puasa-fiqih-ahmadiyah
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
1/85
Untuk pencopyan wajib menyertakan cover ini
kontak: [email protected]
Fiqh Ahmadiyah:
PuasaDirilis oleh Forum Kajian Ilmu Fiqh JamiahAhmadiyah Indonesia 2012 (EDIT 1)PENERJEMAH:
ATAUL ALA AGUS MULYANA
LAY OUT:
MUSA SAIFUL ISLAM
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
2/85
2
PUASA
Rukun kedua ibadah-ibadah Islam yang penting adalah
puasa. Puasa adalah suatu ibadah yang di dalamnya tarbiyat untuk
menjaga diri, introspeksi diri serta kekuatan untuk bersabar
diperhatikan. Hadhrat Masih Mauud as bersabda:
Agama yang di dalamnya tidak ada kerja keras yang lebih
(mujahadah), menurut kami agama itu bukanlah apa-apa. (Fatawa
Ahmadiyah, halaman 183)
Arti shaum (puasa) secara bahasa adalah berhenti dan tidak
melakukan suatu pekerjaan. Dalam istilah syariat, berhenti makan,
minum dan berhubungan badan mulai dari terbit fajar (subuh
shadiq) sampai terbenam matahari dengan niat ibadah disebut
shaum atau puasa. Allah Taala berfirman dalam Alquran Karim:
Makan dan minumlah kalian pada waktu malam, sehingga
mulai nampak kepada kalian benang putih terpisah dari benang
hitam, yakni terbit fajar. Setelah itu, sempurnakanlah puasa
sepanjang hari sampai malam tiba. (Al-Baqarah: 188)
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
3/85
3
Perintah untuk berhenti makan, minum dan menghindari
hawa nafsu demi Tuhan dan keridhaan-Nya supaya terhindar dari
segala macam keburukan adalah sebagai tanda. SebagaimanaRasulullah saw telah bersabda:
Yakni, barangsiapa tidak meninggalkan berbohong, bahkanmengamalkannya pada waktu puasa, lalu apa perlunya
meninggalkan makan dan minum demi Allah Taala. (Bukhari;
kitab Al-Shaum, jilid 1, halaman 255)
Ketika tidak ada gejolak untuk meraih tujuan yang
sebenarnya, lalu apa gunanya berpuasa. Demikian pula, pada satu
kesempatan lain disabdakan:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
4/85
4
Yakni, puasa bukanlah nama berhenti makan dan minum
saja, bahkan maksudnya adalah berhenti melakukan segala macam
perkara yang tidak berguna dan perbuatan keji. Jadi, wahai orangyang berpuasa! Seandainya seseorang mencacimu atau
membuatmu marah, maka katakanlah kepadanya bahwa aku
sedang berpuasa. Barangsiapa yang mencaci, meskipun berpuasa,
maka puasanya hanya untuk lapar dan haus saja, yang
menyebabkannya tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya.
(Darimi merujuk pada Misykat, jilid 1, halaman 177)
Puasa Dalam Agama-Agama Terdahulu
Puasa adalah suatu ibadah yang keberadaannya juga
terdapat dalam agama-agama terdahulu. Sebagaimana Allah Taala
berfirman sambil memberikan isyarat pada hal ini:
Wahai orang-orang Islam! Telah diwajibkan kepada
kalian berpuasa, seperti halnya diwajibkan kepada orang-orang
yang berlalu sebelum kalian dan tujuannya adalah meraih
ketakwaan dan menjaga diri. (Al-Baqarah: 184)
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
5/85
5
Meskipun terdapat perbedaan antara puasa agama Islam
dengan puasa agama-agama terdahulu, akan tetapi terdapat
persamaan dalam semua unsur utama. Sabda Hudhur saw:
Salah satu perbedaan antara puasa kami dengan puasa ahli
kitab adalah makan sahur. (Musnad Darimi, bab Fadhl Al-Sahur,
halaman 154, catatan kaki, Al-Muntaqi Min Akhbar Al-Mushtafa,
cetakan Rahmani Delhi, tahun 1337 Hijriah)
Orang-orang Islam berpuasa setelah makan sahur,
sedangkan ahli kitab tidak makan sahur. Demikian pula, orang-
orang Hindu makan beberapa makanan selama puasa, masih saja
puasa mereka itu tegak. Seolah-olah menurut mereka menghindar
dari beberapa makanan disebut puasa. Puasa orang-orang Kristen
adalah tidak makan daging atau tidak makan roti yang pakai ragi.
Dalam beberapa agama, ada juga puasa sepanjang hari tanpamakan sahur. Mereka hanya buka puasa pada waktu sore hari.
Dalam satu agama, ada perintah untuk berpuasa selama 4 hari
berturut-turut. Dalam beberapa agama didapatkan juga puasa-
puasa yang di dalamnya hanya dilarang makan makanan yang
keras dan terdapat izin untuk menggunakan makanan ringan
(snack), susu, buah dan lain-lain.
Tujuan Puasa
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
6/85
6
Puasa adalah sarana untuk memperbaiki diri. Karena
dimana manusia meninggalkan kelezatan-kelezatan demi Tuhan,
maka disana pun ia mendapatkan pelajaran untuk menegakkandirinya pada kebaikan yang lebih dan berusaha untuk
menghindarkan dirinya dari segala macam barang yang haram dan
najis.
Hadhrat Khalifatul Masih II ra bersabda:
Tujuan puasa tidak membuat seseorang mati kelaparan
atau kehausan. Seandainya surga dapat diraih dengan mati
kelaparan, maka saya menganggap bahwa orang-orang yang paling
kafir dan munafik juga siap untuk melakukannya, karena mati
kelaparan dan kehausan bukanlah perkara yang sulit.
Pada hakikatnya, perkara yang sulit adalah perubahan
akhlak dan rohani. Ketika orang-orang lapar, maka mereka berada
pada perkara-perkara yang biasa. Ketika mereka masuk ke dalam
penjara, maka mereka mulai mati kelaparan. Alasan yang masyhurorang-orang Brahma adalah ketika orang-orang tidak mempercayai
perkataan mereka, maka mereka meninggalkan makan. Jadi,
menahan lapar bukanlah perkara yang agung dan bukan tujuan
puasa.
Tujuan Ramadhan yang sebenarnya adalah dalam bulan ini
seseorang siap untuk meninggalkan segala sesuatu demi Allah
Taala. Laparnya adalah tanda dan lambang bahwa dia siap untukmeninggalkan segala haknya demi Tuhan. Makan minum adalah
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
7/85
7
hak seseorang. Hubungan suami istri adalah haknya. Oleh karena
itu, barangsiapa meninggalkan hal-hal ini, maka ia
memberitahukan bahwa saya siap untuk meninggalkan hak sayademi Allah Taala. Meninggalkan yang tidak hak memang perkara
yang sangat rendah dan tidak dapat diharapkan dari seorang
mukmin supaya dia merampas hak seseorang. Yang dapat
diharapkan dari seorang mukmin adalah dia meninggalkan haknya
demi keridhaan Allah Taala. Akan tetapi, seandainya Ramadhan
tiba dan berlalu begitu saja serta kita senantiasa mengatakan bahwa
bagaimana kita meninggalkan hak kita, artinya kita tidak meraih
apa-apa dari Ramadhan. Karena Ramadhan tiba untuk menjelaskan
bahwa kita hendaknya meninggalkan hak-hak kita demi keridhaan
Allah Taala. (Al-Fadhl, 30 Maret 1926, halaman 5-6)
Hadhrat Khalifatul Masih I ra bersabda:
Orang yang meninggalkan barang-barang yang dengan
menggunakannya dia tidak melanggar hukum dan akhlak, maka
dia akan terbiasa tidak menggunakan barang-barang orang lain
dengan cara yang tidak jaiz dan tidak memperhatikannya. Ketika
dia meninggalkan barang-barang yang jaiz demi Tuhan, maka
pandangannya tidak dapat terarah pada barang-barang yang tidak
jaiz. (Al-Fadhl, 17 Desember 1966, halaman 8)
Ringkasnya, dimana terdapat pensucian diri dan pemurnian
kalbu dengan puasa, maka disana puasa menjadi sumber faedah-
faedah jasmani, akhlak dan lingkungan sosial. Dengannya
kekuatan kasyaf meningkat dan terus maju. Seperti halnya tubuh
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
8/85
8
mendapatkan kekuatan dengan roti jasmani, demikian pula roti
rohani (keadaan puasa) menegakkan roh dan dengannya kekuatan
rohani menjadi lebih keras. Oleh karena itu, difirmankan:
Yakni, seandainya kalian senantiasa berpuasa, maka di
dalamnya terdapat kebaikan yang besar bagi kalian. (Al-Baqarah:
185)
Di dalam Alquran Karim dijelaskan bahwa puasa
merupakan satu resep mujarab untuk menjadi orang yang bertakwa
(mutaki). Yakni, seandainya kalian mengamalkan resep ini, maka
kalian akan menjadi orang yang bertakwa (mutaki). Difirmankan:
Terjemah: Wahai orang-orang yang beriman! Telah
diwajibkan kepada kalian berpuasa seperti halnya telah diwajibkan
kepada orang-orang yang berlalu sebelum kalian supaya kalian
terhindar dari kelemahan-kelemahan rohani dan akhlak. (Al-
Baqarah: 184)
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
9/85
9
Seberapa banyak keburukan yang muncul, sumbernya ada
4 hal. Yang lain adalah furu (cabang). Keempat sumber itu
adalah: pertama, makanan; kedua, minuman; ketiga, syahwat;keempat, ada keinginan tapi tidak mau bergerak.
Semua aib berhubungan dengan 4 hal ini. Untuk
menghindarkan keempat hal ini dari keburukan, diperintahkan
untuk berpuasa. Misalnya, seseorang berkhianat karena ingin
terhindar dari kerja keras, yakni dia ingin makan tapi tidak mau
kerja keras, malahan makan harta orang lain. Akan tetapi, orang
yang berpuasa harus bangun pada bagian malam dan beribadah.Dia bangun untuk sahur. Dia menutup mulut sepanjang hari. Dia
kurang tidur. Sampai sebulan orang yang berpuasa harus
menanggung penderitaan yang menyebabkan tubuhnya menjadi
terbiasa dan kebiasaan untuk lalai menjadi jauh. Kemudian
keburukan-keburukan muncul dengan makan, minum dan syahwat.
Untuk itu pun dilakukan puasa. Manusia meninggalkan makan,
minum dan keperluan-keperluan hidup. Jadi, keperluan-keperluan
yang menyebabkan manusia terjerumus dalam dosa, itu
dihindarkan untuk sementara waktu. (Al-Fadhl, 17 Desember
1966)
Manfaat puasa secara jasmani adalah tubuh manusia
menjadi terbiasa untuk menanggung penderitaan-penderitaan dan
kekerasan-kekerasan serta dengan faktor inilah muncul bahan
kekuatan untuk bertahan dan bersabar di dalamnya. Selain itu,pentingnya dietdiakui secara kedokteran dalam menata kesehatan.
Seandainya keseimbangan diperhatikan, maka dalam kesehatan
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
10/85
10
terdapat perbedaan yang nyata. Seolah-olah puasa merupakan
jaminan kesehatan tubuh dan dari segi rohani, merupakan sumber
dan mata air ketakwaan. Dengannya mendapatkan taufik untukberakhlak baik, menjaga kesucian, jujur, berkarakter baik dan
mensucikan diri. Kekuatan-kekuatan sabar dan keberanian menjadi
tumbuh dan berkembang. Menyadari penderitaan-penderitaan
orang-orang miskin dan gejolak untuk menolongnya semakin
meningkat. Demikianlah perhatian terhadap keseimbangan
ekonomi dan martabat mendapatkan pencerahan dan bersamaan
dengan itu juga kesehatan menjadi tertata.
Tingkatan Orang Yang Berpuasa
Hadis Kudsi:
Yakni, semua amal manusia adalah untuk dirinya sendiri,
akan tetapi puasa adalah bagi-Ku. Oleh karena itu, Aku sendiri
yang akan menjadi ganjarannya. (karena dia meninggalkan semua
keinginannya, makan dan minum demi Aku). (Bukhari, kitab Al-
Shaum, jilid 1, halaman 255)
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
11/85
11
Sumpah demi zat yang dalam genggaman kudrat-Nya
terdapat jiwa Muhammad saw. Bau mulut orang yang berpuasa,
menurut Allah Taala, lebih suci dan harum daripada kesturi.
(Bukhari, kitab Al-Shaum, jilid 1, halaman 255)
Demikian pula disabdakan:
Barangsiapa bangun pada waktu malam dan mengerjakan
salat serta berpuasa sesuai tuntutan keimanan dan dengan niat
untuk mendapatkan pahala, semua dosanya yang dahulu
diampuni. (Bukhari, kitab Al-Shaum, jilid 1, halaman 260)
Macam-Macam Puasa
Penjelasan beberapa macam puasa didapatkan dalam
Alquran dan Hadis. Misalnya, puasa-puasa Wajib dan puasa-puasa
Nafal.
Contoh puasa-puasa Wajib: puasa Ramadhan, qadha puasa
Ramadhan yang tertinggal, puasa Kafarah Zhihar (menyamakan
istri dengan ibu, saudara dan perempuan-perempuan yang haram
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
12/85
12
untuk dinikahi), puasa Kafarah Qatal (membunuh), puasa 60 hari
sebagai balasan membatalkan puasa Ramadhan dengan sengaja,
puasa Kafarah Qasam (sumpah), puasa Nadzar (berjanji), puasaHaji Tamatu atau Haji Qiran, puasa dalam keadaan ihram karena
memburu, puasa dalam keadaan ihram karena memotong rambut.
Puasa jenis kedua adalah puasa-puasa Nafal. Misalnya,
puasa 6 hari pada bulan Syawal, puasa Asyura (10 Muharam),
puasa nabi Daud as, yakni sehari berpuasa dan sehari berbuka,
puasa hari Arafah, puasa tanggal 13, 14, 15 setiap bulan Islam.
Berpuasa dalam beberapa hari adalah dilarang dan makruh.
Misalnya, berpuasa hanya pada hari Sabtu atau Jumat secara
khusus, berpuasa pada hari Neroz-o-Mehrgan seperti orang-orang
Parsi, puasa Dihar, yakni terus berpuasa tanpa berhenti. Berpuasa
pada hari Id dan hari-hari Tasyriq, yakni tanggal 11, 12, 13
Dzulhijah sangat dilarang. (Fatawa Alamgiri dan Dar Mukhtar
merujuk pada Bahar Syariat, halaman 98, jilid 5)
PUASA RAMADHAN
Bulan Ramadhan Dan Keunggulannya
Bulan Ramadhan ditetapkan oleh Allah Taala sebagai bulan
yang penting dan beberkat. Turunnya Alquran Karim mulai dari
bulan ini. Difirmankan:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
13/85
13
Bulan Ramadhan adalah bulan yang berkenaan dengannya
Alquran Karim diturunkan. Itu adalah Alquran yang dikirim dan
dijadikan hidayah (petunjuk) bagi semua orang. (Al-Baqarah:
186)
Rasulullah saw telah bersabda:
Dalam bulan yang beberkat ini, pintu-pintu surga terbuka,pintu-pintu Jahanam ditutup dan setan-setan dibelenggu.
(Bukhari, kitab Al-Shaum, jilid 1, halaman 255)
Yakni, bulan ini adalah bulan yang beberkat untuk menarik
karunia dan rahmat Tuhan. Dalam bulan ini, secara khusus dalam
10 hari terakhirnya, Rasulullah saw banyak memanjatkan doa dan
banyak bersedekah.
Puasa Diwajibkan Kepada Siapa?
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
14/85
14
Puasa Ramadhan adalah wajib atas setiap laki-laki dan
perempuan yang balig (dewasa), berakal, sehat, tinggal di tempat
(muqim) dan muslim. Orang musafir dan sakit diberikankeringanan untuk menyempurnakan puasa yang tertinggal pada
bulan ini di hari-hari lain, sakit yang menetap yang tidak dapat
diharapkan kesembuhannya atau orang lemah yang tidak mampu
untuk berpuasa. Demikian pula perempuan yang sedang menyusui
dan hamil yang terus menerus menghadapi penderitaan-
penderitaan. Orang-orang yang beralasan (udzur) seperti ini harus
membayar fidyah sebagai ganti puasa sesuai kemampuan. Allah
Taala berfirman:
Barangsiapa diantara kalian sakit atau dalam perjalanan,
maka ia harus menyempurnakan jumlahnya di hari-hari lain dan
wajib bagi orang-orang yang tidak mampu berpuasa untuk
memberi makan seorang miskin sebagai fidyah dengan syarat
mampu. (Al-Baqarah: 185)
Kapan Puasa Sebaiknya Dilaksanakan?
Untuk puasa Ramadhan ada satu perintah:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
15/85
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
16/85
16
Puasa Memerlukan Niat
Orang yang hendak berpuasa, ia harus berniat untuk
berpuasa. Rasulullah saw telah bersabda:
Orang yang tidak niat untuk berpuasa sebelum fajar, puasanya
tidak sah. Untuk niat, tidak perlu mengucapkan beberapa kata
yang ditentukan.
Pada dasarnya, niat adalah keinginan hati. Yakni, untuk apa
dia meninggalkan makan dan minum.
Pada puasa Nafal, kita dapat niat untuk berpuasa pada
waktu siang sebelum tengah hari (asalkan tidak makan minum
sampai waktu berniat). Demikian pula, seandainya ada alasan,
misalnya mendapat berita tentang keluarnya bulan Ramadhan
setelah terbit fajar dan belum makan minum, maka pada saat itu
kita dapat berniat puasa dan puasa orang seperti ini sah pada hari
itu.
Waktu Berpuasa Dan Berbuka
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
17/85
17
Makan dan minumlah kalian sampai tampak kepada kalian
benang putih terpisah dari benang hitam pada waktu pagi. Setelah
itu sempurnakanlah puasa dari pagi sampai malam. (Al-Baqarah:
188)
Tertera dalam Hadis:
Ketika siang sirna, malam tiba dan matahari terbenam,
maka bukalah puasa. (Tirmidzi, bab Idza Aqbala Al-Lail, jilid
1, halaman 88)
Bangun pada tengah malam dan makan sahur atau berpuasa
tanpa makan sahur tidak disunahkan. Berkat yang sebenarnya dan
mengikuti sunah yang benar adalah orang makan minum sebelum
terbit fajar. Setelah itu, niat untuk berpuasa. Inilah cara Rasulullah
saw dan para sahabat beliau.
Sabda Hudhur saw:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
18/85
18
Biasakanlah makan sahur, karena dalam makan sahur
terdapat berkat. (Bukhari, bab Barkat Al-Sahur, jilid 1, halaman
257)
Pada zaman sekarang, perkiraan terbit fajar, yakni
perkiraan pagi-pagi sekali dapat dilakukan dengan perantaraan
jam. Yakni waktu terbitnya matahari dapat dicatat dan makan
sahur dapat dilakukan sebelum 120 jam (kurang lebih).
Tertera dalam Hadis:
Setelah makan sahur, kami berdiri untuk salat. (Tirmidzi,
kitab Al-Shaum, bab Takhir Al-Sahur, jilid 1, halaman 88)
Diantara makan sahur dan salat Subuh ada rentang waktu
kira-kira sama dengan membaca 50 ayat Alquran. Tertera dalam
satu Hadis lain:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
19/85
19
Setelah makan sahur, kami segera salat Subuh bersama
Rasulullah saw. (Bukhari, kitab Mawaqit Al-Shalat, bab Waqt Al-
Fajri, jilid 1, halaman 82; Bukhari, Fi Tamil Al-Sahur)
Waktu Buka Puasa
Buka puasa hendaknya dilakukan setelah 1, 2 menit
terbenam matahari. Melambatkannya dengan sengaja, tidak
dibenarkan. Sabda Hudhur saw:
Selama orang-orang segera untuk berbuka puasa, maka
mereka akan mendapatkan kebaikan dan keberkatan. (Bukhari,
bab Tajil Al-Ifthar, jilid 1, halaman 262)
Terdapat satu Hadis lain:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
20/85
20
Hadhrat Abi Aufa menjelaskan bahwa dalam satu
perjalanan, saya menyertai Hudhur saw. Setelah terbenam
matahari, Hudhur saw memerintahkan seseorang untuk buka
puasa. Orang itu memohon: Hudhur! Biarkan gelap terlebih
dahulu. Beliau bersabda: Buka puasalah!. Orang itu memohon
lagi: Hudhur! Sekarang masih terang. Hudhur bersabda: Buka
puasalah!. Orang itu buka puasa. Beliau bersabda setelah buka
puasa: Ketika kamu melihat kegelapan muncul dari arah Timur
setelah terbenam matahari, maka buka puasalah. Jangan melihat ke
arah Barat terus, apakah sinar sudah hilang atau belum. (Muslim,
kitab Al-Shaum, bab Bayan Waqti Inqidhai Al-Shaum, jilid 1,
halaman 456)
Puasa Hendaknya Dibuka Pakai Apa?
Buka puasa dengan kurma, susu dan air yang secukupnya adalah
disunahkan.
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
21/85
21
Apabila ada seseorang diantara kalian yang hendak buka
puasa, maka bukalah dengan kurma, karena di dalamnya terdapat
berkat. Seandainya ini tidak tersedia, maka buka puasalah denganair, karena ini merupakan barang yang sangat suci. (Tirmidzi, bab
Ma Yastahibbu Alaih Al-Ifthar, jilid 1, halaman 87-88)
Pada saat buka puasa, bacalah doa ini:
Ya Allah, aku berpuasa demi Engkau dan dengan rezeki
Engkau aku buka puasa. (Abu Daud, bab Al-Qaul Inda Al-Ifthar,
jilid 1, halaman 322)
Setelah berbuka, bacalah ini:
Haus telah hilang, tenggorokan telah basah dan pahala
telah terbukti, seandainya Allah Taala menghendaki. (Abu Daud,
kitab Al-Shaum, bab Al-Qaul Inda Al-Ifthar, jilid 1, halaman 321)
Memberikan makanan kepada orang yang puasa untuk
berbuka merupakan pekerjaan yang mengandung banyak pahala.
Orang yang memberikan makanan untuk berbuka puasa
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa.
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
22/85
22
Rasulullah saw telah bersabda: Orang yang memberikan
makanan untuk berbuka puasa, ia akan mendapatkan pahala sama
dengan pahala orang yang berpuasa. Akan tetapi, dalam pahala
orang yang berpuasa tidak akan ada kekurangan. (Tirmidzi, kitab
Al-Shaum, bab Fadhlu Man Faththara Shaiman, jilid 1, halaman
100)
Perkara Yang Membatalkan Puasa
Puasa batal dengan makan minum secara sengaja dan jimak
(melakukan hubungan intim). Puasa juga batal dengan tranfusi
darah, diinjeksi dan muntah dengan sengaja. Terdapat sebuah
Hadis:
Seandainya orang yang berpuasa muntah tanpa disengaja,
maka puasanya tidak perlu diqadha. Akan tetapi, orang yang
berpuasa muntah dengan sengaja, maka ia harus mengqadha
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
23/85
23
puasanya. (Tirmidzi, bab Man Istiqa Amadan, jilid 1, halaman
90)
Untuk orang yang membatalkan puasa Ramadhan dengan
sengaja, selain mengqadha puasanya, ia wajib berpuasa selama 60
hari berturut-turut sebagai kafarah (balasan).
Seandainya dia tidak mampu berpuasa, maka memberikan
makanan kepada 60 orang miskin sesuai kemampuannya,
menyediakan makanan selama 60 hari kepada seorang miskin atau
memberikan biaya sesuai dengan harga tersebut adalah mencukupi.
Seandainya tidak mampu memberikan makanan, maka dia
sebaiknya bertumpu pada rahmat dan karunia Allah Taala.
(Bukhari, bab Idza Jamiu Fi Ramadhan Wa Lam Yakul Lahu
Syaiun, jilid 1, halaman 259)
Seandainya ada orang yang buka puasa Ramadhan tanpa
disengaja, maka itu tidak dosa. Akan tetapi, ia perlu mengqadha
puasanya. Seandainya hari-hari khusus perempuan (haid) mulai
dalam keadaan berpuasa atau melahirkan seorang anak, maka
puasanya selesai. Akan tetapi, setelahnya ia wajib mengqadha
puasa hari-hari itu.
Perkara Yang Tidak Membatalkan Puasa
Seandainya ada orang yang makan minum karena lupa,
maka puasanya masih sah sesuai keadaan dan dalam puasanya
tidak ada kerugian. Sabda Rasulullah saw:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
24/85
24
Seandainya ada orang yang makan minum pada saat puasa
karena lupa, maka puasanya tidak batal. Ia harus menyempurnakan
puasanya, karena Allah Taala sedang memberikan makanan
padanya. (Bukhari, kitabu Al-Shaum, bab Al-Shaim Idza Akala
Au Syariba Nasiyan, jilid 1, halaman 259)
Seandainya pada saat berkumur-kumur, beberapa tetes air,
asap, debu, lalat dan nyamuk masuk ke dalam tenggorokan atau
perut dengan tiba-tiba, maka puasa tidak batal. Demikian pula
puasa tidak batal dengan memasukkan air atau obat ke dalam
telinga, menelan dahak, muntah dengan tiba-tiba, memasukkan
obat ke dalam mata, ingus menetes, darah mengalir dari gigi,
diinjeksi karena penyakit cacar, miswak (gosok gigi), mencium
wangi-wangian, memasukkan obat ke dalam hidung (Bukhari, bab
Qaul Al-Nabi Idza Tawadhdhaa, jilid 1, halaman 59),
mengoleskan minyak pada kepala atau janggut, mencium anak atau
istri, mimpi basah pada saat tidur siang hari (Tirmidzi, jilid 1,
halaman 96) atau tidak dapat mandi junub pada saat sahur.
Perempuan dapat menggunakan celak mata pada waktu siang hari.
Sabda Rasulullah saw berkenaan dengan laki-laki:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
25/85
25
Wahai saudaraku! Janganlah kamu menggunakan celak
mata pada waktu siang hari dalam keadaan puasa, akan tetapi
kamu dapat menggunakannya pada waktu malam hari. (MusnadDarimi, bab Al-Kahli Li Al-Shaim, halaman 157)
Hadhrat Masih Mauud as bersabda:
Apa perlunya menggunakan celak mata pada waktu siang
hari, gunakanlah pada waktu malam hari. (Badr, 7 Pebruari 1907)
Orang Yang Tidak Berpuasa
Meninggalkan puasa Ramadhan tanpa alasan atau
menjadikan hal-hal biasa sebagai alasan adalah tidak benar. Sabda
Rasulullah saw mengenai orang-orang yang tidak puasa dengan
sengaja:
Barangsiapa meninggalkan sehari puasa Ramadhan tanpa
alasan, seandainya dia berpuasa sepanjang hidup untuk mengganti
puasa tersebut setelahnya, dia tidak akan bisa menggantinya dan
kesalahannya tidak bisa diperbaiki. (Musnad Darimi, bab Man
Afthara Yauman Min Ramadhan Mutaamidan, halaman 156)
Hadhrat Khalifatul Masih II ra bersabda:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
26/85
26
Menurut saya, orang-orang yang menganggap puasa
sebagai perintah yang sangat sepele dan meninggalkan puasa
berdasarkan alasan yang kecil, bahkan meninggalkan puasa karenaberpikir bahwa kami akan sakit, padahal ini bukanlah alasan, yakni
seseorang berpikir bahwa saya akan sakit... Puasa dapat
ditinggalkan ketika seseorang sakit dan apabila berpuasa itu akan
menjadi mudharat. Meninggalkan puasa karena sakit yang tidak
mempengaruhi puasa adalah tidak jaiz. (Al-Fadhl, 11 April 1925)
Fatwa-Fatwa
Soal: Seandainya di suatu negeri bulan tidak nampak pada tanggal
29 karena mendung dan mendapatkan informasi dari negeri lain
melalui radio bahwa bulan telah tampak, apakah orang-orang dapat
mengikuti rukya ini?
Jawab: Seandainya ujung langit dan sinar itu bersatu, maka orang-
orang di suatu daerah dapat berbuka puasa melalui rukya daerah
lain dan dapat merayakan Id. Ini juga merupakan perintah untuk
mulai Ramadhan. Negeri-negeri jauh yang ujung langit atau tempat
terbitnya matahari tidak bersatu, mereka tidak berhak mengikuti
perintah ini. Demikian pula kadang-kadang terjadi perselisihan
pendapat antara pemerintah. Sebagaimana ada penjelasan rincisebagai berikut:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
27/85
27
Allamah Ibnu Rushdi menulis dalam bukunya yang terkenal
Bidayat Al-Mujtahid:
Yakni, apakah ini merupakan kepastian bahwa seandainya
bulan terlihat di suatu daerah, maka orang-orang di daerah lain
yang tidak melihat bulan, harus mempercayai dan mengikuti
orang-orang daerah ini atau tidak?
Pertanyaan ini diberikan beberapa jawaban. Imam Abu
Hanifah rh, Imam Syafii rh dan lain-lain mengatakan bahwa
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
28/85
28
seandainya ujung langit itu bersatu, maka itu perlu diikuti dan
sesuai dengan tradisi orang Medinah, cara Imam Malik rh adalah
dalam bentuk satu ujung langit, tidak perlu diikuti. Ya, seandainyapemerintah Islam daerah ini memutuskan sesuai tradisi mereka dan
memerintahkan untuk mengikutinya, maka itu harus diikuti.
Seandainya kedua daerah tersebut sangat jauh, yakni kedua sinar
berbalikan, seperti perbedaan antara sinar (ujung langit) di Hijaz
dan Andalusia, maka orang-orang yang melihat bulan di suatu
daerah tidak dapat mempengaruhi orang-orang di daerah lain dan
tidak perlu diikuti. (Bidayat Al-Mujtahid, kitab Al-Shiyam,
halaman 197, jilid 1)
Terdapat dalam sebuah Hadis bahwa Hadhrat Kuraib ra
suatu kali pergi ke Syam untuk suatu pekerjaan. Di sana beliau
melihat bulan Ramadhan pada hari Kamis. Ketika beliau kembali
ke Medinah, maka Hadhrat Ibnu Abbas ra bertanya kepada beliau:
Kapan tuan melihat bulan?. Beliau berkata: Hari Kamis dan
orang-orang di sana berpuasa sesuai dengan itu. Hadhrat Ibnu
Abbas ra berkata bahwa kami melihat bulan pada malam Sabtu
dan kami akan menyempurnakan puasa kami sesuai dengan itu.
Atas hal itu, Hadhrat Kuraib ra mengatakan bahwa ketika hakim
saat ini, Hadrat Muawiyah ra melihat bulan, itu cukup bagi
tuan?. Hadhrat Ibnu Abbas ra berkata: Demikianlah perintah
Hudhur saw. (Tirmidzi, kitab Al-Shiyam, bab Likulli Ahli
Baladin Ruyatuhum, halaman 87, jilid 1)
Jelas dari Hadis ini bahwa berdasarkan pada sinar negeri-
negeri jauh yang berbeda, tidak harus mengikuti riwayat satu sama
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
29/85
29
lain. Namun, seandainya tidak ada perbedaan yang khusus diantara
dua sinar pada dua daerah, dikarenakan persatuan ujung langit,
orang-orang di daerah lain hendaknya mempercayai penglihatansatu daerah, mengakuinya dan beramal sesuai dengan itu.
(Tirmidzi, bab Ma Jaa Fi Al-Shaum Bi Al-Syahadat, jilid 1,
halaman 87; Ibnu Majah, kitab Al-Shaum bab Fi Al-Syahadat Ala
Ruyat Al-Hilal, jilid 1, halaman 119)
Kabar melihat bulan yang disepakati dan benar, meskipun
itu didapat dengan perantaraan radio yang terpercaya, menurut
Jamaah Ahmadiyah itu dipercaya dan jaiz untuk diamalkan.
Cara Melihat Bulan Yang Tidak Alami
Soal: Seandainya bulan Ramadhan atau Id nampak kepada orang
yang duduk di pesawat terbang dan naik ke atas, akan tetapi tidak
nampak kepada seseorang pun dengan penglihatan lahir ke atas
permukaan bumi, apakah puasa atau Id dapat dimulai atau tidak?
Jawab: Melihat bintang seperti ini tidak dipercaya secara syariat,
karena ini takalluf. Melihat bulan yang dipercaya adalah bulan
dapat dilihat oleh penglihatan umum tanpa bantuan suatu takalluf
atau alat sains. Dalam keadaan berawan, untuk puasa bulan
Ramadhan kesaksian seorang yang dipercaya bahwa dia telah
melihat bulan, jaiz untuk diterima dan untuk merayakan Id
diperlukan saksi dua orang yang dipercaya. Meskipun demikian,
dalam urusan-urusan seperti ini nizam pusat Jamaah Musliminmemiliki kekuasaan untuk memberikan keputusan terakhir.
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
30/85
30
Soal: Terdapat dalam Hadis bahwa bukalah puasa dengan melihat
bulan. Seandainya bulan nampak sebelum terbenam matahari,
apakah sebaiknya kita buka puasa?
Jawab: Arti buka puasa dalam Hadis ini adalah seandainya bulan
Syawal nampak sebelum terbenam matahari setelah tengah hari,
maka orang-orang harus merayakan Id di hari berikutnya dan tidak
puasa. Bukanlah demikian bahwa ketika mereka melihat bulan,
mereka langsung buka puasa. Hal ini sama dengan arti Shumu L i
Ruyatihi bahwa mulailah puasa dari hari berikutnya karena bulan
telah tampak. Bukanlah demikian bahwa ketika bulan tampak,maka dari saat itu puasa harus dimulai. Karena waktu puasa adalah
mulai dari terbit fajar sampai terbenah matahari baik puasa Fardhu
atau puasa Nafal. Puasa yang waktunya kurang dari itu adalah
puasa yang tidak dibenarkan.
Ayat Alquran Suci Tsumma Atimmu Al -Shiyama I la Al-
Laili dan Sunah Rasulullah saw yang mutawatir membuktikan
hakikat ini. Pemikirannya adalah bulan yang tampak sebelum
terbenam matahari, itu pada dasarnya adalah hari sebelumnya dan
bukan hari untuk puasa. Secara ushul, pemikiran ini tidak benar
karena dalam beberapa bentuk bulan dapat tampak lama sebelum
matahari terbenam. Ya, sebagian ulama melihat bahwa seandainya
bulan nampak sebelum tengah hari, maka ketika melihat bulan,
kita hendaknya langsung membatalkan puasa. Karena ini pada
dasarnya merupakan tanggal 1 Syawal, yakni hari Id. Bukan haritanggal 29 atau 30 Ramadhan.
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
31/85
31
Hadhrat Umar ra menulis sebuah surat yang ditujukan
kepada Utbah bin Furqad:
1.Seandainya bulan nampak pada waktu pagi, maka batalkanlah
puasa. Karena bulan itu adalah bulan hari kemarin dan seandainya
bulan nampak di akhir siang hari, maka sempurnakanlah puasa hari
tersebut karena itu adalah bulan yang akan datang.
2.Bulan-bulan baru terkadang besar. Oleh karena itu, seandainya
kamu melihat bulan di siang hari, maka janganlah batalkan puasa
selama 2 orang muslim memberikan kesaksian bahwa mereka telah
melihat bulan yang lalu. (Surat-surat Perintah Hadhrat Umar ra
oleh Khursyid Ahmad Faruqi, halaman 236, merujuk pada Kanzul
Ummal, jilid 4, halaman 325, dikutip oleh Ibnu Abi Syaibah
Qalami, jilid 2, halaman 420)
Allamah Ibnu Rusydi menulis dalam bukunya yang terkenal
Bidayat Al-Mujtahid:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
32/85
32
Cara Imam Abu Yusuf rh dari antara para Hanafi dan Ibnu
Habib rh diantara para Maliki kemudian Imam Tsauri rh adalah
seandainya bulan Syawal nampak sebelum tengah hari, maka
segerahlah batalkan puasa. Karena bulan ini bukanlah bulan untuk
malam yang akan datang, bahkan bulan malam lalu dan hari
tanggal 1 Syawal telah lewat.
Pendapat sebagian ahli perbintangan adalah bentuk ini
tidak benar, karena bulan sebelumnya tidak bisa nampak sebelum
tengah hari. Akan tetapi, Yang Mulia Mirza Abdul Haq Sahib,
pemimpin komite penyusunan fikih menjelaskan bahwa pada tahun
1947, beliau sendiri telah melihat bulan pada jam 10.00
Pada zaman Hadhrat Umar ra, orang-orang di suatu daerahtelah melihat bulan setelah tengah hari dan mereka buka puasa
pada saat itu. Ketika kabar ini sampai kepada Hadhrat Umar ra,
maka beliau mengingatkan mereka dan menulis bahwa seandainya
bulan nampak sebelum tengah hari, kita hendaknya membatalkan
puasa. Akan tetapi, seandainya nampak setelah tengah hari, maka
kita sebaiknya sempurnakan puasa dan buka setelah terbenam
matahari.
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
33/85
33
Soal: Seorang Muslim baru di Amerika menulis, saat ini saya
sedang berpuasa. Meskipun saya tidak tahu pasti tanggal berapa
Ramadhan mulai. Saya mulai puasa tanggal 21 bulan lalu dan akanbuka pada tanggal 20 bulan ini.
Hadhrat Khalifatul Masih II ra menjawabnya:
Ramadhan yang beberkat itu adalah mulai tanggal 5 Mei
sampai 2 Juni dan 3 Juni adalah hari Id. Akan tetapi, barangsiapa
yang tidak tahu (kapan Ramadhan mulai dan kapan berakhir),
kapanpun ia puasa, menurut Allah Taala puasa tersebut diterima.
Karena Tuhan kita menuntut kita sesuai dengan ilmu kita.
Seandainya Dia menuntut kita sesuai dengan ilmu-Nya, maka tidak
ada seorang pun di dunia yang mendapatkan keselamatan. (Al-
Fadhl, 28 Juli 1954)
Puasa Dan Niat
Soal: Apakah untuk puasa diperlukan niat?
Jawab: Hudhur bersabda: untuk puasa diperlukan niat. Pahala
tidak dapat diraih tanpa niat. Niat adalah nama keinginan hati.
Makan minum sampai nampak benang putih dari benang hitam di
ujung langit Timur adalah jaiz. Seandainya ada orang yang hati-
hati dan mengatakan bahwa sekarang sudah nampak warna putih,
maka puasa telah dimulai. Jarak makan dan salat Subuh Rasulullah
saw adalah sama dengan membaca 50 ayat. (Al-Fadhl, 28 Juli1914)
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
34/85
34
Seseorang ketiduran dari pagi sampai sore hari tanpa
makan minum atau asyik dalam suatu pekerjaan sehingga dia tidak
punya keinginan untuk makan minum, maka menganggap dietorang ini sebagai puasa adalah tidak benar. Karena dia tidak
berniat untuk puasa dan dietnya bukan untuk puasa.
Soal: Seandainya pada waktu sahur tidak ada niat untuk puasa,
akan tetapi pada jam 10.00 atau 11.00 ada keinginan untuk puasa,
apakah itu akan menjadi puasanya?
Jawab: Niat puasa hendaknya dilakukan sebelum terbit Fajar.
Akan tetapi, seandainya ada udzur, misalnya ia tidak dapat
mengetahui bahwa puasa mulai dari hari ini atau ketiduran dan
ketika bangun pada pagi hari, ia tahu bahwa hari ini adalah puasa
atau ada udzur lain yang seperti ini, maka ia dapat berniat puasa
pada hari itu sebelum tengah hari dengan alasan ia belum makan
minum setelah terbit Fajar.
Ada sebuah riwayat dari Hadhrat Ibnu Umar ra:
Yakni, puasa hanyalah milik orang yang telah berniat puasa
dengan tekad yang kuat sebelum Fajar. (Nail Al-Authar, babWujub Al-Niat Min Al-Laili, jilid 4, halaman 195; Tirmidzi, kitab
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
35/85
35
Al-Shaum bab La Shiamu Liman Lam Yazam Min Al-Laili, jilid
1, halaman 91)
Akan tetapi, bersamaan dengan itu ada juga sebuah Hadis lain:
Yakni, Hudhur saw terkadang datang ke rumah dan
bertanya, apakah ada sesuatu untuk sarapan? Seandainya beliau
mendapat jawaban bahwa tidak ada, maka beliau bersabda: Baik,
sekarang saya puasa. (Muslim, kitab Al-Shaum bab Jawaz Shaum
Al-Nafilah Bayyinah Min Al-Nahari, jilid 1, halaman 481)
Diketahui dari Hadis ini bahwa seandainya ada udzur
ketika niat sebelum Fajar, maka niat puasa dapat dilakukan pada
waktu siang hari. Meskipun ini merupakan puasa Nafal Hudhursaw.
Demikian pula terdapat dalam sebuah Hadis bahwa suatu
kali didapat kabar sebelum tengah hari bahwa kemarin bulan
Ramadhan terlihat di sebuah desa dekat Medinah. Atas hal itu,
Hudhur saw bersabda: Barangsiapa yang belum makan dari pagi
hari, maka dia dapat berniat untuk puasa dan barangsiapa telah
makan, maka ia dapat mengqadha puasa tersebut setelahnya. (Abu
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
36/85
36
Daud, kitab Al-Shiyam bab Fi Syahadat Al-Wahid Ala Ruyati
Hilali Ramadhan, jilid 1, halaman 320)
Soal: (a) Seseorang berniat untuk puasa Nafal, akan tetapi
ketinggalan makan sahur, apakah ia dapat berpuasa?
(b) Pada bulan Ramadhan, seseorang sakit di malam hari. Pada
pagi hari waktu sahur, tabiatnya membaik, apakah ia dapat
berpuasa?
(c) Seseorang tidak dapat makan sahur untuk puasa Fardhu, apakah
ia dapat berpuasa?
Jawab: (a) Makan sahur disunahkan. Tidak menjadi keharusan dan
wajib. Oleh karena itu, seandainya ada orang yang tidak dapat
makan sahur, maka ia dapat berpuasa. Bukannya ia tidak dapat
berpuasa.
(b) Seandainya pada waktu sahur tabiatnya membaik, maka ia
hendaknya berpuasa. Maksud niat puasa dari malam adalahberkeinginan untuk puasa sebelum terbit Fajar.
Soal: Apakah makan sahur merupakan suatu keharusan?
Jawab: Puasa tidak beberkat tanpa makan sahur. Karena ada suatu
keperluan dan udzur, puasa tanpa makan sahur adalah jaiz. Hadhrat
Anas ra berkata, Hudhur saw bersabda:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
37/85
37
Makan sahurlah, karena dalam makan sahur ada berkat.
(Bukhari, kitab Al-Shaum bab Barkat Al-Sahuri Min Ghairi
Ijabin..., jilid 1, halaman 257)
Tertera dalam sebuah Hadis lain bahwa Allah Taala dan
para malaikat-Nya mengirimkan shalawat pada orang-orang yang
makan sahur. (Aujaz Al-Masalik Syarah Muatha Imam Malik,
halaman 15, jilid 3)
Niat Puasa Pada Saat Bayang-Bayang Putih
Soal: Ada pertanyaan dari seseorang bahwa saya duduk di rumahdan saya yakin bahwa waktu puasa belum tiba dan saya makan
sedikit lalu berniat puasa. Akan tetapi, sesudahnya diketahui dari
orang lain bahwa sekarang bayang-bayang putih telah nampak,
kini apa yang harus saya lakukan?
Jawab: Hadhrat Masih Mauud as bersabda:dalam keadaan seperti
ini puasanya sah. Tidak perlu mengulanginya lagi. Karena dia hati-
hati dan tidak ada perbedaan dalam niat. (Badr, 14 Pebruari 1907;
Fatawa Masih Mauud, halaman 126)
Soal: Berdasarkan pada kamus, apa arti lail dari ayat Alquran
Karim Tsumma Atimmu Al -Shiyama I la Al -Lail dan bagaimana
cara buka puasa Rasulullah saw?
Jawab: Arti lail dalam kamus adalah:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
38/85
38
yakni, waktu dari terbenam matahari sampai terbit matahari
disebut malam. Akan tetapi, jelas dari Sunah dan praktek umat
bahwa dalam ayat tersebut, arti lailbukanlah sepanjang malam,
bahkan bagian malam untuk berpuasa. Kini, seandainya kita
memperhatikan idiom Alquran untuk menentukan bagian ini, maka
ini menjadi awal malam, yakni waktu terbenam matahari. Karena
arti i la adalah puasa sampai tiba malam hari dan ketika tiba,
maka kita harus buka puasa. Sebagaimana Hadis-Hadis jugamendukung arti ini. Dalam hadis Bukhari dan Muslim, Rasulullah
saw bersabda:
ketika malam tiba dari timur dan siang menuju barat, yakni
matahari hilang di ujung langit, maka pada waktu itu orang yangberpuasa hendaknya buka puasa. (Bukhari, kitab Al-Shaum bab
Mata Yahillu Fithr Al-Shaim, jilid 1, halaman 262; Muslim, bab
Bayan Waqtu Inqidhai Al-Shaum..., jilid 1, halaman 456; Tirmidzi,
kitab Al-Shaum, jilid 1, halaman 88). Demikian pula disabdakan:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
39/85
39
selama orang-orang segera buka puasa, maka kebaikan akan
menyertai mereka. (Bukhari, bab Tajil Al-Ifthar, jilid 1, halaman
263)
Dalam hadis Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda: Orang-
orang Yahudi dan Kristen lambat dalam buka puasa. Orang-orang
Islam hendaknya tidak melakukan hal seperti ini.
(Ibnu Majah, kitab Al-Shaum bab Ma Jaa Fi Tajil Al-Ifthar,
halaman 122)
Dalam hadis Tirmidzi, Rasulullah saw selalu
memerintahkan secara khusus untuk segera berbuka puasa.
(Tirmidzi, bab Tajil Al-Ifthar, jilid 1, halaman 88)
Jadi, inilah Sunah dan semua ulama Ahlus Sunah wal Jamaah
melakukan demikian.
Penjelasan Tentang Larangan Puasa Dalam Perjalanan
1.Hadhrat Masih Mauud as menetapkan puasa di perjalanansebagai hukum yang adil. Sebagaimana Hudhur bersabda:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
40/85
40
Seandainya orang yang sakit dan orang yang melakukan
perjalanan berpuasa, maka fatwa pelanggaran hukum akan berlaku
pada mereka.
Keputusan Hudhur as ini tergantung pada ayat Alquran
Faiddatun Min Ayyamin Ukhar dan juga didukung oleh
pemahaman Hadis-Hadis Nabi. Rasulullah saw telah menetapkan
orang-orang yang puasa Ramadhan dalam keadaan safar
(melakukan perjalanan) sebagai ushah. (Muslim kitab Al-Shaum
bab Jawaz Al-Shaum Wa Al-Fithr..., jilid 1, halaman 465).
Keringanan (rukhshah) diketahui dari Hadis-Hadis yang ditetapkanoleh Imam Zahri rh sebagai hadis utama. Sebagaimana penjelasan
sahih Muslim:
(Muslim, jilid 1, halaman 464)
2.Hadhrat Masih Mauud as telah menetapkan Qadian sebagai
tanah air kedua bagi para Ahmadi yang datang dari luar negeri.
Oleh karena itu, mereka dapat berpuasa selama tinggal di sana dan
seandainya tidak berpuasa, itu pun jaiz.
3.Perjalanan ke tanah air kedua disebut juga dengan safar(melakukan perjalanan). Oleh karena itu, berpuasa adalah tidak
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
41/85
41
jaiz. Hadhrat Masih Mauud as memerintahkan buka puasa kepada
orang-orang yang berpuasa yang datang ke Qadian sebelum waktu
buka.
4.Semua orang yang tugasnya berkaitan dengan safar (melakukan
perjalan) seperti masinis, sopir, pilot, agen perjalanan, pegawai
desa dan lain-lain termasuk dalam hukum muqim (berada di
tempat) dan mereka harus berpuasa Ramadhan. (Keputusan
Majelis Ifta, halaman 26, tanggal 26 Pebruari 1967)
Hadhrat Aqdas as bersabda sambil menjelaskan hukum puasa
dalam perjalanan:
Seandainya perjalanan dengan kereta api, tidak ada
penderitaan apapun, maka puasalah. Jikalau tidak, ambillah faedah
dari keringanan (rukhshah) Allah Taala. (Al-Hakam, 24
Desember 1900)
Soal: Seandainya orang yang berpuasa perlu melakukan
perjalanan, apakah ia dapat membatalkan puasanya?
Jawab: Pada hari-hari Ramadhan, sejauh mungkin kita hendaknya
terhindar dari perjalanan dan kita hendaknya melakukan perjalanan
sesuai keperluan. Perjalanan seperti apa yang harus dilakukan.
Keputusannya ada pada keinginan orang yang akan melakukan
perjalanan. Itu akan ditanya dihadapan Allah Taala. Orang lain
tidak dapat memberikan keputusan mengenai hal ini. Selamaperjalanan itu berlangsung, kita hendaknya tidak berpuasa.
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
42/85
42
Melakukan Perjalanan Dengan Berpuasa
Sayidina Hadhrat Khalifatul Masih II ra bersabda:
Akidah dan pemikiran saya mengenai perjalanan adalah
mungkin sebagian ahli fikih berbeda pendapat tentang perjalanan
yang dimulai setelah sahur dan berakhir pada sore hari, dari segi
puasa, itu bukanlah perjalanan. Syariat melarang puasa dalam
perjalanan. Akan tetapi, syariat tidak melarang melakukan
perjalanan ketika berpuasa. Jadi, perjalanan yang dimulai setelah
makan sahur dan berakhir sebelum buka puasa, dari segi puasa, itu
bukanlah perjalanan. Dalam puasa ada perjalanan dan dalam
perjalanan tidak ada puasa. (Al-Fadhl, 25 September 1942)
Soal: Dalam keadaan melakukan perjalanan, puasa dapat
dilakukan atau tidak. Lalu, perjalanan berapa mil yang di dalamnya
kita tidak dapat berpuasa?
Jawab: Kita hendaknya tidak melakukan puasa Ramadhan dalam
perjalanan. Akan tetapi, menjauhi makan minum secara terang-
terangan untuk menghormati Ramadhan adalah mustahsan
(dianggap baik). Batas syariat dan definisi safar serta jaraknya
tidak ditetapkan. Itu tergantung pada perasaan dan kemampuan
seseorang untuk memutuskannya. (Untuk rincian lebih lanjut
mengenai safar, lihatlah bab Qashr Al-Shalat)
Ringkasan
Puasa dalam perjalanan memiliki 4 bentuk:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
43/85
43
1.Seandainya perjalanan dilakukan dengan berjalan kaki, naik
tunggangan atau terus menerus, maka janganlah berpuasa. Karena
meninggalkan puasa dalam keadaan seperti ini merupakan suatukeharusan.
2.Seandainya perjalanan dilakukan dengan menginap di suatu
tempat dan fasilitasnya tersedia, maka puasa dapat dilakukan.
Yakni, ada izin untuk berpuasa atau tidak, selama tinggal di sana
sepanjang hari.
3.Seandainya perjalanan dimulai dari rumah setelah makan sahur
dan berakhir sebelum buka puasa, yakni ada kemungkinan untuk
pulang ke rumah, maka puasa dapat dilakukan.
4.Seandainya tinggal di suatu tempat selama 15 hari atau lebih,
maka aturlah sahur di sana dan berpuasalah.
Orang Yang Sakit Dan Musafir (Orang Yang Melakukan
Perjalanan)
Hadhrat Aqdas Masih Mauud as:
Barangsiapa berpuasa pada bulan puasa dalam keadaan
sakit dan musafir, dia menentang perintah Allah Taala dengan
terang-terangan. Allah Taala berfirman dengan jelas bahwa orang
yang sakit dan musafir jangan berpuasa. Berpuasalah setelah
sembuh dari sakit dan selesai melakukan perjalanan. Kita
hendaknya mengamalkan perintah Tuhan ini. Karena keselamatan
ada dengan karunia. Tidak ada orang yang dapat meraih
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
44/85
44
keselamatan dengan memperlihatkan kekerasan terhadapa amal
perbuatannya. Allah Taala tidak berfirman bahwa baik penyakit itu
ringan ataupun berat dan perjalanan itu dekat ataupun jauh, bahkanperintah tersebut bersifat umum dan kita hendaknya mengamalkan
perintah ini. Seandainya orang yang sakit dan musafir berpuasa,
maka mereka dikenakan fatwa melanggar hukum. (Badr, 17
Oktober 1907)
Usia Untuk Berpuasa
Hadhrat Khalifatul Masih II ra bersabda:
Ada sebagian orang yang memerintahkan anak kecil untuk
berpuasa. Padahal bagi setiap kewajiban dan perintah terdapat
batas dan waktu yang berbeda-beda. Menurut kami, masa sebagian
perintah berlaku mulai dari usia 4 tahun. Masanya terkadang mulai
dari usia 7 tahun sampai 12 tahun. Masanya terkadang mulai dari
usia 15 tahun sampai 18 tahun. Menurut saya, perintah puasa
berlaku kepada anak mulai berusia 15 sampai 18 tahun dan inimerupakan batas kedewasaan. Kita hendaknya membiasakan
berpuasa mulai dari usia 15 tahun dan pada usia 18 tahun, kita
menganggap puasa sebagai kewajiban. Saya teringat ketika kami
masih kecil. Kami juga mendambakan untuk berpuasa. Akan
tetapi, Hadhrat Masih Mauud as tidak membiarkan kami
berpuasa. Sebaliknya, beliau menyukai kami melakukan suatu
gerakan yang berhubungan dengan puasa. Beliau senantiasa
menanamkan ruub kepada kami. Untuk menegakkan kesehatan
anak dan mengembangkan potensinya, kita hendaknya melarang
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
45/85
45
mereka untuk berpuasa. Setelah itu, apabila suatu masa tiba ketika
mereka mencapai potensinya, yaitu usia 15 tahun, maka
perintahkan mereka untuk berpuasa dan itu pun dengan pelan-pelan. Tahun pertama perintahkan mereka berpuasa sesuai
kemampuan. Tahun kedua perintahkan untuk berpuasa lebih dari
sebelumnya dan tahun ketiga juga perintahkan mereka untuk
berpuasa lebih dari sebelumnya. Demikianlah mereka dijadikan
orang yang biasa berpuasa. (Al-Fadhl, 14 April 1925)
Berpuasa bagi orang tua yang kekuatannya sudah
melemah dan membuatnya mahrum dari kesibukan-kesibukanhidup bukanlah suatu kebaikan. Kemudian berpuasa bagi anak-
anak yang kekuatannya masih berkembang dan sedang
mengumpulkan khazanah kekuatan untuk usia 50-60 di masa
mendatang tidak dapat menjadi kebaikan. Akan tetapi, seandainya
orang yang mampu dan orang yang diperintahkan untuk berpuasa
tidak berpuasa, maka dia telah melakukan dosa. (Al-Fadhl, 2
Pebruari 1933)
Perempuan Yang Menyusui, Hamil Dan Pelajar
Di dalam Alquran hanya ada penjelasan tentang larangan
berpuasa bagi orang yang sakit dan musafir. Bagi perempuan yang
sedang menyusui dan hamil tidak ada perintah seperti ini. Akan
tetapi, Rasulullah saw menetapkannya dalam batas sakit. Demikian
pula anak-anak yang tubuhnya masih berkembang atau
kesehatannya melemah karena sibuk mempersiapkan ujian,
termasuk dalam batas sakit. Pada hari-hari itu otak mereka
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
46/85
46
terbebani sehingga sebagian orang menjadi gila. Kesehatan
seseorang terkadang menjadi rusak. Jadi, apa gunanya berpuasa
sekali dan mahrum untuk selamanya. (Al-Fadhl, jilid 18, nomor88, halaman 30-31)
Soal: Apa petunjuk bagi seorang pelajar yang sibuk dalam
mempersiapkan ujian berkenaan dengan puasa?
Jawab: Kita tidak diperintahkan untuk meninggalkan kesibukan
sehari-hari karena puasa. Oleh karena itu, seandainya seseorang
tidak mampu berpuasa karena pekerjaan sehari-hari, maka dia
termasuk dalam hukum sakit. Akan tetapi, dalam kaitan ini dia
bertanggungjawab sepenuhnya terhadap langkah-langkahnya dan
Allah Taala akan memperlakukannya sesuai niat dan keadaannya.
Seolah-olah seseorang menjadi mufti dalam memberikan
keputusan tentang keadaannya sendiri.
Barangsiapa sakit karena puasa, meskipun sebelumnya
tidak sakit, maka puasanya dimaafkan. Seandainya keadaannyaselalu demikian, maka puasa tidak menjadi wajib baginya.
Seandainya keadaannya seperti ini dalam musim tertentu, maka
puasalah di waktu lain. Ya, bertakwalah dan berpikirlah bahwa
bukan hanya alasan, bahkan sakit yang sebenarnya. (Al-Fadhl, 22
Mei 1922)Soal: Ramadhan terkadang tiba pada musim ketika banyak
melakukan pekerjaan bertani. Misalnya, menanam benih ataupanen. Demikian pula para buruh tidak dapat berpuasa karena
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
47/85
47
pekerjaannya sebagai buruh. Apa petunjuk berkenaan dengan
mereka?
Jawab: Hadhrat Masih Mauud as bersabda:
Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat.
Orang-orang ini menyembunyikan keadaannya. Setiap orang harus
memahami keadaannya dengan ketakwaan dan kesucian.
Seandainya seorang buruh dapat berpuasa di suatu tempat, maka
lakukan demikian. Jikalau tidak, dia akan termasuk dalam hukum
orang sakit. Ketika ada kemudahan, lakukanlah. Arti dari
alalladzina yuthiqunahu adalah orang-orang yang tidak
mampu. (Badr, 26 September 1907)
Seorang sahabat bertanya kepada Hadhrat Sahib tentang puasa
dalam keadaan sakit Diabetes. Dalam jawabannya, beliau
bersabda:
Dalam keadaan sakit, tidak diperbolehkan berpuasa dan
puasa sangat memudharatkan Diabetes. (Al-Fadhl, 15 Juli 1915)
Beberapa Penyakit Lama
Ada beberapa penyakit dimana seseorang dapat melakukan
semua pekerjaan. Misalnya, penyakit-penyakit lama. Seseorang
dapat melakukan semua pekerjaan dalam keadaan demikian. Orang
seperti ini tidak dianggap sakit.
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
48/85
48
Suatu kali Hadhrat Masih Mauud as pernah ditanya suatu fatwa,
apakah perjalanan seorang karyawan termasuk safar karena
tugasnya sebagai seorang karyawan? Beliau bersabda:
Perjalanannya bukan merupakan safar. Perjalanannya
adalah bagian dari pekerjaannya. Demikian pula beberapa penyakit
dimana seseorang dapat melakukan semua pekerjaan. Para tentara
juga yang terserang penyakit-penyakit ini, mereka dapat
melakukan semua pekerjaan. Beberapa hari terkena disentri, akan
tetapi mereka tidak dapat meninggalkan pekerjaannya untuk
selamanya. Jadi, seandainya waktu diluangkan untuk pekerjaan-pekerjaan lain, lalu apa sebabnya orang sakit seperti ini tidak dapat
berpuasa. Alasan-alasan seperti ini muncul karena mereka pada
dasarnya menentang untuk berpuasa. Tidak ragu, perintah Alquran
adalah kita hendaknya tidak berpuasa dalam keadaan safar dan
sakit. Kita ditekankan pada hal ini supaya tidak melanggar perintah
Alquran. Akan tetapi, orang-orang yang dapat berpuasa dengan
mengambil faedah dari alasan ini, kemudian tidak berpuasa atau
ada beberapa hari yang tertinggal, padahal kalau mereka berupaya,
mereka dapat menyempurnakannya, akan tetapi mereka tidak
berupaya untuk menyempurnakannya, maka mereka berdosa
seperti halnya orang yang tidak puasa Ramadhan tanpa alasan.
Oleh karena itu, setiap Ahmadi hendaknya menyempurnakan
puasanya yang ia tinggalkan karena lalai atau alasan syariat.
Sebagian ahli fikih berpikir bahwa puasa yang tertinggal ditahun sebelumnya tidak dapat dilakukan di tahun selanjutnya.
(Bidayat Al-Mujtahid, jilid 1, halaman 206) Akan tetapi, menurut
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
49/85
49
saya orang yang tidak dapat berpuasa karena tidak tahu, maka
ketidaktahuannya itu dapat dimaafkan. Ya, seandainya ia tidak
berpuasa karena sengaja, maka itu tidak dapat diqadha, sepertihalnya shalat yang ditinggal dengan sengaja tidak dapat diqadha.
Akan tetapi, seandainya ia tidak berpuasa karena lupa atau
kesalahan ijtihad, maka menurut saya, ia dapat berpuasa kembali.
(Al-Fadhl, 16 Agustus 1948)
Fidyah Adalah Sarana Untuk Mendapatkan Puasa
Hadhrat Masih Mauud as bersabda:
Suatu kali timbul dalam hati saya bahwa fidyah ini
ditetapkan untuk apa? Diketahui bahwa ini ditetapkan supaya
mendapatkan taufik puasa. Zat Tuhan-lah yang menganugerahkan
taufik dan segala sesuatu hendaknya memohon kepada Tuhan
semata. Dia Mahakuasa. Seandainya Dia kehendaki, maka Dia
dapat menganugerahkan taufik puasa kepada orang yang terkena
tipus. Oleh karena itu, orang yang melihat bahwa ia mahrum daripuasa patut untuk berdoa, Ya Allah! Ini adalah bulan Engkau
yang penuh berkat. Aku mahrum daripadanya. Aku tidak tahu,
apakah tahun depan aku masih hidup atau sudah mati, dapat
membayar puasa orang-orang yang sudah meninggal atau tidak.
Oleh karena itu, ia harus memohon kepada-Nya. Saya yakin bahwa
Tuhan akan menganugerahkan kekuatan kepada hati yang seperti
ini. Seandainya Tuhan kehendaki, maka Dia tidak akan
menghukum umat ini seperti umat-umat yang lain. Akan tetapi,
Dia menetapkan hukuman demi kebaikan. Menurut saya, pada
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
50/85
50
dasarnya ketika manusia memohon ke hadapan singgasana Tuhan
dengan ketulusan dan keikhlasan yang sempurna, Jangan Engkau
mahrumkan aku dari bulan ini, maka Dia tidak akanmemahrumkannya. Dalam keadaan demikian, seandainya ia sakit
pada bulan Ramadhan, maka penyakit itu akan menjadi rahmat
baginya. Karena setiap pekerjaan bergantung pada niat. Seorang
mukmin hendaknya membuktikan dirinya berani di jalan Allah
Taala dengan wujudnya sendiri. Barangsiapa yang mahrum dari
puasa, akan tetapi dalam hatinya ada niat dari hati yang perih,
Semoga saya sehat dan dapat berpuasa, hatinya perih untuk hal
ini, maka para malaikat akan berpuasa baginya, asalkan dia tidak
pura-pura. Allah Taala sama sekali tidak akan memahrumkannya
dari pahala. Ini merupakan perkara yang halus. Seandainya
seseorang sulit untuk berpuasa karena malas dan berpikir bahwa
saya sakit dan kesehatan saya seperti ini bahwa seandainya tidak
makan satu waktu, maka penderitaan akan menyerang. Akan
terjadi ini dan itu. Orang yang mempersulit nikmat Tuhan atas
dirinya kapan akan mendapatkan pahala ini. Ya, orang yanghatinya senang bahwa Ramadhan telah tiba dan ia menanti bahwa
Ramadhan akan tiba dan saya akan berpuasa, kemudian ia tidak
dapat berpuasa karena sakit, maka ia tidak mahrum dari puasa di
langit. Di dunia ini banyak orang yang pura-pura dan berpikir
bahwa kami dapat menipu orang dunia, demikian pula menipu
Tuhan, akan tetapi itu tidak baik di hadapan Tuhan. Pintu
formalitas sangat luas. Seandainya seseorang mau, maka ia dapat
salat sambil duduk seumur hidup dan tidak melakukan puasa
Ramadhan. Akan tetapi, Tuhan melihat niat dan keinginan orang
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
51/85
51
yang memiliki ketulusan dan keikhlasan. Tuhan mengetahui bahwa
dalam hatinya ada kepedihan dan Tuhan akan memberinya pahala
lebih dari pahala yang sebenarnya, karena hati yang pedihmerupakan suatu hal yang patut dihargai. (Fatawa Ahmadiyah,
halaman 175)
Fidyah
Seandainya seseorang sakit, baik penyakit itu melekat atau
dalam keadaan dimana puasa sungguh-sungguh akan membuatnyasakit, seperti perempuan yang hamil atau sedang menyusui atau
orang tua yang kekuatannya mulai menurun atau anak kecil yang
kekuatannya sedang berkembang, sebaiknya tidak berpuasa.
Seandainya orang seperti ini mendapatkan kemudahan, maka ia
hendaknya memberi makan kepada seorang. Seandainya tidak
mampu, jangan memaksa. Niat orang seperti ini dipandangan
Allah Taala sama dengan puasanya.
Seandainya halangan tersebut sementara dan sesudahnya
itu menjauh, baik bayar fidyah atau tidak, pokoknya ia harus
berpuasa. Karena dengan membayar fidyah, puasa tidak kembali
pada dirinya. Bahkan ini merupakan balasan karena ia tidak dapat
melaksanakan ibadah tersebut bersama-sama dengan orang Islam
yang lain pada hari itu atau ucapan syukur karena Allah Taala telah
memberikan taufik kepadaku untuk melakukan ibadah ini. Orangyang membayar fidyah sambil berpuasa, ia berhak mendapatkan
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
52/85
52
pahala yang banyak karena ia bersyukur kepada Allah Taala
setelah mendapatkan taufik untuk berpuasa. Orang yang beralasan
dari puasa, ia harus membayar fidyah.
Alasan ini ada 2 jenis, sementara dan tetap. Dalam kedua
keadaan ini sebaiknya membayar fidyah. Ketika alasan ini
menjauh, maka seyogyanya berpuasa. Ringkasnya, meskipun
membayar fidyah, akan tetapi kapanpun ia mendapatkan
kesehatan, ia harus berpuasa sesuai kemampuan. Kecuali penyakit
tersebut mula-mula sementara dan setelah sembuh, ia terus
berkeinginan bahwa hari ini saya berpuasa, besok berpuasasehingga kesehatannya rusak secara tetap, maka dalam keadaan
demikian ia cukup membayar fidyah saja. (Al-Fadhl, 10 Agustus
1945)
Soal: Fidyah Ramadhan wajib kepada siapa? Apakah orang tua,
orang yang lemah, orang yang sakit menahun, perempuan yang
hamil, perempuan yang sedang menyusui dan lain-lain yang tidak
mampu menyempurnakan bilangan sampai Ramadhan yang akan
datang hanya dengan membayar fidyah atau orang yang sakit
sementara dan terpaksa meninggalkan beberapa hari puasa,
sembuh setelah Ramadhan dan mampu menyempurnakan bilangan
tersebut serta mendapatkan taufik. Berapa standar fidyah itu?
Jawab: Petunjuk yang umum adalah seseorang harus berpuasa dan
seandainya mampu, harus membayar fidyah. Berpuasa adalah
wajib dan membayar fidyah adalah sunah. Fidyah atas puasa
Ramadhan yang tertinggal tidak wajib atas orang yang terpaksa
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
53/85
53
meninggalkan beberapa hari puasa karena penyakit sementara.
Kecuali dia meninggal sebelum mengqadha puasanya. Dalam
keadaan demikian, ahli warisnya harus membayar fidyah ataspuasanya atau melakukan puasanya yang tertinggal.
Fidyah atas puasa Ramadhan menjadi keharusan bagi orang
yang mampu yang tidak diharapkan bahwa di masa yang akan
datang dapat mengqadha puasa tersebut, seperti orang tua, orang
yang lemah, orang yang sakit menahun, perempuan yang hamil
dan sedang menyusui.
Allamah Ibnu Rusydi menulis dalam Bidayat Al-Mujtahid:
(Bidayat Al-Mujtahid, jilid 1, halaman 205)
Pengarangbuku Aujaz Al-Masalik menulis:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
54/85
54
(Aujaz Al-Masalik Syarah Muwatha Malik, jilid 3, halaman 37;
Bidayat Al-Mujtahid, jilid 1, halaman 307)
(Tirmidzi, kitab Al-Shaum, bab Rukhshat Fi Al-Ifthar Li Al-Hamli
Wa Al-Murdhi, jilid 1, halaman 89)
Berapa standar fidyah itu? Dalam kaitan ini, petunjuk yang dasar:
(Al-Maidah: 90)
Jadi, usul ini harus diperhatikan. Akan tetapi, Imam Abu
Hanifah rh memperkirakannya setengah sha (gandum) yakni kira-
kira 2, 25 ser. {sha adalah alat untuk mengukur timbangan yang
beratnya sama dengan 2751 liter. Yakni, sama dengan 2751 cm2.
Dalam ukuran berat ini, 2751 gr air sama dengan 2 ser, 75 tolah,
10 masyah dan 1,83 ratti. Akan tetapi, dalam takaran gandum,
sama dengan 2173,29 gr. Yakni, sama dengan 2 ser, 26 tolah, 3
masyah, 7,1 ratti. Selanjutnya, 1 sha sama dengan 5, 33 ratal.
Menurut penelitian lain, 1 sha sama dengan 2 ser, 29 tolah, 6
masyah. (Islam Ka Nizham Mahasil, halaman 98)}
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
55/85
55
Ini merupakan fidyah orang yang sudah meninggal yang cukup
makan 2 waktu saja.
Fidyah tidak harus diberikan kepada orang miskin yang
mampu berpuasa. Tujuan yang sebenarnya adalah memberi makan
kepada orang yang tak mampu (mustahik), baik dia dapat berpuasa
atau tidak dapat berpuasa karena suatu alasan. Demikian pula
fidyah wajib atas orang yang mampu untuk membayarnya. Jikalau
tidak, orang yang tidak mampu cukup untuk menyesalinya, tobat,
istigfar, berdoa, mengingat Tuhan dan mengkhidmati agama.
Orang Musafir Dan Sakit Dapat Membayar Fidyah
Hadhrat Masih Mauud as bersabda pada tanggal 30 Oktober 1907:
Orang sakit dan musafir yang tidak berharap untuk
mendapatkan kesempatan berpuasa, misalnya orang yang sangat
lemah dan tua atau perempuan hamil yang lemah, karena ia
melihat bahwa setelah hamil, ia akan beralasan dikarenakan
menyusui anak dan akan lewat setahun. Orang seperti ini
diperbolehkan untuk tidak berpuasa, karena tidak dapat berpuasa
dan harus membayar fidyah.
Fidyah hanya diberikan kepada orang yang sudah tua-renta
dan orang yang tidak mampu untuk berpuasa. Tidak diperbolehkan
kepada orang yang membayar fidyah dan dianggap beralasan
berpuasa. Untuk orang awam yang sehat dan mampu untukberpuasa hanya memperhatikan fidyah dan membuka pintu ibahat.
(Fatawa Ahmadiyah, halaman 183)
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
56/85
56
Soal: Seseorang memberikan uang sebagai fidyah demi puasa dan
dia sebelumnya diberi oleh orang lain. Apa perintah yang
sebenarnya?
Jawab: Pemikiran ini keliru bahwa seseorang diberi uang dan
diperintahkan untuk berpuasa. Perintah yang sebenarnya adalah
seandainya seseorang tidak dapat berpuasa karena suatu alasan,
maka dia harus memberi makan 2 waktu kepada seseorang yang
membutuhkan sebagai ganti setiap puasa atau membayarkan
uangnya. Orang yang berhak diberikan fidyah tidak harus berpuasa
sebagai gantinya. Seandainya orang yang tak mampu tersebutsakit, usianya sudah lanjut atau belum balig, ia tidak harus
berpuasa. Akan tetapi, ia berhak mendapatkan fidyah karena
memperhatikan kebutuhannya. Akan tetapi, seandainya orang yang
berhak diberikan fidyah berpuasa, maka perkara ini sungguh
menjadi sarana pahala yang banyak. Akan tetapi, syarat ini tidak
menjadi keharusan bahwa fidyah tidak dibayar tanpanya.
Membatalkan Puasa Dengan Sengaja
Orang yang membatalkan puasa dengan sengaja sangat
berdosa. Orang seperti ini wajib kafarah dengan tujuan tobat.
Yakni, dia harus berpuasa selama 60 hari berturut-turut atau
memberi makan 60 orang miskin sesuai kemampuan atau memberi
2 ser gandum kepada setiap orang miskin atau membayarkan
uangnya. Pada hakikatnya, tobat adalah penyesalan sejati yang
muncul dalam hati yang paling dalam. Seandainya keadaan ini
muncul dalam diri seseorang, akan tetapi tidak mampu untuk
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
57/85
57
berpuasa selama 60 hari atau memberi makan kepada 60 orang
miskin, maka ia hendaknya bertumpu pada rahmat dan karunia
Allah Taala. Dalam keadaan demikian, istigfar cukup baginya.
Tertera dalam Hadis bahwa seseorang datang ke hadapan
Rasulullah saw dan mulai mengeluh: Hudhur! Saya telah binasa.
Hudhur bersabda: Siapa yang telah membinasakanmu?. Dia
mengemukakan: Hudhur! Saya telah menggauli istri saya dalam
keadaan puasa. Hudhur bersabda: Apakah kamu dapat
memerdekakan seorang budak?. Dia berkata: Tidak. Kemudian
Hudhur bertanya: Apakah kamu dapat berpuasa selama 60 hariberturut-turut?. Dia mengemukakan: Tidak, Hudhur. Seandainya
demikian dan dapat menahan gejolak syahwat, mengapa kesalahan
ini muncul. Hudhur bersabda: Berilah makan 60 orang miskin.
Dia mengatakan: Kemiskinan menghalangi berbuat demikian.
Hudhur bersabda: Duduklah. Sementara itu, datang seseorang
yang membawa seranjang kurma. Beliau bersabda: Bawalah dan
berikan kepada orang-orang miskin. Dia mengambil keranjang
dan mengemukakan: Siapa yang lebih miskin daripada saya. Saya
adalah orang yang sangat membutuhkan di seluruh Medinah.
Hudhur tersenyum atas permohonan ini dan bersabda: Pergilah
dan berilah makan anak istrimu.
Soal: Pada bulan Ramadhan, seseorang yang tidak berpuasa
menggauli istrinya yang sedang berpuasa dan memberitahu
suaminya. Apa hukumnya?
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
58/85
58
Jawab: Puasa istri akan batal. Akan tetapi, seandainya ia tidak
setuju, maka ia tidak perlu kafarah sebagai balasan. Ya, ia harus
berpuasa kembali. Seandainya ia setuju, maka ia harus membayarkafarah, berpuasa selama 60 hari atau memberi makan 60 orang
miskin. Suaminya yang berdosa harus tobat, istigfar, membayar
fidyah dan berjanji untuk menjauhi perbuatan demikian di masa
yang akan datang.
Soal: Seandainya seseorang membatalkan puasa karena sangat
kehausan, apakah dia harus membayar kafarah?
Jawab: Seandainya dia terpaksa membatalkan puasa karena sangat
kehausan, maka ia harus mengqadha puasa tersebut. Akan tetapi,
dalam keadaan demikian tidak diharuskan membayar kafarah
(fidyah dan lain-lain). Kafarah hanya diharuskan ketika seseorang
membatalkan puasa dengan sengaja tanpa alasan dan terpaksa.
Dalam keadaan demikian, ia harus membayar kafarah atas
kesalahannya, yakni berpuasa selama 2 bulan berturut-turut.
Seandainya tidak mampu, maka ia harus memberi makan kepada60 orang miskin.
Soal: Ada pemikiran bahwa hari ini adalah hari Id. Sarapan pada
jam 08.00 pagi dan pergi ke tempat Id. Diketahui bahwa hari Id
adalah besok. Saya berniat puasa dari saat itu dan tidak makan
sampai sore hari. Apakah puasa saya sah?
Jawab: Untuk puasa diharuskan untuk tidak makan dari terbitmatahari sampai terbenam matahari dan niat puasa. Dikarenakan
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
59/85
59
pada siang hari makan dan beranggapan bahwa hari ini tidak
puasa, maka ia tidak berdosa. Akan tetapi, puasanya tidak sah.
Oleh karena itu, harus mengqadhanya.
Soal: Apakah orang yang puasa dilarang untuk disuntik? Apakah
orang yang berpuasa dapat disuntik karena ada usulan dari
pemerintah?
Jawab: Ketika Allah Taala memberikan keringanan bahwa
seandainya seseorang sakit, maka ia harus berpuasa setelah
sembuh. Keterpaksaan seperti apa sehingga puasa Ramadhan
dilakukan meskipun sakit. Suntikan diperlukan karena seseorang
sakit atau menurut dokter diperlukan suntikan untuk menahan
penyakit atau pemerintah memerintahkan suntikan untuk menahan
penyakit. Dalam keadaan demikian, diizinkan untuk berbuka
puasa. Jadi, dalam keadaan puasa tidak ada masalah berkenaan
dengan disuntik.
Puasa tidak batal dengan suntikan kulit, misalnya suntikancacar. Akan tetapi, puasa batal dengan suntikan interamuscular
atau interavenous. Demikian pula, puasa batal dengan
mendonorkan darah.
Perkara Yang Tidak Membatalkan Puasa
Puasa tidak batal dengan miswak yang kering dan basah,
menggunakan obat mata, mencium wangi-wangian, dahak masukke tenggorokan dan debu yang melekat di tenggorokan. Sabda
Hadhrat Masih Mauud as mengenai celak mata: Menggunakan
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
60/85
60
celak mata pada siang hari adalah makruh. (Al-Fadhl, 28 Juli
1914) Demikian pula yang tertera dalam Hadis.
Demikian pula puasa tidak batal dengan muntah, dioperasi,
mencium wangi-wangian atau kloroform. Akan tetapi, hal tersebut
tidak disukai. Oleh karena itu, hal seperti ini adalah makruh. Selain
itu, berkumur-kumur, menghirup air, memakai wangi-wangian,
mengoleskan minyak di janggut atau kepala, mandi berkali-kali,
bercermin, diurapi, mencium dengan kasih sayang tidak dilarang.
Hal tersebut tidak membatalkan puasa dan tidak makruh. Demikian
pula dalam keadaan junub, seandainya sulit untuk mandi, maka diadapat makan dan berniat untuk puasa tanpa mandi.
Soal: Dalam keadaan puasa, apa hukum berkenaan dengan
menggunakan pasta gigi, tincur iodine pada luka?
Jawab: Pasta gigi tidak disukai. Akan tetapi, diperbolehkan
menggunakan sikat gigi yang sederhana dan berkumur-kumur.
Demikian pula tincur iodine dapat digunakan pada anggota tubuhbagian luar.
Soal: Apakah puasa batal dengan niswar?
Jawab: Memasukkan niswar dalam keadaan puasa adalah makruh
dan tidak disukai.
Makan Karena Lupa Dalam Keadaan Puasa
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
61/85
61
Seandainya seseorang tidak ingat dan makan karena lupa,
maka puasanya tetap sah sesuai keadaannya. Tidak ada kerugian
dalam puasanya. Bahkan dalam keadaan demikian lebih baikapabila seseorang makan minum karena lupa, maka orang yang
didekatnya tidak mengingatkannya, karena Allah Taala sedang
memberinya makan dan minum. Lalu, apa perlunya mereka
menghalanginya. Tertera dalam Hadis bahwa Rasulullah saw
bersabda:
Yakni, apabila ada orang yang berpuasa makan minum
karena lupa, maka ia sebaiknya tidak gelisah. Ini merupakan rezeki
yang telah diberikan oleh Allah Taala kepadanya. Ia tidak perlu
qadha dan kafarah. Akan tetapi, seandainya seseorang buka puasa
karena keliru. Misalnya, puasanya ingat, akan tetapi ia buka puasa
karena menganggap bahwa matahari sudah tenggelam. Setelahnya
diketahui bahwa matahari belum tenggelam, maka dalam keadaan
demikian puasanya batal dan perlu mengqadhanya. Akan tetapi, ia
tidak berdosa karena kekeliruan seperti ini dan tidak perlu kafarah.
Soal: Apakah puasa orang yang mendonorkan darahnya kepada
pasien karena kecelakaan menjadi batal?
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
62/85
62
Jawab: Puasa tidak batal hanya dengan mendonorkan darah. Akan
tetapi, dikarenakan melakukan demikian timbul kelemahan, maka
kita sebaiknya buka puasa. Dikarenakan donor darah terkadangdiperlukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang dan setelahnya
diizinkan untuk puasa serta Allah Taala memberikan keringanan
ini, maka kita seyogyanya mendonorkan darah. Barangsiapa yang
mahrum dari mengkhidmati seseorang karena alasan puasa semata,
maka dia tidak melakukan suatu kebaikan.
Soal: Apakah puasa Ramadhan yang ketinggalan dapat dilakukan
terus-menerus atau selang-seling setelah Ramadhan?
Jawab: Seandainya puasa Ramadhan tertinggal karena perjalanan
atau sakit, maka setelahnya harus disempurnakan. Akan tetapi,
tidak dilakukan terus-menerus. Dapat dilakukan dengan selang-
seling. Meskipun satu hari satu hari.
Waktu Puasa Di Daerah Yang Luar Biasa
Wakil Al-Tabsyir Sahib mengirimkan fatwa Hadhrat
Khalifatul Masih II ra kepada mubalig :
1.Untuk negara yang seperti ini diperintahkan untuk berpuasa
selama 12 jam. Jangan menunggu terbit dan terbenam matahari.
Tetapkanlah waktu untuk berbuka dan sahur. Demikian pula waktu
salat. Inilah penjelasan yang dilakukan oleh Rasulullah saw
sendiri. (File Dini Masail, 27 Agustus 1957)
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
63/85
63
2.Pada bulan Ramadhan, semua orang Islam di dunia, meskipun
tinggal di suatu pelosok, diperintahkan untuk berpuasa dalam satu
waktu. Mereka makan pagi sebelum terbit matahari, kemudiantidak makan minum sepanjang hari sampai terbenam matahari.
Mereka diizinkan untuk makan minum setelah terbenam matahari
sampai pagi hari.
Puasa ini nampak dalam waktu yang berbeda di semua
negara yang siangnya kurang dari 24 jam dan yang siang-
malamnya 24 jam dalam corak yang telah dijelaskan di atas. Akan
tetapi, bagi orang yang tinggal di negara yang siang-malamnyalebih dari 24 jam, hanya diperintahkan untuk memperkirakan
waktunya. (Debacah Tafsir Al-Quran, halaman 455)
Itikaf
Arti itikaf secara bahasa adalah terkurung atau tinggal di
suatu tempat. Dalam istilah Islam adalah:
Yakni, tinggal di mesjid sambil berpuasa dengan niat
ibadah disebut itikaf (Hidayah, bab Al-Itikaf). Seperti halnya
puasa, itikaf juga didapatkan dalam agama-agama lain.
Sebagaimana tertera dalam Alquran Karim:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
64/85
64
Kami telah memerintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
Jagalah kesucian dan kebersihan rumah-Ku bagi orang-orang
yang tawaf, itikaf, rukuk dan sujud. (Al-Baqarah: 126)
Demikian pula tertera mengenai Hadhrat Maryam as:
(Maryam: 17-18)
Yakni, Hadhrat Maryam as meninggalkan kerabat beliau
untuk beberapa waktu dan pergi ke suatu tempat terpisah demi
ibadah, dimana beliau mendapatkan kabar suka tentang seorang
anak yang agung.
Pada hari-hari sebelum kebangkitan, menjauhnya
Rasulullah saw dari kesibukan dunia dan sibuk dalam mengingatTuhan di gua Hira merupakan salah satu corak itikaf. Ketika
seseorang menghendaki dan pada hari apa ia kehendaki, ia dapat
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
65/85
65
melakukan itikaf. Akan tetapi, itikaf pada 10 hari terakhir
Ramadhan disunahkan. Hadhrat Aisyah ra bersabda berkenaan
dengan itikaf Rasulullah saw:
Kebiasaan Rasulullah saw sampai wafat beliau adalah
beliau senantiasa itikaf di 10 hari terakhir Ramadhan. Setelahkewafatan beliau, istri-istri suci beliau mengikuti sunah ini.
(Bukhari, halaman 271; Muslim, kitab Al-Itikaf bab Itikafu Al-
Asyri Al-Awakhir, jilid 1, halaman 497)
Rasulullah saw selalu memberikan petunjuk kepada orang-
orang yang mencari lailatul qadr untuk itikaf di 10 hari terakhir
Ramadhan. Sebagaimana sabda beliau:
Yakni, Hudhur saw bersabda bahwa saya diberitahu bahwa
lailatul qadr berada di 10 hari terakhir Ramadhan. Barangsiapa
diantara kalian ingin melakukan itikaf, maka itikaflah di 10 hari
ini. Oleh karena itu, para sahabat itikaf bersama beliau di 10 hari
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
66/85
66
terakhir ini. (Muslim, bab Fadhl Lailat Al-Qadr, jilid 1, halaman
494)
Hadhrat Abu Said Khudri ra berkata:
Yakni, kami itikaf bersama Rasulullah saw di 10 hari
pertengahan Ramadhan. Kami keluar dari itikaf pada 20 Ramadhanpagi hari. Atas hal itu, Rasulullah saw membimbing kami bahwa
saya melihat lailatul qadr di mimpi. Akan tetapi, saya tidak ingat
hari itu. Akan tetapi ingatlah bahwa pada malam itu saya sujud di
air dan lumpur (yakni pada malam itu sedang hujan). Oleh karena
itu, carilah lailatul qadr di malam ganjil 10 hari terakhir. (Bukhari,
bab Al-Itikaf, jilid 1, halaman 272; Muslim, bab Fadhl Al-Lailat
Al-Qadri Wa Al-hatstsi Ala Thalabiha, jilid 1, halaman 494)
Untuk itikaf tidak ada standar yang ditetapkan. Ini
terkandung pada kehendak orang yang duduk. Berapa hari ia
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
67/85
67
hendak duduk, maka duduklah. {Hidayah, halaman 190; Fiqih
Madzahib Arbaah (urdu), jilid 1, halaman 946}
Namun, itikaf yang disunahkan yang terbukti dari amalan
Rasulullah saw adalah sekurang-kurangnya 10 hari. Terdapat
dalam Hadis:
Yakni, Hudhur saw selalu melakukan itikaf 10 hari di bulan
Ramadhan. Akan tetapi, ketika tahun kewafatan beliau, beliau
melakukan itikaf 20 hari. (Bukhari, bab Al-Itikaf Fi Al-Asyri,
jilid 1, halaman 274)
Itikaf hendaknya dimulai dari salat Subuh 20 Ramadhan,
karena sudah jelas bahwa Rasulullah saw biasa melakukan itikaf10 hari dan 10 hari sempurna ketika itikaf dilakukan pada 20
Ramadhan pagi.
Rasulullah saw tinggal di tempat itikaf setelah salat Subuh.
Ada sebuah riwayat dari Hadhrat Aisyah ra:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
68/85
68
(Bukhari, bab Al-ItikafFi Syawal, jilid 1, halaman 273)
Terdapat juga dalam riwayat lain:
Ketika Rasulullah saw hendak melakukan itikaf, maka
beliau pergi ke tempat itikaf yang disediakan untuk tujuan itu
setelah melakukan salat Subuh. (Bukhari, bab Mata Yadkhulu Man
Arad Al-Itikaf, jilid 1, halaman 497)
Tempat yang cocok dan sesuai untuk itikaf adalah mesjid
raya. Sebagaimana terdapat penjelasan dalam Alquran:
(Al-Baqarah: 188)
Karena mesjid-mesjid dikhususkan untuk mengingat dan
beribadah kepada Allah Taala. Dalam Hadis terdapat penekanan
untuk melakukan itikaf di mesjid. Sebagaimana Hadhrat Aisyah ra
bersabda:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
69/85
69
(Bukhari, kitab Al-Itikaf bab Al-MutakifYaudu Al-Maridh, jilid
1, halaman 335)
Seandainya terpaksa, maka itikaf dapat dilakukan di luar
mesjid. Hadhrat Mushlih Mauud ra bersabda:
Itikaf dapat dilakukan di luar mesjid. Akan tetapi, pahala
mesjid tidak dapat diraih. (Al-Fadhl, 6 Maret 1962)
Perempuan juga dapat melakukan itikaf di mesjid. Akan
tetapi, lebih baik baginya untuk melakukan itikaf dalam sebuah
tempat yang dikhususkan untuk salat dalam rumahnya. Terteradalam buku Hidayah:
(Hidayah, bab Al-Itikaf, jilid 1, halaman 190)
Orang yang itikaf tidak diperbolehkan untuk keluar darimesjid kecuali untuk keperluan-keperluan yang sangat penting.
Sehingga tidak perlu keluar dari mesjid untuk mandi biasa dan
memotong rambut. Akan tetapi, keluar dari mesjid untuk
berwudhu dan mandi junub merupakan suatu keharusan.
Seandainya perempuan datang bulan (haid) pada saat itikaf,
maka ia harus meninggalkan itikaf. Dalam keadaan demikian,
tinggal di mesjid tidak dibenarkan.
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
70/85
70
Orang yang itikaf harus menghabiskan waktu semaksimal
mungkin dalam mengingat dan beribadah kepada Allah Taala.
Menghabiskan waktu dalam perkara yang sia-sia dan diam begitusaja tidak dibenarkan, karena dalam Islam tidak ada puasa diam.
(Hidayah, bab Al-Itikaf, jilid 1, halaman 192)
Pentingnya Itikaf
Rasul Karim saw bersabda sambil menjelaskan kelebihan orang
yang itikaf:
Yakni, orang yang itikaf harus menjerumuskan dirinya ke
hadirat Tuhan sepenuhnya dan mengatakan: Wahai Tuhan! Aku
bersumpah, aku tidak akan beranjak dari sini sehingga Engkau
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
71/85
71
mengasihani aku. (Durr-e-Mantsur, halaman 202, jilid pertama,
dibawah ayat:
Selanjutnya disabdakan:
Yakni, barangsiapa melakukan itikaf sehari demi keridhaan
Allah Taala, Allah Taala akan membuat 3 parit yang jaraknya
sejauh Timur dan Barat diantara dia dan Jahanam. (Durr-e-
Mantsur, halaman 202, jilid pertama, merujuk pada Thabrani
Ausath dan Baihaqi)
Yakni, Rasul Maqbul saw bersabda kepada orang yang
itikaf bahwa orang yang itikaf terpelihara dari semua dosanya
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
72/85
72
disebabkan itikaf. Dia akan mendapatkan balasan kebaikan yang
dilakukannya sebelum itikaf dan akan mendapatkan pahala atas
kebaikan yang masih dilakukannya. (Ibnu Majah, kitab Al-Itikafbab Tsawab Al-Itikaf, halaman 127)
Fatwa-Fatwa
Soal: Apakah diperbolehkan melakukan itikaf di mesjid terdekat
bukan di mesjid raya?
Jawab: Syarat yang diperlukan untuk kesahihan itikaf adalah
mesjid tempat salat berjamaah. Terdapat dalam Hadis Abu Daud:
Yakni, itikaf dapat dilakukan dalam sebuah mesjid tempat
salat berjamaah. (Abu Daud, bab Al-Mutakif Yaud Al-Maridh,
jilid 1, halaman 335)
Semua imam sepakat atas pendapat ini. (Nail Al-Authar, jilid 4,
halaman 268)
Soal: Seandainya di suatu tempat tidak ada mesjid, apakah itikaf
dapat dilakukan di rumah?
Jawab: Ketika mesjid tidak tersedia dengan kaedah umum,
misalnya di suatu tempat tinggal hanya seorang Ahmadi atauorang-orang Jemaat setempat salat di rumah seorang temannya,
maka dalam keadaan demikian mereka dapat melakukan itikaf di
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
73/85
73
tempat yang dikhususkan untuk salat secara umum di rumahnya.
Allah Taala mengetahui keadaan-keadaan terpaksa dan Dia
memberikan ganjarang atas amal perbuatan sesuai dengan niathamba-Nya.
Soal: Apakah seorang perempuan dapat melakukan itikaf di tempat
khalwat di rumah?
Jawab: Seandainya di suatu tempat tidak ada mesjid atau tidak ada
pengaturan tempat tinggal untuk perempuan di mesjid, maka
perempuan dapat menetapkan tempat khusus di rumah dan
melakukan itikaf.
Sejauh mungkin di rumah tangga setiap Ahmadi hendaknya
ada sebuah tempat sebagai masjidul bait. Perempuan-perempuan di
rumah salat di sana. Laki-laki melakukan salat Sunah, Nafal dan
lain-lain. Ketika ada kesulitan, dijadikan tempat mengasingkan diri
dan memanjatkan doa. Cara beramal ini merupakan sarana
keberkatan yang banyak dan kebanyakan para sahabat beramalsesuai dengan hal ini.
Soal: Apakah orang yang sudah tua, yang kesulitan untuk
berpuasa, dapat melakukan itikaf di mesjid tanpa puasa?
Jawab: Dalam keadaan umum, puasa merupakan syarat yang
diperlukan untuk itikaf. Ada sebuah riwayat dari Hadhrat Aisyah
ra bahwa itikaf tanpa puasa adalah tidak benar. Kata-kata riwayatitu adalah:
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
74/85
74
(Abu Daud, kitab Al-Itikaf bab Al-Mutakif Yaud Al-Maridh,
jilid 1, halaman 335)
Penjelasan ayat Alquran:
(Al-Baqarah: 188)
mendukung cara ini. Selain itu, tidak ditemukan penjelasan bahwa
Rasulullah saw dan para sahabat pernah itikaf tanpa puasa. Ini
merupakan cara para sahabat (Hadhrat Ibnu Abbas ra, Hadhrat
Ibnu Umar ra) dan para imam (Imam Malik rh, Imam Abu Hanifah
rh, Imam AuzaI rh) serta pendapat ulama Ahmadiyah. Sebaliknya,
Hasan Bashri rh, Imam SyafeI rh dan Imam Ahmad rh tidak
menetapkan puasa sebagai syarat untuk itikaf. Para ulama ini
mengemukakan sebuah riwayat untuk mendukung pendapatnya
bahwa suatu kali Hadhrat Umar ra bertanya bahwa saya bernadzar
untuk itikaf satu malam, apakah saya harus memenuhi nadzar
tersebut? Rasulullah saw bersabda: Ya. Oleh karena itu, HadhratUmar ra melewatkan semalam untuk itikaf. (Bukhari, kitab Al-
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
75/85
75
Itikaf bab Idza Nadzara Fi Al-Jahiliyyah, jilid 1, halaman 274;
Abu Daud, jilid 1, halaman 335)
Diketahui dari riwayat ini bahwa untuk itikaf tidak harus
berpuasa, karena kita tidak berpuasa pada malam hari. Berdasarkan
pada inilah, para imam memperbolehkan itikaf dalam waktu 2 jam.
(Nail Al-Authar, jilid 4, halaman 268)
Soal: Pada saat itikaf, apakah seseorang dapat tidur dengan
menghamparkan ranjang di mesjid pada malam hari?
Jawab: Pada hari-hari itikaf, tidur dengan menghamparkanranjang di sudut mesjid atau tempat yang sesuai karena suatu
keperluan adalah jaiz. Di dalamnya tidak ada halangan, asalkan
orang-orang yang salat di mesjid tidak merasa kesulitan dengan
melakukan hal seperti ini. Tertera dalam sebuah Hadis:
Yakni, ketika Hudhur saw mulai itikaf, maka
dihamparkanlah kasur dan ranjang untuk beliau di belakang tiang
yang disebut dengan tiang tobat. (Ibnu Majah, kitab Al-Itikaf
bab Fi Al-Mutakif Yalzimu Makanan Fi Al-Masjid, halaman 127;
Nail Al-Authar, jilid 4, halaman 266)
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
76/85
76
Karena suatu peristiwa yang terkenal, tiang ini disebut
ustuwanah. (Ibnu Majah, halaman 127, catatan kaki ke-2)
Soal: Tertera dalam sebuah Hadis bahwa orang yang itikaf dapat
keluar dari mesjid untuk keperluan-keperluan yang sangat penting.
Apa maksud dari keperluan-keperluan yang sangat penting?
Jawab: Kata-kata Hadis tersebut adalah:
Yakni, Rasulullah saw tidak pulang ke rumah dalam keadaan itikaf
kecuali untuk keperluan manusiawi. (Muslim, kitab Al-Thaharah
bab Jawazu Ghusl Al-Haidh Rasi Jauziha, jilid 1, halaman 117)
Apa maksud dari keperluan manusiawi? Salah satu
maksudnya adalah pergi ke kamar mandi. Semua ulama sepakat
bahwa untuk keperluan ini dapat pergi keluar.Demikian pula seandainya itikaf di mesjid pedesaan, maka
diizinkan pergi ke mesjid raya untuk salat Jumat dan itu dianggap
sebagai kebutuhan manusiawi. Selain itu, dalam keperluan-
keperluan lain terdapat perselisihan. Misalnya, keluar untuk ikut
dalam daras Alquran atau doa bersama, potong rambut, makan-
makan (kecuali dalam keadaan terpaksa, misalnya tidak ada orang
yang membawakan makanan dari rumah), salat Jenazah,
menjenguk saudara yang sakit atau musyabiat seseorang.
Kebanyakan orang tidak memperbolehkan keluar dari mesjid untuk
-
7/27/2019 PUASA-Fiqih-Ahmadiyah
77/85
77
keperluan-keperluan ini. Intisari itikaf juga menuntut supaya orang
yang itikaf tidak keluar dari mesjid untuk keperluan-keperluan
lain, bahkan berusaha untuk memutuskan hubungan sepenuhnyadengan dunia dan membiasakan dirinya untuk mengorbankan
dorongan dan kehendak ini.
Soal: Ada perkara yang masyhur mengenai itikaf bahw