pterygium.pptx

20
PTERYGIUM Pembimbing: dr.Iqbal Hilmi, Sp.M Qonita Hanif 201320401011132 DM D21

Upload: qonita-hanif

Post on 20-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PTERYGIUM

Pembimbing:dr.Iqbal Hilmi, Sp.M

Qonita Hanif201320401011132

DM D21

DEFINISI

Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra

EPIDEMIOLOGI• Pterygium tersebar di seluruh dunia,

tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering.

• Faktor yang sering mempengaruhi adalah daerah dekat ekuator, yakni daerah yang terletak kurang 370 Lintang Utara dan Selatan dari ekuator

ETIOLOGI• Radiasi ultraviolet

• Sinar ultraviolet diabsorbsi kornea dan konjungtiva menghasilkan kerusakan sel dan proliferasi sel

• Faktor Genetik• penelitian case control menunjukkan riwayat

keluarga dengan pterygium, kemungkinan diturunkan autosom dominan.

• Faktor lain• Iritasi kronik atau inflamasi terjadi pada area

limbus atau perifer kornea teori keratitis kronik dan terjadinya limbal defisiensi, dan saat ini merupakan teori baru patogenesis dari pterygium

PATOGENESIS

Etiologi (UV)mutagen untuk p53 tumor supresor gene pada limbal

basal stem cell

Apoptosis terhambat

proses kolagenase meningkat

transforming growth factor-beta meningkat

Sel-sel bermigrasi dan angiogenesis

PTERYGIUM

terlihat jaringan subepitelial

fibrovaskular

degenerasi kolagen

GEJALA• Pada fase awal pterygium tanpa gejala,

hanya keluhan kosmetik• Simtomatis pterygium mencapai

daerah pupil atau menyebabkan astigatisme karena pertumbuhan fibrosis pada tahap regresi

• Mata ngeres Rasa mengganjal• Kering• Mata merah

DERAJATDerajat 1 : jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea. Derajat 2 : jika sudah melewati limbus kornea tetapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea. Derajat 3 : sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 3 – 4 mm) Derajat 4 : pertumbuhan pterygium melewati pupil

sehingga mengganggu penglihatan

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS Pinguekula Hialin pseudopterygium tidak melekat

TERAPI MEDIKA MENTOSA Grade 1 Artificial Tear

TERAPI OPERATIF Bare sclera : tidak ada jahitan atau jahitan, benang

absorbable digunakan untuk melekatkan konjungtiva ke sklera di depan insersi tendon rektus. Meninggalkan suatu daerah sklera yang terbuka.

Simple closure : tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama (efektif jika hanya defek konjungtiva sangat kecil).

Sliding flaps : suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka kemudian flap konjungtiva digeser untuk menutupi defek.

Rotational flap : insisi bentuk U dibuat sekitar luka untuk membentuk lidah konjungtiva yang dirotasi pada tempatnya.

Conjunctival graft : suatu free graft biasanya dari konjungtiva superior, dieksisi sesuai dengan besar luka dan kemudian dipindahkan dan dijahit.

Amnion membrane transplantation : mengurangi frekuensi rekuren pterygium, mengurangi fibrosis atau skar pada permukaan bola mata dan penelitian baru mengungkapkan menekan TGF-β pada konjungtiva dan fibroblast pterygium.

• Pemberian mytomicin C dan beta irradiation dapat diberikan untuk mengurangi rekuren tetapi jarang digunakan

• Lamellar keratoplasty, excimer laser phototherapeutic keratectomy dan terapi baru dengan menggunakan gabungan angiostatik dan steroid

KOMPLIKASI OPERASI

Komplikasi sewaktu operasi antara lain perforasi korneosklera, graft oedem, graft hemorrhage, graft retraksi, jahitan longgar, korneoskleral dellen, granuloma konjungtiva, epithelial inclusion cysts, skar konjungtiva, skar kornea dan astigmatisma, disinsersi otot rektus. Komplikasi yang terbanyak adalah rekuren pterygium post operasi

KOMPLIKASI merah, iritasi, skar kronis pada

konjungtiva dan kornea, pada pasien yang belum eksisi, distorsi dan penglihatan sentral berkurang, skar pada otot rektus medial yang dapat menyebabkan diplopia. Komplikasi yang jarang adalah malignan degenerasi pada jaringan epitel di atas pterygium yang ada

PROGNOSIS

BAIK dengan terapi operatif Umumnya rekurensi terjadi pada 3 – 6 bulan pertama setelah operasi