pts-kepsek sman 3 parepare 2011-2012

Upload: sdirman-qodir

Post on 12-Jul-2015

429 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

penelitan tindakan sekolah didedikasikan oleh ahmad ismail, passed away on November 24 2011

TRANSCRIPT

1

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH (PTS)

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM PEMBUATAN BAHAN AJAR MELALUI PELATIHAN TIK DI SMA NEGERI 3 PAREPARE

Oleh : AHMAD ISMAIL

DINAS PENDIDIKAN KOTA PAREPARE SMA NEGERI 3 PAREPARE SULAWESI SELATAN TAHUN 2011

2

KATA PENGANTARDengan mengucapkan Syukur Alhamdulillah ke Hadirat Ilohi Robbi atas segala limpahan Rahmat dan Inayah Nya sehingga penelitian tindakan sekolah (PTS) dengan judul Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Pembuatan Bahan Ajar Melalui Pelatihan TIK di SMA Negeri 3 Parepare dapat terselesaikan dengan baik. Dan dalam pelaksanaan maupun penyusunan laporan penelitian banyak bantuan dan dukungan yang penulis terima dari berbagai pihak, olehnya itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada ; 1. Para Wakasek SMA Negeri 3 Parepare yang telah banyak memberikan dukungan baik dalam pelaksanaan maupun pada saat penyusunan laporan penelitian ini. 2. Guru-Guru SMA Negeri 3 Parepare, baik yang terlibat langsung sebagai objek penelitian maupun yang tidak, telah memberikan inspirasi bagi penulis dalam pelaksanaan penelitian ini. 3. Para Pegawai atau Karyawan SMA Negeri 3 Parepare yang membantu penulis baik dalam pengetikan naskah maupun dalam pengumpulan data penelitian. 4. Hj. Saniah, SH., isteri tercinta penulis yang telah memberikan banyak saran dan motivasi dalam pembuatan dan penyusunan laporan penelitian ini, serta Heri Febrianti dan Wahyu Anugerah, anak-anak tersayang penulis yang telah memberikan inspirasi dalam pelaksanaan penelitian. 5. Rekan Kepala Sekolah, khususnya saudara Drs. Palemmui, M.Pd., yang telah memberikan stimulus sehingga pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian dapat berlangsung dengan baik. 6. Dan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik material maupun non material sehingga dalam pelaksanaan dan penyusunan penelitian ini dapat berlangsung sesuai yang diharapkan. Semoga segala jerih payah mereka mendapat imbalan amal jariah dari Sang Khalik, dan semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan sekolah baik untuk peningkatan kinerja guru ataupun peningkatan profesionalisme tenaga pendidik di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Parepare, dan khususnya di lingkungan SMA Negeri 3 Parepare. Parepare, 29 Oktober 2011 Penulis,

3

DAFTAR ISI Halaman Judul ............................................................................................. Kata Pengantar ............................................................................................ Daftar Isi ....................................................................................................... Daftar Lampiran ............................................................................................. Abstraks. ....................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ A. Latar Belakang Masalah .......................................................... B. Identifikasi Masalah ................................................................ C. Rumusan Masalah ................................................................... D. Tujuan Penelitian ..................................................................... E. Manfaat Penelitian ................................................................... BAB II. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ A. Pelatihan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) ............... B. Bahan Ajar . C. Kinerja Guru ............................................................................. BAB III. METODE PENELITIAN .. A. B. Lokasi Penelitian .. Waktu Penelitian . i ii iii iv v 1 1 7 8 8 8 10 10 14 31 38 38 38 38

C. Peneliti

D. Siklus Penelitian 38 E. Subyek Penelitian . 39

4

F.

Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Instrument ...................

40 42

G. Prosedur Penelitian ..

H. Teknik Analisis Data . 46 I. Kriteria Hasil Penelitian 46 47 47 47 50 55 59 59 59 61 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. A. Hasil Penelitian ... 1. Siklus I . 2. Siklus II .. B. Pembahasan BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA . LAMPIRAN-LAMPIRAN ..

5

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 01 : Daftar Hadir Peserta Pelatihan .............................................. Lampiran 02 : Angket Pelatihan TIK ............................................................. Lampiran 03 : Penilaian Pembuatan Bahan Ajar Siklus I ............................. Lampiran 04 : Penilaian Pembuatan Bahan Ajar Siklus II ............................. Lampiran 05 : Hasil Analisis Lembar Observasi Siklus I ................................ Lampiran 06 : Hasil Analisis Lembar Observasi Siklus II ............................... Lampiran 07 : Hasil Analisis Angket Pelatihan TIK ........................................ Lampiran 08 : Foto-Foto Kegiatan Pelatihan Siklus I dan II ........................... 62 63 64 65 66 67 68 69

6

ABSTRAK UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM PEMBUATAN BAHAN AJAR MELALUI PELATIHAN TIK DI SMA NEGERI 3 PAREPARE Oleh : AHMAD ISMAIL Pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan saat sekarang ini bukan hanya dituntut bagaimana seorang guru melaksanakan pembelajaran akan tetapi bagaimana guru tersebut memanfaatkan teknologi informasi sebagai bagian dari kewajibannya dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Penelitian Tindakan Sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK di SMA Negeri 3 Parepare tahun pelajaran 2011/2012. Subyek penelitian adalah guru yang mengajar pada kelas X. D, dimana kelas tersebut adalah kelas unggulan SMA Negeri 3 Parepare. Pelaksanaan penelitian merujuk pada penelitian tindakan, maka pemberian tindakan melalui pelatihan TIK kepada subyek penelitian selama dua siklus. Perolehan data penelitian bersumber dari hasil penilaian bahan ajar yang dibuat oleh guru sebagai peserta pelatihan dalam bentuk kepingan CD, hasil pengamatan selama berlangsungnya pelatihan TIK dan hasil respon guru melalui angket yang diberikan setelah pelaksanaan pelatihan. Hasil pelatihan TIK menunjukkan bahwa Pelatihan TIK dalam jangka waktu tertentu yang berkesinambungan dapat meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembuatan Bahan Ajar di SMA Negeri 3 Parepare tahun pelajaran 2011/2012, yang dibuktikan dengan hasil analisis data dimana pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK dikategorikan Baik dengan rerata hasil penilaian 83 %, dan hasil dikategorikan Sangat Baik berdasarkan rerata prosentase 90 % dari 15 guru sebagai peserta pada pelatihan tersebut, serta berdasarkan analisis angket diperoleh rerata 91 % menyatakan sangat setuju terhadap peningkatan kinerja guru melalui pelatihan TIK.

7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK bagi guru sangat diperlukan zaman sekarang ini. Bukan hanya pada pelaksanaan pembelajaran akan tetapi untuk menyiapkan segala administrasi guru, mulai dari penyusunan program tahunan sampai pada penulisan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) maupun penulisan bahan ajar sebelum melaksanakan pembelajaran pada tiap tahun pelajaran. Semua kelengkapan administrasi guru tersebut harus dibuat dengan sentuhan TIK, bila tidak, maka pola lama dengan menulis di buku menjadi pekerjaan berat bagi guru itu sendiri. Kesadaran akan penggunaan teknologi dalam hal ini TIK bagi guru wajib dilakukan bila tidak mau dikategorikan guru modern yang buta teknologi. Dan untuk menstimulus kompetensi profesionalisme guru, bukan hanya dari guru itu sendiri namun perlu adanya tindak lanjut yang berkesinambungan baik yang diprakarsai dari kepala sekolah maupun dari pihak Dinas Pendidikan. Dengan melihat kondisi guru melalui pengamatan langsung di kelas, bahwa hampir 100 % guru SMA Negeri 3 Parepare tidak menggunakan sentuhan Teknologi Informasi dalam melaksanakan

8

pembelajarannnya. Demikian pula pada penyiapan administrasi guru pada tiap tahun pelajaran, rata-rata dari mereka hanya membuat konsep namu proses pengetikannya diserahkan pada orang lain atau dengan menggunakan jasa pengetikan yang ada di lingkungannya masingmasing, hanya 15 % dari 52 guru SMA Negeri 3 Parepare yang melakukan pengetikan administrasi guru untuk keperluan pembelajaran yang dilakukan oleh mereka sendiri. Peningkatan kinerja guru menjadi tanggungjawab bagi guru itu sendiri dalam menyiapkan keperluan perangkat pembelajaran baik sebelum pembelajaran maupun setelah pelaksanaan pembelajaran. Dengan kata lain bahwa peningkatan kinerja menjadi harapan

peningkatan mutu pada satuan pendidikan. Hal ini dapat pula dikatakan bahwa peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya yang yang terlibat dalam proses pendidikan. Dan dapat pula dikatakan bahwa guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan dan mempunyai posisi strategis dalam peningkatan mutu pada satuan pendidikan dalam hal ini di SMA Negeri 3 Parepare, sehingga penulis selaku Kepala Sekolah merasa perlu memberikan atensi khusus kepada peningkatan kinerja guru tersebut. Merujuk pada pada salah satu dari 7 (tujuh) misi SMA Negeri 3 Parepare, yaitu ; Meningkatkan Prestasi Akademik melalui Inovasi Pembelajaran Berbasis TIK, maka untuk mencapai misi tersebut

9

dibutuhkan tindakan nyata untuk percepatan pencapaian program sekolah. Dalam hal ini bagaimana guru dapat berpacu dalam

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi dalam proses pembelajaranya, sehingga program sekolah yang

tergambar pada visi sekolah dapat teraplikasi pada tugas wajib guru di dalam kelas. Dan untuk percepatan pencapaian salah satu misi sekolah tersebut dan agar memberikan stimulus bagi guru SMA Negeri 3 Parepare dalam upaya peningkatan kinerja guru adalah melalui penyelenggaraan pelatihan TIK. Dengan dasar pemikiran bahwa bila kinerja guru meningkat maka mutu pendidikan pada satuan pendidikan akan meningkat pula. Sebab guru adalah figur utama yang menjadi sorotan bila mutu pendidikan atau prestasi akademik peserta didik tidak mengalami peningkatan. Menurut Djamarah (2000 : 7) Guru adalah figur yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

10

pengabdian kepada masyarakat. Hal tersebut tidak dapat disangkal karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. sebagai besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat. Gunawan (1996) menegaskan bahwa Guru merupakan

perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat

tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru.

11

Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan

berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dan Pidarta (1999) menambahkan bahwa setiap guru adalah merupakan pribadi yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja, guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya. Harapan ideal yang diuraikan di atas sangatlah siginifikan bila upaya peningkatan kinerja guru diiringi dengan pemberian layanan yang optimal oleh pemangku amanah pada satuan pendidikan, olehnya itu untuk menjamin kualitas guru pada SMA Negeri 3, maka tindak lanjut yang dilakukan adalah dengan penyelenggaran pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang terfokus pada pembuatan bahan ajar berbasis TIK.

12

Penyelenggaraan pelatihan TIK bagi guru SMA Negeri 3 Parepare seiring dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 2 tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 bahwa kebutuhan akan penguasaan dan penerapan IPTEK dalam rangka menghadapi tuntutan global berdampak pada semakin meningkatnya peranan TIK dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan, meningkatnya kebutuhan untuk berbagi informasi dan pengetahuan dengan memanfaatkan TIK, serta

perkembangan internet yang menghilangkan batas wilayah dan waktu untuk melakukan komunikasi dan akses terhadap informasi. Kondisi di atas menuntut diberlakukannya kebijakan di bidang TIK. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK diharapkan mampu membantu peserta didik menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut, misalnya dengan penggunaan gambar, foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik, sehingga menjadi lebih mudah dipahami. Peserta didik saat ini telah memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) hampir dalam setiap kegiatan mereka sehari-hari. Namun, hal ini tidak mereka dapatkan di sekolah karena belum banyak guru di sekolah ini yang memanfaatkan bahan ajar berbasis TIK.

13

Penggunaan TIK bukanlah apa yang kita gunakan tetapi yang penting adalah bagaimana dan kapan kita menggunakannya.

Penggunaan TIK secara efektif di dalam kelas bukan hanya tentang menjalankan sebuah teknologi. Tetapi, bagaimana kita menyampaikan materi tersebut dengan menggunakan sentuhan TIK dan kapan waktu yang tepat untuk menyampaikannya. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba melakukan penelitian tindakan sekolah dengan tema Peningkatan Kinerja Guru Dalam Pembuatan Bahan Ajar Melalui Pelatihan TIK di SMA Negeri 3 Parepare. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah utama yang dijadikan alasan dasar pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini sebagai berikut ; 1. 90 % dari 52 guru belum pernah mengikuti pelatihan pembuatan bahan ajar. 2. 90 % guru telah mengikuti pelatihan TIK namun belum mampu menerapkan pembelajaran berbasis TIK. 3. Pelaksanaan pembelajaran di kelas terkesan traditional sehingga sentuhan TIK dalam pembelajaran tidak menunjukkan kemajuan. 4. Sikap profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran masih menggunakan pola lama.

14

C. Rumusan Masalah Untuk memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah maka rumusan masalah yang diangkat adalah ; Bagaimana meningkatkan Kinerja Guru Dalam Pembuatan Bahan Ajar Melalui Pelatihan TIK di SMA Negeri 3 Parepare ? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah upaya meningkatkan kinerja guru dalam pembuatan bahan ajar melalui pelatihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMA Negeri 3 Parepare tahun pelajaran 2011/2012. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini diharap dapat memberikan konstribusi bagi ; 1. Guru, agar ; a. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih baik, karena materi yang diajarkan terlihat dan terdengar dengan jelas. b. Pembelajaran dapat lebih menarik. c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif f. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan . g. Penyeragaman materi yang diajarkan pada kelas yang paralel. h. Dapat memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif, karena guru tidak perlu lagi menulis di papan tulis.

15

2. Peserta Didik, agar ; a. Menstimulus dalam mengikuti proses pembelajaran. b. Meningkatkan prestasi belajar yang dibuktikan dengan tingkat ketuntasan hasil belajar yang maksimal. c. Pemahaman terhadap materi pembelajaran semakin bertambah. d. Karakter dalam mengikuti proses pembelajaran dapat ditingkatkan. 3. Sekolah a. Dapat mengoptimalisasikan penggunaaan media yang telah disiapkan. b. Dapat menjadi nilai tambah bagi sekolah. c. Ketercapaian program sekolah lebih cepat. d. Menjadi acuan dalam penyusunan RKS/RKAS SMA Negeri 3 Parepare untuk tahun pelajaran berikutnya.

16

BAB II KAJIAN PUSTAKA D. Pelatihan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) 1. Pengertian Pelatihan Pengertian pelatihan dalam konteks penelitian ini adalah pemberian tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan guru SMA Negeri 3 Parepare dalam mengiput data baik berupa informasi maupun gambar atau animasi dengan menggunakan perangkat laptop atau notebook untuk tujuan mempersiapkan

pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia pada satuan pendidikan. Menurut Nitisemito (1994) bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan dari suatu organisasi yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari para karyawan yang sesuai dengan keinginan organisasi yang bersangkutan. Disamping itu Simamora (1997) menambahkan bahwa pelatihan adalah proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional. Selanjutnya Armstrong (1991) menekankan bahwa training is a planned process to modify attitude, knowledge or skill behavior through learning experience to achieve e ective peformance in an activity or of activities. 16

17

Dari berbagai pendapat di atas maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pelatihan bukanlah merupakan suatu tujuan, tetapi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan tanggung jawab dalam penjapaian tujuan dari suatu organisasi. Dengan kata lain bahwa pelaksanaan pelatihan bagi guru adalah upaya dari penulis selaku Kepala Sekolah pada satuan pendidikan tersebut untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembuatan bahan ajar yang sekaligus dapat meningkatkan kualitas keprofesionalan tenaga pendidik dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas. 2. Pengertian TIK Dalam Wikipedia (2011) memaparkan pengertian tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT), adalah terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi

18

komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi,

pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut

berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya. Menurut Eric Deeson bahwa Information Technology (IT) the handling of information by electric and electronic (and microelectronic) means.Here handling includes transfer. Processing, storage and access, IT special concern being the use of hardware and software for these tasks for the benefit of individual people and society as a whole. Pengertian tersebut bila diterjemahkan bebas bahwa TI adalah kebutuhan manusia didalam mengambil dan memindahkan, mengolah dan memproses informasi dalam konteks social yang menguntungkan diri sendiri dan masyarakat secara keseluruhan. Bagaimana implikasinya agar dapat menguntungkan secara individual dan masyarakat secara

keseluruhan tidak didifinisikan secara lebih khusus.

19

Dan menurut England National Curriculum (1995) bahwa Information technology (IT) capability is characterized by an ability to use effectively IT tools an information source to analyse, process an present information, and to model, measure an control external events. This Involve : a) Using information sourcxes and IT tools to solve problems, b) Using it tools and information source, sich as computer systems and software packages, to support learning in variety contexts c)

Understanding the implication of IT for working life and society. Pupils should be given opportunities, where appropriate, to develop and apply their IT capability in their study of National Curriculum subjects. Dalam terjemahan bebasnya bermakna bahwa nampaknya terdapat acuan kemampuan TIK yang hendak dicapai dan system nilai dalam bekerja pada kehidupan sehari-hari yang hendak dibelajarkan, seperti nilai apa yang perlu dikembangkan dalam suatu system sosial masyarakat berkenaan dengan kemampuan menggunakan TIK. Dengan kata lain bahwa teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi mencakup segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentrasfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu,

20

penguasaan TIK berarti kemampuan memahami dan menggunakan alat TIK secara umum termasuk komputer (Computer literate) dan memahami informasi (Information literate). Tinio mendefenisikan TIK sebagai seperangkat alat yang digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan, mendiseminasikan, menyimpan, dan mengelola informasi. Teknologi yang dimaksud termasuk komputer, internet, teknologi penyiaran (radio dan televisi), dan telepon. UNESCO (2004) mendefenisikan bahwa TIK adalah teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi dan menciptakan, mengelola dan mendistribusikan informasi. Defenisi umum TIK adalah computer, internet, telepon, televisi, radio, dan peralatan audiovisual. E. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah sumber atau media pembelajaran yang harus diadakan oleh guru sebagai bagian dari bentuk kinerja guru dalam melaksanakan profesinya. Dan menurut Direktorat Pembinaan SMA (2008 : 2) menyatakan bahwa bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai

bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan.

21

Ditambahkan pula bahwa pada pendidikan menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan adanya lembar-lembar

pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang bermacam-macam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work sheet), lembar informasi (information sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses belajar itu disebut sebagai bahan ajar (teaching material). Selain hal tersebut di atas bahan ajar berfungsi sebagai: a. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa. b. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi

kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya. c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk

22

belajar. Disamping hal tersebut beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsipprinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau gubahan hafalan. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan,

perkalian, dan pembagian. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk

23

diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar

menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat

dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah

mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar. Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar

dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil penelitian, dsb. Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa

24

bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis yang berfungsi sebagai: a. pedoman bagi guru dalam proses yang akan mengarahkan semua aktivitasnya sekaligus merupakan substansi

pembelajaran,

kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik; b. pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya; c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Sedangkan manfaat dari bahan ajar yang dikembangkan oleh guru adalah: a. diperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. b. tidak lagi tergantung kepada buku teks pelajaran yang terkadang sulit diperoleh. c. menjadi lebih kaya karena dikembangkan menggunakan berbagai referensi. d. menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru menulis. e. mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antar guru 2. Pengertian Bahan Ajar Berbasis TIK dalam

25

Bahan Ajar Berbasis TIK adalah bahan ajar yang disusun dan dikembangkan dengan menggunakan alat bantu TIK untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Bahan Ajar Berbasis TIK memiliki karakteristik yang berbeda dengan bahan ajar biasa seperti buku, modul maupun handout. Karakteristik umum bahan ajar berbasis TIK adalah dalam hal penggunaan TIK untuk penyusunan maupun penggunaannya. Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) seperti CAI multimedia

pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Namun untuk keperluan kajian pustaka pada penelitian ini, yang akan dibahas adalah bahan ajar berbasis TIK. Hal ini merujuk pada esensi dari KTSP bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran sebaiknya

26

guru atau tenaga pendidik menggunakan lebih dari satu media secara lengkap (multimedia), sesuai dengan keperluan dan yang menyentuh semua aspek. Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran pada satuan pendidikan yang harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP No. 19 Tahun 2005). Oleh karena itu penggunaan Bahan Ajar Berbasis TIK sebagai bahan ajar multimedia menjadi salah satu pilihan yang baik untuk pelaksanaan pembelajaran. Flemming dan Levie (Wilkinson 1980) memberikan petunjuk tentang penggunaan multimedia dalam pembelajaran seperti berikut: Apabila pembelajaran dilaksanakan dengan hanya menggunakan satu media maka rangsangan yang diperlukan untuk belajar sangat terbatas. Suatu pembelajaran seharusnya menggunakan multimedia agar

rangsangan yang diperlukan untuk belajar menjadi lengkap karena telah meliputi rangsangan yang disebabkan oleh penggabungan audio dan visual. Bahan Ajar Berbasis TIK adalah bahan ajar yang disusun dan dikembangkan dengan menggunakan alat bantu TIK untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,

27

memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas. Dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan bahan ajar TIK memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi dasar (KD) secara runtut, sistematis, interaktif dan inovatif sehingga diharapkan semua kompetensi tercapai secara utuh dan terpadu. Menurut Sungkowo (2010 : 10) bahwa karakteristik Bahan Ajar Berbasis TIK meliputi : a. memanfaatkan keunggulan komputer (digital media ataupun teknologi jaringan / computer network). b. memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga suasana pembelajaran menjadi menarik, tidak membosankan dan pada akhirnya memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri c. memanfaatkan teknologi elektronik; di mana guru dan peserta didik, peserta didik dan sesama peserta didik atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. d. menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan peserta didik kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.

28

e. memanfaatkan Pertukaran Data (Information sharing) yang secara interaktif dapat dilihat setiap saat di komputer. Ditambahkan pula bahwa beberapa alasan dasar pembuatan bahan ajar berbasis TIK karena memiliki keunggulan sebagai berikut: a. memberikan kemudahan bagi guru dalam proses pembelajaran untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak. b. berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif serta mempunyai ketertarikan pada materi yang sedang dibahas. c. peserta didik dapat belajar atau menelaah bahan ajar sewaktu-waktu karena bahan ajar dapat tersimpan di komputer. d. guru dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui jaringan intranet atau internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. e. tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. f. baik guru maupun peserta didik dapat melakukan diskusi dan erinteraksi melalui fasilitas-fasilitas internet yang dapat dilakukan secara kelompok/group.

29

Dari

uraian

di

atas,

maka

dapat

disimpulkan

bahwa

penggunaan bahan ajar berbasis TIK dapat memudahkan guru mengawasi proses pembelajaran peserta didik di mana waktu dan tempat sudah ditetapkan. Berbeda halnya di luar ruang kelas, peserta didik dapat menggunakan bahan ajar berbasis TIK di mana mereka belajar pada waktu dan dengan kecepatan yang diinginkan. Dengan demikian, diperlukan bahan ajar yang interaktif agar peserta didik menjadi tertarik sehingga tidak meninggalkan pembelajaran. 3. Langkah-Langkah Pembuatan Bahan Ajar Berbasis TIK Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010 : 10 15) bahwa dalam menyusun bahan ajar berbasis TIK harus memenuhi 4 (empat) tahapan sebelum penggunaan bahan ajar tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran. Tahapan yang dimaksud, yaitu : 1) perencanaan, 2) persiapan, 3) penyusunan, dan 4) penilaian atau validasi. 1. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan dalam menyusun bahan ajar berbasis TIK bertujuan untuk menentukan karakteristik SK-KD suatu mata pelajaran apakah pembelajarannya dapat dikembangkan

menggunakan bahan ajar berbasis TIK.

Seperti halnya pada

pemetaan SK-KD dalam penyusunan silabus, maka pemetaan SK-KD

30

dalam penyusunan bahan ajar juga harus memperhatikan tingkatan ranah berfikir dan karakteristik materi yang dikembangkankannya. Dengan analisis ini diharapkan diperoleh gambaran yang jelas mengenai jenis bahan ajar yang dapat digunakan, strategi penggunaan bahan ajar serta alokasi waktu yang tepat Pemetaan SK-KD untuk menentukan jenis bahan ajar yang digunakan untuk pembelajaran dapat menggunakan format sebagai berikut :Kelas SK KD THP Indikator capaian THP Karakteristik Materi Kegiatan Pembelajaran Jenis Bahan Ajar Alokasi Waktu

Dari tabel format diatas dapat dilihat bahwa secara umum, pemetaan SK-KD penyusunan bahan ajar memiliki karakteristik yang sama dengan yang digunakan untuk penyusunan silabus, yang membedakan adalah bahwa dalam pemetaan ini harus secara tegas diidentifikasikan Karakteristik Materi dan Jenis Bahan ajar. Identifikasi karakteristik materi penting dalam menentukan jenis bahan ajar yang akan disusun maupun digunakan. Identifikasi karakteristik materi harus mengacu pada pada SK, KD maupun Indikator pencapaian. 2. Tahap Persiapan

31

a. Penentuan Materi Ajar Penetuan materi ajar merupakan kegiatan pengumpulan dan identifikasi materi ajar yang akan digunakan untuk menyusun bahan ajar berbasis TIK dengan mengacu dari hasil analisis SK, KD dan indicator pencapaian yang telah dibuat melalui pemetaan SK-KD. b. Penentuan Jenis Software Saat ini banyak sekali software yang dapat digunakan untuk menyusun bahan ajar berbasis TIK dari yang sederhana sampai yang kompleks. Penentuan jenis software sangat tergantung dari

kemampuan guru dalam memanfatkan software yang ada. Beberapa software yang dapat digunakan untuk

penyusunan bahan ajar berbasis TIK antara lain Microsoft Power Point, Macromedia Flash, dan Authorware. c. Penentuan Jenis bahan Ajar berbasis TIK Pengembangan bahan ajar berbasis TIK diperlukan untuk meningkatkan interaktivitas peserta didik dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian harus dirancang agar menarik peserta didik. Peserta didik akan merasa tertarik untuk belajar dengan bahan ajar berbasis TIK apabila:

32

1) terdapat tantangan 2) terlibat dalam mengambil sebuah keputusan 3) diperbolehkan untuk mengeksplorasi bahan ajar 4) mendapatkan informasi tambahan yang sesuai 5) diperbolehkan untuk berbuat kesalahan tanpa disertai sanksi 6) pembelajaran menyenangkan bagi mereka Interaktivitas bahan ajar sangat tergantung dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. Terdapat empat tingkatan interaktifitas yang dapat ditempuh. Tidak semua materi diharuskan memiliki interaktifitas yang tinggi, bergantung dari materi yang akan disampaikan. Tahapan itu terbagi sebagai berikut ; 1) Tingkat I: Pasif Pada tingkatan ini, peserta didik hanya bertindak sebagai penerima informasi. Peserta didik membaca teks atau melihat gambar yang ditampilkan. Interaksi yang terjadi hanya pada saat peserta didik menekan tombol navigasi untuk maju ke halaman berikutnya atau mundur ke halaman sebelumnya. Tingkat I saat ini masih mendominasi bahan ajar yang telah dibuat oleh guru di seluruh Indonesia. Tingkat ini masih relevan apabila yang disampaikan adalah pengetahuan. Pada tingkat I ini dapat diterapkan evaluasi pilihan ganda, rollover sederhana (jika mouse melewati suatu area tertentu, maka

33

area tersebut berubah), animasi sederhana, pop-up (pada saat peserta didik mengklik satu tombol, akan keluar informasi tambahan). 2) Tingkat II: Interaksi Terbatas Pada tingkatan ini, peserta didik memberikan respon sederhana atas instruksi yang diberikan. Tambahan dari tingkat I adalah, pada tingkat ini terdapat pilihan ganda berdasarkan soal cerita, menjodohkan antara teks dan gambar. Simulasi mungkin ada tetapi peserta didik hanya mengikuti alur atau prosedur yang ditampilkan, peserta didik belum memasukkan respon terhadap apa yang dilihat. Dapat juga dimasukkan animasi interaktif yang memungkinkan peserta didik menyelidiki atau mengeksplorasi lebih jauh. Tingkat II baik digunakan untuk pembelajaran yang bersifat pemahaman. 3) Tingkat III: Interaksi kompleks Pada tingkat ini, peserta didik mulai memberikan respon yang bervariasi terhadap petunjuk yang diberikan. Selain interaksi yang ada pada tingkat sebelumnya, pada tingkat ini peserta didik mengisi sebuah kotak isian dan memanipulasi gambar yang disajikan untuk menakar sampai sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan.

34

Pada tingkat ini, peserta didik dapat memasukkan variabel nyata yang diinginkan. Variabel yang dimasukkan akan berpengaruh terhadap simulasi yang terjadi pada layar. Tingkat III baik digunakan untuk pembelajaran yang bersifat Aplikasi dan Analisa. 4) Tingkat IV: Interaksi langsung Interaksi langsung menciptakan sebuah bahan ajar yang bertindak seperti layaknya yang akan terjadi pada dunia nyata. Peserta didik terlibat dalam sebuah simulasi yang mirip dengan kehidupan nyata. Stimuli dan respon dikoordinasikan dengan lingkungan nyata. Pembelajaran dan penilaian langsung terjadi, dan bahan ajar ini memungkinkan kolaborasi dengan peserta didik lain atau dengan guru . Tingkat IV baik digunakan untuk pembelajaran yang bersifat Sintesa dan Evaluasi. d. Penyusunan Storyboard Storyboard (cetak biru bahan ajar) sebagai kerangka acuan dalam menyusun bahan ajar berbasis TIK berupa urutan tampilan bahan ajar yang akan dikembangkan. Penyusunan storyboard adalah salah satu cara alternatif untuk mensketsakan kalimat penuh sebagai alat perencanaan. Storyboard

35

menggabungkan alat bantu narasi dan visual pada selembar kertas sehingga naskah dan visual terkoordinasi dengan baik. Komponen yang harus ada pada storyboard meliputi urutan tampilan, Materi Tampilan, Diskripsi, Navigasi dan Tata letak/disain tampilan. Berikut ini adalah contoh storyboard: Storyboard (Judul Bahan Ajar) A. Identitas Bahan Ajar 1. Standar Kompetensi : 2. Kompetensi Dasar : 3. Indikator Pencapaian : 4. Kelas/Semester : 5. Model Bahan Ajar : Tutorial/Simulasi/Presentasi B. Storyboard

3. Tahap Penyusunan

36

Kegiatan penyusun bahan ajar berbasis TIK tergantung dari karakteristik materi yang akan dikembangkan dalam kegiatan

pembelajaran. Penyusunan bahan ajar harus mengikuti kaidah-kaidah yang baku dalam penyusunan bahan ajar. Secara umum, bahan ajar harus memuat : a. Judul, kelas, semester dan identitas penyusun Pada umumnya judul bahan ajar, kelas, semester dan identitas terletak pada halaman muka (beranda). Hal ini penting diperhatikan agar memudahkan pemakai dalam memilih bahan ajar yang akan digunakan. b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar harus diinformaskan dalam bahan ajar yang disusun karena sebagai acuan bagi pemakai mengenai kompetensi yang harus dicapai peserta didik setelah mempelajari materi yang terdapat pada bahan ajar tersebut. c. Indikator Pencapaian Indikator pencapaian menggambarkan hasil-hasil yang harus dicapai peserta didik setelah mempelajari materi yang ada pada bahan ajar. Indikator pencapaian lebih menekankan pada aspek hasil belajar yang merupakan tahapan untuk mencapai

37

kompetensi sesuai dengan standar kompetensi maupun kompetensi dasarnya d. Materi Bahan Ajar Materi bahan ajar berbasis TIK harus memperhatikan tingkat interaktivitas bahan ajar yang disusun. Pengorganisaian materi bahan ajar harus mencerminkan aspek yang dilihat dari : 1). Kompleksitas, materi harus dikembangkan dari yang sederhana menuju yang kompleks baik dalam pengembangan konsep maupun contoh-contoh pendukungnya 2). Urgenitas, materi inti harus dikembangkan lebih dulu dari pada materi pengembangan. 3). Keruntutan, materi harus memberikan pemahaman yang runtut terhadap pemahaman konsep. Penyusunan materi yang tidak runtut menyulitkan peserta didik dalam memahami hubungan antar konsep dan sulit memetakan dalam pikiran. e. Latihan soal Latihan soal atau pemberian contoh permasalahan merupakan hal penting yang ada pada bahan ajar berbasis TIK karena dapat untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan pada saat pembelajaran. Pemberian contoh soal dan permasalahan juga

bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang ada pada bahan ajar melalui pembahasan bersama

38

f. Uji kompetensi Bahan ajar yang baik harus menyertakan bahan uji kompetensi yang disusun berdasarkan kisi-kisi yang disesuaikan dengan SK, KD dan Indikator Pencapaiannya. Soal Pada Uji Kompetensi umumnya disertai balikan (feedback) agar peserta didik dapat mengetahui kompetensi mana yang telah tercapai dan mana yang belum tercapai.

g. Referensi Referensi adalah acuan atau sumber materi yang digunakan dalam penyusunan bahan ajar. Penyertaan referensi pada bahan ajar penting untuk menghindari plagiasi dan dapat dijadikan sebagai rujukan apabila memerlukan informasi lebih lanjut F. Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Bagi penulis, kinerja merupakan bentuk kegiatan dari seseorang yang diberi tugas dan tanggungjawab yang telah mencapai standar sesuai kriteria penilaian dari pihak manajemen. Disamping itu pula dapat dikatakan bahwa kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

39

dengan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Tempe (1992) berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu: Kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; Kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; Kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud. Dan Fatah (1996) menegaskan bahwa kinerja diartikan sebagai ungkapan kemajuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan. Disamping itu Whitmore (1997:104) mengemukakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang. Pengertian ini menurut Whitmore merupakan pengertian yang

menuntut kebutuhan paling minim untuk berhasil. Oleh karena itu, ia mengemukakan pengertian kinerja yang dianggap representatif untuk menggambarkan tanggung jawab yang besar dari pekerjaan

seseorang. Menurutnya, kinerja yang nyata jauh melampaui apa yang diharapkan, yakni kinerja yang menetapkan standar-standar tertinggi orang itu sendiri, selalu standar yang melampaui apa yang dimaui atau diharapkan orang lain. Dengan demikian menurut Whitmore, kinerja

40

adalah suatu perbuatan, suatu prestasi atau apa yang diperlihatkan seseorang melalui keterampilan nyata. Dan Patricia King (1993:19) bahwa kinerja adalah aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan kepadanya. Mengacu dari pandangan ini, dapat diinterpretasikan bahwa kinerja seseorang dihubungkan dengan tugas rutin yang dikerjakannya. Sebagai seorang guru, misalnya, tugas rutinnya adalah melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah. Hasil yang dicapai secara optimal dari tugas mengajar itu merupakan kinerja seorang guru. Berbeda dengan pendapat Patricia King, pakar lain Mitchall Terence (1978) memandang bahwa kinerja atau performance

merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur motivasi, kemampuan, dan persepsi pada diri seseorang. Pandangan yang hampir senada dikemukakan McDaniel (Dokumen internet, t.t: 2) yang mengemukakan bahwa kinerja adalah interaksi antara kemampuan seseorang dengan interaksinya. Berdasarkan pandangan ini dapat ditegaskan bahwa kinerja merupakan penjumlahan antara

kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki seseorang. Dalam kaitannya dengan kinerja guru, kinerja mereka dapat terrefleksi dalam tugasnya sebagai seorang pengajar dan sebagai seorang pelaksana administrator kegiatan mengajarnya. Atau dengan kata lain, kinerja guru dapat dilihat pada kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan

41

menilai proses belajar mengajar yang intensitasnya dilandasi etos kerja dan disiplin profesional guru. Mengacu dari tugas yyang berkaitan dengan kinerja guru sebagaimana disebutkan di atas, dapat dikemukakan bahwa terdapat dua tugas guru yang dijadikan acuan kinerja guru. Kedua tugas itu adalah tugas yang berkaitan dengan kegiatan proses pembelajaran, dan tugas yang berkaitan dengan penataan, perencanaan yang berkaitan dengan tugas pembelajaran. Berdasarkan beberapa pengertian yang diungkap di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah interaksi antara kemampuan seseorang guru dengan interaksinya sebagai tenaga pendidik dan pengajar yang dengan kemampuan itu ia dapat mengelola proses belajar mengajar secara maskimal. 2. Pengertian Guru Pengertian guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 497) adalah individu yang pekerjaannya (mata pencahariannya atau profesinya) mengajar. Menurut Pidarta (1999) bahwa setiap guru adalah merupakan pribadi yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja,

42

guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar

Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Kompetensi Profesional yang dimaksud adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

43

Kompetensi atau kemampuan kepribadian yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek : a. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam

mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus. b. Dalam melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran

menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya. c. Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus

memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-prinsip lainnya.

44

d. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi siswa belajar. Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses

pembelajaran dapat diamati dari beberapa aspek berikut ini : a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu. c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

45

3. Aspek-Aspek Kinerja Guru Merujuk pada pengertian kinerja di atas, penulis

menambahkan tentang aspek-asepk Kinerja Guru menurut Mitchell (1978) yang mengunggkapkan lima faktor dominan dalam kinerja guru, yakni (a) kualitas kerja, (b) kecepatan dan ketepatan, (c) inisiatif, (d) kemampuan, dan (e) komunikasi. Selanjutnya, menurut Tollah (1993:78), ada tiga kriteria dasar yang berkaitan dengan kinerja guru, yaitu: (1) proses, (2) karakteristik-karakteristik guru, dan (3) hasil atau produk yaitu perubahan sikap peserta didik. Dalam proses

pembelajaran, kinerja guru dapat dilihat pada kualitas kerja yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang mengacu pada kompetensi guru yang profesional. Dalam tulisan ini, penulis lebih merujuk pada hasil Lokakarya Pendidikan Nasional (Tollah, 1993) tentang indikator kinerja guru dimana penulis hanya memetik 7 indkator yang disesuaikan dengan tema penelitian, yaitu : (1) menguasai bahan, (2) mengelola proses belajar mengajar, (3) menggunakan media atau sumber belajar, (4) merencanakan program pengajaran, (5) mengelola interaksi belajar mengajar, (6) melakukan penilaian hasil belajar siswa, dan (7) menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran.

46

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Parepare yang berlokasi di Jalan Pendidikan No. 09 telepon 0421-22836 Kota Parepare Kode Pos 91132. B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan dimulai pada bulan September sampai dengan Oktober 2011, tepatnya pada semester 1 (Ganjil) tahun pelajaran 2011/2012. C. Peneliti Pelaksana penelitian adalah Kepala SMA Negeri 3 Parepare dan dibantu oleh dua Wakil Kepala Sekolah (Wakasek Urusan Peningkatan Mutu dan Urusan Kurikulum). Kepala Sekolah selaku peneliti mengelola, menganalisa dan mendeskripsikan data penelitian sedangkan Wakasek bertugas membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian dan melakukan pengamatan. D. Siklus Penelitian Rencana penelitian akan dilaksanakan selama dua siklus, dimana masing-masing siklus meliputi 4 tahapan yaitu ; a) perencanaan tindakan, b) pelaksanaan tindakan, c) observasi, dan d) refleksi atau

46

47

evaluasi. Keempat tahapan tersebut dilakukan sebagai tahapan tindakan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh data tentang peningkatan kinerja guru dalam pembuatan bahan ajar melalui tindakan pelatihan TIK. E. Subjek Penelitian Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah Guru yang mengajar pada kelas X. D. Alasan memilih subyek penelitian pada kelas ini, sebab kelas yang dimaksud adalah Kelas Eksklusif dengan Program Unggulan. Sehingga yang mengajar pada kelas tersebut diharapkan mampu menggunakan teknologi informasi dalam pelaksanaan

pembelajarannya. Adapun jumlah guru yang dijadikan subyek penelitian adalah 15 orang guru dengan mata pelajaran yang berbeda-beda. Nama guru yang dijadikan subyek penelitian dan mata pelajaran yang diampuh disajikan pada tabel berikut ; No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Nama Guru Hj.Hartina, BA Barhama, S.Pd. Kasmiati, S.Pd. Mustakim, S.Pd. Dra. Rosmani Syamsuriani, S.Pd. Husrina, S.Pd. Yulianah, S.Pd. Asmar Pawellangi, S.Pd. Andi Nurmah, S.Pd. Adriana Burnas, S.Sos. Mata Pelajaran Pend. Agama Islam PKn Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Fisika Kimia Biologi Sejarah Geografi Sosiologi Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

48

12. 13. 14. 15.

Dra. Kamariah Drs. Robertus Lakka Dra. Hj. Hadawiah Yusnani, S.Pd.

Seni Budaya Bahasa Asing (Jerman) Keterampilan Muatan Lokal (Bhs.Bugis) Total

1 1 1 1 15

Berdasarkan tabel di atas maka subyek penelitian berjumlah 15 orang guru yang sekaligus sebagai peserta pelatihan pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK di SMA Negeri 3 Parepare tahun pelajaran 2011/2012. F. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Instrument Untuk mengumpulkan data penelitian, terlebih dahulu peneliti mengidentifikasi sumber data yang dapat dijadikan acuan terhadap peningkatan kinerja guru dalam pembuatan bahan ajar. Sumber data yang dimaksud meliputi ; 1) Jenis Bahan Ajar, 2) Observasi, Angket. Dari ketiga sumber data tersebut, maka diperlukan teknik dan jenis instrument yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Teknik dan jenis instrumen yang digunakan sebagai berikut : 1. Teknik Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut ; 3) dan

49

a. Bahan ajar berbasis TIK (Aplikasi Power Point) sebagai bukti hasil pelatihan dan digunakan sebagai indikator peningkatan kinerja guru setelah mengikuti pelatihan TIK. b. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang frekuensi jumlah guru dan bahan yang disiapkan dalam pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK. c. Angket dipergunakan untuk mengetahui respon guru terhadap tindakan yang diberikan pada pelatihan TIK dengan kegiatan pembuatan bahan ajar. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian sebagai berikut ; a. Format Penilaian dalam pembuatan bahan ajar, sebagai berikut ;No. 1. 2. 3. Nama GuruJudul

Penilaian Bahan Ajar (Power Point)SK KD Tujuan Uraian Materi

Animasi

Jml %

Skor Penilaian ; a) Skor 2 = bila ada data lengkap b) Skor 1 = bila ada data namun tidak lengkap b. Lembar Observasi, sebagai instrumen untuk mengamati frekuensi kehadiran guru dan persiapan-persiapan yang dilakukan dalam pembuatan bahan ajar pada pelatihan TIK. Persiapan yang

50

dimaksud yaitu ; (1) Membawa Laptop, (2) Membawa Referensi, (3) Membawa Silabus, dan (4) Membawa RPP. Adapun Format Lembar Observasi sebagai berikut ;No. 1. 2. 3.

Nama Guru

Kehadiran

Membawa Laptop

Referensi

Silabus

RPP

Jumlah

%

Skor Penilaian ; a) Skor 2 = bila hadir/ada persiapan b) Skor 1 = bila hadir namun cepat pulang/ada persiapan tidak lengkap c. Angket sebagai instrumen untuk menggali data tentang respon guru setelah mengikuti pelatihan TIK, sebagai berikut ;No. PERNYATAAN SS SKALA S RR TS STS

Pelatihan TIK sangat baik untuk 1. meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembuatan Bahan Ajar Pelatihan TIK mendukung peningkatan 2. Kinerja Guru dalam pembelajaran Pelatihan TIK hanya cocok bagi guru yang 3. telah mahir mengoperasikan PC/Laptop Pelatihan TIK dapat memotivasi guru 4. dalam pembuatan Bahan Ajar berbasis TIK. Pelatihan TIK dilaksanakan sebelum tahun 5. pelajaran Nara sumber pada Pelatihan TIK 6. seharusnya bukan dari Guru SMA Negeri 3 Parepare Pelatihan TIK adalah kebutuhan bagi Guru 7. yang ingin meningkatkan kompetensi profesional Pelatihan TIK sebaiknya dilakukan oleh 8. Dinas Pendidikan Pelatihan TIK wajib bagi Guru untuk 9. mengikutinya Pelatihan TIK bukan hanya ditujukan 10. kepada Guru yang mengajar pada Kelas Tertentu

51

Teknik Penilaian : Pernyataan Positif

SS = Sangat Setuju S = Setuju RR = Ragu-Ragu TS = Tidak Setuju STS= Sangat Tidak Setuju

: Skor = 5 : Skor = 4 : Skor = 3 : Skor = 2 : Skor = 1

SS = Sangat Setuju S = Setuju RR = Ragu-Ragu TS = Tidak Setuju STS= Sangat Tidak Setuju

Pernyataan Negatif

: Skor = : Skor = : Skor = : Skor = : Skor =

1 2 3 4 5

G. Prosedur Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), dimana antara peneliti dan subyek penelitian saling bekerjasama dalam melakukan tindakan. Tindakan Peneliti dalam pelatihan TIK, yakni ; 1) menyelenggarakan pelatihan TIK, 2) melakukan observasi dalam pembuatan bahan ajar, 3) melakukan penilaian terhadap bahan ajar, dan 4) memberikan Angket setelah mengikuti pelatihan TIK kepada subyek peneltian. Sedangkan subyek penelitian membuat bahan ajar yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Komptensi Dasar (KD) pada mata pelajaran yang diampu dengan mengaplikasikan hasil pelatihan TIK. Untuk mengungkapkan hasil penelitian digunakan metode deskriptif. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan semua perolehan data penelitian. Perolehan data yang dimaksud yaitu ; 1) hasil penilaian pembuatan bahan ajar, 2) hasil observasi, dan 3) hasil respon guru terhadap pelatihan TIK. Perolehan data tersebut

dideskripsikan sebagai hasil penelitian tindakan sekolah. Dan data yang diperoleh dideskripsikan pada tiap siklus.

52

Penelitian tindakan sekolah ini menggunakan dua siklus, dimana masing-masing siklus mengikuti prosedur tindakan yang meliputi 4 (empat) tahapan. Keempat tahapan pada masing-masing siklus disajikan berikut ini ; 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan 1) Persiapan sosialisasi pelatihan TIK dengan fokus kegiatan pembuatan bahan ajar kepada guru yang mengajar pada kelas X.D SMA Negeri 3 Parepare. 2) Membentuk Panitia Pelaksana Pelatihan TIK. 3) Melakukan kerjasama dengan Telkomsel Kota Parepare sebagai sponsor kegiatan dan nara sumber pelatihan. 4) Melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Parepare. 5) Melakukan koordinasi dengan para wakil kepala sekolah SMA Negeri 3 Parepare. 6) Menyiapkan sumber dan bahan pelatihan. 7) Membuat lembar observasi. b. Tahap Pelaksanaan 1) Memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat pelatihan kepada guru. 2) Bekerjasama dengan wakasek peningkatan mutu dalam

mempresentasikan contoh-contoh bahan ajar berbasis TIK.

53

3) Pelaksanaan pelatihan pembuatan bahan ajar berbasis TIK oleh nara sumber (Kepala Bidang Dikmenjur Dinas Pendidikan Kota Parepare, Wakasek Peningkatan Mutu) c. Tahap Observasi 1) Peneliti bersama Wakasek Urusan Peningkatan Mutu

melakukan tindakan pengamatan terhadap aktifitas guru dalam mengikuti pelatihan TIK. 2) Peneliti bersama Wakasek Urusan Kurikulum melakukan pengamatan terhadap persiapan-persiapan yang dilakukan dalam membuat bahan ajar. d. Tahap Refleksi 1) Peneliti menyampaikan hasil pengamatan pembuatan bahan ajar yang sesuai dengan SK/KD pada tiap mata pelajaran. 2) Peneliti dan guru bersama melakukan evaluasi terhadap bahan ajar yang telah dibuat. 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan 1) Peneliti melakukan koordinasi dengan subyek penelitian untuk tindak lanjut pembuatan bahan ajar. 2) Melakukan evaluasi kinerja guru dengan mengumpulkan bahan ajar yang telah dibuat dan dicopy pada CD oleh guru mata pelajaran.

54

3) Menyiapkan lembar observasi. 4) Melakukan koordinasi dengan Wakasek Urusan Peningkatan Mutu dan Urusan Kurikulum. b. Tahap Pelaksanaan 1) Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada siklus II. 2) Peneliti melakukan penilaian terhadap pembuatan bahan ajar sesuai hasil pelatihan TIK. 3) Peneliti dan Wakasek Urusan Peningkatan Mutu melakukan pembimbingan dalam pembuatan bahan ajar berdasarkan hasil pelatihan TIK. c. Tahap Obeservasi 1) Peneliti bersama Wakasek melakukan pengamatan terhadap persiapan pembuatan bahan ajar. 2) Peneliti bersama Wakasek melakukan pengamatan terhadap proses pembuatan bahan ajar. d. Tahap Refleksi Peneliti bersama Wakasek mendistribusikan Angket kepada guru yang mengikuti pelatihan TIK.

55

H. Teknik Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik frekuensi sebagai berikut ; =

I. Kriteria Hasil Penelitian

100 %

Untuk mengetahui Kriteria Hasil Pembuatan Bahan Ajar melalui Pelatihan TIK, peneliti menggunakan 3 (tiga) instrumen penilaian, yaitu ; (1) Penilaian Bahan Ajar, (2) Lembar Pengamatan dan (3) Angket. Hasil dari ketiga instrumen tersebut merujuk pada Prosentase Penilaian berikut ini ; No. 1. 2. 3. 4. 5. Prosentase 90 % 80 % 70 % 60 % 40 % - 100 % - 89 % - 79 % - 69 % - 59 % Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Hasil Penelitian ini berdasarkan tindakan melalui Pelatihan TIK dalam pembuatan Bahan Ajar dengan menggunakan Aplikasi Power Point selama 2 siklus. Masing-masing hasil pelatihan pada tiap siklus dipaparkan sebagai berikut ; 1. Siklus I Hasil penelitian pada siklus I berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pelatihan TIK dengan kegiatan pembuatan Bahan Ajar dan hasil pengamatan dengan menggunakan Lembar Observasi berikut ini ; a. Hasil Penilaian Bahan Ajar dengan Aplikasi Power Point Hasil pelatihan TIK dengan penilaian Tampilan Bahan Ajar yang dibuat oleh guru dalam bentuk Power Point yang telah ditransfer pada CD (Compact Disk) dengan menggunakan penilaian sederhana yang meliputi 6 item indikator untuk menentukan hasil penilaian bahan ajar. Keenam indikator yang harus ditampilkan pada Bahan Ajar yang dibuat guru meliputi ; (1) Judul, (2) Standar Kompetensi (SK), (3) Kompetensi Dasar (KD),

56

57

(4) Tujuan Pembelajaran, (5) Uraian Materi, (6) Penggunaan Animasi. Hasil penilaian Bahan Ajar disajikan dalam bentuk Graphic berikut ini ;Judul

60 %SK

53 %KD

77 % 53 %

Tujuan

Uraian Materi

75 %

Animasi

50 %

Graphic di atas menunjukkan bahwa 60 % dari 15 guru yang mengikuti pelatihan TIK, telah membuat judul materi yang disesuaikan dengan SK/KD pada hasil pembuatan bahan ajar dengan aplikasi Power Point, demikian pula penulisan Standar Kompetensi pada bahan ajar hanya 53 %, dan penulisan KD menunjukkan 77 %, penulisan Tujuan pembelajaran 53 %, disamping itu pemuatan uraian materi 75 % serta penggunaan animasi pada bahan ajar menunjukkan 50 % dari 15 guru yang mencantumkan animasi pada bahan ajarnya.

58

Dari hasil penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK dikategorikan Kurang dengan rerata hasil penilaian 61 %. Hal ini dapat dikatakan bahwa guru perlu diberi pemahaman akan pentingnya pelatihan TIK untuk meningkatkan kinerjanya. b. Hasil Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada pelatihan TIK meliputi 5 indikator yang dijadikan dasar dalam menentukan keseriusan guru dalam mengikuti Pelatihan TIK. Kelima indikator yang dimaksud di atas, yaitu : (1) Kehadiran dalam pelatihan TIK, (2) Membawa Laptop, (3) membawa buku Referensi, (4) membawa Silabus, dan (5) RPP dalam mengikuti pelatihan TIK. Hasil pengamatan pada siklus I ini digambarkan pada graphic berikut ;

RPP (57 %)

Kehadiran (83 %)

Silabus (57 %) Referensi (63 %)

Membawa Laptop (70 %)

59

Graphic diatas menggambarkan keseriusan guru dalam mengikuti Pelatihan TIK dengan kegiatan membuat bahan ajar pada siklus I yang ditunjukkan dengan adanya 83 % dari 15 guru menghadiri pelaksanaan pelatihan TIK, dan 70 % dari mereka membawa laptop, demikian pula 63 % membawa buku referensi serta 57 % membawa Silabus sesuai mata pelajaran, dan juga 57 % membawa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam mengikuti Pelatihan TIK. Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa keseriusan guru dalam mengikuti Pelatihan TIK membuat bahan ajar dikategorikan masih Kurang dengan rerata prosentase 66 % dari 15 guru sebagai peserta pada pelatihan tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa masih perlunya guru diberi motivasi untuk meningkatkan kinerja mereka dalam pembuatan bahan ajar untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran di kelas. 2. Siklus II Hasil penelitian pada siklus II berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pelatihan TIK dengan kegiatan pembuatan Bahan Ajar dan hasil pengamatan dengan menggunakan Lembar Observasi serta hasil respon guru setelah pelaksanaan pelatihan TIK selama 2 siklus berikut ini ;

60

a. Hasil Penilaian Bahan Ajar dengan Aplikasi Power Point Hasil pelatihan TIK dengan penilaian Tampilan Bahan Ajar yang dibuat oleh guru dalam bentuk Power Point yang telah ditransfer pada CD (Compact Disk) dengan menggunakan penilaian sederhana yang meliputi 6 item indikator untuk menentukan hasil penilaian bahan ajar. Keenam indikator yang harus ditampilkan pada Bahan Ajar yang dibuat guru meliputi ; (1) Judul, (2) Standar Kompetensi (SK), (3) Kompetensi Dasar (KD), (4) Tujuan Pembelajaran, (5) Uraian Materi, (6) Penggunaan Animasi. Hasil penilaian Bahan Ajar disajikan dalam bentuk Graphic berikut ini ;Judul

83 %SK

83 %KD

97 % 70 %

Tujuan

Uraian Materi

93 %

Animasi

73 %

Graphic di atas menunjukkan bahwa 83 % dari 15 guru yang mengikuti pelatihan TIK, telah membuat judul materi yang

61

disesuaikan dengan SK/KD pada hasil pembuatan bahan ajar dengan aplikasi Power Point, demikian pula penulisan Standar Kompetensi pada bahan ajar menunjukkan 83 %, dan penulisan KD menunjukkan 97 %, penulisan Tujuan pembelajaran 70 %, disamping itu pemuatan uraian materi 93 % serta penggunaan animasi pada bahan ajar menunjukkan 73 % dari 15 guru yang mencantumkan animasi pada bahan ajarnya. Dari hasil penilaian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK dikategorikan Baik dengan rerata hasil penilaian 83 %. Hal ini dapat dikatakan bahwa guru telah menyadari akan pentingnya pelatihan TIK untuk meningkatkan kinerja mereka dalam pembuatan bahan ajar. b. Hasil Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada pelatihan TIK meliputi 5 indikator yang dijadikan dasar dalam menentukan keseriusan guru dalam mengikuti Pelatihan TIK. Kelima indikator yang dimaksud di atas, yaitu : (1) Kehadiran dalam pelatihan TIK, (2) Membawa Laptop, (3) membawa buku Referensi, (4) membawa Silabus, dan (5) RPP dalam mengikuti pelatihan TIK. Hasil pengamatan pada siklus II ini digambarkan pada graphic berikut ;

62

RPP (90 %)

Kehadiran (100 %)

Silabus (90 %) Referensi (77 %)

Membawa Laptop (93 %)

Graphic diatas menggambarkan keseriusan guru dalam mengikuti Pelatihan TIK dengan kegiatan membuat bahan ajar pada siklus II yang ditunjukkan dengan 100 % kehadiran guru pada pelatihan TIK, dan 93 % dari mereka membawa laptop, demikian pula 77 % membawa buku referensi serta 90 % membawa Silabus sesuai mata pelajaran, dan juga 90 % membawa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam mengikuti Pelatihan TIK. Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa keseriusan guru dalam mengikuti Pelatihan TIK untuk membuat bahan ajar dikategorikan Sangat Baik dengan rerata prosentase 90 % dari 15 guru sebagai peserta pada pelatihan tersebut. Hal ini dapat dikatakan bahwa guru telah termotivasi dengan baik untuk meningkatkan kinerjanya dalam pembuatan bahan ajar. c. Respon Guru pada Pelatihan TIK

63

Tanggapan

guru

selaku

peserta

pelatihan

untuk

meningkatkan kinerja dalam pembuatan bahan ajar melalui Pelatihan TIK menunjukkan respon positif. Respon positif tersebut melalui pemberian angket setelah mereka mengikuti pelatihan TIK. Hasil penilaian dari 10 pernyataan dalam angket menunjukkan bahwa guru selaku peserta pelatihan; (1) 92 % sangat setuju terhadap Pelatihan TIK untuk tujuan meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembuatan Bahan Ajar, (2) 95 % sangat setuju bahwa Pelatihan TIK dapat mendukung peningkatan Kinerja Guru dalam pembelajaran, (3) 96 % sangat tidak setuju bila Pelatihan TIK diperuntukkan hanya yang mahir mengoperasikan PC atau Laptop, (4) 87 % setuju bila Pelatihan TIK untuk memotivasi guru dalam pembuatan Bahan Ajar berbasis TIK, (5) 96 % sangat setuju bila Pelatihan TIK dilaksanakan sebelum tahun pelajaran, (6) 83 % tidak setuju bila dikatakan Nara sumber pada Pelatihan TIK bukan dari Guru SMA Negeri 3 Parepare, (7) 91 % sangat setuju bila Pelatihan TIK dikatakan kebutuhan bagi Guru yang ingin meningkatkan kompetensi profesionalnya, (8) 84 % tidak setuju bila Pelatihan TIK hanya dapat dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, (9) 93 % sangat setuju bila Pelatihan TIK adalah wajib bagi Guru untuk mengikutinya, dan (10) 93 % sangat setuju bila Pelatihan TIK

64

ditujukan bukan hanya kepada Guru yang mengajar pada Kelas Tertentu. Hasil pernyataan guru di atas menunjukkan Respon positif terhadap Peningkatan Kinerja Guru dalam Pembuatan Bahan Ajar melalui Pelatihan TIK dan dikategorikan Sangat Baik dengan rerata 91 % dari hasil penilaian dari 10 pernyataan yang mereka jawab dalam angket. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK mendorong

peningkatan kinerja guru di SMA Negeri 3 Parepare. B. Pembahasan Penelitian tindakan sekolah dalam upaya peningkatan kinerja guru pada pembuatan bahan ajar melalui Pelatihan TIK dilakukan selama dua siklus kepada Guru yang mengajar pada kelas X. D menunjukkan peningkatan kinerja dalam pembuatan bahan ajar. Hal ini bila

dibandingkan antara hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan peningkatan yang terjadi pada siklus II setelah mereka mengikuti pelatihan TIK. Hasil tersebut dapat dilihat pada siklus I dimana guru sebagai peserta pelatihan yang berjumlah 15 orang dapat membuat bahan ajar dengan menggunakan aplikasi Power Point dengan 6 indikator penilaian bila guru telah mencantumkan ; 1) judul materi pembelajaran, 2) Standar

65

Kompetensi (SK), 3) Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai materi yang disajikan, 4) tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, 5) uraian materi sesuai SK/KD pada mata pelajaran yang diampuh, dan 6) menggunakan animasi untuk menarik tampilan bahan ajar yang dibuat. Hasil penilaian pembuatan bahan ajar pada siklus I dengan merujuk pada 6 indikator di atas, menunjukkan bahwa 15 guru yang mengikuti pelatihan TIK, 60 % telah membuat judul materi, 53 % mencantumkan Standar Kompetensi, 77 % mencantumkan KD pada bahan ajarnya, 53 % mencantumkan Tujuan pembelajaran, disamping itu 75 % telah memberikan uraian materi secara singkat serta 50 % dari 15 guru telah menggunakan animasi pada bahan ajarnya. Hasil penilaian di atas menunjukkan bahwa pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK pada siklus I dikategorikan masih Kurang dengan rerata hasil penilaian 61 %. Hal ini dapat dikatakan bahwa guru perlu diberi pemahaman akan pentingnya pelatihan TIK untuk

meningkatkan kinerjanya. Disamping kesimpulan hasil penilaian di atas, dapat pula dilihat pada hasil pengamatan selama mereka mengikuti pelatihan TIK dan persiapan-persiapan yang dilakukan menunjukkan 83 % dari 15 guru menghadiri pelaksanaan pelatihan TIK, 70 % membawa laptop, 63 % membawa buku referensi, 57 % membawa Silabus sesuai mata pelajaran,

66

dan 57 % membawa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam mengikuti Pelatihan TIK. Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa keseriusan guru dalam mengikuti Pelatihan TIK membuat bahan ajar dikategorikan juga masih Kurang dengan rerata prosentase 66 % dari 15 guru sebagai peserta pada pelatihan tersebut. Berdasarkan hasil penilaian pembuatan bahan ajar dan hasil pengamatan pada siklus I maka peneliti melakukan tindak lanjut pembuatan bahan ajar pada siklus II melalui pelatihan TIK. Hasil dari siklus II tersebut menunjukkan peningkatan kinerja guru, baik pada hasil penilaian bahan ajar maupun hasil pengamatan terhadap kesiapan guru mengikuti pelatihan serta respon positif guru selaku peserta pelatihan dengan pemberian Angket setelah mereka mengikuti pelatihan. Peningkatan kinerja guru pada pembuatan bahan ajar dapat dilihat pada hasil penilaian yang menunjukkan bahwa 83 % dari 15 guru yang mengikuti pelatihan TIK, telah membuat judul materi yang disesuaikan dengan SK/KD pada hasil pembuatan bahan ajar dengan aplikasi Power Point, demikian pula 83 % menuliskan Standar Kompetensi, dan 97 % mencantumkan KD, 70 % mencantumkan Tujuan pembelajaran, dan 93 % memberikan uraian materi memberikan animasi pada bahan ajarnya. serta 73 %

67

Dari hasil penilaian di atas maka pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK dikategorikan Baik pada siklus II dengan rerata hasil penilaian 83 %. Hal ini seiring dengan hasil pengamatan selama mereka mengikuti pelatihan TIK dimana menunjukkan 100 % guru hadir sepenuhnya pada pelatihan TIK, 93 % membawa laptop, demikian pula 77 % membawa buku referensi serta 90 % membawa Silabus sesuai mata pelajaran, dan juga 90 % membawa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam mengikuti Pelatihan TIK. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa peningkatan kinerja guru dalam pembuatan bahan ajar melalui Pelatihan TIK dikategorikan Sangat Baik berdasarkan rerata prosentase 90 % dari 15 guru sebagai peserta pada pelatihan tersebut. Hasil penilaian pembuatan bahan ajar dan pengamatan mengikuti pelatihan TIK pada siklus II di atas seiring dengan respon positif guru pada pelaksanaan pelatihan TIK. Hal ini berdasarkan 10 pernyataan yang mereka jawab dalam angket diperoleh rerata 91 % sangat setuju terhadap peningkatan kinerja guru melalui pelatihan TIK.

68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, tentang upaya meningkatkan kinerja guru dalam pembuatan bahan ajar melalui pelatihan TIK maka dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan dengan Pelatihan TIK selama dua bulan (dua siklus) secara berkesinambungan dapat meningkatkan Kinerja Guru dalam Pembuatan Bahan Ajar dengan menggunakan Aplikasi Power Point di SMA Negeri 3 Parepare tahun pelajaran 2011/2012. B. Saran-Saran Dengan merujuk kesimpulan di atas, maka peneliti

menyarankan bahwa ; 1. Untuk meningkatkan kinerja guru, pihak kepala sekolah selaku pemegang amanah pada satuan pendidikan sebaiknya

memprioritaskan pembinaan guru melalui pelatihan-pelatihan atau workshop yang berkelanjutan dan bersinergi dengan program peningkatan mutu sekolah. 2. Pihak Pengawas pada Dinas Pendidikan Kota Parepare agar selalu menstimulus kinerja guru melalui supervisi akademik setiap bulannya pada satuan pendidikan. 68

69

3. Para Kepala Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Parepare agar dapat berkolaborasi dalam melakukan tindakan penelitian bila menemukan gejala-gejala kelesuan tenaga pendidik dalam

pelaksanaan pembelajarannya. 4. Pihak pemangku kepentingan pada Dinas Pendidikan Kota Parepare agar lebih intensif dalam pembinaan profesionalisme tenaga pendidik yang bukan hanya di dominasi oleh guru akan tetapi pembinaan khusus kepada kepala sekolah pada satuan pendidikan dalam pengelolaan satuan pendidikan. 5. Membudayakan penelitian tindakan di lingkungan KKS Tingkat SMA pada Dinas Pendidikan Kota Parepare. 6. Agar Pemerintah Kota Parepare melalui Dinas Pendidikan dapat menganggarkan khusus dengan pemberian dana stimulus kepada kepala sekolah yang akan melakukan penelitian pada satuan pendidikannya sehingga permasalahan pendidikan di Kota Parepare dapat tereliminir. 7. Tindak lanjut hasil penelitian ini dapat diujicobakan pada satuan pendidikan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Parepare, agar peningkatan mutu sekolah dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan di Kota Parepare yang seiring dengan visi Kota Parepare sebagai Kota Pendidikan.

70

DAFTAR PUSTAKA Deeson, Eric. 1991. Dictionary of Information Technology. Glasgow,UK : Harper Collins Publishers. Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta : Dirjen Mandikdasmen Depdiknas Dharma, Surya. 2007. Pendidikan dan Pelatihan : Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Manajemen. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Djamarah, S.B. 2000. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya. Usaha Nasional. Fatah, N. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Gunawan, 1996. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Haryanto, Edy. (2008). Teknologi Informasi dan Komunikasi: Konsep dan Perkembangannya. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran Rahmat, Asep Zaenal. 2010. Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Konten Jardiknas Tingkat Nasional Tahun 2010 : Strategi Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta : Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1) 62-70. Sungkowo. 2010. Panduan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis TIK. Jakarta : DIrektorat Pembinaan SMA, Dirjen Mandikdasmen Depdiknas Pidarta, 1997. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT. Bina Rineka Cipta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 2 tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014 Tempe, A. Dale., 1992. Kinerja. Jakarta : PT. Gramedia Asri Media. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta ; Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. www.wikipedia.org/wiki/teknologi informasi 2011, akses 17 Oktober 2011 Jam 03.00 Wita Online.

Lampiran 08 PELATIHAN TIK DALAM PEMBUATAN BAHAN AJAR BAGI GURU SMA NEGERI 3 PAREPARE TAHUN PELAJARAN 2011/2012

71

Pembukaan Pelatihan TIK oleh Kepala Bidang Dikmenjur Dinas Pendidikan Kota Parepare dan Arahan dari Peneliti (Kepsek) Siklus I

72

Penyajian Materi Peltihan TIK oleh Kepala Bidang Dikmenjur Dinas Pendidikan Kota Parepare dan Peserta Pelatihan TIK Siklus I

Penyajian Materi pada Pelatihan TIK dalam Pembuatan Bahan Ajar oleh Wakasek Ur. Peningkatan Mutu didamping guru TIK pada Siklus II

Peserta Pelatihan TIK yang diamati oleh Peneliti dan Wakasek Ur. Kurikulum pada Siklus II