public rilation dan organisasi

69
PERAN DAN FUNGSI PROFESIONAL PUBLIC RELATIONS DALAM ORGANISASI Public relations sebagai fungsi manajemen yang membangun dan mempertahnkan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. (Scott M. Cutlip, 2007:6) Peran profesi public relations semakin bias tanpa adanya spesialisasi profesi sehingga diharapkan seorang praktisi PR memahami perannya dengan baik, bukan hanya sekedar pelengkap kerja dan pekerjaan rangkap seorang sekretaris direksi. Konsep,peranan petugas PR yang dikembangkan oleh Broom, kemudian dikembangkan oleh Bromm dan Smith (Dozier, 1992) Peran PR merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman fungsi PR dan komunikasi organisasi. .Ada beberapa fungsi dominan yang harus dilaksanakan seorang PR sejati antara lain berperan sebagai : Technician communication Kebanyakan praktisi masuk ke bidang ini sebagai teknisi komunikasi. Deskripsi kerja dalam lowongan pekerjaan biasanya menyebutkan keahlian komunikasi dan jurnalistik, sebagai syarat. Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit newsletter karyawan, menulis news release dan feature, mengembangkan isi web, dan mengangani kontak media. Praktisi yang melakukanm peran ini biasanya tidak hadir disaat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka baru bergabung untuk melakukan komunikasi dan mengimplementasikan program, terkadang tanpa mengetahui secara menyeluruh motivasi atau tujuan yang diharapkan. Meskipun mereka tidak hadir saat diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen baru, merekalah yang diberi tugas untuk menjelaskannya kepada karyawan dan pers. • Expert Prescriber communication Ketika para praktisi mengambil peran sebagai pakar/ahli, orang lain akan menganggap mereka sebagai otoritas dalam persoalan PR dan solusinya. Manajemen puncak menyerahkan PR

Upload: willyshaggy

Post on 23-Jun-2015

921 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Public Rilation Dan Organisasi

PERAN DAN FUNGSI PROFESIONAL PUBLIC RELATIONS DALAM ORGANISASI

 Public relations sebagai fungsi manajemen yang membangun dan mempertahnkan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi

dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. (Scott M. Cutlip, 2007:6)

Peran profesi public relations semakin bias tanpa adanya spesialisasi profesi sehingga diharapkan seorang praktisi PR memahami perannya dengan baik, bukan hanya sekedar pelengkap kerja dan pekerjaan rangkap seorang sekretaris direksi. Konsep,peranan petugas PR yang dikembangkan oleh Broom, kemudian dikembangkan oleh Bromm dan Smith (Dozier, 1992) Peran PR merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman fungsi PR dan komunikasi organisasi. .Ada beberapa fungsi dominan yang harus dilaksanakan seorang PR sejati antara lain berperan sebagai : • Technician communicationKebanyakan praktisi masuk ke bidang ini sebagai teknisi komunikasi. Deskripsi kerja dalam lowongan pekerjaan biasanya menyebutkan keahlian komunikasi dan jurnalistik, sebagai syarat. Teknisi komunikasi disewa untuk menulis dan mengedit newsletter karyawan, menulis news release dan feature, mengembangkan isi web, dan mengangani kontak media. Praktisi yang melakukanm peran ini biasanya tidak hadir disaat manajemen mendefinisikan problem dan memilih solusi. Mereka baru bergabung untuk melakukan komunikasi dan mengimplementasikan program, terkadang tanpa mengetahui secara menyeluruh motivasi atau tujuan yang diharapkan. Meskipun mereka tidak hadir saat diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen baru, merekalah yang diberi tugas untuk menjelaskannya kepada karyawan dan pers.

• Expert Prescriber communicationKetika para praktisi mengambil peran sebagai pakar/ahli, orang lain akan menganggap mereka sebagai otoritas dalam persoalan PR dan solusinya. Manajemen puncak menyerahkan PR di tangan para ahli dan manajemen biasanya mengambil peran pasif saja. Praktisi yang beroperasi sebagai praktisi pakar bertugas mendefinisikan probelm, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas implemetasinya

Page 2: Public Rilation Dan Organisasi

• Communication facilitatorPeran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar yang peka dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liason), interpreter, dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik untuk membuat keputuasan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi, menyusun agenda mendiagnosis dan memperbaiki kondisi-kondisi yang menganggu hubungan komunikasi di antara kedua belah pihak. Fasilitator komunikasi menempati peran di tengah-tengah dna berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik.

• Fasilitator Pemecah MasalahKetika praktisi melakukan peran ini, mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategies. Kolaborasi dan musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan kemudian sampai ke evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah membantu manajer lain untuk dan organisasi untuk mengaplikasikan PR dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem organisasional lainnya.

Spesialisasi dunia kerja Sedangkan peran dalam pekerjaan itu sendiri tidak bisa dianggap mudah membuthkan adanya ketelitian dan keuletan sehingga menghasilkan pencapaian yang maksimal yang antara lain :

• Menulis dan Mengedit: Menyusun rilis berita dalam bentuk cetak atau siaran, cerita feature, newsletter untuk karyawan dan stakeholder ekternal, korespondesi, pesan website dan pesan media online lainnya, laporan tahunan shareholder, pidato, brosur, film dan scipts slide-slow, artikel publikasi perdagangan, iklan institusional, dan materi-materi pendukung teknis lainnya

Page 3: Public Rilation Dan Organisasi

• Hubungan Media dan Penempatan Media: mengkontak media koran, majalah, suplemen mingguan, penulis freelance, dan publikasi perdagangan agar mereka memublikasikan atau menyiarkan berita dan feature tentang organisasi yang ditulis oleh organisasi itu sendiri atau oleh orang lain. Merespons permintaan infromasi oleh media, memverifikasi berita, dan membuka akses ke sumber otoritatif

• Riset: mengumpulkan infromasi tentang opini publik, tren, isu yang sedang muncul, iklim politik dna peraturan-peraturan perundangan, liputan media, opini kelompok kepentingan dan pandangaan-pandangan lain berkenaan dengan stakeholder organisasi. Mencari database di internet, jasa online, dan data pemerintah elektronik. Mendesain riset program, melakukan survei, dan menyewa perusahaan riset

• Manajemen dan Administrasi: Pemrograman dab perencanaan dengan bekerja sama manager lain; menentukan kebutuhan, menentukan prioritas, mendefinisikan publik, setting dan tujuan, dan mengembangkan strategi dan taktik. Menata personel, anggaran, dan jadwal program

• Konseling: memberi saran kepada manajemen dalam masalah sosial, politik, dan peraturan, berkonsultasi dengan tim manajemen mengenai cara menghindari atau merespons krisis; dan bekerja bersama pembuat keputusan kunci untuk menyusun strategi untuk mengelola atau merespons isu-isu yang sensitif dan kritis

• Acara Spesial: mengatur dan mengelola konferensi pers, lomba lari 10K, konvensi, open house, pemotongan pita dan grand opening, perayaan ulang tahun, acara pengumpulan dana, mengunjungi tokoh terkemuka, mengadakan kontes, program penghargaan, dan kegiatan khusus lainnya.

• Pidato: tampil di depan kelompok, melatih orang untuk memberikan kata sambutan dan mengelola biro juru bicara untuk menjelaskan platfom organisasi di depan audien penting.

• Produksi: membuat saluran komunikasi dengan menggunakan keahlian dan pengetahuan multimedia, termasuk seni, tipografi, fotografi, tata letak, dan computer desktop publishing; perekaman audio dan video dan editing, dan menyiapkan presentasi audiovisual

Page 4: Public Rilation Dan Organisasi

• Training: mempersiapkan eksekutif dan juru bicara lain untuk menghadapi meda dan tampil di hadapan publik. Memberi petunjuk kepada ornag lain dalam organisasi untuk meningkatkan keahlian menulis dan berkomunikasi. Membantu memperkenalkan perubahan kultur, kebijakan, struktur, dan proses organisasional

• Kontak: sebagai penghubungan(liason) dengan media, komunitas, dan kelompok internal dan ekternal lainnya. Sebagai mediator antara organisasi dan stakeholder penting dengan bertugas untuk mendengarkan, menegosiasikan, mengelola konflik, dan menjalin kesepakatan. Sebagai tuan rumah dengan melakukan pertemuan dan jamuan untuk tamu dan pengunjung.

Manfaat dan peran PR Selain peran dominan dan peran profesional bisa dilaksnakan dengan komitmen sehingga bisa tercapai tujuan manajerial dan operasional organisasi :

Membuat organisasi bersikap responsif terhadap kepentingan publik dan kontribusinya kepada sistem informasi publik yang amat penting bagi masyarakat demokratis dan kelangsungan hidup organisasi.

Membantu dan mempertahankan hubungan antara publik dengan manajemen oraganisasional yang memerhatikan tanggung jawab sosial dan kepemimpinan yang bermoral

Membantu organisasi untuk mengantisipasi dan merespons persepsi dan opini publik. Merespon nilai dan gaya hidup yang baru, merespons pergeseran di antara elektorat dan di dalam lembaga legislatif, dan merespos perubahan-perubahan lain di lingkungan.

Membuat informasi menjadi tersedia melalui sistem informasi publik. Dan juga meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ke publik dengan mendukung pernyataan pendapat dan debat pasar ide yang kompetitif.

Melayani kepentingan publik dengan sudut pandang alternatif dalan forum publik, termasuk suara dari orang-orang yang diabaikan oleh media massa.

Membantu masyarakat dengan menjadi perantara konflik dan membangun konsensus yang dibutuhkan untuk ketertiban sosial.

Page 5: Public Rilation Dan Organisasi

Memfasilitasi atau membantu penyesuaian dan pemiliharaan dalam sistem sosial yang memberi kita kebutuhan sosial dan fisik

Fungsi PR  Pada hakikatnya PR adalah aktiftas. maka sebenarnya tujuan PR dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi yakni adanya penguatan dan perubahan kognisi, apeksi dan prilaku komunikasintya. namun kata "relations" menunjukan kata kerja aktif maka harus dilihat dari dua kepentingan yaitu organisasi dan publik sehingga tujuan PR adalah terpeliharanya dan terbentuknya saling penegrtian (aspek kognisi), menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi) dan memellihara serta menciptakan kerjasama (aspek psiomotoris)

Bagian-Bagian dari Fungsi PR:

• Hubungan Internal, adalah bagian khusus PR yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan saling bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat organisasi mengantungkan kesuksesannya.

• Publisitas, adalah sumber-sumber informasi yang disediakan oleh PR dan digunakan oleh media karena informasi itu memiliki nilai berita. Metode penempatan pesan di media ini adalah pesan di media ini adalah metode yang tak bisa dikontrol (uncontrolled) sebab sumber informasi tidak memberi bayaran kepada media untuk pemuatan informasi tersebut.

• Advertising, informasi yang digunakan oleh PR untuk menjangkau audien yang lebih luas, bukan untuk konsumen yang menjadi sasaran marketing, dimana informasi yang ditempatkan di media oleh sponsor tertentu yang jelas identitasnya yang membayar ruang dan waktu penempatan informasi tersebut. Ini adalah metode terkontrol dalam menempatkan pesan di media.

• Press Agentry,adalah penciptaan berita dan peristiwa yang bernilai berita untuk menarik media massa dan mendapatkan perhatian publik. Banyak praktisi PR kadang-kadang menggunakan taktik press agentry untuk menarik perhatian media kepada kliennya, organisasinya, atau tujuannya. Tetapi PR lebih dari sekedar press agentry.

Page 6: Public Rilation Dan Organisasi

• Public Affairs adalah bagaian khusus dari PR yang membangun dan mempertahankan hubungan pemerintah dan komunitas lokal dalam rangka memengaruhi kebijakan publik.

• Lobbying adalah bagian khusus dari PR yang berfungsi untuk menjalin dan memelihara hubungan dengan pemerintah terutama dengan tujuan memengaruhi penyusunan undang-undang dan regulasi.

• Manajemen Isu adalah proses proaktif dalam mengantisipasi, mengindentifikasi, mengevaluasi, dan merespon isu-isu kebijakan publik yang memengaruhi hubungan organisasi dengan publik mereka. Secara administratif atau secara konseptual, manajemen isu adalah bagian fungsi PR, akan tetapi, jika dilihat sebagai komunikasi persuasif, ia menjadi taktik untuk memengaruhi kebijakan publik, bukan sebagai bagian dari perencanaan strategi organisasi.

• Hubungan Investor adalah bagian dari PR dalam perusahaan korporat yang membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan dengan shareholder dan pihak lain di dalam komunikasi keuangan dalam rangka memaksimalkan nilai pasar

• Pengembangan adalah bagian khusus dari PR dalam organisasi nirlaba yang bertugas membangun dan memelihara hubungan dengan donor dan anggota dengan tujuan mendapatkan dana dan dukungan sukarela

Perbedaan PR dan Pemasaran.

Meski tidak selalu didefiniskan secara jelas dalam praktiknya, marketing dan PR dapat dibedakan secara konseptual dan hubungannya dijelaskan.• Keinginan dan kebutuhan orang adalah aspek fundamental bagi konsep marketing.• Apa yang orang orang inginkan atau butuhkan akan diterjemahkan sebagai permintaan konsumen.• Pemasar menawarkan produk dan jasa untuk memuaskan permintaan tersebut. Konsumen memilih produk dan jasa yang memberikan kegunaan, nilai, dan kepuasan paling besar.• Terakhir, pemasar menyerahkan produk dan jasa kepada konsumen untuk ditukar dengan sesuatu yang bernilai

Page 7: Public Rilation Dan Organisasi

Menurut ahli pemasaran Philip Kotler:”Pertukaran, yang merupakan inti dari konsep marketing, adalah proses mendapatkan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu yang sebagai imbalannya."(Philp Kotler, Marketing Management,11, th ed.(Upper Saddle River,NJ:Prentice Hall,2003),12.

Transaksi inilah yang membedakan fungsi marketing-dua pihak saling menukar sesuatu yang bernilai bagi kedua belah pihak. Ringkasnya marketing menciptakan hubungan di mana pertukaran terjadi-kepemilikan berpindah tangan. Tujuan marketing adalah menarik dan memuaskan konsumen secara terus menerus dalam rangka mengamankan “pangsa pasar”dan mencapai tujuan ekonomi perusahaan. Untuk tujuan itu, publisitas produk dan hubungan media digunakan untuk mendukung marketing. Karena spesialis PR biasanya tahu cara menulis untuk media itu, dan tahu cara bekerja menghadapi wartawan, serta tahu merancang dan mengimplementasikan program komunikasi internal, maka pemasar meminta bantuan PR dalam menjalankan program marketingnya. Ringkasnya PR yang efektif memberikan kontribusi kepada upaya marketing dengan menjada lingkungan politik dan sosial agar tetap ramah kepada perusahaan/organisasi.

Fungsi manajemen PR

• Memperkirakan, menganalisis, dan menginterpretasikan opini dan sikap publik, dan isu-isu yang mungkin mempengaruhi operasi dan rencana organisasi, baik itu pengaruh buruk maupun baik

• Memberi saran kepada manajemen di semua level di dalam organisasi sehubungan dengan pembuatan keputusan, jalannya tindakan, dan komunikasi, dan mempertimbangkan ramifikasi publik dan tanggung jawab sosial atau kewarganegaraan organisasi

• Meriset, melaksanakan, dan mengevaluasi secara rutin program-program aksi dan komunikasi untuk mendapatkan pemahaman publik yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman publik yang dibutuhkan untuk kesuksesan tujuan organisasi. Ini mungkin mencakup program marketing, finansial, pengumpulan dana, karyawan, komunikasi atau hubungan pemerintah, dan program-program lain

Page 8: Public Rilation Dan Organisasi

• Merencanakan dan mengimplementasikan usaha organsasi untuk memengaruhi atau mengubah kebijakan publik

• Menentukan tujuan, rencana anggaran, rekrutmen dan training staf, mengembangkan fasilitasnya-ringkasnya, mengelola sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan semua hal tersebut di atas

• Contoh-contoh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan dalam praktik PR profesional adalah seni komunikasi, psikologi, psikologi sosial, sosiologi, ilmu politik, ekonomi, dan prinsip manajemen dan etika. Pengetahuan teknis dan keahlian teknik dibutuhkan untuk meriset opini, analisis isu publik, relasi media, direct mail, publikasi advertising institusional, produksi film/video, acara spesial, pidato, dan presentasi.

Dalam membantu mendefinisikan dan mengimplementasikan kebijakan, praktisi PR menggunakan beragam keahlian komunikasi profesional dan memainkan peran intergratif baik itu di dalam organisasi maupun antara organisasi dan lingkungan eksternal.

PR dalam dunia praktik Terakhir berperan dalam komunikasi dengan masyarakat secara universal berperan dalam berbagai bidang profesionalisme organinsasi. Public Relation (PR) membantu masyarakat kita yang kompleks dan pluralistik untuk menentukan keputusan dan menjalankan fungsi secara lebih efektif dengan memberikan kontribusi pemahaman bersama di antara kelompok dan institusi. PR berfungsi untuk menyelaraskan kebijakan publik dan privat. PR, melayani berbagai macam institusi di dalam masyarakat, seperti institusi bisnis, serikat perdagangan, agen pemerintahan, asosiasi sukarela, yayasan, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, dan institusi-institusi tersebut harus mengembangkan hubungan yang efektif dengan banyak audien atau publik yang berbeda-beda, seperti karyawan, anggota suatu kelompok, konsumen, komunitas lokal, shareholder, dan institusi lain dengan masyarakat yang lebih luas.

Manajemen institusi harus memahami sikap dan nilai yang dianut publik mereka dalam rangka meraih tujuan institusionalnya. Tujuan itu sendiri dibentuk oleh lingkungan eksternal. Praktisi PR bertindak sebagai konselor bagi manajemen dan sebagai mediator, membantu menerjemahkan tujuan privat ke dalam kebijakan dan tindakan yang

Page 9: Public Rilation Dan Organisasi

masuk akal dan bisa diterima oleh publik.

Daftar Pustaka :

Cutlip, M. Scott & Center, H. Ellen. 1971, Effective Public relations. London : Prentice Hll International Inc.Frida kusumastuti, 1997. Kegiatan-kegiartan Humas, Malang : UMM Press.Djanalis djanaid, 1993. Public Relation : teori dan praktik, Malang ; Indopurels Group.Grunig, james E, & T. Hunt.1984. Managing Public Relations, New York:Holt, richart & winston.

Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 18.27 0 komentar Link ke posting ini

Label: Public Relations

Rabu, 23 Juni 2010

Era Public Relation Online Via Website dan Blog | Social Media Marketing dan PR Web 2.0

Apa itu Social Media Marketing & PR?

Social media secara fundamental mengubah cara perusahaan berkomunikasi. Maraknya Facebook, Twitter, Plurk, blog, wiki, youtube dan lainnya memaksa perusahaan meningkatkan cara komunikasi yang semula satu arah dan dua arah menjadi segala arah. Di tengah maraknya fenomena itu, istilah social media marketing & PR kini muncul di mana-mana. Apa sesungguhnya arti istilah itu? Jawabannya bisa beraneka ragam, karena setiap kepala bisa saja memiliki pengertian masing-masing.

Saya sendiri sangat suka dengan penjelasan Marketing Sherpa mengenai hal ini.

Social Media Marketing and PR is the practice of facilitating a dialogue and sharing content between companies, influencers, prospects and customers, using various online platforms including blogs, professional and social networks, video and photo sharing, wikis, forums and related Web 2.0 technlogies.

Page 10: Public Rilation Dan Organisasi

Lantas apa bedanya antara “Social Media” dengan “Social Media Marketing and PR”?

Dari kacamata online marketing, Social Media merujuk pada sebuah wahana online yang konten utamanya diisi dan didominasi oleh publik, bukan oleh karyawan perusahaan pemilik wahana tersebut online. Youtube, Facebook dan Friendster adalah beberapa contohnya.

Nah, Social Media Marketing and PR adalah upaya memanfaatkan secara komersial para pecinta merek atau perusahaan untuk mempromosikan diri mereka melalui berbagai kanal social media. Social Media Marketing and PR adalah sebuah kolaborasi massal, orkestra publik di dunia maya, yang pada hakekatnya saling memberi dan menerima informasi. Akar dari Social Media Marketing and PR adalah melibatkan konsumen dalam sebuah percakapan maya yang saling memberikan nilai tambah buat kedua belah pihak, baik konsumen maupun produsen.

The premise of Social Media Marketing and PR is engaging the consumer in conversations in a way that provides mutual value.

Bagaimana Strategi Online Public Relations di Era Web 2.0?

Di dunia maya, konsumen bisa mengekspresikan kehendak mereka tanpa tergantung pada media mainstream. Mereka dapat membentuk komunitas online mereka sendiri, baik berbasis hobi maupun sebuah brand. Mereka juga saling berbagi informasi melalui blog, forum dan media online, sekaligus menjalin network melalui social media seperti Facebook dan Friendster. Bebasnya penyampaian pesan dalam dunia maya antara konsumen, publik, dan perusahaan/brand, membuat posisi konsumen setara dengan produsen dan media.

Apaboleh buat, kehadiran internet telah mengubah lanskap dunia Public Relation.

Page 11: Public Rilation Dan Organisasi

Jika sebelumnya para humas lebih banyak bersentuhan dengan media (melalui strategi Media Relations), dengan pemerintah (melalui Goverment Relations) dan sedikit bersentuhan dengan konsumen melalui MarketingPR, maka kini mereka harus bersentuhan langsung dengan publik dan konsumen di dunia maya.

Itu sebabnya, saat ini ada beberapa pertanyaan mendasar yang harus dijawab oleh para praktisi humas.

Pertama : Bagaimana strategi Public Relations di dunia maya, di tengah perubahan dahsyat ini?Kedua : Bagaimana perilaku pengguna Internet dalam berkomunikasi?

Tiga: Disiplin ilmu apa yang harus dimiliki seorang PR untuk terjun ke media baru ini agar mampu berinteraksi dengan publik dan konsumen secara langsung?

Tiga pertanyaan mendasar itulah yang akan saya kupas dalam seminar Kamis, 19 Maret 2009, di Ritz Carlton, Ballroom 3A, Pacific Place, Jakarta. Seminar ini terselenggara berkat kerjasama dengan majalah marketing communications MIX dan majalah SWA.

Corporate Culture Hambat Corporate Blogging: Wordcamp Indonesia

Hanya segelintir perusahaan Indonesia yang mengadopsi corporate blog di situs korporatnya hingga saat ini. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari, termasuk blog yang sedang Anda baca ini. Padahal sudah terbukti bahwa corporate blog amat dibutuhkan sebuah situs korporat untuk menjalin komunikasi dua arah dengan pasar dan pelanggan menggunakan bahasa yang informal. Itulah tema yang saya sampaikan di acara Wordcamp Indonesia, Minggu 18 Januari 2009 di Erasmus Huis, Jakarta. Founder Wordpress, Matt Mullenweg, hadir di Jakarta untuk menyemarakkan Wordcamp pertama di Indonesia yang diikuti oleh para developer dan pengguna Wordpress, piranti lunak

Page 12: Public Rilation Dan Organisasi

paling populer untuk ngeblog, mengingat acara di Indonesia ini adalah adalah salah satu rangkaian dari acara Wordcamp yang digelar di berbagai belahan dunia.

Corporate blog adalah konsep blog yang diterapkan di sebuah situs korporat. Berbeda dengan situs web yang bahasanya amat formal, memuat informasi perusahaan, produk dan solusi perusahaan, blog korporat justru ditulis secara santai, bahasanya membumi, dan mengajak bicara audiencenya di dunia maya. Jika situs korporat berisi informasi satu arah dari perusahaan ke konsumen dan pasar, sebaliknya blog korporat berbicara dua arah dengan konsumen dan pasar. Melalui blog korporatlah perusahaan melakukan “conversation“.

Di era digital yang sudah Web 2.0 seperti saat ini, pasar adalah percakapan dua arah, tiga arah, multiarah. Market are conversations. Posisi konsumen dan calon konsumen di dunia maya saat ini sudah setara dengan produsen atau korporasi. Mereka bebas berbicara di dunia maya, baik melalui forum-forum online, menulis di blog mereka sendiri, atau saling berbagi di berbagai situs jejaring sosial seperti Facebook dan Friendster. Mereka juga bebas bicara dengan perusahaan melalui blog korporat yang dibangun perusahaan.

Namun, situasi bebas bicara ini sangat bertentangan dengan corporate cultur Indonesia yang amat mementingkan kosmetik citra perusahaan. Semua eksekutif dan manajemen puncak perusahaan pasti tidak rela jika produk atau perusahaan dicela. Itu sebabnya hampir semua perusahaan besar sangat serius menjaga citra perusahaan melalui berbagai aktivitas public relations. Hanya informasi perusahaan yang positif dan berpotensi meningkatkan citra perusahaanlah yang digelontorkkan ke publik. Sebaliknya, jika ada sedikit saja keluhan pelanggan yang masuk ke ruang publik, terutama dimuat di surat pembaca media cetak besar, mereka kebakaran jenggot dan segera melakukan antisipasi.

Dengan kultur tertutup dan tidak terbuka terhadap celaan konsumen inilah perusahaan enggan masuk ke corporate blog. “Bagaimana nanti jika ada yang memberikan komentar negatif

Page 13: Public Rilation Dan Organisasi

dan menjelek-jelekkan perusahaan?” itulah pertanyaan utama ketika perusahaan akan membuat blog korporat. Karena berbenturan dengan corporate cultur yang sok jaim, akhirnya mereka memilih tidak membangun blog korporat. Itu artinya mereka tidak mau berkomunikasi dengan pasar dan konsumennya di dunia maya.

Di Indonesia, corporate culturlah penghambat utama corporate blogging. Namun tidak usah berkecil hati. Di negara sehebat Amerika Serikat pun, masalahnya hampir sama. Memang, perusahaan di AS banyak yang mengadopsi blog korporat. Namun hasil riset Forester Reseach terhadap blog korporat 90 perusahaan yang masuk ke Fortune 500 menunjukkan bahwa “most corporate blogs are dull, drab, and don’t stimulate discussion.” Artinya, kebanyakan blog korporat perusahaan-perusahaan terbesar di AS itu bermutu rendah, isinya membosankan, dan tidak memicu diskusi alias tidak menghasilkan perbincangan dengan audiennya.

Apakah itu berarti tidak perlu corporate blog?

Jika menilik keberhasilan perusahaan seperti Dell, Lenovo, Adobe, 37Signal, BBC dan lainnya dalam mengelola blog, saya yakin banyak perusahaan ingin mencicipi keberhasilan serupa.

Public Relations 2.0

Ya, itulah tema yang saya sampaikan di hadapan 200-an mahasiswaSekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations (LSPR) di Jakarta kemarin Senin, 12 Januari 2008, dalam seminar bertajuk “Reinvent PR in Creative Action”. Mengapa tema itu yang saya bawakan? Sederhana: karena LSPR adalah salah satu lembaga pendidikan di negeri ini yang banyak melahirkan profesional dan praktisi di bidang kehumasan. Sejauh yang saya amati, profesional PR lebih lamban mengadaptasi perubahan konsumen di era digital, terutama yang didorong maraknya Web 2.0, dibanding rekan-rekannya di bidang marketing.

Page 14: Public Rilation Dan Organisasi

Para marketer Indonesia, sejauh pengamatan saya, terlihat lebih agresif dalam memanfaatkan medium online dengan berbagai strategi online marketingnya, termasuk penempatan banner di online media, email marketing, paid search, serta mencoba memanfaatkan social media. Sebaliknya, para praktisi PR di Indonesia masih berkutat di Public Relations 1.0 — sebuah strategi PR yang menempatkan middle man, yakni para jurnalis, sebagai penyampai pesan.

Yang dilakukan para praktisi PR 1.0 dalam kaitannya dengan media adalah membangun media relation, menjalin hubungan yang amat baik dengan media mainstream, agar pesan-pesan mereka bisa tersampaikan ke publik melalui media. Di era PR 1.0, pekerjaan seorang PR relatif mudah, mengingat jumlah media di Indonesia tidak banyak.

Kini era sudah berubah. Penyampai pesan bukan lagi hanya media mainstream, baik teve, cetak, radio maupun online. Semenjak blog mudah dibuat, forum online bertebaran dan social media bertumbuhan, setiap pengguna Internet bisa menjadi penyampai pesan. Mereka yang biasanya hanya menonton teve, membacakkoran/majalah, medengarkan radio, browsing di Internet, kini juga bisa membuat blog, membuat akun di Facebook atau Friendster, dan menuliskan pesan apa saja yang mereka sukai atau maui. Jika mereka tidak suka dengan pengalamannya mengonsumsi sebuah produk, mereka dengan mudah menulisnya di blog, di Facebook, dan menyebarkannya di forum atau milis. Mereka tidak perlu bersusah payah mengirim surat pembaca ke media cetak yang entah kapan dimuatnya. Demikian juga, jika mereka senang dengan sebuah produk, mereka tak akan segan-segan menulisnya di Internet.

Dengan fenomena itu, praktisi PR masa kini harus menghadapi publisher baru. Mereka adalah para blogger, para facebookers, para friensdters, para plukers serta pemilik akun di Web 2.0 lainnya. Mereka adalah para konsumen.

Jadi, PR 2.0 bukan lagi sekadar mengelola jurnalis, tetapi juga mengelola konsumen yang mampu menjadi publisher di dunia

Page 15: Public Rilation Dan Organisasi

maya. Posisi konsumen kini sudah naik pangkat. Mereka tidak lagi sekadar konsumen, tapi juga publisher dan influencer. Jelas, PR 2.0 jauh lebih rumit dan menantang dibanding PR 1.0.

Itu sebabnya, di hadapan calon-calon praktisi PR di LSPR itu saya menekankan bahwa seorang PR tidak cukup hanya berbekal ilmu kuliah yang sampai hari ini masih saja hanya mengajarkan PR 1.0, tetapi juga harus melengkapi diri dengan pemahaman terhadap online user behavior.

Era Public Relations 2.0

Corporate Blogging Bakal Mengganggu Kredibilitas Perusahaan?

Kredibilitas. Itulah salah satu sebab penting mengapa tidak ada satu pun perusahaan besar Indonesia saat ini memiliki blog korporat. “Kalau ada konsumen yang mengeluhkan produk/layanan perusahaan di blog perusahaan, apakah hal tersebut akan menurunkan kredibilitas perusahaan?” tanya salah satu peserta seminar Corporate Blogging yang diselenggarakan Koran Tempo, di Peninsula Hotel, Jakarta siang tadi. Pembicara utama saya (Nukman Luthfie), Ong Hok Chuan (advisor Maverick PR) dan Risman Adnan (Microsoft evangelist), dengan moderator blogger kondang dari Koran Tempo, Wicaksono Ndoro Kakung.

Kredibiltas memang menjadi perhatian banyak perusahaan, termasuk di negeri seberang, ketika akan masuk ke corporate blogging. Meski sudah tahu betapa banyaknya benefit dari membangun blog korporat, kebanyakan perusahaan masih ketakutan mendapatkan kecaman, keluhan, atau komentar-komentar negatif yang bisa mencoreng citra perusahaan. Apalagi jika keluhan itu terpampang di blog korporat dan bisa dilhat oleh konsemen sejagad.

Perusahaan-perusahaan besar memang memiliki aturan yang amat ketat berkaitan dengan citra perusahaan. Perusahaan seperti ini dilengkapi tim PR (public relations) yang kuat, serta didukung konsultan PR yang piawai menjaga citra perusahaan di

Page 16: Public Rilation Dan Organisasi

mata publik. Setiap informasi perusahaan yang keluar ke publik mesti melewati proses yang ketat. Bahkan siaran pers yang dibagikan ke jurnalis pun melewati proses pembuatan dan persetujuan yang cukup panjang.

Tidak heran jika mereka ragu-ragu untuk masuk ke ranah online, yang perilaku penggunanya masih sulit ditebak. Meski demikian, ada saja yang menjadi pionir yang mulai melirik blog sebagai media komunikasi. Perusahaan besar yang paling awal mengadopsi blog korporat kebanyakan perusahaan teknologi/internet (seperti Google, Microsoft, Sun Microsytem, Cisco dan sejenisnya) serta perusahaan konsultan strategi/teknologi/internet.

Di Indonesia, Maverick dan Virtual Consulting tergolong perusahaan yang paling awal mengadopsi corporate blogging. Kini, semakin banyak perusahaan menengah-bawah yang membangun blog perusahaan, meski kadangkala tercampur dengan blog pribadi. Mereka membangun blog untuk branding sekaligus menembus pasar. Sebaliknya, perusahaan besar, yang sudah memiliki citra perusahaan dan memiliki citra produk, masih terjerat dengan ketakutan mengenai kredibilitas.

Untuk menjawab ketakutan tersebut, saya mengatakan bahwa pada dasarnya tidak ada produk/jasa yang 100% sempurna dan memuaskan pelanggan. Akan selalu ada pelanggan yang tak puas yang banyak bertebaran di surat pembaca di berbagai media. Seorang manajer PR atau manajer pemasaran pasti senam jantung jika ada keluhan pelanggan dimuat di media sebesar Kompas atau Koran Tempo. Nah, di era Internet Web 2.0, konsumen melemparkan kekecewaan dengan menulis blog atau mem-posting-nya di berbagai milis serta social networking. Internet membuka banyak kanal untuk memprotes produsen.

Untuk mengantisipasi ini, mindset perusahaan harus diubah dari yang merasa harus memiliki “citra sempurna, layanan sempurna, produk sempurna” menjadi “Produk/layanan kami bukanlah sesuatu yang sempurna. Tapi kami adalah perusahaan yang mau mendengarkan masukan/keluhan pelanggan demi peningkatan mutu produk/layanan kami”.

Page 17: Public Rilation Dan Organisasi

Itulah paradigma baru perusahaan yang membangun blog korporat dan punya keinginan kuat untuk lebih menghargai konsumen.

Iklan Online 2009 Masih Tumbuh

Hampir semua petinggi marketing perusahaan yang saya temui mengatakan bahwa mereka memotong budget marketingnya besar-besaran gara-gara efek krisis finansial Amerika Serikat yang mengimbas ke seluruh dunia sejak Oktober 2008 lalu. Meski dampak krisis pelaku ekonomi terbesar dunia itu ke Indonesia tidak sehebat ke negara-negara lain, tetap saja banyak pelaku bisnis di Indonesia yang bersikap hati-hati dan menahan diri. Pemotongan budget marketing adalah salah satu indikatornya. Namun saya yakin, 2009 ini bukan merupakan tahun yang buruk bagi dunia online. Meski budget marketing perusahaan secara keseluruhan dipangkas cukup banyak, jumlah total budget yang diguyur ke media online di Indonesia masih lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Sedikitnya ada tiga alasan yang melandasi keyakinan saya itu.

Pertama, media online menikmati kue iklan kampanye Pemilu 2009.

Boleh dibilang, inilah pertama kalinya media online menikmati iklan online dari pelaku politik, baik partai politik yang membangun brand awareness maupun individu-individu yang mencalonkan diri menjadi calon legislatif

Kedua, munculnya advertiser baru yang memanfaatkan media online.

Bebeberapa perusahaan yang sudah biasa beriklan di online memang memangkas budget onlinenya, seiring dengan pemangkasan budget beriklan di media-media konvensional seperti teve, cetak dan radio. Namun beberapa perusahaan yang sudah sadar efektivitas online biasanya tetap menjaga budget

Page 18: Public Rilation Dan Organisasi

onlinenya, atau bahkan meningkatkan budget online. Yang melakukan langkah ini biasanya adalah perusahaan atau pemilik brand multinasional.

Lebih dari itu, akan muncul perusahaan/pemilik brand yang tahun lalu belum pernah beriklan di dunia maya, kini memutuskan untuk mencoba “media alternatif” karena dipaksa oleh perubahan perilaku konsumen dalam mengonsumsi media. Sederhananya: jika dulu konsumen hanya menonton teve, membaca koran/tabloid/majalah dan mendengarkan radio, kini mereka juga menjelajah Internet. Online sudah menjadi point of contact yang tidak bisa diabaikan, sehingga perusahaan/pemilik brand harus masuk di point of contact tersebut.

Ketiga, pelaku industri online semakin sadar marketing.

Ketika berganti wajah tahun lalu, Kompas.com melakukan upaya marketing yang luar biasa, baik secara offline maupun online. Di bawah manajemen baru, Kompas.com sadar betul perlunya kampanye baik ke publik sebagai pengguna, maupun ke advertiser maupun biro iklan yang menjadi calon pemasang iklan onlinenya.

Bukan hanya Kompas.com yang serius beriklan, media online lain juga melakukan hal yang sama. Detik.com dan Kapanlagi.com misalnya memasang billboard di beberapa jembatan penyeberangan di Jakarta. Kaskus.us yang sebelumnya tidak pernah berkampanye, setelah bermitra dengan SemutApi kini makin agresif melakukan kampanye. Contoh lain masih banyak, yang tentu tidak bisa saya sebutkan satu persatu di sini.

Saya duga tahun ini mereka akan tetap kampanye. Bahkan Bisnis.com pun tahun ini mulai mengkampanyekan diri sebagai salah satu bagian penting Bisnis Indonesia yang sudah berubah wajah, bukan lagi sebagai sekadar koran, tetapi media yang bisa memberikan solusi iklan terintegrasi baik melalui offline, online maupun mobile.

Kampanye para pelaku media online ini akan semakin

Page 19: Public Rilation Dan Organisasi

meningkatkan awareness media online sebagai media yang penting untuk beriklan bagi para pemilik merek maupun biro iklan.

Dengan tiga alasan inilah saya menduga, 2009 ini adalah tahun yang menyenangkan bagi industri online. Saya tidak kaget ketika ada yang meramalkan bahwa nilai iklan online 2009 naik tiga kali lipat dibanding 2008.

Pertanyaan selanjutnya: siapa yang bakal menikmati kue ini?

Ponari Mengalahkan Sarah Azhari

Judulnya provokatif amat ya? Saya juga merasa begitu. Tapi itulah faktanya. Karena tertarik dengan fenomena Ponari Sweat yang menjadi viral, saya mencoba menggali lebih jauh mengenai Ponari di dunia maya. Ponari, sang dukun cilik dadakan yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit hanya dengan air celupan batu petir yang konon didapatnya ketika kesambar petir, memang lagi hot di dunia nyata. Puluhan ribu orang antri, dan beberapa meninggal, hanya karena ingin disembuhkan bocah SD asal Jombang ini. Selama bulan Februari 2009 ini, Ponari mengharubirukan berbagai media massa baik cetak, radio maupun online. Dan ternyata, di dunia maya pun Ponari tidak kalah saktinya ketimbang Sarah Azhari. Pencarian kata di Google dengan kata kunci “Ponari” mengalahkan kata kunci seleb paling dicari di web, “Sarah Azhari”.

Pencarian kata kunci “Sarah Azhari” stabil, artinya bintang sinetron itu memiliki penggemar tetap di dunia maya. Sedangkan Ponari muncul tiba-tiba karena kehebohannya awal tahun ini. Hebatnya, selama 15-22 Feb, tingkat pencariannya mengalahkan adik Ayu Azhari itu.

Saya menduga, hal itu bisa terjadi lantaran dipicu oleh usulan lucu blogger. Karena prihatin dengan korban-korban yang berjatuhan gara-gara antri dalam kondisi sakit, ada yang mengusulkan agar air celupan batu geledek Ponari dibuat dalam kemasan saja, dan dimereki PONARI SWEAT, plesetan dari Pocari

Page 20: Public Rilation Dan Organisasi

Sweat. Usulan itu dilengkapi dengan gambar-gambar iklan lucu produk baru dunia maya itu.

Banyak blogger yang menulis ulang atau memodifikasi gambar-gambar ini sehingga menimbulkan efek viral. Saya tidak tahu siapa yang memulainya, yang jelas, karena saking lucunya, pesan dan gambar itu menyebar ke berbagai mailing list, forum, bahkan nyasar ke Facebook.

Hasilnya? Pencarian di Google per 2 Maret 2009 dengan kata kunci “Ponari Sweat” yang kontennya dipasok sebulan saja, memberikan rujukan situs web yang dua kali lebih banyak ketimbang kata kunci “Pocari Sweat” yang dipasok sepanjang masa.

Kata kunci produk asli “Pocari Sweat” sepanjang masa hanya menghasilkan 187 ribu rujukan situs di Google.

Sebaliknya, kata kunci “Ponari Sweat” yang hanya meledak sebulan, bisa menghasilkan 302 ribu rujukan Google.

Sedih atau gembirakan pemilik merek Pocari Sweat terhadap hal ini? Kalau saya pemilik Pocari Sweat, saya malah gembira. Plesetan produk yang bersifat lucu ini dan penyebarluasannya menjadi viral oleh publik justru menguntungkan. Publik diingatkan lagi mengenai Pocari Sweat tanpa harus membuat iklan dengan biaya mahal.

Social Media, Ponari Sweat dan Posisi Produsen-Konsumen

“Sudahkah Anda minum Ponari Sweat hari ini?” Itulah status beberapa teman di internet messenger dan di social media seperti Facebook di Februari 2009 ini. Ponari Sweat? Ya. Tidak salah. Bukan Pocari Sweat.

Semua itu berawal dari keprihatinan blogger melihat antrian panjang orang berobat di dukun cilik yang bisa menyembuhkan segala penyakit dengan air dicelupi batu yang konon didapat

Page 21: Public Rilation Dan Organisasi

Ponari ketika ia kesambar petir. Daripada repot antri dan memakan korban, ada yang melemparkan usulan lucu, kenapa tidak dibuat saja air minum kemasan hasil celupan batu petir itu dengan merek Ponari Sweat, plesetan dari Pocari Sweat. Usulan itu dilengkapi dengan berbagai gambar Ponari Sweat yang lucu-lucu, baik dalam kemasan kaleng maupun sachet. Bentuknya sama persis dengan Pocari Sweat, hanya huruf C diganti dengan N. Lantaran lucu, pesan ini kemudian menyebar ke mailing list, forum dan social media seperti Facebook, sekaligus memicu blogger untuk menuliskan hal yang sama. Hasilnya, tulisan Ponari Sweat yang dicatat Google satu bulan itu saja, bisa mengalahkan tulisan mengenai Pocari Sweat sepanjang masa.

Pocari Sweat jelas diuntungkan dengan postingan lucu ini lantaran pengguna Internet teringat lagi dengan minuman itu. Namun tidak banyak merek atau produk yang diuntungkan oleh perbincangan konsumen di dunia maya seperti ini. Yang terjadi justri konsumen yang kecewa kini dengan mudah mengungkapkan kekesalannya di dunia maya. Kini mereka tidak perlu capek mengirim dan menunggu dimuat di media masa mainstream seperti koran, majalah, radio maupun teve. Mereka bisa dengan cepat menulis di blog, forum, mailing list dan jejaring sosial. Jika banyak konsumen lain yang merasa senasib, mereka akan saling berkomunikasi dan informasi buruk itu dapat membentuk bola liar sehingga berpeluang mencederai citra produknya.

Inilah yang terjadi di jagad Internet belakangan ini. Konsumen saling bercakap-cakap satu sama lain baik melalui komentar di blog, maupun sapaan di berbagai fitus social media, seperti status, wall, notes, pages, email, group dan berbagai aplikasi game menempel di social media.

Konsumen – Publisher - Influencer.

Dengan membuat blog, membuka akun dan aktif di Facebook, Friendster, MySpace, Youtube, menyimpan dan membagi foto di Flickr, bermicroblogging di Twitter atau Plurk, maka otomatis konsumen sudah naik pangkat menjadi publisher.

Page 22: Public Rilation Dan Organisasi

Maka tanpa disadari, perusahaan yang biasanya menghadapi ratusan publisher, baik cetak, radio maupun teve, kini harus berkomunikasi dengan jutaan publisher baru yang pada dasarnya adalah konsumen. Jumlah blogger Indonesia saja saat ini sudah mencapai setengah juta jiwa, yang bertebaran di rumah blog seperti BlogDetik, Dagdigdug, Wordpress dan Blogspot. Sementara itu member Friendster di Indonesia sekitar enam juta, meski kecenderungannya mulai menurun, dan Facebook mencapai 1,7 juta dengan kecenderungan tumbuh pesat.

Kecuali menjadi publisher, sebagian dari mereka juga naik pangkat menjadi influencer. Kecenderungan mereka untuk membagi informasi yang didapat ke teman-temannya akan mempengaruhi penerima pesan. Survei yang dilakukan DEI Worldwide mengenai dampak social media terhadap perilaku belanja menunjukkan bahwa, 62% mengatakan informasi produk yang didapatkannya melalui percakapannya di social media lebih bernilai ketimbang informasi yang diterima dari iklan. Survei yang dilakukan Forester Reseach tahun 2007 bahkan sudah meletakkan blogger sebagai influencer kedua setelah teman/keluarga dalam hal memutuskan konsumen membeli barang.

Bahkan dalam industri tertentu, komentar teman social media bisa mengubah total keputusan konsumen. Di dunia pariwisata misalnya, menurut Forrester Research, sepertiga pelancong AS membatalkan pemesanan hotelnya karena komentar negatif online dari pelancong lain.

Sebelumnya, era digital disebut-sebut banyak pakar, termasuk futurologist Alfin Toffler, mengaburkan batas antara produsen dan konsumen. Don Tapscott dan Anthony D Williams kemudian menunjukkan bagaimana hebatnya makna prosumtions. Dalam buku “Wikinomics: How Mass Collaborations Change Everythings” mereka berdua menunjukkan betapa pembuatan produk massal melalui keterlibatan massal produsen dan konsumen sangat dimungkinkan di era digital. Lego Mindstorm adalah contoh tepat mengenai pembuatan produk massal yang

Page 23: Public Rilation Dan Organisasi

terkostumisasi ini. Pembeli dapat mengunduh peranti lunak di situs web Lego, dan kemudian memodifikasi sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing dengan mudah.

Dan kini di era Web 2.0. konsumen menjadi bagian penting pemasaran. Kini, boleh dibilang, batas antara produsen dan konsumen semakin kabur dari ujung produksi hingga ujung pemasaran.

Bagi perusahaan yang terbiasa dengan produk terkustomisasi, perubahan ini relatif mudah diantisipasi, bahkan bisa dimanfaatkan sebagai peluang emas. Dell Computer misalnya, meluncurkan situs Dell’s Ideastorm yang mempersilahkan pelanggan untuk menyampaikan apapun produk yang mereka inginkan di masa mendatang. Salah satu hasilnya adalah Linux Box, yang jelas-jelas mencederai hubungan jangka panjang Dell dengan Microsoft yang selama ini menjadi mitra penting di sisi operating system.

Starbucks mencoba menirunya dengan meluncurkan http://Mystarbucksideas.com, meski hasilnya tidak sefundamental Dell.

Memang tidak mudah mengelola perubahan ini. Namun, kegairahan para marketer memanfaatkan posisi baru konsumen sebagai publisher dan influencer ini semakin menjadi-jadi di saat krisis seperti ini karena strategi ini relatif jauh lebih murah dibanding iklan namun memberi impak besar.

Masalahnya adalah: komunikasi dan pemasaran di media yang 100% kontennya diisi oleh konsumen bukanlah pekerjaan mudah, sebagaimana berkomunikasi dengan media mainstream yang dikelola industry media massa. Sudah begitu, amat sulit mencari sumber daya manusia yang memiliki pemahaman mengenai social media, baik dari sisi komunikasi maupun teknologi. Ditambah lagi, hingga kini penghitungan Return on Investment (ROI) pemasaran di social media belum jelas. Toh dengan segala keterbatasan itu, perusahaan terpaksa masuk ke social media karena takut kalah cepat dibanding pesaingnya.

Page 24: Public Rilation Dan Organisasi

Meski demikian, ada cara untuk mengurangi risiko gagal komunikasi dan pemasaran di social media. Pertama, lihatlah perubahan konsumen ini secara strategis terlebih dulu sehingga dapat digali potensi-potensinya baik untuk pengembangan produk maupun customer relations.

Kedua, perusahaan mengantisipasi perubahan ini secara strategis, bukan sekadar melaksanakan program marketing dan public relations di social media, tetapi juga membangun organisasi yang siap mengeksekusinya. Sangat layak jika saat ini perusahaan besar memiliki manager baru di bidang social media.

Ketiga: perkuat riset di bidang social media agar betul-betul memahami perilaku social media sehingga mampu membangun strategi yang tepat.

Ponari Sweat adalah contoh lucu-lucuan bagaimana konsumen membangun komunikasi horizontal antar mereka secara otomatis tanpa keterlibatan pemilik brand. Terbayang hebatnya jika yang diperbincangkan dengan antusias oleh konsumen itu sesungguhnya adalah Pocari Sweat atau produk anda yang berakibat pada meningkatnya brand awareness yang berujung pada sales.

Saatnya Public Relations Lebih Berperan di Online Social Media

Barangkali anda sudah sering mendengar bahwa Public Relations itu sesuatu yang strategik bagi perusahaan karena tugas utamanya adalah membangun citra (image) positif perusahaan maupun produk. Namun, pada saat yang sama, barangkali anda juga sering melihat bahwa peran humas pada praktiknya seringkali diabaikan oleh direksi, atau bahkan dianggap di bawah marketing. Namun di era Web 2.0, era online social media, era di mana konsumen melakukan percakapan secara horisontal satu sama lain di dunia maya, sudah jelas bahwa peran PR jauh lebih penting ketimbang marketing. Itulah intisari yang saya sampaikan dalam seminar sehari bertajuk Sharpening

Page 25: Public Rilation Dan Organisasi

Your Online Public Relations Strategy, di Ritz-Carlton Jakarta, Kamis 19 Maret 2009.

Seminar yang dihadiri lebih dari 150 peserta dari berbagai perusahaan ini memang membahas peran PR di dunia online, terutama di tengah merebaknya tren komunikasi horisontal antar konsumen melalui social media serta makin derasnya penetrasi smartphone seperti Blackberry. Di social media seperti Facebook, Friendster, Twitter, Multiply, Flickr dan lainnya, pendekatan iklan yang biasanya dilakukan para marketer nyaris tidak memberikan hasil. Di medium yang lebih menekankan pada percakapan antar pengguna ini para marketer kesulitan mencari bentuk iklan yang tepat untuk menarik perhatian pengguna. Itu sebabnya, meski berkembang pesat, pengelola social media, terutama Facebook terus berusaha mengoptimalkan situs social medianya agar ampuh untuk beriklan mengingat iklanlah sumber pendapatan utama mereka.

Marketer pun matikutu jika harus beriklan di pengguna smartphone semacam BB, lantaran hingga hari ini belum ada model bisnis yang disukai oleh pengguna maupun pemasang iklan. Mereka yang browsing portal penuh iklan seperti Detik.com di versi mobilenya tidak akan mendapatkan banner-banner iklan sebagaimana yang terpampang di versi desktopnya.

Itulah sebabnya, pendekatan paling tepat untuk konsumen di social media yang maunya melakukan konversasi secara horisontal dan pengguna smartphone yang bebas iklan, adalah pendekatan Public Relations, bukan iklan.

Pendekatan PR inilah yang dipaparkan dengan baik oleh Derrick Surya, Brand Manager PT. Topindo Atlas Asia, distributor utama Oli Top 1. Beberapa tahun terakhir ini, Oli Top1 digempur oleh isu negatif di dunia maya (yang tidak terbukti kebenarannya) tanpa berbuat apapun di online. Namun, semenjak tahun lalu, Oli Top 1 mulai melakukan online PR dengan membangun situs web khusus Indonesia, melakukan pendekatan ke media-media online, memperbanyak publikasi positif di media online, membuka konsultasi online untuk hal-hal yang berkaitan dengan

Page 26: Public Rilation Dan Organisasi

motor dan mobil, terutama mengenai sistem pelumasan di mesin kendaraan, serta edukasi mengenai pengetahuan pelumas bagi masyarakat dan membangun komunikasi dua arah dengan pengguna Internet. Hasilnya, menurut pemantauannya, isu negatif Oli Top 1 sudah meluruh. Meski demikian, Derrick menyatakan bahwa Oli Top 1 akan terus investasi di dunia maya, dengan melakukan pendekatan online PR untuk membangun citra positif produknya.

Contoh lain disampaikan oleh Memoria Dwi Prasita, Brand Manager Bango - Unilever Indonesia. Citra yang dibangun kecap Bango adalah kuliner, tradisional, dan Indonesia, sehingga melahirkan activation programm bernama Bango Cita Rasa Nasional (BCRN) dengan key messege “preserving Indonesian traditional foods”. Pelestarian makanan tradisional inilah yang kemudian melahirkan program Festival Jajanan Bango yang digelar setiap tahun di berbagai kota sejak 2005. Di dunia maya, Unilever bekerjasama dengan komunitas Bango Mania, yang sangat intens membangun komunikasi melalui berbagai kanal online, termasuk blog, forum, mailing list, hingga social media seperti Plurk dan Facebook. Hasilnya antara lain, pada tahun 2008, tercatat 500 lebih postingan blog dan 500-an email mengenai Festival Jajanan Bango, jauh meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Oli Top 1 dan Kecap Bango memang saya undang khusus untuk menjadi bintang tamu pada seminar tersebut agar peserta mendapat paparan mendalam menganai langlah-langkah ke-PR-an mereka di dunia maya. Namun saya juga memberikan contoh lain, seperti Indosat yang mencoba membangun Indosat FansBerry melalui aktivitas di Facebook, dengan pendekatan penambahan teman sebanyak-banyaknya berhadiah Blackberry Indosat. Saya juga mencontohkan bagaimana Toyota Astra Motor membangun komunikasi horisontal di Facebook dengan membuat account Yaris Groovynations dan menyelenggarakan program Yaris Grooviest Moment Celebration, yang men-tag foto bersama mobil Yaris.Di akhir seminar, saya memberikan tips bagaimana membangun strategi Public Relations di online, khususnya di social media. Strategi itu harus dibangun berdasarkan user insight lokal,

Page 27: Public Rilation Dan Organisasi

bukan user insight internasinal. Saya memang memberikan beberapa data user behavior pengguna social media global hasil riset Marketing Sherpa. Namun saya juga memberikan hasil riset lokal yang dilakukan Virtual Consulting, yang dalam beberapa hal berbeda dengan temuan global. Sebagai contoh, tujuan utama pengguna global di social media adalah bersenang-senang. Sedangkan tujuan utama pengguna Indonesia di social media adalah membangun jaringan. Perbedaan lain masih banyak. Dengan demikian, pemahaman user behavior lokal mutlak diperlukan untuk membangun strategi Public Relation di dunia maya dengan target konsumen Indonesia.

Feedback 3.0

Dua tahun lalu perusahaan computer Dell Inc. meluncurkan sebuah program unik di situs web Ideastorm.com. Idenya seseungguhnya sederhana, yakni mengajak pelanggan Dell di seluruh dunia untuk berbagi di situs ini tentang produk apa yang mereka inginkan di masa mendatang. Sebagai satu-satunya perusahaan computer yang membuat computer sesuai keinginan pelanggan (customized), Dell memang perlu paham keinginan pelanggan.

Namun, karena trend Web 2.0 yang semakin interaktif dan kolaboratif, Dell tidak hanya mengajak pelanggannya menyampaikan keinginannya. Pelanggan, lebih dari itu, diajak untuk berbagi ide tentang produk, kemudian memilih ide yang paling bagus dengan cara voting oleh pelanggan lain. Dan ide yang banyak dipilih pelanggan kemudian dieksekusi oleh Dell.

Hasilnya? Luar biasa. Terbentuklah sebuah komunitas pelanggan Dell dari seluruh dunia yang berusaha melemparkan ide-ide perbaikan produk yang sangat menguntungkan Dell dan pelanggannya. Salah satunya adalah Linux Box, yang jelas-jelas mencederai hubungan jangka panjang Dell dengan Microsoft mengingat selama ini menjadi mitra penting di sisi operating system. Namun demi memenuhi kebutuhan pelanggan di masa depan, Dell segera banting setir dan menyediakan computer berbasis Linux.

Page 28: Public Rilation Dan Organisasi

Hanya dalam dua tahun, situs komunitas berbagi ide Dell ini berhasil menjaring lebih dari 11 ribu gagasan dari pelanggan dan memicu lahirnya 85 ribu komentar dari para pelanggan yang saling berkomunikasi satu sama lain untuk mengkritisi dan memperbaiki gagasan-gagasan yang dilempar oleh pelanggan lain.

Karena sifatnya komunitas, bukan hanya produk baru yang dilahirkan, tetapi gagasan mengenai cinta lingkungan dan hubungan emosional antar pelanggan pun bermunculan yang barangkali

tidak terlintas di benak manajemen Dell. Misalnya saja, pelanggan yang sadar lingkungan mengusulkan ke Dell agar ada program tukar tambah. Daripada computer tua tersimpan di gudang, atau dijual ke pasar loak, atau dibuang, kenapa tidak ditukartambah dengan computer baru sehingga tidak mengotori lingkungan.

Demikian pula usulan mengenai Dell PINK. Ada pelanggan yang menggagas gerakan Dell PINK, dengan memodifiasi gerakan social Bono membantu pemberantasan penyakit AIDS di Afrika. Melalui Dell PINK akhirnya Dell menyisihkan $ 5 dari setiap penjualan Dell berwarna pink ke lembaga social yang membantu operasi kanker payudara.

Kesuksesan Dell berkomunikasi secara intensif, dua arah, bahkan segala arah secara horizontal antar pelanggan, bisa jadi memicu inspirasi Starbucks untuk melakukan hal yang sama. Kedai kopi kelas atas itu meluncurkan program My Starbucks Ideas, yang memungkinkan membernya untuk bisa berbagi ide, vote dan diskusi. Konsumen Starbucks diajak menjadi member di situs Mystarbucksideas.com, dipersilahkan memberikan usulan apapun untuk meningkatkan layanan dan produk Starbuck. Gagasan yang paling banyak dipilih pelanggan akan dieksekusi oleh Starbucks.

Starbucks tentu saja mengambil banyak manfaat dari usulan-usulan ini karena ada beberapa usulan yang sangat menarik

Page 29: Public Rilation Dan Organisasi

diantara sekian banyak usulan ngawur untuk meningkatkan produk dan layanannya. Salah satunya adalah teh tubruk. Menghidangkan teh tubruk barangkali ide gila bagi Starbuck. Namun ternyata konsumen membutuhkannya.

Pada saat yang sama beberapa usulan layanan pun mendapat perhatian manajemen. Misalnya saja soal sofa dan kursi. Salah satu keistimewaan Starbucks di mata pelanggannya adalah sofanya yang nyaman untuk bekerja dan nongkrong di kedai itu. Namun, kini semakin banyak kedai Starbucks yang mengefisienkan diri, menggganti sofa itu dengan kursi kayu kecil. Seorang konsumen mengusulkan agar Starbucks jangan menghilangkan factor kenyamanan demi efisiensi. Dan itu menjadi salah satu usulan yang populer.

Usulan lain masih banyak dan terus bermunculan. Dalam usia setahun, situs social media berbasis merek ini mencatat hampir sepuluh ribu usulan dari membernya.

Dari dua contoh di atas tadi menggambarkan betapa hebatnya usaha perusahaan untuk bukan hanya mendengarkan suara pelanggan, tetapi juga melibatkan mereka dalam peningkatan layanan perusahaan, bahkan untuk pembuatan produk atau layanan baru.

Internet memang telah mengubah posisi konsumen di mata perusahaan. Ini, apa boleh buat, dipicu oleh teknologi dan perilaku pengguna Internet. Di awal lahirnya Internet, pada awal tahun 1990-an, hampir semua pengguna Internet adalah pengguna pasif. Mereka hanya menggunakan mesin pencari seperti Yahoo! Search engine atau memanfaatkan email gratisan seperti Hotmail. Inilah yang seringkali disebut sebagai era Web 0.0.

Era Web 1.0 lahir ketika konten Internet semakin beragam dengan munculnya berbagai portal berita serta e-commerce. Pengguna Internet sudah mulai membaca dan berinteraksi dengan portal berita melaui komentar-komentar di setiap postingan berita. Sedangkan di situs-situs e-commerce, pengguna Internet sudah mulai aktif berkomunikasi dengan

Page 30: Public Rilation Dan Organisasi

pemilik/pengelola situs dengan cara membeli barang dan melakukan transaksi.

Di era yang didominasi oleh situs e-commerce seperti took buku Amazon.com, situs lelang eBay.com, atau di dalam negeri seperti situs berita Detik.com, pengguna Internet sudah melakukan komunikasi dua arah antara mereka dengan pemilik/pengelola situs. Ini sebuah peningkatan yang luar biasa dari era sebelumnya yang sama sekali tanpa komunikasi antara mereka dengan pemilik situs. Pada era Web 0.0, mereka hanya menggunakan jasa search engine dan email gratis tanpa bercakap-cakap dengan pemilik/pengelolanya.

Pada era inilah sebenarnya komunikasi perusahaan dengan pelanggannya sudah mulai berubah. Pelanggan sudah mulai bisa menghubungi perusahaan langsung ke situs perusahaan. Jika membutuhkan produk mereka akan masuk ke situs perusahaan, mengisi formulir kontak yang disediakan di web. Demikian pula, mereka bisa mengeluhkan layanan pelanggan ke situs perusahaan atau melemparkannya ke surat pembaca sebuah portal, jika mereka malas mengirim ke media cetak, radio atau teve yang harus menunggu lama pemuatannya.

Nah, pada awal tahun 2.000-an muncul benih-benih teknologi Web yang lebih canggih, di mana pengguna Internet bukan hanya bisa melakukan komunikasi dua arah dengan perusahaan. Lebih dari itu, mereka bisa saling berkomunikasi satu sama lain antar pelanggan, antar pengguna Internet, saling bebagi gagasan, dan sekaligus membentuk jaringan. Inilah yang disebut dengan social networking, sebuah jaringan pertemanan di dunia maya, yang membuat mereka bisa saling bercakap-cakap satu sama lain. Social networking seperti Youtube, MySpace, Multiply, Friendster dan sejenisnya, terutama Facebook, pun bermunculan. Demikian juga fenomena Wiki yang memungkinkan pelanggan membuat produk baru di Internet – misalnya Wikipedia, sebuah kamus online raksasa yang sepenuhnya diisi oleh pengguna Internet dan kini mengalahkan kamus terbesar di dunia. Pada saat yang sama, blog juga bermunculan yang melahirkan jasa-jasa penyedia blog seperti Wordpress dan Blogspot dengan skala global, atau Dagdigdug

Page 31: Public Rilation Dan Organisasi

dan BlogDetik dalam skala lokal.

Inilah yang disebut sebagai era Web 2.0. Era di mana pengguna Internet saling berkomunikasi, saling berkolaborasi secara interaktif.

Era-era ini juga mengubah cara konsumen memberikan feedback ke perusahaan. Ketika pengguna Internet mengirim keluhan ke portal-portal berita yang ditampilkan begitu saja di portal itu seperti dimuat di media cetak di era Web 1.0, disebut sebagai era FeedBack 1.0. Pada era ini praktis perusahaan jarang melihat keluhan itu karena biasanya perusahaan masih terfokus memantau keluhan pelanggan di media konvensional seperti cetak, teve dan radio.

Ketika social media meledak dan era Web 2.0 mewabah di seluruh dunia lahirlah era baru cara komunikasi pelanggan yang disebut sebagai Feedback 2.0. Pada era ini konsumen lebih sibuk berkomunikasi dan berbincang mengenai produk dan perusahaan dengan sama konsumen. Terjadi komunikasi horizontal. Sayang komunikasi ini nyaris tidak melibatkan perusahaan. Inilah yang terjadi saat ini. Inilah yang menyebabkan perusahaan gagap untuk berkomunkasi dan mendapatkan feedback dari pelanggannya. Di era yang sedang mewabah saat ini, perusahaan baru pada tahap bisa mendengarkan apa yang konsumen bicarakan di berbagai situs social media, tanpa bisa memberikan respon balik ke mereka.

Apa yang dilakukan oleh Dell dan Starbucks adalah mencoba keluar dan kekacaubalauan feedback di Web 2.0. Mereka membangun komunitas konsumen secara masal, membiarkan mereka berkomunikasi satu sama lain, namun juga membuka komunikasi antara perusahaan dengan konsumen secara langsung. Inilah cikal bakal Feedback 3.0. Komunikasi missal yang melibatkan juga komunikasi dua arah antara perusahaan dengan konsumennya.

Feedback 3.0 akan menjadi era komunikasi perusahaan-konsumen masa depan. Namun tantangan ke sana tidak mudah. Komitmen perusahaan tidak cukup hanya dengan mendengar

Page 32: Public Rilation Dan Organisasi

suara pelanggan. Namun harus bersedia secara serius menindaklanjuti usulan pelanggan seperti yang dilakukan oleh Dell dan Starbucks.

Tanpa komitmen tindak lanjut, Feedback 3.0 tidak akan terjadi. Yang terjadi malah bisa sebaliknya: pukulan balik ke perusahaan karena mengabaikan suara pelanggan.

Masalahnya saat ini, banyak perusahaan Indonesia yang belum menerapkan Feedback 1.0, apalagi 2.0. Bisakah mereka melangkah ke 3.0?

sumber: Nukman Luthfie, CEO Virtual Consulting, www.virtual.co.id

Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 21.41 1 komentar Link ke posting ini

Label: Public Relations

Kamis, 27 Mei 2010

Media Komunikasi dan Kehumasan

Pengertian dan Ruang Lingkup Publik HumasPengenalan khalayak, audience atau publik dari pengertian public (dalam bahasa Inggris) lebih relevan untuk memahami struktur publik karena relevan dengan konteks public relations (humas).

Pengenalan bentuk publik lebih dipahami pula dalam konteks sasaran organisasi tertentu baik komersial dan nonkomersial dalam hubungan dengan publiknya: publik internal dan publik eksternal.

Pemahaman struktur publik yang lebih menyeluruh adalah dari segi manajemen humas yang mengelola hubungan organisasi dan publik internal maupun publik eksternal, yang meliputi enam unsur.

Pakar humas, Frank Jefkins mengemukakan ada delapan publik utama dari kelompok orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal maupun eksternal. Dikemukakan pula mengapa suatu organisasi harus mengenali publik organisasinya dengan memahami

Page 33: Public Rilation Dan Organisasi

empat alasan penting. Alasan ini membawa konsekuensi dan membebani pelaksana humas bila tidak mengantisipasi ciri publik itu. Peranan opini (sikap publiknya) diutamakan dalam memperoleh dukungan publik tertentu mengenai citra organisasi.

Di pihak lain pengenalan publik erat hubungannya dengan perumusan penelitian proses perencanaan humas suatu organisasi yang meliputi 6 P: people, process, practise, product, plant, dan publication. Bentuk publik dikenal juga melalui penggolongan (klasifikasi) hubungan antara komunikasi dan komunikator antara lain publik sosial, publik fungsional, serta target publik yang dikenal dengan stakeholders dalam lima klasifikasinya.

Unsur-unsur Media Komunikasi HumasUnsur-unsur media komunikasi atau media yang digunakan humas, dipahami dalam konteks pemilihan media yang sesuai dengan ciri-ciri dan sifat publik yang dikelola hubungannya oleh suatu organisasi. Jelasnya media komunikasi yang digunakan adalah yang sesuai dengan ciri publik internal dan publik eksternal dari suatu organisasi. Publik internal adalah karyawan, pemegang saham, dan hubungan industrial; sedangkan publik eksternal adalah komunitas sekitar organisasi, konsumen, pemerintahan, media pers.

Baik hubungan secara manusiawi (human relations) maupun dalam keadaan krisis organisasi, termasuk pula media yang digunakan humas meliputi tiga komponen, yaitu manajemen organisasi, publik, dan humas. Sebagai unsur pendukung perlengkapan teknis, yang digunakan adalah buletin internal, papan pengumuman, kunjungan berkala, dan tatap muka. Tidak kurang pentingnya hubungan karyawan (employee relations) di tempat bekerja sehari-hari.

Demikian pula media hubungan dengan pemegang saham untuk menanamkan rasa memiliki perusahaan dan saling menguntungkan dengan pihak manajemen, khususnya manajemen keuangan dan investasi melalui wawancara atau kuesioner, pos atau forum-forum rapat. Media dalam hubungan industrial juga menggunakan forum-forum konsultasi di dalam atau antara bipartit dan tripartit ataupun antara SPSI dan apindo. Demikian pula media-media yang digunakan dalam hubungan publik eksternal yang terdiri dari para pelanggan komunitas tertentu, instansi pemerintah, pers. Hubungan media pers sangat

Page 34: Public Rilation Dan Organisasi

berperan dengan menggunakan unsur-unsur media cetak atau elektronik yang ditunjang oleh kemitraan yang terpadu antara praktisi humas dan wartawan dengan saling menghormati profesi masing-masing.

Penggerakan dan Pengarahan Kegiatan HumasFungsi manajemen humas adalah mengelola hubungan organisasi dan publik, mewujudkan saling pengertian bersama untuk mencapai tujuan organisasi/perusahaan secara efisien dan efektif. Dengan kata lain menyampaikan informasi yang objektif mengenai kebijakan pimpinan agar publik dapat memahami organisasi/perusahaan yang diwakilinya, sekaligus menilai opini/sikap publik terhadap organisasi/perusahaannya.

Fungsi manajemen pengembangan pelaksanaan menggerakkan (actuating) Humas terutama terlibat dalam proses penetapan sasaran dan tujuan organisasi, pembagian pekerjaan organisasinya, dan motivasi, kepemimpinan, koordinasi serta komunikasi. Proses menggerakkan humas tersebut berlandaskan delapan tugas manajemen humas secara fungsional dan operasional serta meliputi tiga bidang peranan manajer dengan enam langkah pengorganisasiannya.

Peranan motivasi ditentukan oleh sejauh mana humas memahami sikap dan perilaku organisasi dan publik mewujudkan kredibilitas, citra, serta sasaran organisasinya secara efisien dan efektif. Di pihak lain ditentukan pula oleh dorongan motivasi penilaian orang luar (publik) terhadap organisasi dan budaya perusahaannya (corporate culture). Pengarahan motivasi sangat dipengaruhi oleh penerapan empat macam pendekatan filsafat manajemen humas.

Sedangkan pengarahan operasionalnya meliputi empat tindakan yang membantu manajemen menggerakkan humas. Pengarahan motivasi dan operasional tersebut berdasarkan pola umum dengan tiga model motivasi: tradisional, hubungan manusiawi, dan sumber daya manusia. Manajemen humas dapat mengalami masalah hubungan yang tidak efektif antara lain disebabkan oleh masalah komunikasi organisasi. Masalah ini dipengaruhi oleh empat faktor saluran/struktur organisasi formal dan oleh empat macam jaringan aliran komunikasi. Oleh karena itu perlu dipahami strategi komunikasi organisasi: komunikasi vertikal, lateral dan diagonal dengan prosedur hubungan dan tindakannya masing-masing.

Page 35: Public Rilation Dan Organisasi

Ditemukan juga tiga hambatan organisasional dan hambatan antarpribadi. Untuk mengatasi hambatan tersebut diarahkan strategi dan teknik-teknik tertentu meningkatkan efektivitas komunikasi. Salah satu teknik adalah menerapkan sepuluh prinsip humas yang baik, sebagaimana rumusan Asosiasi Manajemen Amerika.

Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif, oleh karena itu perlu dipahami empat masalah pencapaian komunikasi yang efektif. Upaya pencapaian ini merupakan tugas pemrosesan informasi dengan tiga cara pendekatannya. Pengarahan secara strategis dalam menggerakkan humas tergantung juga kepada faktor kepemimpinan dalam organisasi di samping pengaruh melalui motivasi, komunikasi organisasi, dan koordinasi. Ada tiga pendekatan kepemimpinan yang perlu dipahami. Antara lain adalah yang dikenal dengan teori X dan Y oleh Mc Gregor dan kisi-kisi manajerial oleh Blake dan Mouton.

Persyaratan Tenaga HumasPerencanaan mutu dan kemampuan tenaga humas secara mendasar, mengacu pada tanggung jawab ilmiah dan ilmu-ilmu sosial yang melandasi pengetahuan humas, dan pada persyaratan tugas dan tanggung jawab manajerial humas dalam mengadakan rekayasa sosial budaya mencapai dukungan publik. Dengan kata lain persyaratan dasar selaku manajer organisasi, berlaku bagi tenaga humas di samping penguasaan teknis bidang ilmu komunikasi dan praktek Humas. Fungsi manajerial tenaga humas dapat digambarkan oleh struktur jabatan manajemen pada tiap-tiap organisasi yang berbeda-beda satu dengan yang lain, seperti beberapa contoh pada organisasi perusahaan, dan sebuah universitas.

Pakar Humas Frank Jefkins mensyaratkan empat macam tugas pokok tanggung jawab manajemen seorang manajer humas. Persyaratan tenaga humas berkaitan pula dengan profesi humas. Profesi Humas sebagai pemahaman etika dan etiket yang berhubungan dengan penampilan dalam rangka menciptakan dan membina citra organisasi yang diwakilinya dan selayaknya dipertanggungjawabkan kepada umum melalui kode etik tertentu. Termasuk etiket-etiket formalitas protokoler dan protokol diplomatik yang berlaku secara internasional. Persyaratan tenaga humas dilandaskan pula kepada rumusan prinsip-prinsip Humas yang terdiri dari sepuluh pokok (Doug Newsom dan Alan Scott).

Page 36: Public Rilation Dan Organisasi

Praktisi humas secara mikro ditentukan oleh kualifikasi kemampuan “generalist” dan lebih ideal lagi jika memiliki kemampuan ahli komunikasi plus. Tetapi kualifikasi yang mendekati standar bagi praktisi humas adalah seorang generalist dari disiplin yang berbeda, seperti ahli hukum, ahli teknik, dan sebagainya.

Selanjutnya terdapat kira-kira 12 syarat kemampuan bagi praktisi humas sebagaimana yang dikemukakan Charles W. Pine. Dari segi keberhasilan fungsi manajemen menggerakkan humas, persyaratan tenaga humas banyak dibantu oleh pengetahuan dan skill di ketiga bidang: teknis, manusia, dan konseptual (George Terry). Pakar humas Frank Jefkins mengemukakan bahwa jenis pekerjaan yang dapat ditangani oleh manajer humas tidaklah seragam antara organisasi satu dengan lainnya. Maka tugas manajer humas banyak ragamnya baik di bidang internal maupun eksternal sebagaimana dikemukakan sejumlah kurang lebih 21 ragam kegiatan manajer humas.

Struktur dan Ciri Media Komunikasi yang Dipergunakan HumasMedia komunikasi yang penting digunakan humas adalah dalam kemitraannya dengan media pers (cetak atau elektronik). Dengan demikian struktur dan ciri-ciri pers harus dikuasai oleh para praktisi humas. Perlu pula dipahami bahwa media cetak yang terdiri dari harian/penerbitan pagi dan sore masing-masing mempunyai ciri-cirinya tersendiri seperti waktu penerbitan, cara kerjasamanya dengan redaksi. Oleh karena itu penting dipahami pula sejumlah pedoman siaran pers (F.P. Seitel), dan prinsip hubungan pers yang baik (Frank Jefkins).

Ciri-ciri media pers lainnya adalah siaran berita (news release) pada media cetak maupun elektronik, kelayakan berita, artikel, foto, yang kesemuanya harus sesuai dengan persyaratan redaksional dan beritanya sampai siap cetaknya. Oleh karena itu pula baik praktisi humas maupun wartawan perlu menghayati dan saling menghormati kode etik pers dan etika profesi masing-masing bahkan peraturan hukum pers.

Di samping siaran pers bentuk dan ciri-ciri lain adalah tiga kegiatan acara temu pers yang diselenggarakan sebagai kelengkapan informasi untuk siaran berita humas. Kadang-kadang dilengkapi pula dengan pelayanan buku petunjuk mengenai features, daftar majalah mingguan daerah, daftar perusahaan. Ada pula tiga bentuk sponsor melalui media elektronik (isu olahraga, pendidikan, pendukung iklan/pemasaran). Di

Page 37: Public Rilation Dan Organisasi

samping itu ciri umumnya melalui berkala intern. Media film dokumenter merupakan bentuk dan ciri media humas yang penting. Tidak kurang pentingnya juga ciri media komunikasi tatap muka langsung dengan publik, kadang-kadang dengan alat bantunya berupa pertunjukkan kesenian rakyat, ceramah, dan beraneka ragam pameran.

Teknik dan Cara Pemilihan Media Komunikasi yang Sesuai dengan Lingkungan HumasTeknik dan cara pemilihan media komunikasi humas adalah yang sesuai dengan publiknya. Kapan publik dicapai, biayanya dan tergantung pula pada empat faktor; cara pendekatan keterampilan petugas humas, anggaran dan kebijaksanaannya.

Tahap pertama, pemilihan media berita adalah persiapan dan penyiaran berita pada media cetak dan elektronik. Bagi kelompok publik kecil dalam suatu organisasi dipilih media komunikasi (jurnal) internal yang berjenis-jenis secara teratur dengan beberapa variasi. Perlu diperhitungkan di sini cakupan pembaca, kuantitas, frekuensi, kebijakan, judulnya, dan proses percetakannya, gaya dan format, langgangan, iklan, serta distribusinya.

Komunikasi tatap muka kadang-kadang dipilih dalam komunikasi ke atas dengan pimpinan manajer dan komunikasi sejajar antara karyawan. Media dan teknik humas hendaknya dibedakan antara media untuk periklanan dan untuk humas. Oleh karena itu Frank Jefkins mengemukakan daftar pilihan media utama bagi kegiatan humas yang meliputi tiga belas jenis dengan bentuk dan cirinya masing-masing.

Sumber : Buku Manajemen Humas karya Mahidin Mahmud dan Alex Rumondor

Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 15.52 0 komentar Link ke posting ini

Label: Public Relations

Jumat, 21 Mei 2010

Page 38: Public Rilation Dan Organisasi

DESKRIPSI MATA KULIAH PUBLIC RELATIONS

SEMESTER I

•Pendidikan Pancasila. Dalam mata kuliah ini mahasiswa diajarkan mengenai kedudukan pancasila, pancasila sebagai suatu nilai etika, etika bangsa yang demokratis, demokrasi pancasila dan hal - hal yang berkaitan dengan pendidikan pancasila . Dengan mata kuliah ini diharapkan Mahasiswa dapat memiliki kemampuan mengambil sikap bertanggung jawab sesuai hati nurani, mampu mengenali masalah hidup, kesejahteraan dan cara pemecahannya, mampu mengenali perubahan dan perkembangan IPTEK dan mampu mengenali nilai – nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.

•Fotografi I & 2. Dalam dunia PR fotografi merupakan salah satu keahlian yang sangat berperan penting. Fotografi dibutuhkan dalam membuat sebuah dokumentasi, teknik pemotretan, pengambilan gambar, waktu, tempat, dan kualitas serta karakteristik kamera sangat berpengaruh pada nilai dari sebuah hasil akhir. Materi kuliah ini diajarkan dasar –dasar fotografi, dari pengenalan karakteristik kamera, tenik cara menggunakannya, cara mendapatkan hasil yang baik, memilih objek yang akan difoto dan evaluasi hasil akhir. Dalam mata kuliah fotografi ini lebih banyak melakukan praktek lapangan dengan objek sekitar yang telah ditentukan.

•Pengantar Ilmu Komunikasi. Mata kuliah yang mempelajari konsep dasar – dasar Ilmu komunikasi, yang meliputi definisi komunikasi, bentuk komunikasi, komponen konseptual definisi komunikasi, communication context, model communication. Dengan mempelajari mata kuliah ini mahasiswa dapat belajar bagaimana dapat menampilkan diri, dapat mengetahui tujuan berkomunikasi untuk dapat menghubungkan, untuk mempengaruhi,untuk bermain, untuk bantu komunikasi interpersonal, dan memungkinkan mahasiswa untuk belajar memahami kata eksternal dunia yang menjadi objek, event, dan orang lain.

•Dasar Manajemen. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar manajemen yang mempelajari bagaimana cara untuk dapat mengatur, memanage, mengendalikan, mengawasi dan merencanakan rencana dalam suatu perusahaan atau lembaga. Dalam mata kuliah ini diajarkan

Page 39: Public Rilation Dan Organisasi

definisi manajemen, controlling (pengawasan), manajemen konflik, actuating (penggerakan), konsep motivasi, prinsip – prinsip manajemen.

•Bahasa Inggris. Mata kuliah ini mahasiswa akan mendapatkan 3 tahapan, bahasa inggris basic, intermediate, advance. Yang dimana didalammya diajarkan listening, writing n speaking. Mata kuliah ini sangat penting bagi mahasiswa untuk berkomunikasi dan mempersiapkan menghadapi globalisasi dalam dunia kerja.

•Dasar Pemasaran. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar pemasaran yang terutama meliputi konsep tentang perilaku konsumen, segmenting targeting positioning, 4P dan bagaimana merancang rencana pemasaran yang realistis.

•Aplikasi Komputer Perkantoran. Mata kuliah ini mempelajari dasar – dasar penggunaan komputer yang meliputi bagaimana membuat halaman, membuat kolom, menggunakan rumus, memasukan data ke dalam tabel, dengan menggunakan Microsoft word, Microsoft exel dan power point. Mata kuliah ini bermanfaat sebagai penunjang peran atau aktivitas seorang PR dalam sebuah perusahaan.

•Pengantar Public Relations. Mata kuliah ini memberikan konsep dasar pengantar PR yang meliputi konsep tentang definisi PR, fungsi PR, aktivitas PR, PR budgeting, manajemen reputasi, marketing mix, PR Plan.

•Olah Raga. Kegiatan dalam mata kuliah ini meliputi senam, lari, berenang. Diharapkan dengan mata kuliah ini mahasiswa dapat untuk selalu hidup sehat dan semangat dalam menjalani berbagai aktivitas.

SEMESTER II

•Desain Grafis I. Mata kuliah mempelajari bagaimana membuat brosur, leaflet, logo, poster, banner, komposisi, konsep dan membuat iklan baris / iklan kecik.

•Human Relations. Mata kuliah memberikan konsep dasar suatu bentuk pendekatan yang digunakan untuk dapat mengelola hubungan antar manusia dalam manajemen (organisasi) dengan menggunakan komunikasi persuasif. Mata kuliah ini juga mempelajari definisi human relations, bentuk – bentuk human relations, manajemen konlik,

Page 40: Public Rilation Dan Organisasi

komunikasi kepemimpinan, tugas utama seorang PR, keberhasilan praktisi PR, orientasi hasil, peran dominan dan korelasi peran dominan praktisi PR.

•Analisa Publik. Mata kuliah ini memberikan konsep peran PR sebagai penentu ahli, fasilitator pemecahan masalah, teknisi komunikasi.

•Public Speaking. Mata kuliah yang memberikan konsep – konsep dasar kemampuan berkomunikasi secara kredibel, percaya diri, serta menyakinkan, penampilan / penyampaian yang sistematis, menarik dan komunikatif. Dalam mata kuliah ini diajarkan macam - macam pidato menurut teknik dan tujuannya, merancang informasi utama / topik untuk pidato,

•Komunikasi Organisasi. Mata kuliah ini memberikan konsep komunikasi yang dilakukan dalam sutau organisasi baik internal maupun eksternal yang meliputi konsep dasar tentang definisi organisasi, teknik mendengarkan, berbicara, menulis, rapat, aktifitas komunikasi, bentuk – bentuk komunikasi, norma profesi, konflik.

•Dasar – dasar Jurnalistik. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar tentang keahlian dan profesi jurnalisme yang meliputi tentang definisi dasar jurnalistik, media massa, dan cara menulis berita. Materi yang diajarkan meliputi konsep dasar jurnalistik, jenis – jenis jurnalisme, media massa, struktur penulisan berita, nilai berita, kebebasan pers, dan kode etik jurnalisme.

•Statistik. Mata kuliah ini memberikan konsep mengenai teknik mengumpulkan, mengolah, menyajikan data, yang diperoleh dari angka – angka untuk dapat membuat suatu keputusan / kebijakan. Materi yang diajarkan meliputi karakteristik statistik, penyajian data, mengelompokan data, dan membaca tabel.

•Pengembang Kepribadian. Mata kuliah ini memberikan konsep mengembangkan kepribadian yang dimiliki untuk menjadi pribadi yang baik. Materi yang diajarkan meliputi motivasi persiapan kerja, mengenal diri sendiri, kepribadian (penampilan, sifat karakter, sikap perilaku, pola pemikiran, komunikasi,) kepribadian yang perlu dijaga dan diperhatikan. Dalam mata kuliah ini juga akan memberikan praktek “Table manner” yang bekerjasama dengan salah satu hotel di Semarang.

Page 41: Public Rilation Dan Organisasi

SEMESTER III

•Public Affair. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar praktek hubungan masyarakat yang merujuk pada bagian khusus dari hubungan masyarakat yang membangun dan mempertahankan hubungan pemerintah dan komunitas lokal, untuk mempengaruhi kebijakan publik / publik yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Konsep dasar ini meliputi Manajamen Isu, PR sebagai koalisi dominan. Mahasiswa dapat menjadi spesialis Public Affair yang berfungsi sebagai penghubung dengan unit – unit pemerintah, menerapkan program pengembangan komunitas, memberi kontribusi pada kampanye, serta memberi layanan suka rela bagi organisasi – organisasi social dan pengembangan komunitas.

•Manajemen PR. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar mengenai menerapkan fungsi – fungsi manajemen dibidang humas dengan mengetahui situasi pasti dan kondisi dan kemudian merekomendasikan solusi serta menyajikan informasi sistematis tentang situasi dan asumsi dari public dan konsekuensinya. Materi yang diajarkan meliputi definisi manajamen, fight finding, defining problem, fungsi – fungsi manajemen, research.

•Penulisan Naskah Kehumasan.

•Media Relations. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar dan dirancang untuk mengetahui aktivitas – aktivitas praktis yang dilakukan oleh PR Officer / Praktisi PR dalam mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan organisasi – organisasi media. Materi yang diajarkan meliputi konsep dasar media relations, menjalin hubungan dengan media, efektivitas media relations, strategi media relations, media relations dan manajemen reputasi, dan media relations pada saat krisis.•Desain Grafis 2.

•Komunikasi Pemasaran Terpadu. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar mengenai proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasive kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Materi yang diajarkan meliputi indentifikasi segmentasi dan perilaku konsumen,

Page 42: Public Rilation Dan Organisasi

marketing communications plan, periklanan, kerangka strategi komunikasi serta praktek kampanye.

•Pendidikan Kewarganegaraan. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan politis tentang kebijakan – kebijakan Negara yang berisi tentang filsafat pancasila, indentitas nasional, demokrasi, Rule of law, Geopolitic dan geostrategic. Mata kuliah ini bertujan agar mahasiswa dapat memahami, menguasai, memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai kejuangan, cinta tanah air, rela berkorban serta melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur, demokratis dan ikhlas sebagai warga Negara Indonesia terdidik dan bertanggung jawab.

•Produksi Media Audio. Mata kuliah ini mendiskusikan mengenai materi – materi audio, yang dikaitkan dari outcome media yang ada di Indonesia yaitu radio dan diharapkan mahasiswa dapat menjawab kebutuhan dari lembaga penyiaran mengenai bagaimana cara memenuhi karakter dari media hiburan, pendidikan, informasi yang diukur dari outcomenya. Materi yang didiskusikan meliputi karakter radio, progaming (element acara, segmentasi, sasaran pendengar, dan bagaimana cara menyajikan talkshow) dan bentuk akhir dari mata kuliah ini menyajikan sebuah program acara radio / praktek.

•Pendidikan Agama. Mata kuliah ini memberikan pengetahuan tentang agama agar mahasiswa dapat mengerti, memahami diri sendiri dalam membentuk jati diri, mengetahui tujuan hidup, makna hidup, hakekat hidup, menjaga kehormatan diri untuk menjadi mahasiswa ideal yang beragama.

SEMESTER IV

•Komunikasi Massa. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar sejauh mana PR menggunakan media massa dalam menjalankan fungsinya serta bagaimana memaksimalkan media massa. Materi yang dipelajari tentang pengertian proses komunikasi media massa, komponen media massa dan bagaimana cara kerja media massa.

•Produksi Media Audio Visual. Mata kuliah ini membahas materi tentang kegiatan melakukan produksi media audio visual dari pra produksi sampai pascaproduksi yang berhubungan dengan kegiatan PR. Materi yang diajarkan diantaranya pengenalan kamera video, teknik

Page 43: Public Rilation Dan Organisasi

pengambilan gambar, penataan cahaya dan editing. Bentuk akhir dari mata kuliah ini menyajikan sebuah video dokumentasi yang dapat berupa Company Profile.•Kewirausahaan.

•Media Internal Perusahaan. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar dan dirancang untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana menjalin kegiatan komunikasi diperusahaan, baik hubungan yang bersifat makro atau mikro pada akhirnya mahasiswa mampu menghasilkan satu media internal yang sesuai bagi upaya membangun komunikasi perusahaan yang pada akhirnya akan tercipta situasi komunikasi yang komunikatif baik dari manajemen segenap potensi dalam perusahaan serta sebaliknya.

•Issue & Crisis Management. Mata kuliah ini memberikan konsep - konsep menyelesaiakan isu ketika nanti mahasiswa terjun dibidang pekerjaan dapat menyelesaikan masalah yang timbul dengan tahap – tahap solusi yang bisa untuk kerangka pemecahan masalah. Terutama dalam tahap indentifikasi isu, memanage isu agar isu tidak berkembang, jika dibiarkan isu bisa menjadi ancaman bagi perusahaan.-TB-

•Etika Humas. Mata kuliah ini memberikan konsep mengenai arti penting etika dalam public relations yang berfungsi untuk memandu, mengarahkan, tingkah laku seseorang dari sisi baik/buruk, bagaimana seharusnya bertindak yang sesuai dengan norma sosial, dan menjaga integritas/martabat dan pribadi profesionalisme. Mata kuliah ini mempelajari karateristik etik, integritas profesi PR, kode etik humas, kode etik penerangan.

•Produksi Media Cetak. Mata kuliah ini mempelajari tentang dasar - dasar teori produksi media cetak dari surat kabar atau majalah, memahami fungsi media massa cetak. Tujuan dari mata kuliah ini agar mahasiswa dapat mempraktekkannya membuat media tersebut dan berguna untuk praktek PR dalam dunia kerja nanti. Materi yang dipelajari antara lain teori jurnalistik, penulisan berita, industry media massa cetak, pengaruh media massa cetak, dan diakhir semester mahasiswa membuat press release dan surat kabar/majalah.

•Lobby & Negosiasi. Mata kuliah ini memberikan konsep tentang sebuah proses komunikasi yang melibatkan pihak – pihak untuk

Page 44: Public Rilation Dan Organisasi

mencapai kata sepakat dengan saling menukar sesuatu yang diinginkan pihak lain melalui proses tawar menawar, serta konsep komunikasi antar pribadi dalam situasi non formal untuk lebih mendekatkan pihak – pihak yang terlibat secara personal. Materi yang diajarkan meliputi merencanakan negosiasi melalui persiapan proposal, teori komunikasi, praktek negosiasi dan praktek lapangan.•Riset Kehumasan.

SEMESTER V

•Kapita Selekta. Mata kuliah ini bertujuan melatih, memberi pemahaman dan membiasakan mahasiswa untuk menjadi profesional - pribadi starter , penuh inisiatif, kreatif sebagai pengelola program PR, Menjadi partner strategis / bisnis bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang tepat guna pengembangan bisnis dan menjadi figur PR beretika, memiliki integritas bermartabat – Good Citizen. Topik teori yang dibahas CSR/Corporate Social Responsibili, CRP/Consumer Respons Program, CMT/Crisis Management Team, ProsDem/Problem Solving Decision Makin, Komunikasi Asertif, Dan topik lain yang update sangat diperlukan bagi seorang PR Profesional .

•Teknik Periklanan. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar tentang fungsi pemasaran dan evolusi di bidang periklanan, perencanaan media periklanan dan perencanaan kreatif, karakteristik media periklanan, soft campaign dan strategi positioning, riset periklanan, praktik membuat jingle iklan radio, praktik membuat iklan televisi 80 % mahasiswa akan dapat menganalisis persoalan didunia periklanan baik secara teoritis maupun praktis.

•PR Campaign. Mata kuliah ini memberikan konsep – konsep dasar Public Relations Campaign yang akan membantu mahasiswa dalam merencanakan dan melaksakan program kampanye secara menyeluruh, mulai dari desain program, eksekusi, sampai dengan evaluasi akhir. Pengetahuan konsep ini meliputi, pengertian dan karakteristik kampanye Public Relations, penentuan isu, analisis situasi, penetuan tujuan, strategi dan taktik; perencanaan program, monitoring; dan evaluasi. Mahasiswa akan melaksanakan atau mengeksekusi program kampanye yang sudah selesai didesain, pelaksanaan evaluasi dan presentasi hasil seluruh kegiatan dan diakhiri dengan melakukan kegiatan monitoring terhadap segala pencapaian dan kendala pelaksaan program.

Page 45: Public Rilation Dan Organisasi

•Event Management. 

SEMESTER VI

•KKP.•TA / Project

Diposkan oleh Ahmad Kurnia di 17.40 0 komentar Link ke posting ini

Label: Public Relations

PERSPEKTIF PUBLIC RELATIONS

Pendahuluan

Dilihat dari perkembangan sejarahnya, berkomunikasi untuk mempengaruhi cara pandang dan perilaku seseorang sudah dimulai sejak dahulu kala. Dari situs – situs yang ditemukan oleh para arkeologis di Irak pada abad 18, tampak bahwa usaha melakukan hal ini sudah dilakukan. Pada masa Yunani dan di abad pertengahan masa kejayaan Romawi, ide mengenai "opini publik sudah muncul. Hal ini tampak pada slogan Vox Populi, Vox dei (the voice of the people is the voice of God). Public Relations sudah mulai digunakan berabad – abad lalu di Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya konsep memerlukan pihak ketiga sebagai fasilitator komunikasi dan penyelaras anantara pemerintah dan rakyatnya.

Pada perkembangannya konsep Public Relations di Amerika dimulai sekitar tahun 1900 an yang dipelopori oleh Ivy Lee dengan " The Declaration of Principles". Ivy Lee dianggap sebagai " the father of Public Relations" karena deklarasi asasnya itu, meskipun demikian

Page 46: Public Rilation Dan Organisasi

sebetulnya konsep Public Relations di Amerika sudah ada sejak tahun 1850.( Broom, 2000; 102).

Public Relations di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun1950. Perkembangan hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu itu pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyata Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda. Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi (Onong, 1991; 12)

Pentingnya memahami sejarah perkembangan Public Relations adalah untuk mengawali pemahaman terhadap perkembangan PR di Indonesia. Jika dilihat dari sejarahnya sebetulnya, PR di Indonesia dimulai sangat jauh dari yang sudah dilakukan oleh pemikir-pemikir di Eropa atau Amerika bahkan Australia. PR di Indonesia dimulai di tahun 1950 an dengan konsep yang berbeda dengan konsep yang dianut di negara lain. Berdasarkan pengamatan peneliti dan juga seperti yang diungkapkan oleh Elizabeth Goenawan Anantao dalam Public Relations In Asia an Anthology, Public Relations di Indonesia belum terlalu pesat perkembangannya (Ananto, 2004; 265)

Public Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA, sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak digunakan baik itu di pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep Public Relations

Page 47: Public Rilation Dan Organisasi

dipahami dan digunakan oleh pihak – pihak tersebut dengan berbagai macam pemahaman dan berbagai macam bentuk implementasinya.

Dari hari ke hari PR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan perkembangan PR di dunia atau Asia. Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen PR disebutkan bahwa Public Relations digunakan untuk kepentingan usaha dalam bentuk seperti Olimpiade Korea Selatan, Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi 1988,dll. Olimpiade yang diselenggarakan oleh tuan rumah Korea Selatan di tahun 1988 menggunakan salah satu jasa konsultan PR. Olimpiade adalah suatu event international yang waktu ini masih sangat greget dimana seluruh perhatian orang tertuju ke sana. Sebagai tuan rumah Korea Selatan ingin bangkit menunjukkan eksitensi dirinya yang memang salah satu keinginannya adalah membuka pasar di dunia untuk memasarakan produk – produknya.

Glasnost dan Perestroika merupakan kampanye PR dalam karya politik sebuah negara. Untuk mengubah negaranya, Michael Gorbachev melontarkan konsep ini untuk mengubah persepsi dunia tentang Uni Soviet dan membuka bangsanya bagi dunia luar.

Kasus – kasus tersebut adalah kasus – kasus yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu. Sementara ini masih hangat di tahun 2000 an pada saat negara – negara di Asia terjadi krisis SARS, Hongkong dan Singapura menangani khusus pemulihan citra wisata negaranya dengan menyewa seorang konsultan PR.

Dari kasus – kasus yang ada sebetulnya tampak bahwa PR

Page 48: Public Rilation Dan Organisasi

adalah sebuah fungsi komunikasi yang terencana, tetapi memang kenyataannya masih banyak salah pandang mengenai hal ini.

KESALAH PENGERTIAN TENTANG PR

1.PR adalah Personal Relation

Untuk menjadi PR harus memiliki kemampuan membina hubungan secara pribadi. Hal ini tidak seluruhnya salah tetapi bukan itu saja tugas dari seorang PR

2.PR adalah propaganda

Memang awal mula akar dari PR dari perang (lihat sejarah di atas). Pada masa perang memang PR digunakan untuk mengirim pesan yang salah untuk mematahkan semangat lawan. Propaganda dilakukan sepihak dan untuk kepentingan kemenangan satu pihak.

3. PR adalah Publisitas

Hal ini tampak pada lembaga pemerintah. Lembaga pemerintah lebih banyak menggunakan PR nya untuk hal ini. PR tidak lebih digunakan sebagai "press relations" yang tugasnya hanyalah mempublikasikan kebijakan pemerintah, menyusun jadwal temu wartawan serta membawa wartawan turut kunjungan ke daerah – daerah.

4. PR adalah iklan gratis

Berita yang dimuat di media dianggap sebagai iklan gratis sehingga banyak praktisi pemasaran berupaya

Page 49: Public Rilation Dan Organisasi

memanfaatkan publikasi pers untuk mendapatkan keuntungan beriklan secara gratis. Padahal seperti diketahui bukan itu tujuan PR dan bukan itu pula tujuan berita.

5. PR adalah menjual senyum

Untuk menjadi PR harus cantik, pandai ha ha hi hi. Jika hanya ini yang dilakukan oleh PR maka sebuah perusahaan pasti akan kehilangan pamornya, apalagi di masa krisis. Pandangan seperti ini bahkan PR seperti yang no 1 masih banyak terjagi bahkan seperti baru – baru ini (sekitar 1 tahun yang lalu), media massa pernah mengangkat isue bahwa PR disamakan dengan hostess, dan frekuensi munculnya isu itu cukup sering. Memang media yang menayangkan hal itu bukan media terkemuka tetapi paling tidak masih ada tertancap di benak pembuat berita bahwa PR hanyalah sebatas senyum dan obral kemampuan personal.

PR sebagai Fungsi Manajemen

Lebih lanjut lagi supaya tidak terjebak dengan kesalahpengertian perlu digali definis – definisi tentang PR. Adapun definisi yang ada adalah sebagai berikut:

Cutlip and Center mendefinisikan Public Relations sebagai fungsi manajemen yaitu mengidentifikasi, memantapkan serta membina hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dengan publiknya baik dalam keadaan sukses maupun gagal.

Grunig mengembangkan definisi tersebut menjadi manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya.

Lawrence W.Long dan Vincent Hazelton mengembangkan sebuah definisi baru yang lebih modern dan memadai

Page 50: Public Rilation Dan Organisasi

bahwa Public Relations adalah fungsi komunikasi melalui adaptasi organisasi, mengubah atau membina hubungan dengan lingkungan dengan tujuan bersama-sama mencapai tujuan dari organisasi. Pendekatan ini menggambarkan bahwa Public Relations adalah lebih dari sekedar mempersuasi melainkan juga membantu mengembangkan kondisi komunikasi terbuka, saling pengertian/saling memahami dengan didasari ide bahwa organisasi juga mau berubah (dalam proses berperilaku dan bersikap) tidak hanya sebagi sasaran khalayak saja. Dapat dikatakan bahwa perusahaan dimungkinkan mengubah kebijakan sebagai hasil tindak lanjut dari dialog dengan lingkungannya.

Definisi tersebut hanyalah sebagian kecil dari definisi yang ada tentang PR. Mengacu pada definisi – definisi di atas, memaknai terminologi "fungsi manajemen" yang ada pada Public Relations, memiliki arti yang lebih dalam. Arti tersebut memuat jawaban atas pernyataan, untuk apa fungsi manajemen atau manajemen komunikasi yang dilakukan oleh Public Relations. Jawaban ini jelas bahwa Public relations berperan sebagai Pengelola Reputasi Organisasi. bukan Pemasar/Penjual dan bukan hanya melulu memliki aktifitas berhubungan dengan media atau seperti yang disebut di atas.

Dari definisi di atas tampak bahwa PR adalah fungsi manajemen bukan adminsitratif. Secara lebih dalam lagi pada sessi atau mata kuliah yang lain akan dibahas mengenai posisi PR sebagai koalisi dominan yang duduk di leher struktur yang bertindak sebagai fungsi manajemen sehingga kurang tepat jika PR hanya didudukkan sebagai bagian dari marketing, SDM, atau jika kita lihat di pemerintah tidak kurang PR atau Humas hanyal bagian dari seksi. Dalam hal penempatan PR ada beberapa

Page 51: Public Rilation Dan Organisasi

klasifikasi penempatan dan pemanfaatan PR pada sebuah organisasi:

Beberapa organisasi menempatkan Public Relations pada hirarkhi tinggi di perusahaan, memiliki garis pelaporan langsung kepada pimpinan atau kepala administrator. Beberapa menempatkan fungsi Public Relations pada posisi yang lebih rendah, memiliki hubungan pelaporan dengan bagian pemasaran, personalia, legal atau pengambil keputusan lain di tingkat yang lebih tinggi.

Beberapa organisasi menempatkan Public Relations pada unit tersendiri sementara itu ada beberapa organisasi yang menempatkan Public Relations pada beberapa unit dalam departemen di organisasi.

Beberapa organisasi menggunakan konsultan dari luar organisasi/perusahaan, beberapa menggunakan Public Relations dari internal perusahaan bahkan ada yang menggabungkan keduanya (Grunig,1992;396)

Melihat definisi PR seperti di atas maka tampak bahwa kata kunci dari PR adalah

Kesengajaan: Aktifitas PR adalah aktifitas yang disengaja. Dibentuk untuk mempengaruhi, meraih pemahaman bersama, menyediakan informasi, dan mendapatkan umpan balik

Terencana: Aktifitas Public Relation adalah terogranisir, pada kurun waktu tertentu, sistematis, menggunakan riset dan analisa.

Mengutamakan performance: Public Relations yang efektif didasarkan pada kebijakan aktual dan kinerja.

Mengutamakan kehendak masyarakat (public interest): Aktifitas atau kegiatan Public Relations hendaknya didasarkan pada tujuan yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya.

Page 52: Public Rilation Dan Organisasi

Komunikasi dua arah: Selain menginformasikan sesuatu, Public Relations membutuhkan umpan balik dari khalayaknya sehingga model komunikasi yang digunakannya adalah dua arah.

Fungsi Manajemen: Public Relations menjadi efektif apabila menjadi bagian dari keseluruhan manajemen dan didukung oleh top manajemen. Public Relations berfungsi sebagai konseling dan pemecah masalah di tingkat top manajemen bukan sekedar hanya mendesiminasikan informasi setelah keputusan dibuat (Wilcox, 1998:4-8)

Secara umum PR sebagai fungsi manajemen dan sedikit tentang keberadaan PR dalam sebuah perusahaan sudah di bahas. Berikut ini secara khusus akan dibahas apa peran, fungsi, model komunikasi, aktifitas serta kompetensi yang dibutuhkan bagi seorang PR

Peran PR dalam Organisasi

Sebetulnya memformulasikan apa peran PR dalam organisai bukanlah hal yang mudah. Beberapa penulis mencoba memetakan bahwa pada dasarnya peran PR dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut:

1. Communication Tehnician

Beberapa praktisi memasuki dunia PR ini sebagai teknis. Pada tahap ini kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. PR diarahkan untuk berperan menulis, menulis news letter, menulis in house journal, menulis news release, menulis feature, dll. Biasanya praktisi dalam peran ini tidak hadir pada saat manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Peran mereka lebih ke arah penulisan tools dan mengimplementasikan program.

Page 53: Public Rilation Dan Organisasi

Mereka sebagai "the last to know"

2.Expert Prescriber

Praktisi PR sebagai pendefinisi problem, pengembang program dan memeiliki tanggungjawab penuh untuk mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif. Manajer yang lainnya menyerahkan tugas komunikasi sepenuhnya ke tangan si "komunikasi" ini sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka yang lainnya.Tampaknya bangga karena PR semacam ini dianugerahi kepercayaan tinggi tetapi karena tidak adanya keterlibatan top manajemen dalam peran PR maka PR seolah terisolir dari perusahaan. Ia sibuk sendiri dengan pekerjaannya. Di pihak manajemen mereka juga menjadi sangat tergantung kepada PR nya. Mereka menjadi minim komitmen kepada tugas – tugas PR, padahala seperti diketahui seharusnya tugas PR harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam sebuah perusahaan,

Dalam hal diffusi peran dan fungsi PR sehingga mereka paham spirit perlunya PR bagi perusahaan menjadi rendah dan tidak akan tersosialisasi bahkan terburuk akan hilang kepercayaan top manajemen akan fungsi PR bagi sebuah organisasi. Hal ini akan terjadi apabila top manajemen banyak merasa dikecewakan oleh PR yang dianggap mereka sebagai pakar.

3.Communication Facilitator

PR sebagai pendengar setia dan broker informasi. Mereka sebagai penghubung, interpreter dan mediator antara

Page 54: Public Rilation Dan Organisasi

organisasi dan publiknya. Mereka mengelola two way communicationnya dengan cara membuka rintangan komunikasi yang ada/yang terjadi. Tujuannya dalam hal ini adalah untuk menyediakan kebutuhan dua belah pihak akan informasi, membuat kesepakatan yang melibatkan minat keduabelah pihak.

Para pelaku dengan peran ini menempatkan dirinya sebagai sumber informasi dan sebagai kontak antara organisasi dan publiknya. Sebagai wasit dari interaksi, memantapkan agenda yang akan didiskusikan antara dua belah pihak, menyimpulkan pandangan, bereaksi terhadap kasus, membantu partisipan mendiagnosa masalah, membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan komunikasi. Mereka menjadi boundary spanner antara perusahaan dan publiknya. Mereka bekerja di bawah asumsi bahwa two way communication mampu meningkatkan kualitas pengambilan keputusan organisasi dan publik dalam hal prosedur, kebijakan, serta tindakan lain yang berhubungan dengan minat kedua belah pihak.

4.Problem Solving Facilitator

Mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dalam manajemen stratejik perusahaan. Bergabung dengan konsultan mulai dari awal direncanakan program hingga evaluasinya. Membantu manajemen menerapkan PR sebagai tahapan fungsi manajemen yang sama dengan kegiatan manajemen yang lain.

PR berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi,

Page 55: Public Rilation Dan Organisasi

memiliki peran yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki power mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk perubahan organisasi.

Melalui peran ini mereka menjadi paham spirit setiap program baik motivasi maupun tujuan mengapa program harus dilaksanakan, mereka mensupport perubahan strategis organisasi, keputusan yang sifatnya taktis dan memiliki komitmen pada perubahan dan mampu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan program.

Mereka dimasukkan sebagai tim manajemen karena mereka mampu menunjukkan kemampuan dan nilai dalam membantu manajemen menangani serta menyelesaikan permasalahan

Fungsi dan Model PR

Secara turun temurun, fungsi PR dapat digambarkan sebagai pengontrol publik, mengarahkan apa yang dipikirkan atau dilakukan oleh orang lain dalam rangka memuaskan kebutuhan organisasi, merespon publik, mereaksi pengembangan, masalah, mencapai hubungan yang saling menguntungkan antara publiknya melalui hubungan yang harmonis. Fungsi ini dekat dengan model PR yang dipaparkan oleh Grunig dan Hunt (1994) yaitu the press agentry/publicity model; the public information model; the two way asymmetric model; the two way symmetric model. Secara detail mengenai model tersebut adalah sebagai berikut:

Page 56: Public Rilation Dan Organisasi

Pada sejarah perkembangan konsep model Public Relations tampak bahwa pada mulanya menurut Erc Goldman dalam Grunig menyebutkan bahwa Public Relations diawali dengan the public be fooled era atau press agentry dan public be informed atau public information era.

Pada awalnya Grunig mengadopsi ide ini tetapi mengelaborasinya dengan menambahkan mengenai tujuan dan arah komunikasi . Grunig mengadopsi ide Thayer mengenai synchronic dan diachronic communicationuntuk menggambarkan dua pendekatan dalam public relations. Tujuan dari komunikasi sinkronis (synchronic communication) adalah mensikronisasi perilaku publik terhadap organisasi sehingga organisasi dapat melakukan apa yang diinginkan tanpa campur tangan dari publiknya. Tujuan dari komunikasi diakronik adalah untuk menegosiasikan kebutuhan antara organisasi dengan publiknya.Pada akhirnya Grunig mengganti istilah synchronic dan diakronik dengan assymetrical dan symetrical communication.

Grunig and Hunt mengidentifikasi perkembangan sejarah Public Relations. Pada awalnya Press agentry digunakan oleh praktisi PR di pertengahan abad 19. Pada awal abad 20 mulai digunakan model the public information. Keduanya merupakan representasi dari one way approaches dimana dengan model ini diseminasi informasi lebih banyak dengan menggunakan media.

Di era berikutnya, dengan dipengaruhi oleh pandangan Perilaku dan ilmu – ilmu sosial dikembangkanlah model

Page 57: Public Rilation Dan Organisasi

two way asymetrical yang menekankan pada propaganda dan manipulasi publik (meskipun dalam arti yang positif). Memanipulasi di sini berarti mengelola serta mengarahkan publik kepada tujuan kita melalui cara memahami motivasi mereka. Selanjutnya dikembangkanlah Two way symetrical model yang mengarah kepada "telling the truth to public" . Model komunikasi ini diterapkan kepada publik dengan menggunakan penelitian untuk memfasilitasi apa yang diharapkan oleh publik daripada untuk mengidentifikasi pesan apa yang dapat digunakan untuk mempersuasi publik.

Grunig memaparkan Model two way symetric adalah pendekatan yang dapat dikatakan baik dalam public relations. Sejalan dengan konsep yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sebuah departemen dapat dikatakan baik dengan segala karakteristikanya dapat membuat organisasi menjadi lebih efektif.

Grunig mengidentifikasi suatu teori normatif mengenai Public Relations yang menganut Two Way Symetric adalah memiliki karakter

1.Adanya saling tergantung dan pembinaan hubungan;

2.Ketergantungan dan pembinaan hubungan tersebut memunculkan kurangnya konflik, perjuangan, dan saling berbagi misi;

3.Adanya keterbukaan,saling percaya dan saling memahami;

4.Konsep kunci mengenai negosiasi,colaborasi dan mediasi;

Page 58: Public Rilation Dan Organisasi

5.Perlunya dikembangkan suatu aturan bagi proses dan strategi.

Pemahaman tersebut dapat disarikan bahwa komunikasi yang harmonis antara Public Relations dengan publiknya akan berjalan baik jika didukung dengan komunikasi yang jujur untuk memperoleh kredibilitas, keterbukaan dan konsisten terhadap langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh keyakinan orang lain,adanya langkah-langkah fair untuk mendapatkan hubungan timbal balik dan goodwill, komunikasi dua arah yang terus menerus untuk mencegah keterasingan dan untuk membangun hubungan serta selalu melakukan evaluasi dan riset terhadap lingkungan untuk menentukan langkah atau penyesuaian yang dibutuhkan bagi sosial yang harmonis. Pemilihan model yang tepat sangat tergantung dari struktur sebuah organisasi dan bagaimana kondisi lingkungan dimana perusahaan tersebut bertindak.

Aktifitas PR

Pekerjaan PR dapat dikerjakan sendiri atau oleh konsultan, pemilihan ini sangat tergantung dari polcy perusahaan. Kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan konsultan dapat dilihat lebih lanjut dalam tulisan Ida Anggraeni Ananda, Jurnal Visi Komunikasi.

Pada dasarnya aktifitas PR meliputi:

Komunikasi: perukaran ide, pendapat atau peasn melalui visual, lisan atau tulisan

Publisitas: diseminasi pesan yang terencana melalui media tertentu, tanpa bayaran, untuk meningkatkan minat terhadap perusahaan/organisasi

Promosi: aktifitas mengkreasi atau menstimulasi perhatian terhadap produk, orang, organisasi atau kasus.

Page 59: Public Rilation Dan Organisasi

Press agentry: melalui soft news storiesIntegrated marketing: fungsi PR pendukung pemasran,

tujuan beriklan sebuah organisasiManajemen Isue: identifikasi, memonitor aksi publik atau

reaksi publik terhadap organisasiManajemen krisis: menghadapi krisis, bencana atau

kegiatan negatif yang tidak terencana dan memaksimal ekses positif yang dapat diraih

Public Information offcer: sebagai penghubung antara lembaga pemerintah, dan media

Public Affairs/lobbyist: bekerja mewakili perusahaan untuk menghadapi politisi, perangkat pemerintah yang berperan menetukan kebijakan dan undang-undang untuk mempertahankan statusquo atau mengubahnya.

Financial Relations: menghadapi dan mengkomunikasikan informasi kepada pemegang saham atau masyarakat pemodal

Community Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan antara organisasi dan masyarakat

Internal Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan orang – orang yang berada dan memilki hubungan di dalam organisasi

Industry Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan atau atas nama perusahaan dengan industri

Minority Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan group minoritas dan individual

Media Relations: memantapkan dan meningkatkan hubungan dengan media

Public Diplomacy: memantapkan dan meningkatkan hubungan untuk membuka jalur perdagangan, pariwisata dan kerjasama antar negara

Event management: menyiapkan, merencanakan, melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam suatu waktu

Sponsorship: menawarkan atau menerima bantuan dana

Page 60: Public Rilation Dan Organisasi

dengan imbalan public exposureCause/Relationship marketing: memantapkan dan

meningkatkan hubungan dengan konsumenFund Raising: memantapkan dan meningkatkan hubungan

atas nama sektor non profit untuk mendorong terkumpulnya dana serta bantuan

Kompetensi PR

Setelah melihat secara sepintas apa itu PR, peran, model, fungsi serta aktifitasnya maka dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi PR bukanlah orang yang sembarangan. Banyak kriteria kompetensi yang harus dimiliki. Diantaranya adalah:

Lulusan PR hendaknya mampu:

Teori PR dan komunikasi untuk mendukung praktek PRKemampuan menganalisis dan merencanakanKemampuan teknis dan komunikasiPemahaman sosial, politik, etis dan hubungannya dengan

programPemahaman tentang proses dan aplikasi dunia industry

Secara khusus kemampuan yang harus dimiliki:

Kemampuan vocational seperti riset, menulis, mendengarkan, presentasi,dll

Memiliki kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain: interpersonal skills, networking, mendengar

Kemampuan profesional: paham mengenai perencanaan

Page 61: Public Rilation Dan Organisasi

dan taat deadlineMemiliki perspektif etikaMengerti teknologi yang dapat digunakan sebagai toolsHarus memiliki kemauan belajar tinggi (life long learning)Being thinkers: kemampuan analisis, kritis, strategis,

evaluatif, kreatif dan lateral

Pustaka

Ananda, Ida Anggraeni, Public Relations Sebuah Telaah dari Sudut Fungsi,

Peran dan Kedudukannya dalam Organisasi, Jurnal Visi Komunikasi, Fakultas Ilmu

Komunikasi Mercu Buana, Jakarta, 2002

Cutlip, Scott.M, et all, Effective Public Relations, Prentice Hall, New Jersey, 2000

Grunig,James.E, Excellence in Public Relations and Communication Management,

Lawrence Erlbaum, New Jersey, 1992

Johnston, Jane, Clara Zawawi, Public Relations Theory and Practice, Allen & Unwin, 2000

Onong, Uchyana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, Remaja Rosdakarya, 1991