puasa ramadhan dan ketaqwaan

6
Puasa Ramadhan dan Ketaqwaan 1 Penyusun; Iqbal Fahri (Abu Akif), Cibinong, Bogor Pemahaman yang utuh terhadap puasa Ramadhan sangat menentukan kualitas ibadah puasa yang kita lakukan. Oleh karena itu, pada edisi kali ini akan dikupas lebih dalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan puasa ramadhan sehingga dapat dijadikan panduan singkat dalam pelaksanaan ibadah puasa. Pembahasan ini akan menjadi sangat bermakna dan strategis manakala kita bertujuan menggapai derajat taqwa melalui puasa ramadhan. Suatu derajat yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala. Shaum atau puasa secara bahasa bermakna al-imsak atau menahan diri dari sesuatu seperti menahan diri dari makan atau berbicara. Makna puasa seperti ini dipakai dalam Surat Maryam [19] : 26, Allah Ta’ala berfirman: “Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". Sedangkan secara istilah, puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan disertai niat untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. 2 Hikmah dan Faidah Puasa 3 1 Buletin Al-Muhajirin, Vol. 3 No. 2, Edisi Ramadhan 1431 H. Diterbitkan DKM Asl-Muhajirin, Puri Alam Kencana 2, Nanggewer Mekar, Cibinong, Bogor. 2 Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Jilid 3, Penerjemah: Abu Ihsan Al-Atsari, Pustaka At-Tazkia, Tahun 1428 H/2007 M. 3 Syaikul Islam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, (e-book) Zaadul Ma’ad, Jilid 2, , Muhaqqiq Abdul Qadir Al-Arna’uth dan Syu’aib Al-Arna’uth. Disebarluaskan oleh: Maktabah Raudhah Al-Muhibbin. Tahun 1430 H. (dengan sedikit perubahan dan tambahan penjelasan –ed--)

Upload: iqbal-fahri-abu-akif

Post on 21-Jun-2015

136 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Hubungan puasa ramadhan dan taqwa disertai dengan hal-hal yang patut diperhatikan bagi orang yang berpuasa seperti; keutamaan puasa, adab-abad puasa, dan permasalahan seputar puasa.

TRANSCRIPT

Page 1: Puasa Ramadhan Dan Ketaqwaan

Puasa Ramadhan dan Ketaqwaan1

Penyusun; Iqbal Fahri (Abu Akif), Cibinong, Bogor

Pemahaman yang utuh terhadap puasa Ramadhan sangat menentukan kualitas ibadah puasa yang kita lakukan. Oleh karena itu, pada edisi kali ini akan dikupas lebih dalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan puasa ramadhan sehingga dapat dijadikan panduan singkat dalam pelaksanaan ibadah puasa. Pembahasan ini akan menjadi sangat bermakna dan strategis manakala kita bertujuan menggapai derajat taqwa melalui puasa ramadhan. Suatu derajat yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala.

Shaum atau puasa secara bahasa bermakna al-imsak atau menahan diri dari sesuatu seperti menahan diri dari makan atau berbicara. Makna puasa seperti ini dipakai dalam Surat Maryam [19] : 26, Allah Ta’ala berfirman: “Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".

Sedangkan secara istilah, puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenam matahari dengan disertai niat untuk beribadah kepada Allah Ta’ala.2

Hikmah dan Faidah Puasa3

Hikmah dan faidah puasa adalah menahan jiwa dan syahwat, memisahkannya dari hal-hal yang telah menjadi kebiasan (buruk) jiwa, dan mengimbangi kekuatan syahwatnya, untuk bersiap menyambut apa-apa yang terdapat pada bulan ramadhan sebagai puncak kebahagiaan dan kenikmatannya, menerima hal-hal yang mensucikannya berupa perkara yang terdapat petunjuk kehidupan abadi baginya (yaitu; surga), mengalahkan rasa lapar dan haus dari tuntutannya, mengingatkan akan keadaan fisik-fisik yang kelaparan dari orang-orang miskin, menyempitkan jalur lintas syetan pada hamba dengan menyempitkan jalur makanan dan minuman, mengekang kekuatan angota badan dari kebiasannya menambah hal-hal yang membahayakan dunia akhirnya (berupa dosa dan kemaksiatan), menenangkan setiap anggota badan dan setiap kekuatan yang liar, dan mengekang dengan kekangannya. Maka puasa ramadhan adalah pengekang bagi kaum muttaqin, perisai, teman orang-orang baik dan didekatkan, dan ia (puasa ramadhan) khusus untuk Rabb semesta alam di antara amal-amal lainnya.

Sesungguhnya orang berpuasa tidak melakukan apa-apa. Hanya saja ia meninggalkan syahwat makan dan minumnya karena sembahannya (Allah Ta’ala). Maka,

1 Buletin Al-Muhajirin, Vol. 3 No. 2, Edisi Ramadhan 1431 H. Diterbitkan DKM Asl-Muhajirin, Puri Alam Kencana 2, Nanggewer Mekar, Cibinong, Bogor.

2 Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Jilid 3, Penerjemah: Abu Ihsan Al-Atsari, Pustaka At-Tazkia, Tahun 1428 H/2007 M.

3 Syaikul Islam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, (e-book) Zaadul Ma’ad, Jilid 2, , Muhaqqiq Abdul Qadir Al-Arna’uth dan Syu’aib Al-Arna’uth. Disebarluaskan oleh: Maktabah Raudhah Al-Muhibbin. Tahun 1430 H. (dengan sedikit perubahan dan tambahan penjelasan –ed--)

Page 2: Puasa Ramadhan Dan Ketaqwaan

puasa adalah meninggalkan kecintaan jiwa dan kelezatannya demi mengedepankan kecintaan Allah dan keridhaan-Nya. Ia adalah amal rahasia antara hamba dan Rabbnya. Tak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Dia. Para hamba mungkin mengetahui keadaan seseorang meninggalkan hal-hal nampak yang membatalkan puasa. Adapun keadaannya meninggalkan makan, minum dan syahwatnya demi sembahannya, maka itu adalah perkara yang tidak diketahui manusia, dan itulah sesungguhnya hakikat puasa.

Puasa memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam memelihara anggota badan yang nampak dan kekuatan batin, melindunginya dari percampuran yang mendatangkan zat perusak, di mana bila zat itu mampu menguasainya niscaya akan merusaknya. Puasa berfungsi pula mengeluarkan za-zat buruk yang menghalangi kesehatan. Maka, puasa memelihara kesehatan hati dan anggota badan sekaligus serta mengembalikannya kepada apa-apa yang telah dirampas tangan-tangan syahwat. Ia adalah penolong paling besar atas ketakwaan, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2] : 183).

Dengan demikian puasa merupakan ketaatan yang terbesar untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala sekaligus sebagai pusat pembinaan akhlak yang terbesar yang didalamnya seorang mukmin berlatih dengan berbagai perkara. Puasa juga akan menumbuhkan pada diri seseorang perasaan kasih saying, persaudaraan, rasa solidaritas, dan tolong menolong yang mempererat sesama kaum muslimin.4

Keutamaannya

Puasa Ramadhan memiliki keutamaan yang sangat banyak dan mulia, diantaranya yaitu:

1. Pengampunan Allah Ta’ala atas dosa-dosa yang telah berlalu. Sebagaimana hadits Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya yang telah berlalu akan diampuni.” (HR. Muttafaq ‘alaihi).

2. Puasa dapat memasukkan orang ke dalam surga. Dari Abu Umamah Radhiyallaahu ‘anhu berkata, aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam, “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga,” maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam menjawab, “ Hendaknya kamu berpuasa, karena puasa itu tidak ada tandingan (pahala)nya.” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Hibban, Al-Hakim)

3. Memasuki surga melalui pintu khusus yang diberi nama ar-Rayyan. Sebagaimana hadits Sahl bin Sa’ad Radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi

4 Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh (566-568/2)

Page 3: Puasa Ramadhan Dan Ketaqwaan

wa sallaam bersabda: Sesungguhnya di Surga itu terdapat satu pintu yang diberi nama ar-Rayyan. Dari pintu itu orang-orang yang berpuasa akan masuk pada hari Kiamat kelak, tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu itu selain mereka…” (HR. Muttafaq ‘alaih).

4. Setiap malam Allah Ta’ala membebaskan orang-orang yang berpuasa dari siksa api neraka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda: “Sesungguhnya setiap hari Allah Ta’ala membebaskan beberapa orang dari api neraka yaitu pada bulan Ramadhan, dan sesungguhnya bagi setiap muslim apabila memanjatkan doa, maka pasti akan dikabulkan.” (HR. Bazzar, Ahmad, dan Ibnu Majah).

5. Puasa akan memberikan syafaat bagi yang menjalankannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda: Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti.. (HR. Ahmad, Al-Hakim, dan Abu Nu’aim).

Adab-Adab Puasa

Dianjurkan bagi orang yang berpuasa untuk memperhatikan beberapa adab berikut ini:

1. Mengakhirkan makan sahur, Zaid bin Tasbit Radhiyallaahu ‘anhu berkata : “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah, setelah itu beliau langsung berangkat shalat. Aku bertanya, Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?, Dia menjawab, Kira-kira sama seperti bacaan 50 ayat.” (HR. Ibnu Hibban)

2. Menahan diri dari pembicaraan yang tidak bermanfaat dan kata-kata kotor, atau yang semisal dengannya dari hal-hal yang bertentangan dengan tujuan puasa. Rasulullah Shallaahu ‘alaihi wa sallaam bersabda: Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya, maka Allah Ta’ala tidak memerlukan orang itu untuk meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya).” (HR. Bukhari).

3. Sifat dermawan dan memperbanyak bacaan al-Qur’an. Ibnu Abbas Radhiyallaahu ‘anhu berkata: Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallaam adalah orang yang paling pemurah dalam kebaikan dan beliau akan lebih dermawan (dari hari-hari biasanya) pada bulan Ramadhan, ketika Jibril dating menemuinya dan adalah Jibril selalu datang menemuinya setiap malam dari malam-malam bulan Ramadhan, hingga Ramadhan selesai, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam membacakan al-Qur’an kepada Jibril. Dan di saat bertemu Jibril beliau lebih pemurah (lembut) dari angin yang berhembus dengan lembut.” (HR. Muttafaq ‘alaihi).

4. Menyegerakan berbuka (ta’jil). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda: “Umat manusia akan tetap baik selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (HR. Muttafaq ‘alaihi).

5. Berbuka puasa dengan apa yang mudah didapatkan baginya. Dari Anas Radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: “Nabi biasa berbuka dengan ruthab (kurma segar) sebelum mengerjakan shalat. Jika beliau tidak mendapatkan ruthab, maka beliau berbuka dengan beberapa buah tamr (kurma masak yang sudah lama dipetik) dan jika tidak mendapatkan tamr, maka beliau meminum air.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi)

6. Berdo’a ketika berbuka puasa. Diantaranya sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallaahu ‘anhu, dia berkata: “Bahwasannya Rasulullah jika berbuka

Page 4: Puasa Ramadhan Dan Ketaqwaan

puasa selalu membaca; Dzahabazh zhamau wabtallatil ‘uruuqu watsabatal ajru insya Allah (telah hilang rasa haus dan telah basah urat-urat, serta telah ditetapkan pahala, insya Allah).” (HR. Abu Dawud).

Permasalahan Sekitar Puasa

1. Untuk puasa Ramadhan, wajib berniat berpuasa sebelum habis waktu sahur.2. Saat berpuasa seorang suami boleh mencium isterinya, dengan syarat dapat menahan

nafsu dan tidak merangsang syahwat.

3. Orang yang menunda mandi besar (janabah) setelah sahur atau setelah masuk waktu subuh, puasanya tetap sah. Begitu juga dengan orang yang berpuasa dan mendapat mimpi basah di siang hari, puasanya tetap sah.

4. Dilarang suami-istri berhubungan badan di siang hari ketika berpuasa. Hukuman bagi orang yang bersenggama di siang hari pada bulan Ramadhan adalah memerdekakan budak. Jika tidak mampu memerdekakan budak, suami-istri itu dihukum berpuasa dua bulan penuh secaara berturut-turut. Jika tidak mampu juga, mereka dihukum memberi makan 60 orang miskin sekali makan.

5. Orang yang terlupa bahwa ia berpuasa kemudian makan dan minum, maka puasanya tetap sah. Setelah ingat, ia harus melanjutkan puasanya hingga waktu berbuka di hari itu juga.

6. Hanya muntah yang disengaja yang membatalkan puasa. Ada tiga perkara yang tidak membatalkan puasa: bekam, muntah (yang tidak disengaja), dan bermimpi (ihtilam). Sikat gigi atau membersihkan gigi dengan syiwak diperbolehkan. Hal ini biasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallaam.

7. Bagi mereka yang bekerja dengan fisik dan terkategori berat –seperti pekerja peleburan besi, buruh tambang, tukang sidang, atau yang lainnya– jika berpuasa menimbulkan kemudharatan terhadap jiwa mereka, boleh tidak berpuasa. Tapi, wajib mengqadha’. Jumhur ulama mensyaratkan orang-orang yang seperti ini wajib baginya untuk sahur dan berniat puasa, lalu berpuasa di hari itu. Kalau tidak sanggup, baru boleh berbuka. Berbuka menjadi wajib, kalau yakin kondisi ketidaksanggupan itu akan menimbulkan kemudharatan.

Demikian hal-hal penting yang perlu kita perhatikan terkait dengan pelaksanaan puasa Ramadhan. Semoga Allah Ta’ala mempermudah amal ibadah puasa kita menuju ketaqwaan. Amiin.

Wallaahua’lam.