15186954- kpmmpnn kepsek
TRANSCRIPT
“HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI
MTs AL ROSYID BOJONEGORO”.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pencapaian visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan bersama oleh pihak sekolah, diperlukan kondisi sekolah yang
kondusif dan keharmonisan antara tenaga pendidikan yang ada di sekolah
antara lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, dan orang tua murid /
masyarakat yang masing-masing mempunyai peran yang cukup besar dalam
mencapai tujuan organisasi.
Suatu organisasi akan berhasil dalam mencapai tujuan dan program-
programnya jika orang-orang yang bekerja dalam organisasi tersebut dapat
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung
jawabnya. Agar orang-orang dalam organisasi tersebut dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, maka diperlukan seorang pemimpin yang dapat
mengarahkan segala sumber daya menuju ke arah pencapaian tujuan. Dalam
suatu organisasi, berhasil atau tidaknya tujuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu Pemimpin dan orang yang dipimpinnya. Agar
kepemimpinan yang dilaksanakan oleh pemimpin tersebut efektif dan efesien,
salah satu tugas yang harus dilakukan adalah memberikan kepuasan kepada
orang yang dipimpinnya.
1
1
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di lingkungan satuan
pendidikan harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan dalam lingkungan satuan pendidikan selalu melibatkan upaya
seorang kepala sekolah untuk mempengaruhi perilaku para pengikut/guru
dalam suatu situasi. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan fungsi
kepemimpinannya, dia bukan saja harus memiliki wibawa tetapi harus
memiliki kesanggupan untuk menggunakan wibawa ini terhadap para guru
supaya diperoleh kinerja guru yang baik.
Dalam sebuah organisasi perlu ditetapkan azas-azasnya. Diantaranya
adalah pembagian tugas. Yang perlu diperhatikan dalam azas pembagian tugas
ini adalah kemampuan dari individu-individu yang diserahi tugas. Dengan
demikian dalam suatu organisasi perlu adanya manajemen efektif yang
mampu mengarahkan dan membina perilaku organisasi dan administrasi.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sangat besar peranan dan
fungsi manajemen dalam suatu organisasi maupun dalam tatanan hidup di
masyarakat.
Hasibuan (2001:9) memberi batasan tentang manajemen adalah sebagai
berikut :
“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efesien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu”.
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa manajemen adalah
merupakan suatu keahlian menggerakkan dan mengendalikan orang lain untuk
2
2
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan demikian aktifitas dari
kegiatan organisasi ditentukan oleh peran seorang pemimpin dan dibantu oleh
individu-individu yang menjadi bawahannya. Dan di setiap lembaga satuan
pendidikan tentu mempunyai seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dan
guru, serta karyawan sebagai bawahannya.
Pemimpin oleh Winardi (2004:304) didefinisikan sebagai berikut :
“Pemimpin adalah seorang yang karena kecakapan-kecakapan pribadinya
dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang
dipimpinnya untuk mengerahkan usaha bersama ke arah pencapaian sasaran-
sasaran tertentu “.
Dari pendapat tersebut pengertian pemimpin mewujudkan adanya
kemampuan untuk menggerakkan, membimbing, memimpin dan memberi
kegairahan kerja terhadap orang lain. Jadi bila ditarik kesimpulan dari
pendapat diatas, pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi,
menggerakkan, menumbuhkan perasaan ikut serta dan tanggung jawab,
memberikan fasilitas, tauladan yang baik serta kegairahan kerja terhadap
orang lain.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di satuan pendidikan
merupakan pemimpin formal, artinya dia diangkat secara formal (Formally
Designated Leader) oleh organisasi yang bersangkutan atau organisasi yang
menjadi atasannya.
Guru ( pendidik ) menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 adalah :
3
3
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.
Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai
peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan organisasi selain tenaga
kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan
peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan
menghasilkan tamatan/lulusan yang diharapkan. Untuk itu kinerja guru harus
selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja itu biasanya
dilakukan dengan cara memberikan motivasi, mengadakan supervisi,
memberikan insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang
dalam karir, meningkatkan kemampuan, dan gaya kepemimpinan yang baik.
Sementara kinerja guru dapat ditingkatkan apabila yang bersangkutan merasa
senang dan cocok dengan gaya kepemimpinan yang terapkan oleh kepala
sekolah.
Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) merupakan hasil yang
dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan
serta penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan
unsur-unsur yang terdiri kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas
mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan
dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran ,
4
4
kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi
panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing
siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas kepala
sekolah selaku pemimpin adalah melakukan penilaian terhadap kinerja guru.
Penilaian ini penting untuk dilakukan mengingat fungsinya sebagai alat
evaluasi kepemimpinan bagi kepala sekolah.
Pada penulisan skripsi ini, penulis memberi batasan pada masalah
keterkaitan antara kepemimpinan kepala sekolah, dan kinerja guru. Realita
mengatakan bahwa kreatifitas dan kinerja guru yang ada di sebuah lembaga
pendidikan bergantung dari bagaimana peran seorang kepala sekolah dalam
memberi kebijakan atau perintah kepada guru. Oleh karena itu kepala sekolah
dituntut untuk menerapkan kepemimpinan secara benar dan konsekwen.
Karena kepemimpinan inilah yang nantinya banyak mempengaruhi perilaku
pengikut-pengikutnya.
Berdasarkan uraian tersebut akhirnya penulis tertarik dan ingin
membahasnya dalam sebuah karya tulis ilmiah tentang “HUBUNGAN
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU
DI MTs AL ROSYID BOJONEGORO”.
B. Tujuan dan manfaat penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro.
5
5
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah/Dinas Pendidikan Nasional hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk menentukan kebijakan yang berkaitan
dengan kepemimpinan kepala sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan
kinerja guru.
2. Bagi Instansi yang diteliti hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan dalam mengembangkan secara umum terhadap Manajemen
Sumber Daya Manusia, khususnya yang menyangkut masalah dalam
menyusun strategi peningkatan kinerja guru.
3. Bagi STIE Cendekia Bojonegoro, hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk menambah koleksi perpustakaan STIE Cendekia Bojonegoro.
4. Bagi penulis sendiri adalah dapat secara langsung menerapkan ilmu-ilmu
yang diperoleh selama duduk di bangku kuliah tentang Manajemen
Sumber Daya Manusia.
5. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dapat dijadikan referensi untuk
memperluas wawasan pengetahuan dan penelitian lebih lanjut.
C. Identifikasi Masalah
Agar tidak mengaburkan persepsi dan mempermudah pemahaman
terhadap keseluruhan pembahasan dalam skripsi, maka perlu identifikasi
masalah sebagai berikut :
6
6
- Ada siswa MTs Al Rosyid yang belum lulus Ujian Nasional
gelombang I Tahun Pelajaran 2004/2005
- Pembagian tugas mata pelajaran kepada guru, belum sesuai dengan
disiplin ilmu.
- Munculnya keluhan siswa tentang seringnya jam pelajaran yang kosong.
- Tidak habisnya materi pembelajaran sesuai target kurikulum.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian maka dapat
diajukan rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru
di MTs Al Rosyid Bojonegoro”
E. Hipotesis
Menurut Buku Pedoman Penulisan Skripsi STIE Cendekia Bojonegoro
(2004:17) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang kebenarannya masih harus diuji. Sedangkan menurut Yatim Riyanto
(2001:16) Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap
permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Bardasarkan pendapat tersebut maka sebagai jawaban
sementara/hipotesa alternatif (Ha) dari masalah penelitian ini adalah “Ada
hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru di MTs Al Rosyid”. Sedangkan hipotesa nol (H0)-nya adalah
“Tidak ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja
guru di MTs Al Rosyid Bojnegoro”. Dengan demikian diduga dengan uji-t,
7
7
bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, sehingga hipotesa alternatif (Ha)
diterima.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kepemimpinan
Seperti diketahui keberhasilan sebuah organisasi tergantung oleh
beberapa faktor. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
tercapainya tujuan organisasi adalah kinerja para pemimpinnya. Mereka yang
dapat mengkombinasikan kualitas kepemimpinan dengan kekuatan yang ada
dalam posisinya untuk menciptakan pengaruh yang kuat kepada bawahannya
dan koleganya dipandang sebagai pemimpin yang baik.
Dari semua fungsi manajemen, kepemimpinan atau leadership
melibatkan atasan yang berhubungan langsung dengan bawahannya. Dengan
demikian memimpin merupakan bagian sentral dari peran kepala sekolah,
dalam bekerja bersama-sama untuk mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.
Kemampuan memimpin yaitu kemampuan seorang kepala sekolah
dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan, dan berkomunikasi dengan
bawahan. Seseorang yang mempunyai posisi sebagai pemimpin dalam suatu
organisasi mengemban tugas untuk melaksanakan kepemimpinan. Dengan
kata lain pemimpin adalah orangnya dan kepemimpinan atau leadership
adalah kegiatannya.
8
8
Ada beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli. Menurut E.
Mulyasa (2005 :107) kepemimpinan diartikan sebagai kegiatan untuk
mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap tercapainya tujuan
organisasi.
Sedangkan kepemimpinan menurut Hasibuan (2001:167) adalah :
“Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan organisasi”.
Amirullah (2004:245) mendefinisikan kepemimpinan sebagai hubungan
dimana seseorang (pemimpin) mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja
sama melaksanakan tugas-tugas yang saling berkaitan guna mencapai tujuan
yang diinginkan pemimpin dan atau kelompok. Definisi tersebut menekankan
pada permasalahan hubungan antara orang yang mempengaruhi (pemimpin)
dengan orang yang dipengaruhi (bawahan).
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, penulis dapat memberi
kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan orang yang memiliki
kewenangan untuk memberi tugas, mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain melalui pola hubungan yang baik guna mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan dalam konteks struktural tidak hanya terikat pada bidang
atau sub bidang yang menjadi garapannya, tetapi juga oleh rumusan tujuan
dan program pencapaiannya yang telah ditetapkan oleh pemimpin yang lebih
9
9
tinggi posisinya. Setiap anggota harus melaksanakannya tanpa menyimpang.
Sehingga dalam hal ini kepemimpinan diartikan sebagai proses pemberian
motivasi agar orang-orang yang dipimpin melakukan kegiatan atau pekerjaan
sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Kepemimpinan juga berarti
usaha mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi orang lain, agar pikiran
dan kegiatannya tidak menyimpang dari tugas pokoknya masing-masing.
Dalam keadaan seperti ini inisiatif dan kreativitas tidak menyentuh tujuan dan
program organisasi, dan jika masih diijinkan, sentuhannya hanya berkenaan
dengan cara melaksanakan program agar tujuan lebih mudah dicapai. Inisiatif
dan kreativitas tersebut tetap akan sulit dilakukan bilamana pimpinan unit
tidak memiliki atau tidak mendapat pelimpahan wewenang. Dengan kata lain
kepemimpinan dalam kontek struktural tidak dapat melepaskan diri dari sifat
birokratis, meskipun tidak seluruhnya bersifat negatif. Sifat birokratis itu
berarti pemimpin dalam melaksanakan program atau cara bekerja berpegang
pada hirarki dan jenjang jabatan yang saling tidak boleh melampaui
wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Birokrasi yang terlalu ketat
akan mengakibatkan kepemimpinan kurang berfungsi, karena fungsi
pengambilan keputusan tidak dapat dilaksanakan secara cepat. Setiap
keputusan pimpinan yang lebih rendah, bukan saja harus sejalan dengan
kebijaksanaan dan keputusan pimpinan yang lebih tinggi, tetapi juga sering
terjadi pengambilan keputusan harus disetujui lebih dahulu oleh pimpinan
atasan.
10
10
Kepemimpinan dalam konteks non-struktural dapat diartikan sebagai
proses mempengaruhi pikiran, perasaan, tingkah laku, dan mengarahkan
semua fasilitas untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan secara
bersama-sama pula. Dalam konteks non-struktural ini sebab-sebab seseorang
dipilih, dipercaya dan diangkat menjadi pemimpin karena memiliki kelebihan
dalam aspek-aspek kepribadiannya. Kelebihan itu menimbulkan kepercayaan
dan kesediaan mengikuti petunjuk, bimbingan dan pengarahnnya. Kelebihan
itu mungkin berupa kemampuan intektual yang ditampilkan dalam wawasan
yang luas, kemampuan menyelesaikan masalah dan lain-lain. Di samping itu
mungkin berupa kesederhanaan, kejujuran, keterbukaan, dedikasi dan
loyalitas, kepeloporan dan lain-lain. Dalam kepemimpinan ini hubungan
antara pemimpin dengan orang-orang yang dipimpinnya lebih longgar.
Hubungan yang longgar itu disebabkan karena pemimpin berasal dari anggota
kelompok yang sebelumnya merupakan orang-orang yang senasib dan
sepenanggungan. Pemimpin tidak hanya mampu menghayati tugas-tugas yang
harus dikerjakan anggota kelompok/organisasinya, tetapi juga menghayati
kepentingan/kebutuhan dan masalah-masalahnya. Oleh karena itu setiap
keputusannya selalu diorientasikan pada kebersamaan dengan anggota, dan
bukan untuk melindingi posisinya (jabatannya) sebagai pemimpin. Dengan
jiwa kebersamaan itulah yang menjadi faktor yang memudahkan pemimpin
menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya, sebagai perwujudan
kepemimpinan yang efektif.
11
11
Amirullah (2004:269) memberi indikator kepemimpinan efektif yaitu
dengan melihat dari hasil kinerja yang diperoleh selama tugas
kepemimpinannya, baik secara kualitas maupun kuntitas. Salah satu
pendekatan yang dianggap tepat dalam melihat indikator kepemimpinan yang
efektif adalah dengan melihat peran-peran yang dimainkan oleh seorang
pemimpin. Apabila pemimpin itu telah melaksanakan tugas sesuai dengan
peran dan fungsinya, maka pemimpin itu dikatakan sudah efektif. Sebaliknya,
pemimpin yang belum melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan peranannya,
maka pemimpin itu masih belum bisa dikatakan sebagai pemimpin yang
efektif. Adapun peran-peran dari seorang pemimpin yang efektif adalah :
(1) sebagai figur (figurehead); (2) sebagai pemimpin (leader); (3) sebagai
penghubung (liasion); (4) sebagai pengamat (monitoring); (5) sebagai
pembagi informasi (disseminator); (6) sebagai juru bicara (spokesperson) dan
(7) sebagai wirausaha (enterpreneur).
B. Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan dan perilaku kepemimpinan.
1. Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan
Untuk memperoleh kemampuan dalam dalam kepemimpinan diperlukan
sejumlah sifat-sifat yang baik dan tepat, tetapi untuk sejumlah sifat-sifat
tersebut tidaklah cukup untuk memperoleh predikat pemimpin. Karena
sifat-sifat itu harus diterapkan dalam praktek pada waktu dan situasi yang
tepat pula. Disamping itu diperlukan pula adanya bawahan atau
sekelompok orang yang mencari kepemimpinannya. Sifat-sifat
12
12
kepemimpinan itu mencangkup : pengetahuan, kecerdasan, imanjinasi,
kepercayaan diri, integrasi, kepandaian berbicara, pengendalian dan
keseimbangan mental dan emosional, pergaulan sosial dan persahabatan,
dorongan, antusiasme dan keberanian.
2. Pendekatan perilaku kepemimpinan
Pendekatan perilaku tidak mencoba untuk mencari jawaban sifat-
sifat pemimpin, tetapi akan mencoba untuk menentukan apa yang
dilakukan oleh para pemimpin efektif, bagaimana mereka mendelegasikan
tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dan memotivasi bawahan
mereka, bagaimana mereka menjalankan tugas. Tidak seperti pendekatan
sifat, pendekatan perilaku dapat dipelajari atau dikembangkan sehingga
individu-individu dapat dilatih dengan perilaku kepemimpinan yang tepat
agar mampu memimpin dengan efektif.
Pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada dua aspek
perilaku kepemimpinan yaitu :
a. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif hanya dapat terwujud apabila
dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi pemimpin ini
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa
setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu.
Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi sosial
kelompok/organisasinya.
13
13
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan
situasi sosial kelompok/organisasinya, akan dirasakan sebagai
keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam
melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi
pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan
dengan situasi sosial yang dikembangkannya. Fungsi kepemimpinan
itu memiliki dua dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat
pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas
tugas pokok kelompok/organisasi, yang dijabarkan dan
dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-
kebijaksanaan pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional
dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan. Lima fungsi
kepemimpinan tersebut adalah :
- Fungsi Instruktif
Pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan
pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin
sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), kapan (waktu
14
14
memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana
(tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan
secara efektif.
- Fungsi Konsultatif
Pemimpin kerapkali memerlukan bahan pertimbangan yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Konsultasi dapat pula dilakukan melalui arus
sebaliknya, yakni dari orang-orang yang dipimpin kepada
pemimpin yang menetapkan keputusan dan memerintahkan
pelaksanannya. Hal ini berarti fungsi ini berlangsung dan bersifat
komunikasi dua arah, meskipun pelaksanaannya sangat tergantung
pada pihak pemimpin.
- Fungsi Partisipasi
Fungsi ini berarti kesediaan pemimpin untuk tidak berpangku
tangan pada saat-saat orang yang dipimpin melaksanakan
keputusannya. Pemimpin tidak boleh sekedar mampu membuat
keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, tetapi juga ikut
dalam proses pelaksanaannya, dalam batas-batas tidak menggeser
dan mengganti petugas yang bertanggung jawab
melaksanakannya.
- Fungsi Delegasi
15
15
Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok
organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat
dilimpahkan kepada orang-orang yang dipercayainya. Fungsi
delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Pemimpin harus
bersedia dan dan dapat mempercayai orang lain sesuai dengan
posisi/jabatannya.
- Fungsi Pengendalian
Pemimpin mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah
dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
b. Gaya kepemimpinan
Pandangan kedua tentang perilaku kepemimpinan ini
memusatkan pada gaya kepemimpinan dalam hubungannya dengan
bawahan. Menurut Nasution (2004:199) Gaya Kepemimpinan adalah
suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan
bawahannya. Gaya kepemimpinan ini pada gilirannya ternyata
merupakan dasar dalam membeda-bedakan atau mengklasifikasikan
tipe kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu :
1. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan
tugas secara efektif dan efesien, agar mampu mewujudkan tujuan
secara maksimal.
16
16
2. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan pelaksanaan
hubungan kerja sama.
3. Gaya kepemimpinan yang berpola mementingkan hasil yang dapat
dicapai dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi. Disini
pemimpin menaruh perhatian yang besar dan memiliki keinginan
yang kuat, agar setiap anggota berprestasi sebesar-besarnya.
Ketiga pola dasar perilaku kepemimpinan dalam praktik tidak
berlangsung secara ekstrim terpisah-pisah. Pemisahan sebagaimana
tersebut diatas dimaksudkan sebagai uraian teoritis, yang akan
mengantarkan pada kategori kepemimpinan menjadi lima tipe pokok
dalam kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif tidak mungkin
terwujud dengan mempergunakan salah satu tipe kepemimpinan
secara murni. Arifin (2005:15) kelima tipe pokok kepemimpinan
tersebut adalah :
1. Tipe kepemimpinan otokratik
Kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang
atau sekelompok kecil orang yang diantara mereka tetap ada
seseorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai
penguasa tunggal. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai
pelaksana keputusan, perintah dan bahkan kehendak pemimpin.
Pemimpin memandang dirinya lebih dalam segala hal,
dibandingkan dengan bawahannya. Perintah pemimpin tidak boleh
dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling
17
17
benar. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain bagi bawahan selain
tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan
pemimpin digunakan untuk menekan bawahan, dengan
mempergunakan sanksi atau hukuman sebagai alat utama.
2. Tipe kepemimpinan paternalistik
Tipe kepemimpinan ini lebih mengutamakan kebersamaan. Tipe
ini memperlakukan semua satuan kerja yang terdapat dalam
organisasi dengan seadil dan serata mungkin.
3. Tipe kepemimpinan kharismatik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai kemampuan menggerakkan
orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan
pribadi yang dimiliki oleh pemimpin, sehingga menimbulkan rasa
hormat, segan dan patuh pada orang-orang yang dipimpinnya.
Adapun keistimewaan kepribadian yang umum dimiliki
kepemimpinan tipe ini adalah akhlak yang terpuji.
4. Kepemimpinan bebas (Laissez Faire)
Dalam kepemimpinan ini, pemimpin berkedudukan sebagai
simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan
penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan
melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan
masing-masing, baik secara perseorangan maupun berupa
kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya mengfungsikan
18
18
dirinya sebagai penasehat, yang dilakukan dengan memberi
kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota
kelompok yang memerlukannya. Dalam kepemimpinan ini apabila
tidak ada seorangpun dari anggota kelompok atau bawahan yang
mengambil inisiatif untuk menetaplan suatu keputusan maka tidak
ada aktivitas/kegiatan organisasi.
5. Tipe kepemimpinan demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor
utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Proses
kepemimpinan diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan
yang luas bagi anggota kelompok/organisasi untuk berpartisipasi
dalam setiap kegiatan. Setiap angota kelompok tidak saja diberi
kesempatan untuk aktif, tetapi juga dibantu dalam
mengembangkan sikap dan kemampuannya memimpin. Konsisi
itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan
menduduki jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi
kekosongan karena pensiun, mutasi, meninggal dunia, atau sebab-
sebab lain.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif,
dinamis dan terarah. Kegiatan-kegiatan pengendalian dilaksanakan
secara tertib dan bertanggung jawab. Pembagian tugas yang
disertai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas
memungkinkan setiap angoota berpartisipasi secara aktif. Dengan
19
19
kata lain setiap anggota mengetahui secara pasti sumbangan yang
dapat diberikan untuk mencapai tujuan organisasinya.
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Sebagaimana sekolah dipahami sebagai suatu organisasi, kepemimpinan
dan manajemen menjadi menarik untuk kaji. Sebagai suatu organisasi, sekolah
memerlukan tidak hanya seorang manajer untuk mengelola sumber daya
sekolah, yang lebih banyak berkonsentrasi pada permasalahan anggaran dan
persoalan adminstratif lainnya, melainkan juga memerlukan pemimpin yang
mampu menciptakan sebuah visi dan mengilhami staf dan semua komponen
individu yang terkait dengan sekolah. Wacana ini mengimplikasikan bahwa
baik pemimpin maupun manajer diperlukan dalam pengelolaan sekolah.
Berbeda dengan organisasi lain, sekolah merupakan bentuk organisasi
moral, yang berbeda dengan bentuk organisasi lainnya, terutama yang
berorientasi pada keuntungan (laba). Sebagai suatu organisasi, menurut
Rumtini Iksan (http://www.depdiknas.go.id :2005) kesuksesannya tidak hanya
ditentukan oleh kepala sekolah melainkan juga oleh tenaga kependidikan
lainnya dan proses sekolah itu sendiri. Hal tersebut membawa konsekuensi
logis bahwa kepala sekolah berkewajiban mengkoordinasikan ketenagaan di
sekolah untuk menjamin terimplementasikannya peraturan dan perundangan
sekolah. Dalam perannya tersebut, kepala sekolah dapat berfungsi sebagai
motivator, direktur, dan evaluator.
Kepala sekolah adalah pemimpin pada satu lembaga satuan pendidikan.
Tanpa kehadiran kepala sekolah proses pendidikan termasuk pembelajaran
20
20
tidak akan berjalan efektif. Kepala sekolah adalah pemimpin yang proses
keberadaannya dapat dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau
ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Awaludin Hamzah (http://www.pikiran-
rakyat.com: 25 Oktober 2004) Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk
menjadi kepala sekolah yaitu :
1. Aspek Akseptabilitas
Akseptabilitas adalah aspek mengandalkan dukungan riil dari
komunitas yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah harus mendapat
dukungan dari guru-guru dan karyawan lembaga yang bersangkutan
sebagai komunitas formal yang dipimpinnya. Dukungan ini juga secara
nonformal harus mendapat pula dari masyarakat pendidikan termasuk
komite sekolah sebagai wadah organisasi orang tua/wali siswa.
Seorang kepala sekolah sah menjadi pemimpin apabila mendapat
dukungan riil dari masyarakat yang dipimpinnya, hal ini untuk
memudahkan kinerja tugas serta menghindarkan dari sikap apriori atau
pembangkangan dari yang dipimpinnya. Sesungguhnya jika seseorang
yang memimpin tidak dikehendaki oleh yang dipimpin akan menimbulkan
ketidakserasian dalam pelaksanaan tugas.
Aspek akseptabilitas ini dalam teori organisasi disebut legitimasi
(pengakuan) yakni kelayakan seorang pemimpin untuk diakui dan
diterima keberadaannya oleh mereka yang dipimpin. Untuk mendapatkan
legitimasi, sebaiknya kepala sekolah dipilih langsung oleh guru-guru.
21
21
Hanya orang yang dipilih melalui proses pemilihan seperti ini
biasanya seorang pemimpin mendapat dukungan yang nyata. Tentunya
melalui tahapan seleksi yang ketat tidak asal memilih. Kepemimpinan
seperti ini akan memiliki legitimasi yang sangat kuat jika melalui proses
pemilihan langsung yang dilaksanakan secara adil, jujur, dan transparan.
2. Aspek kapabilitas
Aspek kapabilitas menyangkut kompetensi (kemampuan) untuk
menjalankan kepemimpinan. Untuk menjadi kepala sekolah tidak hanya
cukup mendapat pengakuan dari guru-guru sebagai pendukungnya tapi
juga harus memiliki kemampuan memimpin.
Selain itu, memiliki kemampuan dalam mengelola sumber daya
yang ada dari orang-orang yang dipimpinnya agar tidak menimbulkan
konflik. Kapabilitas ini sangat diperlukan bagi seorang kepala sekolah,
melalui pengalaman yang cukup memadai serta pengetahuan mengenai
manajemen sekolah dan pendidikan lainnya. Apabila kepala sekolah tidak
memiliki kemampuan dalam mengelola dapat dipastikan lembaga yang
dipimpinnya tidak akan berjalan efektif dan ada kemungkinan berantakan.
Konflik biasanya muncul karena adanya berbagai kepentingan dan
gagasan yang kurang terakomodasi dengan sempurna. Apabila konflik ini
dikelola dengan baik serta mengakomodasi hal-hal yang secara realistis
dapat dilaksanakan, akan melahirkan sebuah kesepakatan dan pemahaman
yang akan terasa elok apabila dilaksanakan secara bersama dengan penuh
tanggung jawab.
22
22
3. Aspek integritas
Aspek integritas adalah sebuah persyaratan yang sempurna apabila
aspek akseptabilits dan kapabilitas terpenuhi. Dengan persyaratan ini
seorang kepala sekolah dapat menghasilkan produk kepemimpinan yang
sempurna dan diterima oleh khalayak.
Secara sederhana, integritas artinya komitmen moral dan berpegang
teguh terhadap aturan main yang telah disepakati sesuai dengan peraturan
dan norma yang semestinya berlaku. Faktor ini akan menentukan wibawa
dan tidaknya seorang kepala sekolah.
Suatu penghargaan akan diberikan terhadap seorang pemimpin
apabila memegang teguh janjinya serta komitmennya terhadap sesuatu
yang telah disepakatinya. Jadi, integritas adalah menyangkut konsistensi
dalam memegang teguh aturan main atau norma-norma yang berlaku di
dunia pendidikan.
Selain tiga persyaratan tersebut, kepala sekolah sebagai seorang manajer
di lembaga pendidikan juga harus memiliki tiga kecerdasan pokok, yaitu :
kecerdasan profesional, kecerdasan personal dan kecerdasan manajerial agar
dapat bekerja sama dan mengerjakan sesuatu dengan orang lain. Rosyada
(2004:240-242) mengklasifikasikan kemampuan manajerial yang harus
dipertimbangkan sebagai langkah awal mengerjakan berbagai tugas
manajerial, yaitu :
23
23
1. Kemampuan mencipta, yang meliputi : selalu mempunyai ide-ide bagus,
selalu memperoleh solusi-solusi untuk berbagai problem yang biasa
dihadapi, mampu mengantisipasi berbagai konsekuensi dari pelaksanaan
berbagai keputusan dan mampu mempergunakan kemampuan berfikir
imajinatif (lateral thingking) untuk menghubungkan sesuatu dengan yang
lainnya yang tidak bisa muncul dari analisis dan pemikiran-pemikiran
empirik.
2. Kemampuan membuat perencanaan, yang meliputi : mampu
menghubungkan kenyataan sekarang dan hari esok, mampu mengenali
apa-apa yang penting saat itu dan apa-apa yang benar-benar mendesak,
mempu mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan mendatang, dan mampu
melakukan analisis.
3. Kemampuan mengorganisasi, yang meliputi : mampu mendistribusikan
tugas dan tanggung jawab yang adil, mampu membuat putusan secara
tepat, selalu bersikap tenang dalam menghadapi kesulitan, mampu
mengenali pekerjaan itu sudah selesai dan sempurna dikerjakan.
4. Kemampuan berkomunikasi, yang meliputi : mampu memahami orang
lain, mampu dan mau mendengarkan orang lain, mampu menjelaskan
sesuatu pada orang lain, mampu berkomunikasi melalui tulisan, mampu
membuat orang lain berbicara, mampu mengucapkan terima kasih pada
orang lain , selalu mendorong orang lain untuk maju dan selalu mengikuti
dan memanfaatkan tekhnologi informasi.
24
24
5. kemampuan memberi motivasi, yang meliputi : mampu memberi inspirasi
pada orang lain, menyampaikan tantangan yang realistis, membantu orang
lain untuk mencapai tujuan dan target, membantu orang lain untuk menilai
kontribusi dan pencapaiannya sendiri.
6. Kemampuan melakukan evaluasi, yang meliputi : mampu membandingkan
antara hasil yang dicapai dengan tujuan, mampu melakukan evaluasi diri,
mampu melakukan evaluasi terhadap pekerjaan orang lain, dan mampu
melakukan tindakan pembenaran saat diperlukan.
D. Kinerja guru
Menurut Timotius (http://www.geocities.com/guruvalah:2005) Kinerja
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance atau job
performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi
performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja.
Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan
kemampuan yang didasari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan motivasi
dalam menghasilkan sesuatu.. Masalah kinerja selalu mendapat perhatian
dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau
organisasi. Faktor utama yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan
kemauan. Memang diakui banyak orang mampu tetapi tidak mau sehingga
tidak menghasilkan kinerja. Demikian pula halnya banyak orang mau tetapi
tidak mampu juga tetap tidak menghasilkan kinerja. Kinerja adalah sesuatu
uyang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan bekerja,
dengan kata lainbahwa kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja. Henri
25
25
simamora (1997:423) menyatakan bahwa prestasi kerja (performance)
diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang
alhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik
kuantitas maupun kualitasnya. Sedangkan Hasibuan (2001:94) mendefinisikan
prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Prestasi kerja
merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu, kemampuan dan minat
seorang pekerja, kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan
penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi
seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor diatas, semakin besarlah
prestasi kerja karyawan bersangkutan.
Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa apabila seorang
pegawai telah memiliki kemampuan dalam penguasaan bidang pekerjaannya,
mempunyai minat untuk melakukan pekerjaan tersebut, adanya kejelasan
peran dan motivasi pekerjaan yang baik, maka orang tersebut memiliki
landasan yang kuat untuk berprestasi lebih baik.
Ukuran kinerja secara umum yang kemudian diterjemahkan ke dalam
penilaian perilaku secara mendasar meliputi : (1) kualitas kerja; (2) kuantitas
kerja; (3) pengetahuan tentang pekerjaan; (4) pendapat atau pernyataan yang
disampaikan; (5) keputusan yang diambil; (6) perencanaan kerja; (7) daerah
organisasi kerja.
26
26
Jadi kinerja adalah kuantitas dan kualitas yang diselesaikan oleh
individu, maka kinerja merupakan output pelaksanaan tugas. Kinerja
mempunyai hubungan yang erat dengan masalah produktivitas, karena
merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai
tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi. Hasibuan (1999:126)
menyatakan produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output)
dengan masukan (input). Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
menurut Sedarmayanti (http://www.geocities.com/guruvalah:2005) antara lain
: sikap mental, pendidikan, ketrampilan, manajemen kepemimpinan, tingkat
penghasilan, gaji dan kesehatan, jaminan sosial, iklim kerja, sarana prasarana,
tekhnologi dan kesempatan berprestasi.
Bertolak dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan kinerja guru atau prestasi kerja (performance) adalah hasil
yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan
serta waktu dengan output yang dihasilkan tercermin baik kuantitas maupun
kualitasnya.
E. Penilaian Kinerja Guru
Tugas manajer (kepala sekolah) terhadap guru salah satunya adalah
melakukan penilaian atas kinerjanya. Penilaian ini dilaksanakan untuk
mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh guru. Apakah kinerja yang dicapai
setiap guru baik, sedang atau kurang. Penilaian ini penting bagi setiap guru
dan berguna bagi sekolah dalam menetapkan kegiatannya.
27
27
Dengan penilain berarti guru mendapat perhatian dari atasannya sehinga
dapat mendorong mereka untuk bersemangat bekerja. Tentu saja penilaian ini
harus dilakukan secara objektif dan jujur serta ada tindak lanjutnya.Tindak
lanjut penilaian ini guru memungkinkan untuk memperoleh imbalan jasa dari
sekolah seperti memperoleh kenaikan jabatan seperti wakil sekolah,
Pembimbing OSIS atau mungkin modal untuk mendapatkan kenaikan pangkat
dengan sistem kredit.
Penilaian kinerja ini merupakan alat yang berguna tidak hanya untuk
mengevaluasi kerja dari para guru, tetapi juga untuk mengembangkan dan
memotivasi kalangan guru. Sejalan dengan itu Hasibuan (2001:86)
berpendapat Penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi
perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya.
Dalam penilaian kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik,
tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai
bidang seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal
khusus sesuai bidang tugasnya semuanya layak untuk dinilai.
Unsur prestasi karyawan yang dinilai oleh setiap organisasi tidaklah
selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai itu mencangkup
seperti hal-hal ditersebut. Demikian juga untuk menilai kinerja guru, unsur-
unsur yang telah dipaparkan dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk
melakukan penilaian namun tentu saja berkaitan dengan profesinya sebagai
guru dengan tugas utamanya sebagai pengajar.
28
28
Dalam melaksanakan tugasnya, guru tidak berada dalam lingkungan
yang kosong. Ia bagian dari sebuah mesin besar pendidikan nasional, dan
karena itu dia terikat pada rambu-rambu yang telah ditetapkan secara nasional
mengenai apa yang mesti dilakukannya. Hal seperti biasa dimanapun, namun
dalam konteks profesionalisme guru dimana mengajar dianggap sebagai
pekerjaan profesional, maka guru dituntut untuk profesional dalam
melaksanakan tugasnya.
Sehubungan dengan uraian tersebut maka kinerja guru yang diukur
dalam penelitian ini merupakan penilaian terhadap guru yang menyangkut
tugasnya sebagai pengajar dan penilaian kepala sekolah yang menyangkut
tentang kepemimpinanya.
29
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Menurut Yatim
Riyanto (2001:34) yang dimaksud dengan penelitian korelasional adalah
“Penelitian yang akan melihat hubungan antara variabel atau beberapa
variabel dengan variabel lain”. Variabel yang digunakan untuk memprediksi
disebut variabel prediktor atau bebas (independen). Sedangkan variabel yang
diprediksi disebut variabel kriterium atau terikat (dependen). Dalam penelitian
ini penulis ingin mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah
dan kinerja guru. Kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel independen
dan kinerja guru sebagai variabel dependen.
B. Populasi, sampel dan teknik sampling
1. Populasi
Menurut Tim penyusun buku Pedoman Penulisan Skripsi STIE
Cendekia Bojonegoro (2004:19) yang dimaksud populasi adalah
keseluruhan unit objek yang diteliti. Iqbal Hasan (2002:58)
30
30
mendefinisikan populasi sebagai berikut : “Populasi adalah totalitas dari
semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan
lengkap yang akan diteliti”.
Berdasarkan pendapat tersebut, populasi penelitian ini adalah
kepala sekolah dan seluruh guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro pada
tahun pelajaran 2005/2006 sebanyak 33 orang.
2. Sampel
Sampel menurut Tim penyusun buku Pedoman Penulisan Skripsi
STIE Cendekia Bojonegoro (2004:19) adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dianggap mewakili seluruh populasi.
Subiyanto (2000:89) mendefinisikan sampel sebagai berikut :
“Sampel merupakan bagian dari keseluruhan objek (populasi) yang
diambil sebagai objek penelitian”.
Menurut Iqbal Hasan (2002:58) sampel adalah bagian dari populasi
yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik
tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.
Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 60 % dari jumlah populasi, dengan asumsi bahwa
dengan sampel sebanyak 20 orang maka seluruh populasi dapat terwakili.
3. Teknik sampling
Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel secara acak
(random sampling), yaitu teknik pengambilannya tidak sistematis. Jika
31
31
pengambilan sampel tidak secara acak, maka tidak dapat dijamin bahwa
keseluruhan populasi dapat terwakili.
C. Metode dan Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode sampling.
Sedangkan teknik yang digunakan adalah :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik dan aktifitas
manajemen yang terjadi di MTs Al Rosyid Bojonegoro.
2. Interview/wawancara
Interview dilakukan untuk memperoleh data dengan cara bertanya
langsung kepada kepala sekolah MTs Al Rosyid. Adapun alasan penulis
menggunakan interview ini karena penulis ingin mengajukan pertanyaan
yang lebih mendetail sekaligus dapat memperoleh informasi atau
keterangan yang lebih jelas tentang kondisi MTs Al Rosyid.
3. Dokumentasi
Dari dokumentasi ini diperoleh data gambaran dan sejarah singkat serta
struktur organisasi dan pembagian tugas di MTs Al Rosyid Bojonegoro.
4. Kuesioner
Menurut Koentjaraningrat (2001:125) yang dimaksud dengan kuesioner
adalah :
“Kuesioner merupakan suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian
pertanyaan mengenai hal atau suatu bidang, dengan demikian maka
32
32
kuesioner dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk
memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden (orang-
orang yang menjawab)”.
Dalam pengumpulan data yang dilakukan terhadap responden yang
menjadi sampel penelitian diberi kuesioner dalam bentuk pertanyaan
tertulis. Adapun pengukuran setiap item jawaban atas variabel-variabel
menggunakan sistem skor/nilai dengan menggunakan skala likert sebagai
berikut :
- Bila responden menjawab “a” diberi nilai 5
- Bila responden menjawab “b” diberi nilai 4
- Bila responden menjawab “c” diberi nilai 3
- Bila responden menjawab “d” diberi nilai 2
- Bila responden menjawab “e” diberi nilai 1
5. Kepustakaan
Teknik ini digunakan penulis untuk mengambil dasar teori tentang
kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru.
D. Metode dan tehnik analisis data
Metode pengolahan/analisis data adalah suatu metode yang dipakai
dalam penelitian dengan maksud untuk menguji dan akhirnya menarik suatu
kesimpulan dari hasil pengujian itu. Metode pengolahan/analisis data
dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antara dua
variabel yaitu Kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. Untuk
33
33
mengetahuinya digunakan teknik analisa statistik “Koefisien korelasi paerson
atau korelasi product moment” dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
r = besarnya angka korelasi yang diketahui antara variable
x = variable bebas yaitu kepemimpinan kepala sekolah
y = variable terikat yaitu kinerja guru
n = jumlah sampel
dimana Timotius (http://www.geocities.com/guruvalah/penelitian: 2005)
menyatakan :
- Jika nilai rxy = 0, berarti antara dua variable tidak ada hubungan.
- Jika nilai rxy terletak antara 0 dan +1 maka hubungan antara kedua
variable dikatakan positif
- Jika nilai rxy terletak antara 0 dan -1, maka hubungan antara kedua
variable dikatakan negatif
Kriteria nilai r product moment menggunakan taraf signifikan 5%.
Sedangkan untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan diperlukan
interpretasi rxy. Ismawanto (2002:4) menyatakan :
- Jika nilai rxy antara 0,00 dan 0,20 berarti hubungan antara kedua
variabel sangat lemah bahkan tidak berkorelasi.
34
34
- Jika nilai rxy antara 0,20 dan 0,40 berari hubungan antara kedua variabel
lemah
- Jika nilai rxy antara 0,40 dan 0,60 berari hubungan antara kedua variabel
agak lemah
- Jika nilai rxy antara 0,60 dan 0,80 berari hubungan antara kedua variabel
kuat atau erat
- Jika nilai rxy antara 0,80 dan 1,00 berari hubungan antara kedua variabel
sangat kuat atau sangat erat.
Untuk memperkuat perhitungan korelasi, maka hubungan korelasi perlu
diuji dengan “uji-t” dengan rumus sebagai berikut :
t = nilai pengujian
r = korelasi antara variabel x dan variabel y
n = nilai sampel
Kriteria pengujian dari "uji-t" tersebut adalah signifikan t = 0.05
Menurut Algifari (2000 :57) keputusan diambil dengan jalan
membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel.
- Jika t-hitung lebih kecil daripada t-tabel maka keputusan menerima
hipotesis nol (H0).
- Jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel maka keputusan menolak
hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha).
35
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum MTs Al Rosyid Bojonegoro
1. Sejarah singkat berdirinya MTs Al Rosyid Bojonegoro
Madrasah Tsanawiyah Al Rosyid merupakan salah satu Jenjang
pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren
Al Rosyid yang terletak di jalan HOS Cokroaminoto Desa Ngumpakdalem
Kecamatan Dander Kabupeten Bojonegoro. Sejarah berdirinya MTs
Al Rosyid ini tidak dapat dipisahkan dengan sejarah berdirinya Pondok
Pesantren Al Rosyid. Pondok Pesantren Al Rosyid didirikan pada tahun
1959 oleh Almarhum KH. Masyhur sebagai realisasi atas cita cita beliau
untuk meneruskan dan menghidupkan kembali aktifitas Pondok Pesantren
Kendal yang dirintis oleh KH.Muhammad Rosyid sejak tahun 1902.
Dimana setelah wafatnya beliau pada tahun 1909 mengalami kevakuman
yang cukup panjang.
Sebagai suatu lembaga pendidikan yang independent, yang tidak
berafiliasi kepada salah satu golongan dengan berazaskan Islam, Pondok
Pesantren Al Rosyid berusaha semaksimal mungkin dalam ikut serta
mencerdaskan kehidupan bangsa demi terciptanya insan-insan kamil yang
berilmu, beramal sholeh, bertaqwa kepada Allah SWT untuk mencapai
36
36
kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan membuat pola kegiatan dan
pengajaran yang sedemikain rupa disertai upaya pengembangan dan
peningkatan ke arah yang lebih baik dan sempurna, Pondok Pesantren
Al Rosyid berupaya untuk tetap eksis dengan semua tujuan yang ingin
dicapainya.
Seiring dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat, pada tahun 1961
didirikan Lembaga Pendidikan Hidayatul Mubtadiien yang
menyelenggarakan dua jenjang pendidikan formal yaitu Madrasah
Tsanawiyah Al Washilah dan Madrasah Aliyah Al Washilah. Berdasarkan
kesepakatan Pengurus Lembaga, pada tahun 1982 Lembaga pendidikan ini
diubah nama menjadi Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Rosyid
yang menyelengarakan tiga jenjang pendidikan formal yaitu Madrasah
Ibtidaiyah Al Rosyid, Madrasah Tsanawiyah Al Rosyid, dan Madrasah
Aliyah Al Rosyid.
Madrasah Tsanawiyah Al Rosyid didirikan berdasarkan ijin
operasional dari Departemen Agama nomor : Lm/3/437/8/1982 tanggal
3 Agustus 1982. Sebagai penunjang dalam kegiatan belajar mengajar
Madrasah Tsanawiyah yang dikelola oleh Yayasan Pendidikan Pondok
Pesantren Al Rosyid ini memiliki tanah seluas 20.962 m2 dengan sarana
fisik berupa ruang belajar sebanyak 11 lokal, 1 ruang UKS, 1 ruang Audio
visual, 1 ruang Perpustakaan, 1 ruang Komputer, 1 ruang Koperasi,
1 ruang BP, 1 ruang guru, 1 ruang Kepala Madrasah dan TU, 1 ruang
37
37
OSIS, 2 Musholla, 20 ruang asrama santri, 6 ruang WC/kamar mandi dan
sebuah gudang.
Siswa-siswi MTs Al Rosyid selain dari Kabupaten Bojonegoro,
mereka juga ada yang berasal dari Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya,
Kediri, Jember, Blitar. Selain dari beberapa kabupaten di Propinsi Jawa
Timur, Siswa-siswi MTs Al Rosyid ada juga yangberasal dari Jawa
Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat dan
Kalimantan Selatan yang secara keseluruhan berjumlah 463 orang. Secara
rinci siswa MTs Al Rosyid terlihat dalam tabel 1 berikut :
Tabel 1REKAPITULASI SISWA MTs AL ROSYID
TAHUN PELAJARAN 2005/2006Kelas L P Jumlah
VII 86 92 178
VIII 70 87 157
III 59 69 128
Jumlah Total 215 248 463
Sumber data : Kantor MTs Al Rosyid Bojonegoro tahun 2005
2. Visi, Misi, Tujuan dan Target MTs Al Rosyid
Visi : Dengan dasar Iman dan Taqwa kepada Allah, MTs Al Rosyid siap
membina generasi muslim yang berkualitas.
Misi :
1. Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan inovatif
2. Melaksanakan bimbingan yang islami sehingga nilai Islam menjadi
jalan hidup ( way of life ) bagi setiap siswa
38
38
3. Memberikan pendidikan ketrampilan sebagai bekal hidup kepada
siswa ( life skill education )
d. Siswa mampu mengaplikasikan teori pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari yang dilandasi dengan akhlaqul karimah.
Tujuan
a. Jangka Pendek
1. Mencetak generasi Muslim yang berkualitas dalam bidang Ilmu
Pengetahuan (agama dan umum) dan menguasai tekhnologi
2. Ikut serta menunjang pelaksanaan Program Wajib Belajar
Pendidikan dasar sembilan tahun
b. Jangka panjang
1. Menciptakan pendidikan tingkat MTs berdaya jangkau luas,
meningkatkan mutu pendidikan MTs serta menunjang dan
meningkatkan pola pendidikan keagamaan ( Islam )
2. Ikut serta menanamkan sikap kemandirian (otodidak), kedisiplinan,
memiliki inisiatif, inovatif, beradaptasi dengan lingkungan dan
bertanggung jawab melalui pendidikan Pondok Pesantren.
3. Menunjang usaha perwujudan masyarakat gemar membaca dan
belajar seumur hidup ( Long Life Education ) sehingga mampu
menjawab tantangan umat/masyarakat di Era
Globalisasi/Persaingan Pasar bebas
4. Memperbaiki citra Pondok Pesantren dengan merubah pola pikir
masyarakat yang menganggap bahwa Pondok Pesantren adalah
39
39
lingkungan pendidikan yang lemah dalam bidang ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.
5. Ikut serta menunjang pembangunan Pendidikan Nasional.
Target
Target MTs Al Rosyid adalah :
a. Penguasaan bahasa Arab dan bahasa inggris
b. Ujian Nasional dengan tingkat kelulusan 100 %
3. Personalia
MTs Al Rosyid mempunyai jumlah tenaga kependidikan sebanyak
37 orang yang terdiri dari : 1 orang kepala sekolah, 31 orang guru bidang
studi, 1 orang guru BP, 2 orang Tata Usaha, dan 2 orang Pustakawan.
Adapun daftar personalia pada tahun pelajaran 2005/2006 sebagai
mana dalam tabel 2.
Tabel 2DAFTAR PESONALIA MTs AL ROSYID
40
40
TAHUN PELAJARAN 2005/2006
No NamaIjasah Terakhir
JabatanTahun Jenjang/Jrsn
1 Imam Fatawi 1998 D3/ PAI Kepsek, guru
2 Masmu’ah,A.Md 1998 D3/ PAI Guru 3 Elly Yuliati, S.Pd 2001 S1 / Bhs & Sastra Ind Guru4 Nurwahyu K,S.Psi 2002 S1/Psikologi Guru BP5 Drs. Mashud 1985 S1 / Matematika Guru 6 Mulyadi, BA 1986 D3/ PAI Guru7 Fathul Amin, S.Pd, MM 2003 S2/ Manajemen Guru8 H. S. Mufid 1979 MA Guru, Waka
9 Nur Wakhid 1986 MA Guru10 Hasyim, A.Ma 2005 D2 /PAI Guru, Waka
11 Ahmadi 1988 MA Guru12 Sulaiman, A.Ma 2005 D2/ PAI Guru13 Hambali 1983 MA Guru14 Yasdi 1997 MA Ka TU, guru
15 Taufik, A,Ma 2005 D2 /PAI Guru 16 K. Rohmat 1982 MA Guru17 Yasir 1991 MA Guru18 M. Misbahuddin 1992 MA Guru19 Moch. Mukrim 1999 MA Guru, Waka
20 Umul Faizah R, S.Pd. 2000 S1/Bhs.Inggris Guru21 Yusuf 2001 MA Guru22 Winarto 2001 MA Guru23 Sulkhan 1997 MA Guru24 Ali Chumaidi, A.Ma 2003 D2/PAI Guru25 Sucitono 2003 MA Guru26 Drs. Zaenal Mustofa 1991 S1/PMP Guru27 Nur Faiq Syafiuddin 2003 MA Guru28 Laistin Nafis 1993 MA Guru29 Ulfa, S.Pd I 2004 S1/PAI Guru30 Siti Kholishoh, A.Ma 2005 D2 / PAI Guru31 Ilhamiyati 1987 MA Guru32 Munifatuz Zahro’ 2003 PP. Lirboyo Guru33 Elyani Lailatur R 2003 MA Guru34 Siti Nur Farida, S.Pd 2003 S1/Bhs.Inggris Pustakawan35 Arif Helmi 2004 MA Pustakawan36 Imam Mukholid 2003 MA TU37 Waris 2002 MA TU
Sumber data : Kantor MTs Al Rosyid Bojonegoro tahun 2005
4. Struktur organisasi
41
41
Organisasi merupakan bentuk kerja sama antara orang-orang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya secara terperinci dan terkoordinasi. Struktur itu sendiri secara
umum menggambarkan posisi masing-masing individu dan kelompok
dalam organisasi. Struktur organisasi di MTs Al Rosyid termasuk struktur
organisasi garis atau lini, karena pembagian kekuasaan, tugas dan fungsi
yang bertingkat serta berjalan dari atas ke bawah.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi MTs Al Rosyid dapat
digambarkan pada gambar 1.
42
42
Kepala SekolahPengurus Yayasan
Sumber data : Kantor MTs Al Rosyid, 2005
Gambar 1STRUKTUR ORGANISASI MTs AL ROSYID
BOJONEGORO
Keterangan :
- - - - - - - - = Garis Koordinasi
__________ = Garis Komando
Kedudukan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing jabatan
struktural adalah sebagai berikut :
43
43
Diknas Kabupaten
Ka. Tata UsahaKomite Sekolah
WakaKurikulum
WakaKesiswaan
WakaSarana Prasarana
WakaHumas
Wali KelasVII
Wali KelasVIII
Wali KelasIII
Guru Mata Pelajaran
S I S W A
MASYARAKAT
1. a. Kepala sekolah selaku edukator
- Melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efesien
b. Kepala sekolah selaku manajer
- Menyusun perencanaan
- Mengorganisasikan kegiatan
- Mengarahkan kegiatan
- Mengkoordinasikan kegiatan
- Melaksanakan pengawasan
- Melakukan evaluasi terhadap kegiatan
- Menentukan kebijaksanaan
- Mengadakan rapat
- Mengambil keputusan
- Mengatur proses belajar mengajar
- Mengatur administrasi, ketatausahaan, siswa, ketenagaan, sarana
prasarana, dan keuangan
- Mengatur OSIS
- Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi
terkait.
c. Kepala sekolah selaku administrator
- Menyelenggarakan administrasi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, kurikulum,
kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, keuangan, perpustakaan,
Laboratorium, Bimbingan Konseling, UKS, dan OSIS
44
44
d. Kepala sekolah selaku supervisior
- Menyelengarakan supervisi mengenai Proses belajar mengajar,
kegiatan bimbingan konseling, kegiatan ekstrakurikuler,
kegiatan ketatausahaan, kegiatan kerja sama dengan masyarakat
dan instansi terkait, sarana prasarana, dan kegiatan OSIS
e. Kepala sekolah selaku pemimpin
- Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa
- Memiliki visi dan misi sekolah
- Mengambil keputusan urusan intern dan ekstern sekolah
- Pendelegasian wewenang
f. Kepala sekolah selaku motivator
- Menciptakan ruang kantor yang kondusif
- Menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis
- Menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman
2. Wakil Kepala sekolah urusan kurikulum
a. Menyusun dan menjabarkan kelender pendidikan
b. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran
c. Mengatur program pengajaran
d. Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler
e. Mengatur pelaksanaan program penilaian, kreteria kenaikan kelas,
dan laporan kemajuan belajar siswa, serta pembgian raport dan
STTB
45
45
f. Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan
g. Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
h. Mengatur pengembangan MGMP
i. Mengatur mutasi siswa
j. Menyusun laporan
3. Wakil Kepala sekolah urusan kesiswaan
a. Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
b. Mengatur dan mengkoordinasikan kegiatan 7 K ( Keamanan,
Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Kekeluargaan, Kesehatan dan
Kerindangan )
c. Mengatur dan membina program kegiatan OSIS
d. Mengatur program pondok romadlon
e. Menyususn dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan
f. Menyeleksi calon untuk diajukan mendapatkan beasiswa
g. Menyusun laporan
4. Wakil Kepala sekolah urusan sarana prasarana
a. Merencanakan kebutuhan prasarana untuk menunjang proses
belajar mengajar
b. Merencanakan program pengadaan barang
c. Mengatur pemanfaatan sarana prasarana sekolah
d. Mengelola perawatan, perbaikan sarana prasarana
46
46
e. Mengatur inventarisasi sarana prasarana
f. Menyusun laporan
5. Wakil Kepala sekolah urusan Humas
a. mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah
b. Menyelenggarakan bakti sosial, karya wisata
c. Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan sekolah
d. Menyusun laporan
6. Guru
a. Membuat perangkat pengajaran
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
c. Melaksanakan kegiatan penilaian proses pembelajaran
d. Melakukan analisis hasil evaluasi
e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
f. Mengisi daftar nilai siswa
g. Membuat dan mempersiapkan alat peraga pembelajaran
h. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum dan MGMP
i. Membuatan catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa
j. Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai
pelajaran
k. Mengatur ruang pembelajaran
47
47
7. Wali Kelas
a. Membantu kepala sekolah dalam pengelolaan kelas
b. Membuat administrasi kelas yang meliputi : denah tempat duduk
siswa, papan absensi, daftar pelajaran, daftar piket, buku absensi,
tata tertib siswa.
c. Menyusun statistik bulanan siswa
d. Membuat catatan khusus tentang siswa
e. Mencatat mutasi siswa
f. Mengisi Buku Laporan Hasil Belajar
g. Membagi Buku laporan hasil Belajar
8. Kepala tata Usaha
a. Menyususn program kerja Tata Usaha sekolah
b. Mengelola keuangan sekolah
c. Mengurus administasi ketenagaan dan siswa
d. Membina dan mengembangkan karir pegawai tata usaha sekolah
e. Menyususn adminsitasi perlengkapan sekolah
f. Menyusun dan menyajikan data/ statistik sekolah
g. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan ketata-usahaan secara
berkala
9. Pustakawan
a. merencanakan pengadaan buku-buku/bahan pustaka
48
48
b. mengurus pelayanan perpustakaan
c. Memeliharan dan memperbaiki buku/bahan pustaka
d. Menginventarisasi dan mengadministrasikan buku/bahan pustaka
e. Menyimpan buku / media pustaka
f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara
berkala
B. Hasil penelitian
Dari hasil penelitian atau tanggapan terhadap 20 responden dengan
memberikan jawaban atas kuesioner yang telah disediakan, dapat diperoleh
data untuk masing-masing variable sebagaimana pada tabel 3 berikut :
Tabel 3DATA SKOR RESPONDEN UNTUK VARIABLE
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH ( X )
NoITEM KUESIONER
SKOR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 5 4 3 5 5 3 3 4 2 1 35
2 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 42
3 5 4 4 4 3 4 3 4 3 3 37
4 5 5 3 5 4 5 4 4 3 2 40
49
49
5 4 3 4 3 3 4 4 5 3 1 34
6 5 4 4 4 5 3 3 5 4 2 39
7 5 3 4 5 5 3 3 3 4 2 37
8 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 36
9 3 3 4 5 5 3 3 5 2 3 36
10 5 4 3 4 5 3 4 2 3 2 35
11 3 2 4 5 5 4 5 5 4 1 38
12 4 4 4 4 4 4 3 4 2 2 35
13 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 35
14 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 38
15 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 40
16 4 5 4 3 3 4 2 3 3 2 33
17 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 32
18 3 3 5 5 3 4 3 2 3 1 32
19 5 2 3 5 5 1 5 3 4 1 34
20 4 4 4 3 5 2 4 4 3 2 35Data responden diolah tahun 2006
Dari data pada tabel 3, dapat kita ketahui bahwa skor responden untuk
variabel kepemimpinan kepala sekolah sebagai berikut :
- skor minimal sebesar 32
- skor maksimal sebesar 42
Adapun skor responden untuk variabel kinerja guru dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4DATA SKOR RESPONDEN UNTUK VARIABLE
KINERJA GURU ( Y )
NoITEM KUESIONER
SKOR1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 35
2 4 4 4 4 4 3 4 4 5 5 41
3 3 4 5 4 4 3 3 4 2 5 37
4 5 5 4 4 5 4 4 5 3 5 44
50
50
5 3 4 4 4 5 5 3 3 5 3 39
6 4 4 3 5 3 4 5 4 5 4 41
7 5 4 5 3 2 3 3 3 5 5 38
8 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 34
9 3 3 5 5 2 4 3 4 5 4 38
10 3 4 5 4 2 2 3 5 4 4 36
11 4 4 3 3 1 2 5 5 4 5 36
12 4 3 3 3 3 2 3 3 4 5 33
13 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 34
14 3 4 3 4 4 3 3 4 4 2 34
15 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 44
16 5 4 5 3 2 3 4 4 5 4 39
17 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 32
18 5 4 4 3 2 2 4 5 2 4 35
19 4 5 5 4 1 2 2 3 4 4 34
20 3 4 5 2 1 2 2 5 4 4 32Data responden diolah tahun 2006
Dari data pada tabel 4, dapat kita ketahui bahwa skor responden untuk
variabel kinerja guru adalah :
- skor minimal sebesar 32
- skor maksimal sebesar 44
Dari tabel 3 dan 4, skor masing-masing variabel dikumpulkan menjadi
satu tabel sebagaimana terlihat pada tabel 5.
Tabel 5DATA SKOR RESPONDEN UNTUK VARIABLE
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH ( X )DAN KINERJA GURU ( Y )
No X Y
1 35 35
2 42 41
3 37 37
4 40 44
51
51
5 34 39
6 39 41
7 37 38
8 36 34
9 36 38
10 35 36
11 38 36
12 35 33
13 35 34
14 38 34
15 40 44
16 33 39
17 32 32
18 32 35
19 34 34
20 35 32 723 736
Data responden diolah tahun 2006
Dari tabel tersebut diketahui harga variable X = 723 dan variable Y = 736
C. Pembahasan
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kepemimpinan
kepala sekolah dengan kinerja guru dapat diketahui dengan menggunakan
teknik analisa statistik “Koefisien Korelasi Pearson atau Product Moment”.
Untuk penghitungan korelasi maka peneliti akan menyajikan data
variable kepemimpinan kepala sekolah (X) dan variable kinerja guru (Y)
sebagai berikut :
Tabel 6DATA BESARNYA VARIABLE
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH ( X )DAN KINERJA GURU ( Y )
52
52
No X Y
1 35 35
2 42 41
3 37 37
4 40 44
5 34 39
6 39 41
7 37 38
8 36 34
9 36 38
10 35 36
11 38 36
12 35 33
13 35 34
14 38 34
15 40 44
16 33 39
17 32 32
18 32 35
19 34 34
20 35 32 723 736
Data responden diolah tahun 2006
Dari tabel tersebut, selanjutnya dapat dihitung masing-masing harga X,
Y, XY, X2, Y2 sebagaimana pada tabel 7 berikut :
Tabel 7PERHITUNGAN UNTUK MENGHITUNG KORELASI ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH ( X )
DAN KINERJA GURU ( Y )
No X Y XY X2 Y2
1 35 35 1225 1225 1225
2 42 41 1722 1764 1681
3 37 37 1369 1369 1369
4 40 44 1760 1600 1936
53
53
5 34 39 1326 1156 1521
6 39 41 1599 1521 1681
7 37 38 1406 1369 1444
8 36 34 1224 1296 1156
9 36 38 1368 1296 1444
10 35 36 1260 1225 1296
11 38 36 1368 1444 1296
12 35 33 1155 1225 1089
13 35 34 1190 1225 1156
14 38 34 1292 1444 1156
15 40 44 1760 1600 1936
16 33 39 1287 1089 1521
17 32 32 1024 1024 1024
18 32 35 1120 1024 1225
19 34 34 1156 1156 1156
20 35 32 1120 1225 1024 723 736 26731 26277 27336
Data responden diolah tahun 2006
Dari data tabel 7 tersebut dapat dihitung korelasinya dengan
menggunakan analisa korelasi product moment sebagai berikut :
54
54
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai rxy sebesar 0,663. Harga ini
perlu diuji signifikansinya dengan mengkosultasikan dengan rxy tabel. Harga
rxy tabel pada N = 20, untuk taraf signifikansi 5% = 0,444. Ternyata rxy hitung
lebih besar dari rxy tabel atau rxy hitung (0,663) > rxy tabel (0,444). Dengan
demikian koefisien korelasi 0,663 adalah signifikan. Jadi kesimpulannya
adalah : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan sebesar 0,663 antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid
Bojonegoro, Tahun Pelajaran 2005/2006.
Untuk mengetahui kuatnya hubungan, maka hasil koefisien korelasi
hitung tersebut dikonsultasikan dengan pedoman untuk memberikan
interpretasi terhadap koefisien korelasi, maka koefisien korelasi yang
ditemukan sebesar 0,663 berada diantara interval koefisien korelasi 0,60
hingga 0,80 dengan interpretasi tingkat hubungan “kuat”. Jadi terdapat
hubungan yang kuat antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru
di MTs Al Rosyid Bojonegoro, Tahun Pelajaran 2005/2006. Hubungan
tersebut baru berlaku untuk sampel yang berjumlah 20 orang tersebut. Untuk
menguji signifikansi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu
55
55
berlaku untuk seluruh populasi yang berjumlah 33 guru, maka perlu diuji
dengan uji t.
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel.
Untuk kesalahan 5% (taraf kepercayaan 95%) dan derajat kebebasan (dk) = n -
2 = 20 - 2 = 18, Rumus yang dipakai untuk uji-t tersebut adalah sebagai
berikut :
t = nilai pengujian
r = korelasi antara variabel x dan variabel y
n = nilai sampel
Menurut Algifari (2000 :57) keputusan diambil dengan jalan
membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel.
- Jika t-hitung lebih kecil daripada t-tabel maka keputusan menerima
hipotesis nol (H0).
- Jika t- hitung lebih besar daripada t-tabel maka keputusan menolak
hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis alternatif (Ha).
Berdasarkan uji-t maka diperoleh :
56
56
Dari perhitungan tersebut diketahui t hitung sebesar 3,754. Selanjutnya
kita membandingkan dengan t tabel. Pada t tabel diperoleh harga sebesar
1,734. Mengenai harga t tabel dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil uji-t
tersebut terlihat t hitung lebih besar dari t tabel atau t hitung (3,754) > t tabel
(1,734), maka hipotesis alternatif (Ha) diterima. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada gambar 2 berikut :
Gambar 2
Uji-t
Karena t hitung terletak pada daerah Ha diterima, maka ada hubungan
antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru.
Jadi kesimpulannya koefisien korelasi antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro, Tahun Pelajaran
2005/2006 sebesar 0,663 adalah signifikan, artinya koefisien tersebut dapat
digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi di mana sampel yang
sebanyak 20 orang diambil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika kepemimpinan kepala
sekolah itu baik dan berjalan sesuai dengan tipe kepemimpinan yang dianut
57
57
-1,734 1,734 3,754
Ha ditolak
Ha diterimaHa diterima
maka mampu mendorong semangat kerja guru sehingga kinerjanya menjadi
meningkat. Prestasi kerja yang meningkat ini akan menguntungkan guru itu
sendiri, kepala sekolah, murid dan dunia pendidikan. Maka kepemimpinan
kepala sekolah akan berpengaruh terhadap tingginya kinerja atau prestasi
kerja guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Timotius
(http://www.geocities.com/guruvalah/penelitian:2005) yang menyatakan :
Peran manajer sangat penting dan menentukan tinggi rendahnya prestasi,
semangat tidaknya kerja bawahan sebagian besar tergantung kepada manajer.
Di dalam arti, sampai sejauh mana manajer mampu menciptakan atau
menimbulkan kegairahan kerja, mampu mendorong bawahan dapat bekerja
sesuai denga kebijaksanaan dan program yang telah digariskan oleh
organisasi.
Oleh karena itu sudah sepantasnya kepemimpinan yang efektif itu selalu
diterapkan di dalam sekolah dan dimanifestasikan kepada guru agar tujuan
seseorang berpengaruh terhadap tujuan organisasi. Kinerja guru yang baik,
tidak terlepas dari kemampuan dan kemauan guru itu sendiri untuk berprestasi
dan peran dari orang yang memimpinnya untuk menciptakan gairah kerja agar
guru mempunyai kompetensi dan kepribadian yang tinggi, sehingga prestasi
kerjanya menjadi baik dan akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
58
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan masalah dalam penelitian ini maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
- Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif searah
dan kuat terhadap kinerja guru di MTs Al Rosyid Bojonegoro. Analisa
data dimana perbandingan antara nilai koefisien korelasi atau rxy hitung
59
59
sebesar 0,663 dengan rxy tabel untuk taraf kesalahan 5% dan n=20
diperoleh rxy tabel sebesar 0,444. Hal ini berarti bahwa rxy hitung lebih
besar daripada rxy tabel. ( rxy hitung=0,663 > rxy tabel=0,444).
- Pada tahap pengujian apakah kepemimpinan kepala sekolah mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kinerja guru yang berlaku untuk
semua populasi, diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,754. Jika
dibandingkan dengan t-tabel untuk taraf signifikan = 0,05 dan dk=18,
diperoleh nilai sebesar 1,734 maka nilai t-hitung lebih besar daripada t-
tabel. Karena t-hitung > t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru di MTs Al Rosyid.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang
signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di MTs
Al Rosyid Bojonegoro dapat diterima.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut, direkomendasikan kepada :
- Kepala sekolah MTs Al Rosyid untuk melaksanakan tugas/peranan
yang menjadi tanggung jawabnya selaku unsur pemimpin dalam
organisasi, baik peranan yang bersifat interpersonal, informasional
maupun peranan yang bersifat pengambil keputusan, sehingga akan
mampu meningkatkan kinerja guru.
60
60
- Kepala sekolah MTs Al Rosyid hendaknya menempatkan guru
berdasarkan bidang dan keahliannya agar kualitas pembelajaran dapat
mencapai hasil yang maksimal.
- Guru MTs Al Rosyid untuk konsekwen pada tugas mengajar dan hal-hal
yang berkaitan dengan tata tertib atau aturan yang berlaku agar tercapai
visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 2000, Analisis Regresi, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Amirullah, 2004, Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arifin, 2005, Skripsi: Peranan Kepemimpinan dalam Meningkatkan Semangat
Kerja Pegawai, Bojonegoro: STIE Cendekia Bojonegoro
Hamzah, Awaludin, 2004, Tiga Syarat Penting Seorang Kepala Sekolah,
http://www.pikiran-rakyat.com
61
61
Hasan, M. Iqbal, 2002, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Bogor:
Ghalia Indonesia.
Hasibuan, Malayu S.P, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Ismawanto, 2002, Simpati Ekonomi, Solo: CV. Grahadi
Koentjoroningrat, 2001, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gra Media
Mulyasa, E, 2005, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja-
Rosdakarya
Nasution, M.N. 2004, Manajemen Mutu Terpadu, Bogor: Ghalia Indonesia
Rosyada, Dede, 2004, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta :
Prenada Media
Subiyanto, Ibnu, 2000, Metodologi Penelitian Manajemen dan Akuntansi,
Yogyakarta: UPP
Sutrisno Hadi, 2004, Statistik Jilid 2, Yogyakarta : Andi Offset
Tim Perumus, 2004, Pedoman Penulisan Skripsi, Bojonegoro: P3M STIE
Cendekia Bojonegoro
Timotius, 2005, Hubungan Motivasi Kerja dengan Kinerja Guru,
http://www.geocities.com/guruvalah/penelitian
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003, 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
http://www.depdiknas.go.id
Winardi, J, 2004, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Prenada Media
Yatim Riyanto, 2001, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Penerbit SIC
62
62