ptk mate

68
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Menjadi guru pada era sekarang ini tidaklah mudah, karena guru sekarang dituntut untuk professional dimana konsekuensi seorang professional haruslah disertai dengan kompetensi yang benar-benar mengacu pada perkembangan teknologi, materi pembelajaran, media, dan yang paling penting adalah guru juga harus dapat memahami karakteristik peserta didik. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini didasari oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, teori peluang, analisis dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk 1

Upload: danicafauz

Post on 25-Jun-2015

1.162 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PTK MATe

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Latar Belakang Masalah

Menjadi guru pada era sekarang ini tidaklah mudah, karena guru

sekarang dituntut untuk professional dimana konsekuensi seorang

professional haruslah disertai dengan kompetensi yang benar-benar

mengacu pada perkembangan teknologi, materi pembelajaran, media, dan

yang paling penting adalah guru juga harus dapat memahami karakteristik

peserta didik.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan

pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini didasari

oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, teori

peluang, analisis dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta

teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat

sejak dini. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua

peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis. Kritis, dan kreatif,

serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar

peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu

berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

1

Page 2: PTK MATe

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memilki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Namun dalam kenyataannya pencapaian tujuan tersebut menghadapi

banyak kendala, sehingga pencapaian prestasi belajar siswa tidak optimal.

Mata pelajaran di sekolah dasar yang selalu menjadi momok bagi siswa

adalah matematika. Hal ini menjadi problema tersendiri bagi guru. Dari

tahun ke tahun hasil evaluasi siswa hampir dikatakan tidak mengalami

perubahan bahkan selalu menempati posisi terendah dalam perolehan rata-

rata kelas dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Nilai hasil

ulangan matematika menunjukkan hasil yang sangat mengecewakan, atau

dengan kata lain tingkat ketuntasan penguasaan materi pada tiap sub

pokok bahasan pada mata pelajaran matematika masih sangat rendah,

termasuk pada kompetensi dasar operasi pengurangan bilangan bulat.

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang saya

laksanakan sebagai Guru kelas IV SD Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan pada tanggal 12 Januari 2010 materi “Penjumlahan

bilangan dan pengurangan bilangan bulat” sangatlah rendah. Dari 38 siswa

hanya 5 siswa yang mendapat nilai rentang 80-100, 10 siswa rentang nilai

60 -80, 15 siswa rentang nilai 40-60, dan sisanya 8 siswa mendapat nilai

kurang dari 40. Sehingga daya serap ketuntasan klasikal yang diperoleh

hanya 39,47 %.

2

Page 3: PTK MATe

Sebenarnya rendahnya prestasi siswa dalam pembelajaran

matematika ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kesalahan pola

pembelajaran, kondisi sekolah, kodisi lingkungan, latar belakang orang tua

dan kondisi keluarga siswa serta tingkat dukungan orang tua dalam

memotivasi siswa belajar. Selama ini peneliti dalam memberikan materi

pembelajaran tidak menggunakan alat peraga yang sesuai sehingga konsep

yang disampaikan masih terkesan abstrak. Padahal menurut Piaget, usia

anak SD antara 6-12 tahun berada dalam masa operasional konkrit serta

awal operasional formal (Sumantri; 2006: 15). Oleh karena itu penggunaan

alat peraga dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar sangat

diperlukan guna mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak. Selain

faktor tersebut, faktor teknik penyampaian materi ternyata sangat besar

pengaruhnya terhadap tingkat ketuntasan penguasaan materi. Selama ini

dalam menyampaikan materi peneliti sering tidak sabar dan ingin cepat-

cepat menyelesaikan materi yang sedang dibahas sehingga mengabaikan

proses berpikir siswa.

Kondisi SD Negeri 5 Depok bila dilihat dari segi sarana dan

prasasarana memang sudah cukup baik. Meskipun bangunan tetap masih

utuh sejak Inpres tahun75 tetapi masih terjaga dengan baik. Instalasi listrik

sudah tersedia dan halaman sekolah sudah dipaving. Tersedianya media

pembelajaran seperti komputer, tape recorder, televisi berwarna dan DVD

player makin mempermudah terciptanya proses pembelajaran yang efektif.

Sayangnya, keadaan sekolah yang demikian itu ternyata tidak didukung.

Peran serta masyarakat atau wali murid. Karena rata-rata wali murid SD

Negeri 5 Depok mayoritas adalah buruh tani dan lulusan Sekolah Dasar.

Kondisi orang tua siswa yang demikian, tentu saja sangat tidak

mendukung untuk pencapaian prestasi belajar siswa yang diinginkan.

Keadaan lingkungan sekolah dan latar belakang orang tua siswa seperti

yang sudah dikemukakan di atas sangat tidak mungkin peneliti pecahkan

sendiri. Butuh dukungan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan masalah

tersebut. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, peneliti hanya akan

3

Page 4: PTK MATe

sebatas memperbaiki pola pembelajaran. Peneliti akan meningkatkan

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika tentang operasi

pengurangan bilangan bulat dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran

melalui Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research) yang

memfokuskan pada penggunaan mistar bilangan sebagai alat peraga dan

penerapan metode peragaan sebagai model pembelajaran. Peneliti

menyadari kemampuan mengajar yang peneliti miliki masih sangat

terbatas.

Penggunaan mistar bilangan sebagai alat peraga didasarkan pada

kajian pendapat Drs. Elang Krisnadi (2007; 1.11) tentang pengajaran

konsep operasi pada bilangan bulat seperti yang ditulis pada modul

pembelajaran matematika S1 UT. Sedangkan penerapan metode peragaan

didasarkan pada pendapat Dra. Sukewi Sugito dalam bukunya

Perencanaan Pengajaran (1994; 43).

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan peneliti tuangkan ke

dalam bentuk laporan. Laporan disusun berdasarkan rencana perbaikan

pembelajaran, catatan pelaksanaan pembelajaran yang peneliti buat, hasil

pengamatan yang direkam oleh teman sejawat serta hasil konsultasi dan

refleksi bersama pembimbing. Perbaikan pembelajaran dilaksanakan

dalam dua siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Siklus pertama tentang

Rencana Perbaikan Pembelajaran I, dan siklus kedua tentang Rencana

Perbaikan Pembelajaran II.

Laporan ini disusun dalam lima bab utama. Bab I Pendahuluan

yang berisi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Analisis

Masalah, Perumusan Masalah, Proses Penelitian Laporan, Tujuan

Penelitian, dan Manfaat Penelitian. Bab II berisi tentang Kajian Pustaka

yang berisi teori-teori yang mendukung penelitian. Bab III berisi tentang

Pelaksanaan Perbaikan Penelitian. Bab IV berisi Hasil Penelitian dan

Pembahasan yaitu membahas hasil-hasil dari penelitian yang sudah

dilaksanakan. Dan Bab V berisi Kesimpulan dan Saran

4

Page 5: PTK MATe

Perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan ini selain untuk

mengoptimalkan hasil belajar siswa, juga dimaksudkan untuk memenuhi

tugas dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PGSD

4412) pada Program S1 PGSD yang sedang peneliti tempuh.

2. Identifikasi Masalah

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang peneliti

laksanakan sebagai Guru kelas IV SD Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh

Kabupaten Grobogan pada tanggal 12 Januari 2010 materi “Penjumlahan

bilangan dan pengurangan bilangan bulat” sangatlah rendah. Dari 38 siswa

hanya 5 siswa yang mendapat nilai rentang 80-100, 10 siswa rentang nilai

60 -80, 15 siswa rentang nilai 40-60, dan sisanya 8 siswa mendapat nilai

kurang dari 40. Sehingga daya serap ketuntasan klasikal yang diperoleh

hanya 50 %. Selama pembelajaran berlangsung siswa hanya

memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan lembar kerja siswa

dengan meniru contoh penyelesaian yang diberikan guru. Para siswa

bersikap pasif hanya menerima ilmu, siswa tidak diarahkan menemukan

sendiri cara menyelesaikan soal. Berdasarkan hal tersebut peneliti

melakukan refleksi diri dengan mencoba mengingat apa yang telah peneliti

alami pada saat proses pembelajaran yang telah peneliti laksanakan.

Dari hasil refleksi yang peneliti laksanakan maka masalah

mengapa hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan

bilangan bulat tidak memuaskan dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Rendahnya tingkat penguasaan siswa dalam memperagakan operasi

pengurangan bilangan bulat di papan tulis dengan bantuan garis

bilangan.

2. Rendahnya tingkat penguasaan siswa dalam memahami prinsip-prinsip

kerja garis bilangan.

3. Kurangnya kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dari peneliti

4. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal tentang

operasi pengurangan bilangan bulat.

5

Page 6: PTK MATe

3. Analisis Masalah

Sudah menjadi hal yang biasa jika siswa SD mengalami kesulitan

dalam menguasai pelajaran matematika khususnya operasi pengurangan

bilangan bulat. Menurut Elang Krisnadi (2005; 1.29), hal ini kemungkinan

besar disebabkan karena banyaknya buku-buku pelajaran matematika

ataupun guru-guru yang mengajarkannya tidak memperhatikan dengan

benar prinsip-prinsip kerja dari garis bilangan. Selama ini pula, peneliti

dalam mengajarkan konsep operasi bilangan bulat sering mengabaikan

prinsip-prinsip kerja garis bilangan dan masih tetap menggunakan cara-

cara lama yang ternyata menurut peneliti memang sangat membingungkan

siswa. Siswa sangat sulit memahami operasi pengurangan bilangan bulat

apabila memakai cara-cara lama. Tapi apa boleh dikata, faktanya memang

justru buku-buku pelajaran matematika SD kelas IV yang banyak beredar

di pasaran ternyata masih menggunakan cara-cara lama. Maka dari itu

dalam menyelesaikan operasi bilangan bulat, guru dan siswa harus terlebih

dahulu memahami prinsip-prinsip kerja garis bilangan. Di samping itu,

peneliti juga sering melakukan kesalahan dalam pelaksanaan

pembelajaran. Metode yang peneliti pilih sering tidak sejalan dengan

materi yang sedang dibahas saat itu.

Dari identifikasi masalah di atas akhirnya peneliti kembali

merenung untuk menganalisis masalah-masalah diatas dan akhirnya dapat

diketahui bahwa faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar pada mata

pelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan bulat adalah sebagai

berikut :

a. Peneliti terlalu cepat dalam menyampaikan materi pelajaran

b. Peneliti kurang menggunakan variasi dalam pembelajarn

c. Peneliti tidak menggunakan alat peraga dalam menyampaikan konsep.

d. Peneliti masih menggunakan cara-cara lama yang masih konvensional

dan bersifat abstrak

e. Guru kurang kreatif dalm mengembangkan materi pelajaran sehingga

siswa tidak terlibat aktif

6

Page 7: PTK MATe

f. Peneliti kurang sabar dalam menyampaikan materi dan terlalu tergesa-

gesa.

g. Peneliti kurang tepat dalam memilih metode pembelajaran

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas akhirnya akhirnya timbul permasalahan

yang dideskripsikan sebagai berikut : “Bagaimana penggunaan mistar

bilangan dengan metode peragaan untuk menanamkan konsep operasi

hitung bilangan bulat siswa kelas IV SD Negeri 5 Depok”.

Dengan mengacu pada permasalahan yang telah saya rumuskan

maka saya merencanakan perbaikan pembelajaran dengan membuat

Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I mata pelajaran Matematika dan

IPS yang akan saya gunakan dalam mengajar di kelas IV semester II di SD

Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan pada tanggal 18

Januari 2010 supaya hasil belajar siswa dapat meningkat. Tidak lupa saya

akan melibatkan teman sejawat untuk melakukan ovservasi tentang

pembelajaran yang saya lakukan di kelas untuk kemudian hasil ovservasi

akan saya gunakan untuk melakukan refleksi dan untuk dilanjutkan

dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II.

C. Tujuan Penelitian

Laporan ini disusun selain untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar, juga

dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam mata kuliah Pemantapan

Kemampuan Profesional pada Program S1 PGSD Universitas Terbuka,

maka tujuan penelitian yang diharapkan bisa dicapai adalah :

1. Meningkatkan rasa antusias siswa agar lebih aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran.

2. Menanamkan prinsip-prinsip kerja garis bilangan pada operasi

7

Page 8: PTK MATe

pengurangan bilangan bulat.

3. Menerapkan metode peragaan untuk meningkatkan keterampilan siswa

dalam operasi pengurangan bilangan bulat.

4. Mengetahui efektifitas pemanfaatan alat peraga dalam upaya

peningkatan hasil belajar siswa.

A. Manfaat Penelitian

Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

peneliti sebagai guru kelas, siswa, guru-guru yang lain, sekolah tempat

penelitian, pendidikan dasar, dan bagi pembaca.

1. Bagi penulis sebagai guru kelas IV, penelitian ini akan memperluas

pengalaman penulis saat mengajar di kelas dalam pembelajaran

tentang operasi pengurangan bilangan bulat.

2. Bagi siswa, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan dalam

menyelesaikan kesulitan dalam pembelajaran tentang operasi

pengurangan bilangan bulat.

3. Bagi guru-guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai contoh dalam

meningkatkan prestasi anak didiknya. Penelitian ini juga dapat

dimanfaatkan untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

Karena sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran.

4. Bagi SD Negeri 5 Depok, hasil penelitian ini akan memberikan

sumbangsih yang besar pada sekolah dalam rangka perbaikan kualitas

pembelajaran di sekolah.

5. Bagi pendidikan dasar, penelitian ini dapat berpengaruh secara luas

terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hasil penelitian ini dpat

dijadikan sebagai acuan atau model dalam pengembangan pola

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

6. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi pembaca atau peneliti lain

yaitu untuk menambah wawasan para pembaca tentang masalah yang

diteliti dan juga sebagai acuan, masukan, maupun perbandingan bagi

8

Page 9: PTK MATe

pembaca untuk mengambil tindakan mengenai masalah yang serupa.

9

Page 10: PTK MATe

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai peran penting

dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.

Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi

dewasa ini didasari oleh perkembangan matematika di bidang teori

bilangan, aljabar, teori peluang, analisis dan matematika diskrit. Untuk

menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan

matematika yang kuat sejak dini.

Konsep dasar matematika perlu dikuasai anak didik sejak dini.

Konsep tersebut diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kegunaan matematika antara lain: (1) untuk memecahkan persoalan

sehari-hari. (2) pengembangan ilmu dan (3) mengembangkan matematika

itu sendiri (Ruseffendi dkk, 1997: 106). Penanaman konsep matematika

disampaikan secara berkesinambungan, artinya bertahap dan berurutan

sebelum konsep B harus didahului konsep A, pengalaman yang lalu

mendasari pengalaman yang baru (Herman Hudojo, 1990: 5). Matematika

biasanya berkenaan dengan konsep abstrak yang tersusun secara hierarki

dan penalarannya deduktif. Matematika menurut Van De Walle (1991: 1)

adalah: (1) matematika sebagai dasar aktifitas manusia artinya peserta

didik harus diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan matematikasasi

pada semua kompetensi pembelajaran matematika. (2) matematika harus

berhubungan dengan kehidupan manusia artinya matematika harus dekat

dengan anak dan dikaitkan dengan situasi kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran matematika di SD selalu berpedoman pada Silabus dan

Kurikulum. Pembelajaran dinilai berhasil bila siswa dapat belajar sesuai

dengan tujuan yang dirancang. Oleh sebab itu proses pembelajaran harus

10

Page 11: PTK MATe

diwujudkan atau diciptakan melalui kegiatan yang menimbulkan interaksi

dua arah. Dalam upaya meraih keberhasilan dalam pembelajaran

matematika, guru senantiasa berupaya mengembangkan strategi

pembelajaran, misalnya dengan menerapkan penggunaan metode dan

media atau alat peraga yang sesuai. Dengan metode yang baik serta

penggunaan alat peraga yang sesuai diharapkan siswa lebih mudah

memahami konsep serta dapat meningkatkan mutu proses belajar

mengajar. Penanaman konsep matematika yang konkret akan lebih mudah

dipahami oleh siswa dan dapat membuat siswa lebih efektif,

menyenangkan, sistematik, teratur dan terarah dalam belajarnya.

B. Pembelajaran Bilangan Bulat

Pengertian bilangan bulat adalah bilangan yang terbentuk dari

perluasan himpunan bilangan asli dan bilangan cacah (Elang Krisnadi,

2005: 1.5–1.8 ). Bilangan bulat terdiri dari: (1) bilangan-bilangan yang

bertanda 11able11ve (-1, -2, -3, -4, -5, ….) yang selanjutnya disebut

bilangan bulat 11able11ve; (2) bilangan 0 (Nol) dan; (3) bilangan-bilangan

yang bertanda positif (1, 2, 3, 4, 5, …..) yang selanjutnya disebut bilangan

bulat positif. Pada operasi pengurangan bilangan bulat, sebarannya

mencakup: (1) pengurangan bilangan bulat positif oleh bilangan bulat

positif; (2) pengurangan bilangan bulat positif oleh bilangan bulat

11able11ve; (3) pengurangan bilangan bulat 11able11ve oleh bilangan

bulat positif; (4) pengurangan bilangan bulat 11able11ve oleh bilangan

bulat 11able11ve.

Operasi hitung dalam bahasan bilangan bulat baru diperkenalkan kepada

siswa sekolah dasar di kelas 4 (pada siswa yang masih dalam taraf berpikir

konkret). Pendekatan yang harus dilakukan harus sesuai dengan

perkembangan mental anak di usia anak antara 10 sampai 11 tahun.

Banyak persoalan yang muncul pada 11able11 bilangan bulat bagi siswa-

siswa sekolah dasar kelas 4, misalkan pada waktu mereka akan melakukan

operasi hitung seperti: 4 + (-7); (-6) + 9; 2-7; (-3) – (-6); dan sebagainya.

11

Page 12: PTK MATe

Persoalan yang muncul dalam kaitannya dengan soal-soal yang seperti itu

adalah bagaimana memberikan penjelasan dan cara menanamkan

pengertian operasi tersebut secara konkret, karena kita tahu bahwa pada

umumnya siswa berpikir dari hal-hal yang bersifat konkret menuju hal-hal

yang bersifat abstrak. Untuk mengenalkan konsep operasi hitung pada

sistem bilangan bulat dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Tahap pengenalan konsep secara konkret

2. Tahap pengenalan konsep secara semi konkret atau semi abstrak

3. Tahap pengenalan konsep secara abstrak.

Dalam tahap pertama ada dua model peragaan yang dapat dikembangkan,

yaitu model yang menggunakan pendekatan himpunan (yaitu

menggunakan alat peraga manik-manik), sedang model yang kedua

menggunakan pendekatan 12able kekekalan panjang (yaitu menggunakan

alat peraga mistar bilangan atau pita garis bilangan atau tangga garis

bilangan).

Pada tahap kedua, proses pengerjaan operasi hitungnya diarahkan

menggunakan garis bilangan dan pada tahap ketiga kepada siswa baru

diperkenalkan dengan konsep-konsep operasi hitung yang bersifat abstrak.

Prinsip dan cara kerja pada garis bilangan sama dengan cara kerja pada

balok, tangga, atau pita garis bilangan, yaitu ditekankan pada langkah

“maju” untuk operasi penjumlahan dan langkah “mundur” untuk operasi

pengurangan. Kemudian sisi muka model yang dihadapkan 12able12v

bilangan positif maupun 12able12ve ditunjukkan oleh arah ujung anak

panah pada garis bilangannya. Untuk lebih jelasnya, prinsip-prinsip kerja

penggunaan garis bilangan diuraikan sebagai berikut:

1. Setiap akan melakukan peragaan, posisi awal aktivitas peragaan harus

selalu dimulai dari bilangan atau skala 0 (nol).

2. Jika bilangan pertama dalam suatu operasi hitung bertanda positif, maka

ujung anak panah diarahkan ke bilangan positif dan bergerak maju

dengan skala yang besarnya sama dengan bilangan pertama sedangkan

pangkal anak panahnya mengarah pada bilangan negatifnya. Sebaliknya

12

Page 13: PTK MATe

jika bilangan pertamanya bertanda 13able13ve, maka ujung anak

panahnya

diarahkan ke bilangan 13able13ve dan gerakkan dengan skala yang

besarnya

sama dengan bilangan pertama sedangkan pangkal anak panahnya

mengarah ke bilangan positif.

B. Jika anak panah dilangkahkan maju, maka dalam prinsip

operasi hitung

istilah maju dapat diartikan sebagai penjumlahan. Sebaliknya, jika anak

panah dilangkahkan mundur maka istilah mundur dapat diartikan

sebagai pengurangan. Namun demikian, gerakan maju atau mundurnya

anak panah tergantung pada bilangan penambah atau pengurangnya.

C. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi atau disebut juga metode peragaan merupakan

metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan

mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan

sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu (Winata Putra, dkk., 2005:

4.24 – 4.26). Metode demonstrasi adalah cara guru menyajikan bahan

pelajaran dengan memperlihatkan atau mendemonstrasikan suatu proses

dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk

merencanakan metode demonstrasi yang efektif, guru perlu

memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Perumusan tujuan secara jelas dari segi kecekatan dan kegiatan.

Maksudnya tujuan yang diharapkan mencakup segi kecekatan dan

kegiatan.

2. Menetapkan apakah metode demonstrasi dapat dilaksanakan dilihat dari

segi jumlah peserta didik, alat-alat pelajaran, serta waktu.

3. Menetapkan pedoman setiap langkah demonstrasi.

4. Merumuskan keterangan-keterangan yang akan diberikan kepada

peserta didik yang berkaitan dengan demonstrasi.

13

Page 14: PTK MATe

C. Merencanakan penilaian yang sesuai.

Dalam demonstrasi itu guru atau siswa memperlihatkan

(mendemonstrasikan) suatu kejadian tertentu dalam cara-cara mengerjakan

sesuatu dan cara mengatur sesuatu (Karawapi, 1971: 105-106). Menurut

Subarjo, metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan

mempertunjukkan sesuatu, yang dipertunjukkan dapat berupa suatu

rangkaian percobaan, suatu model alat atau suatu keterampilan tertentu.

Dalam metode ini siswa dituntut untuk memperhatikan suatu obyek atau

proses. Dalam metode ini dapat dikembangkan keterampilan proses, yaitu

mengamati, mengklasifikasi, membuat kesimpulan sementara, menerapkan

dan mengkomunikasikan. (Subarjo dkk, 1989).

Pengertian metode demonstrasi yang digunakan dalam penelitian

ini sama dengan pengertian-pengertian metode demonstrasi di atas.

Pelaksana metode demonstrasi pada penelitian ini adalah siswa. Dalam

pembelajaran matematika, metode demonstrasi sangat diperlukan karena

dengan demonstrasi, siswa akan terbimbing melalui contoh yang

diperagakan serta berikutnya dapat terlatih memperagakan caranya di

depan kelas sehingga dapat dengan mudah mengerjakan operasi hitung

matematika. Dalam melaksanakan tugas, siswa dapat memperoleh

pengalaman secara langsung dan nyata. Peragaan dapat diberikan dan

dilakukan secara kelompok atau perorangan. Melalui metode ini siswa

dapat mengembangkan berbagai keterampilan dan pembiasaan kerja

mandiri serta bersikap jujur. Selain itu peragaan dapat dilakukan dengan

memberikan siswa contoh latihan-latihan soal, yang dikerjakan di papan

tulis secara bergantian sampai siswa betul-betul memahami cara

mengerjakan soal-soal hitung pengurangan bilangan bulat.

Kebaikan dari metode demonstrasi antara lain adalah (1) guru dan siswa

aktif dalam pembelajaran, (2) bakat dan keterampilan tertentu siswa

mudah dikembangkan, (3) mengembangkan sikap dan tindakan ilmiah,

dan (4) guru tidak banyak memberikan keterangan tetapi pengertian siswa

dapat jelas. Sedangkan kekurangan metode demonstrasi adalah (1) banyak

14

Page 15: PTK MATe

membutuhkan waktu, tenaga dan biaya, (2) memerlukan kemampuan dan

kecekatan guru yang lebih bila dibanding metode lain, (3) dalam

demonstrasi memerlukan perhatian dan konsentrasi siswa yang sungguh-

sungguh, (4) terkadang hasil demonstrasi perlu diulangi, jika hasilnya

tidak sesuai seperti yang diharapkan. (Sugito, 1994: 41-43)

D. Alat Peraga

Bila ditinjau dari segi usia, anak SD umumnya berumur 6 – 12

tahun yang menurut Piaget, usia anak SD masih berada dalam masa

operasional konkret serta awal operasional formal (Ichsan, 2003: 2). Oleh

sebab itu penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika di SD

sangat diperlukan guna mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak.

Dengan digunakannya alat peraga anak akan dapat melihat langsung

obyek-obyek matematika, meraba serta memanipulasi benda-benda

sehingga pemahaman anak akan meningkat. Di samping itu dengan

digunakannya alat peraga, pembelajaran akan menjadi lebih

menyenangkan, menjadi bermakna bagi kehidupan anak serta mudah

diingat dan tidak membosankan.

Alat peraga diartikan sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mampu

menjelaskan konsep kepada siswa. Usaha ini dibantu dengan

menggunakan alat peraga matematika karena dengan bantuan alat yang

sesuai dengan topik yang diajarkan, konsep akan lebih mudah untuk

dipahami siswa. (Hudoyo, 1988: 45). Alat peraga dalam pembelajaran,

teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah alat-alat yang

digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi

pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya

verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak

verbalisme tentu akan segera membosankan, sebaliknya pengajaran akan

lebih menarik bila siswa gembira belajar atau senang karena mereka

merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya.

15

Page 16: PTK MATe

Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau

pengalaman kongkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.

Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran

daripada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat peraga pengajaran

(Uzer Usman; 1992 : 26-27). Menurut Dale (1992 : 47) alat peraga adalah

alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi

dengan siswa. Alat peraga itu dapat berupa benda atau perilaku, yang inti

belajarnya adalah interaksi siswa dengan guru dan alat peraga beserta

komunikasi pendidikan yang terjadi pada suatu situasi sehingga siswa

dapat berhasil dalam belajar. Berdasar beberapa pendapat tentang alat

peraga di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu atau

pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa untuk

menerangkan atau mewujudkan konsep sehingga dapat memupuk

kreatifitas guru dan siswa guna memperlancar dan meningkatkan mutu

proses belajar mengajar.

Penggunaan alat peraga dalam setiap pembelajaran bukanlah untuk

bermaksud mengganti peran guru dalam mengajar, melainkan hanya

merupakan pelengkap dan membantu guru dalam mengajar atau

membantu para siswa dalam mempelajari suatu konsep. Alat peraga itu

mempunyai peranan yang sangat penting, karena :

1. Alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan

meningkatkan semangat belajar siswa. Dengan menyediakan alat

peraga para siswa memperoleh pengalaman secara langsung dengan

menggunakan waktu dan kegiatan yang lebih terarah.

2. Alat peraga memungkinkan pendidikan lebih sesuai dengan perorangan

Dengan memanfaatkan media peraga, pembelajaran dapat berlangsung

lebih menyenangkan bagi masing-masing perorangan.

E. Alat peraga memungkinkan belajar lebih merata. Dengan

menggunakan

alat peraga, memungkinkan perhatian siswa meningkat dan mengarah

kepada yang sedang diragakan.

16

Page 17: PTK MATe

Alat peraga yang dipakai dalam penelitian ini adalah mistar

bilangan. Alat peraga ini terdiri dari mistar berskala dan model yang

pendekatannya berhubungan dengan konsep kekekalan panjang. Model

yang digunakan dapat berupa boneka, wayang, mobil-mobilan, dan

sebagainya, yang terpenting adalah bahwa model tersebut harus

mempunyai sisi muka dan sisi belakang. Proses operasinya berpegang

pada prinsip bahwa panjang keseluruhan sama dengan jumlah panjang

masing-masing bagian-bagiannya.

Manfaat penggunaan balok garis bilangan dalam membantu siswa

memahami konsep operasi pengurangan bilangan bulat adalah (1)

memperbesar perhatian siswa dalam pembelajaran, (2) meletakkan dasar-

dasar yang kongkret untuk berpikir sehingga dapat mengurangi

verbalisme, (3) melatih siswa dalam pemecahan masalah, (4) mendorong

siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Yang perlu diingat adalah bahwa

tujuan utama penggunaan alat peraga adalah agar konsep-konsep atau ide-

ide dalam matematika yang sifatnya abstrak itu dapat dikaji, dipahami dan

dicapai oleh penalaran siswa terutama siswa yang masih berada pada tahap

berpikir konkret. Cara penggunaan alat peraga mistar bilangan adalah

Bilangan positif mobil maju bilangan negative mobil mundur dan tanda

positif (+) mobil menghadap ke kanan sedangkan tanda kurang (-) mobil

mengharap ke kiri.

Gambar 2.1.

Alat Peraga Mistar Bilangan

17

Page 18: PTK MATe

Dengan melaksanakan PTK guru mendapat kesempatan untuk

berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.

Guru tidak hanya menerima hasil perbaikan yang ditemukan orang lain,

namun ia sendiri adalah pelaku dan perancang perbaikan tersebut, yang

menghasilkan berbagai teori dalam memperbaiki pembelajaran. Hasil yang

ditemukan sendiri akan merupakan dorongan yang kuat bagi guru untuk

terus-menerus melakukan perbaikan. Inilah yang diistilahkan sebagai

theorizing by practitioners, yang membangun sendiri pengetahuan (self-

contructed knowledge) berupa personal theory atau theory-in-use (Raka

Joni, Kardiawarman, & Hadisubroto, 1998)

18

Page 19: PTK MATe

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian

1. Tempat Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini dilakukan di Kelas IV semester 2 SD 5 Depok

kecamatan Toroh kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2009/2010 dengan

jumlah siswa 38 orang, yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 20 orang

perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran matematika

berlangsung dengan kompetensi (materi) tentang operasi hitung bilangan

bulat. Pertimbangan peneliti menentukan tempat penelitian tersebut karena

sehari-hari peneliti mengajar di SD Negeri 5 Deppok sehingga peneliti

mempunyai banyak waktu dan kebebasan dalam melakukan penelitian.

Adapun waktu penelitian seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

JADWAL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

No Hari/

Tanggal

Pukul Materi Keterangan Observer

1

2

Selasa,

12 Januari

2010

Selasa,

19 Januari

2010

07.00-

08.45

07.00-

08.45

Penjumlahan

bilangan bulat

Penjumlahan dan

pengurangan

bilangan bulat

Pra Siklus

Siklus 1

-

Teman

Sejawat

19

Page 20: PTK MATe

3 Selasa,

2 Pebruari

2010

07.00-

08.45

Operasi hitung

campuran bilangan

bulat

Siklus 2 Supervisor

2. Karakteristik Peserta Didik

SD Negeri 5 Depok adalah SD Negeri yang terletak agak jauh dari

jalan raya. Kalau ditinjau dari lokasi sebenarnya ideal untuk melaksanakan

pembelajaran karena jauh dari suara bising kendaraan. Lingkungan yang

dekat persawahan membuat udara terasa sejuk. Tetapi karena kurangnya

peran serta masyarakat yang perduli dengan pendidikan karena mayoritas

wali murid dari SD Negeri 5 Depok adalah buruh tani membuat SD Negeri

5 Depok jarang mendapatkan prestasi akademik. Minat belajar siswa juga

banyak yang kurang karena mayoritas masyarakat sekitar hanya

menyekolahkan anaknya hanya sampai jenjang SMP. SD Negeri 5 Depok

terdiri dari 199 siswa yang terbagi menjadi 6 kelas. Kelas IV yang peneliti

jadikan obyek penelitian tindakan kelas berjumlah 38 siswa yang terdiri

dari 20 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki.

F. Deskripsi Per Siklus

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing

melalui empat tahap, yaitu : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap

pengumpulan data, dan tahap refleksi. Dengan 20able pelaksanaan sebagai

berikut :

Tabel 3.2

SIKLUS I

Perencanaan Pelaksanaan Pengumpulan Data Refleksi

20

Page 21: PTK MATe

14 Januari 2010

Sampai dengan

16 Januari 2010

19 Januari 2010 19 Januari 2010

Sampai dengan

20 Januari 2010

21 Januari 2010

Sampai dengan

23 Januari 2010

Tabel 3.3

SIKLUS II

Perencanaan Pelaksanaan Pengumpulan Data Refleksi

25 Januari 2010

Sampai dengan

27 Januari 2010

2 Pebruari 2010 3 Pebruari 2010

Sampai dengan

5 Januari 2010

6 Pebruari 2010

Sampai dengan

8 Januari 2010

Adapun prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini, peneliti deskripsikan

sebagai berikut:

G. Perbaikan Pembelajaran Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

Perencanaan pada siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 14

Januari 2010 sampai dengan hari Sabtu, 16 Januari 2010 dengan dibantu

oleh dua teman sejawat dan dosen pembimbing yaitu dengan menentukan

langkah-langkah, metode, alat yang akan digunakan oleh peneliti dalam

proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran siklus 1 mengacu pada refleksi pra

siklus yang dilakukan peneliti karena hasil pembelajaran matematika

materi operasi hitung bilangan bulat tidak memuaskan. Peneliti

21

Page 22: PTK MATe

merencanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga

mistar bilangan dengan tujuan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika materi operasi hitung bilangan bulat dapat meningkat.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pada

hari Selasa tanggal 19 Januari 2010. Adapun langkah-langkah

pembelajarannya adalah sebagai berikut :

Kegiatan Awal :

- Guru mempersiapkan RPP perbaikan, alat peraga, lembar evaluasi

- Dalam pelaksanaan siklus 1 guru dibantu teman sejawat untuk

melakukan observasi (pengamatan)

- Guru mengucapkan salam (doa bersama), absensi siswa.

- Apersepsi yang menjurus ke materi pokok pembelajaran.

- Penyampaian informasi tentang tujuan pembelajaran dan materi pokok

pembelajaran.

- Memberikan soal pre tes

Kegiatan Inti :

- Membahas soal pre tes dan guru memberi umpan balik

- Guru menjelaskan operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan

mistar bilangan.

- Guru menyuruh siswa untuk mencoba menggunakan mistar bilangan

secara bergantian

- Guru memberi umpan balik

Kegiatan Akhir :

- Guru membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa

- Guru melaksanakan evaluasi

c. Pengamatan

22

Page 23: PTK MATe

Pengamatan dilaksanakan peneliti setelah proses pembelajaran.

Adapun data yang dikumpulkan peneliti guna dijadikan bahan refleksi

adalah :

1) Lembar ovservasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran

2) Lembar observasi keaktifan siswa

3) Hasil evaluasi

d. Refleksi

Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan refleksi dengan

dibantu teman sejawat atas hasil dari perbaikan pembelajaran siklus I. Dan

berdasarkan refleksi akhirnya dapat diketahuai kekurangan ataupun

kelebihan yang terjadi saat proses perbaikan pembelajaran siklus 1. Dan

akhirnya peneliti memutuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran

siklus 2 karena peneliti merasa hasil belajar siswa masih belum mengalami

peningkatan yang signifikan.

2. Perbaikan Pembelajaran siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 25

Januari 2010 sampai dengan hari Senin, 27 Januari 2010 dengan dibantu

oleh dua teman sejawat dan dosen pembimbing yaitu dengan menentukan

langkah-langkah, metode, alat yang akan digunakan oleh peneliti dalam

proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran siklus II mengacu pada refleksi siklus I

yang dilakukan peneliti dibantu dengan teman sejawat. Pada prbaikan

pembelajaran siklus II peneliti masih akan menggunakan alat peraga

mistar bilangan untuk menyampaikan materi operasi hitung campuran

bilangan bulat. Peneliti ingin hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika materi operasi hitung bilangan bulat dapat meningkat secara

signifikan. Peneliti juga akan mengajak siswa untuk benar-benar dapat

menggunakan mistar bilangan karena pada prbaikan pembelajaran siklus I

23

Page 24: PTK MATe

masih ada beberapa siswa yang belum bisa menggunakan alat peraga

mistar bilangan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan

pada hari Selasa tanggal 2 Pebruari 2010. Langkah-langkah pembelajaran

siklus II hampir mirip dengan langkah-langkah pembelajaran pada

pembelajaran siklus I. Bedanya hanya terletak pada materi yang meningkat

kalau pada siklus I penjumlahan bilangan bulat tetapi pada siklus II

operasi hitung campuran bilangan bulat. Di samping itu dalam langkah-

langkah pembelajaran siklus II peneliti hanya akan memberikan

penekanan pada pencapaian tujuan perbaikan pembelajaran yaitu untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung

bilangan bulat.Pada siklus II peneliti juga akan berusaha memberi

motivasi untuk siswa supaya terlibat aktif dan kreatif selama pembelajaran

berlangsung. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai

berikut :

Kegiatan Awal :

- Guru mempersiapkan RPP perbaikan, alat peraga, lembar evaluasi

- Dalam pelaksanaan siklus II guru dibantu teman sejawat untuk

melakukan observasi (pengamatan)

- Guru mengucapkan salam (doa bersama), absensi siswa.

- Apersepsi yang menjurus ke materi pokok pembelajaran.

- Penyampaian informasi tentang tujuan pembelajaran dan materi pokok

pembelajaran.

- Memberikan soal pre tes

Kegiatan Inti :

- Membahas soal pre tes dan guru memberi umpan balik

- Guru menjelaskan operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan

mistar bilangan.

- Guru memotivasi siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran

24

Page 25: PTK MATe

- Guru menyuruh siswa untuk mencoba menggunakan mistar bilangan

secara bergantian

- Guru melakukan pengamatan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran

- Guru memberi umpan balik

Kegiatan Akhir :

- Guru membuat kesimpulan dengan melibatkan siswa

- Guru melaksanakan evaluasi

c. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan peneliti setelah proses pembelajaran.

Adapun data yang dikumpulkan peneliti guna dijadikan bahan refleksi

adalah :

1) Lembar ovservasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran

2) Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

2) Lembar observasi keaktifan siswa

3) Hasil evaluasi

H. Refleksi

Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan refleksi dengan

dibantu teman sejawat atas hasil dari perbaikan pembelajaran siklus II.

Dan berdasarkan refleksi akhirnya dapat diketahuai kekurangan ataupun

kelebihan yang terjadi saat proses perbaikan pembelajaran siklus II. Dan

akhirnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran

siklus II sudah sesuai dengan harapan peneliti yaitu hasil belajar siswa

meningkat secara signifikan, dan siswa terlibat aktif dan kreatif selama

proses pembelajaran berlangsung.

25

Page 26: PTK MATe

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bagian ini, disajkan hasil penelitian dari setiap siklus yang

dilaksanakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan

tujuan penelitian yang telah ditulis oleh peneliti sebagai berikut :

I. Deskripsi per Siklus

J. Pelaksanaan Siklus I

Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan

efektivitas hasil belajar siswa, maka peneliti mengembangkan rencana

Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus

yang masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan

data dan refleksi.

a. Perencanaan

1). Mengidentifikasi dan merumuskan masalah. Dengan berkolaborasi

dengan beberapa teman sejawat dan pembimbing untuk

mengungkap dan memperjelas permasalahan yang dihadapi untuk

dicarikan jalan pemecahan yang tepat, sampai diperoleh hasil lebih

baik.

2). Merancang pembelajaran dengan menitikberatkan pada

penggunaan media pembelajaran dan metode yang tepat.

3). Menyusun lembar observasi sebagai panduan bagi observer dalam

mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang

difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapakan model

pembelajaran dan metode yang tepat, sesuai dengan analisis

masalah.

4). Merancang RPP perbaikan dan alat evaluasi..

26

Page 27: PTK MATe

b. Pelaksanaan Tindakan

1). Guru mengatur siswa untuk duduk yang rapi dan mengabsen.

2). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3). Guru memotivasi siswa.

4). Guru menjelaskan materi pembelajaran.

5). Guru memberikan pertanyaan secara individu.

6). Guru memberi simpulan tentang materi diskusi.

7). Siswa mengerjakan tes formatif perbaikan.

c. Pengamatan

1). Observer mengamati proses perbaikan pembelajaran yang terutama

difokuskan pada kegiatan guru dalam menggunakan media

pembelajaran dan metode yang tepat.

2). Observer mencatat semua temuan pada saat pembelajaran.

Dari pengamatan guru yang mengajar diperoleh data sebagai berikut :

1) Dalam penggunaan alat peraga guru hanya memberi kesempatan

kepada siswa yang ingin mencoba saja. Jadi siswa yang aktif

semakin aktif dan siswa yang pasif semakin pasif.

2) Dalam mengajukan pertanyaan, guru cenderung menunjuk individu

bukan secara klasikal.

Dari pengamatan terhadap siswa, diperoleh data sebagai berikut :

1. Mayoritas siswa masih takut untuk mencoba mistar bilangan yang

digunakan guru.

2. Siswa masih bingung dalam mengoperasikan mistar bilangan.

d. Proses Refleksi

Dari kumpulan data yang diperoleh menghasilkan refleksi sebagai

berikut :

1). Dalam mengajukan pertanyaan, guru cenderung menunjuk pada

siswa yang aktif saja.

27

Page 28: PTK MATe

2). Dalam menggunakan mistar bilangan guru tidak memberi

kesempatan kepada siswa yang pasif.

3). Secara umum pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan dengan

baik, namun ada kekurangan yaitu penggunaan mistar bilangan

kurang merata.

2. Pelaksanaan Siklus II

Atas dasar hasil dan refleksi terhadap perbaikan pembelajaran

untuk meningkatkan efektivitas hasil belajar siswa pada siklus I dan

diskusi dengan teman sejawat serta konsultasi dengan dosen pembimbing

serta mengkaji dengan teori pembelajaran Matematika kelas 4 di Sekolah

Dasar, maka guru sebagai peneliti mengembangkan rencana perbaikan

pembelajaran berupa prosedur kerja yang dilaksanakan di dalam kelas

yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data dan

refleksi.

a. Proses Perencanaan

1). Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan hasil refleksi pada

siklus I. Dalam perencanaan ini penulis berkolaborasi dengan

beberapa teman sejawat dan pembimbing untuk mengungkap dan

memperjelas permasalahan yang penulis hadapi memperjelas

permasalahan yang penulis hadapi untuk dicarikan jalan

pemecahan yang tepat sampai diperoleh hasil yang memuaskan.

2). Merancang pembelajaran dengan menitikberatkan pada aktivitas

guru untuk mengungkap dan menggunakan media atau model

pembelajaran secara optimal dan menggunakan metode yang tepat.

3). Mengecek kembali lembar observasi sebagai panduan bagi

observer dalam mengobservasi pelaksanaan perbaikan

pembelajaran yang difokuskan pada kegiatan guru dalam

menggunakan media pembelajaran secara optimal dan

menggunakan metode bervariasi.

4). Merencanakan waktu yang diperlukan.

28

Page 29: PTK MATe

5). Menentukan jenis prosedur dan alat penelitian untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa.

6). Merancang RPP perbaikan dan alat evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

1). Guru mengucapkan salam, doa bersama, absensi siswa.

2). Guru menunjukkan mistar bilangan.

3). Guru menyampaikan informasi dan siswa memperhatikan.

4). Guru menyampaikan pembelajaran yang telah dipersiapkan.

5). Guru memotivasi siswa untuk bersungguh-sungguh dalam

mengikuti pelajaran.

6). Guru menyuruh siswa yang pasif untuk menyelesaikan soal

menggunakan mistar bilangan.

7). Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang disampaikan.

8). Siswa mengerjakan tes perbaikan siklus II yang disajikan guru.

c. Pengamatan

1). Observer mengamati proses perbaikan pembelajaran yang terutama

difokuskan pada kegiatan guru dalam menggunakan media

pembelajaran secara optimal dan penggunaan metode yang tepat

dan variatif.

2). Observer mencatat semua temuan-temuan selama proses

pembelajaran berlangsung.

3). Dari pengamatan terhadap guru yang mengajar diperoleh temuan

data sebagai berikut :

a). Dalam menggunakan media mistar bilangan guru sudah dapat

mengaktifkan siswa yang pasif.

b). Setiap guru bertanya siswa cenderung berebut untuk

memperoleh kesempatan maju ke depan atau menunjuk jari.

c). Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa kelihatan aktif

berdiskusi.

29

Page 30: PTK MATe

d). Setiap ada tugas, semua siswa cepat mengerjakan dengan

percaya diri.

d. Proses Refleksi

Setelah selesai melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran pada

siklus II ini dan pengamatan atas tindakan kelas di atas tindakan

pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi mengacu

pada data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Dan segala kegiatan

yang telah dilakukan dalam kegiatan pada siklus II diperoleh hasil

sebagai berikut :

a. Dalam menggunakan model pembelajaran sudah optimal sehingga

siswa lebih mudah menerima penjelasan guru tentang ”operasi

hitung bilangan bulat”.

b. Secara umum pelaksanaan sudah berjalan dengan baik dilihat dari

hasil belajar siswa sudah tuntas semua.

B. Paparan Keberhasilan dan Kegagalan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan perbaikan pra

siklus, Siklus I dan Siklus II terbukti bahwa pembelajaran memerlukan

kompetensi yang tinggi dari seorang guru. Banyak faktor yang

mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan suatu pembelajaran.

Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran, yang paling

menentukan keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran. Pengolahan pembelajaran itu meliputi cara

memilih strategi dan model ataupun media yang digunakan.

1. Pembahasan Siklus I

Dalam pembelajaran pada siklus I media yang digunakan oleh

peneliti sebenarnya sudah berhasil menarik minat siswa untuk belajar dan

menimbulkan rasa ingin mencoba. Tetapi peneliti kurang dapat

30

Page 31: PTK MATe

mengaktifkan keterlibatan siswa secara keseluruhan. Hanya siswa yang

aktif yang terlibat sedangkan yang pasif tidak tersentuh.

Data hasil perbaikan pembelajaran siklus I peneliti sajikan dalam

bentuk tabel dan diagram berikut ini :

Tabel 4.1

Tabel Perbaikan Pembelajaran Siklus I

No Rentang Nilai Jumlah Prosentase

1 10 - 39 0 0 %

2 40 - 59 10 26,3 %

3 60 - 79 20 52,6 %

4 80 - 100 8 21,1 %

Jumlah 38 100 %

Diagram Batang 4.1

Diagram Perbaikan Pembelajaran Siklus 1

0

5

10

15

20

25

10-39 40 - 59 60 - 79 80 - 100

Rentang Nilai

Ju

mla

h S

isw

a

Dari gambar diagram di atas, perbaikan pembelajaran pada

siklus I ini menunjukkan bahwa prestasi ketuntasan siswa mengalami

peningkatan. Yang semula dalam kegiatan pembelajaran Pra siklus

siwa yang mencapai KKM hanya 39,47 % dengan nilai rata-rata 52,89,

tetapi untuk siklus I menjadi 73,68% dan nilai rata-rata 63,42 atau

semula hanya 15 siswa yang tuntas tetapi dalam siklus I mengalami

31

Page 32: PTK MATe

peningkatan menjadi 28 siswa. Namun demikian peningkatan ini

belum maksimal, maka dilanjutkan lagi untuk melakukan kegiatan

perbaikan pembelajaran pada siklus II.

2. Pembahasan Siklus II

Dalam pembahasan perbaikan pembelajaran siklus II ini, guru

sebagai peneliti telah memperbaiki kelemahan atupun kekurangan

yang terjadi pada pembelajaran siklis I. yaitu dengan mengoptimalkan

penggunaan metode dan alat peraga mistar bilangan. Sehingga hasil

ketuntasan personal dalam mata pelajaran Matematika dengan materi

pokok pembelajaran ”Operasi hitung bilangan bulat” di kelas IV

semester 2 Sekolah Dasar Negeri 5 Depok, Kecamatan Toroh,

Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah tahun ajaran 2009/2010

dapat tercapai 100% atau dari 38 siswa dapat tuntas semua dengan

asumsi nilai KKM 60.

Data hasil perbaikan pembelajaran siklus II peneliti sajikan

dalam bentuk tabel dan diagram sebagai berikut :

Tabel 4.2

Tabel Perbaikan Pembelajaran Siklus II

No Rentang Nilai Jumlah Prosentase

1 40 - 59 0 0 %

2 60 - 79 20 52,6 %

3 80 - 100 18 47,4%

Jumlah 38 100%

32

Page 33: PTK MATe

Diagram Batang 4.2

Diagram Perbaikan Pembelajaran Siklus II

0

5

10

15

20

25

40 - 59 60 - 79 80 - 100

Rentang Nilai

Ju

mla

h S

isw

a

Dari diagram yang ditampilkan di atas perbaikan pembelajaran

pada siklus II menunjukkan bahwa semua siswa telah mendapatkan

nilai KKM. Dari 38 siswa semua mendapatkan nilai di atas 59 dengan

rata-rata kelas 75. Ini berarti pada materi operasi hitung bilangan bulat

di kelas IV SD Negeri 5 Depok Kecamatan Toroh Kabupaten

Grobogan Tahun Pelajaran 2009/2010 sudah berhasil dengan

dibuktikan bahwa seluruh siswa memenuhi standar KKM. Dapat

disimpulkan pula bahwa penggunaan mistar bilangan dan metode

peragaan yang digunakan peneliti terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar siswa melalui perbaikan pembelajaran dengan 2 siklus.Berikut

akan peneliti sajikan tabel dan diagram hasil belajar siswa dari pra

siklus, siklus I dan siklus II. Sehingga pembaca dapat mengetahui

perkembangan atau peningkatan belajar siswa dilihat dari hasil

evaluasi dari pra siklus, siklus I dan siklus II.

33

Page 34: PTK MATe

Tabel 4.3

Tabel Ketuntasan Belajar

No KetuntasanPra Siklus Siklus I Siklus II

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Tuntas 15 39 28 74 38 100

2 Belum

tuntas

23 41 10 26 0 0

Dengan melihat data di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas standar KKM

> 60 hanya 15 siswa dari 38 siswa (39%).

b. Pada Perbaikan pembelajaran siklus I siswa yang tuntas standar

KKM > 60 telah mencapai 28 siswa dari 38 siswa, mengalami

peningkatan tetapi belum tuntas semua (74 %).

c. Pada perbaikan pembelajaran siklus II dari 38 siswa telah tuntas

standar KKM > 60 atau tuntas 100%.

Diagram Batang 4.3

Diagram Ketuntasan Belajar

0

5

10

15

20

25

30

38

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Tuntas

Belum Tuntas

34

Page 35: PTK MATe

C. Pembahasan dari Setiap Siklus

Berdasarkan hasil pengolahan data, temuan dan refleksi maka

pembahasannya adalah sebagai berikut :

Hasil perolehan data pada perbaikan pembelajaran adalah :

1. Sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas dengan nilai 60 ke atas

ada 15 siswa atau 39 % dengan rata-rata kelas 52,89.

2. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I siswa yang tuntas belajar

dengan nilai 60 ke atas ada 28 siswa atau 74 % dengan rata-rata 63,42.

3. Dengan menggunakan alat peraga yang efektif dan efisien yaitu mistar

bilangan dan dengan metode peragaan atau demonstrasi secara optimal

pada kompetensi dasar opereasi hitung bilangan bulat di SD Negeri 5

Depok, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ternyata menunjukkan

hasil yang meningkat dibuktikan dengan data hasil evaluasi pada siklus II

dari 38 siswa, 100 % siswa tuntas KKM (asumsi nilai KKM 60) dengan

rata-rata kelas 75.

Keberhasilan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti

tidak lepas dari penggunaan alat peraga mistar bilangan. Penggunaan

peraga mistar bilangan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas IV pada mata pelajaran matematika. Alat peraga diartikan sebagai

alat bantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

pembelajaran, guru harus mampu menjelaskan konsep kepada siswa.

Usaha ini dibantu dengan menggunakan alat peraga matematika karena

dengan bantuan alat yang sesuai dengan topik yang diajarkan, konsep akan

lebih mudah untuk dipahami siswa. (Hudoyo, 1988: 45). Alat peraga

dalam pembelajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah

alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu

memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan

mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang

menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera membosankan,

sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar atau

35

Page 36: PTK MATe

senang karena mereka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang

diterimanya.

Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau

pengalaman kongkret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.

Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran

daripada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat peraga pengajaran

(Uzer Usman; 1992 : 26-27). Menurut Dale (1992 : 47) alat peraga adalah

alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi

dengan siswa. Alat peraga itu dapat berupa benda atau perilaku, yang inti

belajarnya adalah interaksi siswa dengan guru dan alat peraga beserta

komunikasi pendidikan yang terjadi pada suatu situasi sehingga siswa

dapat berhasil dalam belajar. Berdasar beberapa pendapat tentang alat

peraga di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu atau

pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa untuk

menerangkan atau mewujudkan konsep sehingga dapat memupuk

kreatifitas guru dan siswa guna memperlancar dan meningkatkan mutu

proses belajar mengajar.

36

Page 37: PTK MATe

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus I dan

Siklus II pada mata pelajaran matematika kompetensi dasar operasi hitung

bilangan bulat di kelas IV semester 2 di SD Negeri 5 Depok, Kecamatan

Toroh, Kabupaten Grobogan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Metode peragaan atau demonstrasi apabila cara melakukannya tepat,

efektif dan optimal dapat membuat siswa aktif dan kreatif dalam proses

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap

materi yang dipelajarinya.

2. Penggunaan peraga mistar bilangan terbukti memudahkan guru dalam

menanamkan konsep operasi hitung bilangan bulat dan terbukti dapat

melibatkan siswa untuk berpikir aktif, kreatif dan kritis dalam proses

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.

3. Hasil dari perbaikan ini ditemukan bahwa siswa yang tuntas pada tahap

sebelum Siklus 39 % dengan rata-rata nilai 52,89. Kemudian pada tahap

Siklus I meningkat menjadi 74 % dengan rata-rata nilai 63,42. Dan pada

Siklus II meningkat lagi menjadi 100% dengan rata-rata nilai 75. Maka

dengan melihat dari nilai hasil perbaikan setiap siklus meningkat, ini

membuktikan hasil belajar siswa meningkat dengan adanya peraga mistar

bilangan dan penggunaan metode demonstrasi secara optimal.

Berdasarkan perolehan hasil belajar yang selalu meningkat tersebut

dapat disimpulkan bahwa penggunaan mistar bilangan dengan metode

demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar matematika melakukan

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas IV semester 2 SD

Negeri 5 Depok, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran

2009/2010.

37

Page 38: PTK MATe

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, peneliti menyarankan :

1. Kepada Guru

a. Dalam mengajar matematika khususnya pada kompetensi dasar operasi

hitung bilangan bulat hendaknya menggunakan peraga mistar bilangan.

b. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru menggunakan metode

yang bisa melibatkan siswa dalam pembelajan. Contohnya metode

dperagaan atau demonstrasi.

2. Kepada Siswa

Diharapkan siswa selain membaca buku-buku pelajaran, buku cerita,

majalah, juga membaca buku karya ilmiah yang dibuat gurunya sendiri

untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan.

3. Kepada Sekolah

Laporan ini dapat dijadikan bahan referensi untuk mengambil kebijakan

sekolah dan untuk menambah buku bacaan didalam perpustakaan sekolah.

Dan hendaknya Kepala Sekolah sebagai manajer di sekolah dasar selalu

memotivasi guru dan selalu memberi dukungan baik pikiran, tenaga dan

juga dana guna menunjang guru dalam melaksanakan perbaikan

pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

38

Page 39: PTK MATe

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta : Mini Jaya Abadi.

Asep Hery Hermawan. (2006). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajara.,

Jakarta : Universitas Terbuka.

Djamaludin Darwis. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Engkoswara dan Yusuf Djajadisastro. (1984). Dedaktif dan Metodif Umum.

Bandung : Proyek Penataran Guru Tertulis.

Gatot Muhsetyo. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Universitas

Terbuka.

IGAK Wardhani. Kuswaya Wihardit. (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :

Universitas Terbuka

Muhamad Zein. (1995). Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta : AK.Group.

Oemar Hamalik. (1994). Media Pendidikan. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Suhito. (1996). Diagnosa Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial.

Semarang : IKIP Semarang.

Udin S. Winata Putra dan Tita Rosita. (1996). Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta : Universitas Terbuka.

39

Page 40: PTK MATe

LAMPIRAN-LAMPIRAN

40

Page 41: PTK MATe

41

Page 42: PTK MATe

42

Page 43: PTK MATe

43

Page 44: PTK MATe

44

Page 45: PTK MATe

45