pusat pengembangan kurikulum, media pendidikan, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/bahan ajar...

41
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001 Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected] FORMULIR MUTU BAHAN AJAR/DIKTAT No. Dokumen FM-01-AKD-07 No. Revisi 02 Hal 1dari 41 Tanggal Terbit 27 Februari 2017 BAHAN AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 18U00001 2 SKS PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, MKU, DAN MKDK. UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Upload: vuongphuc

Post on 12-May-2019

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 1dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

BAHAN AJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 18U00001

2 SKS

PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, MKU, DAN MKDK.

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Page 2: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 2dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

VERIFIKASI BAHAN AJAR

Pada hari ini Senin tanggal 19 bulan Februari tahun 2019 Bahan Ajar Mata

Kuliah Pendidikan Agama Islam, telah diverifikasi oleh Kepala Pusat

Pengembangan Kurikulum, Inovasi Pembelajaran, MKU, dan MKDK.

Semarang, 19 Februari 219

Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum, Tim Penulis

Inovasi Pembelajaran, MKU dan MKDK

Dr. Eko Handoyo, M.Si. Tim Dosen

NIP. 196406081988031001

Page 3: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 3dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., karena rahmat, nikmat, taufik dan hidayahnya-Nyalah buku “ISLAM: Rahmatan Lil’alamin” dapat kami selesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Rosul Muhammas Saw., para keluarga, para sahabar, pera pengikut, serta umatnya yang setia dengan ajarannya.

Maksud dan tujuan Pendidikan Agama Islam di perguruan tinggi adalah untuk memperkuat iman dan takwa kepada Allah Swt., serta memperluas wawasan hidup beragama mahasiswa dengan mengedepankan budi pekerti luhur, berpikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas, ikut serta dalam kerja sama antarumat beragama dalam mengembangkan dan memanfaatkan ilmu dan teknilogi serta seni untuk kepentingan manusia. Selain itu, maksud tujuan tersebut diarahkan pada peningkatan kualitas SDM melalui rumah ilmu yaitu Universitas Negeri Semarang.

Atas dasar itulah buku ini disusun sebagai sarana menggapai maksud dan tujuan tersebut. Tentunya buku ini bukanlah satu-satunya buku referensi atau rujukan, akan tetapi mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran.

Pada buku ini disajikan materi-materi dalam BAB, meliputi: (1) Aqidah, (2) Konsep Manusia, (3) Hukum Islam, (4) Akhlah dalam Islam, (5) Islam dan Globalisasi, (6) Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, (7) Islam Rahmatan Lil’alamin, dan (8) Munakahat.

Kepada para pembeca kami mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan buku ini, karena kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan.

Semarang, Februari 2019

Tim Penulis

Page 4: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 4dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

DESKRIPSI MATAKULIAH

Mata kuliah ini menyajikan bahasan tentang konsep aqidah Islam, konsep

manusia, hukum, konsep akhlak, IPTEKS, masyarakat, politik, globalisasi,

radikalisme atas nama Agama, perlindungan anak, dan pernikahan dalam

perspektif Islam.

Page 5: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 5dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

BAB I

AQIDAH

A. KONSEPSI AQIDAH

1. Pengertian Aqidah

Secara etimologis, aqidah berarti berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu – ‘aqidatan. Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata '‘aqdan dan '‘aqidah berarti keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.

Secara terminologis, terdapat beberapa definisi ‘aqidah antara lain : Menurut Hassan al-Banna dalam kitab Majmu’ al-Rasail : “Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib

diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”.

Sedangkan menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy dalam kitab Aqidah al-Mukmin :

Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati serta diyakini kesalihan dan keberadannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Dari dua definisi di atas terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan secara seksama agar mendapat pemahaman yang proporsional.

Pertama, setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran, indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan wahyu untuk menjadi pedoman dalam menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Dalam beraqidah hendaknya manusia menempatkan fungsi masing-masing instrumen tersebut pada posisi yang sebenarnya.

Kedua, keyakinan yang kokoh itu mengandaikan terbebas dari segala pecampuradukan dengan keragu-raguan walaupun sedikit. Keyakinan hendaknya bulat dan penuh, tiada berbaur dengan syak dan kesamaran. Oleh karena itu untuk sampai kepada keyakinan itu manusia harus memiliki ilmu; yakni sikap menerima suatu kebenaran dengan sepenuh hati setelah meyakini dalil-dalil kebenarannya.

Ketiga, aqidah tidak boleh tidak harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang yang meyakininya. Dengan demikian, hal ini mensyaratkan adanya keselarasan dan kesejajaran antara keyakinan yang bersifat lahiriyah dan keyakinan yang bersifat bathiniyah. Sehingga tidak didapatkan padanya suatu pertentangan antara sikap lahiriah dan bathiniyah.

Keempat, apabila seseorang telah meyakini suatu kebenaran, konsekwensinya ia harus sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan kebenaran yang diyakininya itu.

Page 6: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 6dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah lain yang semakna atau hampir semakna dengan istilah aqidah, yaitu : iman dan tauhid. Sedang kan yang semakna dengan ilmu aqidah adalah ushuluddin, ilmu kalam dan fikih akbar.

2. Ruang Lingkup Aqidah

Hassan al-Banna pernah membuat sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah, yaitu : 1) Ilahiyat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan ilah (Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah,

perbuatan-perbuatan (Af’al) Allah dan lain-lain.

2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembicaraan mengenai Kitab-Kitab Allah,

Mukjizat, Keramat dan sebagainya.

3) Rukhaniyat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan alam metafisik seperti malaikat, jin iblis, setan, roh dan lain

sebagainya.

4) Sam’iyat: Yaitu pembahasan tentang segal sesuatu yang hanya bisa

diketahui lewat sam’i, yakni dalil naqli berupa al-Qur’an dan al-Sunnah,

seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka

dan seterusnya.

Di samping sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa juga mengikuti

sistematika arkanul iman yaitu: iman kepada Allah SWT., iman kepada malaikat,

iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada nabi dan rasul Allah, iman kepada

hari akhir dan iman kepada qadha dan qadar Allah.

a. Iman Kepada Allah Swt.

Iman kepada Allah adalah suatu keniscayaan. Inti dari iman kepada Allah

Swt. Adalah tauhid : mengesakan Allah baik dalam zat, sifat dan af’al-Nya.

Disamping itu Allah memiliki al-asma’ al-husna dan ash-shifah, nama-nama dan

sifat-sifat-Nya sebanyak 99 (sembilan puluh sembilan) macam, dan semua ini

menunjukkan kemaha sempurnaan-Nya. Oleh karena itu, di sini kita mengenal

ada dua metode untuk mengimani asma’ al-husna dan ash-shifah Allah yaitu 1)

metode itsbat; mengimani bahwa Allah memiliki nama-nama dan sifat yang

Page 7: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 7dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

menunjukkan kemahasempurnaan-Nya, misalnya Allah maha mendengar, maha

melihat, maha mengetahui, maha bijkasana dll, dan 2) metode nafy; menafikan

atau menolak segala nama-nama dan sifat yang menunjukkan

ketidaksempurnaan-Nya, misal menafikan adanya makhluk yang menyerupai

Allah, menolak anggapan bahwa Allah memiliki anak atau orang tua dan lain-lain.

Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya agar

berdoa dan memohon kepada Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang

agung (Q.S. al-A’raf:18). Dalam masalah ini pula kita mengetahui adanya

larangan untuk mentamsilkan atau mentasybihkan (menyerupakan) Allah dengan

sesuatu (Q.S. asy-Syura: 11). Dengan usaha ini maka ummat Islam akan

beriman kepada Allah dengan semurni-murninya dan sutuh-utuhnya iman.

b. Iman kepada Malaikat-malaikat Allah.

Makhluk Allah dapat dikelompokkan menjadi dua macam; makhluk ghaib

dan makhluk syahadah (nyata). Yang membedakan keduanya adalah dapat dan

tak dapat dijangkau oleh panca indera manusia.

Iman kepada malaikat termasuk salah satu perkara beriman kepada yang

ghaib. Untuk mengetahui dan mengimani makhluk yang ghaib ini ditempuh dua

cara: 1) melalui berita atau akhbar dari Rasulullah baik berupa wahyu al-Qur’an

maupun sunnah dan 2) melalui bukti-bukti nyata di alam semesta, seperti

kematian adalah bukti nyata bahwa malaikat maut itu ada.

Malaikat merupakan makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah dari

cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Malaikat sangat taat kepada

Allah, tak pernah membangkang dan selalu melaksanakan apa yang

diperintahkan-Nya (Q.S. at-Tahrim : 6). Adapun beberapa malaikat yang patut

diketahui dna diimani beserta tugasnya antara lain :

1) Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul

(Q.S. al-Baqoroh : 97)

2) Malaikat Mikail bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam

(Q.S. al-Baqoroh :98)

3) Malaikat Israfil bertugas meniup terompet di hari kiamat dan kebangkitan

(Q.S. al-An’am :73)

Page 8: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 8dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

4) Malaikat Maut bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup (as-

Sajada :11)

5) Malaikat Raqib dan ‘Atid bertugas mencatat amal perbuatan manusia (Q.S.

al-Infithar : 10-12)

6) Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menayai mayat dalam kubur (Q.S.

Ibrahim : 27)

7) Malaikat Ridwan bertugas menjaga syurga (Q.S. az-Zumar : 73)

8) Malaikat Malik bertuga menjaga neraka (Q.S. az-Zumar : 71)

9) Malaikat pemikul Arasy (Q.S. al-Mukminun : 7)

10) Malaikat penggerak hati manusia untuk berbuat kebaikan dan kebenaran;

Malaikat yang bertugas mendoakan orang-orang mukmin (Q.S. al-Mukminun

: 7 – 9)

c. Iman Kepada Kitab-kitab Allah.

Al-Kitab atau kitab Allah adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah

kepada para nabi dan rasul, meliputi kitab yang diturunkan kepada nabi

Muhammad saw. Maupun kitab-kitab yang diturunkan pada para nabi dan rasul

sebelumnya. Kitab-kitab yang patut diimani keberadaannya adalah kitab al-

Qur’an sendiri (Q.S. al-Baqoroh : 2), Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa

as, (Q.S. al-Maidah : 27), Kitab Taurat yang diturunkan yang diturunkan kepada

Nabi Musa as. (Q.S. al-Maidah: 44) dan kitab Zabur yang turun kepada Nabi

Daud as. (Q.S. an-Nisa : 163). Di samping kitab-kitab di atas, dikenal juga dua

buah shuhuf, yaitu shuhuf Nabi Ibrahim as., dan shuhuf Nabi Musa as. (Q.S. al-

A’la : 18-19). Shuhuf ini hany berbentuk lembaran-lembaran.

Al-Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir memiliki beberapa

keistimewaan yang tidak dipunyai kitab-kitab atau shuhuf-shuhuf lainnya, antara

lain; Kitab al-Qur’an berlaku secara universal untuk seluruh umat manusia hingga

akhir zaman (Q.S. al-Furqon:1) Kitab al-Qur’an masih terpelihara secara utuh

dan murni hingga sekarang (Q.S. al-Hijr : 9). Ajaran al-Qur’an mencakup segala

permasalahan dan aspek kehidupan (Q.S. al-An’am : 38). Al-Qur’an mudah untuk

dipahami, dihapal dan diamalkan (Q.S. al-Qomar: 17). Al- Qur’an berfungsi

sebagai nasikh (penghapus) lafadz dan hukum dalam kitab-kitab sebelumnya,

Page 9: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 9dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

muhaimin (batu ujian) terhadap kebenaran kitab-kitab sebelumnya dan

mushaddiq (pembenar) atas kitab-kitab terdahulu (Q.S. al-Maidah : 48) dan al-

Qur’an menjadi mukjizat bagi Nabi Muhammad saw.

Dalam al-Qur’an secara eksplisit memang hanya disebutkan 4 nama kitab

suci dan 2 shuhuf. Namun demikian al-Qur’an juga menerangkan bahwa seorang

muslim hendaknya tetap beriman kepada seluruh kitab suci Allah, baik yang

disebutkan nama dan penerimanya maupun yang tidak disebutkan (Q.S. an-Nisa

: 136)

Dalam masalah mengimani kitab-kitab Allah ini tentunya ada perbedaan

cara dan konsekuensi. Kepada kitab-kitab Allah sebelum al-Qur’an seorang

muslim hanya diwajibkan mengimani keberadaan dan kebenarannya semata.

Sedangkan kepada al-Qur’an disamping mengimani keberadaan dan

kebenarannya juga diwajibkan mempelajari, menghayati, mengamalkan serta

mendakwahkan atau mengajarkannya.

d. Iman Kepada Nabi dan Rasul

Pada hakekatnya nabi dan rasul adalah manusia biasa seperti umumnya.

Yang membedaknnya adalah karena ia menerima wahyu dari Allah (Q.S. al-

Kahfi: 110). Apabila ia tidak dibebani kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu

maka disebut Nabi. Jika ia diikuti dengan tanggung jawab menyampaikan wahyu

maka ia disebut Rasul. Jadi Nabi belum tentu rasul, sedangkan rasul sudah pasti

nabi.

Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah nabi dan rasul secara

keseluruhan. Yang jelas setiap umat manusia dalam kurun waktu tertentu diutus

seorang nabi dan atau rasul (Q.S. Yunus : 47). Al-Quran hanya menyebutkan

sejumlah 25 orang saja dalam ayat-ayatnya. Nabi dan rasul itu tersebar di

beberapa surat seperti : al-An’am : 83-86 sebanyak 18 orang, 7 orang lagi

disebutkan di ayat yang terpisah; Hud : 50, Hud : 84, Ali Imran : 33, al-Anbiya’ :

85, dan al-Fath : 29. Sekalipun secara pasti hanya tersebut 25 orang saja di

dalam al-Qur’an, umat Islam tetap diwajibkan meyakini semua keberadaan nabi

dan rasul yang diterangkan di dalamnya, dan sebagian lagi dan ini yang

terbanyak tidak diceritakan di dalamnya (Q.S. al-mukmin : 78)

Page 10: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 10dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Seluruh rasul yang diutus pada tiap zaman dan tempat pada dasarnya

mengemban tugas berat yang sama, yakni menegakkan kalimah tauhid la ilaha

illa Allah (Q.S. al-Anbiya : 25). Dalam mengemban tugas ini ternyata tidak semua

rasul memiliki kesabaran yang sangat tinggi, kecuali mereka yang diberi gelar

ulul azmi; para rasul yang sangat sabar, teguh hati dan tabah dalam menjalankan

misinya (Q.S. al-Ahqof : 35). Mereka itu adalah Muhammad, Nuh, Ibrahim, Musa

dan Isa (Q.S. al-Ahzab : 7)

Umat Islam yang hidup di zaman ini tentu wajib mengimani Rasulullah

Muhammad Saw. sebagai rasul terakhir. Dia adalah utusan Allah untuk

menyempurnakan risalah-risalah yang pernah disampaikan oleh rasul-rasul

terdahulu. Risalah penyempurna itu adalah Islam (Q.S. al-Maidah : 3). Maka

hanya Islamlah yang akan diterima sebagai agama yang diridhai di sisi Allah

(Q.S. ali-Imran : 19). Oleh karena itu kecintaan dan ketaatan kepadanya harus

ditunjukkan bagi siapa saja yang ingin selamat di dunia dan akhirat (Q.S. ali-

Imran : 31, al-Ahzab : 21).

e. Iman Kepada Hari Akhir.

Hari akhir adalah kehidupan kekal dan abadi setelah kehidupan dunia

yang fana ini. Al-Quran menyebut hari akhir dengan berbagai sebutan; yaumul

qiyamah, berakhirnya seluruh kehidupan; Yaumul Ba’ats, kebangkitan seluruh

umat manusia dari alam kubur; Yaumul Hasyr, hari dikumpulkannya umat

manusia dipadang Mahsyar; Yaumul Hisab atau Yaumul Mizan, hari perhitungan

seluruh amal manusia selama hidup didunia; Yaumud din, hari pembalasan bagi

seluruh amal manusia dengan syurga dan neraka dan masih banyak lagi sebutan

untuk hari akhir ini.

Proses kehancuran dunia dan digantikan dengan alam akherat tentu saja

melalui masa transisi, yakni alam kubur. Alam kubur dikenal juga dengan

sebutan alam barzakh. Di alam inilah manusia akan menyaksikan kebenaran

adanya malaikat Munkar dan Nakir yang bertugas menanyai manusia. Di alam ini

juga manusia akan melihat bagaimana Allah kuasa untuk membangkitkan

kembali tubuh yang telah mati dan hancur sekalipun. Kenikmatan dan

Page 11: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 11dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

kesengsaraan di alam kubur akan menjadi kenyataan (Q.S. Ibrahim : 27, al-

Mukmin : 45-46).

Lalu kapan kiamat itu akan terjadi ? Al-Qur’an menegaskan tak ada

seorang pun yang mengetahuinya, termasuk para nabi dan rasul, kecuali Allah

semata (Q.S. al-A’raf : 187). Allah hanya memberikan tanda-tanda kiamat, baik

kecil maupun besar.

Ketika kiamat datang maka terjadilah kebinasaan total, kemudian dengan

tiupan kedua terompet Malaikat Israfil terjadilah kebangkitan (Q.S. az-Zumar :

68). Setelah itu manusia dikumpulkan di Mahsyar untuk dihisab amalnya melalui

perhitungan dan penimbangan yang akan menentukan nasib manusia di akhirat

(Q.S. al-Insyiqaq : 7-12), (Q.S. al-Haaqah : 19-26). Di sini mereka akan

menemukan pembalasan yang setimpal atas perbuatannya sendiri (Q.S. al-

Qoriah : 6-9) (Q.S. al-Bayyinah : 6-8).

Beriman kepada hari akhir merupakan keimanan yang pokok, setelah

beriman kepada Allah Swt. (Q.S. al-Baqarah : 62 dan 177). Sebab bila Allah

adalah tempat asal muasal segala makhluk, maka harus ada suatu masa tempat

perjumpaan dan kembali semua makhluk itu kepada asalnya. Dengan demikian

hari akhir merupakan bukti bagi kenyataan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Awal

dan Yang Akhir. Hari akhir merupakan konsekuenis logis dari perintah moral

yang dibebankan kepada manusia di dunia, agar mereka melihat bagaimana

hasil pekerjaan mereka.

f. Iman Kepada Qadha dan Qadar Allah

Iman kepada qhada dan qadar Allah berarti meyakini akah kehendak,

ketetapan dan ketentuan Allah terhadap segala sesuatu. Allah Swt. berkuasa

untuk menentukan ukuran, susunan, aturan, undang-undang terhadap segala

sesuatu, termasuk hukum kausalitas yang berlaku bagi segala yang ada baik

yang hidup maupun yang mati (Q.S. al-Ra’du :8) (Q.S. al-Hijr : 21) (Q.S. al-

Qamar : 49) (Q.S. al-Hasyr : 3) Iman kepada qhada dan qadar meliputi empat hal

:

1) al-Ilmu; Keyakinan bahwa Allah Swt. Maha Mengatahui atas segala sesuatu.

Dia mengetahui segala hal yang telah, sedang dan akan terjadi. Tak ada

Page 12: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 12dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

sesuatupun yang luput dari ilmu-Nya (Q.S. al-Hajj: 70) (Q.S. al-Hasyr : 22)

(Q.S. al-An’am : 59).

2) Al-Kitabah ; keyakinan bahwa Allah Swt. Telah menuliskan segala sesuatu di

Lauh Mahfudz tentang apa saja yang terjadi di masa lalu, sekarang dan

akan datang (Q.S. al-Hajj : 70) (Q.S. al-Hadid : 22)

3) Al-Masyi’ah ; keyakinan bahwa Allah Swt. Memiliki kehendak penuh atas

segala sesuatu yang ada di alam semsta. Kehendak-Nya bersifat mutlak

(Q.S. al-Insaan : 30) (Q.S.at-Takwir : 28-29)

4) Al-Khalq ; Keyakinan bahwa Allah Swt. Telah menciptakan segala sesuatu.

Di luar Allah Yang Maha Pencipta adalah makhluk (Q.S. az-Zumar : 62)

(Q.S. al-Furqan : 2) (Q.S. ash-Shaffat : 96)

Ada dua hal yang harus dipahami kaitannya dengan keberadaan manusia

dalam masalah ini. Manusia adalah makhluk musayyar dan mukhayyar. Sebagai

makhluk musayyar manusia tidak mempunyai kebebasan untuk menolak atau

menerima ketentuan Allah, seperti tidak dapat menolak mengapa ia dilahirkan

sebagai perempuan atau laki-laki, warna kulit, kelahiran dan kematiannya. Dan

sebagai makhluk mukhayyar manusia mempunyai kebebasan untuk menolak dan

menerima. Ia memiliki kekuatan untuk berbuat baik atau buruk (Q.S. al-Baqarah :

222) (Q.S. at-Taubah : 46).

Kemudian bagaimanakah dengan perbuatan baik dan buruk yang

dilakukan manusia? Apakah semua itu juga karena qhada dan qadar Allah?

untuk menjawab pertanyaan ini maka kita harus memahaminya dari keberadaan

manusia sebagai makhluk musayyar dan mukhayyar-nya sekaligus. Allah Swt.

hanyalah menciptakan kecendrungan yang baik dan buruk pada manusia (Q.S.

asy-Syam : 8) dan sama sekali tidak menciptakan perbuatan baik atau buruk

tersebut. Adapun kecenderungan baik atau buruk itu akan terwujud sangat

tergantung pada kebebasan manusia untuk memilih melakukannya. Dengan

demikian manusia harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah

dilakukannya karena semua berdasarkan pilihannya. Dengan kata lain

pertanggung jawaban yang diminta oleh Allah adalah keberadannya sebagai

makhluk mukhayyar. Dan Allah tidak meminta pertanggung jawaban tentang

keberadaannya sebagai makhluk musayyar.

Page 13: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 13dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

B. KONSEPSI TAUHID

1. Tauhid sebagai Poros Aqidah Islam

Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan iman kepada wujud Allah sebagai

suatu keharusan fitrah manusia, namun lebih dari itu memfokuskan aqidah tauhid

yang merupakan dasar aqidah dan jiwa keberadaan Islam. Islam datang di saat

kemusyrikan sedang merajalela di segala penjuru dunia. Tak ada seorangpun

yang menyembah Allah kecuali segelintir manusia dari golongan hunafa’

(pengikut nabi Ibrahim as.) dan sisa-sisa penganut ahli kitab yang selamat dari

pengaruh tahayul animisme dan paganisme yang telah menodai agama Allah.

Sebagai contoh bangsa Arab jahiliyah telah tenggelam jauh ke dalam

paganisme, sehingga Ka’bah yang semula dibangun untuk menyembah Allah

telah dikelilingi oleh 360 berhala. Dan bahkan setiap rumah penduduk Makkah

ditemukan berhala sesembahan penghuninya.

Imam Bukhari sempat merekam suatu peristiwa yang ditelusurinya lewat

Abu Raja’ al-Atharidy :

“Kami pernah menyembah batu, bila kami menemukan batu yang lebih

baik daripadanya, kami buang batu itu dan mengambil batu yang lain. Bila kami

tidak menemukan batu maka kami menumpukan debu kemudian mengambil

seekor kambing untuk diperas susunya di atas (tumpukan debu itu) kemudian

kami thawaf mengelilinginya”.

Oleh karena itu, al-Qur’an mencela paganisme maupun politheisme yang

merupakan simbol dari segmentasi masyarakat. Bahkan secara keseluruhan

risalah-risalah yang diturunkan Allah Swt. pada para nabi dan rasul pada

dasarnya memiliki kesatuan hidayah atau misi, the unity of guidance, yakni

menyeru umat manusia agar mengesakan Allah. Karenanya tauhid merupakan

tugas utama para nabi dan rasul untuk menegakkan dan menjunjung tinggi

paham monotheisme. Hal ini sudah tercermin dalam beberapa ayat yang

merekam inti tugas para nabi tersebut. Berikut adalah gambaran inti dakwah para

nabidan rasul :

a. Inti dakwah nabi Nuh as :

Page 14: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 14dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

“Dan sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia

berkata) : “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu,

agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu

akan ditimpa azab yang sangat menyedihkan. (Q.S. Hud : 25-26)

b. Inti dakwah nabi Hud as :

“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Ad saudara mereka Hud. Ia berkata :

“hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.

Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (Q.S. al-A’raf : 65)

c. Inti dakwah nabi Yusuf as. :

“kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah)

nama-nama kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak

menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu

hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak

menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia

tidak mengetahui”. (Q.S. Yusuf : 40)

d. Inti dakwah nabi Shaleh as :

“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka,

Shaleh. Ia berkata : “hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan

bagimu selain-nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari

Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia

makan dibumi dan janganlah kamu menganggunya dengan gangguan apapun,

(yang karenanya) kamu ditimpa siksaan yang pedih. Q.S. al-A’raf : 73)

e. Inti dakwah nabi Syu’aib as :

“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka

Syu’aib. Ia berkata : hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan

selain-nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti nyata dari Tuhanmu.

Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan janganlah kamu kurangkan

bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu

berbuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhanmu memperbaikinya. Yang

demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu betul-betul orang yang beriman”.

Q.S. Al-A’raf : 85)

f. Inti dakwah nabi Ibrahim as :

Page 15: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 15dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

“Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika ia berkata kepada kaumnya: “Sembahlah

olehmu Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu adalah lebih baik

bagimu, jika kamu mengetahui” (Q.S. al-Ankabut : 16)

g. Inti dakwah nabi Isa as :

Sesungguhnya telah kafir orang yang mengatakan: “Sesungguhnya Allah

ialah al-Masih putera Maryam”, padahal al-Masih sendiri berkata: “hai Bani Israil,

sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya prang yang

mempersekutukan Allah , maka pasti Allah mengharamkan kepadanya syurga,

dan tempatnya ialah neraka tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang

penolong pun. (Q.S. al-Maidah : 72

h. Inti dakwah nabi Muhammad SAW :

Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama”. (Q.S.

ali Imran : 64)

Dari kedelapan ayat diatas semuanya mengarah pada penegakan poros

tauhid sebagai acuan utama kehidupan. Allah menciptakan manusia agar

mereka menyembah-Nya semata (Q.S. adz-Dzariyat : 56) dan menghindarkan

diri dari thagut (Q.S. an-Nahl : 36). Hanya Allah yang patut disembah dan jangan

sampai kita menyekutukan Allah dengan sesuatu (Q.S. an-Nisa’ : 36), karena

menyekutukan Allah adalah sesuatu yang diharamkan bagi manusia (Q.S. al-

An’am: 151. Inilah tauhid, merupakan perintah Allah yang tertinggi dan terpenting

dibuktikan oleh kenyataan adanya janji Allah untuk mengampuni dosa kecuali

pelanggaran terhadap tauhid, karena pelanggaran ini merupakan dosa besar

(Q.S. an-Nisa’ : 48). Oleh karena itu tauhid menjadi pranata yang tertinggi dan

menjadi penyebab kebaikan dan pahala terbesar (Q.S. al-An’am : 82).

2. Makna Kalimat Syahadat

Secara tradisional dan dalam ungkapan yang sederhana, tauhid adalah

keyakinan dan kesaksian bahwa “Tidak ada Tuhan selain Allah“, la ilaha illa

Allah. Kalimat ini merupakan lambang tauhid. Kalimah ini biasa disebut kalimah

tauhid. Kalimat yang agung ini terdiri dari dua makna yakni :

Page 16: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 16dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

a. la ilah atau makna nafi (negasi) yang berarti peniadaan semua ketuhanan

lain selain Allah.

b. illa Allah atau makna itsbat (afirmasi) yang berarti pernyataan bahwa

ketuhanan itu semata-mata hanya untuk Allah. Dia-lah satu-satunya Tuhan

yang sebenarnya sedangkan tuhan-tuhan lain yang disembah manusia

adalah tuhan-tuhan palsu dan batil, yang diciptakan oleh kejahilan dan

takhayul.

Kalimat ini dimulai dengan pengingkaran la ilaha (tiada tuhan) dan disusul

oleh illa Allah (kecuali Allah). Pencari kebenaran akan menemui kebenaran itu

apabila ia berusaha menyingkirkan terlebih dahulu segala macam ide, teori dan

data yang tidak benar dari benaknya, persis seperti yang dilakukan oleh

pengucap syahadah tersebut.

Kalimah tauhid disebut juga kalimah thayyibah atau kalimah ikhlas.

Kalimah la ilah illa Allah ini mencakup pengertian komprehensif sebagai berikut :

a. La Khaliqa illa Allah (tiada pencipta selain Allah).

b. La Raziqa illa Allah (tiada pemberi rizki selain Allah).

c. La Khafidza illa Allah (tiada pemelihara selain Allah).

d. La Mudabbira illa Allah (tiada pengatur selain Allah).

e. La Malika illa Allah (tiada penguasa selain Allah).

f. La Waliya illa Allah (tiada pemimpin kecuali Allah).

g. La Hakima illah Allah (tiada Hakim selain Allah)

h. La Ghayata illa Allah (tiada yang maha menjadi tujuan selain Allah).

i. La Ma’buda illa Allah (tiada yang maha disembah selain Allah)

Tauhid menjadi landasan dasar dan inti ajaran Islam, yang membedakan

manusia menjadi muslim atau kafir, musrik atau dahriyyin (orang yang tidak

percaya adanya tuhan). Tetapi perbedaan antara yang percaya dan yang tidak

percaya bukan hanya terletak pada kalimah syahadah. Kekuatan sesungguhnya

terletak pada penerimaan secara sadar dan mutlak terhadap ajaran Islam dan

penerapannya di dalam kehidupan nyata. Tanpa itu manusia tidak akan dapat

menyadari pentingnya ajaran Islam. Jika manusia mengerti makna tauhid, maka

Page 17: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 17dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

akan membuat manusia dapat menghindari setiap bentuk keingkaran, atheisme

dan polytheisme.

Maka tauhid adalah merupakan pengetahuan, kesaksian, keyakinan dan

keimanan manusia terhadap ke-esaan tuhan dengan segala sifat kesempurnaan

dan ke-Esaan, diikuti dengan keyakinan bahwa ia tidak berpasangan, sempurna

tiada tara, penyandang atribut ke-Tuhanan dan kekuasaan mutlak atas seluruh

makhluk.

3. Tingkatan Tauhid

Tauhid menurut Islam ialah tauhid I’tiqad-‘ilmi (keyakinan teoritis) dan

tauhid amali-suluki (tingkah laku praktis). Dengan kata lain ketauhidan antara

yang teoritis dan praktis tak dapat dipisahkan satu dari yang lain; yakni tauhid

dan bentuk makrifat (pengetahuan). Itsbat (pernyataan), I’tiqad (keyakinan), qasd

(tujuan) dan iradah (kehendak). Dan ini semua tercermin dalam empat tingkatan

atau tahapan tauhid.

a. Tauhid Rububiyah.

Secara etimologis kata rububiyah berasal dari akar kata rabb. Kata rabb

ini sebenarnya mempunyai banyak arti antara lain menumbuhkan,

mengembangkan, mencipta, memelihara, memperbaiki, mengelola, memiliki dna

lain-lain. Maka secara terminologis Tauhid Rububiyah ialah keyakinan bahwa

Allah Swt. adalah Tuhan pencipta semua makhluk dan alam semesta. Dialah

yang memelihara makhluk-Nya dan memberikan serta mengendalikan segala

urusan. Dialah yang memberikan manfaat dan mafsadat, penganugerah

kemuliaan dan kehinaan. Tauhid Rububiyah ini tergambar dalam ayat-ayat al-

Qur’an antara lain:

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan

orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi

sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air

(hujan) dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan

Page 18: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 18dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu

bagi Allah padahal kamu mengetahui” (Q.S. al-Baqoroh :21-22)

“katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb manusia” (Q.S. an-Naas : 1)

coba perhatikan juga urat Luqman : 25 dan Fathir : 3 dan masih banyak

yang lainnya.

b. Tauhid Mulkiyah.

Kata mulkiyah berasal dari akar kata malaka. Isim failnya dapat dibaca

dengan dua macam cara 1) Malik dengan huruf mim dibaca panjang ; berarti

yang memiliki. 2) Malik dengan huruf mim dibaca pendek; yang menguasai.

Syekh Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa kata

malik dengan huruf mim panjang berati yang memiliki adalah lebih sempit

maknanya dari pada kata malik dengan huruf mim pendek, berarti yang

menguasai. Karena memiliki belum tentu mengasai, sedangkan menguasai

sudah barang tentu juga memiliki.

Maka secara terminologis Tauhid Mulkiyah adalah suatu keyakinan

bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya Tuahn yang memliki dan menguasai

seluruh makhluk dan alam semesta. Oleh karena itu Allah disebut sebagai Raja

alam semesta. Ia berhak dan bebas melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya

terhadap alam semsta tersebut. Keyakinan Tauhid Mulkiyah terekam dalam ayat-

ayat al-Qur’an seperti berikut ini :

“Yang mengauasai hari pembalasan” (Q.S. al-Fatihah : 4)

“Tidaklah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah

kepunyaan Allah ? Dan bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang

penolong” (Q.S. al-Baqarah : 107).

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di

dalamnya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu “ (Q.S. al-Maidah: 120).

Dan apabila manusia meyakini bahwa Allah sebagai pemilik dan

Penguasa alam semesta ini maka konsekuensinya ia harus menjadikan Allah

Page 19: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 19dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

sebagai Pemimpin yang memiliki wewenang untuk menentukan sesuatu. Firman

Allah :

“ Allah Pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka

dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir

pemimpinya adalah taghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada

kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.

(Q.S. al-Baqarah : 257).

At-Taghut dalam ayat di atas adalah segala sesuatu yang dipertuhan

selain Allah Swt. dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut. Sayyid

Quthub dalam tafsir Fi Dzilal al-Qur’an menerangkan bahwa yang dimaksud

dengan at-Taghut adalah segala sesuatu yang menentang kebenaran dan

melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah Swt. untuk hamba-Nya. At-

Taghut itu bisa berbentuk pandangan hidup, peradaban dan lain-lain yang tidak

berlandaskan ajaran Allah.

c. Tauhid Uluhiya

Kata uluhiyah adalah mashdar dari kata alaha yang mempunyai arti

tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah. Namun makna yang paling

mendasar adalah ‘abada, yang hamba sahaya (‘abdun), patuh dan tunduk

(‘ibadah), yang mulia dan agung (al-ma’bad), selalu mengikutinya (‘abada bih).

Jadi seseorang yang menghambankan diri kepada Allah maka ia harus

mengikuti, mengagungkan, memuliakan, mematuhi dan tunduk kepada-Nya serta

bersedia untuk mengorbankan kemerdekaannya. Dengan demikian Tauhid

Uluhiyah merupakan keyakinan bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya Tuhan

yang patut dijadikan ilah yang harus dipatuhi, ditaati, diagungkan dan dimuliakan.

Hal ini tersurat dalam ayat-ayat berikut ini :

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka

sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu” (Q.S. at-Thaha : 14).

Page 20: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 20dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah

dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin, laki-

laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat

tinggalmu’ (Q.S. Muhammad : 19)

d. Tauhid Ubudiyah.

Kata ubudiyah berasal dari akar kata ‘abada yang berarti menyembah,

mengabdi, menjadi hamba sahaya, taat, patuh, memuja, yang diagungkan (al-

ma’bud). Dari akar kata di atas maka diketahui bahwa Tauhid ubudiyah adalah

suatu keyakinan bahwasannya Allah Swt. merupakan Tuhan yang patut

disembah, ditaati, dipatuhi, dipuja manusia melainkan Allah semata. Dia adalah

tempat semua makhluk menghambakan diri dan beribadah kepada-Nya. Tauhid

Ubudiyah ini tercermin dalam ayat-ayat di bawah ini :

“hanya kepada Engkaulah kami beribadah dan hanya kepada Engkau

(pula) kami mohon pertolongan” (Q.S. al-Fatihah : 5).

“dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat

(untuk menyerukan): “Sembahlah Allah dan jauhilah taghut itu, maka di antara

umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antara

orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka

bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan

(Rasul-rasul)’. (Q.S. an-Nahl : 36)

Kemudian untuk memahami keterkaitan keempat tingkatan tauhid di atas,

maka berlaku dua teori atau dalil : 1) Dalil at-Talazum; kemestian. Artinya bahwa

seseorang yang meyakini Tauhid Rububiyah semestinya ia meyakini Tauhid

Mulkiyah, dan meyakini Tauhid Mulkiyah sudah semestinya meyakini Tauhid

Uluhiyah, dan meyakini Tauhid Uluhiyah juga semestinya meyakini Tauhid

Ubudiyah. Dengan kata lain Tauhid Ubudiyah adalah konsekuensi dari Tauhid

Uluhiyah, Tauhid Uluhiyah adalah konsekuensi dari Tauhid Mulkiyah, dan Tauhid

Mulkiyah adalah konsekuensi dari Tauhid Rububiyah. 2) Dalil at-Tadhamun;

ketercakupan. Maksudnya setiap orang yang sudah sampai ke tingkat Tauhid

Page 21: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 21dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Ubudiyah tentunya sudah melalui tiga tingkatan sebelumnya. Mengapa ia

beribadah kepada Allah semata ? Karena Dia adalah ilah yang patut diagungkan.

Mengapa Dia adalah ilah yang patut diagungkan ? Sebab Dia adalah pemilik dan

penguasa alam semesta yang harus ditaati dan dijadikan pimpinan ? Tiada lain

karena Dia adalah Tuhan yang menciptakan dan memelihara alam semesta

beserta segala isinya..

Apabila kita menyimak ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan

tauhid selalu bergandengan dengan syirik yang merupakan kontradiksi dari

tauhid. Hal ini menandakan bahwa al-Qur’an sendiri langsung turun tangan untuk

membimbing umat manusia agar menjauhi syirik ini sejauh-jauhnya. Jika

daikatakan bahwa tauhid adalah sumbu dalam menggapai ridha Allah, maka

syirik merupakan pemicu keengganan Allah meridhai hambanya. Hal lain yang

dapat dipetik dari permasalahan tersebut adalah bahwa jika kita membicarakan

masalah tauhid maka kita secara reflek harus menjauhkan dari sikap syirik ini.

Itulah makanya gandengan itu menjadi sangat penting dimunculkan.

4. Tauhid dan Pembebasan Diri

Huston Smith pernah menyinggung permasalahan bahwa keengganan

manusia untuk menerima kebenaran ialah antara lain karena sikap menutup diri

yang timbul dari refleks agnostik atau keengganan untuk tahu tentang kebenaran

yang diperkirakan justeru akan lebih tinggi nilainya daripada apa yang sudah ada

pada kita. Padahal kalau saja kita membuka diri untuk kebenaran itu maka

mungkin kita akan memperoleh kebaikan dan energi yang kita perlukan.

Halangan kita menerima kebenaran ialah keangkuhan kita sendiri dan belenggu

yang kita ciptakan untuk diri kita sendiri.

Belenggu itu ialah apa yang kita kenal dengan sebutan “hawa nafsu” yang

berarti ‘keinginan diri sendiri’. Inilah sumber pribadi untuk penolakan kebenaran,

kesombongan dan kecongkakan. Kita menghadapi hal-hal dari luar yang kita

rasakan tidak sejalan dengan kemauan atau pandangan kita sendiri, betapapun

benarnya hal dari luar itu. Hawa nafsu juga menjadi sumber pandangan-

pandangan subyektif dan biased, yang juga menghalangi kita dari kemungkinan

melihat kebenaran. Gambaran ini terlihat jelas pada redaksi ayat al-Qur’an :

Page 22: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 22dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

“Pernahkah engkau (Muahammad) saksikan orang yang menjadikan keinginan

(hawa nafsu) nya sendiri sebagai Tuhannya, kemudian Allah membuat mereka

sesat secara sadar, lalu Dia tutup pendengaran dan hatinya, dan dikenakan oleh-

Nya penutup pada pandangannya ?! Maka siapa yang sanggup memberi

petunjuk selain Allah ? Apakah kamu tidak merenungkan hal itu ?. (Q.S. al-

Jatsiyah : 23).

Seorang disebut menuhankan dirinya sendiri jika dia memutlakkan diri

dan pandangan atau pikirannya sendiri. Biasanya orang seperti itu mudah

terseret kepada sikap-sikap tertutup dan fanatik, yang amat cepat bereaksi

negatif kepada sesuatu yang datang dari luar, tanpa sempat bertanya atau

mempertanyakan kemungkinan segi kebenarannya dalam apa yang datang dari

luar itu. Inilah salah satu bentuk kungkungan atau perbudakan oleh tiranivested

interest. Gambaran tentang ini dari masa lalu dapatkan dalam firman

Allah:“….Apakah setiap kali datang kepadamu sekalian seorang rasul (pembawa

kebenaran) dengan sesuatu yang tidak disukai oleh dirimu sendiri, kamu menjadi

congkak, sehingga sebagian (dari para rasul itu) kamu dustakan, dan sebagian

lagi kamu bunuh ?! Mereka (yang menolak kebenaran) itu bertanya, “hati kami

telah tertutup (dengan ilmu) !. Sebaliknya, Allah telah mengutuk mereka karena

penolakan mereka (terhadap kebenaran), maka sedikit saja mereka percaya”.

(Q.S. al-Baqarah: 87).

Meskipun ayat suci itu menggambarkan kelakuan kalangan tertentu dari

Bani Israil (bangsa Yahudi), namun “the moral behind the story” jelas berlaku

untuk semua golongan. Pelajaran moral itu berada disekitar bahaya penolakan

kebenaran (kufr) karena kecongkakan (istikbar) dan sikap tertutup karena

merasa telah penuh berilmu (ghulf). Hanya dengan melawan itu semua melalui

proses pembebasan diri (self liberation) seseorang akan mampu menangkap

kebenaran itu seseorang akan dapat berproses untuk pembebasan dirinya. Inilah

sesungguhnya salah satu makna esensial kalimat syahadat yang bersusunan

negasi-konfirmasi “la ilah illa Allah” itu dipandang dari sudut efeknya kepada

peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan pribadi seseorang.

Pembebasan pribadi yang diperolehnya yang membuat seorang manusia

merdeka sejati, akan menghilangkan dari dirinya sendiri setiap halangan untuk

Page 23: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 23dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

melihat yang benar adalah benar dan yang salah sebagai salah. Bentuk-bentuk

subyektifisme, baik yang positif ataupun negatif, yaitu perasaan senang ataupun

benci kepada kepada sesuatu atau seseorang, tidak akan menjadikan

pandangannya kabur dan kehilangan wawasan tentang apa yang sungguh-

sungguh benar atau salah, dan yang baik atau buruk. Orang yang serupa itu

mampu mengalahkan kekuatan tiranik (taghut), terutama kecenderungan tiranik

diri sendiri pada saat ia menjadi sombong karena merasa tidak perlu kepada

orang lain (Q.S. al-Alaq : 7). Orang yang terbebas itu juga selalu sanggup

kembali kepada yang benar, tanpa terlalu peduli dari mana datangnya kebenaran

itu. Maka ia termasuk yang mendapatkan “kabar gembira” (kebahagiaan) dan

dinamakan ‘Ulul Albab”, ‘mereka yang berakal pikiran’ atau kaum terpelajar

Konsep keesaan tuhan atau tauhid di dalam Islam mempunyai kedudukan

tersendiri yang sangat penting. Ia mempunyai implikasi yang sangat luas

terhadap konsep dan ajaran Islam yang lain. Untuk dapat memahami hak ini, kita

harus memahami kedudukan tuhan dalam Agama Islam, berdasarkan pada

keterangan dari kitab al-Qur’an.

Paling tidak terdapat tiga pokok pikiran yang mendasar, sebagai landasan

pijak dalam memahami sentralisasi posisi tuhan dalam ajaran al-Qur’an.

Pertama bahwa segala sesuatu selain tuhan, termasuk keseluruhan alam

semesta dengan segala aspek metafisis dan moral adalah tergantung kepada

tuhan. Tuhan adalah pangkal yang sekaligus ujung dari keberadaan alam raya

ini. Yang mencipta alam ini dengan firman-Nya : “jadilah” (Q.S. 2 : 117; 3 : 47, 59;

6 : 73; 16 : 40; 19 : 35; 36 : 82; 40 : 68). Dalam menciptakan alam, tuhan sudah

menetapkan ukuran, qadar, dari masing-masing ciptaannya. Yang dengan itu

alam berjalan mengikuti aturan main tertentu yang sangat rapi. Sehingga

seringkali al-Qur’an mengatakan bahwa alam semesta itu bersifat tunduk, muslim

kepada tuhan (Q.S. 7 : 206; 13 : 15; 18 : 55; 15 : 16; 21 : 19; 49 : 22; 57 : 1; 59 :

1; 61 : 1). Keterangan alam yang seakan cacat itu juga tergantung kepada daya

dan kekuasaan tuhan, tanpa pemeliharaan dari tuhan alam semesta itu akan

hancur berantakan (13 : 22; 34 : 9; 50 : 6; 51 : 47, dan lain-lain).

Kedua, bahwa tuhan Yang maha Kuasa dan Maha Pencipta tadi adalah

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ia memelihara alam

Page 24: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 24dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

ciptaannya dengan belas kasihnya, sebab alam ini diciptakan dengan tujuan

yang tertentu dan bukan sekedar iseng atau main-main (Q.S. 3 : 191; 38 : 27),

sebab : “Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada

diantaranya sebagai permainan; jika kami menginginkan permainan maka kami

dapat melakukannya sendiri (tanpa memalui penciptaan kami)- jika kami

menghendaki (Q.S. 21 : 16 – 17).

Ketiga , bahwa aspek-aspek tersebut tentu saja mensyaratkan hubungan

yang tepat diantara tuhan dan manusia, hubungan antara yang diper-Tuhan

dengan hamba-Nya dan sebagai konsekuensinya juga memerlukan

hubungan yang tepat antara manusia dengan sesamanya. Karena tuhan yang

menciptakan alam semesta sekaligus tempat kembali, sedangkan alam semesta

ini tunduk mutlak kepada tuhan dan hanya manusia yang mampu melawan

hukum tuhan –hukum alam bagi manusia bersifat imperatif—maka manusia juga

harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di hadapan

tuhan.”Apakah kalian berpikir bahwa kalian kami ciptakan dengan sia-sia dan

bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada kami ? Maha Tinggi Allah” (Q.S.

25 : 115), juga “Apakah manusia mengira bahwa ia dibiarkan begitu saja (dengan

sekehendak hatinya)” (Q.S. 75 : 36).

Konsep tentang keesaan tuhan ini, selanjutnya menurunkan konsep

tentang kesatuan ummat manusia sebagai sebuah komunitas yang tunggal.

Berulang kali al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia seluruhnya adalah

berasal dari satu keturunan, yang tentu saja mengisyaratkan bahwa seantero

umat manusia sebenarnya adalah saudara. Umat manusia itu pada hakekatnya

adalah satu (Q.S. 2 : 213), meskipun secara lahiriah kondisi manusia sangat

beragam. Perbedaan yang terdapat bukan saja antar individu, melainkan juga

antar suku, ras dan antar bangsa-bangsa. Namun segala macam perbedaan

tersebut bukanlah menjadi halangan bagi kesatuan umat manusia , justeru,

menurut al-Qur’an sendiri, merupakan salah satu tanda kekuasaan tuhan yang

harus dijadikan sebagai jalan menuju persatuan (Q.S. 30 : 22). Sebab ,

bagaimanapun juga perbedaan yang ada hanyalah faktor luas, yang

perkembangannya lebih banyak disebabkan karena lingkungan yang ditempati.

Page 25: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 25dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Kesatuan dan persaudaraan ini kemudian mensyratkan adanya kesatuan

hukum moral. Karena manusia itu secara keseluruhan adalah satu, dan punya

kedudukan primordial yang sejajar di hadapan tuhan maka ukuran-ukuran moral

yang diberlakukan di kalangan umat manusia, seharusnya adalah sama. Itulah

sebabnya mengapa Islam sangat menekankan kesamaan derajad antar umat

manusia. Tidak ada orang yang mempunyai derajad lebih tinggi dibanding yang

lain di sisi Allah karena tingkat ketaqwaannya. Kelebihan-kelebihan berupa

wajah, harta, keturunan, kekuasaan dan lain sebagainya tidak menjadikan

hakekat kemanusiaan seseorang menjadi lebih baik.

Demikianlah, karena kedudukan tuhan dalam Agama Islam adalah

sentral, maka doktrin tentang keesaan tuhan menjadi makna yang sangat

mendasar. Keseluruhan bangunan ajaran Islam menjadi ‘Tuhan sentris’, sebab

tuhanlah yang menjadi tempat asal segala sesuatu dan tempat kembalinya.

Konsekuensi logis dari ajaran Islam tersebut adalah segala bentuk

penyimpangan terhadap prinsip dasar ini adalah sebuah kesalahan yang

mendasar. Islam menyebut penyimpangan terhadap prinsip keesaaan keesaan

tuhan itu sebagai syirik, yaitu menduakan terhadap tuhan. Syirik bisa berbentuk

tindakan langsung, yaitu dengan mengakui adanya sesuatu yang mempunyai

kedudukan, kekuasaan ataupun peran sejajar dengan tuhan. Namun bisa juga

dalam wujud tindakan yang tidak langsung, berupa segala macam

penyimpangan terhadap aturan-aturan, prinsi-prinsip dan tatanan nilai yang

merupakan rumus turunan konsep dasar tentang keesaan tuhan. Dan al-Qur’an

menyatakan bahwa syirik adalah ‘unvorgiven sin’ (dosa yang tak termaafkan).

5. Bentuk-Bentuk Syirik kepada Allah dalam al-Qur’an

kalau dikaji ayat-ayat al-Qur’an maka perbuatan syirik merupakan

kontradiksi dari ajaran tauhid (ke-Esaan Tuhan). Dalam al-Qur’an kata syirik

digunakan dalam arti persekutuan Tuhan lain dari Allah, baik dalam dzat-Nya,

sifat-Nya dan af’al-Nya, maupun seluruh aspek kehidupan dan aktifitas yang

dirujukkan selain daripada-Nya. Al-Qur’an menerangkan bahwa syirik merupakan

perbuatan dosa besar yang paling berat sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an

berikut ini :

Page 26: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 26dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

“Dan ingatlah tatkala Luqman berkata kepada putranya, dikala dia

mengajarinya : Hai anakku ! janganlah mempersekutukan Allah, sesungguhnya

mempersekutukan Allah adalah sebesar-besar aniaya”. (Q.S. Luqman : 13)

Dalam surat Luqman ayat 13 tersebut diterangkan bahwa dia telah diberi

kemuliaan oleh Tuhan berupa hikmah sehingga ia terlepas dari bahwa

kesesatan. Bahwa ini hikmah yang diberikan kepadanya disampaikan kepada

anaknya sebagai pedoman utama dalam kehidupan yaitu : ajaran tauhid

(mengesakan Allah karena tidak ada tuhan selain Allah), karena selain Allah

yang ada dalam alam ini semua ciptaan, dan dalam penciptaan tersebut tuhan

tidak bekerjasama dengan apapun juga.

Diakhir ayat 13 Allah menerangkan, “sesungguhnya mempersekutukan itu

adalah aniaya yang sangat besar”. Memang aniaya yang sangat besar atas diri

manusia, sebab tuhan mengajak manusia agar membebaskan dirinya dari segala

sesuatu selain Allah. Jiwa manusia adalah mulia. Manusia dijadikan Allah

sebagai khalifa-Nya di muka bumi, sebab itu hubungan manusia dengan Allah

hendaklah langsung. Apabila jiwa yang dipenuhi tauhid adalah jiwa merdeka.

Apabila manusia mempertuhankan selain Allah, maka manusia sendirilah yang

menjadikan jiwanya sebagai budak. Di dalam surat as-Sajadah : 9. Allah

menerangkan bahwa roh/jiwa adalah Tuhan sendiri yang punya, mengapa roh

begitu mulia dapat ditundukan oleh selain Allah. Firman Allah :“Kemudian Dia

(Allah) menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuhnya) roh (ciptaan-

Nya) dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi

sedikit sekali dari kamu yang bersyukur”. (Q.S. as-Sajadah : 9)

Juga lihat firman Allah :

“Sesungguhnya Allah tidak memberi ampun bagi orang yang

mempersekutukan-Nya. Dan Dia akan memberi ampun selain yang demikian

bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang mempersekutukan

Allah, sesungguhnya dia telah berbuat dusta dan dosa yang besar”. (Q.S. an-

Nisa’ : 48)

Dosa-dosa yang bukan syirik dalam pernyataan Allah tersebut masih

bisa diampuni bagi yang dikehendaki-Nya. Biasanya seseorang mengerjakan

Page 27: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 27dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

dosa besar, karena syirik telah bersarang dalam jiwanya. Nabi Muhammad SAW.

pernah mengisyaratakan dalam sabdanya : “Tidaklah mencuri seorang pencuri,

melainkan karena musyrik. Tidaklah berzina seorang penzina, melainkan karena

dia syirik”. Kenapa pencuri mencuri penzina berzina, karena ingatannya tidak

satu lagi kepada Allah, telah diduakannya keinginannya yang jahat, sehingga

hawa nafsunyalah yang memerintah dan larangan Allah tiada berarti bagi dirinya,

karena azab Tuhan tidak lagi berpengaruh lagi bagi dirinya.

Walaupun demikian kalau benar-benar bertaubat, dosa syirik sekalipun

dapat diampuni oleh Allah, seperti yang terjadi pada para sahabat. Maka ayat ini

memberi pengertian bahwa perbuatan syirik terlebih dahulu harus disingkirkan,

sebab apabila dosa syirik telah hilang dan jiwa raga sepenuhnya tertuju kepada

Allah, kebaikan, perintah-perintah Allah akan terlaksana dan larangan-

larangannya akan ditinggalkan dengan sendirinya.

Apabila tauhid telah dipegang teguh maka terbukalah hati untuk

menerima wahyu tuhan. Karena tauhid merupakan jalan kelepasan jiwa dari

segala ikatan dan bebas dari pengaruh alam, juga perhambaan secara total

kepada sang pencipta Rabbul ‘Alamin. Sedangkan syirik merupakan pandangan

yang mengakui adanya kekuasaan selain tuhan, jiwa budak. Maka setiap masa

diutus para rasul untuk meluruskan tauhid umat manusia agar terbebas dari dosa

besar seperti Ibrahim menghadapi Namrudz, Musa mengahdapi Fir’aun dan

sebagainya.

Berbagai macam bentuk syirik yang diungkap oleh al-Qur’an, bentuk

penyembahan berhala adalah yang paling dicela, disebabkan adanya kenyataan

bahwa penyembahan terhadap berhala adalah bentuk syirik yang paling

mengerikan dan paling merajalela pada waktu datangnya Islam. Berhala bukan

hanya disembah juga dianggap bisa mendatangkan kemalangan dan

keuntungan. Firman Allah :

“Ingatlah hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik), dan

orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak

menyembah mereka melainkan mereka supaya mendekatkan kami kepada Allah

sedekat-dekatnya”, “sesungguhnya Allah akan memutuskan diantara mereka

Page 28: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 28dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak memberi

petunjuk kepada pendusta dan sangat ingkar”. (Q.S. az-Zumar : 3)

Pada zaman sekarang, sebagian kaum menyembah berhala modern juga

mengemukakan dalih seperti di atas, mereka berkata patung itu hanya digunakan

untuk memusatkan perhatian (konsentrasi). Artinya dengan menghadap patung

itu ia dapat memusatkan pikiran dalam tafakurnya kepada Tuhan. Di samping

penyembahan kepada berhala, al-Qur’an juga melarang memberikan sesaji

dengan anggapan bahwa sesaji itu akan sampai kepada Tuhan, padahal

sebenarnya tidak sampai, melainkan hanya kepada berhala-berhala itu. Firman

Allah :

“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan

ternak yang telah diciptakan Alla, lalu mereka berkata sesuai dengan perkiraan

mereka : “ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami”. Maka sajian yang

diperuntukkan berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah dan sesajen

yang disampaikan kepada Allah, maka sajian itu hanya sampai kepada berhala-

berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka”. (Q.S. al-An’am : 136).

Bentuk syirik yang lain juga diungkapkan dalam al-Qur’an, ialah

penyembahan terhadap benda-benda alam. Firman Allah :

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah ialah malam, siang,

matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan bulan, tetapi

bersujudlah kepada Allah yang menciptakan-Nya, jika kamu hanya kepada-Nya

saja menyembah”. (Q.S. Fushilat : 37)

al-Qur’an melarang penyembahan terhadap matahari dan bulan, ini bukan

saja berlaku bagi benda-benda langit, melainkan bagi semua kekuatan alam

yang sebenarnya sering diungkapkan oleh al-Qur’an untuk melayani kembutuhan

manusia, sebagai khalifah di bumi.

Bentuk syirik yang lain dikecam oleh al-Qur’an ialah bahwa Allah

mempunyai anak laki-laki atau perempuan. Kaum Arab Jahiliyah mengaku

Page 29: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 29dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

bahwa Allah mempunyai anak perempuan, sedang agama Nasrani mengajarkan

bahwa Allah mempunyai anak laki-laki . Seperti firman Allah :

“Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha suci

Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai

(yaitu anak laki-laki)’. (Q.S. an-Nahl : 57).

Itulah sebabnya al-Qur’an pada awalnya tidak memperkenalkan Tuhan

kepada nabi Muhammad Saw. bukan sebagai Allah., tetapi sebagai Rabbuka.

Hal ini untuk menggaris bawahi wujud Tuhan Yang Maha Esa, yang dapat

dibuktikan melalui ciptaan atau perbuatan-Nya. Lebih jauh lagi, tidak

digunakannya kata “Allah” pada pada wahyu-wahyu pertama itu adalah dalam

rangka meluruskan keyakinan kaum musyrik, karena mereka juga menggunakan

kata “Allah” untuk menunjuk kepada Tuhan, namun keyakinan mereka tentang

Allah berbeda dengan keyakinan yang diajarkan oleh Islam.

Mereka misalnya beranggapan bahwa ada hubungan antara “Allah”

dengan jin (Q.S. ash-Shafaat : 158), dan bahwa Allah memiliki anak-anak wanita

(Q.S.al-Isra’ : 40) serta manusia tidak mampu berhubungan dan berdialog

dengan Allah, karena Dia demikian tinggi dan suci, sehingga para malaikat dan

berhala-berhala perlu disembah sebagi perantara-perantara mereka dengan

Allah (Q.S. az-Zumar : 3)

6. Hubungan Manusia dengan Tuhan

Al-Qur’an memiliki konsep dalam rangka untuk mencapai masyarakat,

bangsa, manusia dan dunia sejahtera menuru versi Islam adalah sejahtera

lahiriyah bathiniyah, materiil dan spirituil, manusia yang utuh secara totalitas,

sebagaimana firman Allah :

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’’ ada tanda (kekuasaan tuhan) di

tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah

kiri (kepada mereka dikatakan) : “Makanlah olehmu dari rizki yang

(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)

Page 30: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 30dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah tuhan Yang Maha Pengampun”

(Q.S. as-Saba’ : 15)

Pada surat al-Baqarah : 201 lebih ditegaskan lagi,

Dan diantara mereka ada yang berdo’a : Ya tuhan kami, berilah kami

kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.

Dapat hidup damai, santai dan bebas dari rasa takut dan cemas,

termasuk disinggung oleh al-Qur’an sebagai unsur sejahtera yang harus

diusahakan, sebagaimana firman Allah :

……Berjalanlah kamu dalam negara itu baik malam maupun siang dalam

keadaan aman, sentosa, bebas dari rasa takut dan dengan aman (Q.S. Saba’ :

18).

Bila kita kumpulkan unsur-unsur sejahtera menurut versi al-Qur’an

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Ketentuan rohani karena cukup kesempatan (waktu, tempat, kebebasan)

untuk bakti kepada Allah (hablum Minallah) di jelaskan dalam surat az-

Zumar : 23.

b. Adanya kemampuan dan fasilitas untuk mengerjakan ibadah kepada tuhan

termasuk menunaikan ibadah haji dan zakat.

c. Keserasian hubungan antar individu, antar keluarga, masyarakat dan

bangsa. Firman Allah, “Ya Allah jadikanlah kehidupanku dengan

isteriku/suamiku dan anak-anakku qurrata a’yun (ketentraman mata,

kesejukan pandangan dan suasana)”.

d. Sehat jasmani dan rohani.

e. Cukup sandang dan pangan. “Sungguh Allah melimpahkan rizkinya (pangan)

yang melimpah ruah (Q.S. Nuh: 11)

f. Adanya jaminan hukum dan hak asasi, “Allah akan memantapkan landasan

hukum dalam kamu beragama dan hendaknya dibebaskan tiap-tiap manusia

Page 31: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 31dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

dari rasa takut dan jaminan hukum sebebas-bebasnya dalam ibadah

kepada-Ku”. (Q.S. an-Nur : 55)

g. Keleluasaan tersedianya fasilitas pendidikan dan adanya kesempatan kerja

yang seuai dengan bakatnya tanpa diskriminasi. “Sesungguhnya Allah

memerintahkan kepadamu memberikan amanat (kesempatan kerja kepada

orang-orang yang berhak (mampu) melaksanakannya) (Q.S. an-Nisa' :’58).

Norma-norma di atas bukanlah konseptual utopis, bukan khayalan, bukan juga

barang yang diharapkan jatuh dari langit, tetapi al-Qur’an memberikan syarat

dalam usaha mencapai target konsepsi masyarakat sejahtera tersebut melalui

cara-cara ilmiah rasional.

7. Hubungan Manusia dengan Manusia.

Islam dengan ajaran yang dibawanya, bertujuan menwujudkan

kesejahteraan (kemashlahatan) hidup dan kehidupan manusia. Kesejahteraan

yang dikehendakinya itu, adalah kesejahteraan yang utuh, material dan spiritual,

duniawi dan ukhrawi baik bagi individu maupun kehidupan kolektif masyarakat.

Oleh karena itu, keadailan sebagai sentral terwujudnya kesejahteraan

merupakan salah satu tema yang berulangkali diserukan dalam al-Qur’an.

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang

selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil,

janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk

berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan

bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa

yang kamu kerjakan”. (Q.S. al-Maidah : 8)

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila hendak menetapkan

suatu hukum diantara manusia suapaya kamu menetapkan dengan adil .

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.

Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Q.S. an-Nisa’

: 58).

Page 32: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 32dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Memang, keadilan merupakan permasalahan yang mendasar dan

langsung menyentuh status, eksistensi, harkat dan hak-hak sosial bagi hidup dan

kehidupan manusia. Karena itu, seberapa jauh keadilan itu dapat ditegakkan

atau justeru diacuhkan, maka sejauh itu pula kesejahteraan atau penderitaan

sosial akan dirasakan. Nabi Muhammad SAW yang oleh Allah dinyatakan

sebagai rahmat bagi seluruh alam (Q.S. al-Anbiya” : 107), meletakkan

kesejahteraan yang memperoleh perhatian cukup intents di dalam al-Qur’an

sebagai sesuatu yang sangat diutamakan. Realitas kehidupan yang diluputi

ketidakadilan pada masyarakat Mekkah jahiliyah, jelas telah meruntuhkan nilai-

nilai kemanusiaan, kesejahteraan dan keadilan sosial mereka. Muhammad SAW

dengan kemampuan intelektual, kebersihan jiwa, keluhuran budi pekerti, selalu

berfikir dan berusaha untuk menemukan jalan keluarnya. Sejarah mencatat,

bahwa pada periode tersebut beliau banyak sekali mencurahkan waktu, pikiran

dan upaya untuk kepentingan tersebut.

Di dalam menghadapi kultur sosial kehidupan jahiliyah yang sudah

merasuk ke seluruh aspek dan jaringan kehidupan masyarakat Makkah ketika itu,

Islam yang menjadikan kesejahteraan umat manusia sebagai tujuan

kehadirannya, mengangkat pertama kali sebagai fokus permasalahannya yang

serius ialah, masalah keberagamaan dan sistem sosial (khususnya di bidang

ekonomi). Kedua aspek tersebut merupakan kunci-kunci penentu dan sentral

bagi terwujudnya atau tidaknya kesejahteraan hidup manusia. Karena itu periode

awal kenabian Muahmmad SAW, al-Qur’an mencela dua macam aspek yang

saling berhubungan erat di dalam masyarakat tersebut : 1. polyteisme yang

merupakan gejala segmentasi masyarakat dan 2. ketimpangan perekonomian

yang ditimbulkan oleh serta yang menyuburkan perpecahan yang sangat tidak

diinginkan diantara sesama manusia. Memang terhadap permasalahan yang

menyangkut harta benda (ekonomi), al-Qur’an memberi perhatian khusus. Dalam

masalah harta warisan misalnya, al-Qur’an menyajikan sedemikian rinci seperti

dalam surat an-Nisa’ : 10-12 dan 176 bila dibandingkan dengan dan

memperhatikan keseluruhan ajaran (ayat-ayat) yang dibawanya lebih banyak

Page 33: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 33dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

bersifat global. Di dalam surat al-Fajr yang tergolong dalam kelompok Makkiyah,

dikatakan :

“Manusia, apabila tuhan memujinya dengan dimuliakan dan dengan

kesenangan, maka dia berkata:”Tuhanku telah memuliakan aku.”Sedang apabila

tuhan mengujinya dengan membatasi rizkinya maka dia berkata: ‘Tuhanku

menghinakan aku.”sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak

memuliakan anak yatim ; dan kamu memakan harta pusaka dengan cara

mencampuradukkan (yang hak dan yang bathil); dan kamu mencintai harta

benda dengan kecintaan yang berlebih-lebihan”. (Q.S. al-Fajr : 15-20).

Kecintaan yang berlebih-lebihan terhadap harta benda yang dikecam d

dalam surah tersebut di atas, karena selain bisa menimbulkan keserakahan dan

ketidak pedulian sosial, terutama akan menempatkan posisi harta benda tersebut

sebagai yang dicntai, setidaknya-tidaknya sejajar dengan bahkan bisa melebihi

dibandingkan dengan keharusan kecintannya kepada tuhan. Bila demikian, maka

permasalahan persoalan sosial ekonomi yang dengan adanya atau tidak adanya

kesejahteraan hidup manusia, bukan sekedar permasalahan sosial atau moral,

tetapi langsung terkait dan sangat erat mengacu pada permasalahan teologis. Di

situlah terdapat hubungan erat antara sikap beragama dan masalah sosial.

Karena itu al-Qur’an dengan tegas mencela polyteisme dan ketimpangan

perekonomian, sebagaimana diungkapkan di atas. Lebih dari itu terdapat

keserakahan dan ketidakpedulian sosial, al-Qur’an memandangnya sebagai

sikap mendustakan agama sekalipun terhadap-orang-orang yang tekun dan

konstan melaksanakan shlat (Q.S. 107: 1-7). Namun sebagaimana kita ketahui

Islam sama sekali tidak melarang untuk berusaha dan mencari kekayaan.

Bahkan Islam mendorong umatnya agar giat bekerja dan memandang kekayaan

sebagai karunia dan kebaikan dari Allah (Q.S. 62: 10; 22 : 11)

Kesejahteraan umat Islam sebagai yang dituju oleh Islam, yang akan

terealisisr dengan adanya sikap dan prilaku adil dan keadilan, adalah

kesejahteraan dalam arti seluruhnya dan bukan dalam keadilan, adalah

kesejahteraan dalam arti seluruhnya dan bukan dalam keadilan ekonomi saja.

Page 34: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 34dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Jadi, kalau di atas dibicarakan masalah keadilan sosial ekonomi, hal itu hanya

merupakan salah satu aspek saja dan al-Qur'an memang berulangkali

menyorotinya secara tajam. Permasalahan ekonomi merupakan permasalahan

sensitif serta menimbulkan sikap keserakahan dan ketidakpedulian sosial.

Karena itu al-Qur’an menganjurkan menempatkan status, peranan dan fungsi

harta benda ke tempat yang sebenarnya, sehingga tidak menimbulkan kecintaan

yang berlebihan dibandingkan dengan kecintaannya kepada tuhan.

Keadilan memang mencakup seluruh aspek kehidupan dan keberadaan

manusia. Dengan tegaknya keadilan, manusia baik sebagai individu maupun

bersama-sama akan memperoleh hak dan kebebasan, selain kewajiban-

kewajibannya tentunya sebagai potensi diri yang dianugerahkan tuhan

kepadanya. Karena itu, perbudakan, tindakan mengeksploitasi orang-orang

lemah, ketidakpedulian terhadap anak yatim dan orang-orang miskin serta yang

senafas dengan itu, sama sekali tidak dibenarkan oleh Islam. Dengan kata lain,

keadilan menghendakinya adanya persamaan antara sesama manusia. Karena

itu, di dalam upaya mengadakan pengkajian nilai-nilai teologis terhadap

hubungan manusia dengan sesamanya, barangkali harus berangkat dari suatu

postulat, bahwa manusia adalah umat yang satu dan berada dalam kesatuan

atau keesaan (ummatan wahidah). Yakni, manusia berada dalam keesaan

kemanusiaan, keesaan penciptaan, keesaan dalam memperoleh petunjuk

(agama) dan keesaan tujuan (dalam memperoleh kesejahteraan yang diridhai

Allah). Bila demikian, maka keadilan merupakan syarat mutlak dan modal utama

bagi keberhasilan pembangunan manusia seutuhnya.

Tuhan, manusia dan alam semesta, merupakan kesatuan konsepsi

teologis. Manusia sebagai abdi-Nya harus hidup utuh tauhidi. Karena itu,

manusia sebagai abdi sekaligus dinyatakan sebagai khalifah-Nya (Q.S. al-

Baqarah: 30) dan (Q.S. al-An’am : 165) dan sebagainya. Manusia harus tetap

konsisten berkeimanan di dalam seluruh aktivitasnya agar harta benda dan anak

keturunan tidak menjadikan manusia lupa untuk berzikir kepada-Nya (Q.S. al-

Munafiqun: 9). Lebih dari itu manusia di dalam giat mencari kekayaan harta

benda serta menikmatinya, jangan sampai melebihi daripada keharusan

kecintannnya kepada tuhan (Q.S. al-Baqarah : 165). Dari beberapa pokok

Page 35: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 35dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

pembicarann ayat-ayat di atas dapat diambil pengertian, bahwa aktivitas manusia

tidak terlepas dari nilai ke-Tuhanan, baik dalam proses, pengelolaan maupun

penggunaannya.

Selanjutnya, manusia dalam hubungan dengan antar sesamanya

dinyatakan, bahwa manusia itu sama, kecuali karena sikap ketaqwaannya (Q.S.

al-Hujurat : 13). Memang, manusia adalah sama dan satu serta berada dalam

kesatuan (keesaan) yaitu keesaan penciptaan, keesaan kemanusiaan, keesaan

dalam memperoleh petunjuk (agama) dan keesaan tujuan (tujuan memperoleh

kesejahteraan yang diridhoi Allah). Dengan demikian berarti, bahwa manusia

tidak beradu otoritas sesamanya, kecuali hanya tunduk dan taat kepada tuhan.

Kalau dikatakan manusia yang satu berbeda dengan manusia lainnya, bukan

berarti karena kemanusiaannya, melainkan karena kelebihan yang satu daripada

yang lain, dengan ketaqwaan dan ilmu pengetahuannya. Di atas dasar-dasar

inilah, agama menekankan adanya keadilan, sebagai modal utama bagi

terwujudnya kesejahteraan ummat manusia. Karena itu, pembangunan yang

tetap berlandaskan nilai ke-Tuahanan, adalah pembangunan yang berkeadilan,

baik dalam proses, pengelolaan maupun pemerataan hasil-hasilnya.

Jadi kalau di atas diungkapkan mengenai keesaan aqidah, keesaan

ibadah dan keesaan mu’amalah, adalah segala aktifitas manusia, baik dengan

sesamanya maupun dengan lingkungannya, yang di dalamnya selalu

berlandaskan kepada ajaran dan diyakini adanya hubungan dengan tuhan.

Dengan keesaan mu’amalah dalam beraktivitas sosial itulah tentunya segala

sesuatu yang dihasilkan tidak menghilangkan (mengaburkan) tujuan dan hikmah

tuhan menciptakan ciptaan-ciptaan-Nya. Selain itu, kalau diakui manusia bebas

dari otoritas sesamanya dan berada dalam keadilan dan kebaikan, maka

keterbelakangan, kebodohan dan kemelaratan yang terdapat di sementara umat,

hal itu bukan kehendak (yang dikehendaki) dan perbuatan tuhan, melainkan

karena manusia itu sendiri, serta penyebabnyapun dicari di dalam kehidupan

antar sesamnya. Oleh karena itu, pembangunan adalah pembangunan yang

berkeadilan dengan segala perwujudannya.

Akhirnya, kalau manusia dikatakan sebagai khalifah di atas bumi, dengan

tugas sebagai pemakmuran dan dalam hubungannya dengan keesaan

Page 36: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 36dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

mu’amalat, maka berarti manusia adalah tuan yang menguasai, bukan budak

yang dikuasai materi. Disitu manusia berada dalam keterlibatannya sosial

budaya yang meminta perhatiannya, agar proses, pengelolaan dan penggunaan

hasil-hasilnya selain bermakna duniawi sekaligus ukhrawi. Dengan demikian, ia

adalah tuan dan terangkat derajatnya melebihi malaikat sekalipun. Hal ini tidak

lain karena di dalam segala aktifitas pengelolaannya itu tidak lepas dari benturan

nilai-nilai. Karena itu semua, maka pengeloaan yang bernilai berke-Tuhanan

itupun harus mampu menempatkan manusia pada posisi semula, yaitu sebagai

khalifah, yaitu tuan di atas dunianya. “Maka tatkala Sulaiman melihat singasana

itu terletak di hadapannya, iapun berkata, ini termasuk karunia tuhanku untuk

mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)….”

(Q.S. an-Naml : 40).

8. Hubungan Manusia dengan Alam

Keinginan manusia yang tidak pernah puas terhadap apa yang sudah

dimiliki, mendorong manusia untuk selalu berupaya dan berusaha untuk dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun kadang-kadang melebihi apa yang

sebenarnya diperlukan. Upaya dan usaha manusia tersebut disadari apa tidak,

sering menimbulkan pengaruh yang saling kait mengait yang tidak pernah

berhenti itulah, yang kini disebut masalah lingkungan hidup yaitu lingkungan

manusia dengan alam di sekitarnya maupun secara global.

Peminat masalah lingkungan selalu dalam keadaan senang sekaligus

cemas. Hati senang melihat hasil pembangunan yang membawa kesejahteraan,

tetapi di saat yang sama hatinyapun risau dan cemas melihat tlingkungan hidup

yang tergannggu. Sungai, gunung, burung, gajah, harimau dan lain-lain sudah

lama hidup secara turun temurun tanpa gangguan. Namun setelah tangan dan

ulah mansuia muncul, mengolah dan merubah sumber alam untuk keperluan

hidupnya tanpa mempertimbangkan akibat sampingan dan pengaruh negatifnya

terhadap lingkungan, maka alam menjadi rusak, dan hilanglah keindahannya dan

hilang pula kegunaannya bagi manusia.

Manusia memang makhluk yang paling banyak cerita kesulitannya.

Keluar dari kesulitan, memasuki kesulitan yang lain, namun demikian, manusia

Page 37: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 37dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

adalah makhluk yang paling bertanggung jawab terhadap dirinya, terhadap alam

atau lingkungan hidupnya, kepada Allah yang menitahnya.

Agama yang berfungsi agar manusia menjadi bermakna dan bertujuan,

mempunyai peranan penting dalam mencapai kebahagiaan hidup abadi. Setiap

orang tanpa kecuali selalu ingin mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat.

Banyak teori yang mengemukakan tentang kebahagiaan, mulai dari pemenuhan

kebutuhan materi sampai pemenuhan kebutuhan seksual. Tetapi semua itu

menunjukkan kenyataan jalan buntu. Untuk itu seorang yang sudah sampai

waktunya menyadari bahwa kebahagiaan abadi itu dapat dicapai dengan

memalui agama. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia. Agama

juga memberikan motivasi dan tujuan hidup manusia.

Agama yang berdimensi dunia akherat, tentu saja mempunyai pedoman

dasar yang fundamental yang bersifat universal. Tetapi disamping itu peraturan-

peraturan agama mempunyai ide perkembangan yang evaluatif. Jadi akan

selaras dengan keadaan seluruh tempat dan masa. Kaitannya dengan

permasalahan hubungan manusia dengan alam atau lingkungan hidupnya,

agama mempunyai konsep-konsep pemecahannya sesuai dengan ajaran yang

ada dalam kitab suci.

Daftar Pustaka

Abd. Muin Salim (1994) Fiqh Siyasah: Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al- Quran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Abdul Qadim Zallum. (2001) Pemikiran Politik Islam: Mengemukakan Ketinggian Politik Islam,Terj. Abu Faiz, Bangil: Al-Izzah

Abdurrahman Mas’ud, (2003), Islam dan Peradaban (pengantar), dalam Samsul Munir Amin.

Abu al-Husein ibn Faris Ibn Zakaria (1972) Mu'jam Maqayis al-Lughat, Mesir: Mushthafa al-Babi al-Halabi

Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi, (2003), As-Sirah An-Nabawiyah, Pustaka Al-Kautsar.

---------------------------------------------, (2008), Madza Khasrul Alam bil Khittathil Muslimin, Dar al-Fakr, Beirut, Libanon.

Achmad Mubarok, (2000), Solusi Kritis Keruhanian Manusia Modern: Jhra dalam Al-Qurart, , Jakarta: Paramadina,

Page 38: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 38dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Ali Gharishah, (tt), Metode Pemikiran Islam, Bandung: Gema Insani Pres. Amin Noersyam,( tt), Keajaiban Hati, Gresik: Bintang Pelajar, Amin, Samsul Munir, (2009), Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1,

cet.1, Jakarta: Amzah. Amir Mualim dan Yusdani, (2001) Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam.

Yogyakarta: UII Press,. Ansary, Abdou Filali, (2009), Pembaharuan Islam : dari mana dan hendak ke

mana?, terj. Machasin, Bandung : Mizan. Anwar, Syamsul, (2006), Fikih Antikorupsi Perspektif Ulama Muhammadiyah

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Jakarta: Pusat studi Agama dan Peradaban (PSAP).

Artani Hasbi, (2001) Musyawarah dan Demokrasi, (Jakarta: Gaya Media Pratama,

Asy-Syahrastani, (2003), Al-Milal wa An-Nihal, Dar Al-Fikr, Beirut, Libanon. Azhar, Muhammad, (2003), Pendidikan Antikorupsi, Yogyakarta: LP3 UMY,

Partnership, Koalisis Antarumat Beragama untuk Antikorupsi. Bahtiar Effendy, (2001) Teologi Baru Politik Islam: Pertautan Agama. Negara,

dan Demokrasi. Yogyakarta: Galang Press, ---------------------. (1999) (Re)polilisasi Islam: Pernahkan Islam Behemi Berpolitik?

dalam Abu Zahra (ed), Politik Demi Tuhan: Nasionalisme Religius di Indonesia, (Bandung: Pustaka Hidayah.

Dawam Raharjo, (1987) Insan Kami/, Konsep Manusia Menurut Islam, Jakarta: Temprit,

Deliar Noer.(1982) Pemikiran Politik di Negeri Barat, Jakarta: Rajawali, DEPAG, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Buku Teks Pendidikan Agama Islam

sPada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta, 2002 Departemen Agama RI, (1996), Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, Sosial Dan

Politik. Jakarta -----------------------------, (2000), Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum. Jakarta ------------------------------, (1998) Suplemen Buku Daras pendidikan Agama Islam

Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta Endang Saifuddin Anshary, (1980), Filsafat Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara Fachruddin M. Mangunjaya, (2006), Hidup Harmonis dengan Alam, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesi, Fata, A. K. (2014). Teologi lingkungan hidup dalam perspektif Islam. Ulul Albab,

15(2), 131-147. Fawa’id, Ahmad,dkk, (2006), NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsir dan Fiqih,

Jakarta: Tim Kerja Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Fuad Kauma, (2003), Buah Hati Rasulullah: Mengasuh Anak Cara Nabi, Bandung: Hikmah

H. Abdoer Raoef, (1970) .Alqur,an Dan Ilmu Hukum. Jakarta: Bulan Bintang, Hamdan Mansoer, Uswatun Hasanah, Mujilan, Djaelani Husnan, Syahidin, dan

Cecep Alba, (2004), Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum, Jakarta, Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Departemen Agama RI

Page 39: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 39dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Hamzah Ya’qub, (1996), Etika Islam: Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), Bandung : CV. Diponegoro

Hanafi, Hassan, (2000) Oksidentalisme : Sikap Kita Terhadap Tradisi Barat, Jakarta : Paramadina.

Hodgson, Marshal G.S, (2002), The Venture of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa klasik Islam), buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara, Jakarta : Paramadina.

Husain Mazhahiri, (tt) Pintar Mendidik Anak, Jakarta: Lentera Basritama Iberani; Mengenal Islam, (2003) .jakarta: Elkahfi, Ibn Mandzur. (1968) Lis an al-'Arab, Beirut: Dar Shadr, vol. IV. Imam Ahmad bin Hanbal, (tt.),, Musnad Al-Imam Ahmad Bin Hanbal, Beirut:

Darul Fikri. Imam al-Ghazali, (1992), Ihya ‘Ulumiddin, Jil. 5, Semarang: Asy-Syifa’ Irawati Istadi, (2003), Mendidik Dengan Cinta, Jakarta: Pustaka Inti Jujun Suriasumantri, (1998), Filsafat Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara Kaelany H. D. (2005). Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi

Aksara. Karim, M. Abdul, (2009), Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. 2

Yogyakarta : Pustaka Book Publisher. Kasmiran Wuryo Sanadji, (1985), Filsafat Manusia, Jakarta: Erlangga,

Komaruddin Hidayat,"Agama dan Kegalauan Masyarakat Moden dalam Nurcholish Madjid et.al (2000)., Kehampaan Spiritual Masyarakat Moder Jakarta: Media Cita, , Komisi Pemberantasan Korupsi, (2006), Memahami Untuk Membasmi; Buku

Saku Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi.

Lili Rasyid dan Arief Sidharta, (1989) Filsafat hukum Mazhab Dan Refleksinya. Bandung: Remaja karya,.

M. Abdul Karim, (2009), Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, cet. 2, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.

M. Alaika Salamulloh, (2003) Menyempurnakan Akhlak : Etika Hidup sehari-hari Pribadii Muslim, Yogyakarta : Penerbit Cahaya Hikmah,

M. Deden Ridwan, (1999) Perubahan Politik dan Kebangkitan Peran Umat Islam dalam Nurcholish Madjid et.al.

M. Quraish Shihab, (1999) Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung : Mizan,

-----------------------------, (1999) Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan dan Malaikat Dalam Ouran dan Sunnah, Jakarta: Lentera Hati, ,

----------------------------, (1999), Tafsir Al Misbah, Jakarta: Republika M. Yatimin Abdullah, (2007) Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta :

AMZAH, Mahmud Syalthut dan Ali As-Sayis, (2000) .Fiqih Tujuh Madzhab, edisi Bahasa

Indonesia, Bandung, Pustaka Setia, Mansur, (2004), Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta : Global

Pustaka Utama.

Page 40: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 40dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Marshal G.S Hodgson, (2002) The Venture of Islam, Iman dan Sejarah Peradaban Dunia, (masa klasik Islam), buku ke-2, Peradaban Kekhalifahan Agung, cet. 1, terj. Mulyadhi Kartanegara, Jakarta : Paramadina.

Maulana Muhammad Ali, (1996) Islamologi. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah,. Maurice Bucaille, (1989), Asal-Usul Manusia, Menurut Bibel, Al-Ouran dan

Sains,, Bandung: Mizan. Mehdi Nakosteen, (2003), Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barata,

Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, cet. 2, Surabaya : Risalah Gusti.

Mohamed A. Khalfan, (2004), Anakku Bahagia Anakku Sukses, Jakarta: Pustaka Zahra.

Mohammad Daud Ali, hukum Islam; (1999) Pengantar Ilmu Hukum dan Tata hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,.

--------------------------, Pendidikan Agama Islam. (2000) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,.

Mohammad Tahir Azhary, (1992) Negara Hukum: Suatu studi tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat dari segi hukum Islam, implementasinya Pada Periode Negara Madinah dan Masa kini, Jakarta: Bulan Bintang,.

Muhammad Athiyah al-Abrasyi, (1969) Ruh al-lslam, Kairo- Isa al-Babi al Halabi.

Muhammad iqbal, (1981). The Reconstruction of Religios Thought in Islam, India: Labqi Fine Art Press,

Muhammad, A. S., Muhammad, H., Mabrur, R., Abbas, A. S., Firman, A., Mangunwijaya, F. J., Pasha, K. I. B., & Andriana, M. (2006). Fiqih Lingkungan (Fiqh al-Bi'ah). Jakarta: Conservation International Indonesia.

Mustafa Zahri, (1976), Kunci Memahami Tasawwuf, Surabaya: Bina Ilmu, Nabiel Fuad Almusawa, (2005) Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi,

Bandung, Syaamil Cipta Media,. Nakosteen, Mehdi, (2003), Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barata,

Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, cet. 2, Surabaya : Risalah Gusti.

Nasir, Ridwan, (2006), Dialektika Islam dengan Problem Kontemporer, IAIN Press & LKiS.

Nasr, Seyyed Hossein, (2003), Islam : Agama, Sejarah, dan Peradaban, Surabaya : Risalah Gusti.

Nurcholis Madjid. (1999). Menuju Masyarakat Madani ”dalam Sudarno Shobron” dan Mutohharun Jiran (Ed) Islam, Masyarakat Madani, dan demukrasi hal. 153-165. Surakarta: Muhammadiyah Univ. Press.

Nurul Zuriah, MSi, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Jakarta : Bumi Aksara

Pope, Jeremy, (2003), Strategi Memberantas Korupsi; Elemen Sistem Integritas Nasional, (terj.) Masri Maris, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Qamarul Hadi.S, (1981) Membangun Insan Seutuhnya: Sebuah Tinjauan Antropologi, Bandung: Al-Ma'arif, ,.

Rohiman Notowidagdo, (1996), Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Ouran dan Hadits, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

Page 41: PUSAT PENGEMBANGAN KURIKULUM, MEDIA PENDIDIKAN, …kimia.unnes.ac.id/kasmui/pai/book/Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam.pdf · 2) Nubuwat: Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES)

Kantor: Komplek Simpang 5 Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang 50229 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 8508001

Website: www.unnes.ac.id - E-mail: [email protected]

FORMULIR MUTU

BAHAN AJAR/DIKTAT

No. Dokumen FM-01-AKD-07

No. Revisi 02

Hal 41dari 41

Tanggal Terbit 27 Februari 2017

Saefuddin, AM, (1998), Epistemologi Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara Said Ramadlan al-Buthi, (2003), Fiqhus-Sirah, Dar al-Hadits, Damaskus Saifuddin. AM., (1990) Desekuralisasi: Pemikiran Landasan Islamisasi, Bandung:

Mizan, , Samsul Munir Amin, 2009, Sejarah Peradaban Islam, editor : Lihhiati, Ed.1, cet.1

(Jakarta: Amzah. Sayyid Abdullah Husain. (1994), Menembus Dinding Rahasia Jin, Surabaya:

PT.Bungkul Indah, Sayyid Quthb (1975).. Fi Zhilal Al-Quran. Beirut: Darul Syuruq, Jilid VI, Juz 27,

Seyyed Hossein Nasr, (2003), Islam : Agama, Sejarah, dan Peradaban, Surabaya : Risalah Gusti.

Shahih Bukhari, (1993), Terj., Jil. 8, Semarang: Asy-Syifa’, 1993 Sulaiman Rasjid, (1976) Fiqh Islam, Jakarta, Attahiriyah,. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, (1975) Falsafah Hukum Islam. Jakarta: Bulan

Bintang,. -------------------------------, (1980) Pengantar Hukum Islam. Jakarta: Bulan Bintang,. Tim Dosen PAI UNY (2002). Din Al-Islam. Yogyakarta: UNY Press. Tim Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Malang. (2009).

Aktualisasi Pendidikan Islam; Respon Terhadap Problematika Kontemporer. Malang: Hilal Pustaka Surabaya.

Tobroni dan Svamsul Arifm, (1994) Islam Pluralisme Budaya dan Politik: Rejleksi Untuk Aksi dalam Keberagamaan dan Pendidikan. Yogyakarta: Sipress.

Umari, Akram Dliya (1995). Madinah Society at the Time of the Prophet. Virginia: The Ienternatioal Institut of Islamic Thought.

Widiyanta, A. (2005). Sikap terhadap lingkungan dan religiusitas. Psikoogia. Yunahar Ilyas, (2005) Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, Yusuf Qardhawi (2000).. Merasakan Kehadiran Tuhan, Terj. Jazirotul Islamiyah.

Yogyakarta: Mitra Pustaka. Cet. II,