punya jal

37
Yatim menurut bahasa adalah orang yang ditinggal mati ayahnya. Sedangkan menurut istilah, yatim dikhususkan bagi seseorang yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa. Seperti disebutkan dalam hadits Nabi yang artinya: “Tidak disebut yatim jika sudah dewasa”. Kata yatim yang digunakan untuk menamakan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan disebut juga yatim karena orang-orang bodoh selalu dalam kesulitan dan kesusahan. Ilmu pengetahuan akan menjadi penolong bagi seseorang layaknya seorang ayah menjadi penolong anaknya. 1 Anak yatim tercatat dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Mereka disebutsebut, baik dengan sebutan yatim (tunggal), maupun yatama (jamak). Mereka mendapatkan perhatian yang begitu besar dari Allah swt. begitu pula, nama mereka banyak tertera di dalam hadits. 2 Allah dan Rasul-Nya memang tidak menjelaskan dan memberikan definisi secara khusus tentang anak yatim. Namun dari berbagai keterangan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan dalam 1 Khozin, Refleksi Keberagamaan, Dari Kepekaan Teologis Menuju Kepakaan Sosial, Cet. I (Malang: UMM Press, 2004 ), h. 107 2 Muhsin M.K, Mari Mencintai Anak Yatim, Cet. I, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2003 ), h. 1

Upload: zacky-afrizal

Post on 15-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: punya jal

Yatim menurut bahasa adalah orang yang ditinggal mati ayahnya. Sedangkan menurut

istilah, yatim dikhususkan bagi seseorang yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum

dewasa. Seperti disebutkan dalam hadits Nabi yang artinya: “Tidak disebut yatim jika sudah

dewasa”. Kata yatim yang digunakan untuk menamakan orang yang tidak memiliki ilmu

pengetahuan.

Orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan disebut juga yatim karena orang-orang

bodoh selalu dalam kesulitan dan kesusahan. Ilmu pengetahuan akan menjadi penolong bagi

seseorang layaknya seorang ayah menjadi penolong anaknya.1 Anak yatim tercatat dalam

beberapa ayat Al-Qur’an. Mereka disebutsebut, baik dengan sebutan yatim (tunggal), maupun

yatama (jamak). Mereka mendapatkan perhatian yang begitu besar dari Allah swt. begitu

pula, nama mereka banyak tertera di dalam hadits.2

Allah dan Rasul-Nya memang tidak menjelaskan dan memberikan definisi secara

khusus tentang anak yatim. Namun dari berbagai keterangan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan

dalam Sunnah Rasulullah saw. dapat dijumpai beberapa makna dan arti anak yatim. Salah

satunya, seperti yang dinyatakan dalam firman Allah sehubungan dengan kisah Nabi Khidir

a.s. ketika memberikan penjelasan kepada Nabi Musa a.s. yang berguru kepadanya.3

simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku

melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan

perbuatan-perbuatan yang kami tidak dapat sabar terhadapnya.” ( al- Kahfi :

82)6

Tafsir dari ayat ini yakni harta yang terpendam berupa emas dan perak, bagi mereka

berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang shaleh maka dengan keshalehannya itu ia

1Khozin, Refleksi Keberagamaan, Dari Kepekaan Teologis Menuju Kepakaan Sosial, Cet. I (Malang: UMM Press, 2004 ), h. 107

2Muhsin M.K, Mari Mencintai Anak Yatim, Cet. I, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2003 ), h. 1

3Muhsin M.K, Mari Mencintai..., h. 24

Page 2: punya jal

dapat memelihara kedua anaknya dan harta benda bagi keduanya, maka Rabbmu

menghendaki agar mereka berdua sampai kedewasaannya (sampai kepada usia dewasa). Dan

mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu. Semua hal yang telah

disebutkan tadi, yakni melobangi perahu, membunuh anak muda dan mendirikan tembok

yang hampir roboh berdasarkan keinginanku sendiri, tetapi hal itu kulakukan berdasarkan

perintah dan ilham dari Allah.4

Dari ayat ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang disebut anak yatim adalah

anak-anak yang ayahnya mereka telah meninggal dunia. Sementara itu dalam ayat-ayat Al-

Qur’an yang lain dijelaskan bahwa yatim itu bukan hanya terbatas pada anak-anak yang tidak

mempunyai ayah saja, tetapi juga mereka tidak memiliki dua orang tua.8 Salah satu firman

Allah yang berkaitan dengan masalah ini menerangkan,

kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan

saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka.Dan cukuplah Allah sebagai

Pengawas (atas persaksian itu)”( an-Nisaa : 6)9

Ayat ini menegaskan bahwa wali hendaknya memperhatikan keadaan mereka ( anak

yatim ), sehingga bila para pemilik itu telah dinilai mampu mengelola harta dengan baik,

maka harta mereka harus segera diserahkan. Selanjutnya, karena dalam rangkaian ayat-ayat

yang lalu anak yatim yang pertama disebut ( ayat 2 )sebab merekalah yang paling lemah,

maka disini mereka pun yang pertama disebut. Kepada para wali diperintahkan : ujilah anak

yatim itu dengan memperhatikan keadaan mereka dalam hal penggunaan harta, serta latihlah

mereka sampai hampir mencapai umur yang menjadikan mereka mampu memasuki gerbang

perkawinan. Maka ketika itu, jika kamu telah mengetahui, yakni pengetahuan yang

menjadikan kamu tenang karena adanya pada mereka kecerdasan, yakni kepandaian

4Imam JaLaluddin Al Mahally, Imam Jalaluddin As-Syuyuthi, Penerjemah, Bahrun Abu Bakar, LC.,Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbaabun Nuzul 3, Cet. I ( Bandung: Sinar Baru, 1990 ), h. 1224 – 1225

Page 3: punya jal

memelihara harta serta kestabilan mental, maka serahkanlah kepada mereka harta-harta

mereka, karena ketika itu tidak ada lagi alasan untuk menahan harta mereka.

Boleh jadi ada diantara wali yang tamak, maka ayat ini melanjutkan tuntunannya

dengan menegaskan bahwa janganlah kamu, para wali, memakan, yakni memanfaatkan untuk

kepentingan kamu harta anak yatim dengan kamu yang mengelolanya sehingga

memanfaatkannya lebih dari batas kepatutan, dan jangan juga kamu membelanjakan harta itu

dalam keadaan tergesa-gesa sebelum mereka dewasa, karena kamu khawatir bila mereka

dewasa kamu tidak dapat mengelak untuk tidak menyerahkannya.

Barang siapa diantara para pemelihara itu yang mampu, maka hendaklah ia menahan

diri, yakni tidak menggunakan harta anak yatim itu dan mencukupkan dengan anugerah Allah

yang diperolehnya, dan siapa yang miskin hendaklah boleh ia makan dan memanfaatkan

harta itu, bahkan mengambil upah atau imbalan menurut yang patut. Lalu apabila kamu

menyerahkan harta mereka yang sebelumnya ada dalam kekuasaan kamu kepada mereka,

maka hendaklah kamu mempersaksikan atas mereka tentang penyerahan itu bagi mereka, dan

cukuplah Allah menjadi Pengawas atas persaksian itu.

Ulama sepakat bahwa ujian yang dimaksud adalah dalam soal pengelolaan harta,

misalnya dengan memberi yang diuji itu sedikit harta sebagai modal. Jika dia berhasil

memelihara dan mengembangkannya, maka ia dapat dinilai telah lulus dan wali berkewajiban

menyerahkan harta miliknya itu kepadanya. Ujian itu dilaksanakan sebelum yang

bersangkutan dewasa. Ada yang berpendapat sesudahnya. Sebagian Ulama menambahkan

diuji yakni diamati juga pengamalan agamanya.

Mayoritas Ulama berpendapat bahwa anak yatim yang telah dewasa tidak otomatis

diserahkan kepadanya hartanya, kecuali setelah terbukti kemampuannya mengelola harta. Ini

berdasar ayat ini dan ayat sebelumya.

Page 4: punya jal

Imam Abu Hanifah menolak pendapat ini. Menurutnya, apa dan bagaimana pun

keadaan anak yatim, bila dia telah mencapai usia dua puluh lima tahun, maka wali harus

menyerahkan harta itu kepadanya, walaupun dia fasik atau boros. Pendapatnya didasarkan

pada pertimbangan bahwa usia dewasa adalah delapan belas tahun. Tujuh tahun setelah

dewasa, yang menggenapkan usia menjadi dua puluh lima tahun adalah waktu yang cukup

untuk terjadinya perubahan-perubahan dalam diri manusia.5

Secara tersirat ayat ini menunjukkan makna yatim ialah anak-anak yang kedua orang

tua mereka telah meninggal dunia. jika hanya bapak yang meninggal dunia, berarti masih ada

ibu yang mengasuh dan merawat mereka dengan menggunakan harta peninggalan bapak

mereka. Namun dalam ayat ini diisyaratkan bagi orang-orang yang mampu dan berkecukupan

dalam mengasuh dan merawat anak-anak yatim tidak boleh mempergunakan dan memakan

harta kaum dhuafa itu, kecuali jika mereka miskin. Ketentuan ini diisyaratkan pada orang lain

yang mengurus dan mengasuh anak-anak yatim dan bukan untuk ibunya. Dengan demikian

dari kedua makna di atas dapat ditarik suatu kesimpulan tentang defenisi yatim adalah anak

anak yang bapak atau orang tua mereka telah meninggal dunia.

Defenisi ini lebih diperkuat lagi dengan kenyataan sejarah sebagaimana dialami oleh

Rasulullah saw. sendiri. Beliau telah menjadi anak yatim ketika masih dalam perut ibunya,

karena ayahnya, Abdullah, telah meninggal dunia dalam perjalanan berniaga. Begitu lahir

beliau tidak mengenal siapa bapaknya. Ibunya sendiri yang mengasuh dan merawatnya ketika

masih bayi dan anak-anak. Setelah ibunya meninggal, beliau telah bersama kakeknya,

Abdullah Muthalib. Jadi, pada masa kecil, beliau tergolong sebagai anak yatim yang sudah

tidak memiliki orang tua.

5M. Quraish Shihab, Tafsir Al- Misbah. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume 2, Cet. I ( Jakarta: Lentera Hati, 2000 ), h.333 - 334

Page 5: punya jal

Dengan demikian defenisi yatim adalah anak-anak yang bapak atau orang tuanya

meninggal dunia dan membutuhkan perlakuan serta perawatan yang sebaik-baiknya dari

orang lain.

Allah, melalui serangkaian peraturan dalam Al-Qur’an, telah mewajibkan kepada kita,

khususnya orang-orang yang berpunya untuk meringankan dan bersimpati terhadap

penderitaan mereka. Al-Qur’an sendiri secara tegas menyatakan bahwa faktor utama

kecemburuan sosial adalah jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Karena itulah

perintah mengulurkan tangan kepada mereka yang tidak berpunya merupakan suatu petunjuk

yang selalu diulang-ulang dalam Al-Qur’an, di samping kecaman bahkan ancaman kepada

mereka yang tidak mengindahkannya. Menurut Islam, segala sesuatu termasuk harta benda

adalah milik Tuhan. Manusia yang beruntung mendapatkannya pada hakikatnya dia

menerima titipan dari Tuhan.6

Menurut ajaran Islam, setiap orang miskin, anak yatim patut

memperoleh pertolongan, dan tentu saja merupakan tanggung jawab orang

berada untuk memberikan pertolongan itu.

6Alwi Shahab, Memilih Bersama Rasulullah, Cet. II, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), h. 145

Page 6: punya jal

B. Ayat- ayat Yang Berhubungan Dengan Anak Yatim

Mengingat perhatian Al-Qur’an pada “manusia” secara umum dan kaum

tertindas yang juga meliputi anak yatim secara khusus, maka dalam kontek

penindasan, bentuk tertinggi kebenaran adalah praktis untuk membentuk

mereka dieksploitasi dan dizalimi. Ide mengenai solidaritas yang katif dan

terorganisasi dengan kaum tertindas itu telah tampak dalam kehidupan Nabi

Muhammad saw, lama sebelum kenabiannya.13

Islam bertujuan membentuk masyarakat ideal, yaitu sosok masyarakat

yang diwarnai oleh jalinan solidaritas sosial yang tinggi, rasa persaudaraan

yang solid antarmanusia. Ini bukan khayalan.

Bila diamati, untuk mencapai sasaran mulia itu, Islam telah

mempersiapkan alatnya. Di antaranya puasa. Melalui ibadah ini, si kaya dapat

merasakan langsung pahitnya kelaparan dan penderitaan yang ditanggungnya

bertahun-tahun. Juga ambisi dunia yang menggebu-gebu, yang merupakan

cikal bakal sifat egoisme, individualisme, dan mau senang sendiri itu, menjadi

lunak dan cair. Dari sini diharapkan muncul rasa sayang dan kasihan pada orang yang lemah.

Apalagi dilanjutkan dengan perenungan bahwa sewaktuwaktu

si kaya dapat mengalami nasib dan penderitaan si miskin.14

Anak yatim adalah sosok manusia yang mendapat kedudukan khusus dan

mulia di sisi Allah swt. perhatian Allah swt. begitu besar kepada mereka,

sebagaimana tercermin dari banyaknya ayat dalam Al-Qur’anul Karim yang

membicarakan masalah yatim. Bahkan, bila Al-Qur;an menyebutkan namanama

kaum dhuafa, maka anak yatim menduduki urutan pertama. Bahkan kata

yatim (tunggal) atau yatama (jamak) disebut kurang lebih 23 kali dalam Al-

Qur’an. Adalah wajar jika mereka mendapat perhatian yang besar dari Allah

Page 7: punya jal

swt. sebab, selain dhuafa, sejak kecil mereka telah merasakan penderitaan

lahir batin.

Al-Qur’an menjelaskan tentang anak-anak yatim dalam berbagai kaitan

antara lain, dengan agama, keimanan, harta, warisan, rampasan perang,

perkawinan, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan anak

yatim dalam Al-Qur’an bukan semata-mata masalah sosial dan kemanusiaan,

tapi juga berhubungan dengan persoalan keagamaan dan keimanan yang

berpengaruh kelak di alam akhirat. Oleh karena masalah anak yatim dalam

Islam termasuk hal yang sangat penting, sehingga memerlukan perhatian dan

penanganan yang serius dari orang-orang yang memiliki kepedulian dan

kecukupan. Allah memerintahkan orang –orang yang beriman dan bertakwa

agar memperhatikan, memelihara, membantu, menolong dan melindungi

anak-anak yatim dengan cara-cara yang telah ditetapkan-Nya.15

1. Berbuat Baik Kepada Anak Yatim

Al-Qur’an menjelaskan keharusan berbuat baik kepada anak-anak

yatim, Allah berfirman:

�ى ب �ق�ر� ال �ذ�ي و�ب �ا ان �ح�س� إ �ن� �د�ي �و�ال �ال و�ب �ا �ئ ي ش� �ه� ب �وا ر�آ �ش� ت و�ال� الل ه� �د�وا و�اع�ب

) ا( ف�خ�ور� �اال� ت 36م�خ�

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatu pun. Dan berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak, karib

kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, ibnu sabil, dan hamba

sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

sombong dan membangga-banggakan diri “. ( an- Nisaa : 36)16

Al- Biqa'i menilai ayat ini sebagai penekanan terhadap tuntunan

Page 8: punya jal

dan bimbingan ayat-ayat yang lalu. Dia menulis bahwa : “Cukup banyak

nasehat yang dikandung surah ini sejak awal, yang semuanya

mengarahkan kepada ketakwaan, keutamaan, serta anjuran meraih dan

ancaman mengabaikannya”.

Maka sangat wajar jika nasehat pertama pada awal surah ini

diulangi lagi di sini untuk memulai petunjuk-petunjuk baru. Nasehat

tersebut tidak hanya ditujukan kepada orang-orang mukmin, maka ayat ini

tidak dimulai dengan memanggil mereka. Ayat ini juga ditujukan kepada

semua manusia ( walau dalam ayat ini tidak disebut lagi ), karena pada

ayat pertama surah ini telah disebutkan, yaitu : Hai sekalian manusia,

sembahlah Allah yang Maha Esa dan Yang menciptakan kamu serta

pasangan kamu, dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatu pun selain-Nya, dan jangan juga mempersekutukan-Nya dengan

sedikit persekutuan pun. Dan dengan dua orang ibu-baapak,

persembahkanlah kebajikan yang sempurna, dan jangan abai berbuat baik

dengan karib-kerabat dan anak-anak yatim, yakni mereka yang

meninggalkan ayahnya sedang ia belum dewasa, serta orang-orang miskin,

tetangga yang dekat hubungan kekerabatannya atau yang dekat rumahnya

denganmu, tetangga yang jauh kekerabatannya atau rumahnya, demikian

juga dengan teman sejawat dalam perjalanan maupun dalam kehidupan

sehari-hari, serta ibnu sabil, yakni anak-anak jalanan dan orang-orang yang habis bekalnya

sedang ia dalam perjalanan, dan hamba sahaya kamu, baik

lelaki maupun perempuan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai, yakni

tidak melimpahkan rahmat kasih sayang-Nya, tidak juga

menganugerahkan ganjaran-Nyaa kepada orang-orang yang sombong,

Page 9: punya jal

yang merasa diri tinggi, sehingga enggan membantu dan bergaul dengan

orang-orang lemah, apalagi yang menggabungkan keangkuhan itu dengan

membangga-banggakan diri.17

Ayat ini memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada anak-anak

yatim dalam berbagai hal yang dapat menjadikan hidup mereka menjadi

tenang, sejahtera, dan bahagia. Jika tidak begitu, kehidupan mereka

semakin menderita dan sengsara. Berbuat baik kepada mereka dapat

meringankan atau menghilangkan kesengsaraan dan penderitaan yang

dialami sejak kecil; mengangkat harkat dan martabat mereka, serta dapat meningkatkan

semangat mereka untuk menghadapi hidup dan masa depan.

2. Memuliakan Anak Yatim

Hidup anak-anak yatim juga harus dimuliakan dan dihormati.

Mereka yang tidak mau memuliakan anak-anak yatim mendapat teguran

dan peringatan dari Allah swt. Al-Qur’an menegaskan :

م� ( ) �ي �ت �ي ال �ر�م�ون� �ك ت ال� �ل ب ال � 17آ

“ Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak

yatim”. ( al Fajr : 17 )19

Allah mengingatkan manusia jangan sampai mengira bahwa

kemuliaan di sisi Allah itu hanya ditentukan oleh kaya atau miskin dalam

harta benda atau banyak dan sedikit makanannya, gendut atau kurusnya

perut, bukan itu sekali-kali bukan itu, tetapi semata-mata karena

kerakusanmu terhadap harta kekayaan yang berlebihan sehingga kalian 2. Memuliakan Anak

Yatim

Hidup anak-anak yatim juga harus dimuliakan dan dihormati.

Page 10: punya jal

Mereka yang tidak mau memuliakan anak-anak yatim mendapat teguran

dan peringatan dari Allah swt. Al-Qur’an menegaskan :

م� ( ) �ي �ت �ي ال �ر�م�ون� �ك ت ال� �ل ب ال � 17آ

“ Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak

yatim”. ( al Fajr : 17 )19

Allah mengingatkan manusia jangan sampai mengira bahwa

kemuliaan di sisi Allah itu hanya ditentukan oleh kaya atau miskin dalam

harta benda atau banyak dan sedikit makanannya, gendut atau kurusnya

perut, bukan itu sekali-kali bukan itu, tetapi semata-mata karena

kerakusanmu terhadap harta kekayaan yang berlebihan sehingga kalian

( جه ( ما بن ا رواه ليه ا يساء يتيم فيه بيت لمسلمين

“Sebaik-baik rumah dikalangan kaum Muslimin adalah rumah yang di

dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan sangat baik, dan sejelekjelek

rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan sangat

buruk “. ( HR. Ibnu Majah)23

Memuliakan dan menghormati anak-anak yatim dapat

membesarkan hati dan mengangkat harga diri mereka, sehingga mereka

menjadi tegar dan bersemangat dalam menghadapi hidup dan masa depan.

Mereka tidak boleh dihina dan direndahkan. Perasaan mereka yang sensitif

perlu dijaga. Jangan sampai kita mengucapkan kata-kata kasar yang

menyinggung, apalagi sampai memukul.24

3. Mengurus Mereka Secara Patut dan Adil

Mereka yang mengurus anak-anak yatim di rumah atau di dalam

panti asuhan perlu menjaga diri dan berusaha merawat anak-anak itu

Page 11: punya jal

secara patut dan bersikap adil. Firman Allah :

�ن� و�إ �ر4 ي خ� �ه�م� ل ح4 �ص�ال� إ ق�ل� �ام�ى �ت �ي ال ع�ن� �ك� �ون �ل أ �س� و�ي ة� خ�ر� و�اآل� �ا �ي الد?ن ف�ي

اء� ش� �و� و�ل �ح� �م�ص�ل ال م�ن� د� �م�ف�س� ال �م� �ع�ل ي و�الل ه� �م� �ك �خ�و�ان ف�إ ال�ط�وه�م� �خ� ت

الل ه�

ح�ك�يم4 ( ) ع�ز�يز4 الل ه� �ن إ �م� �ك �ت ع�ن� 220أل�

Tentang dunia dan akhirat, dan mereka bertanya kepadamu tentang anak

yatim. Katakanlah, “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik”,

dan jika bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu dan

Allah mengetahui siapa yang berbuat kerusakan dari yang mengadakan

perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat

mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana. ( Al Baqarah : 220 )25

Tentang dunia dan akhirat. Inilah yang harus menjadi renungan.

Perhatian kepada dunia menghasilkan upaya meraih keuntungan dini.

Sedang ganjaran ukhrawi tidak diraih di sini. Jika hanya berfikir tentang

dunia anak yatim dan orang lemah tidak akan terbantu, karena tidak ada

imbalan duniawi yang akan diperoleh dari mereka. Tetapi jika berfikir

tentang akhirat, pasti anak yatim termasuk yang dipikirkan nasibnya dan

diperhatikan keadaannya.

Untuk mengingatkan agar manusia, khususnya para pengasuh anak

yatim, selalu mencurahkan kasih sayang dan tidak menyulitkan orang lain,

apalagi anak-anak yatim yang tidak berdaya, Allah mengingatkan kasih

sayang-Nya yang sedemikian luas pada manusia.26

Page 12: punya jal

Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah,

“Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang

dibacakan kepadamu dalam Al-Qur’an (juga memfatwakan) tentang para

wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang

ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka, dan

(fatwa) tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. Dan (Allah

menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil.

Dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah

adalah Maha Mengetahuinya ( An Nisaa : 127 ) 27

Setelah menyebutkan sisi keimanan yang hakikatnya tidak tampak,

ayat ini melanjutkan penjelasan tentang contoh-contah kebajikan sempurna

dari sisi yang lahir ke permukaan. Contoh-contoh itu antara lain berupa

kesediaan mengorbankan kepentingan peribadi demi orang lain, sehingga

bukan hanya memberi harta yang sudah tidak disenangi atau tidak

dibutuhkan , walaupun ini tidak dilarang, tetapi memberikan harta yang

dicintainya secara tulus dan demi meraih cinta-Nya kepada kerabat, anak- anak yatim, orang-

orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan,

dan orang-orang yang meminta-minta; dan juga memberi untuk tujuan

memerdekakan sahaya, yakni manusia yang diperjualbelikan dan atau

ditawan oleh musuh, maupun yang hilang kebebasannya akibat

penganiayaan, melaksanakan shalat secara benar sesuai syarat, rukun, dan

sunnah-sunnahnya, dan menunaikan zakat sesuai ketentuan tanpa

menunda-nunda, setelah sebelumnya memberikan harta yang dicintainya

selain zakat. Adapun yang amat terpuji adalah orang-orang yang sabar

yakni tabah, menahan diri, dan berjuang dalam mengatasi kesempitan,

Page 13: punya jal

yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit

atau cobaan; dan dalam peperangan, yakni ketika perang sedang

berkecamuk. Mereka itulah orang-orang yang benar, dalam arti sesuai

sikap, ucapan, dan perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang

bertakwa.28

BeramaL shaleh terhadap anak-anak yatim dan anak-anak yang

tidak mempunyai orang tua tidak hanya menguntungkan sang pemberi dan

sang penerima semata. Tindakan ini juga dapat mengembangkan

komunitas dan masyarakat. Dunia adalah satu bangsa besar yang terdiri

dari kumpulan komunitas, yang mana komunitas itu terdiri dari individu

dan keluarga. Jika setiap individu dapat menjadikan diri mereka sendiri

baik, maka dunia akan menjadi cerminan fisik dari surga.29

Mengurus dan mengasuh anak-anak yatim secara patut akan

memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang secara wajar dan lebih

baik. Hidup mereka tidak akan terlantar dan terabaikan. Mereka dapat

menikmati hidup dengan sebaik-baiknya layaknya anak-anak lain yang

masih memiliki orang tua kandung. 31

4. Bergaul Dengan Mereka Sebagai Saudara

Setiap muslim termasuk anak-anak mereka sudah seharusnya

bergaul dengan atau mengajak anak-anak yatim bergaul dengan mereka.

Bila mereka bergaul atau mengajak anak-anak dhuafa itu bergaul dengan

baik, maka mereka akan mendapatkan kebaikan dan pahala yang berlipat

ganda dari Allah swt.

Allah juga memerintahkan kaum muslimin agar tidak bersikap

masa bodoh dan tak acuh terhadap anak-anak yatim. Mereka yang tidak

Page 14: punya jal

dapat memelihara dan mengurus anak-anak itu di rumah sekurangkurangnya

dapat berbuat baik kepada mereka, diantaranya menghormati

mereka dengan cara mengajak anak-anak itu bergaul dan memandangnya

sebagai saudara sendiri.32 Firman Allah :

mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana. ( Al Baqarah : 220 )33

Mengajak bergaul dan menganggap sebagai saudara dapat

membantu anak-anak yatim merasa tidak kesepian dan terasing dalam

hidup mereka, selain juga dapat menggembirakan dan membahagiakan

hidup mereka di dunia ini.

Cinta sebagai salah satu ideal manusia menuntut manusia agar

mencintai Tuhan sebagai pengejawantahan sempurna dari semua nilai

moral, yang lebih penting dari segala sesuatu yang lain. Cinta menuntut

agar manusia berlaku baik dan mencintai orang tua, terutama kepada ibu

yang telah mengandung dan telah melahirkannya dengan susah payah.

Kewajiban mencintai itu diperluas lebih jauh hingga meliputi kerabat,

anak-anak yatim, orang-orang yang membutuhkan, musafir, dan fakir

miskin. Nabi yang mengasihi orang-orang yang beriman, dan semua

ciptaan selalu ramah dalam bergaul dengan masyarakat.34

Bertentangan dengan nilai cinta, adalah kebencian, kekerasan atau

kekasaran, terhadap yang lain. Manusia dilarang berbicara yang

menyakitkan kepada orang tua, anak-anak yatim, dan peminta-minta.35

Sesungguhnya orang yang berbuat zhalim kepada anak yatim,

menghinakannya, menyepelekannya, meremehkannya, berbuat sesuatu

Page 15: punya jal

yang menyakitkan jiwanya dan menyelipkan rasa sedih dan sakit hati

kepadanya, maka sebenarnya ia telah kafir kepada ajaran-ajaran Allah dan

tidak mempedulikan dan memperhatikan terjadinya hari Kiamat,

Kebangkitan dan perhitungan amal atas segala keburukan yang telah ia

perbuat.

Orang yang berbuat demikian terhadap anak yatim adalah orang

yang mendustakan terhadap hari Pembalasan. Walaupun ia tidak mengucapkan kedustaannya

itu secara terang-terangan, tetapi gambaran

tingkah lakunya membuktikan akan kedustaannya itu.36 Allah berfirman:

ن� ( �الدJي ب �ذJب� �ك ي ال ذ�ي �ت� �ي أ ر�� م�) ( 1أ �ي �ت �ي ال �د�ع? ي ال ذ�ي �ك� و�ال�) 2ف�ذ�ل

�ح�ض? ي

ن� ( ) �م�س�ك�ي ال � ط�ع�ام 3ع�ل�ى

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang

menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang

miskin. (QS. Al Maa’un : 1 – 3 )37

Setiap muslim termasuk anak-anak mereka perlu menanamkan

pada diri mereka, bahwa sesungguhnya anak-anak yatim itu adalah

saudara yang perlu digauli atau diajak bergaul. Sebab, antara orang dan

anak-anak lain yang mau bergaul dengan mereka dalam pandangan Allah

swt. adalah bersaudara

5. Memberi Harta dan Makanan Kepada Mereka

Manusia tidak akan hidup bermasyarakat dengan normal dan tidak

akan dapat merealisasikan tujuan-tujuan yang mereka inginkan kecuali

Page 16: punya jal

jika mereka berinteraksi antar sesamanya dengan baik dan benar. Interaksi

antar anggota masyarakat hanya dapat terwujud jika dalam masyarakat itu

terdapat aktivitas sosial dan ekonomi, sehingga mereka dapat saling

memenuhi kebutuhan dan memberikan manfaat.38

Allah juga mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya agar anak-anak

yatim yang miskin dan sengsara yang tidak memiliki harta waris

peninggalan dan orang tua perlu diberikan bantuan harta dan makanan.39

Al-Qur’an menerangkan :

ر�ق� �م�ش� ال �ل� ق�ب �م� و�ج�وه�ك ?وا �و�ل ت ن�� أ �ر �ب ال �س� �ي ل

Bukanlah menghadap wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu

kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada

Allah, Hari Kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-Nabi, dan

memeberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak

yatim, orang-orang miskin, musafir ( yang memerlukaan pertolongan ),

dan orang-orang yang meminta-minta, dan ( memerdekakan ) hamba

sahaya. Mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang

menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam

kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orangorang

yang benar ( imannnya ), dan mereka itulah orang-orang yang

bertaqwa. (QS. Al Baqarah : 177 )40

Maksudnya, kebajikan atau ketaatan yang mengantar kepada

kedekatan kepada Allah bukanlah dalam menghadapkan wajah dalam

sholat ke arah timur dan barat tanpa makna, tetapi kebajikan yang

seharusnya mendapat perhatian semua pihak adalah yang mengantar

Page 17: punya jal

kepada kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu keimanan kepada Allah, dan

lain-lain yang disebut oleh ayat ini.

Redaksi ayat tersebut juga dapat bermakna: Bukannya

menghadapkan wajah ke arah timur dan barat yang merupakan semua

kebajikan, atau bukannya semua kebajikan merupakan sikap

menghadapkan wajah ke arah timur dan barat. Menghadap ke timur atau

ke barat bukanlah sesuatu yang sulit atau membutuhkan perjuangan, dan

disanalah kebajikan sejati ditemukan.

Kepada siapa ayat ini ditujukan? Kalau melihat konteks ayat-ayat

sebelumnya, tidak keliru jika dikatakan bahwa ia ditujukan kepada Ahl al

Kitab. Mereka bukan saja berkeras untuk menghadapi ke al-Quds

Yerussalem di mana terdapat Dinding Ratap, tetapi juga tidak hentihentinya mengecam dan

mencemoohkan kaum muslimin yang beralih ke

Makkah.

Namun demikian, pendapat yang lebih baik adalah yang

memahami redaksi ayat tersebut ditujukan kepada seluruh pemeluk agama,

karena tujuannya adalah menggarisbawahi kekeliruan banyak di antara

mereka yang mengandalkan shalat atau sembahyang saja. Ayat ini

bermaksud menegaskan bahwa yang demikian itu bukan kebajikan yang

sempurna, atau bukan satu-satunya kebajikan, akan tetapi sesungguhnya

kebajikan sempurna itu ialah orang yang beriman kepada Allah dan hari

kemudian dengan sebenar-benarnya iman sehingga meresap dalam jiwa

dan membuahkan amal-amal shaleh, percaya juga kepada malaikatmalaikat

sebagai makhluk-makhluk yang ditugaskan Allah dengan aneka

tugas, lagi amat taat dan sedikit pun tidak membangkang perintah-Nya,

Page 18: punya jal

juga percaya kepada semua kitab-kitab suci yang diturunkan, khususnya

Al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur yang disampaikan melalui para

malaikat dan diterima para Nabi, juga percaya kepada seluruh Nabi-Nabi,

yang merupakan manusia-manusia pilihan Tuhan yang diberi wahyu untuk

membimbing manusia.41 Dalam firman yang lain Allah juga menjelaskan:

( ) Sة� غ�ب م�س� ذ�ي S �و�م ي ف�ي �ط�ع�ام4 إ و�� �ة ) ( 14أ ب م�ق�ر� ذ�ا �يم�ا �ت 15ي

Atau memberikan makan pada Hari Kelaparan ( kepada ) anak yatim

yang ada hubungan kerabat. ( QS. Al Balad : 14 –15 )42

Dalam hadits yang lain juga telah diterangkan. Hadits yang

diterima dari Abu Hurairah menyebutkan bahwasanya seseorang mengadu

kepada Rasulullah saw tentang kekerasan hatinya, lalu beliau menjawab.

قسوة وسلم عليه الله صلى النبى الى شكا الى رجال ان وعنه

قلبه

. ( احمد . ( رواه لمسكين ا وأطعم اليتيم س رأ إمسح فقال

“Dari Abu hurairah r.a, bahwa ada seorang laki-laki mengeluh kepada

Rosulullah saw tentang kekerasan hatinya, maka sabda Nab saw: “i

Eluslah kepala ( sayangilah ) anak yatim dan berilah makan orang

miskin”. ( HR. Ahmad )44

Dengan demikian, menjadi kewajiban orang yang berharta dan

berkecukupan hidupnya untuk membantu dhuafa, termasuk memberi harta

dan makanan kepada anak-anak yatim yang terlantar, agar mereka dapat

hidup layak dan tidak kelaparan.

Page 19: punya jal

6. Memperbaiki Rumah Mereka

Hal ini dilakukan oleh Nabi Khidir as. Ketika Nabi Musa as.

Mengikutinya untuk berguru, sebagaimana di jelaskan Allah dalam Al-

Qur’an.

�ه�م�ا ل �ز4 �ن آ �ه� ت �ح� ت �ان� و�آ �ة� �م�د�ين ال ف�ي �ن� �يم�ي �ت ي �ن� م�ي �غ�ال� ل �ان� ف�ك �ج�د�ار� ال م ا� و�أ

ا �خ�ر�ج� ت �س� و�ي د ه�م�ا ش�� أ �غ�ا �ل �ب ي �ن� أ ?ك� ب ر� اد� ر�

� ف�أ ا �ح� ص�ال �وه�م�ا ب� أ �ان� و�آ

�م� ل م�ا و�يل�� �أ ت �ك� ذ�ل م�ر�ي

� أ ع�ن� �ه� �ت ف�ع�ل و�م�ا Jك� ب ر� م�ن� ح�م�ة� ر� ه�م�ا �ز� ن� آ

ا ( ) �ر� ص�ب �ه� �ي ع�ل �س�ط�ع� 82ت

Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di

kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka

berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka Tuhan-Mu

menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan

mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhan-Mu, dan

bukanlah aku melakukan itu menurut kemauanku sendiri. Demikianlah

itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar

terhadapnya. ( QS. Al Kahfi : 82 )45

Oleh sebab itu, hamba-hamba-Nya diharapkan agar

memperhatikan keadaan rumah anak-anak yatim yang ditinggalkan orang

tua mereka. Apabila rumah mereka itu mengalami kerusakan-kerusakan,

hendaknya umat Islam berusaha memperbaiki dan membangunnya

kembali. Selain agar mereka dapat tinggal dan berteduh dengan lebih

aman dan nyaman, juga dalam rangka memelihara harta-benda

peninggalan orang tua.46

Page 20: punya jal

7. Melindungi Harta Mereka

Supaya makanan kita halal, kita harus waspada terhadap hal-hal

yang mencemari kehalalan makanan kita dari dan menjaganya dari halhal

yang berbau syubhat. Lebih-lebih kita harus menghindari memakan

harta anak yatim, yang mana Allah telah peringatkan dan menjadikan

perbuatan itu sebagi puncak kezaliman.47 Allah swt telah berfirman :

�ل�ون� �آ أ ���ا ي ���#ن!م ا إ %��و�ال� ال�ي�ت�ام�ى ظ�ل�م م��ل�ون� أ� �آ إ#ن! ال!ذ#ين� ي�أ

م� ف#ي ب�ط�ون#ه#

ا) ) ع#ير% ل�و�ن� س� ي�ص� ا و�س� 10ن�ار%

Sesungguhnya orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,

sesungguhnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya, dan mereka

akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala ( neraka ). (QS. An Nisaa :

10 )48

Maksudnya ayat ini adalah, dia memakan apa yang

menghantarkannya masuk ke dalam neraka Jahannam di akhirat nanti.

Azab ini terkadang juga terjadi di dunia, yaitu orang yang memakan harta

anak yatim perutnya terkena berbagai penyakit yang membakar ususnya.

Pada hari Kiamat nanti, orang-orang mukmin akan melihat golongan

manusia yang telah memakan harta anak yatim itu, dan mereka

mempunyai tanda tersendiri, yaitu dari mulut mereka keluar asap. Dan,

jangan dipahami bahwa hanya perut saja yang akan dipenuhi dengan api neraka, sementara

sekujur tubuh mereka tidak dibakar api. Namun, nanti

perut mereka akan dibakar oleh api neraka yang berkobar di dalam

Page 21: punya jal

tubuhnya, dan tubuh mereka juga akan dipanggang dengan api neraka

yang menyala-nyala.49

Hal ini juga dilakukan oleh Nabi Khidir as. Yang berkaitan dengan

peristiwa di atas dalam rangka melindungi harta anak yatim dari

peninggalan orang tua mereka.

Sudah seharusnya orang yang memiliki kesadaran yang tinggi,

terlebih lagi bagi yang mendapat amanah, untuk memelihara dan

berkewajiban melindungi harta benda anak-anak yatim itu. Selain itu,

keamanan dan keutuhan harta benda mereka juga perlu dijaga untuk

kepentingan hidup mereka sendiri.51

Keberpihakan Allah swt kepada kaum dhuafa sedemikian detail

dan terperinci. Hal ini juga memberi gambaran bahwa sedemikian besar

perhatian, pembelaan dan perlindungan yang Allah berikan kepada

mereka. Semuanya memperkuat dan memperjelaskan konsepsi ajaran

Islam dalam mengatasi masalah sosial kemanusiaan, khususnya

pengentasan dan pemberdayaan kaum dhuafa. Di sini, Allah selain telah

memberikan batasan yang jelas tentang dhuafa dan anak yatim yang

biasanya dilakukan oleh manusia, juga telah memberikan cara-cara

konkret dalam memberi bantuan serta pertolongan kepada mereka.

Disamping itu, Allah juga memberikan penghargaan kepada orang-orang

yang memiliki keberpihakan dan kepedulian atas nasib dhuafa dan

menentukan sanki kepada mereka yang tidak mau membantu, menolong,

mempedulikan, membela, dan melindungi golongan dhuafa ini di dunia dan akhirat.52