puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa...
TRANSCRIPT
i
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkah dan hidayahNya sehingga Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKj-IP) Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan
Tata Ruang Provinsi Jawa Timur tahun 2016 telah dapat diselesaikan
pada waktunya.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya
dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKj-IP) paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan Kinerja dimaksudkan sebagai pertanggung jawaban Dinas Pekerjaan Umum Cipta
Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur sesuai dengan tugas dan fungsinya sejak awal sampai
dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2016. Selain itu, laporan akuntabilitas ini juga berperan
sebagai alat kendali dan penilaian kualitas kinerja secara terukur, serta alat untuk mendorong
peningkatan kinerja demi terwujudnya pemerintahan yang akuntabel di lingkungan Dinas
Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur.
Ungkapan terimakasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang
telah bekerja keras melakukan segala daya dan upaya terselesaikannya laporan kinerja ini.
Surabaya, 31 Desember 2016
KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM CIPTA KARYA DAN
TATA RUANG PROVINSI JAWA TIMUR
Dr. GENTUR PRIHANTONO SP, MT.
Pembina Utama Madya
NIP. 19590109 198712 1 002
ii
Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur adalah unsur
pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Pekerjaan Umum, Cipta Karya dan Tata Ruang yang
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada
Gubernur dan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan pemerintahan dan
pembangunan di bidang Permukiman serta tugas pembantuan dan dekonsentrasi yang diberikan
oleh Pemerintah Pusat. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata
Ruang Provinsi Jawa Timur mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor : 09
Tahun 2008.
Laporan Kinerja menggambarkan dinamika Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan
Tata Ruang Provinsi Jawa Timur sejak awal sampai dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2016
dimaksudkan sebagai pertanggung jawaban terhadap penggunaan seluruh sumber daya, memuat
upaya, dan metode yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan dan Sasaran Strategis Dinas
Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Pengukuran Kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap Indokator
Kinerja Sasaran dengan realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan diketahui selisih atau
celah Kinerja. Selanjutnya berdasarkan selisih Kinerja tersebut dilakukan evaluasi guna
mendapatkan strategi yang tepat untuk peningkatan Kinerja dimasa yang akan datang
(performance improvement).
Hasil pengukuran kinerja beserta evaluasi setiap tujuan dan sasaran Dinas Pekerjaan
Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur tahun 2016 disajikan sebagai berikut :
Pencapaian Indikator Persentase Kepala Keluarga/Masyarakat Berpenghasilan Rendah
yang Memiliki Rumah Layak Huni senantiasa menunjukkan kenaikan selama 6 tahun terakhir
sejak tahun 2011 s/d 2016 sebagai berikut. Pada tahun 2011 mencapai sebesar 94,66%,
iii
sementara pada tahun 2012 mencapai sebesar 94,93%. Pada tahun 2013 mencapai 95,08% dan
pada tahun 2014 sebesar 95,23%. Tahun 2015 mencapai 95,36%, sedangkan pada tahun 2016
dari target yang ditentukan sebesar 95,76% terealisasi mencapai 95,61% ada kenaikan dari
tahun 2015 sebesar 0,25%.
Pencapaian Indikator Persentase Rusumawa yang dihuni oleh Kepala Keluarga yang
Berhak selama 6 tahun terakhir sejak tahun 2011 s/d 2015 berhasil dipertahankan capaiannya
sebesar 100%. Begitu pula pada tahun 2016 capaianya juga masih berhasil dipertahankan
sebesar 100% sesuai dengan target.
Pencapaian Indikator Persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan
perkotaan pada tahun 2015 mencapai 5,7% dari target yang telah ditetapkan sebesar 4,74%.
Sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu mencapai 12,85% dari yang
ditargetkan sebesar 13,31%.
Tingkat pelayanan air bersih pada tahun 2016 terjadi peningkatan baik di perkotaan
maupun di perdesaan, di perkotaan meningkat sebesar 0,49% dibanding tahun 2015, Tetapi bila
ditinjau dari jumlah penduduk perkotaan pada tahun 2016 terjadi penurunan prosentase
pelayanan. Hal ini disebabkan karena selama kurun waktu 2015–2016 telah terjadi kenaikan
jumlah penduduk perkotaan, dimana peningkatan penyediaan sarana air bersih belum sebanding
dengan pertambahan penduduk perkotaan di Jawa Timur. Sedangkan di pedesaan capaian pada
tahun 2016 terjadi peningkatan 1,41% dibanding tahun 2015.
Pembangunan Sarana Sanitasi yang Layak di Jawa Timur, sampai dengan akhir tahun
2016 menunjukkan cakupan layanan air limbah mencapai 65,31%. Dengan demikian secara
keseluruhan persentase rumah tinggal yang bersanitasi (mempunyai fasilitas tempat buang air
besar sendiri, bersama, umum) ada peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, dari 63,38%
tahun 2015 menjadi 65,31% pada tahun 2016 ada peningkatan sebesar 0,26%.
Indikator Kinerja Persentase Luas Kawasan yang peruntukannya sesuai tata ruang
menunjukkan pencapaian sebagai berikut, dengan kondisi awal pada tahun 2011 dengan capaian
sebesar 23,86%, pada tahun 2012 capaian sebesar 35,15%, pada tahun 2013 capaian sebesar
34,04%, pada tahun 2014 sebesar 36,68% dan pada tahun 2015 capaian sebesar 41,71%.
Target pada tahun 2016 sebesar 49,98% dan tercapai sebesar 47,90%, maka terdapat capaian
sebesar 95,83%.
Adapun kesimpulan Capaian Tujuan, Sasaran dan Indikator dari Dinas Pekerjaan Umum
Cipta Karya dan Tata Ruang Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
1. Persentase KK Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang tidak memiliki rumah layak huni
dengan Target 95,76% sedangkan Realisasinya 95,61% terbangun atau tercapai 99,84%
termasuk dalam katagori baik.
iv
2. Persentase Rusunawa yang dihuni oleh kepala keluarga yang berhak dengan Target 100%
sedangkan Realisasinya 100% terbangun atau tercapai 100% termasuk dalam katagori sangat
baik.
3. Persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan dengan Target
13,31%, realisasi 12,85% atau tercapai 96,54% maka termasuk dalam kategori baik.
4. Persentase KK yang dapat layanan air bersih yang layak dengan Target 77,62%, realisasi
72,06% atau tercapai 92,83% maka termasuk dalam katagori baik.
5. Persentase Rumah Tangga dengan layanan Sanitasi yang aman dengan Target 71,29%,
realisasi 65,31% atau tercapai 91,61% maka termasuk dalam katagori baik.
6. Persentase Luas Kawasan yang peruntukannya sesuai tata ruang dengan Target 49,98%,
realisasi 47,90% atau tercapai 95,83% maka termasuk dalam katagori baik.
v
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Ikhtisar Eksekutif ......................................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................................... v
Daftar Tabel ................................................................................................... vii
Daftar Gambar .............................................................................................. ix
Daftar Grafik ................................................................................................. x
BAB I Pendahuluan ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan .................................................................... 4
1.3. Landasan Hukum ........................................................................ 4
1.4 Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan ...................... 8
1.4.1. Struktur Organisasi ........................................................... 8
1.4.2. Tugas dan Fungsi .............................................................. 10
1.4.3. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan
Golongan, Jumlah Pejabat Struktural dan Fungsional .......... 14
BAB II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja ............................................ 16
2.1. Rencana Strategis Tahun 2015 - 2019 ......................................... 16
2.1.1. Visi ................................................................................... 18
2.1.2. Misi .................................................................................. 19
2.1.3. Tujuan dan Sasaran .......................................................... 19
2.1.4. Arah Kebijakan ................................................................. 23
2.1.5. Rencana Kinerja Tahunan .................................................. 24
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 ...................................................... 25
vi
BAB III Akuntabilitas Kinerja ..................................................................... 27
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2016 ...................................... 27
3.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja ........................................... 28
3.2.1 Meningkatkan Ketersediaan Rumah bagi KK Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) ........................................ 28
3.2.2 Penanganan Permukiman Kumuh di Perkotaan ................. 35
3.2.3 Memenuhi Hak Dasar Masyarakat atas Air Bersih dan
Sanitasi yang Layak ......................................................... 38
3.2.4 Meningkatkan Kualitas Perencanaan Tata Ruang yang
Dilandasi dengan Legalitas Hukum Sehingga dapat
Digunakan Sebagai Acuan Pemanfaatan dan
Pengendalian Ruang ...................................................... 46
3.2.5 Akuntabilitas Keuangan ................................................... 51
BAB IV Penutup ......................................................................................... 54
vii
Tabel 1.1. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan ...................................... 14
Tabel 1.2. Jumlah Pegawai Menurut Pangkat dan Golongan ..................................... 14
Tabel 1.3. Jumlah Pejabat Struktural dan Fungsional .............................................. 15
Tabel 2.1. Matriks Hubungan antara Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran ......................... 21
Tabel 2.2. Matriks Hubungan antara Tujuan dan Sasaran ....................................... 22
Tabel 2.3. Rencana Kinerja Tahun 2016 ................................................................ 25
Tabel 3.1. Skala Pengukuran Capaian Sasaran Kinerja Tahun 2016 ......................... 28
Tabel 3.2. Pengukuran Kinerja Meningkatkan Ketersediaan Rumah bagi KK Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) Tahun 2011- 2016 ............................... 29
Tabel 3.3. Persentase Capaian Jumlah KK terbangun melalui Rumah Sejahtera
Tapak di Jawa Timur Tahun 2011 - 2016 ............................................ 30
Tabel 3.4. Pengukuran Kinerja Kegiatan Perumahan yang terbangun PSU dan Persentase
RTLH yang direnovasi Tahun 2011 - 2016 ........................................... 31
Tabel 3.5. Pengukuran Kinerja RTLH Tahun 2009 - 2016 ........................................ 32
Tabel 3.6. Target dan Realisasi Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA)
Tahun 2011 – 2016 ........................................................................... 33
Tabel 3.7. Perbandingan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA) Tingkat Provinsi dan Nasional Tahun 2011–2016 ............. 33
Tabel 3.8. Penanganan Permukiman Kumuh di Perkotaan Tahun 2016 ..................... 36
Tabel 3.9. Pengukuran Indikator Persentase Penanganan Permukiman Kumuh
di Perkotaan Tahun 2015-2016 .......................................................... 36
Tabel 3.10. Pengukuran Indikator Persentase Pelayanan Air Bersih di
Perkotaan dan Pedesaan Tahun 2011 – 2016 ...................................... 39
Tabel 3.11. Target dan Capaian Pelayanan Air Bersih di Perkotaan dan
Pedesaan Tahun 2011 – 2016 terhadap Target Nasional ...................... 39
Tabel 3.12. Pemanfaatan Jiwa Terlayani Air Bersih Tahun 2016 ................................ 41
Tabel 3.13. Pengukuran Pelayanan Sanitasi di Perkotaan dan Perdesaan
Tahun 2011 – 2016 ........................................................................... 42
viii
Tabel 3.14. Target dan Capaian Pelayanan Air limbah di Perkotaan dan
Perdesaan Tahun 2011 – 2016 terhadap Target Nasional ..................... 43
Tabel 3.15. Persentase Jumlah Kawasan Strategis Propinsi yang telah
Dikendalikan Tahun 2011 - 2016 ........................................................ 47
Tabel 3.16. Persentase Jumlah Perda RTRW Kab/Kota Tahun 2011 - 2016 ................. 48
Tabel 3.17. Persentase Jumlah Kawasan Perkotaan yang telah Dikendalikan
Tahun 2013 - 2016 ............................................................................ 48
Tabel 3.18. Persentase Jumlah Kawasan Pengendalian Ketat yang telah
Dikendalikan Tahun 2010 - 2016 ......................................................... 49
Tabel 3.19. Capaian Indikator Kinerja Penataan Ruang Tahun 2011 - 2016 ............... 50
Tabel 3.20. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2016 ..................................................... 52
ix
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan
Tata Ruang Provinsi Jawa Timur......................................................... 9
x
Grafik 1.1. Persentase Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan ....................... 15
Grafik 1.2. Persentase Jumlah Pegawai Menurut Pangkat dan Golongan ..................... 15
Grafik 3.1. Perbandingan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA) Tingkat Provinsi dan Nasional Tahun 2011–2016 ............... 34
Grafik 3.2. Perbandingan Persentase Penanganan Permukiman Kumuh di
Perkotaan Tingkat Provinsi dan Nasional Tahun 2015 - 2016 .................. 37
Grafik 3.3. Perbandingan Pelayanan Air Bersih Tingkat Provinsi dan Nasional
Tahun 2011 – 2016 ............................................................................. 40
Grafik 3.4. Perbandingan Pelayanan Sanitasi Tingkat Provinsi dan Nasional
Tahun 2011 – 2016 ............................................................................. 43
1
1.1. Latar Belakang
Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) Dinas Pekerjaan Umum Cipta
Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur 2016, merupakan tindak lanjut atas ketentuan dalam UU
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang secara substansi
merepresentasikan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Timur 2014-2019 khususnya pada bidang keciptakaryaan dan penataan ruang. Selain itu juga
sebagai instrumen untuk melakukan pengukuran kinerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan
Tata Ruang Provinsi Jawa Timur sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Timur No.9 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur No. 90
dan No. 127 Tahun 2008.
Jumlah penduduk Jawa Timur pada Tahun 2013 adalah 38.318.791 jiwa dengan laju
pertumbuhan rata-rata 0,54% per tahun. Kepadatan Penduduk Provinsi Jawa Timur Tahun 2013
adalah 799 jiwa per Km2. Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk Indonesia adalah 106 jiwa per
Km2, sehingga kepadatan penduduk Jawa Timur 7 (tujuh) kali lipat lebih kepadatan penduduk rata-
rata nasional. Hal itu dapat ditinjau pula dengan membandingkan bahwa luas daratan Provinsi Jawa
2
Timur 2,5 % dari luas wilayah Indonesia sementara jumlah penduduk Jawa Timur adalah ±20 %
dari total penduduk Indonesia.
Berdasarkan data jumlah penduduk dan luas wilayah per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur maka dapat dicermati bahwa penyebaran penduduk antar daerah Kabupaten/Kota menurut
kepadatannya menunjukkan adanya pemusatan penduduk terutama di perkotaan, hal ini
disebabkan oleh kondisi geografis dan potensi wilayahnya. Terkait dengan permasalahan tersebut
akan mengandung konsekuensi timbulnya masalah kesehatan, perumahan dan penyediaan
berbagai prasarana pendukung yang diperlukan, sementara sumberdaya alam cenderung semakin
berkurang.
Secara garis besar permasalahan pokok bidang perumahan dan permukiman meliputi;
rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau, belum
mantapnya kelembagaan penyelenggaraan perumahan dan permukiman serta sistem pembiayaan
perumahan, terbatasnya lahan murah untuk pembangunan perumahan dan rendahnya efisiensi
dalam pembangunan perumahan, terbatasnya akses Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang layak, dan lemahnya akses masyarakat terhadap
sumber daya perumahan.
Adapun permasalahan pokok air bersih dan air limbah meliputi; peningkatan pelayanan air
bersih di perkotaan dan perdesaan khususnya untuk penduduk miskin dan daerah kekeringan
yang berjalan lambat, rendahnya kualitas manajemen pengelolaan air minum yang dilakukan oleh
PDAM, stagnasi dalam penurunan tingkat kebocoran air (teknis maupun non teknis), permasalahan
tarif air minum yang tidak mampu mengimbangi biaya produksi, sehingga tidak dapat mencapai
kondisi pemulihan biaya (cost recovery), pelayanan air bersih non perpipaan (sebagian besar di
perdesaan) belum teridentifikasi secara kuantitatif maupun kualitatif berdasarkan kondisi air yang
dikonsumsi secara mandiri, masih terbatasnya pelayanan pengolahan sistim air limbah terpusat
(sistim sewerage) di perkotaan, pengolahan lumpur tinja belum efektif karena masih rendahnya
pemanfaatan sarana IPLT yang sudah terbangun.
Permasalahan pokok persampahan dan drainase meliputi; masih belum efektifnya
penerapan ’3R’ (Reduce, Reuse, Recycle) dalam upaya pengurangan volume sampah dari
sumbernya, belum mantapnya sistem pembiayaan dan pengelolaan retribusi sampah, serta belum
3
optimalnya upaya pengelolaan sampah yang dapat menghasilkan cost recovery, masih lemahnya
kelembagaan institusi pengelola sampah dan belum optimalnya kerjasama antar daerah dalam
pengeloaan sampah terpadu, tidak berfungsinya saluran drainase sebagai pematus air hujan,
belum mantapnya peraturan dan standar pengelolaan drainase, penanganan masalah banjir
perkotaan masih secara parsial dan tidak konseptual karena terbatasnya dokumen perencanaan
induk dan perencanaan detail drainase yang seharusnya dapat dipakai sebagai acuan dalam
menyusun rencana tindak, belum memadainya sistem dan pendanaan untuk pemeliharaan
drainase.
Dalam hal penataan bangunan terdapat permasalahan mendasar yaitu masih rendahnya
penegakan aturan keselamatan bangunan, serta masih diperlukannya pembinaan teknis dalam
pembangunan gedung negara. Adapun dalam bidang pengembangan perkotaan, permasalahan
pokok meliputi; perkembangan perkotaan yang tidak seimbang antara kota-kota metropolitan/
besar dengan kota-kota menengah dan kecil, serta memburuknya kualitas fisik kawasan perkotaan,
dan menurunnya kualitas hidup masyarakat perkotaan karena keterbatasan pelayanan kebutuhan
dasar perkotaan yang banyak dipicu oleh adanya tingkat urbanisasi yang tinggi.
Permasalahan pokok dalam bidang penataan ruang adalah; masih belum efektifnya
pengendalian pemanfaatan ruang strategis provinsi, serta masih kurang terpadunya penataan ruang
lintas perbatasan Kabupaten/Kota.
Mengingat permasalahan pokok dalam bidang keciptakaryaan dan penataan ruang tersebut
yang secara prinsip menyangkut hajat hidup masyarakat luas, khususnya menunjang terpenuhinya
kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan hunian dan kualitas lingkungan hidup yang sehat dan
layak, serta termaktub dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-2019 pada :
Misi 2 : “Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri, dan berdaya saing,
berbasis Agrobisnis/Agroindustri dan Industrialisasi”
Tujuan 8 : “Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur untuk mengembangkan
daya saing ekonomi dan kesejahteraan rakyat”
Sasaran 2 : “Meningkatnya akses masyarakat terhadap perumahan layak, pelayanan air
minum dan sanitasi”
4
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyusunan LKj-IP Tahun 2016 ini adalah sebagai wujud pertanggung
jawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 dan sarana untuk mengkomunikasikan dan menjawab apa
yang telah di targetkan dan bagaimana proses pencapaiannya.
1.3. Landasan Hukum
Penyusunan LKj-IP Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Provinsi Jawa Timur merupakan
salah satu dokumen pelaporan yang tidak dapat terlepas dari Substansi dokumen-dokumen
peraturan dan perencanaan yang menjadi landasan dan acuan penyusunannya, yang dijabarkan
dalam :
a. Umum
▪ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
▪ Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
▪ Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional;
▪ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan;
▪ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum;
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
▪ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota;
5
▪ Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019;
▪ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 01/Prt/M/2014 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang;
▪ Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019;
▪ Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur;
▪ Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Timur tahun 2005 – 2025 (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 1);
▪ Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 – 2019.
b. Penataan Ruang :
▪ Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3660);
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4385);
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48);
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21).
6
c. Perumahan & Permukiman
▪ UU No.20 Tahun 1911 tentang Rumah Susun;
▪ Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;
▪ UU No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
▪ Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69 );
▪ Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor
5059);
▪ Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
d. Penataan Bangunan & Jasa konstruksi
▪ Undang-Undang Nomor 72 Tahun 1957 tentang Rumah Negara;
▪ Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;
▪ Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;
▪ Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
▪ UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
▪ UU No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
▪ Peraturan pemerintah Republik indonesia Nomor 36 tahun 2005 Tentang pelaksanaan
Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
1.4. Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi Dan Kewenangan
Dinas adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Pekerjaan Umum, Cipta Karya
dan Tata Ruang yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, berkedudukan dibawah dan bertanggung
jawab kepada Gubernur. Dinas mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan
pemerintahan dan pembangunan di bidang Permukiman serta tugas pembantuan dan dekonsentrasi
yang diberikan oleh Pemerintah Pusat. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya
7
dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor :
09 Tahun 2008.
1.4.1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa
Timur berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 29 tahun 2008, terdiri dari :
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat;
c. Bidang Tata Ruang;
d. Bidang Tata Bangunan;
e. Bidang Perumahan;
f. Bidang Air Bersih Penyehatan Lingkungan Permukiman;
g. Unit Pelaksana Teknis Informasi Teknologi Bangunan Perumahan dan Permukiman
h. Kelompok Jabatan Fungsional
8
Gambar 1.1. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang
Provinsi Jawa Timur
KEPALA DINAS
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
➢ TEKNIK TATA BANGUNAN DAN
PERUMAHAN
➢ TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN
SEKRETARIS
SUB BAGIAN
TATA USAHA
SUB BAGIAN
PENYUSUNAN PROGRAM
SUB BAGIAN KEUANGAN
BIDANG TATA RUANG BIDANG TATA
BANGUNAN
SEKSI PENATAAN
RUANG PROVINSI
SEKSI PENATAAN
RUANG KAWASAN
PERKOTAAN
SEKSI PENATAAN
RUANG KAWASAN
PERDESAAN
SEKSI
PENGENDALIAN
DAN EVALUASI
TATA RUANG
SEKSI
PERENCANAAN
BANGUNAN
GEDUNG
SEKSI PEMBINAAN
TEKNIS BANGUNAN
GEDUNG
SEKSI JASA
KONSTRUKSI DAN
PENGELOLAAN
BANGUNAN
GEDUNG
BIDANG PERUMAHAN BIDANG AIR BERSIH DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
SEKSI
PERENCANAAN
PERUMAHAN
SEKSI PERUMAHAN
PERKOTAAN DAN
PERDESAAN
SEKSI PERENCANAAN AIR
BERSIH PENYEHATAN
LINGKUNGAN PERMUKIMAN
SEKSI AIR BERSIH
PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERKOTAAN
SEKSI AIR BERSIH
PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERDESAAN
KEPALA UPT INFORMASI
TEKNOLOGI BANGUNAN
PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN
SUB BAGIAN TATA
USAHA
SEKSI PENGUJIAN BAHAN
DAN MATERIAL
SEKSI PENGEMBANGAN
DAN PELAYANAN
INFORMASI
9
1.4.2. Tugas dan Fungsi
Dinas adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Pekerjaan Umum, Cipta Karya
dan Tata Ruang yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur. Dinas mempunyai tugas membantu Gubernur dalam
melaksanakan pemerintahan dan pembangunan di bidang Permukiman serta tugas pembantuan
dan dekonsentrasi yang diberikan oleh Pemerintah Pusat. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan
Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor : 09 Tahun 2008.
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin Dinas dalam perumusan kebijaksan
perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan, serta penyelenggaraan pembinaan,
pengendalian teknis pembangunan permukiman.
b. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan dan
mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, penyusunan program dan
keuangan, hubungan masyarakat dan protokol. Untuk menyelenggarakan tugas Bagian Tata Usaha
mempunyai fungsi:
1. Pengelolaan dan pelayanan administrasi umum;
2. Pengelolaan administrasi kepegawaian;
3. Pengelolaan administrasi keuangan
4. Pengelolaan administrasi perlengkapan;
5. Pengelolaan urusan rumah tangga, humas dan protokol;
6. Pelaksanaan koordinasi penyusunan program, anggaran dan perundang-undangan
7. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas tugas Bidang Dinas.
10
c. Bidang Tata Ruang
Bidang Tata Ruang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang
penataan ruang. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Tata Ruang mempunyai fungsi :
1. Penyusunan pedoman pelaksanaan Norma Standart Prosedur Kriteria (NSPK) dan
penetapan kriteria perubahan fungsi ruang lintas kabupaten atau kota dan kawasan
strategis dalam rangka penyusunan tata ruang guna menjaga keseimbangan
ekosistem sesuai kriteria yang ditentukan peraturan yang ada;
2. Penetapan peraturan daerah bidang penataan ruang lintas Kabupaten/Kota, kawasan
strategis Provinsi dan Rencana Detail;
3. Pelaksanaan koordinasi rencana rinci penataan ruang lintas Kabupaten/Kota;
4. Pelaksanaan sosialisasi Norma Standart Prosedur Kriteria (NSPK), Standart Pelayanan
Minimal (SPM), bimbingan, supervisi, pembinaan, pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan penataan ruang;
5. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi, penyebarluasan kesadaran dan
tanggung jawab masyarakat tentang penataan ruang tingkat Provinsi;
6. Penyusunan dan penetapan rencana rinci/rencana detail tata ruang lintas
Kabupaten/Kota dan kawasan strategis;
7. Pemanfaatan ruang lintas Kabupaten/Kota dan kawasan strategis Provinsi dengan
kerjasama pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha;
8. Pemanfaatan SPM di bidang penataan ruang;
9. Perumusan kebijakan strategis operasional, program sektoral dalam rangka
perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan strategis dan lintas
Kabupaten/Kota berdasarkan rencana rinci/rencana detail tata ruang lintas Kab/Kota
dan kawasan strategis Provinsi;
10. Pemberian izin pemanfaatan ruang, pembatalan izin pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan RTRWP;
11. Pengembalian kewenangan, pemberian pertimbangan atau penyelesaian masalah
yang tidak sesuai NSPM yang tidak bisa diselesaikan tingkat Kabupaten/Kota;
12. Pelaksanaan fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam pelaksanaan penataan ruang
antar Kabupaten/Kota;
11
13. Pelaksanaan pengawasan terhadap penataan ruang wilayah Provinsi dan wilayah
Kabupaten/Kota.
d. Bidang Tata Bangunan
Bidang Tata Bangunan mempunyai tugas melaksanakan tugas dinas di bidang tata
bangunan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Tata Bangunan mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan kebijakan mengenai penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah
negara beserta lingkungannya mengacu pada norma, standart, prosedur, dan kriteria
yang ada;
2. Pelaksanaan pembangunan dan pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung
dan rumah negara serta penataan bangunan dan lingkungannya;
3. Pelaksanaan pembinaan teknis penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung dan rumah negara beserta lingkungannya;
4. Pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan jasa konstruksi serta pengelolaan bangunan
gedung dan rumah negara;
e. Bidang Perumahan
Bidang Perumahan mempunyai tugas melaksanakan tugas dinas di bidang perumahan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Perumahan mempunyai fungsi :
1. Penyiapan kebijakan dan strategi Pengembangan perumahan;
2. Pembinaan dan pengaturan bidang perumahan yang meliputi penyiapan produk dan
sosialisasi peraturan serta pemberdayaan masyarakat;
3. Pelaksanaan program Pengembangan perumahan dan prasarana sarana lingkungan
permukiman perkotaan dan perdesaan;
4. Pelaksanaan pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa/Rumah Susun Sederhana Milik
(RUSUNAWA/RUSUNAMI) yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi.
12
f. Bidang Air Bersih Penyehatan Lingkungan Permukiman
Bidang Air Bersih Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan
tugas dinas di bidang air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, Bidang Air Bersih Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta fasilitasi dalam rangka
perencanaan pengembangan penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan
permukiman di perkotaan, perdesaan, dan lintas Kabupaten/Kota;
2. Pelaksanaan pembangunan, pengendalian, fasilitasi, pembinaan dan pemberian
bantuan teknis dalam rangka peningkatan peran serta stakeholder didalam
pengembangan penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan permukiman di
perkotaan lintas Kabupaten/Kota.
g. Unit Pelaksana Teknis Informasi Teknologi Bangunan Perumahan Dan Permukiman
UPT mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang informasi teknologi
bangunan perumahan permukiman. Untuk melaksanakan tugas dimaksud UPT mempunyai fungsi :
1. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan pengujian dan pengembangan teknologi,
evaluasi analisis serta saran teknis bahan bangunan, srtruktur bangunan perumahan
dan permukiman;
2. Pengelolaan dokumentasi data dan layanan informasi, serta pembinaaan tugas
terhadap pelaku pembangunan perumahan dan permukiman;
3. Pelaksanaan tugas ketatausahaan UPT;
4. Pelaksanaan pelayanan masyarakat.
13
1.4.3. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan, Jumlah Pejabat
Struktural dan Fungsional
Tabel 1.1. Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan
KUALIFIKASI PENDIDIKAN JUMLAH
SD SLTP SLTA D1/D2 D3 D4/S1 S2 S3
2 4 72 1 8 92 62 2 243
Tabel 1.2. Jumlah Pegawai Menurut Pangkat dan Golongan
PANGKAT GOLONGAN JUMLAH
GOLONGAN I GOLONGAN II GOLONGAN III GOLONGAN IV
2 50 154 37 243
Tabel 1.3. Jumlah Pejabat Struktural dan Fungsional
JABATAN STRUKTURAL JABATAN FUNGSIONAL JUMLAH
25 0 25
Grafik 1.1. Persentase Jumlah Pegawai Menurut Kualifikasi Pendidikan
15
2.1. Rencana Strategis Tahun 2014 - 2019
Rencana Strategis Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur
tahun 2014-2019, merupakan tindak lanjut atas ketentuan dalam UU 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang secara substansi merepersentasekan penjabaran
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur tahun 2014-2019
khususnya pada bidang keciptakaryaan dan penataan ruang. Selain itu juga sebagai instrumen
untuk melakukan pengukuran kinerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi
Jawa Timur sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Timur No. 9 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Timur No. 90 dan 127 Tahun 2008.
Secara garis besar permasalahan pokok bidang perumahan dan permukiman meliputi;
rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau, belum
mantapnya kelembagaan penyelenggaraan perumahan dan permukiman serta sistem pembiayaan
perumahan, terbatasnya lahan murah untuk pembangunan perumahan dan rendahnya efisiensi
16
dalam pembangunan perumahan, terbatasnya akses Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang layak, dan lemahnya akses masyarakat terhadap
sumberdaya perumahan.
Adapun permasalahan pokok air bersih dan air limbah meliputi; peningkatan pelayanan air
bersih di perkotaan dan perdesaan khususnya untuk penduduk miskin dan daerah kekeringan
berjalan lambat, rendahnya kualitas manajemen pengelolaan air minum yang dilakukan oleh
PDAM, stagnasi dalam penurunan tingkat kebocoran air (teknis maupun non teknis),
permasalahan tarif air minum yang tidak mampu mengimbangi biaya produksi, sehingga tidak
dapat mencapai kondisi pemulihan biaya (cost recovery), pelayanan air bersih non perpipaan
(sebagian besar di perdesaan) belum teridentifikasi secara kuantitatif maupun kualitatif berdasarkan
kondisi air yang dikonsumsi secara mandiri, masih terbatasnya pelayanan pengolahan sistim air
limbah terpusat (sistim sewerage) di perkotaan, pengolahan lumpur tinja belum efektif karena
masih rendahnya pemanfaatan sarana IPLT yang sudah terbangun.
Permasalahan pokok persampahan dan drainase meliputi; masih belum efektifnya
penerapan ’3R’ (Reduce,Reuse,Recycle) dalam upaya pengurangan volume sampah dari sumbernya,
belum mantapnya sistem pembiayaan dan pengelolaan retribusi sampah, serta belum optimalnya
upaya pengelolaan sampah yang dapat menghasilkan cost recovery, masih lemahnya
kelembagaan insitusi pengelola sampah dan belum optimalnya kerjasama antar daerah dalam
pengeloaan sampah terpadu, kurang berfungsinya saluran drainase sebagai pematus air hujan,
belum mantapnya peraturan dan standar pemanfaatan drainase, penanganan masalah banjir
perkotaan masih secara parsial dan belum terkonseptual karena terbatasnya dokumen
perencanaan induk dan perencanaan detail drainase yang seharusnya dapat dipakai sebagai acuan
dalam menyusun rencana tindak, belum memadainya sistem dan pendanaan untuk pemeliharaan
drainase.
Permasalahan pokok dalam bidang penataan ruang adalah; masih belum efektifnya
pengendalian pemanfaatan ruang, serta masih kurang terpadunya penataan ruang lintas
perbatasan Kab/Kota.
Mengingat permasalahan pokok dalam bidang keciptakaryaan dan penataan ruang tersebut
yang secara prinsip menyangkut hajat hidup masyarakat luas, khususnya menunjang terpenuhinya
17
kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan hunian dan kualitas lingkungan hidup yang sehat dan
layak, maka pada pelaksanaan pembangunannya disamping harus dilandasi oleh hasil evaluasi
pencapaian sasaran dan permasalahan juga perlu didukung dengan suatu perencanaan program
yang konseptual dan realistis, serta mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan yang tertuang
dalam dokumen-dokumen perencanaan formal baik tingkat Nasional maupun Provinsi. Dengan
tersusunnya perencanaan strategis Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi
Jawa Timur diharapkan lebih lanjut dapat disusun tahapan pencapaian hasil secara lebih obyektif
untuk dapat memberikan komitmen dan orientasi target dan sasaran pada masa depan pada
masing-masing bidang kegiatan.
Renstra Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Tahun
2014–2019 dibuat berdasar pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014–2019 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Jawa Timur
tanggal 27 Maret 2014 nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014–2019.
2.1.1. Visi
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan, yang mencerminkan harapan yang ingin dicapai dilandasi oleh kondisi dan potensi
serta prediksi tantangan dan peluang pada masa yang akan datang. Berdasarkan makna tersebut
dan sesuai dengan Visi Pemerintah Propinsi Jawa Timur 2014-2019 maka Visi pembangunan yang
menjadi acuan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur adalah:
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT SEJAHTERA MELALUI PEMBANGUNAN BIDANG
KECIPTAKARYAAN YANG LEBIH BERKEMBANG DAN PENATAAN RUANG YANG
BERKELANJUTAN”
2.1.2. Misi
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan dan
diwujudkan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai dengan Visi yang telah
ditetapkan. Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi serta dilandasi oleh Visi maka Misi Dinas
Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :
18
1. Mewujudkan lingkungan permukiman yang layak huni dan mendorong masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan perumahan yang sehat, aman dan teratur.
2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan sarana pelayanan air bersih dan penyehatan lingkungan
permukiman bagi masyarakat.
3. Memberikan arah pemanfaatan ruang yang mantap melalui penyusunan perencanaan dan
pengendalian Tata Ruang yang lengkap dengan dilandasi oleh legalitas hukum.
2.1.3. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran merupakan penjabaran Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum Cipta
Karya dan Tata Ruang yang spesifik dan terukur dalam pembangunan jangka menengah bidang
permukiman. Berdasarkan ruang lingkup serta mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Timur 2014-
2019, maka tujuan pembangunan bidang keciptakaryaan dan penataan ruang secara garis besar
terkait pada 3 program prioritas pembangunan, yaitu :
1. Meningkatkan penyediaan rumah bagi KK Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
2. Penanganan permukiman kumuh perkotaan,
3. Memenuhi hak dasar masyarakat atas air bersih dan sanitasi yang layak,
4. Meningkatkan kualitas perencanaan Tata Ruang yang dilandasi dengan legalitas hukum
sehingga dapat digunakan sebagai acuan pemanfaatan dan pengendalian ruang.
19
2.1.3.1. Tujuan
a. Tujuan Program Pembangunan Perumahan
▪ Meningkatkan penyediaan rumah bagi KK Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
▪ Penanganan permukiman kumuh perkotaan.
b. Tujuan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air
Limbah
▪ Memenuhi hak dasar masyarakat atas air bersih dan sanitasi yang layak.
c. Tujuan Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
▪ Meningkatkan kualitas perencanaan Tata Ruang yang dilandasi dengan legalitas hukum
sehingga dapat digunakan sebagai acuan pemanfaatan dan pengendalian ruang.
Tabel 2.1 Matriks Hubungan antara Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
VISI MISI TUJUAN SASARAN
Terwujudnya
Kebutuhan dasar
masyarakat sejahtera
melalui pembangunan
bidang
keciptakaryaan yang
berkembang dan
berkelanjutan dengan
dukungan konsistensi
penataan ruang yang
dinamis
Mewujudkan lingkungan
permukiman yang layak
huni dan mendorong
masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan
perumahan yang sehat,
aman, dan teratur
Meningkatkan
penyediaan rumah bagi
KK Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
(MBR)
Meningkatnya
ketersediaan rumah bagi
Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
(MBR) untuk
menurunkan jumlah
backlog rumah
Penanganan permukiman
kumuh di perkotaan
Berkurangnya
permukiman kumuh di
perkotaan
Mewujudkan pemenuhan
kebutuhan sarana
pelayanan air bersih dan
penyehatan lingkungan
permukiman bagi
masyarakat
Memenuhi hak dasar
masyarakat atas air
bersih dan sanitasi yang
layak
Meningkatnya cakupan
pelayanan air bersih
Meningkatnya cakupan
pelayanan sanitasi
Memberikan arah
pemanfaatan ruang yang
mantap melalui
penyusunan perencanaan
dan pengendalian Tata
Ruang yang lengkap
dengan dilandasi oleh
legalitas hukum
Meningkatkan kualitas
perencanaan Tata Ruang
yang dilandasi dengan
legalitas hukum sehingga
dapat digunakan sebagai
acuan pemanfaatan dan
pengendalian ruang
Meningkatnya luas
kawasan yang sesuai
dengan RTRW
20
2.1.3.2. Sasaran
Sasaran pembangunan bidang keciptakaryaan didasari oleh target capaian pelayanan yang
ideal sesuai dengan referensi maupun regulasi yang relevan, yaitu dengan perhitungan yang
berbasis MDGs dan SPM.
a. Program Pengembangan Perumahan
Meningkatkan pemenuhan kebutuhan hunian yang layak bagi masyarakat :
1. Meningkatnya ketersediaan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk
menurunkan jumlah Backlog Rumah.
2. Meningkatnya jumlah KK yang memiliki akses terhadap rumah layak huni.
3. Berkurangnya permukiman kumuh di perkotaan.
4. Meningkatnya bantuan teknis dan usaha jasa konstruksi.
5. Meningkatnya penelitian dan pengujian bahan, material, serta sosialisasi penyebaran
informasi tentang standar teknik bangunan dan perumahan.
a. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Sanitasi
Peningkatan efektivitas kinerja penyediaan dan pengelolaan air minum dan sanitasi :
1. Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih.
2. Meningkatnya cakupan pelayanan sanitasi.
3. Meningkatnya pelayanan drainase dan persampahan.
b. Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Meningkatnya jumlah kawasan yang sesuai dengan RTRW.
21
Tabel 2.2 Matriks Hubungan antara Tujuan dan Sasaran
TUJUAN SASARAN
TUJUAN INDIKATOR SASARAN INDIKATOR
1 2 3 4
Meningkatkan
penyediaan rumah bagi KK Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)
Menurunnya Jumlah
Backlog Rumah
Meningkatnya
ketersediaan rumah bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk
menurunkan jumlah
backlog rumah
Persentase Kepala
Keluarga/ Masyarakat yang Berpenghasilan
Rendah yang Memiliki
Rumah Layak Huni
Persentase Rusunawa yang dihuni oleh kepala
keluarga yang berhak
Penanganan
permukiman kumuh di
perkotaan
Mengurangi luasan
permukiman kumuh di
perkotaan
Berkurangnya
permukiman kumuh di
perkotaan
Presentase berkurangnya
luasan permukiman kumuh di kawasan
perkotaan
Memenuhi hak dasar
masyarakat atas air
bersih dan sanitasi
yang layak
Meningkatkan pelayanan
air bersih
Meningkatnya cakupan
pelayanan air bersih
Persentase KK yang
dapat Layanan Air Bersih
yang layak
Meningkatkan pelayanan
sanitasi yang layak
Meningkatnya cakupan
pelayanan air limbah
Persentase KK Rumah
Tangga dengan Layanan
Sanitasi yang aman
Meningkatkan kualitas perencanaan
Tata Ruang yang dilandasi dengan
legalitas hukum
sehingga dapat digunakan sebagai
acuan pemanfaatan dan pengendalian
ruang
Meningkatkan luas kawasan yang sesuai
dengan RTRW
Meningkatnya luas kawasan yang sesuai
dengan RTRW
Persentase luas kawasan yang peruntukannya
sesuai tata ruang
2.1.4. Arah Kebijakan
Kebijakan adalah arah yang diambil dalam menentukan bentuk konfigurasi program dan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Kebijakan dapat bersifat internal, yaitu kebijakan dalam mengelola
pelaksanaan program-program pembangunan, maupun bersifat eksternal, yaitu kebijakan dalam
rangka mengatur, mendorong dan memfasilitasi kegiatan masyarakat.
a. Arah Kebijakan Program Pembangunan Perumahan
Secara garis besar arah kebijakan program pembangunan perumahan adalah :
1. Peningkatan pemenuhan rumah layak huni bagi seluruh masyarakat khususnya MBR,
2. Bertambahnya pembangunan Rusunawa,
22
3. Mengurangi permukiman kumuh di perkotaan,
4. Terlaksananya pelatihan kemasyarakatan melalui pembinaan jasa konstruksi,
5. Peningkatan jumlah penelitian dan pengujian serta penyebaran informasi teknologi di bidang
perumahan dan permukiman.
b. Arah Kebijakan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan
Sanitasi
Arah kebijakan program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah
meliputi :
1. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih,
2. Pembangunan sarana dan prasarana sanitasi,
3. Pembangunan/perbaikan saluran drainase dan sarana persampahan.
c. Arah Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Dalam rangka merealisasikan Strategi penataan ruang dimaksud, diperlukan arah kebijakan
sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan peran Tata Ruang sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan
antar sektor dan antar wilayah,
2. Fasilitasi penyusunan RTRW dan rencana rinci/detil tata ruang.
2.1.5. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) berisikan perencanaan yang global
dengan penjabaran hanya sampai kepada Program hingga perlu dioperasionalisasikan dengan
perencanaan yang lebih mikro sampai penjabaran terakhir pada kegiatan-kegiatan namun masih
dalam satu rangkuman dari seluruh perencanaan pembangunan baik untuk Kementrian/ Lembaga
di Pusat dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Daerah, perencanaan yang lebih mikro tadi
disebut dengan Rencana Kerja Perangkat (RKP) di Pusat dan RKPD di Daerah.
Sehingga pada akhirnya RKP yang diamanahkan oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun
2004 dirancang untuk Pemerintah Pusat, dan RKPD yang diamanahkan oleh Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 dirancang untuk Pemerintah Daerah, di Jawa Timur telah ditetapkan dengan
23
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 40 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2016.
Penyusunan RKT berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN & RB) Nomor : 29 Tahun 2010 Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Adapun Rencana Kinerja Tahun 2016 Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang
Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 Rencana Kinerja Tahun 2016
TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
UTAMA
TARGET
2016
1 2 3 4
Meningkatkan
penyediaan rumah
bagi KK Masyarakat
Berpenghasilan
Rendah (MBR)
Meningkatnya
ketersediaan rumah bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) untuk
menurunkan jumlah backlog rumah
Persentase Kepala
Keluarga/ Masyarakat yang Berpenghasilan
Rendah yang Memiliki Rumah Layak Huni
95,76%
Persentase Rusunawa
yang dihuni oleh kepala keluarga yang berhak
100%
Penanganan permukiman kumuh di
perkotaan
Berkurangnya permukiman kumuh di
perkotaan
Presentase berkurangnya luasan permukiman
kumuh di kawasan
perkotaan
13,31%
Memenuhi hak dasar
masyarakat atas air bersih dan sanitasi
yang layak
Meningkatnya cakupan
pelayanan air bersih
Persentase KK yang
dapat Layanan Air Bersih yang layak
77,62%
Meningkatnya cakupan
pelayanan air limbah
Persentase KK Rumah
Tangga dengan Layanan Sanitasi yang aman
71,29%
Meningkatkan
kualitas perencanaan Tata Ruang yang
dilandasi dengan legalitas hukum
sehingga dapat digunakan sebagai
acuan pemanfaatan
dan pengendalian ruang
Meningkatnya luas
kawasan yang sesuai dengan RTRW
Persentase luas kawasan
yang peruntukannya sesuai tata ruang
49,98%
24
2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2016
Rencana Kinerja Tahunan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi
Jawa Timur Tahun 2016 yang telah dibuat untuk melaksanakan kegiatan, program dan sasaran di
tahun 2016 menjadi tumpuan bagi Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi
Jawa Timur untuk mewujudkan kinerja Output ataupun Outcome yang ditetapkan dalam Penetapan
Kinerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur Tahun 2016
berdasarkan pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi yang ditindaklanjuti dengan surat edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor
SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Penetapan Kinerja.
Pada tanggal 31 Desember 2010 muncul Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menjadikan Penetapan Kinerja sebagai
komitmen kinerja Gubernur Jawa Timur dinyatakan dalam Perjanjian Kinerja, sebagaimana dapat
dilihat pada lampiran Penetapan Kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2016.
Penetapan Kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 dijadikan acuan
untuk mengukur Kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun 2016 dan melaporkannnya
dalam LKj-IP.
25
Akuntabilitas Kinerja dalam format Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj-IP) Dinas
Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur tidak terlepas dari rangkaian
mekanisme fungsi perencanaan yang sudah berjalan mulai dari Perencanaan Strategis (Renstra)
dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) ataupun Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan
Penetapan Kinerja (PK) Pemerintah Provinsi Jawa Timur, pun tidak terlepas dari pelaksanaan
pembangunan itu sendiri sebagai fungsi Actuating dari berbagai piranti perencanaan yang sudah
dibuat tersebut, hingga kemudian sampailah pada saat pertanggung jawaban pelaksanaan
pembangunan yang mengerahkan seluruh sumber daya manajemen pendukungnya.
Pertanggungjawaban kinerja pelaksanaan pembangunan sifatnya terukur, terdapat standar
pengukuran antara yang diukur dengan piranti pengukurannya. Pertanggung jawaban pengukuran
yang diukur adalah kegiatan, program, dan sasaran, yang prosesnya adalah sejauh mana kegiatan,
program, dan sasaran dilaksanakan tidak salah arah dengan berbagai piranti perencanaan yang
telah dibuat.
26
3.1. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2016
Adapun pengukuran Kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target setiap
Indokator Kinerja Sasaran dengan realisasinya. Setelah dilakukan penghitungan akan diketahui
selisih atau celah Kinerja. Selanjutnya berdasarkan selisih Kinerja tersebut dilakukan evaluasi guna
mendapatkan strategi yang tepat untuk peningkatan Kinerja dimasa yang akan datang
(performance improvement).
Dalam memberikan penilaian tingkat capaian Kinerja setiap sasaran, menggunakan skala
pengukuran 4 (empat) katagori sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3.1 Skala Pengukuran Capaian Sasaran Kinerja Tahun 2016
3.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Pengukuran kinerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi
Jawa Timur tahun 2016 menggunakan metode yang diatur dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 29 tahun 2010 tentang
Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Hasil pengukuran kinerja beserta evaluasi setiap tujuan dan sasaran Dinas Pekerjaan
Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur tahun 2016 disajikan sebagai berikut:
NO PERSENTASE CAPAIAN KATEGORI CAPAIAN
1 Lebih dari 100% Sangat Baik
2 75% sampai 100% Baik
3 55% sampai 75% Cukup
4 Kurang dari 55% Kurang
27
3.2.1. Meningkatkan Ketersediaan Rumah bagi KK Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR)
Tujuan Meningkatkan ketersediaan rumah bagi KK masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR).
Sasaran Meningkatnya penyediaan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
untuk dengan indikator sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pengukuran Kinerja Meningkatkan Ketersediaan Rumah bagi KK Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)
Tahun 2011-2016
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
3.2.1.1. Indikator Persentase Kepala Keluarga/Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang Memiliki Rumah Layak Huni
Pencapaian Indikator Persentase Kepala Keluarga/Masyarakat Berpenghasilan Rendah
yang Memiliki Rumah Layak Huni senantiasa menunjukkan kenaikan selama 6 tahun terakhir sejak
tahun 2011 s/d 2016 sebagai berikut. Pada tahun 2011 mencapai sebesar 94,66%, sementara pada
tahun 2012 mencapai sebesar 94,93%. Pada tahun 2013 mencapai 95,08% dan pada tahun 2014
sebesar 95,23%. Tahun 2015 mencapai 95,36%, sedangkan pada tahun 2016 dari target yang
NO INDIKATOR
TH.
2011
TH.
2012
TH.
2013
TH.
2014
TH.
2015 TH. 2016
REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI TARGET REALISASI
1 Persentase Kepala Keluarga / Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang Memiliki Rumah Layak Huni
94,66% 94,93% 95,08% 95,23% 95,36% 95,76% 95,61%
2 Persentase Rusunawa yang dihuni oleh Kepala Keluarga yang Berhak
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
28
ditentukan sebesar 95,76% terealisasi mencapai 95,61% ada kenaikan dari tahun 2015 sebesar
0,25%.
Tahun 2010 kondisi kebutuhan rumah (backlog) di Jawa Timur sejumlah 520.000 KK dan
ketersediaan rumah yang layak huni yang didukung oleh fasilitas sarana prasarananya (PSU) yang
peruntukannya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan harga terjangkau. Kedua
indikator tersebut bertujuan untuk menurunkan angka "backlog" rumah yang menyatakan
kekurangan/selisih antara jumlah Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah rumah (asumsi ideal 1
rumah per KK/5 orang) adalah ditujukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan perumahan
dan permukiman, baik di perkotaan maupun di perdesaan melalui penyediaan perumahan yang
layak huni dengan harga terjangkau, serta penyediaan sarana dan prasarana penunjang seperti air
bersih, air Limbah maupun sarana permukiman lainnya agar terwujud lingkungan perumahan yang
sehat, aman dan nyaman. Adapun kegiatan untuk menurunkan Backlog rumah terdiri dari :
a. Pembangunan Rumah Sejahtera Tapak (RST)
Rumah merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia, namun pada kenyataannya
di Jawa Timur masih banyak masyarakat yang belum mampu menikmati kehidupannya dalam
rumah yang layak, sehat, aman dan berada pada lingkungan yang sehat dan layak huni.
Tabel 3.3 Persentase Capaian Jumlah KK terbangun melalui Rumah Sejahtera Tapak di
Jawa Timur Tahun 2011-2016
NO TAHUN TARGET KK YANG BELUM
MEMILIKI RUMAH REALISASI KK YANG
TERBANGUN CAPAIAN
(%)
1 2011 15.000 19.250 128,33
2 2012 25.000 20.182 80,73
3 2013 28.000 11.047 39,45
4 2014 28.000 20.000 71,43
5 2015 25.000 20.000 80,00
6 2016 25.000 20.000 80,00
Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim
29
Pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan untuk memenuhi kebutuhan akan
perumahan dan permukiman, baik di perkotaan maupun di perdesaan, melalui penyediaan
perumahan yang layak huni serta penyediaan sarana dan prasarana penunjangnya. Pembangunan
perumahan dan permukiman dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan antara lain : penyediaan
perumahan itu sendiri serta penyediaan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi penyediaan
prasarana jalan, air bersih dan penyehatan lingkungan.
Penyediaan perumahan di Jawa Timur dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan/perkembangan jumlah penduduk, meskipun persentasenya masih belum sebanding
antara kebutuhan dengan penyediaannya.
Tabel 3.4 Pengukuran Kinerja Kegiatan Perumahan yang terbangun PSU dan Persentase
RTLH yang direnovasi Tahun 2011 s/d 2016
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
b. Perumahan yang terbangun PSU
Pencapaian kegiatan perumahan bagi MBR yang terbangun PSU senantiasa menunjukkan
kenaikan selama 6 tahun terakhir sejak tahun 2011 s/d 2015. Dari capaian awal di tahun 2011
sebesar 20,85%, pada tahun 2012 mencapai 26,44%, pada tahun 2013 mencapai sebesar 31,42%.
Sementara pada tahun 2014 mencapai sebesar 33,90% dan pada tahun 2015 tercapai sebesar
35,05%. Tahun 2016 dari target yang ditentukan yaitu sebesar 40,14% tercapai realisasi sebesar
37,20%.
NO KEGIATAN
TH. 2011
TH. 2012
TH. 2013
TH. 2014
TH. 2015
TH. 2016
REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI TARGET REALISASI
1 Perumahan yang terbangun PSU
20,85% 26,44% 31,42% 33,90% 35,05% 40,14% 37,20%
2 RTLH yang direnovasi 19,99% 24,52% 28,23% 31,26% 36,04% 39,37% 39,51%
30
c. Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
Sedangkan pencapaian kegiatan RTLH yang direnovasi selama lima tahun terakhir dapat
digambarkan sebagai berikut yakni pada tahun 2011 Persentase RTLH yang direnovasi sebesar
19,99% pada tahun 2012 meningkat sebesar 24,52%. Pada tahun 2013, 2014, dan 2015 terjadi
peningkatan pembangunan yakni masing-masing 28,23%, 31,26% dan 36,04%. Pada tahun 2016
pembangunan tersebut mencapai 39,51% melebihi dari target yang ditetapkan yaitu 39,37%.
Tabel 3.5 Pengukuran Kinerja RTLH Tahun 2009-2016
NO KABUPATEN/
KOTA KEBUTUHAN
RTLH
TAHUN 2009
(TAHAP I&II)
TAHUN 2010
(TAHAP III&IV)
TAHUN 2011
(TAHAP V&VI)
TAHUN 2012
(TAHAP VII&VIII)
TAHUN 2013
(TAHAP IX)
TAHUN 2014
(TAHAP X)
TAHUN 2015
(TAHAP XI)
TAHUN 2016
(TAHAP XiI)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Kab. Sumenep 6.811 1.000 - 1.512 1.285 470 - - -
2 Kab. Pamekasan 6.119 1.000 - 1.007 280 470 - - -
3 Kab. Sampang 6.711 1.000 - 1.010 280 470 - - -
4 Kab. Bangkalan 3.344 1.000 - 1.007 280 470 - - -
5 Kab. Jember 11.116 1.000 - 505 - - 768 - 1.005
6 Kab. Bondowoso 10.364 1.000 500 504 - 940 - 1105 776
7 Kab. Situbondo 3.903 1.000 505 1.007 - - - 1105 -
8 Kab/Kota
Probolinggo
12.840 1.000 - 1.007 - 940 - 1104 -
9 Kab. Trenggalek 6.211 1.000 503 - 1.005 - - 1007 -
10 Kab. Pacitan 13.565 1.000 500 500 1.005 940 - - 931
11 Kab. Banyuwangi 24.447 1.000 - 1.007 - - 769 - -
12 Kab. Lumajang 3.925 1.000 - 505 - - 770 - 1.005
13 Kab/Kota Pasuruan 17.657 1.000 - 1.007 1.005 - - 1100 -
14 Kab. Jombang 7.727 1.000 - - 1.004 - - 1098 -
15 Kab/Kota Madiun 13.730 1.000 1.507 505 1.005 940 - - 306
16 Kab. Ponorogo 37.000 1.000 - - 1.055 940 - 1000 -
17 Kab. Magetan 3.770 1.000 1.510 505 - - - 1000 -
18 Kab. Ngawi 11.780 1.000 500 - - - 766 - 1.005
19 Kab. Bojonegoro 9.693 1.000 500 500 - 940 768 - -
20 Kab. Tuban 6.201 1.000 500 500 - 940 770 - 1.005
21 Kab. Nganjuk 3.201 - 1.005 - 1.005 - - - 573
22 Kab/Kota Kediri 2.575 - 1.000 - 280 - 766 - 556
23 Kab. Tulungagung 2.770 - 1.005 - 1.005 - - - 940
24 Kab/Kota Blitar 5.790 - 1.000 1.011 - - 769 - 670
25 Kab/Kota Malang 4.389 - 1.000 1.007 - 940 - 1100 -
26 Kab. Sidoarjo 2.005 - 1.000 - - - 770 - -
27 Kab. Gresik 6.017 - 1.000 500 - - 770 - -
28 Kab/Kota Mojokerto 7.299 - 1.005 - 1.004 - - 1010 -
29 Kab. Lamongan 2.479 - 1.005 - - - - 1030 -
30 Kota Surabaya - - - - - - - 482 -
JUMLAH 253.439 20.000 15.545 15.106 11.498 9.400 7.686 12.141 8.772
JUMLAH KOMULATIF 20.000 35.545 50.651 62.149 71.549 79.235 91.335 100.148
% 7,89 14,03 19,99 24,52 28,23 31,26 36,04 39,51
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
31
3.2.1.2. Persentase Rusunawa yang dihuni oleh Kepala Keluarga yang Berhak
Pencapaian Indikator Persentase Rusumawa yang dihuni oleh Kepala Keluarga yang
Berhak selama 6 tahun terakhir sejak tahun 2011 s/d 2015 berhasil dipertahankan capaiannya
sebesar 100%. Begitu pula pada tahun 2016 capaianya juga masih berhasil dipertahankan sebesar
100% sesuai dengan target.
Adapun Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang telah terbangun oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Timur sebagai berikut :
Tabel 3.6 Target dan Realisasi Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA) Tahun 2011 – 2016
No Tahun Target Realisasi
(TB) (TB)
1 2011 25 15
2 2012 40 18
3 2013 12 12
4 2014 14 12
5 2015 1 1
6 2016 1 1
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
Sedangkan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) yang telah dibangun oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dibanding dengan Nasional adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7 Perbandingan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA) Tingkat Provinsi dan Nasional Tahun 2011–2016
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
NO TAHUN TARGET REALISASI CAPAIAN
TINGKAT PROVINSI
TINGKAT NASIONAL (TB) (TB)
1 2011 25 15 15 70
2 2012 40 18 18 48
3 2013 12 12 12 67
4 2014 14 12 12 25
5 2015 1 1 1 25
6 2016 1 1 1 74
32
Grafik 3.1 Perbandingan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa
(RUSUNAWA) Tingkat Provinsi dan Nasional Tahun 2011–2016
3.2.1.3. Permasalahan dan Solusi
a. Permasalahan yang dihadapi antara lain :
• Belum mantapnya kelembagaan penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
• Terbatasnya lahan murah untuk pembangunan perumahan.
• Belum mantapnya sistem pembiayaan perumahan.
• Terbatasnya akses Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memenuhi kebutuhan
perumahan yang layak.
• Masih lemahnya komitmen pemerintah daerah dalam pembangunan perumahan.
• Masih rendahnya efisiensi dalam pembangunan perumahan.
• Menurunnya kualitas lingkungan permukiman dan meningkatnya luasan kawasan kumuh.
• Belum memadainya prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman.
• Menurunnya daya dukung lingkungan perumahan dan permukiman.
• Belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dengan pembangunan
prasarana dan sarana kawasan.
• Lemahnya pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan untuk pembangunan
perumahan dan permukiman.
• Masih terbatasnya penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman di kawasan
tertinggal, di kepulauan terpencil dan di kawasan perbatasan.
• Masih belum efektifnya penerapan konsep pengendalian permukiman melalui dukungan
prasarana dan sana dasar permukiman Kasiba/Lisiba.
33
b. Solusi terhadap permasalahan diatas melalui :
• Peningkatan pemenuhan rumah layak huni bagi seluruh masyarakat khususnya MBR.
• Pembangunan Rusunawa.
3.2.2. Penanganan Permukiman Kumuh Di Perkotaan
Pemerintah sangat memperhatikan penanganan kawasan kumuh, misalnya dalam RPJPM
2005 -2024 ditargetkan pada tahun 2020 sudah tidak ada lagi permukiman kumuh di perkotaan,
bahkan dipertegas lagi pada konsep RPJMN 2014-2019 bidang cipta karya bahwa pada tahun 2019
kawasan kumuh telah tertangani.
Penuntasan kawasan kumuh di kawasan perkotaan ini memang sangat perlu perhatian
yang serius, dengan perkembangan yang cepat dan aglomerasi perkotaan di kawasan ini semakin
tinggi tentu menjadikan kebutuhan akan pemukiman dan tempat tinggal semakin tinggi juga. Dari
hasil indentifikasi kawasan kumuh Provinsi Jawa Timur tahun 2015 sekitar 3.840 ha. Pada Tahun
2016 ini telah dilakukan penanganan kawasan kumuh sebagai berikut :
Tabel 3.8 Penanganan Permukiman Kumuh di Perkotaan Tahun 2016
NO KABUPATEN/KOTA
PENGURANGAN KAWASAN
KUMUH
Ha
1 Kabupaten Bondowoso 1,83
2 Kabupaten Gresik 6,23
3 Kabupaten Jombang 23,03
4 Kabupaten Lamongan 11,76
5 Kabupaten Lumajang 2,84
6 Kabupaten Malang 5,24
7 Kabupaten Ponorogo 0,11
8 Kabupaten Probolinggo 4,87
9 Kabupaten Sidoarjo 12,29
10 Kabupaten Situbondo 35,18
11 Kabupaten Sumenep 13,06
12 Kabupaten Tulungagung 28,69
13 Kota Blitar 12,58
14 Kota Malang 65,41
15 Kota Mojokerto 161,39
16 Kota Pasuruan 64,62
17 Kota Probolinggo 4,87
18 Kota Surabaya 1,29
JAWA TIMUR 455,30
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
34
Tabel 3.9 Pengukuran Indikator Persentase Penanganan Permukiman Kumuh di
Perkotaan Tahun 2015-2016
NO TAHUN TARGET REALISASI CAPAIAN TINGKAT
PROVINSI
TINGKAT NASIONAL
1 2015 5,7% 4,74% 4,74% 8,10%
2 2016 13,31% 12,85 12,85% 6,00%
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
Pencapaian Indikator Persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan
perkotaan pada tahun 2015 mencapai 5,7% dari target yang telah ditetapkan sebesar 4,74%.
Sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan yaitu mencapai 12,85% dari yang ditargetkan
sebesar 13,31%. Capaian nasional pada tahun 2016 yaitu sebesar 6,00%.
Grafik 3.2 Perbandingan Persentase Penanganan Permukiman Kumuh di Perkotaan
Tingkat Provinsi dan Nasional Tahun 2015-2016
3.2.2.1. Permasalahan dan Solusi
a. Permasalahan yang dihadapi antara lain :
• Belum mantapnya kelembagaan penanganan permukiman kumuh.
• Terbatasnya akses Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memenuhi kebutuhan
perumahan yang layak.
• Masih lemahnya komitmen pemerintah daerah dalam penanganan permukiman kumuh.
• Menurunnya kualitas lingkungan permukiman dan meningkatnya luasan kawasan kumuh.
• Belum memadainya prasarana dan sarana dasar lingkungan permukiman.
35
• Menurunnya daya dukung lingkungan permukiman.
• Lemahnya pengawasan dan pengendalian alih fungsi lahan untuk permukiman.
• Masih terbatasnya penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman.
• Masih belum efektifnya penerapan konsep pengendalian permukiman melalui dukungan
prasarana dan sana dasar permukiman Kasiba/Lisiba.
c. Solusi terhadap permasalahan diatas melalui :
• Peningkatan pemenuhan rumah layak huni bagi seluruh masyarakat khususnya MBR.
Upaya penataan lingkungan dan pemenuhan sarana prasarana di kawasan permukiman.
• Pembangunan Rusunawa.
3.2.3. Memenuhi Hak Dasar Masyarakat atas Air Bersih dan Sanitasi yang Layak
Tujuan Memenuhi hak dasar masyarakat atas air bersih dan sanitasi yang layak. Adalah
untuk pemenuhan sarana air bersih bagi masyarakat dan pemenuhan sarana prasarana air limbah
yang aman bagi masyarakat baik diperkotaan maupun perdesaan untuk menuju taraf hidup yang
sehat.
Prioritas pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur yang salah satu
indikatornya direpresentasikan dengan tingkat pelayanan air bersih di perkotaan dan di perdesaan
yang membandingkan antara jumlah kapasitas sarana dan prasarana air bersih yang ada dengan
pelayanan terhadap jumlah penduduk di perkotaan dan di perdesaan.
Tabel 3.10 Pengukuran Indikator Persentase Pelayanan Air Bersih di Perkotaan dan
Pedesaan Tahun 2011 – 2016
NO
INDIKATOR TH 2011 TH 2012 TH 2013 TH 2014 TH 2015 TH 2016
REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI TARGET REALISASI
1 Persentase pelayanan air bersih perkotaan
61,81%
62,51% 64,89%
66,76%
72,77%
78,71%
73,26%
2
Persentase pelayanan air
bersih di pedesaan
55,43%
56,88%
57,93%
57,97%
69,45%
76,53%
70,86%
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
36
3.2.3.1. Pelayanan Air Bersih Perkotaan dan Perdesaan
Pencapaian indikator tersebut senantiasa menunjukkan peningkatan selama 6 (enam)
tahun terakhir sejak tahun 2011 s/d 2016 sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3.11 Target dan Capaian Pelayanan Air Bersih di Perkotaan dan Pedesaan Tahun
2011 – 2016 terhadap Target Nasional
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
Grafik 3.3 Perbandingan Pelayanan Air Bersih Tingkat Provinsi dan Nasional Tahun
2011 - 2016
Langkah operasional untuk mencapai target dan sasaran tersebut dapat mencakup
program-program pembangunan yang terintegrasi dan komprehensif, misalnya pembangunan
NO TAHUN
PERKOTAAN (%) PERDESAAN (%) TARGET TINGKAT
PROVINSI
CAPAIAN TINGKAT
PROVINSI
TINGKAT NASIONAL
TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1 2011 64,87 61,81 57,05 55,43 60,30 58,08 60,96
2 2012 66,73 62,51 59,60 56,88 62,69 59,32 63,77
3 2013 68,40 64,89 62,45 57,93 65,13 60,96 66,71
4 2014 70,49 66,76 65,18 57,97 67.68 62,35 69,78
5 2015 72,41 72,77 70,07 69,45 71,24 71,11 70,30
6 2016 78,71 73,26 76,53 70,86 77,62 72,06 76,5
37
perkotaan atau pengentasan kemiskinan maupun pembangunan sektoral, misalnya pengembangan
wilayah pemukiman dan wilayah industri, Program-program stimulan kepada masyarakat yang
berpenghasilan rendah (MBR) yang dikaitkan dengan penyediaan sarana air bersih kepada rumah
tangga berhasil menambah cakupan pelayanan dan jumlah pelanggan PDAM.
Tabel 3.12 Pemanfaatan Jiwa Terlayani Air Bersih Tahun 2016
NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH JIWA TERLAYANI
1 Kab. Bangkalan 560.684
2 Kab. Banyuwangi 1.415.130
3 Kab. Blitar 833.001
4 Kab. Bojonegoro 1.127.663
5 Kab. Bondowoso 422.375
6 Kab. Gresik 1.062.921
7 Kab. Jember 1.781.653
8 Kab. Jombang 659.610
9 Kab. Kediri 838.021
10 Kab. Lamongan 434.116
11 Kab. Lumajang 727.146
12 Kab. Madiun 520.797
13 Kab. Magetan 602.096
14 Kab. Malang 2.121.737
15 Kab. Mojokerto 759.145
16 Kab. Nganjuk 813.343
17 Kab. Ngawi 481.918
18 Kab. Pacitan 279.450
19 Kab. Pamekasan 216.253
20 Kab. Pasuruan 1.182.625
21 Kab. Ponorogo 683.895
22 Kab. Probolinggo 769.257
23 Kab. Sampang 299.489
24 Kab. Sidoarjo 1.928.857
25 Kab. Situbondo 441.400
26 Kab. Sumenep 604.958
27 Kab. Trenggalek 399.169
28 Kab. Tuban 847.757
29 Kab. Tulungagung 824.354
30 Kota Batu 186.983
31 Kota Blitar 35.067
32 Kota Kediri 251.169
33 Kota Madiun 171.175
34 Kota Malang 854.424
35 Kota Mojokerto 26.920
36 Kota Pasuruan 140.365
37 Kota Probolinggo 225.116
38 Kota Surabaya 2.471.156
JUMLAH 28.001.193
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
38
Capaian Idikator Kinerja Pelayanan Air Bersih di Perkotaan dan di Perdesaan ini didukung
oleh kegiatan antara lain :
▪ Penyediaan dan Pengelolaan sarana dan prasarana air bersih di perdesaan dan daerah rawan
air;
▪ Fasilitasi sistem penyediaan air minum (SPAM) regional;
▪ Peningkatan daya dukung lingkungan sumber air baku,
Tingkat pelayanan air bersih pada tahun 2016 terjadi peningkatan baik di perkotaan
maupun di perdesaan, di perkotaan meningkat sebesar 0,49% dibanding tahun 2015, Tetapi bila
ditinjau dari jumlah penduduk perkotaan pada tahun 2016 terjadi penurunan prosentase pelayanan.
Hal ini disebabkan karena selama kurun waktu 2015–2016 telah terjadi kenaikan jumlah penduduk
perkotaan, dimana peningkatan penyediaan sarana air bersih belum sebanding dengan
pertambahan penduduk perkotaan di Jawa Timur. Sedangkan di pedesaan capaian pada tahun 2016
terjadi peningkatan 1,41% dibanding tahun 2015.
3.2.3.2. Pelayanan Sanitasi Perkotaan dan Perdesaan
Prioritas pembangunan, pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur yang salah satu
indikatornya direpresentasikan dengan tingkat pelayanan sanitasi di perkotaan dan di perdesaan
yang membandingkan antara jumlah KK yang membutuhkan pasarana sanitasi di perkotaan dan di
pedesaaan. Pencapaian indikator tersebut senantiasa menunjukkan peningkatan selama 6 (enam)
tahun terakhir sejak tahun 2011 s/d 2016 sebagaimana tabel berikut :
Tabel 3.13 Pengukuran Pelayanan Sanitasi di Perkotaan dan Perdesaan
Tahun 2011 – 2016
NO INDIKATOR
TH 2011 TH 2012 TH 2013 TH 2014 TH 2015 TH 2016
REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI TARGET REALISASI
1
Persentase
pelayanan air
limbah
perkotaan
76,54% 77,19% 77,70% 78,09% 78,10% 82,23% 79,60%
2
Persentase
pelayanan air
limbah
pedesaan
46,38% 46,49% 46,54% 46,59% 48,66% 60,35% 51,02%
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
Tabel 3.14 Target dan Capaian Pelayanan Air Limbah di Perkotaan dan Perdesaan
Tahun 2011 – 2016 terhadap Target Nasional
39
NO TAHUN
PERKOTAAN (%) PERDESAAN (%) TARGET TINGKAT
PROVINSI
CAPAIAN TINGKAT
PROVINSI
TINGKAT NASIONAL
TARGET REALISASI TARGET REALISASI
1 2011 76,85 76,54 47,35 46,38 62,10 61,46 55,6
2 2012 77,18 77,19 50,86 46,49 64,02 62,71 57,8
3 2013 78,02 77,70 54,91 46,54 66,47 62,97 59,7
4 2014 78,97 78,09 57,73 46,59 68,35 63,20 60,5
5 2015 79,60 78,10 50,28 48,66 64,94 63,38 61,06
6 2016 82,23 79,60 60,35 51,02 71,29 65,31 70,00
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
Adapun pengelolaan air limbah terpusat (sistem sewerage) diperkotaan, pengolahan
lumpur tinja belum efektif karena masih rendahnya pemanfaatan sarana IPLT yang sudah
terbangun realisasi tahun 2016 sebesar 65,31% sedangkan capaian air limbah nasional 70,00%.
Grafik 3.4 Perbandingan Pelayanan Sanitasi Tingkat Provinsi dan Nasional
Tahun 2011 – 2016
40
3.2.3.3. Permasalahan dan Solusi
a. Permasalahan yang dihadapi antara lain :
• Rendahnya peningkatan pelayanan air bersih di perkotaan dan perdesaan serta khususnya
untuk penduduk miskin dan daerah kekeringan.
• Rendahnya kualitas manajemen pengelolaan air minum yang dilakukan oleh PDAM.
• Stagnasi dalam penurunan tingkat kebocoran air (teknis maupun non teknis).
• Permasalahan tarif air minum yang tidak mampu mengimbangi biaya produksi, sehingga
tidak dapat mencapai kondisi pemulihan biaya (cost recovery).
• Pada beberapa daerah terjadi konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber air baku. Hal
ini disebabkan adanya kepentingan peruntukan sumber air tersebut untuk non air bersih,
maupun karena kendala batas administrasi wilayah.
• Pelayanan air bersih non perpipaan (sebagian besar di perdesaan) belum teridentifikasi
secara kuantitatif maupun kualitatif berdasarkan kondisi air yang dikonsumsi secara mandiri.
• Masih terbatasnya pelayanan pengolahan sistim air limbah terpusat (sistim sewerage) di
perkotaan.
• Belum memadainya pelayanan sanitasi yang hal itu akan dapat memberikan kontribusi
pencemaran terhadap air permukaan dan air tanah.
• Pengolahan lumpur tinja belum efektif karena masih rendahnya pemanfaatan sarana IPLT
yang sudah terbangun.
• Tidak berfungsinya saluran drainase sebagai pematus air hujan,hal ini disebabkan antara lain
karena masyarakat membuang sampah ke saluran drainase, akibat dari rendahnya
penegakan hukum khususnya dalam perambahan badan air termasuk saluran drainase di
kawasan perkotaan.
• Belum mantapnya peraturan dan standar pengelolaan drainase.
• Penanganan masalah banjir perkotaan masih secara parsial dan tidak konseptual karena
terbatasnya dokumen perencanaan induk dan perencanaan detail drainase yang seharusnya
dapat dipakai sebagai acuan dalam menyusun rencana tindak.
• Belum memadainya sistem dan pendanaan untuk pemeliharaan drainase.
• Belum terpadunya kerjasama antar instansi terkait maupun antar pemerintah daerah dalam
penanganan drainase khususnya pengurangan luas daerah genangan atau banjir.
41
b. Solusi terhadap permasalahan diatas melalui :
• Peran serta seluruh stakeholder dalam upaya mencapai sasaran pembangunan air bersih di
perkotaan dan perdesaan.
• Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk berperan serta dalam
meningkatkankan pelayanan air bersih untuk masyarakat.
• Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan air bersih sebagai upaya meningkatkan
efisiensi pelayanan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam (air baku).
• Meningkatkan kinerja pengelola air minum melalui restrukturisasi kelembagaan.
• Meningkatkan kualitas SDM pengelola pelayanan air bersih.
• Peran serta seluruh stakeholder dalam upaya mencapai sasaran pembangunan Air Limbah
yang layak di perkotaan dan perdesaan.
• Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk berperan serta dalam
meningkatkankan pelayanan Air Limbah yang layak untuk masyarakat.
• Meningkatkan kualitas SDM pengelola pelayanan Air Limbah yang layak.
• kerjasama antar instansi terkait maupun antar pemerintah daerah dalam penanganan
drainase khususnya pengurangan luas daerah genangan atau banjir.
3.2.4. Meningkatkan Kualitas Perencanaan Tata Ruang yang Dilandasi dengan
Legalitas Hukum sehingga dapat Digunakan Sebagai Acuan Pemanfaatan
dan Pengendalian Ruang.
Tujuan Meningkatkan kualitas perencanaan tata ruang yang dilandasi dengan legalitas
hukum sehingga dapat digunakan sebagai acuan pemanfaatan dan pengendalian ruang pada
kabupaten/kota di Jawa Timur sebagaimana peruntukannya. Pencapaian tujuan tersebut dapat
dilihat melalui indikator Persentase Luas Kawasan yang Peruntukannya sesuai Tata Ruang.
Untuk perhitungan indikator kinerja bidang penataan ruang tidak bisa memakai luasan
dikarenakan beberapa hal diantaranya dalam Rencana Tata Ruang, luasan wilayah perencanaan
belum bisa ditentukan sebelum delineasi wilayah perencanaan ditetapkan. Tahapan delineasi tata
ruang dilakukan dengan memperhatikan keterkaian fungsi, keterkaitan batas fisik, keterkaitan
administrasi.
42
Penentuan Persentase Luas Kawasan yang Peruntukannya sesuai Tata Ruang dilihat dari
beberapa capaian diantaranya Persentase jumlah Perda RTRW Kab/kota, Persentase jumlah
kawasan strategis Propinsi yang telah dikendalikan, Persentase jumlah kawasan perkotaan yang
telah dikendalikan, dan Persentase jumlah kawasan pengendalian ketat yang telah dikendalikan.
Berikut ini adalah cara penghitungan setiap capaian. Progress tiap poin capaian bidang penataan
ruang hingga tahun 2016 adalah sebagai berikut :
3.2.4.1. Persentase Jumlah Kawasan Strategis Propinsi yang telah
Dikendalikan
Tabel. 3.15 Persentase Jumlah Kawasan Strategis Propinsi yang telah Dikendalikan
Tahun 2011 - 2016
TAHUN JUMLAH KSP YANG
TELAH DIKENDALIKAN
AKUMULASI % INDIKATOR
KINERJA
AKUMULASI % INDIKATOR
KINERJA
2011 3 3 7,69 7,69
2012 2 5 5,13 12,82
2013 7 12 17,95 30,77
2014 3 15 7,69 38,46
2015 3 18 7,69 46,15
2016 8 26 20,51 66,66
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
Terdapat 26 Kawasan Strategis Provinsi yang telah dikendalikan dengan rincian Tahun
2011 terdapat 3 KSP, tahun 2012 bertambah 2 KSP, tahun 2013 bertambah 7 KSP, tahun 2014
bertambah 3 KSP, dan tahun 2015 bertambah 3 KSP. Sedangkan pada tahun 2016 berlambah lagi 8
KSP.
Tabel. 3.16 Persentase Jumlah Perda RTRW Kab/Kota
Tahun 2011 - 2016
TAHUN
JUMLAH PERDA RTRW KAB/KOTA
YANG TELAH DITETAPKAN
AKUMULASI %
INDIKATOR
KINERJA
AKUMULASI % INDIKATOR
KINERJA
2011 12 19 31,58 50,00
2012 13 32 34,21 84,21
2013 4 36 10,53 94,74
2014 1 37 2,63 97,37
2015 1 38 2,63 100
2016 0 38 0 100
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
43
Terdapat 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Hingga tahun 2014 sudah ada 37 Perda
RTRW Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan. Hanya 1 Kabupaten yang belum menetapkan Perda
RTRW yaitu Kabupaten Jember. Pada tahun 2015 Raperda RTRW Kabupaten Jember sudah
mendapat rekomendasi Gubernur dan Persetujuan Substansi BKPRN dan telah mendapat
penetapan Raperda oleh DPRD Kabupaten Jember. Sehingga tahun 2016 sudah tidak ada lagi
Kab/Kota yang menetapkan Perda RTRW.
3.2.4.2. Persentase Jumlah Kawasan Perkotaan yang telah Dikendalikan
Tabel. 3.17 Persentase Jumlah Kawasan Perkotaan yang telah Dikendalikan Tahun
2013 - 2016
TAHUN
RDTR YANG TELAH KELUAR
PERSETUJUAN SUBSTANSINYA
AKUMULASI
ASUMSI JUMLAH
KESELURUHAN
RDTR YANG DIAJUKAN 38
KAB/KOTA
% INDIKATOR
KINERJA
2013 2 2 152 1,32
2014 2 4 152 2,63
2015 24 28 152 18,42
2016 43 71 152 46,71
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
Persentase jumlah kawasan perkotaan yang telah dikendalikan dilihat melalui Jumlah
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota yang telah keluar persetujuan substansinya.
Pada Tahun 2013 baru 2 RDTR yang sudah mendapat persetujuan substansi, dan pada tahun 2014
bertambah 2 RDTR sehingga total ada 4 RDTR yang sudah mendapat persetujuan substansi. Pada
tahun 2015 telah ada 24 RDTR yang sudah mendapat persetujuan substansi. Sedangkan pada
tahun 2016 telah ada 43 RDTR yang sudah mendapat persetujuan substansi.
44
3.2.4.3. Persentase Jumlah Kawasan Pengendalian Ketat yang telah
Dikendalikan
Tabel 3.18 Persentase Jumlah Kawasan Pengendalian Ketat yang telah Dikendalikan
Tahun 2010 - 2016
TAHUN JUMLAH IPR YANG
DITERBITKAN
JUMLAH KAB/KOTA
YANG
MENGAJUKAN IPR
%
INDIKATOR
KINERJA
2010 26 11 6,22
2011 37 7 13,91
2012 32 10 8,42
2013 39 11 9,33
2014 47 15 8,25
2015 10 5 4,71
2016 50 10 20,00
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
Persentase jumlah kawasan pengendalian ketat yang telah dikendalikan dilihat melalui
jumlah Ijin Pemanfaatan Ruang (IPR) yang diterbitkan. Setiap tahun terdapat beberapa IPR yang
diterbitkan sebagai instrument pengendalian pemanfaatan ruang. Pada tahun 2014 terdapat 47
IPR, sedangkan pada tahun 2015 terdapat 10 IPR yang diterbitkan. Sedangkan tahun 2016
terdapat 50 IPR yang diterbitkan.
Tabel 3.19 Capaian Indikator Kinerja Penataan Ruang
Tahun 2011 - 2016
TUJUAN SASARAN
STRATEGIS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
TARGET 2016 (%)
REALISASI (%) CAPAIAN
TAHUN
2016
(%)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Meningkatkan
kualitas perencanaan
tata ruang yang
dilandasi dengan
legalitas hukum
sehingga dapat
digunakan sebagai
acuan pemanfaatan
dan pengendalian
ruang
Meningkatkan
Luas kawasan
yang sesuai
dengan RTRW
Persentase
Luas
kawasan
yang
peruntukann
nya sesuai
tata ruang
49,98 23,86 35,15 34,04 36,68 41,71 47,90 95,83
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
45
Indikator Kinerja Persentase Luas Kawasan yang peruntukannya sesuai tata ruang
menunjukkan pencapaian sebagai berikut, dengan kondisi awal pada tahun 2011 dengan capaian
sebesar 23,86%, pada tahun 2012 capaian sebesar 35,15%, pada tahun 2013 capaian sebesar
34,04%, pada tahun 2014 sebesar 36,68% dan pada tahun 2015 capaian sebesar 41,71%. Target
pada tahun 2016 sebesar 49,98% dan tercapai sebesar 47,90%, maka terdapat capaian sebesar
95,83%.
3.2.4.4. Permasalahan dan Solusi
a. Permasalahan yang dihadapi antara lain :
• Tidak mempunyai kewenangan untuk menyusun Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota maupun Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota.
• Kewenangan provinsi adalah menyusun rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi.
• Rata – Rata Kabupaten/Kota belum mampu untuk menyusun Rencana Kawasan Tata Ruang
Strategis maupun Rencana Detail Kabupaten/Kota, sehingga banyak Kabupaten/Kota yang
meminta dibantu provinsi untuk menyusun Rencana Kawasan Tata Ruang Strategis maupun
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota.
b. Solusi terhadap permasalahan diatas melalui :
• Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur melayani
permintaan dari Kabupaten/Kota untuk membantu menyusun Rencana Kawasan Tata
Ruang Strategis maupun Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota selaku Tim Evaluasi
untuk diterbitkan persetujuan substansi Rencana Detail Tata Ruang.
3.2.5. Akuntabilitas Keuangan
Pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Cipta
Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu tahun 2016 yang tertuang didalam
DPA Tahun 2016 dan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P. APBD) Tahun 2016,
Provinsi Jawa Timur dengan perincian kegiatan sebagai berikut:
46
Tabel 3.20 Akuntabilitas Keuangan Tahun 2016
KODE URAIAN
ANGGARAN
SETELAH REALISASI
PERUBAHAN Rp. %
1 2 3 4 5
1 03 0500 01
Program Pelayanan Administrasi
Perkantoran 2.304.356.810,00 2.247.468.500,00 97,53
1 03 0500 01 019 Pelaksanaan Administrasi Perkantoran 2.304.356.810,00 2.247.468.500,00 97,53
1 03 0500 02
Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur 3.248.990.000,00 3.151.119.263,00 96,99
1 03 0500 02 012 Penyediaan Peralatan dan Kelengkapan
Sarana dan Prasarana 1.774.295.000,00 1.736.198.963,00 97,85
1 03 0500 02 031 Pemeliharaan Peralatan dan
Kelengkapan Sarana dan Prasarana 1.474.695.000,00 1.414.920.300,00 95,95
1 03 0500 07
Program Peningkatan Kapasitas
Kelembagaan Pemerintah Daerah 1.070.330.000,00 1.035.709.330,00 96,77
1 03 0500 07 001 Koordinasi dan Konsultasi Kelembagaan
Pemerintah Daerah 840.000.000,00 810.659.930,00 96,51
1 03 0500 07 002 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya
Aparatur 230.330.000,00 225.049.400,00 97,71
1 03 0500 08
Program Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi
Dokumen Penyelenggaraan
Pemerintahan
60.700.000,00 59.409.600,00 97,87
1 03 0500 08 002 Penyusunan Laporan Hasil Pelaksanaan
Rencana Program dan Anggaran 60.700.000,00 59.409.600,00 97,87
1 03 0500 45
Program Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Sanitasi 4.218.424.600,00 3.876.373.293,00 91,89
1 03 0500 45 001 Penyediaan sarana air limbah 1.352.263.700,00 1.309.439.809,00 96,83
1 03 0500 45 002 Pembangunan dan Perbaikan Saluran
Air/Plengsengan/Drainase 2.689.610.900,00 2.440.096.834,00 90,72
1 03 0500 45 003 Fasilitasi Kerjasama Pengelolaan
Sampah Terpadu 176.550.000,00 126.836.650,00 71,84
1 03 0500 46
Program Pengembangan Kinerja
Pembangunan Air Minum 32.485.581.400,00 31.179.893.647,00 95,98
1 03 0500 46 001 Pembangunan Sarana Air Bersih di
Perdesaan 14.646.301.400,00 14.031.151.336,00 95,80
1 03 0500 46 003 Pembangunan Sarana Air Bersih
Regional 17.839.280.000,00 17.148.742.311,00 96,13
1 04 0500 15
Program Pengembangan
Perumahan 83.793.292.000,00 78.627.680.293,00 93,84
1 04 0500 15 012
Pengembangan kawasan siap bangun
dan atau lingkungan siap bangun di
kota-kota metropolitan dan kota-kota
besar
4.177.937.700,00 3.941.301.415,00 94,34
1 04 0500 15 021
Pengembangan Kawasan Agropolitan,
Pembangunan/ Perbaikan sarana
prasarana kawasan Agropolitan Jawa
Timur
2.424.332.650,00 1.912.026.404,00 78,87
1 04 0500 15 050
Pengembangan dan Pengelolaan
Rumah Susun Sederhana Sewa (
Rusunawa )
32.607.140.000,00 30.821.630.005,00 94,52
1 04 0500 15 056 Pembangunan/Rehabiltasi bangunan
Gedung Pemerintah Propinsi Jatim 34.325.622.000,00 32.443.095.205,00 94,52
1 04 0500 15 062
Pendampingan Pembuatan Laporan
Pelaksanaan Renovasi Rumah Tidak
Layak Huni di Jawa Timur
1.410.970.650,00 1.219.996.800,00 86,47
1 04 0500 15 075 Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Bidang Perumahan dan Permukiman 1.210.000.000,00 1.024.639.820,00 84,68
1 04 0500 15 076 Pengembangan Data/Informasi Bidang
Perumahan dan Permukiman 1.500.000.000,00 1.421.078.051,00 94,74
47
KODE URAIAN
ANGGARAN
SETELAH REALISASI
PERUBAHAN Rp. %
1 2 3 4 5
1 04 0500 15 077 Identifikasi Kawasan Kumuh Perkotaan 1.665.484.000,00 1.659.707.701,00 99,65
1 04 0500 15 078 Pendidikan Kemasyarakatan Produktif
melalui Pembinaan Jasa Konstruksi 1.250.000.000,00 975.101.592,00 78,01
1 04 0500 15 083
Penyusunan perencanaan
pengembangan infrastruktur wilayah
perbatasan
940.937.500,00 935.433.650,00 99,42
1 04 0500 15 084
Penyusunan Perencanaan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah
Strategis dan Cepat Tumbuh
1.456.504.500,00 1.453.602.150,00 99,80
1 04 0500 15 085
Identifikasi Kebutuhan Infrastruktur
Permukiman sebagai Antisipasi
Perkembangan Kawasan Pesisir
824.363.000,00 820.067.500,00 99,48
1 05 0500 15
Program Perencanaan Tata Ruang 1.942.296.505,00 1.850.859.039,00 95,29
1 05 0500 15 010 Rapat koordinasi tentang rencana tata
ruang 396.049.000,00 374.333.958,00 94,52
1 05 0500 15 018 Penyusunan dan penetapan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi 1.546.247.505,00 1.476.525.081,00 95,49
1 05 0500 16
Program Pemanfaatan Ruang 1.929.502.500,00 1.908.510.690,00 98,91
1 05 0500 16 002 Penyusunan norma, standar, dan
kriteria pemanfaatan ruang 517.706.000,00 511.322.240,00 98,77
1 05 0500 16 005 Survey dan pemetaan 1.411.796.500,00 1.397.188.450,00 98,97
1 05 0500 17
Program Pengendalian
Pemanfaatan Ruang 428.200.995,00 418.823.005,00 97,81
1 05 0500 17 004 Pelatihan aparat dalam pengendalian
pemanfaatan ruang 156.648.995,00 156.500.295,00 99,91
1 05 0500 17 006
Koordinasi dan fasilitasi pengendalian
pemanfaatan ruang lintas
kabupaten/kota
147.362.000,00 138.210.625,00 93,79
1 05 0500 17 008 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 124.190.000,00 124.112.085,00 99,94
JUMLAH BELANJA DAERAH 131.481.674.810,00 124.355.846.660,00 94,58
Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya & Tata Ruang Prov Jatim
48
Dari uraian permasalahan dan program pembangunan bidang perumahan dan permukiman
di Jawa Timur, antara lain dapat disimpulkan bahwa capaian pelayanan (% penduduk terlayani)
bidang permukiman (Air Bersih, Air Limbah) sampai dengan tahun 2016 masih relatif rendah
terhadap target sesuai Nasional Action Plan/MDGs.
Untuk memenuhi kebutuhan sesuai capaian pelayanan sampai dengan 2016 sesuai target
ideal berdasarkan MDGs maupun GNPSR diperlukan dana yang sangat besar (± 10 trilyun rupiah)
sedangkan berdasarkan kemampuan alokasi pendanaan dari APBN, APBD Propinsi dan APBD
Kabupaten/Kota secara rata-rata maksimum hanya ± 15% dari total kebutuhan dana. Dengan
demikian target capaian pelayanan bidang permukiman sampai dengan akhir periode perencanaan
tahun 2016 dijustifikasi secara realistis hanya 15% dari target ideal. Selain itu permasalahan
perumahan dan permukiman tidak cukup hanya diselesaikan melalui manajemen pembangunan
infrastruktur, namun perlu didukung dengan manajemen konservasi lingkungan untuk
mempertahankan sumber daya alam melalui penataan ruang secara komprehensif.
49
Berdasarkan komposisi alokasi dana pemerintah pada 2 tahun terakhir, maka guna
menjamin konsistensi terlaksananya program sesuai dokumen perencanaan pembangunan
Rencana Strategis Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur 2014-
2019 ini perlu didukung dengan komitmen pendanaan pemerintah Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota dengan proporsi prosentase : 35 : 25 : 40.
Untuk selanjutnya LKj-IP ini juga merupakan merupakan sarana evaluasi dan pengendalian
yang sangat efektif agar pelaksanaan pembangunan pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan
Tata Ruang Provinsi Jawa Timur, merupakan landasan dan pedoman guna penyusunan Rencana
Kerja Tahunan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. Dengan
demikian perlu dilakukan sinkronisasi dengan Rencana Strategis bidang permukiman yang disusun
oleh dinas terkait pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Adapun kesimpulan Capaian Tujuan, Sasaran dan Indikator dari Dinas Pekerjaan Umum
Cipta Karya dan Tata Ruang Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
1. Persentase KK Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang tidak memiliki rumah layak huni dengan
Target 95,76% sedangkan Realisasinya 95,61% terbangun atau tercapai 99,84% termasuk
dalam katagori baik.
2. Persentase Rusunawa yang dihuni oleh kepala keluarga yang berhak dengan Target 100%
sedangkan Realisasinya 100% terbangun atau tercapai 100% termasuk dalam katagori sangat
baik.
3. Persentase berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan dengan Target
13,31%, realisasi 12,85% atau tercapai 96,54% maka termasuk dalam kategori baik.
4. Persentase KK yang dapat layanan air bersih yang layak dengan Target 77,62%, realisasi
72,06% atau tercapai 92,83% maka termasuk dalam katagori baik.
5. Persentase Rumah Tangga dengan layanan Sanitasi yang aman dengan Target 71,29%,
realisasi 65,31% atau tercapai 91,61% maka termasuk dalam katagori baik.
6. Persentase Luas Kawasan yang peruntukannya sesuai tata ruang dengan Target 49,98%,
realisasi 47,90% atau tercapai 95,83% maka termasuk dalam katagori baik.
50
Kriteria Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) :
1. Penghasilan dibawah Rp. 4.000.000,00/bulan
2. Suami Istri tidak mempunyai rumah
3. Belum pernah menerima subsidi pemerintah untuk pemilikan rumah
4. Punya NPWP, Fotocopy SPT Tahunan PPh Perorangan atau surat Pernyataan bahwa
penghasilan yang bersangkutan tidak melebihi yang disyaratkan
Kriteria Peruntukannya :
1. Kawasan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
2. Kawasan yang sesuai dengan zona pengendalian ketat (hight controle zona)
3. Kawasan Strartegis Provinsi (yang sesuai dengan RTRW)
Semoga LKj-IP ini dapat memberikan manfaat bagi segenap pelaksanaan pembangunan di
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Provinsi Jawa Timur. Oleh karena
itu masukan dan saran terhadap penyusunan LKj-IP ini sangat diharapkan untuk penyempurnaan
pada masa mendatang.
NAMA PENGHARGAAN :
LOMBA PEKERJA KONSTRUKSI TINGKAT NASIONAL 2016
YANG MENYERAHKAN :
BADAN PEMBINA JASA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
TANGGAL PENYERAHAN :
07 NOPEMBER 2016
LOMBA PEKERJA KONSTRUKSI TINGKAT NASIONAL TAHUN 2016
- Diadakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tanggal 7
November 2016 di Jakarta dalam rangka memperingati Hari Bakti Pekerjaan Umum. Lomba
Pekerja Konstruksi 2016 ini diikuti oleh 427 orang peserta dari seluruh provinsi di Indonesia.
Masing-masing Provinsi mengirimkan 15 orang perwakilannya yang akan mengikuti lomba
pekerja konstruksi tingkat nasional.
- Kategori yang dilombakan antara lain, kategori Bidang Pemasangan Batu, Bidang Pembesian,
Bidang Pemasangan Ubin, Bidang Plumbing, Bidang Scaffolding, Bidang Juru Ukur, Bidang Juru
Gambar, Bidang Operator Excavator, Bidang Pelaksanaan Lapangan Pekerjaan Jalan dan
Bidang Pelaksanaan Lapangan Pekerjaan Gedung.
- Hasil Lomba Pekerja Konstruksi Tingkat Nasional Tahun 2016 yang diselenggarakan di Jakarta
pada tanggal 7 Nopember 2016 yang lalu adalah sebagai berikut :
1. Samdoko (Juara I Bidang Operator Exacavator)
2. Rudi Hartono (Juara II Bidang Pembesian)
3. Muchammad Muchsin (Juara Harapan I Bidang Pembesian)
4. Lulus Widodo ( Juara Harapan I Bidang Instalasi Listrik)
5. Aydo Sokhikhul Cholis (Juara Harapan I Bidang Juru Ukur/Surveyor)
NAMA PENGHARGAAN :
PRESTASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013
YANG MENYERAHKAN :
GUBERNUR JAWA TIMUR
TANGGAL PENYERAHAN :
10 NOPEMBER 2013
NAMA PENGHARGAAN :
PRESTASI AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014
YANG MENYERAHKAN :
GUBERNUR JAWA TIMUR
TANGGAL PENYERAHAN :
01 OKTOBER 2014
NAMA PENGHARGAAN :
PRESTASI IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)
TAHUN 2015
YANG MENYERAHKAN :
GUBERNUR JAWA TIMUR
TANGGAL PENYERAHAN :
18 OKTOBER 2015
NAMA PENGHARGAAN :
PRESTASI IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)
TAHUN 2016
YANG MENYERAHKAN :
GUBERNUR JAWA TIMUR
TANGGAL PENYERAHAN :
6 OKTOBER 2016