pudarnya toleransi beragama

22
PUDARNYA TOLERANSI BERAGAMA DI INDONESIA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia terlahir dari sejarah bersama dan dengan mengusung cita-cita bersama. Kesamaan inilah yang menyatukan Indonesia dengan segala pluralitasnya. Pluralitas ini menyebabkan Indonesia menjadi suatu negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan, suku, agama, serta ras. Karena pluralitas ini pula Indonesia, mengusung nilai-nilai demokrasi yang berdasarkan pada pancasila dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur. Salah satu nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat indonesia ialah toleransi antar umat beragama. Karena agama yang ada di Indonesia tidak hanya satu melainkan beragam, maka sudah seharusnya kita saling menghormati sesama pemeluk agama lain, dan terus mencoba untuk membuka dialog antarumat beragama sehingga dapat memperkokoh persatuan bangsa Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai luhur yang ditanamkan semakin memudar pula. Sikap

Upload: sona-karisnata-inriano

Post on 15-Feb-2015

199 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

TRANSCRIPT

Page 1: Pudarnya Toleransi Beragama

PUDARNYA TOLERANSI BERAGAMA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia terlahir dari sejarah bersama dan dengan

mengusung cita-cita bersama. Kesamaan inilah yang menyatukan

Indonesia dengan segala pluralitasnya. Pluralitas ini menyebabkan

Indonesia menjadi suatu negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan,

suku, agama, serta ras. Karena pluralitas ini pula Indonesia, mengusung

nilai-nilai demokrasi yang berdasarkan pada pancasila dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai luhur.

Salah satu nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat

indonesia ialah toleransi antar umat beragama. Karena agama yang ada di

Indonesia tidak hanya satu melainkan beragam, maka sudah seharusnya

kita saling menghormati sesama pemeluk agama lain, dan terus mencoba

untuk membuka dialog antarumat beragama sehingga dapat

memperkokoh persatuan bangsa Indonesia.

Seiring dengan perkembangan zaman, nilai-nilai luhur yang

ditanamkan semakin memudar pula. Sikap saling menghormati dan

toleransi antar umat beragama perlahan menghilang dari hati setiap

bangsa Indonesia. Kebanyakan masyarakat Indonesia semakin bersikap

tertutup dan cenderung untuk bersikap egois. Sebagai akibatnya, banyak

terjadi perselisihan antar umat beragama, yang berujung pada konflik-

konflik bersenjata di berbagai daerah. Hal ini tentu saja berdampak buruk

bagi negara kita tercinta, Indonesia. Persatuan dan kesatuan yang dulu

dibangun dengan susah payah oleh para pendahulu kita perlahan mulai

goyah. Banyak generasi muda yang tidak terketuk hatinya untuk mulai

memperbaiki keadaan, malah sebaliknya justru semakin memperkeruh

konflik yang ada.

Page 2: Pudarnya Toleransi Beragama

Seharusnya, perbedaan yang ada dijadikan sebagai kelebihan dari

negara Indonesia yang dapat ditunjukan dengan bangga kepada bangsa

lain. Perbedaan yang sering kita temukan di Indonesia belum tentu dapat

kita jumpai di tempat lain. Oleh karena itu, sikap yang seharusnya mulai

ditanamkan pada diri tiap individu terutama generasi muda ialah sikap

saling menghargai dan menghormati atas perbedaan yang ada. Harusnya

kita tidak melulu mencari kekurangan yang ada dalam bangsa kita,

melainkan memperkuat kelebihan dari keberagaman bangsa kita sehingga

dapat digunakan sebagai senjata dalam menghadapi bangsa lain.

B. Tujuan

Mengetahui kondisi toleransi antar umat beragama di Indonesia.

Mengetahui penyebab konflik antar umat beragama di Indonesia.

Mengetahui solusi yang tepat untuk mengatasi konflik antar umat

beragama.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana kondisi toleransi antar umat beragama di Indonesia?

Apa penyebab konflik antar umat beragama di Indonesia?

Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi konflik antar umat

beragama?

II. Kondisi Toleransi antar Umat Beragama di Indonesia

Bangsa Indonesia sudah ditakdirkan untuk menjadi bangsa yang plural.

Bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, agama, adat istiadat,

latar belakang, dan golongan. Semua itu sudah disadari oleh pendiri bangsa

Indonesia sehingga terbentuklah semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang

artinya sekalipun berbeda tetapi tetap satu juga.

Di tengah masyarakat plural tentu saja terdapat banyak pendapat dan

pemikiran yang sangat berbeda satu dengan yang lain. Seharusnya, walaupun

pendapat dan pemikiran mereka berbeda, mereka tetaplah sama. Meraka

Page 3: Pudarnya Toleransi Beragama

merupakan masyarakat dengan derajat yang sama, tidak ada yang lebih

berkuasa maupun yang tidak berkuasa. Semua memiliki hak dan kewajiban

masing-masing. Tetapi justru perbedaan ini yang sering kali menimbulkan

konflik antar masyarakat.

Seperti yang kita ketahui, masa-masa sekarang merupakan masa berat

bagi bangsa Indonesia. Banyak konflik-konflik yang terjadi sebagai tindakan

nyata kekesalan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan yang ada.

Banyak pula konflik lain yang terjadi hanya untuk memperkeruh suasana

semata, seperti konflik antar umat beragama maupun antar ras. Agama

merupakan suatu hal yang sangat asasi dalam diri seseorang dan dapat dengan

mudah menimbulkan gejolak emosional. Setiap agama sebenarnya

mengajarkan perdamaian, hidup rukun, dan tentram. Tidak ada satupun

agama yang mengajarkan hidup dengan cara kekerasan, permusuhan, dan hal

yang tidak baik lainnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa sikap toleransi

dalam diri bangsa Indonesia semakin memudar. Kebanyakan dari kita

semakin egois dan lebih mementingkan kepentingan golongan daripada

kepentingan bersama sebagai bangsa Indonesia.

Banyak sekali konflik-konflik yang terjadi di Indonesia yang berbau

keagamaan, seperti kasus pembangunan Gereja Yasmin, konflik di Poso

(1999-2002), Maluku (1998-2001), dan Sampang Madura (2012).

Mencuatnya aksi-aksi kekerasan yang berbalut konflik agama tersebut tak

terlepas dari munculnya Krisis Politik dan Krisis Kepemimpinan baik dalam

skala lokal maupun Nasional serta semakin lemahnya peran dari pemerintah

ataupun aparat keamanan. Dengan situasi yang demikian, membuat keadaan

larut dalam segala ketidakpastian, dan pikiran masyarakat dinaungi dengan

keresahan dan kewaspadaan. Keadaan tersebut dapat diibaratkan sebagai

rumput-rumput kering di musim kemarau, yang kapan saja dapat mudah

untuk terbakar dan tinggal menunggu penyulutnya saja.

Page 4: Pudarnya Toleransi Beragama

Biasanya, pemicu konflik-konflik antar agama ini merupakan suatu hal

yang sangat sepele. Dengan keadaan masyarakat yang sangat sensitif, suatu

konflik yang besar sangat mungkin terjadi. Masyarakat dapat dengan mudah

tersulut emosi dan menggalang banyak massa untuk terlibat dalam konflik

tersebut. Keadaan tersebut terjadi karena adanya kerentanan di dalam

masyarakat itu sendiri. Sehingga kemudian terjadi penerjemahan terhadap

peristiwa yang sepele tersebut bahwa si-A sebagai korban adalah warga etnis

A dan si-B sebagai Pelaku adalah warga etnis B. 

Dengan penerjemahan tersebut, kemudian seakan goresan yang sepele

tersebut dianggap mewakili perseteruan antara etnis-A dan etnis-B. Sehingga

sekat-sekat pembedaan tersebut dapat dengan cepat ikut memprovokasi atau

memancing kemarahan warga, dan eskalasi mobilisasi warga akhirnya dapat

dengan cepat membesar baik secara terorganisir maupun dengan sendirinya.

Dengan demikian konflik kekerasan tersebut tak dapat dielakan lagi, apalagi

ditambah dengan lemahnya tindakan dan penanganan dari Aparat Keamanan.

Seperti konflik di Poso, peristiwa ini diawali dengan pertikaian antara

dua orang pemuda yang berbeda agama pada akhir 1998 yang berujung pada

pembacokan. Peristiwa ini terjadi di dalam masjid pesantren pada bulan

Ramadhan. Konflik ini awalnya dapat di atasi oleh pihak keamanan dan

diikuti dengan komitmen kedua belah pihak untuk tidak berseteru kembali.

dan berujung pada kerusuhan. Tetapi kenyataannya konflik tersebut masih

terus berlanjut dengan membawa massa yang lebih besar sehingga terlihat

sebagai konflik antar agama.

Konflik Gereja Yasmin berawal dari niat umat gereja untuk

membangun gererja di daerah tersebut yang ditentang oleh masyarakat daerah

tersebut. Umat gereja sebenarnya telah meminta izin sejak tahun 2002 untuk

membangun gereja. Tetapi permintaan izin itu tidak dikabulkan dengan

alasan mayoritas masyarakat di daerah tersebut adalah Muslim. Perjuangan

untuk mendapatkan izin terus berlanjut hingga tahun 2006 dan membuahkan

Page 5: Pudarnya Toleransi Beragama

hasil berupa  IMB yang dikeluarkan oleh PEMKOT Bogor. Sejak saat itu,

umat gereja memulai pembangunan gereja. Pembangunan gereja tidak

berjalan dengan mulus dan lancar. Banyak konflik yang terjadi karena

masyarakat tersebut tidak setuju dan merasa terganggu dengan pembangunan

gereja. Konflik terus terjadi dan pada akhirnya IMB untuk pembangunan

gereja Yasmin dicabut.

Dari pemaparan masalah gereja Yasmin diatas, dapat terlihat bahwa

sikap toleransi umat beragama yang masih sangat rendah. Sebagian

masyarakat tidak dapat menerima perbedaan kepercayaan umat lain dan hidup

berdampingan. Masyarakat seperti ini, cenderung memiliki pandangan bahwa

agama merekalah yang paling benar dan agama lain merupakan bahaya yang

mengancam golongan mereka.

III. Penyebab Konflik antar Umat Beragama di Indonesia

Konflik antar Umat Beragama di Indonesia disebabkan oleh beberapa

hal. Menurut Peter Suwarno, Ph.D, Associated Professor Arizona State

University, Arizona USA pada Seminar Internastional bertema

Understanding the Causes of Religious Conflict, konflik agama di Indonesia

disebabkan oleh; pertama, meningkatnya konservatisme dan

fundamentalisme agama. Kedua, keyakinan bahwa hanya ada satu intepretasi

dan kebenaran yang absolute. Ketiga, ketidakdewasaan umat

beragama. Keempat, kurangnya dialog antaragama. Kelima, kurangnya ruang

publik dimana orang-orang yang berbeda agama dapat bertemu. Keenam,

kehausan akan kekuasaan. Ketujuh, ketidakterpisahan antara agama dan

Negara. Kedelapan, ketiadaan kebebasan beragama. Kesembilan, kekerasan

agama tidak diadili. Kesepuluh, kemiskinan dan ketidakadilan. Kesebelas,

hukum agama lebih diutamakan ketimbang akhlak orang beragama.

Page 6: Pudarnya Toleransi Beragama

Meningkatnya konservatisme dan fundamentalisme agama ditandai

dengan munculnya umat beragama dengan pikiran radikal. Orang-orang

seperti inilah yg bisa memunculkan konflik beragama di tanah air. Mereka

menganggap bahwa orang lain yang berbeda dengan mereka adalah musuh

yang harus disingkirkan. Contoh orang-orang yang termasuk kategori ini

adalah Imam Samudra, Amrozi dan lain-lain yang membunuh banyak orang

atas nama agama.

Keyakinan bahwa hanya ada satu intepretasi dan kebenaran yang

absolute menyebabkan kebanyakan umat beragama menjadi berpikiran

dangkal dan sempit. Mereka beranggapan bahwa ajaran yang mereka anut

adalah yang paling benar, sedangkan ajaran lain adalah salah. Penyebab

konflik yang kedua ini biasanya diiringi oleh tindakan radikal yang

merupakan poin pertama penyebab konflik.

Ketidakdewasaan umat beragama sangat mempengaruhi konflik.

Tidakadanya kedewasaan dalam menganut suatu agama menyebabkan

seseorang sangat mudah terbawa emosi. Emosi yang tidak dikendalikan

dengan baik menyebabkan seseorang tidak dapat berpikir dengan jernih

sehingga seringkali menjadi pemicu terjadinya konflik. Contohnya adalah

seperti kasus kerusuhan Poso seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

dimana konflik antar agama yang terjadi sebenarnya bermula pada konflik

individu yang berbeda agama saja.

Kurangnya dialog antaragama menyebabkan minimnya pemahaman

antara satu agama dengan agama yg lain. Minimnya pemahaman antara

agama ini sering dibayar mahal dengan terjadinya konflik antar agama.

Tragedi Ambon, Afghanistan dan lain lain adalah beberapa contoh kurangnya

dialog antar umat beragama.

Kurangnya ruang publik dimana orang-orang yang berbeda agama

dapat bertemu sangat berhubungan erat dengan poin sebelumnya yaitu

Page 7: Pudarnya Toleransi Beragama

kurangnya dialog antaragama. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kurangnya

kedua belah pihak untuk duduk bersama di ruang public. Ruang publik yang

bias dimanfaatkan untuk dialog antaragama misalnya seminar-seminar dialog

antaragama.

Kehausan akan kekuasaan menyebabkan sebagian besar orang akan

berusaha untuk saling menjatuhkan satu dengan yang lain. Dalam perebutan

kekuasaan ini kolusi seringkali terjadi. Salah satu bentuk kolusi adalah

seringkali pihak yang berkuasa menerapkan peraturan yang berpihak pada

agama tertentu saja. Hal ini dapat menimbulkan perlakuan semena-mena dari

pihak berkuasa dan dapat menimbulkan kecemburuan sosial pihak yang tidak

memiliki kekuasaan sehingga dapat memicu timbulnya konflik.

Ketidakterpisahan antara agama dan Negara mirip dengan poin

sebelumnya. Pemerintah yang menjalankan Negara memiliki kekuasaan

terbesar di Indonesia. Pemerintah Indonesia cenderung berpihak dan

dipengaruhi oleh agama Islam yang sekaligus merupakan agama mayoritas.

Hal ini dapat dilihat dari aturan-aturan di Indonesia yang didominasi doktrin

Islam. Sehingga dapat menimbulkan kesenjangan yang dapat menimbulkan

konflik.

Ketiadaan kebebasan beragama merupakan hal yang selama ini kerap

memicu konflik meskipun hal ini sebenarnya telah diatur dalam undang-

undang. Misalnya saja pendirian rumah ibadah yang sedikit dipersulit atau

bahkan harus seijin warga setempat dengan kepercayaan terbesar meskipun

telah memperoleh ijin dari pemerintah yang berwenang. Contoh konkretnya

adalah kasus pendirian Gereja Yasmin di Bogor yang telah dijelaskan

sebelumnya. Hal lain yang menegaskan belum adanya kebebasan beragama

adalah masih adanya ancaman teror yang diterima kaum minoritas di

Indonesia sehingga pada perayaan hari besar agama masih harus diawasi oleh

aparat keamanan.

Page 8: Pudarnya Toleransi Beragama

Kekerasan agama tidak diadili menyebabkan pelaku kekerasan terus

saja menebar teror. Kasus perusakan rumah ibadah oleh kelompok-kelompok

yang terkenal saklek dan radikal sering melenggang tanpa hukuman setelah

melakukan aksi brutal mereka. Dengan mengatasnamakan agama tertentu

mereka membenarkan aksi mereka. Tidak adanya hukuman yang setimpal

bagi mereka menyebabkan kasus ini terus berulang dan memicu konflik

dimana-mana.

Kemiskinan dan ketidakadilan sama halnya dengan poin keenam yaitu

kehausan akan kekuasaan dapat menimbulkan dampak yang sama. Adanya

perbedaan, termasuk perbedaan agama masih sering menimbulkan

ketidakadilan yang berdampak pada kemiskinan. Perlakuan semena-mena

dari pihak mayoritas seringkali menyebabkan konflik tak terelakkan.

Hukum agama lebih diutamakan ketimbang akhlak orang

beragama. Banyak orang beragama yang menganggap hokum agama (fiqih)

lebih penting dibanding moral/ akhlak. Akibatnya kebanyakan orang terjebak

hanya pada permasalahan teknis dalam menjalankan ajaran agama yang

justru dapat menimbulkan konflik. Padahal jika secara moral jelas sekali

bahwa sebagai umat beragama seharusnya dapat menghindari terjadinya

konflik.

IV. Solusi untuk Mengatasi Konflik antar Umat Beragama

1.     Konflik Itu Harus di Management Menuju Rekonsiliasi

Konflik memang bukan sesuatu yang diharapkan oleh setiap orang yang

hidup di dunia ini. Apa lagi konflik yang bernuansa karena perbedaan

agama yang dianut dan pebedaan etnis. Konflik yang demikian itu

memang suatu konflik yang sangat serius. Untuk meredam wajah bahaya

dari konflik itu, maka konflik itu harus dimanagement agar ia berproses

ke arah yang positif. Dr. Judo Poerwowidagdo, MA. Dosen Senior di

Page 9: Pudarnya Toleransi Beragama

Universitas Duta Wacana Yogyakarta menyatakan bahwa proses konflik

menuju arah yang positif itu adalah sbb: Dari kondisi yang “Fight” harus

diupayakan agar menuju Flight. Dari kondisi Flight diupaykan lagi agar

dapat menciptakan kondisi yang Flaw. Dari Flaw inilah baru diarahkan

menuju kondisi Agreement, terus ke Rekonsiliasi. Karena itu, masyarakat

terutama para pemuka agama dan  etnis haruslah dibekali ilmu

Management Konflik setidak-tidaknya untuk  tingkat dasar.

2.     Merobah Sistem Pemahaman Agama.

Konflik  yang bernuansa agama bukanlah karena agama yang dianutnya

itu mengajarkan untuk  konflik. Karena cara umat memahami ajaran

agamanyalah yang menyebabkan mereka menjadi termotivasi untuk

melakukan konflik. Keluhuran  ajaran agama masing-masing hendaknya

tidak di retorikakan secara berlebihan. Retorika yang berlebihan dalam

mengajarkan agama kepada umat masing-masing menyebabkan umat

akan merasa dirinya lebih superior dari pemeluk agama lain. Arahkanlah

pembinaan kehidupan beragma untuk menampilkan nilai-nilai universal

dari ajaran agama yang dianut. Misalnya, semua agama mengajarkan

umatnya untuk hidup sabar menghadapi proses kehidupan ini.

Menjadi lebih tabah menghadapi berbagai AGHT (ancaman, gangguan,

hambatan dan tantangan) dalam menghadapi hidup ini. Rela

berkorban demi kepentingan yang lebih mulia. Tidak mudah putus

asa memperjuangkan sesuatu yang benar dan adil. Tidak mudah

mabuk atau lupa diri kalau mencapai sukses. Orang yang sukses seperti

menjadi kaya, pintar, menjadi penguasa, cantik, cakep, memiliki suatu

power, merasa diri bangsawan. Semuanya itu dapat menyebabkan orang

menjadi mabuk kalau kurang waspada membawa diri. Hal-hal yang

seperti itulah yang sesungguhnya lebih dipentingkan oleh masyarakat

bangsa kita dewasa ini.

Page 10: Pudarnya Toleransi Beragama

3.     Mengurangi Penampilan Berhura-Hura dalam Kehidupan

Beragama.

Kegiatan beragama seperti perayaan hari raya agama, umat hendaknya

mengurangi bentuk perayaan dengan penampilan yang berhura-hura.

Seperti menunjukan existensi diri secara berlebihan, bahwa saya adalah

umat yang hebat dan besar banyak pengikut  dll. Hal ini sangat mudah

juga memancing konflik. Karena umat lain juga dapat terpancing untuk

menunjukan existensi dirinya bahwa ia juga menganut agama yang

sangat hebat dan luhur.

4.     Jangan Menyalah Gunakan Jabatan  Demi Agama.

Banyak oknum Pejabat kadang-kadang menjadikan jabatanya itu sebagai

kesempatan untuk berbuat tidak adil demi  membantu pengembangan

agama yang dianut oleh pejabat bersangkutan. Dan menjadikan jabatanya

itu sebagai media melakukan hal-hal yang hanya menguntungkan umat

agama yang dianutnya.

5.     Redam Nafsu Distinksi Untuk Menghindari Konflik Etnis.

Setiap manusia memiliki nafsu atau dorongan hidup dari dalam dirinya.

Salah satu nafsu itu ada yang disebut nafsu Distinksi. Nafsu Distinksi ini

mendorong seseorang untuk menjadi lebih dari yang lainya. Kalau nafsu

ini dikelola dengan baik justru akan membawa manusia menjadi siap

hidup bersaing. Tidak ada kemajuan tanpa persaingan. Namun,

persaingan itu adalah persaingan yang sehat. Persaingan yang sehat itu

adalah persaingan yang berdasarkan noram-norma Agama, norma

Hukum dan norma-norma kemanusiaan yang lainya. Namun, sering

nafsu Distinksi ini menjadi dasar untuk mendorong suatu etnis bahwa

mereka  adalah memiliki berbagai kelebihan dari etnis yang lainya. Nafsu

Distinksi ini sering membuat orang buta akan berbagai kekuranganya.

Page 11: Pudarnya Toleransi Beragama

Hal inilah banyak orang menjadi  bersikap sombong  dan exlusive karena

merasa memiliki kelebihan etnisnya.

Untuk membangun kebersamaan  yang setara, bersaudara  dan  merdeka

mengembangkkan fungsi, profesi dan posisi, maka dalam hubungan

dengan sesama dalam suatu masyarakat ada baiknya kami sampaikan

pandangan Swami Satya Narayana sbb: “Agar hubungan sesama manusia

menjadi harmonis, seriuslah melihat kelebihan pihak lain dan remehkan

kekuarangannya. Seriuslah melihat kekurangan diri sendiri dan remehkan

kelebiihan diri”.

Dengan  demikian semua pihak akan mendapatkan  manfaat dari

hubungan sosial tersebut. Di samping mendapatkan sahabat yang semakin

erat, juga mendapatkan  tambahan pengalaman positif dari sesama dalam

pergaulan sosial. Dengan melihat kelebiihan sesama maka akan semakin 

tumbuh rasa persahabatan yang semakin kekal. Kalau kita lihat

kekurangannya maka kita akan terus merasa jauh  dengan  sesama dalam

hubungan sosial  tersebut.

Pada bagian ini akan diuraikan peranan dialog sebagai salah satu

alternatif pemecahan dan pencegahan konflik antar kelompok agama di

Indonesia.

A. Kepentingan Dialog

Dialog menjadi suatu kebutuhan dan keharusan dalam kehidupan

kebersamaan dari segenap warga dunia ini disebabkan oleh pelbagai faktor

yang dapat ditemukan baik dalam perkembangan dunia sendiri maupun dalam

perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pandangan

agama-agama sendiri.

Ada berbagai faktor kepentingan dari dialog, antara lain: pertama, kenyataan

dunia ini semakin menjadi majemuk dalam kawasan keagamaan dewasa ini.

Page 12: Pudarnya Toleransi Beragama

Serentak dengan itu, dalam diri agama-agama dunia sendiri telah tumbuh dan

berkembang pemahamannya tentang dunia ini sebagai keseluruhan,

bersamaan dengan itu telah timbul semangat misioner dari masing-masing

agama dunia. Kedua, dalam konteks Indonesia, agama Islam dan agama

Kristen menghadapi tantangan yang sama saat ini yaitu materialisme dot

sekularisme. Sehingga wajar jika saling memperkuat satu sama lain dan

mengadakan pendekatan suka damai dan suka membangun. Keempat,

kenyataan konflik yang terjadi di Indonesia antara Islam Kristen banyak

disebabkan diantaranya adalah karena salah pengertian dan miskomunikasi,

perasaan curiga, dan cemburu antar kelompok dalam masyarakat.

B. Batasan Dialog

Dialog adalah suatu percakapan yang bertolak pada upaya untuk mengerti

mitra percakapan dengan baik, saling mendengar pendapat masing-masing.

Karena itu, dialog merupakan pertukaran pikiran yang di dalamnya peserta

mengungkapkan pendapat atau keyakinannya, mempertimbangkannya, dan

berusaha memahami pendapat orang lain.

Dialog dapat dibedakan dalam dua kategori: pertama: Dialog Formal, yaitu

suatu dialog yang membahas suatu tema tertentu dalam suatu pertemuan,

yang pembahasannya bertolak dari visi teologis masing-masing. Kedua:

Dialog Informal, yaitu suatu dialog yang terjadi dalam bentuk-bentuk

pergaulan, kerjasama, dan hubungan sosial antar umat yang berbeda agama.

Melalui kesempatan itu, mereka saling mengenal satu sama lain.

C. Sikap dalam Dialog

Yang menentukan dalam hubungan antar agama adalah sikap dasar manusia

di hadapan Tuhan. Karena sikap mendasar dalam dialog adalah sikap rendah

hati di hadapan Tuhan dan keterbukaan hati.

Orang Kristen mengambil bagian di dalam dialog dengan orang Islam dengan

sikap: pertama, kita ambil bagian dalam dialog dengan Islam dalam

keyakinan kita semua memiliki sifat umum (common nature) sebagai yang

Page 13: Pudarnya Toleransi Beragama

diciptakan oleh Allah yang satu, yang adalah Bapa bagi semuanya. Kita

semua hidup dari anugerah-Nya, dan kita semua bertanggung jawab kepada-

Nya. Kedua, kita berdialog dengan keyakinan bahwa kita anggota tubuh

Kristus yang diutus Allah Bapa untuk melanjutkan misi Kristus. Dialog

merupakan panggilan misi kristiani. Karena Allah datang ke dalam dunia

melalui Kristus yang menjadi manusia dan berdialog dengan bahasa manusia.

Ketiga, kita ambil bagian dalam dialog dengan Islam, dalam keyakinan dan

pengharapan bahwa Roh Kudus dapat dan akan menggunakan dialog ini

untuk melakukan karya-Nya.

D. Saran Praktis untuk Dialog

Ada hal-hal praktis yang perlu diperhatikan dalam dialog antara lain: pertama,

kita memerlukan pendalaman tentang isi kepercayaan atau agama kita sendiri.

Kita mesti mampu menjelaskan dengan jujur pokok-pokok iman kita, tradisi

gereja, dan lain-lain yang berkaitan dengan gereja kita sendiri. Kedua, kita

memerlukan pemahaman tentang agama mereka (Islam). Ketiga, kita harus

bersikap saling menghormati tanpa memandang latar belakang, mayoritas

atau minoritas, dan lain-lain. Keempat, dialog tidak berarti merelatifkan

kebenaran Injil atau menuju sinkretisme. Dialog bukanlah pengganti atau

identik dari misi namun melalui dialog kesaksian kristiani bisa diungkapkan.

Dalam dialog informal, selain kaidah-kaidah agama secara umum, maka nilai-

nilai budaya, sikap etis, dan penampilan kita akan sangat berperan dalam

membantu proses dialog.

Seperti yang kita ketahui, masa-masa sekarang merupakan masa berat

bagi bangsa Indonesia. Banyak konflik-konflik yang terjadi sebagai tindakan

nyata kekesalan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan yang ada.

Banyak pula konflik lain yang terjadi hanya untuk memperkeruh suasana

semata, seperti konflik antar umat beragama maupun antar ras. Hal ini

menunjukan bahwa sikap toleransi dalam diri bangsa Indonesia semakin

Page 14: Pudarnya Toleransi Beragama

memudar. Kebanyakan dari kita semakin egois dan lebih mementingkan

kepentingan golongan daripada kepentingan bersama sebagai bangsa

Indonesia.

Penyebabnya bisa dikarenakan minimnya sosialisasi maupun dialog antar

masyarakat, yang mengakibatkan persatuan bangsa ini mulai goyah, dan

dapat di manfaatkan oleh sejumlah pihak yang tidak bertanggung jawab

untuk menyerang bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, sikap yang perlu dilakukan saat ini ialah berpikir jernih

dengan menyelesaikan masalah keberagaman yang ada dengan sikap toleransi,

bukannya dengan kekerasan yang berujung pada jatuhnya korban-korban yang

tidak bersalah. Pemerintah juga harus mengambil andil yang besar agar dapat

menyelesaikan masalah keberagaman budaya, agama, maupun ras dengan

lebih menunjukan sisi positif yang dapat dikembangkan ketimbang dengan sisi

negatif yang dapat semakin melemahkan bangsa kita.