eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/44702/28/naskah publikasi.pdf · adalah terapi hemodialisis...
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI
EMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD) DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI
Arif Febriyantara*
Okti Sri Purwanti**
ABSTRAK
Pasien chronic kidney disease yang berada pada stadium akhir memerlukan terapi
pengganti fungsi ginjal seperti transplantasi ginjal, dialisis berupa hemodialisis
dan peritoneal dialisa.Pasien yang menjalani terapi hemodialisis mengalami
beberapa masalah yang dapat mengakibatkan ketidakpatuhan pasien.Kepatuhan
pasien dalam menjalankan terapi hemodialisa sangat diperlukan n dibutuhkan
untuk menunjang kualitas hidup pasien itu sendiri. Kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik semakin menurun karena pasien tidak hanya menghadapi masalah
kesehatannya tetapi juga masalah terapi yang akan berlangsung seumur hidup,
akibatnya kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisis lebih rendah
dibanding penyakit yang lain.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara kepatuhan menjalani terapi hemodialisa dan kualitas hidup pasien chronic
kidney disease di Rumah Sakit Dr. Moewardi.Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian
adalah semua pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan program terapi
hemodialisis di ruang hemodialisa RSUD Dr. Moewardi bulan November
2015.Sampel penelitian sebanyak 59 pasien dengan teknik consecutive
sampling.Instrumen penelitian dengan kuesioner.Analisa data dalam penelitian ini
menggunakan Spearman.Berdasarkan hasil uji Spearman menunjukan bahwa
variabel kepatuhan menjalani terapi hemodialisa ada hubungan dengan kualitas
hidup (p-value = 0,021).Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
ada hubungan antara kepatuhan menjalani terapi hemodialisa dan kualitas hidup
pasien chronic kidney disease. Semakin patuh pasien dalam menjalankan terapi
hemodialisis maka kualitas hidupnya akan semakin meningkat. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi
hemodialisis dan keluarga mampu memberikan motivasi serta dukungan terhadap
pasien. Saran bagi pasien diharapkan semakin patuh menjalani terapi dan keluarga
selalu memberikan motivasi kepada pasien.
Kata kunci :kepatuhan hemodialisa, kualitas hidup, chronic kidney disease
(CKD)
2
RELATIONSHIP BETWEEN THE COMPLIANCE HEMODIALISA
UNDERGOING THERAPY AND QUALITY OF LIFE OF PATIENTS
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) IN HOSPITAL Dr. MOEWARDI
Arif Febriyantara*
Okti Sri Purwanti**
ABSTRACT
Patients chronic kidney disease who are in end-stage kidney function requiring
replacement therapy such as kidney transplantation, dialysis such as hemodialysis
and peritoneal dialysis. Patients undergoing hemodialysis therapy experienced a
few problems that can result in patient non-compliance. Patient compliance in
performing hemodialysis therapy is necessary and required to support the quality
of life of patients themselves.The quality of life of patients with chronic renal
failure declining because patients do not only face health problem but also a
problem of therapy that will last a lifetime, as a result the quality of life of patient
who undergo hemodialysis therapy was lower than that of other diseases. This
study aims to determine the relationship between adherence to undergo
hemodialysis therapy and quality of life for patients with chronic kidney disease
in the Hospital Dr. Moewardi. This research is a quantitative study using cross
sectional approach. The study population was all patients with chronic renal
failure on hemodialysis therapy program that runs in the hemodialysis Hospital
Dr. Moewardi in November 2015. The sample was 59 patients with consecutive
sampling technique. The research instrument with a questionnaire.Analysis of the
data in this study using Spearman. Based on the test results showed that the
variable compliance Spearman undergoing hemodialysis therapy no association
with quality of life (p-value = 0.021). The conclusion in this study is there is a
relationship between adherence to undergo hemodialysis therapy and quality of
life of patients with chronic kidney disease. More adherent patient in performing
hemodialysis therapy, the quality of life will increase. The research results are
expected to improve patient compliance in conducting hemodialysis therapy and
family were able to provide motivation and support for patients. Advice for
patients expected to be more obedient and family therapy always provide
motivation to the patient.
Keywords : hemodialysis adherence, quality of life, chronic kidney disease
(CKD)
3
PENDAHULUAN
Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang
penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat,
pengobatan pengganti ginjal yang harus di jalani oleh penderita gagal ginjal
merupakan pengobatan yang sangat mahal.Dialisa adalah suatu tindakan terapi
yang dilakukan pada penderita gagal ginjal terminal.Tindakan ini sering disebut
sebagai terapi pengganti karena berfungsi menggantikan sebagian fungsi
ginjal.Terapi pengganti yang sering di lakukan rumah sakit adalah hemodialisis
dan peritoneal dialisa.Diantara kedua jenis terapi tersebut, yang menjadi pilihan
utama dan metode perawatan yang umum dilakukan oleh penderita gagal ginjal
adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).Prevalensi gagal ginjal kronik (GGK)
setiap tahun di Amerika Serikat dengan jumlah penderita selalu mengalami
peningkatan. Pada tahun 2007 jumlah penderita sekitar 80.000 orang, tahun 2010
mengalami peningkatan menjadi 660.000 orang. Di indonesia prevalensi penderita
gagal ginjal kronik pada tahun 2007 jumlah pasien mencapai 2.148 orang, dan
tahun 2008 menjadi 2.260 orang (Alam dan Hadibroto, 2008).
Hemodialisis merupakan proses terapi sebagai pengganti ginjal yang
menggunakan selaput membran semi permeabel berfungsi seperti nefron sehingga
dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan mengoreksi gangguan
keseimbangan cairan maupun elektrolit pada pasien gagal ginjal. Hemodialisis
yang dijalani oleh pasien dapat mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus
merubah pola hidup pasien. Perubahan yang akan terjadi mencakup diet pasien,
tidur dan istirahat, penggunaan obat-obatan, dan aktivitas sehari-hari. Pasien yang
menjalani hemodialisis juga rentan terhadap masalah emosional seperti stress
berkaitan dengan pembatasan diet dan cairan, keterbatasan fisik, penyakit, efek
samping obat,serta ketergantungan terhadap dialisis yang akan berdampak
terhadap menurunnya kualitas hidup pasien (Mailani, 2015).
Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik semakin menurun karena
pasien tidak hanya menghadapi masalah kesehatannya tetapi juga masalah terapi
yang akan berlangsung seumur hidup, akibatnya kualitas hidup pasien yang
menjalani terapi hemodialisis lebih rendah dibanding penyakit yang lain.
Kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani terapi hemodialisa juga
akan mempengaruhi kualitas pasien yang menjalani terapi hemodialisis di rumah
sakit Dr. Moewardi.
Rumah sakit Dr. Moewardi merupakan rumah sakit kelas A dan sudah
lulus KARS pada tingkat paripurna. Selain itu rumah sakit Dr. Moewardi adalah
rumah sakit yang menjadi rumah sakit rujukan dari berbagai rumah sakit yang
pertama di daerah surakarta sehinggabanyak pasien yang melakukan pengobatan
dirumah sakit tersebut, termasuk pasien penderita gagal ginjal kronik yang
melakukan terapi hemodialisis diruang hemodialisa. Jumlah alat yang terdapat di
ruang hemodialisa sebanyak 38 unit.
Data rekam medik pada tanggal 01 Desember 2015 didapatkan pasien
gagal ginjal kronik yang melakukan rawat jalan di Rumah Sakit Dr. Moewardi
pada tahun 2013 berjumlah 51 orang, tahun 2014 berjumlah 16.687 orang, dan
tahun 2015 berjumlah 19.592 orang. Setiap tahun penderita gagal ginjal kronik
4
selalu mengalami peningkatan.Pada bulan Oktober 2015 terdapat 1.782 orang dan
November terdapat 142 orang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Purwanti
(2011) di Rumah Sakit Dr. Moewardi, 33 penderita gagal ginjal patuh menjalani
terapi hemodialisis dengan persentase 58.9% dan 23 penderita gagal ginjal tidak
patuh menjalani terapi hemodialisis dengan persentase 41.1%.
Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 November 2015
terhadap lima pasien yang berada di ruang tunggu mengenai kepatuhan dan
kualitas hidup pasien selama menjalani terapi hemodialisa. Data kepatuhan yang
diperoleh dari lima pasien yang menderita gagal ginjal. Dua pasien mengatakan
bahwa dirinya melakukan terapi hemodialisa hanya satu kali dalam seminggu dan
tidak melakukannya sesuai jadwal yang ditentukan dikarenakan akses sarana
kesehatan yang jauh dari rumah padahal pasien dan keluarga mengetahui tentang
pentingnya terapi hemodialisa terhadap kelangsungan hidup pasien. Tiga pasien
mengatakan bahwa dirinya mengetahui tentang penyakitnya yang akan selalu
bergantung terhadap terapi hemodialisa untuk menyambung kehidupannya dan
tidak akan sembuh sehingga pasien akan selalu melakukan terapi hemodialisa
sesuai jadwal yang sudah dijelaskan oleh tenaga medis.
Sedangkan data kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisa
tentang dimensi fisik, psikologi, sosial.Data yang diperoleh tentang dimensi fisik,
semua pasien mengatakan merasa nyeri saat beraktivitas di seluruh tubuh.Setelah
menjalani terapi hemodialisa pasien merasa pusing dan lemas, salah satu pasien
mengatakan bahwa setelah melakukan hemodialisa keadaannya membaik dalam
satu minggu.Data yang diperoleh tentang dimensi psikologi, tiga pasien laki-laki
dan perempuan mengatakan pada awal didiagnosa gagal ginjal, mereka
menyangkal dan tidak terima atas keadaan yang dialaminya.Dua pasien laki-laki
mengatakan sudah menerima keadaan yang dialaminya sejak awal
didiagnosa.Lima pasien saat ini sudah menerima kondisinya. Data yang diperoleh
tentang dimensi sosial, lima pasien mendapat dukungan dari keluarga maupun
masyarakat disaat menderita penyakit gagal ginjal dan menjalani terapi
hemodialisa. Maka dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dalam
studi penelitian tentang “hubungan antara kepatuhan menjalani terapi hemodialisa
dan kualitas hidup pasien chronic kidney disease (CKD) di rumah sakit Dr.
Moewardi”.
Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin meneliti dan merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Adakah hubungan antara kepatuhan
menjalani terapi hemodialisa dan kualitas hidup pasien chronic kidney disease
(CKD) di rumah sakit Dr. Moewardi ?”.
Penelitain ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan
menjalani terapi hemodialisa dan kualitas hidup pasien chronic kidney disease
(CKD) di rumah sakit Dr. Moewardi, mengetahui kepatuhan menjalani terapi
hemodialisa pada pasien chronic kidney disease (CKD), mengetahui kualitas
hidup pada pasien chronic kidney disease (CKD), menganalisa antara kepatuhan
menjalani terapi dan kualitas hidup pasien chronic kidney disease (CKD).
5
METODE PENELITIAN
1. Rencana Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode korelasional dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih.Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data dilakukan
satu kali atau satu waktu tertentu. Metode cross sectional adalah metode
penelitian yang melakukan pengumpulan data pada suatu saat saja atau satu
kali saja.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki
karakteristik yang sama yang mungkin diselidiki atau diamati (Imron &
Munif, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasiengagal ginjal
kronik yang menjalankan program terapi hemodialisis.Berdasarkan data yang
diambil dari Ruang hemodialisa RSUD Dr. Moewardi pada bulan November
2015, jumlah pasien rawat jalan yang menjalani terapi hemodialisis sebanyak
142 pasien.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dalam populasi
yang dipilih dengan cara tertentu hingga dapat dianggap dapat mewakili
populasinya (Sastroasmoro & Ismael, 2008). Tehnik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan consecutive sampling yaitu pemilihan
sampel dengan teknik menetapkan subjek yang datang dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan
terpenuhi (Susila, 2015).Berdasarkan data yang diambil dari RSUD Dr.
Moewardi pada bulan November 2015, jumlah pasien rawat jalan yang
melakukan terapi hemodialisis sebanyak 142 orang. Tehnik pengambilan
sampel dilakukan dengan mengambil responden sesuai kriteria inklusi,
kemudian diberikan nomor urut berdasarkan urutan tanggal dan waktu saat
kuesioner kembali ke peneliti setelah proses pengisian selesai dan jumlah
pasien terpenuhi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Pasien yang menjalani hemodialis lebih dari 3 bulan
b. Pasien yang datang hemodialisis
c. Pasien yang menggunakan BPJS golongan 2
d. Kesadaran komposmentis
e. Mampu berkomunikasi
f. Mampu membaca dan menulis
g. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent
Sedangkan yang termasuk dalam kriteria ekslusi adalah :
a. Pasien yang sudah masuk dalam kriteria inklusi tetapi harus dikeluarkan
karena kondisi yang memburuk
b. Terjadi penurunan kesadaran
c. Tekanan darah meningkat
6
Hasil perhitungan dari rumus sampel dengan ketentuan N=142, d=10%
didapatkan jumlah responden sebanyak 58,6 dibulatkan menjadi 59
responden.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti untuk
kegiatan pengumpulan data, agar kegiatan menjadi sistematis dan mudah.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah
tehnik pengumpulan data dengan cara memberikan pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2006).
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan
buku catatan kunjungan hemodialisis pasien. Kuesioner ini diisi oleh subjek
yaitu pasien gagal ginjal kronik yang menjalani rawat jalan.Cara
pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner yang telah disediakan,
sedangkan buku catatan kunjungan hemodialisis pasien untuk mengetahui
jadwal hemodialisis pasien, kepatuhan pasien dalam melakukan hemodialisis
sesuai jadwal.
Instrumen penelitian yang digunakan ini untuk mengetahui kepatuhan
pasien dan kualitas hidup pasien dalam melaksanakan program hemodialisis
pada pasien gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Dr.
Moewardi Surakarta.Instrumen penelitian ini dibuat oleh peneliti berdasarkan
teori-teori yang sudah ada meliputi :
Kuesioner kepatuhan pasien dalam menjalankan hemodialisis yang
memodifikasi dari Purwanti (2011) berjumlah 14 pertanyaan dan
menggunakan skala likert. Kuesioner ini berisi empat alternatif jawaban yang
tersedia yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak
setuju (STS)dan dibuat dalam dua tipe :Favourable (positif) terhadap objek
dengan alternatif jawaban sangat setuju (SS) 4, setuju (S) 3, tidak setuju (TS)
2, sangat tidak setuju (STS) 1.Unfavourable (negatif) terhadap objek dengan
alternatif jawaban sangat setuju (SS) 1, setuju (S) 2, tidak setuju (TS) 3,
sangat tidak setuju (STS) 4.
Kuesioner kualitas hidup dalam menjalankan hemodialisis ini
mengadobsi dari parameter kuesioner WHOQOL-BREF.Jumlah kuesioner ini
terdiri dari 21 pertanyaan. Kuesioner ini berisi lima alternatif jawaban yang
tersedia yaitu sangat memuaskan, memuaskan, biasa saja, tidak memuaskan,
sangat tidak memuaskandan dibuat dalam dua tipe :Favourable (positif)
terhadap objek dengan alternatif jawaban sangat memuaskan (5), memuaskan
(4), biasa saja (3), tidak memuaskan (2), sangat tidak memuaskan
(1).Unfavourable (negatif) terhadap objek dengan alternatif jawaban sangat
memuaskan (1), memuaskan (2), biasa saja (3), tidak memuaskan (4), sangat
tidak memuaskan (5).
4. Jalannya Penelitian
Tahap awal yang dilakukan adalah pengajuan judul penelitian,
kemudian penyusunan proposal, ujian proposal dan melakukan uji validitas
7
dan reliabilitas instrumen penelitian di RS PKU Muhammadiyah
Surakarta.Setalah mendapat surat ijin uji validitas dan reliabilitas dari RS
PKU Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 2 April 2016 kemudian
dilakukan uji validitas instrumen dengan sempel 15 responden yang diambil
diruang Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 4
April 2016. Hasil uji instrumen tentang kepatuhan dengan 16 pertanyaan pada
15 responden diperoleh korelasi product moment (r) yang berkisar antara
0,344 hingga 0,791.Pertanyaan dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Hasil uji
validitas pada 16 pertanyaan kuesioner tentang kepatuhan ada 2 item
pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 10 dan 15, kemudian item yang tidak
valid dinyatakan gugur dan dihilangkan dan tidak disertakan dalam instrumen
penelitian, hingga didapatkan 14 pertanyaan yang valid pada instrumen
kepatuhan dan uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,885.
Hasil uji instrumen tentang kualitas hidup dengan 26 pertanyaan pada
15 responden diperoleh diperoleh korelasi product moment (r) yang berkisar
antara -0,202 hingga 0,770. Pertanyaan dinyatakan valid jika rhitung > rtabel.
Hasil uji validitas pada 26 pertanyaan kuesioner tentang kualitas hidup ada 5
item pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 4, 9, 13, 17, dan 24, kemudian
item yang tidak valid dinyatakan gugur dan dihilangkan dan tidak disertakan
dalam instrumen penelitian, hingga didapatkan 21 pertanyaan yang valid pada
instrumen kepatuhan dan uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar
0,919.
Penelitian dilakukan di Ruang hemodialisa Rumah Sakit Dr. Moewardi
Surakarta pada tanggal 21 April – 23 April 2016 dengan langkah awal
menunggu pasien dipanggil masuk ke ruang hemodialisa untuk melakukan
terapi, setelah pasien masuk dan terpasang alat dialisis peneliti menentukan
responden sesuai kriteria inklusi yang telah ditentukan.Setelah peneliti
mendapat responden, selanjutnya peneliti meminta persetujuan dan kontrak
waktu dengan pasien, memberikan penjelasan tujuan dan menanyakan
kesedian menjadi responden dengan menandatangani informed
consent.Kemudian peneliti memberikan kuesioner kepada responden yang
sedang terpasang alat hemodialisis diruang hemodialisa berisi tentang
karakteristik responden, kepatuhan menjalani terapi dan kualitas hidup
pasien.Selama pengisian kuesioner peneliti membantu responden yang
merasa kesulitan sampai selesai serta mengecek semua data yang diperoleh
apakah sudah terisi semua.
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul maka tahap selanjutnya
adalah melakukan proses skoring (menganalisis data hasil penelitian dan
menyusun laporan hasil pembahasan penelitian yang nantinya akan disajikan
dalam bentuk tertulis dan melakukan seminar hasil penelitian.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden dalam penelitian ini adalah penderita gagal ginjal kronik dengan
jumlah sampel sebanyak 56 responden.
1. Data karakteristik responden
a. Jenis kelamin
Distribusi 59 responden dalam melaksanakan program
hemodialisis di ruang Hemodialisis RSUD Dr. Moewardi Surakarta
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
1
2
Laki – laki
Perempuan
37
22
62,7
37,3
Jumlah 59 100
Tabel 1. Menunjukan bahwajenis kelamin, sebagian besar
adalah laki-laki yaitu sebanyak 37 responden (62,7%) dan perempuan
22 responden (37,3%).Hal ini berarti sebagian besar pasien yang
menjalankan terapi hemodialisa di Rumah Sakit Dr. Moewardi adalah
laki-laki dengan persentase (62,7%).
b. Umur
Distribusi 59 responden dalam melaksanakan program
hemodialisis di ruang Hemodialisis RSUD Dr. Moewardi Surakarta
berdasarkan umur dapat dilhat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur
No Umur Jumlah Persentase (%)
1
2
3
4
5
< 20 tahun
20-29 tahun
30-39 tahun
40-49 tahun
> 50 tahun
4
7
10
16
22
6,8
11,9
16,9
27,1
37,3
Jumlah 59 100
Tabel 2. Menunjukan bahwa dari22 responden (37,3%) berumur
lebih dari 50 tahun, 16 responden (27,1%) berumur 40-49 tahun, 10
responden (16,9%) berumur 30-39 tahun, 7 responden (11,9%)
berumur 20-29 tahun, dan 4 responden (6,8%) berumur kurang dari 20
tahun.Hal ini berarti sebagian besar pasien yang menjalankan terapi
9
hemodialisa di Rumah Sakit Dr. Moewardi berumur >50 tahun dengan
persentase (37,3%).
c. Pendidikan
Distribusi 59 responden dalam melaksanakan program
hemodialisis di ruang Hemodialisis RSUD Dr. Moewardi Surakarta
berdasarkan tingkat pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu dasar (SD dan SMP), menengah (SMA),
tinggi (perguruah tinggi) dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Dasar
Menengah
Tinggi
25
21
13
42,4
35,6
22
Jumlah 59 100
Tabel 3. Diketahui pendidikan dari25 responden (42,4%) adalah
pendidikan dasar, 21 responden (35,6%) yaitu pendidikan menengah,
dan 13 responden (22%) pendidikan tinggi.Hal ini berarti sebagian
besar pasien yang menjalankan terapi hemodialisa di Rumah Sakit Dr.
Moewardi berpendidikan dasar dengan persentase (42,4%).
d. Pekerjaan
Distribusi 59 responden dalam melaksanakan program
hemodialisis di ruang Hemodialisis RSUD Dr. Moewardi Surakarta
berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1
2
3
4
5
6
PNS
Buruh
Wiraswasta
Petani
Lain-lain
Pelajar
7
9
21
9
10
3
11,9
15,3
35,6
15,3
16,9
5,1
Jumlah 59 100
Tabel 4. Menunjukan bahwa pekerjaan wiraswasta, sebanyak 21
orang (35,6%), lain-lain sebanyak 10 orang (16,9%), buruh dan petani
masing-masing sebanyak 9 orang (15,3%), PNS sebanyak 7 orang
(11,9%), dan pelajar sebanyak 3 orang (5,1%).Hal ini berarti sebagian
besar pasien yang menjalankan terapi hemodialisa di Rumah Sakit Dr.
Moewardi adalah wiraswasta dengan persentase (35,6%).
10
2. Analisa Univariat
a. Kepatuhan
Kepatuhan pasien diperoleh dari kuesioner yang di berikan
kepada masing-masing responden sebanyak 14 pertanyaan.Penilaian
kepatuhan dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori patuh dan tidak
patuh. Kategori patuh jika memperoleh skor lebih dari atau sama
dengan rata-rata (≥ 49,05), sedangkan kategori tidak patuh jika skor
kurang dari rata-rata (< 49,05) dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan kepatuhan
hemodialisa
No Kepatuhan Jumlah Persentase (%)
1
2
Patuh
Tidak patuh
30
29
50,8
49,2
Jumlah 59 100
Tabel 5. Menunjukan bahwasebanyak 30 responden (50,8%)
dalam kategori patuh dan 29 responden (49,2%) dalam kategori tidak
patuh.Semakin patuh pasien dalam pengobatan maka tingkat
kesehatannya akan meningkat.Hal ini berarti sebagian besar pasien
yang menjalankan terapi hemodialisa di Rumah Sakit Dr. Moewardi
dikategorikan patuh dengan persentase (50,8%). Kepatuhan pasien
merupakan ketaatan untuk melaksanakan suatu anjuran dokter.
b. Kualitas hidup
Kualitas hidup responden diperoleh dari kuesioner yang
diberikan berjumlah 21 pertanyaan, dalam penilaian kualitas hidup
dibagi menjadi 2 kategori yaitu kategori tinggi jika skor lebih besar
atau sama dengan rata-rata (≥ 72,76) dan kategori rendah jika skor
kurang dari rata-rata (72,76) dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan kualitas hidup
No Kualitas hidup Jumlah Persentase (%)
1
2
Tinggi
Rendah
30
29
50,8
49,2
Jumlah 59 100
Tabel 6. Kualitas hidup, sebanyak 30 responden (50,8) dalam
kategori tinggi dan 29 responden (49,2) dalam kategori rendah.Hal ini
berarti sebagian besar pasien yang menjalankan terapi hemodialisa di
Rumah Sakit Dr. Moewardi mempunyai kualitas hidup tinggi dengan
persentase (50,8%).
11
3. Analisa Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan Uji
Spearman.Pengujian dengan spearman bertujuan untuk mengetahui
hubungan variabel bebas yaitu kepatuhan menjalani terapi hemodialisa
dengan kualitas hidup pasien chronic kidney disease (CKD) sebagai
variabel terikat di Rumah Sakit Dr. Moewardi.
Berdasarkan hasil dari perhitungan uji spearman menggunakan
program SPSS 20 for windows dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hubungan antara kepatuhan menjalani terapi hemodialisa
dengan kualitas hidup
Variabel Korelasi p-value Kesimpulan
Kepatuhan pasien
Kualitas hidup 0,300 0,021 Ho ditolak
Tabel 7. Hubungan antara kepatuhann dan kualitas hidup, diketahui
korelasi sebesar 0,300maka kekuatan korelasi hubungan dalam kategori
sedang, nilai p-value adalah 0,021. Kesimpulan uji adalah Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan
menjalani terapi hemodialisa dan kualitas hidup pasien chronic kidney
disease (CKD) di Rumah Sakit Dr. Moewardi.
Pembahasan
1. Karakteristik responden
Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan
dengan jumlah 37 responden (62,7%). Penelitian ini sama seperti yang
terdapat pada hasil penelitian Reis (2014) menunjukan bahwa laki-laki
memiliki frekuensi lebih besar mengalami insiden gagal ginjal daripada
perempuan. Menurut penelitian Tomazou (2015) dari 118 responden jenis
kelamin laki-laki sebanyak 79 responden lebih tinggi dibandingkan
perempuan sebanyak 39 responden pada pasien hemodialisa.
Usia diatas 50 tahun lebih banyak karena terjadi proses penuaan
yaitu menurunnya fungsi organ secara perlahan yaitu penurunan laju
filtrasi glomerulus secara progrsif. Menurut Purwanti (2011) umur diatas
50 tahun juga rentan terhadap komplikasi yang dapat mengganggu fungsi
organ dibandingkan dengan umur dibawah 40 tahun.Hal ini selaras dengan
penelitian Wakeel (2012) bahwa umur diatas 50 tahun lebih banyak
dibandingkan umur dibawah 50 tahun.Pendapat Bahadori (2014)
responden yang umurnya antara 56-65 lebih banyak dibanding umur
dibawahnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan adalah
pendidikan, semakin tinggi pendidikan pasien maka akan semakin tinggi
tingkat pengetahuan tentang kesehatan. Status pendidikan terakhir juga
akan mempengaruhi pola pikir individu sehingga muncul suatu paradigma
12
bahwa tingkat pendidikan yang rendah maka memiliki tingkat pengetahuan
yang rendah tentang kesehatan. Hal ini sependapat dengan penelitian yang
dilakukan Kring (2009) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
kesehatan seseorang adalah tingkat pendidikan.Pendapat Bahadori (2014)
menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah/tidak sekolah
lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan menengah dan
tinggi. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian Purwanti (2011)
bahwa tingkat pendidikan pasien yang melaksanakan terapi hemodialisis
sebagian besar adalah pendidikan dasar
Distribusi responden menunjukan sebagian besar bekerja sebagai
wiraswasta. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak
bekerja atau pengangguran belum tentu mempunyai tingkat kesehatan yg
buruk melainkan responden yang bekerja sebagai wiraswastalah yang
mempunyai tingkat kesehatan yang rendah. Kejadian gagal ginjal kronik
lebih banyak pada responden dengan pekerjaan wiraswasta. Hal ini
berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan Wakeel (2012) bahwa yang
tidak memiliki pekerjaan/pengangguran mempunyai tingkat kesehatan
yang lebih buruk dibandingkan dengan yang mempunyai pekerjaan. Begitu
juga pendapat dari Peng (2010) yang menyebutkan bahwa seorang
pengangguran tingkat kesehatannya lebih rendah dari seorang yang
mempunyai pekerjaan.
2. Alanisis Univariat
Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
mengurangi maupun meningkatkan status kepatuhan pasien dalam
pengobatan seperti pendidikan, tingkat ekonomi, usia, dukungan keluarga.
Semakin patuh pasien dalam pengobatan maka tingkat kesehatannya akan
meningkat. Hal ini sependapat dengan Alikari (2015) bahwa keberhasilan
seseorang dalam pengobatan bergantung pada kepatuhan pasien.semakin
patuh pasien terhadap program terapi kesehatan yang diberikan oleh
dokter/tenaga medis maka kondisi kesehatannya akan membaik.
Kepatuhan dalam program kesehatan sangat di perlukan guna
meningkatkan derajat kesehatan seseorang baik itu untuk pemeliharaan,
pencegahan, dan pengobatan. Pendapat ini selaras dengan Mazairac
(2012) bahwa pasien yang sering atau rutin melakukan pengobatan maka
tingkat kesehatannya akan semakin semakin meningkat seiring dengan
terapi pengobatan yang rutin dilakukan.Hasil penelitian ini selaras dengan
penelitian Purwanti (2011) yang menyatakan tingkat kepatuhan pasien
dalam melaksanakan terapi hemodialisis sebagian besar adalah patuh.
Kualitas hidup dapat dinilai dari berbagai segi dimensi seperti
dimensi fisik, psikologi, sosial, dan lingkungan.Kondisi tersebut sangat
menentukan kualitas hidup pasien yang sedang mengalami penurunan
kesehatan. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Reiz
(2014) manyatakan bahwa kualitas hidup pasien sangat dipengaruhi oleh
dimensi fisik, psikologi, sosial, lingkungan, terutama dalam aspek sosial
dan psikologi dengan persentase (67,66%) dibandingkan dengan dimensi
13
fisik (63,28%) dan lingkungan (62,37%). Selama responden mengetahui
pentingnya kesehatan maka angka kualitas hidup responden akan semakin
meningkat . Hal ini selaras dengan pendapat Mazairac (2012) yang
menyatakan bahwa kualitas hidup pasien akan lebih baik dengan cara
memberikan pengetahuan tentang pentingnya kesehatan artinya semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka tingkat kesehatan individu
tersebut akan samakin baik.
3. Analisis Bivariat
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup adalah
tingkat kepatuhan seseorang dalam proses pengobatan.Penelitian ini
sependapat denga penelitian Meilani (2015) bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien adalah kepatuhan terhadap terapi
hemodialisis yang sedang dijalani oleh pasien. Hal ini selaras dengan
pendapat Bahadori (2014) bahwa pasien hemodialisis yang memiliki
kualitas hidup rendah dapat ditingkatkan dengan cara menumbuhkan rasa
percaya diri dan memberikan pengetahuan tentang pentingnya mematuhi
terapi yang sudah diprogramkan, semakin patuh seseorang dalam
menjalankan pengobatan maka kualitas hidupnya akan membaik dari yang
sebelumnya dan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup adalah
dengan meningkatkan kepatuhan pasien dalam pengobatan. Kepatuhan
akan terjadi setelah responden menyadari manfaat dari terapi hemodialisa
yang dilakukan. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mazairac
(2012) bahwa kepatuhan seseorang sangat mempengaruhi kualitas hidup
individu tersebut, selama pasien patuh terhadap pengobatan yang
dianjurkan oleh tenaga medis maka kualitas hidup pasien akan semakin
meningkat. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada responden di
ruang hemodialisa RS Dr. Moewardi jika pasien tidak patuh maka semua
tubuhnya akan merasa sakit, kondisi tubuhnya akan menurun yang akan
mengakibatkan kematian, dengan kesadaran diri sendiri terhadap
pentingnya melakukan terapi hemodialisa itu maka pasien akan salalu
patuh dalam menjalankan terapi demi kelangsungan hidupnya sehingga
kualitas hidupnya akan semakin meningkat. Menurut pendapat Alikari
(2015) kepatuhan/ketidakpatuhan pasien hemodialisis dalam terapi akan
berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien, semakin patuh pasien dalam
pengobatan maka kualitas hidupnya akan semakin meningkat, sebaliknya
jika pasien tidak mematuhi program terapi akan mengakibatkan kondisi
semakin memburuk.
Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dari penelitian yang sudah dilakukan. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian
ini antara lain :
1. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada saat responden dalam
proses hemodialisis. Kondisi ini dirasakan peneliti kurang efektif dalam
pengisian kuesioner dikarenakan responden sedang terpasang alat
14
hemodialisa sehingga responden memerlukan bantuan keluarga dan
peneliti untuk mengisi kuesioner tersebut.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan penelitian, maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat kepatuhan responden dalam menjalani terapi hemodialisa di
Rumah Sakit Dr. Moewardi adalah patuh.
2. Kualitas hidup responden dalam menjalani terapi hemodialisa di Rumah
Sakit Dr. Moewardi adalah tinggi.
3. Ada hubungan antara kepatuhan menjalani terapi hemodialisa dengan
kualitas hidup pasien chronic kidney disease (CKD) di Ruang Hemodialisa
Rumah Sakit Dr. Moewardi dengan hasil korelasi sebesar 0,300 yang
mempun yai kekuatan korelasi sedang dan p-value <0,05 yaitu 0,021.
Kesimpulannya Ho ditolak.
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang diperoleh tentang
hubungan antara kepatuhan menjalani terapi hemodialisa dengan kualitas hidup
pasien chronic kidney disease (CKD) di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Dr.
Moewardi, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi dalam
menembangkan kurikulum keperawatan mengenai hubungan antara
keptuhan menjalani terapi hemodialisa dengan kualitas hidup pasien
chonic kidney disease (CKD), sehingga dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai ilmu keperawatan.
2. Bagi rumah sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi keluarga dan pasien tentang
kepatuhan menjalani terapi hemodialisis bagi penderita gagal ginjal untuk
tercapainya status kesehatan yang optimal.
3. Bagi pasien dan keluarga
Bagi pasien diharapkan semakin patuh menjalani terapi hemodialisis akan
semakin tinggi kualitas hidup. Bagi keluarga diharapkan dapat selalu
memberikan motivasi dan dukungan terhadap sikap kepatuhan
hemodialisis pasien.
4. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam menggunakan tehnik lain selain kuesioner dengan
menggunakan variabel lain untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
15
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S & Hadibroto, I (2008). Gagal Ginjal.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Arliza, M (2006). Prosedur dan Tehnik Operasional Hemodialisa.Edisi Pertama.
Yogyakarta : Tugas Pustaka.
Graber, M. A (2006).Buku Saku Keluarga/editor, Mark A. Graber, Peter P. Toth,
Robert L. Herting ; alih bahasa, Lydia I. Mandera: editor edisi bahasa
indonesia, Susulowati, Dewi Asih Mahanani, ed. 3. Jakarta : EGC.
Imron, M & Amrul, M (2010).Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta :
Sagung Seto.
Kring, D.L., Crane, P.B. (2009). Factors Affecting Quality of Life in Persons on
Hemodialysis.Nephrology Nursing Journal, Vol. 36 ,No. 1.
Liu, W. J (2006).Quality of Life of Dialysis Patients in Malaysia, Hospital
Sultanah Aminah Johor Baru, 61 (5): 540-542.
Mailani, F (2015). Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis : systematic review. Ners jurnal keperawatan.Vol 11 no 1.
1-8. ISSN 1907-686X.
Pernefri (2003).Konsesus Dialisis, Edisi I, Cetakan I, Jakarta: Pernefri.
Rahardjo, P., Susalit, E., Suhardjono. Hemodialisis, dalam Sudoyo, A. W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., (2009).editors, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV, Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Reis, B. M., Moraes, F. R., Felipe, L. R. R., Corneta, I., Nunes, M. A., Accioly,
M. F. (2014). Quality of Life in Patients with Chronic renal Failure on
Hemodialysis Treatment, DOI:10.5585/ConsSaude.v13n4.5268.
Riduwan & Akdon.(2009). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statustik.Bandung :
Alfabeta.
Riskesdas.(2013). Laporan Nasional Riskesdas 2013.http://www.depkes.go.id/.
Diakses tanggal 17 November 2015.
Sastroasmoro, S & Sofyan, I. (2008).Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis.Jakarta : Sagung Seto.
Sathvik, B.S., Parthasarathi, G., Narahari, M.G., Gurudev, K.C. (2008). An
Assessment of The Quality of life in hemodialysis patients using the
WHOQOL-BREF Quesionnaire. Indian Journal of Nephrology, Vol. 18,
Issue 4.
Sukandar (2006).Gagal Ginjal Kronik dan Terapi Dialisis. Bandung : FK Unpad.
Susila & Suyanto.(2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran dan
Kesehatan.Klaten : Bosscript.
* Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta
** Dosen S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta