pt freeport indonesia

14
Dampak PT Freeport Terhadap Lingkungan PT Freeport Indonesia (PT FI) – afiliasi dari Freeport- McMoran Copper & Gold Company (FCX) – adalah perusahaan penambangan dan eksplorasi yang menyadari tugas dan tanggung- jawabnya dalam pelestarian sumber daya alam dan pembangunan yang berkelanjutan, khususnya di Provinsi Papua. PT FI memulai kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada Desember 1967. Konstruksi skala besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana konsentrat tembaga pada bulan Desember 1972. Dalam tahun 2005, PTFI telah menghasilkan dan menjual konsentrat yang mengandung 1,7 miliar pon tembaga dan 3,4 juta ons emas. PT FI pun bekerjasama dengan instansi pemerintah, masyarakat setempat, maupun lembaga swadaya masyarakat yang bertanggung jawab, untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. PT FI juga telah menganut prinsip-prinsip Kerangka Kerja Pembangunan Berkelanjutan dari Dewan Internasional tentang Pertambangan dan Logam Sustainable Development Framework of the International Council in Mining and Metals (ICMM). Untuk mencapai komitmen ini, PT FI akan: Mematuhi semua hal yang terkait dengan peraturan dan perundang- undangan lingkungan yang berlaku, komitmen-komitmen lingkungan

Upload: desendra-rufa-saputry

Post on 02-Dec-2015

82 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PT Freeport Indonesia

Dampak PT Freeport

Terhadap Lingkungan

PT Freeport Indonesia (PT FI) – afiliasi dari Freeport-McMoran Copper & Gold

Company (FCX) – adalah perusahaan penambangan dan eksplorasi yang menyadari tugas dan

tanggung-jawabnya dalam pelestarian sumber daya alam dan pembangunan yang berkelanjutan,

khususnya di Provinsi Papua. PT FI memulai kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada Desember

1967. Konstruksi skala besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana

konsentrat tembaga pada bulan Desember 1972. Dalam tahun 2005, PTFI telah menghasilkan

dan menjual konsentrat yang mengandung 1,7 miliar pon tembaga dan 3,4 juta ons emas.

PT FI pun bekerjasama dengan instansi pemerintah, masyarakat setempat, maupun

lembaga swadaya masyarakat yang bertanggung jawab, untuk meningkatkan kinerja

lingkungannya. PT FI juga telah menganut prinsip-prinsip Kerangka Kerja Pembangunan

Berkelanjutan dari Dewan Internasional tentang Pertambangan dan Logam Sustainable

Development Framework of the International Council in Mining and Metals (ICMM). Untuk

mencapai komitmen ini, PT FI akan:

Mematuhi semua hal yang terkait dengan peraturan dan perundang-undangan lingkungan yang

berlaku, komitmen-komitmen lingkungan yang secara sukarela diikuti, dan ketentuan

Kebijakan Lingkungan FCX.

Mengupayakan pencegahan pencemaran lingkungan.

Mengupayakan perbaikan yang berkesinambungan dengan mengimplementasikan sistem

manajemen yang menetapkan tujuan dan sasaran berdasarkan data yang absah dan

berlandaskan ilmu pengetahuan yang tepatm dengan mengkaji ulang sasaran yang ditetapkan

dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan

(RPL) serta melalui audit internal maupun audit eksternal berkala.

Page 2: PT Freeport Indonesia

Memastikan bahwa pertimbangan lingkungan menjadi bagian integral pada setiap tahap

perencanaan, perekayasaan, dan pengoperasian.

Bekerja sama dengan masyarakat di sekitar wilayah kerja dengan prinsip saling menghormati

dan mengembangkan kemitraan aktif.

Memfasilitasi dan mendukung penggunaan kembali daur ulang dan pembuangan yang

bertanggung jawab dari produk yang digunakan dalam operasional.

Berkontribusi dalam konservasi keanekaragaman hayati dan pendekatan terintegrasi dalam

rencana penggunaan lahan.

Memastikan bahwa kebijakan ini didokumentasikan, disampaikan kepada seluruh karyawan

dan semua orang yang bekerja mewakili perusahaan, dan terbuka untuk semua pihak.

II. PEMBAHASAN

A. Program Pengelolaan Tailing

Tailing adalah sisa batu alam yang digiling halus hasil pengolahan bijih mineral. PT FI

menggunakan proses pengapungan (flotasi), yang merupakan pemisahan secara fisik mineral

yang mengandung tembaga dan emas dari batuan bijih. Dalam proses tersebut tidak digunakan

merkuri maupun sianida. Sebuah daerah aliran sungai mengangkut sedimen tersebut menuju

sebuah areal pengendapan yang telah ditentukan di kawasan dataran rendah dan pantai, yang

dinamakan Modified Deposition Area (Daerah Pengendapan Dimodifikasi), yaitu sebuah sistem

yang direkayasa dan dikelola bagi pengendapan dan pengendalian tailing. Sistem pengendapan

tailing tersebut dilakukan sesuai rencana pengelolaan tailing yang komprehensif dari PT FI,

sebagaimana telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia.

Sebagai bagian dari AMDAL yang selesai pada tahun 1997 dan telah disetujui

pemerintah, disepakati bahwa tiga dari 12 opsi pengelolaan tailing, akan dikaji lebih lanjut.

Sebuah Komite Pengkajian Tailing terdiri dari anggota Tim Dewan Peninjauan Penilaian Risiko

Lingkungan, Dewan Penasihat Lingkungan PT FI dan pimpinan PT FI, dibentuk untuk mengkaji

seluruh opsi tersebut. Setelah menyelesaikan 11 kajian rinci, termasuk analisis data penginderaan

Page 3: PT Freeport Indonesia

jarak jauh, evaluasi terhadap berbagai opsi pemipaan, kajian berbagai pertimbangan geoteknis,

dampak banjir dan hidrologi, serta serangkaian analisis risiko, maka Komite Pengkajian Tailing

menyimpulkan bahwa sistem pengelolaan yang diterapkan saat ini, yaitu mengalirkan tailing

menuju daerah pengendapan, merupakan yang terbaik dari semua opsi yang ada. Audit-audit

independen terhadap sistem pengelolaan lingkungan PT FI menghasilkan kesimpulan yang sama.

PT FI tetap melanjutkan kerjasama dengan berbagai pakar dari dalam dan luar negeri

guna memastikan bahwa praktik pengelolaan tailing yang dilakukannya merupakan alternatif

terbaik, dengan mempertimbangkan kondisi geoteknis, topografi, iklim, seismik dan curah hujan

yang berlaku. Sistem pengendapan tailing tersebut melibatkan pembangunan struktur penahan

beban lateral, atau tanggul, untuk membentuk areal bagi pengendapan tailing yang terkendali.

Sistem tersebut senantiasa menjalani berbagai peningkatan, termasuk inspeksi, pemantauan dan

proyek penahan tailing.

PT FI telah melakukan penyelidikan dan mengimplementasikan berbagai teknik penahan

khusus yang dirancang untuk menghalau aliran dan mendorong pengendapan dalam batas-batas

daerah pengendapan tersebut. Rencana penahan tailing tersebut memecah daerah pengendapan

menjadi tiga bagian berdasarkan elevasi, besaran butir sedimen, dan jenis aliran, serta merinci

teknik-teknik tertentu yang akan diterapkan pada setiap bagian. Teknik-teknik penahan tailing

antara lain termasuk: penggunaan penyaring hayati (bio-filter) (dengan penanaman rumput

phragmites dan bakau), permeable groin, struktur pengalih aliran, dan berbagai aplikasi rekayasa

lainnya. Sebuah kelompok teknik – terdiri dari pakar internasional maupun wakil dari Institut

Teknologi Bandung dan PT FI – telah dibentuk untuk mengembangkan dan menerapkan teknik-

teknik penahan tailing yang paling efektif.

PT FI juga telah menyerahkan sebuah Kajian Risiko Lingkungan rinci terhadap sistem

pengelolaan tailing kepada Pemerintah Indonesia. Dalam kajian tersebut ditemukan bahwa

dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh perluasan kegiatan PT FI konsisten dengan yang telah

diantisipasi dalam dokumen AMDAL perusahaan yang selesai disusun tahun 1997 dan telah

disetujui oleh Pemerintah Indonesia.

Page 4: PT Freeport Indonesia

Berbagai kajian terhadap reklamasi tailing dan pembangunan lahan percontohan di atas

kawasan tailing menunjukkan bahwa penghijauan/penanaman kembali lahan tailing dapat

dengan mudah dilakukan dengan menggunakan tanaman asli maupun tanaman pertanian.

Bahkan, kolonisasi alami terjadi dengan pesat. Apabila kegiatan pertambangan telah selesai,

daerah pengendapan tersebut dapat direklamasikan dengan tanaman alami ataupun digunakan

untuk tujuan pertanian, kehutanan atau budi daya air.

Pengambilan sampel secara luas terhadap mutu air dalam sistem pengelolaan tailing

menunjukkan bahwa air pada sungai yang mengangkut tailing dari pabrik pengolahan PT FI di

daerah dataran tinggi menuju daerah pengendapan di dataran rendah telah memenuhi baku mutu

air bersih untuk logam terlarut sesuai peraturan Pemerintah Indonesia maupun USEPA

(Lembaga Perlindungan Lingkungan AS). Data dari pengambilan sampel hayati tetap

menunjukkan bahwa muara estuaria pada bagian hilir daerah pengendapan tailing adalah

ekosistem yang masih berfungsi, berdasarkan jumlah spesies maupun jumlah spesimen

organisme nektonik yang terkumpul, seperti ikan dan udang.

Kanal Alur Sungai Ajkwa

Mulai tahun 1998 dibangun sebuah tanggul baru di bagian timur tanggul barat yang

sudah ada, yang menjadi perbatasan barat dari daerah pengendapan tailing di dataran rendah.

Pembangunan tanggul baru tersebut membentuk sebuah saluran baru yang terletak di antara

tanggul baru dan tanggul lama. Untuk memenuhi komitmen kepada Pemerintah Indonesia sesuai

AMDAL tahun 1997, pada tahun 2005 PT FI menyelesaikan pekerjaan pengalihan Sungai Ajkwa

ke saluran baru tersebut, yang lebih menyerupai aliran asli Sungai Ajkwa. Pengalihan aliran

Ajkwa tersebut berjalan sesuai harapan dengan stabilisasi saluran yang cepat dan perkembangan

pola berliku.

Ada beberapa keuntungan bagi lingkungan dengan mengalihkan sungai Ajkwa agar lebih

mendekati aliran aslinya. Sungai Otomona membawa endapan tailing menuju daerah

pengendapan. Di daerah aliran Sungai Ajkwa, yang bertemu dengan aliran Otomona di sisi utara

daerah pengendapan, tidak terdapat kegiatan tambang. Sebelumnya aliran sungai ikut

mengalirkan tailing melalui bagian daratan dari daerah pengendapan. Pengalihan Sungai Ajkwa

menuju saluran di antara kedua tanggul tersebut mencegah terjadinya kontak dengan daerah

Page 5: PT Freeport Indonesia

pengendapan tailing sehingga dapat menambah aliran air tawar sepanjang perbatasan timur

Timika yang sangat padat dengan penduduk. Hal tersebut juga mengurangi jumlah tailing yang

mengalir keluar melalui daerah pengendapan menuju muara estuaria dan Laut Arafura, hingga

25%.

Pengalihan aliran Sungai Ajkwa ke saluran baru memungkinkan diselenggarakannya

proyek-proyek percontohan reklamasi di daerah di antara kedua tanggul barat tersebut. Daerah

tersebut pun sudah menjadi lokasi proyek penghijauan dan pertanian yang cukup berhasil, yang

dimulai ketika tanggul sedang dalam tahap pembangunan.

B. Pengelolaan Overburden dan Air Asam Tambang

Overburden adalah batuan yang harus dikupas agar bijih yang ditambang dapat dijangkau

dan diolah untuk diambil logamnya untuk keperluan komersial. PT FI menangani overburden

melalui sebuah Rencana Pengelolaan Overburden komprehensif yang telah disetujui oleh

Pemerintah Indonesia. Banyak logam terdapat di alam dalam bentuk mineral sulfida. Pada saat

bijih ditambang dan overburden yang mengandung sulfida terpapar, maka reaksi air, oksigen dan

bakteri alami berpotensi membentuk asam belerang. Air bersifat asam tersebut dapat melarutkan

logam yang terkandung di dalam batuan overburden dan terbawa dalam sistem pembuangan air,

dan apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Proses tersebut dikenal dengan nama air asam tambang.

PT FI melakukan pengelolaan dan pemantauan terhadap air asam tambang yang

dihasilkan oleh kegiatannya. Berbagai audit independen yang dilakukan terhadap sistem

pengelolaan lingkungan hidup PT FI mencapai kesimpulan bahwa program pengelolaan

overburden PT FI “terpadu dengan baik” dan “konsisten dengan praktik-praktik internasional”.

Sesuai rencana pengelolaan overburden yang telah disetujui oleh pemerintah, PT FI

menempatkan overburden pada daerah-daerah terkelola di sekitar tambang terbuka Grasberg.

Rencana PT FI untuk mengurangi dampak air asam tambang dilakukan dengan menampung dan

mengolah air asam tambang yang ada, bersamaan upaya proses pencampuran dengan batu

gamping dan penutupan daerah penempatan overburden dengan batu gamping guna mengelola

pembentukan air asam tambang di masa datang.

Page 6: PT Freeport Indonesia

C. Pengelolaan dan Daur Ulang Limbah

Program-program pengelolaan lingkungan PT FI mencakup seluruh aspek kegiatannya,

bukan saja yang berhubungan dengan pertambangan. PT FI memiliki sistem pengelolaan limbah

yang komprehensif yang menerapkan prinsip-prinsip pemanfaatan ulang, pendauran ulang, dan

pengurangan. Program-program minimalisasi limbah yang dilaksanakan mencakup pengurangan

dan penukaran dengan produk-produk yang ramah lingkungan. Wadah bekas, minyak bekas,

kertas bekas, dan ban bekas semuanya dipakai ulang secara lokal dengan cara yang ramah

lingkungan. Bahan lain yang dapat didaur ulang seperti aluminium, besi tua, dan baterai bekas

dikumpulkan dan disimpan di tempat penyimpanan sementara untuk selanjutnya didaur ulang

atau dibuang sesuai ketentuan Pemerintah Indonesia.

Limbah padat lainnya yang dihasilkan PT FI ditempatkan pada tiga lokasi yang

diperuntukkan secara khusus, termasuk TPA untuk limbah tak bergerak, dan TPA untuk limbah

biodegradable, yang diberi lapisan dalam dan dilengkapi sistem pengumpulan dan pengolahan

lindi. PT FI telah mengimplementasikan ketentuan pemerintah yang terbaru tentang limbah cair

domestik yang berdampak pada ke sepuluh instalasi pengolahan limbah milik PT FI. Mutu

limbah cair dari seluruh instalasi pengolahan limbah cair dipantau secara berkala untuk

parameter pH (kadar alkali), BOD (biological oxygen demand), TSS (total suspended solids/total

padatan tersuspensi) serta minyak dan lemak sesuai baku mutu.

Limbah, termasuk limbah berbahaya (B3) dalam jumlah kecil, dipilah-pilah pada titik

pengumpulan asal. Pengumpulan, pengemasan, dan penyimpanan limbah B3 yang dihasilkan

dari pekerjaan uji coba terhadap sampel bijih, laboratorium analitis, dan proses-proses lainnya

dikelola dengan menaati ketentuan Pemerintah Indonesia. Limbah B3 dipilah dan disimpan di

gudang-gudang khusus hingga pada saatnya dikirim ke instalasi pembuangan limbah berbahaya

lainnya di Indonesia yang telah disetujui. Limbah medis dipilah dari limbah lainnya dan

ditempatkan di dalam wadah khusus untuk pemusnahan akhir pada instalasi insinerator limbah

medis bersuhu tinggi yang sudah ada izinnya dan berada di lokasi.

D. Penutupan Tambang

Page 7: PT Freeport Indonesia

PT Freeport Indonesia mempunyai rencana penutupan tambang yang merupakan analisa

dan strategi terbaru untuk pengelolaan penutupan. Adapun strategi penutupan yang dianut PT

Freeport Indonesia secara keseluruhan adalah mengidentifikasi, memantau dan mengurangi

dampak, baik terhadap lingkungan maupun sosial, melalui program-program pengelolaan yang

tengah berjalan selama tahapan operasional. Hal ini guna menjamin agar proses

decommissioning (penutupan kegiatan dan sarana), reklamasi dan kegiatan pemantauan

lingkungan yang diperlukan pada saat penutupan dan bahwa selama tahapan pasca penutupan,

seluruh kegiatan dapat dikelola dengan efektif; dampak penutupan tambang terhadap ekonomi

dan masyarakat setempat dapat dikelola dengan baik, dan serah-terima setiap aset yang tersisa,

berikut pengalihan tanggung jawab atas kawasan tambang tersebut kepada pemerintah Indonesia

dapat berjalan lancar dan efisien.

Oleh karena usia panjang tambang yang didasarkan atas cadangan terbukti dan cadangan

potensial – yaitu seluruhnya 70 tahun dengan kemungkinan perpanjangan selama 35 tahun

kedepan – maka lingkup rencana pengelolaan penutupan tambang sifatnya masih luas dan

terbuka. Rencana tersebut sejalan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia yang

berlaku, komitmen yang berlaku saat ini (Kontrak Kerja, AMDAL, dan rencana kerja

operasional), azas-azas dan praktek penutupan tambang internasional, serta alokasi pembiayaan

penutupan tambang.

E. Reklamasi dan Penghijauan Kembali

E.1 Daerah Dataran Tinggi

Ekosistem pada daerah dataran tinggi dibentuk oleh kondisi lingkungan yang ekstrem,

antara lain suhu malam hari yang sangat rendah, intensitas sinar matahari yang tinggi pada siang

hari namun disertai masa fotosintesa yang pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, serta kondisi

tanah yang buruk. Tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena

harus bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut. Para ilmuwan internasional dan staf PT

FI telah mengkaji ekologi dari ekosistem alpin di wilayah kerja PT FI, serta mengembangkan

cara-cara handal untuk menghasilkan bibit jenis tanaman asli. Kajian-kajian yang pernah

dilakukan hingga saat ini mencakup etnobotani, keanekaragaman hayati pada ekosistem sub-

alpin dan alpin, pemanfaatan jenis-jenis asli tanaman lumut dan bakteri untuk strategi reklamasi

Page 8: PT Freeport Indonesia

perintis dan budi daya jaringan untuk pengembangbiakan jenis tanaman alpin asli. Walaupun

daerah penimbunan overburden di sekitar tambang masih akan aktif hingga 10 tahun ke depan,

PT FI memiliki komitmen untuk melakukan reklamasi atas lahan-lahan overburden yang tersedia

setiap tahunnya saat tak lagi dimanfaatkan, dengan memantau kinerja berbagai teknik

penanaman dan melakukan modifikasi program untuk meningkatkan hasil akhir. Hingga akhir

2005, lebih dari 10 hektar tanah terganggu pada tambang di daerah dataran tinggi yang berhasil

dihijaukan kembali dalam rangka memenuhi komitmen PT FI kepada Pemerintah Indonesia.

Sebagian besar lahan terganggu di daerah dataran tinggi masih dimanfaatkan secara aktif dan

karenanya belum tersedia untuk keperluan penghijauan kembali.

Kajian-kajian intensif yang telah dilakukan berhasil mengidentifikasi jenis-jenis tanaman

dataran tinggi yang dapat tumbuh subur di atas lahan reklamasi, dan penelitian saat ini dilakukan

dirancang untuk menemukan cara meningkatkan daya tahan spesies-spesies tersebut pada kondisi

yang sulit. Titik berat penelitian yang dilakukan selama tahun 2005 adalah peran iklim setempat

dalam pembentukan lumut serta suksesi alami yang cepat pada daerah penempatan akhir

overburden. Adapun manfaat dari transplantasi diamati dari keberhasilan menumbuhkan

tanaman alami yang dihasilkan dan/atau diperkenalkan lewat transplantasi pada daerah uji coba.

Spesies-spesies asli Deschampsia klossii, Anaphalis helwigii dan berbagai herba asli terbukti

dapat diprediksi dan memilih daya tahan sangat tinggi terhadap kondisi di Grasberg, serta

mampu berkembang biak secara mandiri dan tumbuh dengan pesat di daerah tersebut.

E.2 Daerah Dataran Rendah

Di daerah dataran rendah, penelitian reklamasi telah berulangkali membuktikan

keberhasilan spesies tanaman asli untuk melakukan kolonisasi secara pesat dan alami di atas

tanah yang mengandung tailing. Tanah yang mengandung tailing sangat cocok untuk ditanami

sejumlah tanaman pertanian apabila tanah tersebut diperbaiki dengan menambahkan karbon

organik. Tujuan dari program reklamasi dan penghijauan kembali PT FI di daerah dataran rendah

adalah untuk mengubah endapan tailing pada daerah pengendapan menjadi lahan pertanian atau

dimanfaatkan sebagai lahan produktif lainnya, atau menumbuhkannya kembali dengan tanaman

asli setelah kegiatan tambang berakhir. Hingga akhir tahun 2005, 138 spesies tumbuhan berhasil

ditanam di atas tanah yang mengandung tailing. Beberapa spesies tanaman yang berhasil di uji

Page 9: PT Freeport Indonesia

coba hingga saat ini termasuk tanaman kacang-kacangan penutup tanah untuk dijadikan pakan

ternak; pohon-pohon lokal seperti casuarina dan matoa; tanaman pertanian seperti nanas, melon,

dan pisang; serta sayur mayur dan bijih-bijihan seperti cabai, ketimun, tomat, padi, buncis dan

labu. Sejumlah besar spesies tanaman pangan dan buah-buahan tersebut berhasil dipanen pada

tahun 2005.

Rencana reklamasi PT FI disusun berdasarkan rencana kerja 5 tahun RKL-RPL PT

Freeport Indonesia yang diajukan kepada Pemerintah Indonesia. Hingga akhir tahun 2005,

sekitar 40 hektar lahan pengendapan tailing telah direklamasi. Hampir 900 pohon kelapa dari

empat varietas Cocos nucifera yang berbeda ditanam di atas lahan tailing seluas 5 hektar. Upaya

ini diikuti dengan penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah di atas lahan seluas

kurang lebih 15 hektar yang berada di dalam daerah yang ditanami dengan Casuarina sp,

Pometia pinnata dan pohon kelapa. Untuk mencegah terjadinya erosi, rumput Vetiver zizanoides

ditanam pada tepi Sungai Ajkwa di atas lahan seluas kurang lebih 18 hektar. Pemantauan

terhadap pertumbuhan pohon-pohon tersebut menunjukkan kemajuan yang sangat baik.

Sebagian tailing berhasil lolos melalui Daerah Pengendapan Dimodifikasi. Sejumlah

daratan baru yang terbentuk dari sedimen tersebut mengalami kolonisasi alami dengan adanya

tanaman bakau. Dalam waktu beberapa tahun lalu, enam spesies tanaman bakau, 30 spesies

kepiting dan udang, empat spesies siput dan beberapa spesies ikan serta Polychaetes (cacing) laut

teridentifikasi dalam lahan kolonisasi bakau tersebut. Guna mempercepat proses suksesi primer

pada lahan daratan yang baru terbentuk, PT FI telah memprakarsai sebuah program kolonisasi

untuk mempercepat tanaman bakau. Selama tahun 2005 saja, hampir 70.000 pohon bakau telah

ditanam. Pemantauan terhadap tingkat ketahanan dari bibit bakau tersebut menunjukkan bahwa

tingkat pertumbuhan dan ketahanan bibit tersebut menyerupai tingkatan yang dilaporkan pada

program percepatan kolonisasi lainnya di seluruh dunia sebagaimana diuraikan dalam berbagai

pustaka ilmiah. Penelitian dilanjutkan untuk memperbaiki tingkat bibit yang bertahan hidup.

Lahan rawa bakau merupakan bagian dari ekosistem asli, serta menjadi daerah pelindung warga

pedalaman.