puskesmas bumi agung spo bismiillah

20
PUSKESMAS BUMI AGUNG INFORMED CONSENT SPO No. Kode : Terbitan : No. Revisi : Tanggal mulai berlaku Halaman : Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung Dr.Dina Fitriananci NIP.1980020510012015 1. Pengertia n Suatu persetujuan dari pasien/keluarga mengenai tindakan medis/ perawatan selama dirawat di Puskesmas. 2. Tujuan untuk regulasi/memberikan kesempatan peran aktif pasien dalam pengambilan keputusan medis, Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter, Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko. 3. Kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan No 585 tahun 1989. Persetujuan Tindakan Medik 4. Referensi Guwandi, J. (2004). Informed Consent. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. 5. Prosedur 1. Setelah pasien diindikasikan tindakan pembedahan minor oleh dokter, pasien atau keluarga dijelaskan mengenai: Pengertian tindakan pembedahan minor Tujuan pembedahan minor Indikasi pembedahan minor Komplikasi pembedahan minor Prosedur tindakan pembedahan minor 2. Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien tersebut atau perawat yang sudah mendapatkan limpahan dari dokter yang merawat. 3. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah: Pasien itu sendiri dengan usia > 18 tahun dan dalam kondisi sadar penuh Pasangan hidup pasien (istri atau suami) Orang tua / wali

Upload: yongky

Post on 17-Feb-2016

16 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

INFORMED CONSENTSPO No. Kode :

Terbitan : No. Revisi :Tanggal mulai berlaku Halaman :

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Dr.Dina FitriananciNIP.1980020510012015

1. Pengertian Suatu persetujuan dari pasien/keluarga mengenai tindakan medis/ perawatan

selama dirawat di Puskesmas.

2. Tujuan untuk regulasi/memberikan kesempatan peran aktif pasien dalam pengambilan

keputusan medis, Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan

dokter, Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan

dan bersifat negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko.

3. Kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan No 585 tahun 1989. Persetujuan Tindakan

Medik

4. Referensi Guwandi, J. (2004). Informed Consent. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia : Jakarta.

5. Prosedur 1. Setelah pasien diindikasikan tindakan pembedahan minor oleh dokter,

pasien atau keluarga dijelaskan mengenai:

Pengertian tindakan pembedahan minor

Tujuan pembedahan minor

Indikasi pembedahan minor

Komplikasi pembedahan minor

Prosedur tindakan pembedahan minor

2. Penjelasan diberikan oleh dokter yang merawat pasien tersebut atau

perawat yang sudah mendapatkan limpahan dari dokter yang merawat.

3. Yang berhak menandatangani persetujuan tindakan adalah:

Pasien itu sendiri dengan usia > 18 tahun dan dalam kondisi sadar penuh

Pasangan hidup pasien (istri atau suami)

Orang tua / wali

Bagi pasien usia < 18 tahun, wali atau orang tua atau keluarga terdekat

(penanggung jawab)

4. Setelah pasien dan keluarga paham tentang tindakan pembedahan minor

yang akan dilakukan, kemudian menandatangani surat persetujuan yang

telah tersedia dengan disertai saksi sesuai dengan format surat pernyataan.

6. Unit Terkait Seluruh Unit Pelayanan Puskesmas

INSISI ABSES INTRAORAL

Page 2: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

SPO No. Kode :Terbitan : 2015 No. Revisi :Tanggal mulai berlaku : 1 Juni 2015Halaman : 1/1

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Dr.Dina FitriananciNIP.1980020510012015

1. Pengertian Abses intraoral merupakan suatu lesi akibat infeksi gigi yang sulit ditangani,

karena kecenderungannya untuk meluas ke banyak jaringan.

2. Tujuan Meningkatkan mutu pelayanan gigi dan mulut di Puskesmas khususnya dalam hal

pembedahan minor, mencegah penyebaran infeksi, dan mengurangi rasa sakit pasien.

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. New York : Springer Berlin Heidelberg .

5. Prosedur 1. Aplikasi larutan antiseptik sebelum insisi.

2. Anestesi dilakukan pada daerah sekitar drainase abses yang akan dilakukan

dengan anestesi topikal/ infiltrasi.

3. Untuk mencegah penyebaran mikroba ke jaringan sekitarnya maka

direncanakan insisi :

Menghindari duktus (Wharton, Stensen) dan pembuluh darah besar.

Drainase yang cukup, maka insisi dilakukan pada bagian superfisial

pada titik terendah akumulasi untuk menghindari sakit dan

pengeluaran pus sesuai gravitasi.

Jika memungkinkan insisi dilakukan pada daerah yang baik secara

estetik, jika memungkinkan dilakukan secara intraoral.

Insisi dan drainase abses harus dilakukan pada saat yang tepat, saat

fluktuasi positif.

4. Drainase abses diawali dengan hemostat dimasukkan ke dalam rongga

abses dengan ujung tertutup, lakukan eksplorasi kemudian dikeluarkan

dengan ujung terbuka. Bersamaan dengan eksplorasi, dilakukan pijatan lunak

untuk mempermudah pengeluaran pus.

5. Penempatan drain karet di dalam rongga abses dan difiksasi dengan jahitan

pada salah satu tepi insisi untuk menjaga insisi menutup dan kasa tidak

terlepas.

6. Peresepan antibiotik (perawatan pendukung); peresepan antibiotik penisilin

atau erythromycin serta obat analgesik (kombinasi narkotik/nonnarkotik).

Dapat ditambah dengan kumur larutan saline (1 sendok teh garam + 1 gelas

air) yang dikumurkan setiap setelah makan.

7. Pencabutan gigi penyebab secepatnya.

6. Unit Terkait Poli Gigi

EKSTRAKSI GIGI PERMANENSPO No. Kode :

Page 3: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

Terbitan : 2015 No. Revisi :Tanggal mulai berlaku : 1 Juni 2015Halaman : 1/1

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Dr.Dina FitriananciNIP.1980020510012015

1. Pengertian Ekstraksi gigi permanen adalah salah satu jenis pembedahan minor dengan mencabut gigi

permanen (yang sesuai indikasi pencabutan) dari soketnya dengan minimal trauma dan

nyeri.

2. Tujuan Meningkatkan mutu pelayanan gigi dan mulut di Puskesmas khususnya dalam hal

pembedahan minor, mencegah infeksi yang lebih buruk.

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007.

Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. New York : Springer Berlin Heidelberg .

5. Prosedur 1. Dokter melakukan anamnesa, menanyakan kelainan/penyakit sistemik, pemeriksaan

fisik, ekstraoral & intraoral dan menegakkan diagnosa.

2. Dokter memberikan penjelasan tentang rencana perawatan, tujuan, indikasi, prosedur,

komplikasi ekstraksi gigi permanen.

3. Pasien memahami dan menandatangani informed consent.

4. Aplikasi larutan antiseptik sebelum injeksi anestesi.

5. Anestesi infiltrasi/blok dilakukan pada daerah sekitar gigi yang akan

diektraksi dengan menyuntikkan jarum, aspirasi, deponir anestetikum

perlahan.

6. Dokter menanyakan pasien apakah sudah merasa tebal/kebas dan

memastikan apakah anestesi sudah bekerja.

7. Ekstraksi gigi dengan melepaskan perlekatan jaringan periodontal dengan

menggunakan bein. Setelah longgar, mulai menggoyangkan gigi menggunakan tang

yang sesuai dengan gerakan rotasi, luksasi dan kombinasi (disesuaikan dengan elemen

gigi yang diekstraksi).

8. Periksa kondisi gigi yang telah dicabut apakah utuh atau fraktur. Periksa soket dan

tulang alveolar yang tajam, apabila ada gunakan knable tang/bone file untuk

menghaluskan. Cek dan kontrol perdarahan pasca ektraksi.

9. Instruksi pasca ekstraksi gigi dan pemberian tampon ganti.

10. Peresepan antibiotik (jika perlu) serta obat analgesik (kombinasi

narkotik/nonnarkotik).

6. Unit Terkait Poli Gigi

MENCUCI TANGAN

Page 4: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

SPO No. Kode :

Terbitan :

No. Revisi :

Tanggal mulai berlaku :

Halaman :

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Dr.Dina FitriananciNIP.1980020510012015

1. Pengertian Membersihkan tangan dari segala kotoran dengan cara tertentu sesuai kebutuhan

menggunakan sabun atau antiseptik saat sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

2. Tujuan 1. Membebaskan tangan dari kuman dan mencegah kontaminasi

2. Mencegah atau mengurangi infeksi

3. Menjaga kebersihan perorangan

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Infection Control in Dentistry.

5. Prosedur 1. Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gulung lengan baju sampai

siku.

2. Melakukan inspeksi tangan dan jari, adanya luka/sayatan

3. Menjaga tangan atau pakaian tidak menyentuh wastafel (jika tangan

menyentuh wastafel cuci tangan diulang)

4. Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian

5. Membasahi tangan dan lengan bawah,mempertahankannya lebih rendah

dari siku

6. Menaruh sabun/antiseptic (2-4 cc)

7. Menggosok kedua lengan selama 10-15 detik

8. Menggosok punggung tangan,sela-sela jari

9. Menggosok sela-sela jari secara melingkar minimal 5 kali

10. Menggosok ujung-ujung jari ketelapak tangan yang lain

11. Membilas lengan dan tangan sampai bersih

12. Menutup kran dengan siku (bila kran harus ditutup dengan tangan,cuci

kran dengan sabun terlebih dahulu sebelum membilas tangan)

13. Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering

6. Unit Terkait Poli Gigi

DEKONTAMINASI

Page 5: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

SPO No. Kode :

Terbitan :

No. Revisi :

Tanggal mulai berlaku :

Halaman :

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Dr.Dina FitriananciNIP.1980020510012015

1. Pengertian Membersihkan dan mensterilkan semua alat/instrumen yang terkontaminasi dengan

cairan tubuh/rongga mulut.

2. Tujuan 1. Mencegah penyebaran infeksi silang melalui alat/ instrumen.

2. Menyiapkan alat sebelum kontak langsung dengan alat sterilisasi.

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Infection Control in Dentistry.

5. Prosedur 1. Memakai rubber glove yang tebal, kacamata dan masker (alat perlindungan

diri).

2. Menyiapkan bak perendaman yang diisi dengan larutan Klorin 0,5%

dengan cara mencampurkan 1 sendok makan Klorin 0,5% dengan 1 liter air

(selain klorin, dapat juga chloroxylenol/dettol®).

3. Mengaduk larutan klorin 0,5% sampai tercampur dengan air.

4. Mencuci semua alat/instrumen dengan menggunakan sabun dan sikat untuk

membuang debris, kemudian bilas bersih dengan air yang mengalir. Sikat

yang digunakan untuk membersihkan debris harus dibersihkan,

dikeringkan dan diautoclave secara teratur.

5. Memasukkan semua alat/instrument yang telah dicuci, ke dalam bak

perendaman yang berisi cairan desinfeksi (klorin/chloroxylenol) satu

persatu dengan korentang.

6. Biarkan selama kurang lebih 10 menit.

7. Keringkan semua alat/instrumen dengan menggunakan handuk bersih yang

kering.

8. Setelah semua alat/instrument benar-benar kering, lakukan sterilisasi

dengan menggunakan autoclave.

6. Unit Terkait Poli Gigi

STERILISASI

Page 6: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

SPO No. Kode :

Terbitan :

No. Revisi :

Tanggal mulai berlaku :

Halaman :

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Dr.Dina FitriananciNIP.1980020510012015

1. Pengertian Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apathogen beserta

sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus,

steem/uap, panas tekanan tinggi atau menggunakan bahan kimia. Metode

pilihan untuk semua alat kedokteran gigi adalah dengan menggunakan autoclave.

2. Tujuan 1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi silang melalui alat/ instrumen.

2. Menyiapkan peralatan/instrumen dalam keadaan siap pakai.

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Infection Control in Dentistry.

5. Prosedur 1. Setelah semua alat/instrument yang didekontaminasi benar-benar kering,

bungkus dengan kain/kertas.

2. Masukkan semua alat/instrument yang telah dibungkus dengan kain/kertas

ke dalam autoclave dan susun dengan rapi. Perhatikan jangan sampai

overload.

3. Tutup pintu autoclave dengan rapat.

4. Lakukan sterilisasi dengan menekan power supply, power supply otomatis

akan mati jika sudah selesai.

5. Setelah selesai tunggu sampai suhu turun, buka pintu sterilisator, keluarkan

alat-alat yang sudah steril dengan korentang dan masukan alat ke dalam

folisil.

6. Beri etiket (tanggal sterilisasi).

7. Alat siap dipakai.

8. Bur juga tidak luput dari sterilisasi, sterilisasi bur mencegah penularan

penyakit berbahaya antarpasien.

6. Unit Terkait Poli Gigi

Page 7: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

SCALLING

SPO No. Kode :

Terbitan :

No. Revisi :

Tanggal mulai berlaku :

Halaman :

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Dr.Dina FitriananciNIP.1980020510012015

1. Pengertian Suatu tindakan untuk menyingkirkan plak & kalkulus/karang gigi dengan

menggunakan alat-alat yang disebut scaler baik manual ataupun ultrasonik.

2. Tujuan 1. Merawat dan memelihara kesehatan jaringan periodontal.

2. Mencegah radang gusi lebih lanjut.

3. Mempertahankan kenyamanan rongga mulut dengan mengurangi penyebab

halitosis/bau mulut.

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007.

5. Prosedur 1. Sebelum scalling, dokter gigi melakukan anamnesis, pemeriksaan ekstra

dan intra oral untuk memastikan pasien sesuai indikasi dan tidak ada

penyakit sistemik yang membahayakan scalling dilakukan

2. Memakai alat pelindung diri seperti handscoen, masker, pelindung

wajah/face shield atau pelindung mata/kacamata.

3. Mempersiapkan alat diagnostik, scaller dan memastikan air mengalir dengan

lancar dan mata scaller dalam kondisi steril.

4. Instruksikan pasien untuk berkumur.

5. Ulasi daerah kerja dengan antiseptik.

6. Bersihkan kalkulus supragingiva yang keras dan melekat erat pada

permukaan gigi dengan ultrasonic scaller dengan tanpa tekanan pada gigi.

7. Membuang kalkulus subgingiva dan pada pasien yang sensitif dengan

menggunakan scaller manual.

8. Setelah scalling, gigi dilakukan pemolesan/polishing dengan menggunakan

brush dan pumice.

9. Ulasi daerah kerja dengan antiseptik.

10. Edukasi dental health serta instruksi pasca scalling.

11. Pemberian obat kumur (jika perlu).

12. Instruksikan pasien untuk kontrol 7 hari setelah perawatan.

6. Unit Terkait Poli Gigi

EKSTRAKSI GIGI SULUNG

Page 8: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

SPO No. Kode :Terbitan : No. Revisi :Tanggal mulai berlaku : Halaman :

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Dr.Dina FitriananciNIP.1980020510012015

1. Pengertian Ekstraksi gigi sulung adalah salah satu jenis pembedahan minor dengan mencabut gigi

sulung (yang sesuai indikasi pencabutan) dari soketnya dengan minimal trauma dan nyeri.

2. Tujuan 1. Meningkatkan mutu pelayanan gigi dan mulut khususnya dalam pencabutan gigi

sulung

2. Mencegah maloklusi

3. Mencegah terjadinya infeksi berulang

4. Meningkatkan pengetahuan penderita tentang kesehatan gigi dan mulut.

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007.

Fragiskos, FD. 2007. Oral Surgery. New York : Springer Berlin Heidelberg .

5. Prosedur 1. Menjelaskan kepada penderita bahwa akan dilakukan tindakan pencabutan gigi

sulungnya dengan tujuan untuk memberi kesempatan gigi permanen tumbuh

dengan baik.

2. Menjelaskan kepada penderita bahwa sebelumnya pencabutan akan dilakukan

pembiusan dan setelah itu penderita akan merasakan dingin (bila menggunakan

Chlor Ethyl) atau merasa tebal (bila menggunakan suntikan lidocaine).

3. Minta ijin penderita/pengantar untuk dilakukan tindakan (bolehkah saya mulai

sekarang?).

4. Mempersiapkan alat dan obat anastesi dan alat tindakan pencabutan gigi sulung

yang sudah disterilkan.

5. Mencuci tangan dengan sabun dan memakai sarung tangan steril.

6. Tindakan anastesi, bila sudah goyang menggunakan Chlor Ethyl dan belum

goyang menggunakan lidocaine.

Bila menggunakan Chlor Ethyl :

Mengambil kapas steril menggunakan pinset dan menetesinya dengan

betadine.

Mengolesi gusi pada daerah gigi yang akan dicabut dengan gerakan searah 1

kali.

Mengambil kapas 2 buah gulungan dengan pinset, kemudian kapas dipegang

dengan tangan kiri.

Memegang Tabung Chlor Ethyl dengan tangan kanan kemudian ujungnya

didekatkan pada kapas dengan jarak 1 cm kemudian menyemprot kapas

dengan Chlor Ethyl, tunggu sampai kapas berbuih.

Meminta pasien membuka mulut kemudian meletakkan kapas sambil

ditekan pada bagian bukal dan lingual/palatinal gigi yang akan dicabut.

Bila menggunakan anastesi lidokain komp 2 % :

Mempersiapkan lidokain ampul dan mematahkan ujung ampul menggunakan

menggunakan tangan pada leher ampul.

Mempersiapkan spuit 1 cc, membuka tutup spuit dan memindahkan lidokain

Page 9: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

ke dalam spuit dengan cara menghisap isi ampul sampai habis dan menutup

kembali spuit.

Membuang ampul ke tempat sampah medis.

Membuang udara dalam spuit dengan cara memposisikan spuit dengan ujung

jarum menghadap ke atas, kemudian ketuk perlahan syringe. Kemudian

dorong pompa perlahan-lahan sampai udara tidak tampak lagi dan cairan

keluar sedikit di ujung jarum.

Mengambil kapas steril menggunakan pinset dan menetesinya dengan

betadine.

Mengolesi gusi yang akan dilakukan injeksi dengan gerakan searah 1 kali.

Untuk menganastesi gusi bagian bukal, lidokain di suntikkan ke gusi di

sekitar apeks pada gigi yang akan dicabut dan melakukan aspirasi, apabila

keluar darah menggeser posisi jarum ke titik lain dan memasukkan jarum

sampai menyentuh tulang. Menyuntikkan lidokain 0,5-1 cc. Mencabut

kembali jarum.

Untuk menganastesi gusi bagian lingual/palatal, lidokain disuntikkan ke gusi

sekitar apeks pada gigi yang akan dicabut atau pada percabangan saraf dan

melakukan aspirasi apabila keluar darah menggeser posisi jarum ke titik lain

dan memasukkan jarum sampai menyentuh tulang. Menyuntikan lidokain

0,5-1 cc. Mencabut kembali jarum.

Membuang spuit pada safety box dengan cara ujung jarum masuk lebih dulu.

Menunggu sampai obat bereaksi dan menimbulkan rasa tebal dengan

menanyakan pada pasien apakah sudah terasa tebal dan bagaimana perasaan

pasien apakah terasa mata berkunang-kunang atau pusing. Bila sudah terasa

tebal maka langsung dilakukan pencabutan.

Melakukan pemisahan gigi dan gusi dengan memakai bein dengan posisi

bein mesiobukal/distobukal gigi yang bersangkutan, dengan gerakan bein

apikal ke coronal (dari bawah ke atas) sampai gigi goyang.

Meletakkan ujung tang pada bagian bukal dan lingual/palatinal gigi sampai

dengan cervical gigi / bifurkasi gigi.

Pada gigi yang mempunyai 1 akar (gigi anterior) memutar gigi searah sambil

ditarik keluar.

Pada gigi yang mempunyai lebih akar menggerak-gerakkan gigi ke arah

bukal dan lingual/palatinal supaya gigi terlepas dan menarik gigi keluar.

Mengambil tampon menggunakan pinset kemudian menetesi tampon dengan

betadine. Meletakkan tampon pada luka bekas pencabutan dan meminta

pasien untuk menggigit tampon kuat-kuat.

Membuang sampah medis kapas betadine, tampon yang digunakan selama

tindakan dan gigi yang sudah dicabut ke dalam tempat sampah medis.

Melepaskan sarung tangan dan dimasukkan dalam tempat sampah medis

kemudian mencuci tangan memakai sabun.

Memberikan instruksi post-ekstraksi kepada pasien/pengantar.

Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

Pemberian obat analgesik dan antibiotik (jika perlu).

6. Unit Terkait Poli Gigi

Page 10: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

TUMPATAN SEMENTARASPO No. Kode :

Terbitan : Disahkan oleh Kepala UPTD

Puskesmas Bumi Agung

Page 11: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

No. Revisi :Tanggal mulai berlaku : Halaman : Dr.Dina Fitriananci

NIP.1980020510012015

1. Pengertian Pilihan perawatan yang dilakukan pada gigi vital dengan kondisi sakit.

2. Tujuan untuk mengurangi rasa sakit pada pasien

untuk mencegah kerusakan lanjut akibat inflamasi pulpa

untuk melihat dan menunggu perkembangan kondisi gigi yang sakit

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Gunnar Bergenholtz,dkk. 2010. Textbook of endodontology. Blackwell

Publishing : UK.

5. Prosedur 1. Pembuangan jaringan karies dengan eskavator.

2. Preparasi kavitas dengan bur sesuai dengan klasifikasi tumpatan.

3. Sterilisasi kavitas.

4. Pemberian obat (eugenol) sebagai relief of pain (eugenol + kapas).

5. Penambalan sementara dengan fletcher (Powder + Liquid).

6. Instruksi paska penumpatan

a. Tidak boleh digunakan untuk makan selama 1 jam setelah ditumpat.

b. Hati-hati bila menyikat gigi terutama pada gigi dengan tumpatan

sementara.

c. Datang kembali ke klinik untuk dilakukan tumpatan tetap apabila

tidak ada keluhan sakit lagi. Apabila ada keluhan sakit maka

direncanakan perawatan untuk pulpitis irreversibel (pulpotomy,

pulpectomy, perawatan saluran akar). Pada kasus-kasus pulpitis

irreversibel pasien harus diinformasikan mengenai pilihan perawatan

yang lainnya, mengingat perawatan pada tingkat puskesmas tidak

termasuk perawatan saluran akar.

7. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

6. Unit Terkait Poli Gigi

TUMPATAN TETAP (BAHAN GIC/GLASS IONOMER CEMENT)SPO No. Kode :

Terbitan : No. Revisi :

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Page 12: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

Tanggal mulai berlaku :Halaman : Dr.Dina Fitriananci

NIP.1980020510012015

1. Pengertian Perawatan untuk gigi pulpitis reversibel dan diperkirakan desain kavitas nantinya dapat

menerima tambalan GIC dengan baik (sesuai prinsip resisten dan retensi).

2. Tujuan untuk mencegah kerusakan pulpa lebih lanjut, mengembalikan fungsi

pengunyahan & estetik.

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Edwina A. M. Kidd, et al. 2003. Pickard’s Manual of Operative Dentistry.

Oxford: New York

5. Prosedur 1. Pembersihan jaringan nekrotik dalam kavitas dengan eskavator.

2. Preparasi kavitas dengan diamond bur berkecepatan tinggi yang selalu

dialiri oleh air.

3. Gunakan bur round untuk membuka dan membersihkan kavitas.

Gunakan bur fissur untuk menumpulkan sudut kavitas yang tajam.

4. Pemblokiran menggunakan cotton roll.

5. Penderita diinstruksi untuk tidak menutup mulut & tidak menggerakkan

lidah.sampai dengan proses penumpatan selesai.

6. Irigasi kavitas dengan aquades.

7. Mengeringkan kavitas dengan chip blower / three way syring.

8. Sterilisasi kavitas.

8. Aplikasikan dentin kondisioner (untuk membersihkan smear layer)

9. Aduk GIC sesuai ketentuan berikut :

perbandingan yang tepat (powder:liquid=1:1)

alat aduk spatula cement plastik

alas pengadukan paper pad kering

10. Aplikasikan GIC pada kavitas dengan instrumen plastis, rapikan.

11. Aplikasikan cocoa butter/ GIC coat di atas tumpatan untuk mencegah

hidrasi yang berlebihan.

12. Penderita diinstruksikan untuk:

Tidak menggunakan gigi tersebut selama sehari semalam.

Datang kembali ke klinik (minimal 1x24jam setelah penumpatan)

untuk dilakukan pemulasan pada tumpatan.

13. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita.

6. Unit Terkait Poli Gigi

ANESTESI LOKALSPO No. Kode :

Terbitan : No. Revisi :

Disahkan oleh Kepala UPTD Puskesmas Bumi Agung

Page 13: Puskesmas Bumi Agung Spo Bismiillah

PUSKESMAS BUMI AGUNG

Tanggal mulai berlaku : Halaman :

Dr.Dina FitriananciNIP.1980020510012015

1. Pengertian Hilangnya sensasi pada sebagian area tubuh tertentu, bersifat sementara, tanpa kehilangan

kesadaran.

2. Tujuan Menghilangkan sensasi di bagian tubuh tertentu agar pasien merasa nyaman

saat dilakukan prosedur perawatan gigi dan pembedahan.

3. Kebijakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4. Referensi Malamed, Stanley S. 1997. Handbook of local anethesia. Mosby: USA.

5. Prosedur 1. Menanyakan kepada pasien apakah memiliki penyakit sistemik dan

riwayat alergi terhadap obat anestesi yang akan diberikan.

2. Mempersiapkan lidokain ampul dan spuit 3 cc yang baru dan tajam,

membuka tutup spuit dan memindahkan lidokain ke dalam spuit dengan

cara menghisap isi ampul sampai habis dan menutup kembali spuit.

3. Membuang udara dalam spuit dengan cara memposisikan spuit dengan

ujung jarum menghadap ke atas, kemudian ketuk perlahan syringe,

kemudian dorong pompa perlahan-lahan sampai udara tidak tampak lagi

dan cairan keluar sedikit di ujung jarum.

4. Posisikan pasien di dental unit sesuai dengan regio kerja yang akan

dianestesi.

5. Mengambil kapas steril untuk mengeringkan jaringan yang akan

dianestesi.

6. Aplikasi larutan antiseptik menggunakan kapas pada gusi yang akan

dilakukan injeksi dengan gerakan searah 1 kali.

7. Aplikasi topikal anestesi (opsional).

8. Komunikasi dengan pasien dan menjaga agar jarum tidak terlihat oleh

pasien sehingga pasien merasa nyaman.

9. Tusuk jarum ke mukosa hingga menyetuh periosteum, perhatikan sambil

mengajak pasien komunikasi.

10.Aspirasi apabila telah sampai menyentuh periosteum, bila aspirasi negatif

maka deponir perlahan anestetikum sesusai dosis (sekitar 0,5-1cc).

Apabila aspirasi positif, menggeser posisi jarum ke titik lain dan

memasukkan jarum sampai menyentuh tulang. Komunikasi dengan pasien.

11.Menarik syrige perlahan dan observasi pasien setelah injeksi.

12.Membuang spuit pada safety box dengan cara ujung jarum masuk lebih

dulu.

6. Unit Terkait Poli Gigi