Palembang, kemarin (28/9).

FOTO: IST

Bantah Ambil Dana BOS

Kelabui Korban Berbaju Resmob

SEKAYU – Sejak 13 hingga 23 September lalu, jajaran Pol-res Muba menggelar Operasi Sikat Musi. Hasilnya, 17 pelaku kejahatan 3C diamankan. Dan, 16 kasus berhasil diungkap be-rikut barang bukti.

“Ada satu di antaranya mer-upakan TO kita, operasi kali ini sasarannya pelaku 3 C,” ungkap Kapolres Muba AKBP Alamsyah Pelupessy SH SIk saat meng-gelar jumpa pers di Aula Alex Noerdin Mapolres Muba.

Didampingi Kabag Ops Kompol Rivow Lalu dan Kasat Reskrim AKP Ali Rojikin, ia mengatakan berbagai kasus di antaranya penodongan ter-hadap sopir truk dengan sen-jata api rakitan.

Modus penodongan dengan mengelabui korban dengan mengenakan baju bertuliskan Resmob berlagak seolah polisi. “Pelaku kemudian menodong-kan senjata api kepada korban dan mengambil truk,” tukasnya.

Salah satu tersangka kasus penodongan ini yakni Tijam (34) warga Bayung Lencir berhasil diamankan sementara 4 rekan-nya DPO. Kasusnya sendiri ter-jadi 3 september silam, mereka mencegat mobil korban dan menyuruhnya turun untuk ber-tanya arah jalan. 

“Baju sama senpi itu punya kawan pak, bukan punya aku, belum tahu dapet berapo ba-gian karena belum sempat di-jual,” tukas tersangka Tijam. (kur)