“pt cipta alami” dosen pengampu : ika atsari...
TRANSCRIPT
TUGAS BESAR
PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC)
“PT CIPTA ALAMI”
DOSEN PENGAMPU : Ika Atsari Dewi, STP, MP
NAMA KELOMPOK :
Aldi Nazar Basuki W
(125100300111013)
Deni Wijayana
(125100301111052)
Muhammad Ifdol S
(125100301111065)
Mochamad Radison P
(125100302111003)
Galih Prakoso S B
(125100307111023)
Linggar Sapta P
(125100307111059)
KELAS N
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
PT CIPTA ALAMI adalah perusahaan yang bergerak dalm bidang industri bantal
dengan produk ’Zizanopillow’, yang didirikan pada tanggal 1 september 2013 di jalan
baratayudha Km 18 No. 50A Garut. Penentuan lokasi pabrik di dasarkan atas
pertimbangan seperti letaknya dekat bahan baku dan juga dekat dengan jalan
sehingga pengangkutan hasil produksi ke lokasi pemasaran dapat berjalan dengan
lancar dan tanah cukup luas menjadi faktor pendukung dipilihnya lokasi tersebut.
Perusahaan ini mempekerjakan sebanyak 50 orang karyawan dan dalam suatu
hari delapan jam kerja. Dalam sehari perusahaan ini dapat memproduksi kurang lebih
500 buah bantal dari segi kemampuan produksi, perusahaan ini dapat dikatakan
berhasil meskipun perusahaan tersebut digolongkan masih baru. Pada awal
perkembangan perusahaan ini mencari konsumen dengan memberikan contoh yang
selesai ke pusat – pusat perbelanjaan. Namum seiring dengan berjalannya waktu,
perusahaan sudah tidak membuat contoh bantal lagi karena perusahaan sudah
memeliki konsumen tetap, kecuali konsumen baru datang ke perusahaan dan
menentkan jenis ,ukuran dan model yang diinginkan.
Perusahaan manufaktur PT.CIPTA ALAMI mempunyai stuktur organisasi yang
berbentuk lini dan staf dalam arti lini dan staf terdapat daam hubungan wewenang
dan tanggung jawab perusahaan. Berikut ini akan di uraikan secara garis besar
mengenai tugas-tugas wewenang dan tangung jawab dari setiap bagian stuktur
organisasi PT CIPTA ALAMI
1. Direktur merupakan pimpinan perusahaan yang mempunyai tugas sebagai
berikut:
a. Menetapkan rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang yang hendak
dicapai oleh perusahaan serta menetapkan strategi untuk mencapai tujuan
tersebut
b. Menetkan kebijakan –kebijakan umum yang diperlukan sebagai pedoman
menjalankan operasi perushaan.
c. Menjaga kelansungan hidup dan pekembangan perusahaan dengan
memperthankan dan mengusahakan peningkatan kegiatan usaha.
2. Tugas dari wakil diretur adalah membantu direktur dalam melaksakan tugasnya
dan mewakili direktur bila ia sedang berhalangan atau tidak ada di tempat.Waki
direktur ini bertanggung jawab langsung kepada direktur.selain itu wakil direktur
juga berhak menetapkan strategi dalam bisnis, program kerja dan kebijaksanaan
umum dari persetujuan direktur, mengangkat dan memberhentikan staf produksi.
3. Bagian kepala Produksi
Dalam menjalankan tugasnya, kepala produksi bertanggung jawab kepada direktur
dan wakil direktur.tugasnya mengawasi dan mengontrol jalannya proses produksi,
para buruh yang bekerja, menyutujui dan mendatangani bukti-bukti atas
permintaan bahan baku atau barang yang dibutuhkan serta melaporkan hasil
produksi.
4. Kepala bagian personalita
Kepala bagian ini memiliki tugas dan tangung jawab sebagai berikut:
a. Mengangkat dan memberikan pekerja –pekerja pada bagian produksi seperti
bagian operator produksi dan bagian finishing atau penyelesaian.
b. Menjaga dan menegakkan kedisiplinan karyawan
c. Memberikan persetujuan dari kepala bagian produksi seperti cuti hamil dan
persutujuan surat kecil.
5. Kepala bagian keuangan
Kepala bagian keuangan memeliki tangun jawab menjaga agar arus kas
dapat erjalan dengan lancar, menjaga terjaminnya dana usaha dalam batas-batas
ratio kreditabilitas yang telah ditetapkan. Tuhasnya melaksanakan pengaturan
keuangan dan aktivitas perusahaan yang di arahkan ke pengalokasian sumber-
sumber yang harus didahulukan serta melaporkan posisi kas atau bank
perusahaan secara tepat waktu sesuai dengan prosedur yang berlaku.Kepala
bagian keuangan membawahi beberapa bagian seperti:bagian kasir ,bagian
pembeli dan bagian akutansi.
6. Kepala Bagian Pemasaran
Kepala bagian pemasaran mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
a. Menjaga hubungan baik dengan pembeli
b. Senantias melakukan koordinasi dengan pimpinan pabrik tentang jenis,
kuantitas, kualitas serta jadwal pensyaratan yang diperjanjikan.
c. Melakukan promosi dan penawaran pada calon pembeli dengan pedoman
harga sesuai keputusan direksi.
d. Mengadakan koordinasi denga pihak pengangkut dan memastikan jadwal
keberangkatan pengiriaman barang
7. Keapala bagaian gudang
Kepala bagian gudang mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
a. Memimpin dan mengkoornir peneriman, pengeluaran dan penyimpanan
perserdiaan barang sesuai dengan kebijaksaan dan prosedur yang telah
diteapkan.
b. Mengecek secara fisik barang yang diterima denagn permintaan order
pembelan dan surat jalan.
c. Mengajukan permohonan pembelian bila persediaan bearang telah
mencapai minimun stock
d. Membuat laporan persediaan setiap akhir bulan
BAB II
JADWAL INDUK PRODUKSI
Pada dasarnya jadwal induk merupakan suatu pernyataan tentang produksi akhir
(termasuk item pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur
yang merencanakan, untuk memproduksi Output berkaitan dengan kuantitas dan
periode waktu. Dengan kata lain jadwal induk produksi adalah suatu set perencanaan
yang mengidentifikasikan kuantitas dari item tertentu, yang dapat dan akan dibuat oleh
suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu)
Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan empat
fungsi utama berikut :
a. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan
kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements planning).
b. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and
purchase orders) untuk item-item MPS.
c. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.
d. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (delivery
promises) kepada pelanggan.
Adapun beberapa yang menjadi tujuan penjadwalan produksi induk diantaranya
yaitu:
a. Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen.
b. Efisiensi dalam penggunaan sumber daya produksi.
c. Mencapai target tingkat produksi.
Bagi perusahaan kami ‘PT CIPTA ALAMI”, sangat penting untuk menyusun jadwal
induk produksi. Karena kami harus menentukan berapa kebutuhan pasti dari bahan baku
produk kami dan kapan kami harus memesannya. Dengan jadwal induk produksi jadwal
pemesanan bahan baku kami menjadi teratur dan terkendali. Tidak akan terjadi
kekurangan bahan baku maupun keterlambatan pemesanan.
Kapasitas produksi perusahaan kami 600 bantan/bulan .Dengan melakukan lembur
kapasitas dapat di tingkatkan menjadi 650 Berikut ini adalah jadwal induk produksi untuk
produk kami dalam setahun:
Produk Periode ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bantal biasa aroma terapi
300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 350 350 350
Bantal guling aroma terapi
250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 3000
3000
300
MPS untuk PT CIPTA ALAMI
Produk Periode ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bantal biasa aroma terapi
600 0 600 0 600 0 600 0 600 0 600 0 700 0 700
Bantal guling aroma terapi
0 500 0 500 0 500 0 500 0 500 0 500 0 600 0
MPS yang layak untuk PT CIPTA ALAMI
Produk Periode ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Bantal biasa aroma terapi
600 0 600 0 600 0 600 0 600 0 600 0 650 0 650
Bantal guling aroma terapi
0 500 0 500 0 500 0 500 0 500 0 500 0 650 0
BAB III
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Persediaan (Inventory) merupakan salah satu aktiva lancar yang sangat
berpengaruh terhadap Laporan Keuangan (Laporan laba rugi dan Neraca) pada suatu
perusahaan. Persediaan juga merupakan barang yang kita miliki untuk dijual kembali atau
untuk kita proses terlebih dahulu baru kemudian dijual kepada para distributor, pengecer,
maupun konsumen. Bagi perusahaan kami yang memproduksi bandana pereda pusing,
kegiatan utama yang terpenting adalah menjual produk bandana maka persediaan barang
merupakan unsur yang paling penting dan wajib yang harus dilakukan. Karena sumber
pendapatannya adalah penjualan produk tersebut. Pentingnya persediaan bagi
perusahaan terutama untuk perusahaan dagang seperti perusahaan kami adalah untuk
memenuhi permintaan pembelian dari pelanggan perusahaan. Jika persediaan tersebut
tidak dapat mencukupi atau memenuhi permintaan dari pelanggan, maka pelanggan akan
kecewa dengan perusahaan kami dan bisa saja pelanggan tersebut tidak akan melakukan
pembelian lagi pada perusahaan tersebut.
Manajemen Persediaan atau inventory management merupakan salah satu aset
penting dalam perusahaan. Perencanaan persediaan berhubungan dengan penentuan
komposisi persediaan, penentuan waktu atau penjadwalan, serta alokasi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan perusahaan yang diproyeksikan. Perencanaan dan
pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan penting yang mendapat perhatian
khusus dari manajemen perusahaan. Karena pemborosan terjadi didalam persediaan.
Namun jika tidak dipenuhi maka bisa menghambat produksi barang atau jasa.
Jenis – Jenis persediaan pada “Zizanopillow”:
1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang
berwujud, seperti akar wangi, dakron,plastik,karung, kain, minyak essensial aroma
terapi atau barang – barang yang digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang- barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam perusahaan dan siap dijual atau dikirim
kepada pelanggan. Persediaan ini bisa digunakan untuk cadangan jika ada
pemesanan dadakan. Persediaan ini adalah bandana yang sudah dirakit dan siap
pakai.
Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat
diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah
pembelian yang optimal. Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu
model manajemen persediaan, model EOQ digunakan untuk menentukan
kuantitas pesanan persediaan yang dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan
biaya pemesanan persediaan.
EOQ untuk setiap item barang yang harus dipesan pada PT CIPTA ALAMI “Zizanopillow”:
Keterangan : produksi = 16 buah / hari
Waktu kerja = 25 hari / bulan
= 300hari / tahun
Rumus EOQ yang digunakan : EOQ =�����
Ket : D = Penggunaan / permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S = Biaya pemesanan
H = Biaya penyimpan per unit / tahun
Asumsi barang yang dibutuhkan :
Akar wangi : 10 kg / hari
Dacron : 30kg / hari
Plastik : 30 meter / hari
Karung : 30 buah / hari
Minyak Essensial : 15 ml / hari
Kain : 8 meter / hari
Lem latek : 0,5 kg / hari
EOQ tiap item barang :
A. EOQ untuk Akar wangi
D = 10 kg / hari = 3000 kg / tahun
S = Rp 35.000 / pesan
H = Rp 1500 / kg / tahun
Q* =�2���
= �2(3000)(35.000)
1000
= �240.000.000
500
Q*= 458,26Kg
Jadi, EOQ untuk Akar wangi adalah 458,26Kg
B. EOQ untuk Dacron
D = 30 kg / hari = 9000 Kg / tahun
S = Rp 60.000 / pesan
H = Rp 750 / kg / tahun
Q* =�2���
= �2(9000)( 60.000)
750
= �1.080.000.000
750
Q*= 1200 kg
Jadi, EOQ untuk dacron adalah 1200 kg
C. EOQ untuk plastik
D = 30 meter / hari = 9000 meter / tahun
S = Rp 12.000 / pesan
H = Rp 500 / meter / tahun
Q* =�2���
= �2(9000)(12.000)
500
= �216.000.000
500
Q*= 657,2 meter
Jadi, EOQ untuk plastik adalah 657,2 meter
D. EOQ untuk karung
D = 30 buah / hari = 9000 buah / tahun
S = Rp 16.000 / pesan
H = Rp 700 / unit / tahun
Q* =�2���
= �2(9000)(16.000)
700
= �288.000.000
700
Q*= 641,4 unit
Jadi, EOQ untuk karung adalah 641,4 unit
E. EOQ untuk minyak essensial
D = 15 ml / hari = 4500 ml / tahun
S = Rp 100.000 / pesan
H = Rp 2500 / ml/ tahun
Q* =�2���
= �2(4500)(100.000)
2500
= �900.000.000
2500
Q*= 600 ml
Jadi, EOQ untuk minyak essensial adalah 600 ml
F. EOQ untuk kain
D = 8 meter/ hari = 2400 meter / tahun
S = Rp 20.000 / pesan
H = Rp 750 / meter / tahun
Q* =�2���
= �2(2400)(20.000)
750
= �96.000.000
750
Q*= 357,7 meter
Jadi, EOQ untuk kabel adalah 357,7 meter
G. EOQ untuk lem latex
D = 0,5 kg / hari = 150 kg / tahun
S = Rp 8000 / pesan
H = Rp 150 / kg / tahun
Q* =�2���
= �2(150)(8000)
150
= �2.400.000
150
Q*= 126,4 kg
Jadi, EOQ untuk lem latex adalah 126,4 kg
BAB IV
ABC INVENTORY CLASSIFICATION
ABC Inventory Classification adalah metode pembuatan sebuah grub atau
penggolongan item-item barang berdasarkan peringkat dari nilai tertinggi samapi
terendah. Penggolongan item-item tersebut dibagi menjadi 3 golongan yaitu A, B, dan C.
ABC Inventory dikenal sebagai analisis pareto dimana dilakukan dengan mencari nilai
kumulatif dan persentasenya.
Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi
mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total inventory.
Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item tapi
mempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total inventory.
Kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item tapi
mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total inventory.
Peranan ABC Inventory Classification bagi “Zizanopillow” PT CIPTA ALAMI kami adalah :
1 Memberikan informasi terhadap produk-produk utama yang memberikan revenue
terbesar bagi perusahaan.
2 Memberikan konsentrasi terhadap sebuah produk
3 Sebagai pencarian strategi untuk mendongkrak penjualan
4 Menggolongkan material menurut tingkatannya, mulai dari material yang paling
penting sampai material yang tidak memerlukan pengawasan
5 Material yang bersifat primer digolongkan dalam klasifikasi A,material yang
bersifat sekunder digolongkan dalam klasifikasi B, dan material yang bersifat
tersier digolongkan dalam klasifikasi C.
Untuk menentukan volume Rupiah tahunan analisi ABC, permintaan tahunan dari
setiap persediaan barang dihitung dan dikalikan dengan harga per unit. Barang kelas A
adalah barang dengan volume Rupiah tahunan tertinggi. Item yang termasuk dalam
kategori A dengan presentase 21% - 50%, untuk Item yang termasuk dalam kategori B
dengan presentase 10% - 20% dan untuk Item yang termasuk dalam kategori B dengan
presentase 0% - 9%.
Item Permintaan (unit) Biaya per unit
Akar wangi 10 500
Dacron 30 750
Plastik 30 500
Karung 30 700
Minyak essensial 15 2500
kain 8 750
Lem latex 0,5 150
Item Demand Price Rupiah
Volume
Percent Of
$ volume
Cumulative Of
$ vol
Akar wangi 10 500 5000 4,6696241% 4,6696241%
Dacron 30 750 22500 21,01331% 25,682933%
Plastik 30 500 15000 14,00887% 39,691805%
Karung 30 700 21000 19,61242% 59,304226%
Minyak essensial 15 2500 37500 35,02218% 94,326407%
kain 8 750 6000 5,603549% 99,929956%
Lem latex 0,5 150 75 0,070044% 100%
Total 107075
Item Demand Price Rupiah
Volume
Percent Of
$ volume
Category
Minyak essensial 15 2500 37500 35,02218% A
Dacron 30 750 22500 21,01331% A
Karung 30 700 21000 19,61242% B
Plastik 30 500 15000 14,00887% B
Kain 8 750 6000 5,603549% C
Akar wangi 10 500 5000 4,6696241% C
Lem latex 0,5 150 75 0,070044% C
Total 107075
Item yang termasuk dalam kategori A dengan presentase 21% - 50% adalah
minyak essensial dan daron
Item yang termasuk dalam kategori B dengan presentase 10% - 20% adalah karung
dan Plastik
Item yang termasuk dalam kategori B dengan presentase 0% - 9% adalah kain,
akar wangi dan lem latex.
BAB V
DISKON KUANTITAS
5.1 Pengertian Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas (quantity diskon) merupakan harga (price-P) yang dikurangi
karena sebuah barang dibeli dalam jumlah atau kuantitas yang besar. Secara
sederhana, diskon kuantitas merupakan strategi penjualan dengan memberikan
harga yang bervariasi sesuai dengan jumlah yang dibeli. Semakin besar volume
pembelian maka semakin rendah harga barang per unit. Strategi seperti inilah yang
disebut sebagai diskon kuantitas. Biaya total persediaan dalam hal ini merupakan
jumlah dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya pembelian barang.
Faktor utama dalam mempertimbangkan diskon karena kuantitas adalah antara biaya
produk yang berkurang dan biaya penyimpanan yang meningkat. Pada kasus ini,
harga barang bervariasi tergantung dari jumlah pesanan, sehingga biaya pembelian
barangpun bervariasi.
Rumus biaya total persediaan dalam diskon kuantitas :
�� =�
�� +
�
2� + ��
Dimana, Q = kuantitas pesanan
D = permintaan tahunan dalam unit
S = biaya pemesanan atau setup per pesanan atau per setup
P = biaya per unit
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
Angka Diskon Kuantitas Diskon Diskon (%) Harga Diskon (P)
1 0 – 499 Tidak ada diskon Rp. 30.000,00
2 500 – 999 5 Rp. 28.500,00
3 1000 – 1999 10 Rp. 27.000,00
4 ≥ 2000 15 Rp. 25.500,00
Sedangkan berikut beberapa data perusahaan kami tentang kebutuhan minyak
essensial:
Tingkat permintaan perusahaan kami sebesar 4500 ml minyak essensial
per tahun (permintaan tahunan - D).
Untuk pengadaan minyak essensial mengeluarkan biaya Rp. 100.000,00
per pesanan (biaya pemesanan - S).
Ongkos membawa persediaan sebagai persen dari biaya I adalah 20%.
Berdasarkan penawaran diskon kuantitas oleh supplier dan data perusahaan
terhadap item minyak essensial, maka perusahaan kami akan melakukan analisis
untuk menentukan kuantitas pesanan yang paling sesuai yang akan meminimalkan
angka persediaan total perusahaan.
Analisis model persedian dengan diskon kuantitas item minyak essensial oleh
perusahaan
Nilai Q* untuk setiap diskon kuantitas
Rumus Q* =��� �
�� ,sehingga
Nilai Q*1 = ��(�.���)(���.���)
�,�(��.���)= 387,29 minyak essensial per pesanan
Nilai Q*2 = ��(�.���)(���.���)
�,�(��.���)= 397,36 minyak essensial per pesanan
Nilai Q*3 = ��(�.���)(���.���)
�,�(��.���)= 408,24 minyak essensial per pesanan
Niali Q*4 = ��(�.���)(���.���)
�,�(��.���)= 420,08 minyak essensial per pesanan
Penyesuaian ke atas nilai Q* yang berada dibawah rentang yang diijinkan
Karena nilai Q*1berada diantara 0 dan 499 maka tidak perlu
penyesuaian.
Karena nilai Q*2berada dibawah rentang yang diizinkan dari 500
sampai 999 maka diperlukan penyesuaiain menjadi 500 unit.
Karena nilai Q*3berada dibawah rentang yang diizinkan dari 1.000
sampai 1.999 maka diperlukan penyesuaiain menjadi 1.000 unit.
Karena nilai Q*4berada dibawah rentang yang diizinkan dari ≥ 2000
maka diperlukan penyesuaiain menjadi 2.000 unit.
Penggunaan biaya total dan perhitungan biaya total untuk setiap kuantitas
pesanan
Angka
Diskon
Harga
Satuan (Rp)
Kuantitas
Pesanan
(unit)
Biaya
Produk
Tahunan
(Rp)
Biaya
Pemesanan
Tahunan
(Rp)
Biaya
Penyimpanan
Tahunan
(Rp)
Total (Rp)
1 30.000 447 1.342.282 1.341.000 180.000.000 182.683.282
2 28.500 500 1.200.000 1.425.000 171.000.000 173.625.000
3 27.000 1.000 600.000 2.700.000 162.000.000 165.300.000
4 25.500 2.000 300.000 5.100.000 153.000.000 158.400.000
Pemilihan kuantitas pesanan dengan biaya total terndah
Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kuantitas
pesanan dengan total cost terkecil adalah kuantitas pesanan ≥2.000 unit.
Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaaan kami akan memilih kuantitas
pesanan lebih dari 2000 unit karena akan meminimalkan biaya totalnya.
BAB VI
PERSEDIAAN PROBABILISTIK
6.1 Model Persediaan Probabilistik
Model – model persediaan probabilistik ditandai oleh perilaku permintaan D (j)
dan lead time (L) yang tidak dapat diketahui sebelumnya secara pasti sehingga perlu
didekati dengan distribusi probabilitas. Jika salah satu bersifat probabilistik, maka asumsi
pesanan datang ada saat persediaan habis mungkin tidak terpenuhi. Oleh karena itu,
sebuah model harus diturunkan (Siswanto, 2007).
Masalah kehabisan persediaan
Ketika salah satu demand (permintaan) atau lead time (saat tenggang pesanan) tidak bisa
diketahui secara pasti sebelumnya, ada tiga kemungkinan yang akan terjadi.
Persediaan habis ketika pesanan belum tiba
Persediaan habis tepat pada saat pesanan tiba
Persediaan belum habis saat pesanan tiba
Tiga kemungkinan itu dapat dilihat pada peraga 14.48 dengan penjelasan (Siswanto,
2007):
Pada Y1, persediaan sebesar Q diperkirakan akan habis pada t2, sehingga pesanan
datang tepat pada saat itu. Kondisi ini hanya bisa terjadi jika permintaan dan saat
pesanan tiba tidak berdeviasi, artinya secara pasti bisa ditentukan sebelumnya
(predetermined).
Namun, karena tingkat pemakaian yang lebih besar dari yang diperkirakan
sebelumnya, maka pada Y2, persediaan Q sudah habis pada t3 padahal persediaan baru
tiba pada t4 sehingga terjadi kehabisan persediaan selama t3 – t4.
Pada Y3 pemakaian persediaan sesuai dengan yang direncankan yaitu habis di t5.
Namun, karena pesanan tiba pada t6 maka terjadi kehabisan persediaan selama t5-t6.
Berbeda dengan kondisi Y4, meskipun tidak terjadi kelebihan persediaan namun
karena kedatangan pesanan di t7 yang lebih cepat dari yang direncanakan, yaitu t8, maka
terjadi kelebihan persediaan.
6.2 Persediaan pengaman (safety stock)
6.2.1 Definisi Persediaan pengaman (safety stock)
Persediaan pengaman adalah persediaan yang sering dikaitkan dengan
besarnya permintaan yang berubah-ubah dan ketidak teraturan waktu tunggu (lead
time). Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, perusahaan perlu menyiapkan
persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman adalah tambahan
persediaan dari jumlah biasanya sebesar rata-rata kondisi persediaan dan lamanya
waktu tungu. Peranan peramalan sangat penting untuk menentukan besarnya
persediaan pengaman, jika peramalan dilakukan dengan tepat maka perusahaan
boleh tidak mempunyai persediaan pengaman (Siagian, 2008).
Adapun fungsi dari persediaan pengaman adalah mencegah terhadap
ketidakteraturan (uncertainties) persediaan. Artinya, sebelum persediaan habis kita
harus mempersiapkan sejumlah persediaan, jika di suatu saat ternyata persediaan
habis sedang pemesanan kembali tidak bisa tersedia seketika itu. Karena ketika ada
permintaan dari pelanggan sedangkan persediaan habis maka akan timbul stock out
cost yang mungkin tidak kecil, yaitu biaya pengganti atau biaya karena kehabisan
barang (Aminudin, 2005).
6.2. Peran Persediaan pengaman (safety stock) Bagi Perusahaan
Persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau menjaga
kemungkinan terjadinya kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang
yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang
yang dipesan. Persediaan pengaman disebut juga dengan istilah persediaan
penyangga (buffer stock) atau persediaan besi (iron stock). Bagi perusahaan dagang,
persediaan pengaman juga dimaksudkan untuk menjamin pelayanan kepada
pelanggan terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang (Herjanto, 2007).
Bagi perusahaan kami, persediaan pengaman sangatlah diperlukan dan
sangat penting. Hal ini karena ketidak pastian dalam permintaan bantal tersebut.
Konsumen yang membeli juga belum diketahui secara pasti jumlah yang akan
membeli tiap harinya. Terkadang banyak, terkadang juga sedikit. Apabila pembeli
sedikit, maka bukanlah masalah yang berarti. Namun apabila pembelinya dalam
jumlah banyak namun persediaan kami terbatas, akan menyebabkan ketidakteraturan
di mana konsumen akan kecewa dan beralih ke produk lain. Kekecewaan konsumen
yang menyebabkan perusahaan tidak dipercaya lagi sehingga harus dihindari oleh
perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan fungsi dari persediaan pengaman atau safety
stock bagi perusahaan kai adalah menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
barang, misalnya karena banyaknya permintaan maupun keterlambatan dalam
penerimaan barang yang dipesan. Selain itu untuk menjamin kepuasan konsumen
terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang.
6.3 Perhitungan Persediaan Probabilistik
Perhitungan persediaan probabilistik dilakukan untuk mengetahui
pemesanan kembali (Re-Order Point) dan jumlah persediaan pengaman (savety stock)
pada PT ‘CIPTA ALAMI’, telah mengalami distribusi probabilitas untuk permintaan
persediaan selama periode pemesanan ulang.
Permintaan Variabel, Waktu Tunggu Konstan
Permintaanharian rata-rata untuk bantal di sebuah toko di kota Malang adalah
6 sehingga apabila setiap bantal maka dibutuhkan 1 ikat akar wangi dan 80 ml
minyak essensial (setara 4 botol) dengan standar deviasi 4 unit untuk akar wangi
dan 5 untuk minyak essensial. Waktu tunggunya konstan, yaitu 3 hari untuk akar
wangi dan 4 hari untuk minyak essensial. Tentukan ROP jika manajemen ingin
tingkat pelayanannya mencapai 90% (resiko kehabisan persediaan hanya 10%
sepanjang waktu).
Maka persediaan pengaman yang diperlukan sebesar:
Diketahui :
Item : akar wangi
Permintaanharian rata-rata = 6 unit
Waktu tunggu dalam hari (konstan) = 3 hari
ROP = (permintaan harian rata − rata × Waktu tunggu dalam hari) + Zσ���
Standar deviasi dari permintaan harian = σd = 4
Tingkat pelayanan = 90%
Solusi :
Dari tabel normal, nilai Z untuk 90% adalah 1,28
Persamaan :
dimana
���� = ������� ������� ���� ���������� ������ ����� ������
= �������� ������
= 4√3
Sehingga,
ROP = (6 unit x 3 hari ) + 1,28 ( 4 ) ( √3 )
= 18 + 8,868
= 26,868 atau 27 unit akar wangi
Jadi, persediaan pengamannya sekitar 9 unit akar wangi.
Item : Minyak essensial
Permintaan harian rata-rata = 4 unit
Waktu tunggu dalam hari (konstan) = 4 hari
ROP = (permintaan harian rata − rata × Waktu tunggu dalam hari) + Zσ���
Standar deviasi dari permintaan harian = σd = 5
Tingkat pelayanan = 90%
Solusi :
Dari tabel normal, nilai Z untuk 90% adalah 1,28
Persamaan :
dimana
���� = ������� ������� ���� ���������� ������ ����� ������
= �������� ������
= 5√4
Sehingga,
ROP = (4 unit x 4 hari ) + 1,28 ( 5 ) ( √4 )
= 16 + 12,8
= 28,8 atau 29 unit minyak essensial.
Jadi, persediaan pengamannya sekitar 13 unit minyak essensial.
Waktu Tunggu Variabel, Permintaan Konstan
Toko cipta alami menjual sekitar 6 bantal perhari sehingga kain yang
dibutuhkan 12 unit (kuantitas yang mendekati konstan), dacron yang dibutuhkan
sebesar 48 kg atau 24 unit, karung sebanyak 2 unit, dan lem latex sebanyak 13 unit.
Waktu tunggu untuk pengantaran kain terdistribusi normal dengan waktu rerata 5
hari, dacron selama 3 hari, karung 1 hari, dan lem latex 1 hari. Standar deviasi
masing-masing bahan secara urut dari kain, dacron, dan karung adalah 4 hari, 5
hari, 1 hari dan lem latex 2 hari. Ditentukan tingkat pelayanannya 95%.
Diketahui :
Item: Dacron
Permintaan Harian = 24 unit
Waktu tunggu rata-rata = 3 hari
Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 5 hari
Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65
Persamaan :
ROP = (permintaan harian × Waktu tunggu rata − rata dalam hari)
+Z(permintaan harian) × σ���
��� = ������� ������� ���� ����� ������ ����� ℎ���
Sehingga,
ROP = (24 unit x 3 hari) + 1,65 (24 unit) (5)
= 72 + 198
= 270 unit
Jadi, reorder pointnya sekitar 198 unit dacron.
Item : Karung
Permintaan Harian = 2 unit
Waktu tunggu rata-rata = 1 hari
Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 1 hari
Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65
Persamaan :
ROP = (permintaan harian × Waktu tunggu rata − rata dalam hari)
+Z(permintaan harian) × σ���
��� = ������� ������� ���� ����� ������ ����� ℎ���
Sehingga,
ROP = (2 unit x 1 hari) + 1,65 (2 unit) (1)
= 2 + 3,3
= 5,3 unit atau 6 unit
Jadi, reorder pointnya sekitar 4 unit karung.
Item : Kain
Permintaan Harian = 12 unit
Waktu tunggu rata-rata = 5 hari
Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 4 hari
Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65
Persamaan :
ROP = (permintaan harian × Waktu tunggu rata − rata dalam hari)
+Z(permintaan harian) × σ���
��� = ������� ������� ���� ����� ������ ����� ℎ���
Sehingga,
ROP = (12 unit x 5 hari) + 1,65 (12 unit) (4)
= 60 + 79.2
= 139.2 unit atau 140 unit
Jadi, reorder pointnya sekitar 80 unit kain.
Item : Lem latex
Permintaan Harian = 13 unit
Waktu tunggu rata-rata = 1 hari
Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 2 hari
Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65
Persamaan :
ROP = (permintaan harian × Waktu tunggu rata − rata dalam hari)
+Z(permintaan harian) × σ���
��� = ������� ������� ���� ����� ������ ����� ℎ���
Sehingga,
ROP = (13 unit x 1 hari) + 1,65 (13 unit) (2)
= 13 + 42,9
= 55,9 unit atau sebesar 56 unit
Jadi, reorder pointnya sekitar 43 unit lem latex.
Permintaan dan Waktu Tunggu Variabel
Pada toko mercusuar, sekitar 6 unit bantal terjual per hari sehigga
diperlukan 800 gram plastik, mengikuti distribusi normal dengan standar deviasi
90 gram. Bijih plastic dipesan dari luar pulau jawa, waktu tunggunya terdistribusi
normal dengan rata-rata 7 hari dan standar deviasi 2 hari.Untuk menjaga tingkat
pelayanan 95%, berapakah ROP yang tepat?
Item= Plastik
Permintaan harian rata-rata = 800 gram
Waktu tunggu rata-rata = 7 hari
Standar deviasi dari permintaan harian = σd = 90 gram
Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 2 hari
Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65
Persamaan :
�(����� ������ ���� − ����) × (���) + (����� ���������� ℎ�����)�(����)
Sehingga,
ROP = ( 800 x 7 hari ) + 1,65 ( √ (7 x 90 ²) + (8002 x2²) )
= 5.600 + 1,65 ( √ (23.700) + (1.000.000) )
= 5.600 + 1,65 ( √ 1.023.700 )
= 5.600 + 1,65(1011.781)
=5.600 + 166943.8
=172543.8
Atau 172544
Jadi, persediaanpengamannyasekitar 166944 g plastik.
BAB VII
MATERIAL REQUREMENT PLANNING
7.1 Definisi MRP
Material requirement planning merupakan perhitungan sistem perencanaan
yang dikembangkan setikar tahun 1960 untuk menyelesaikan permasalahan dari
persediaan yang tinggi dari sebuah perusahaan manufaktur. Sebelum dikenalkan
sistemMRP, perusahaan menggunakan metodologi yang sama dalam hal pengaturan
semua jenis persediaan. Akan tetapi, sistemMRP mengambil perhatian manajer
mengenai fakta bahwa perencanaan kebutuhan untuk produksi, seperti bahan
mentah dan work in progress, membutuhkan pendekatan yang berbeda dari yang
digunakan untuk memanajemen barang-barang yang sudah jadi. Sistem MRP
memaparkan karakteristik yang unik untuk setiap barang yang diproduksi. MRP
digunakan untuk menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI) dari barang jadi atau
end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan
untuk mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari
kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan
material tersebut dijadwalkan berdasarkan Lead time dan On Hand Inventory
(Mahadevan, 2010).
7.2 Bill of Material (BOM)
Bantal(A)
Lem Latex(D) Aroma Esensial(E) Dakron(B)
Akar Wangi(H) MinyakEsens(I)
Sarung Bantal(C)
Kain(F) Benang(G)
7.3 Identifikasi Semua Tingkatan, Induk dan Komponennya
KOMPONEN LEVEL LEAD TIME (Hari) PERSEDIAAN DI
TANGAN
A 0 1 100
B 1 2 50
C 1 2 70
D 1 1 40
E 1 2 120
F 2 2 105
G 2 1 0
H 2 3 30
I 2 3 20
7.4 Struktur Produk Berfase Waktu
B
A C
E
D
F
G
I
H
6 5 4 3 1 2 7 minggu
7.5 Rencana kebutuhan Bruto dan Netto Berdasar Data Asumsi
item Hari LT
1 2 3 4 5 6 7
A a 250 1
b 250
B a 150 2
b 150
C a 200 2
b 200
D a 100 1
b 100
E a 200 2
b 200
F a 150 2
b 150
G a 50 1
b 50
H a 100 3
b 100
I a 100 3
b 100
a: barang yang dibutuhkan
b: barang yang dipesan
Lot
Untuk
Lot
2 50 - - 1 B Kebutuhan Bruto 150
Penerimaan terjadwal
Proyeksi persediaan di tangan
(50) 50 50 50 50 50 50 50
Kebutuhan Netto 100
Ukura
n Lot
Waktu
Tungg
u
(Hari)
Di
Tanga
n
Simpanan
Aman
Akuis
isi
Kode
Tingka
t
Renda
h
Identifikasi
Barang
Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8
Lot
Untuk
Lot
1 100 - - 0 A Kebutuhan Bruto 250
Penerimaan terjadwal
Proyeksi persediaan di tangan
(100) 100 100 100 100 100 100 100 100
Kebutuhan Netto 150
Penerimaan Pesanan Terencana 150
Pengiriman Pesanan terencana 150
Penerimaan Pesanan Terencana 100
Pengiriman Pesanan terencana 100
Lot
Untuk
Lot
2 70 - - 1 C Kebutuhan Bruto 200
Penerimaan terjadwal
Proyeksi persediaan di
tangan (70) 70 70 70 70 70 70 70
Kebutuhan Netto 130
Penerimaan Pesanan
Terencana 130
Pengiriman Pesanan
terencana
13
0
1 40 - - 1 D Kebutuhan Bruto 100
Penerimaan terjadwal
Lot
Untuk
Lot
Proyeksi persediaan di
tangan (40) 40 40 40 40 40 40 40
Kebutuhan Netto 60
Penerimaan Pesanan
Terencana 60
Pengiriman Pesanan
terencana 60
Lot
Untuk
Lot
2 120 - - 1 E Kebutuhan Bruto
200
Penerimaan terjadwal
Proyeksi persediaan di
tangan (105) 105 105 105 105 105 105 105
Kebutuhan Netto 15
Penerimaan Pesanan
Terencana 15
Pengiriman Pesanan
terencana
15
Lot
Untuk
Lot
2 105 - - 2 F Kebutuhan Bruto 150
Penerimaan terjadwal
Proyeksi persediaan di
tangan (105) 105 105 105 105 105 105
Kebutuhan Netto 45
Penerimaan Pesanan
Terencana 45
Pengiriman Pesanan
terencana 45
Lot
Untuk
Lot
1 0 - - 2 G Kebutuhan Bruto 50
Penerimaan terjadwal
Proyeksi persediaan di
tangan (0) 0 0 0 0 0 0
Kebutuhan Netto 50
Penerimaan Pesanan
Terencana 50
Pengiriman Pesanan
terencana 50
3 30 - - 2 H Kebutuhan Bruto 100
Penerimaan terjadwal
Lot
Untuk
Lot
Proyeksi persediaan di
tangan (30) 30 30 30 30 30
Kebutuhan Netto 70
Penerimaan Pesanan
Terencana 70
Pengiriman Pesanan
terencana 70
Lot
Untuk
Lot
3 20 - - 2 I Kebutuhan Bruto
100
Penerimaan terjadwal
Proyeksi persediaan di
tangan (20) 20 20 20 20 20
Kebutuhan Netto
80
Penerimaan Pesanan
Terencana 80
Pengiriman Pesanan
terencana
80
BAB VIII
JUST IN TIME
8.1 JIT (Just In Time)
JUST IN TIME (JIT) merupakan pendekatan untuk meminimalkan total biaya
penyimpanan dan persiapan yang sangat berbeda dari pendekatan tradisional.
Pendekatan tradisional mengakui biaya persiapan dan kemudian menentukan kuantitas
pesanan yang merupakan biaya yang tidak terhindarkan, sedangakan pada JIT tidak
menuntut adanya biaya persiapan. Tetapi sebaliknya, JIT mencoba menekan biaya-
biaya ini sampai nol. Jika biaya persiapan menjadi bukan proritas, makan biaya yang
tersisa yang akan diminimalkan adalah biaya penyimpanan, yang dilakukan dengan
mengurangi persediaan sampai ketingkat yang paling rendah. Pendekatan inilah yang
mendorong untuk persediaan nol dalam sistem JIT. Kebanyakan penghentian produksi
terjadi karena salah satu dari tiga alasan yaitu kegagalan mesin, kerusakan bahan, dan
ketidaksediaan bahan baku, sehingga memiliki persediaan merupakan salah satu solusi
tradisional atas semua masalah tersebut. Mereka yang mendukung pendekatan JIT
berpendapat bahwa persediaan yang banyak tidak akan memecahkan masalah, tetapi
hanya menyamarkan atau menutupi masalah. JIT dapat memecahkan ketiga masalah
diatas dengan menekankan pada pemeliharaan total dan pengendalian mutu total serta
membina hubungan baik dengan pemasok karena adanya hubungan dengan pemasok
yang sedikt bahkan tunggal.
8.2 Persiapan perusahaan dalam pemanfaatan JIT
Perusahaan kami yang bernama PT. Muda Karyaakan menerapkan sistem
manajemen JIT (Just In Time) dikarenakan perusahaan yang akan memaksimalkan laba
yang ada dan akan memproduksi produk jika ada pesanan yang datang dari konsumen
atau dari gudang-gudang penyimpanan dari beberapa supplier produk yang ada di
Indonesia. Dalam prakteknya, demi keberhasilan manajemen ini maka akan kami
praktekkan faktor apa saja yang dibutuhkan dalam JIT ini. Perusahaan kami akan beralih
manajemen, yang awalnya perusahaan yang mengandalkan inventory dalam memenuhi
pesanan produk yang fluktuatif oleh konsumen dan supplier, kini beralih ke perusahaan
yang mengandalkan penjadwalan permintaan. Sehingga dalam prakteknya kelak tidak
akan ada pemesanan yang terlalu mendadak dan dengan deadline yang singkat pula.
1. Supplier Perusahaan PT. Cipta Alami telah lama bekerjasama dengan beberapa
supplier yang berada di area industri di Jawa Timur. Dalam hal ini, kami telah
bekerjasama dengan supplier bahan baku bijih plastik, dacron, dan beberapa supplier
ekstraksi minyak atsiri produk kami. Kami bekerjasama dengan beberapa supplier
bahan baku yang telah disebutkan, seperti perusahaan kami sudah bekerjasama dengan
4 supplier bijih plastik, yang berlokasi di Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya, dan Malang.
Kemudian perusahaan kami juga telah bekerjasama dengan 3 perusahaan dacron dan 2
suppier minyak essensial. Untuk lokasi supplier sendiri ada di Semarang, Surabaya dan
Sidoarjo dan lokasi supplier minyak essensial ada di Yuren dan kota Malang. Dalam
konsepnya, perusahaan kami akan menyeleksi para supplier yang terkait untuk
menerapkan JIT. Kriteria yang akan kami canangkan untuk para supplier tersebut adalah
memiliki lokasi yang dekat dengan tempat lokasi, memiliki ketersediaan dalam
keterlibatan proses JIT, dan memiliki kualitas bahan baku yang sangat baik atau baik.
Setelah menemukan supplier yang cocok, kemudian supplier dan perusahaan kami akan
mendiskusikan jadwal pengiriman yang berkala yang disesuaikan dengan jadwal
permintaan yang pernah masuk pada perusahaan kami pada masa lampau, dan
meramalkan permintaan untuk masa depan.
2. Tata Letak Menurut konsep JIT, tata letak harus efisien dan tidak terlalu jauh
dalam perpindahan dalam proses produksi. Perusahaan kami yang akan menerapkan JIT,
tentu saja akan merubah tata letak dasar alat, dan kami merencanakan akan membuat
seluruh proses hanya dalam 1 lantai dari awal barang datang sampai distribusi. Tata
letak ini juga berimbas pada karyawan yang akan dengan gampang untuk mengawasi
seluruh proses meskipun dari bagian proses yang berbeda, dikarenakan masalah
komunikasi sangat ditekankan dalam JIT sendiri. Kami berencana akan membuat proses
yang berlanjut, dengan arti dari barang awal dimasukkan sampai barang dikemas siap
distribusi tidak berpindah tempat dengan jarak yang jauh, karena itu kami berencana
akan membuat proses produksi berbentuk seperti huruf “U” sehingga tidak memakan
tempat yang terlalu banyak dan tempat sisa bisa untuk tempat bahan baku.
3. Persediaan Sekalipun JIT mengandalkan pasokan bahan baku dari supplier
dalam penjadwalan yang telah disepakati, namun tidak benar jika perusahaan yang
menerapkan JIT benar-benar tidak mempunyai persediaan sama sekali. Memang dalam
konsepnya disarankan persediaan mendekati nol, tetapi pasti akan masih mempunyai
persediaan minimum untuk menghadapi kemungkinan adanya masalah atau variasi/
penyimpangan. Perusahaan kami akan menyiapkan tempat persediaan kecil yang akan
digunakan untuk menyimpan bahan baku untuk persediaan minimum. Perusahaan kami
telah memikirkan untuk meminimalkan persediaan ini kami akan berdiskusi dengan
supplier dan anggota internal kami. Dengan supplier kami akan mengintensifkan jadwal
pengiriman dan pada anggota internal kami akan memperbaiki mutu sehingga akan
tercipta maksimal “zero defect”.
4. Penjadwalan
Dalam penjadwalan JIT, ini adalah kunci dari semua faktor yang perlu disiapkan
dalam JIT. Penjadwalan ini akan menekan jumlah lot dan menekan timbulnya
permintaan produk yang terlalu mendadak. Beberapa upaya penjadwalan dilakukan
agar semua aspek yang terlibat dapat siap sesuai jadwal yang telah disepakati.
Komunikasi dengan supplier dan dengan konsumen akan membuat penjadwalan
menjadi mudah dan berjalan sesuai rencana. Penjadwalan juga memungkinkan
hilangnya potensi proses yang tidak efektif atau pemborosan sehingga profit
perusahaan dapat lebih maksimal. Penjadwalan akan memaksa konsumen untuk tidak
memesan produk dengan deadline yang singkat, dan jarak waktu pesan akan
diberlakukan untuk menghindari adanya ketergesaan sehingga dapat mempengaruhi
kualitas produk yang akan diproduksi.
5. Kualitas
Kualitas merupakan salah satu tujuan utama yang kami usung dalam JIT karena
dengan penjadwalan yang baik dan proses yang terintegritas memungkinkan
perusahaan dapat memproduksi produk yang mempunyai kualitas yang sangat baik
atau baik. Kontrol mutu yang kami lakukan adalah TQC dengan melihat seluruh aspek
yang terlibat dalam pembuatan produk kami, terutama pemilihan bahan baku. Kami
juga akan memberlakukan metode pengingat kesalahan dan sosialisasi kesalahan
sehingga jika ada kesalahan tidak akan terjadi untuk kedua kalinya.
8.3 Penerapan JIT dalam bidang pembelian dan produksi :
1. Pembelian JIT
Sistem penjadwalan yang dilakukan di JIT adalah berdasar jadwal yang
dirancang sedemikian rupa sehingga dalam prakteknya seluruh bahan baku
langsung bersumber dari supplier bukan dari inventory perusahaan. Pembelian
dengan sistem ini dapat mengurangi biaya yang ditimbulkan akibat adanya
inventory. Terutama untuk supplier, perusahaan kami pasti akan menseleksi semua
supplier yang bekerjasama dengan kita dan memilih yang terbaik dalam hal jarak
dan mutu bahan baku yang di pasoknya. Dengan tetapnya mutu yang di miliki oleh
supplier, maka biaya untuk pemeriksaan mutu menjadi berkurang. Dengan ini pula,
supplier bisa terbantu karena perusahaan kami memiliki jadwal yang tetap dalam
pengiriman bahan baku dari supplier ke perusahaan. Keuntungan lainnya adalah
mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi, dan ketelusuran
langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2. Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan komponen produksi atau produk
yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap
produksi atau sesuai untuk memenuhi permintaan pelanggan. Beberapa langkah
yang akan kami ambil dalam mengurangi waktu dan biaya seputar produksi adalah
mengurangi waktu lead time, proses produksi yang berkesinambungan,
pengurangan perpindahan bahan dalam proses, penyederhanaan pengolahan yang
dapat meminimalkan aktivitas produksi yang tidak efektif dan efisien. Beberapa
faktor yang dapat dikurangi dalam sistem produksi sehingga dapat meningkatkan
profit adalah pengurangan waktu lead time dan waktu perpindahankarena memiliki
tata letak alat yang terpusat di satu tempat, mengurangi jumlah lot sehingga biaya
penyimpanan dapat dikurangi, memiliki tenaga kerja yang memiliki kemampuan
interdisipliner, efisiensi ruangan karena tidak ada atau kecilnya ruangan untuk
penyimpanan dan tata letak alat yang terpusat di satu tempat, masalah mutu bahan
baku yang bisa terjamin dan pembelian bahan baku yang sudah terjadwal sehingga
tidak takut kehabisan dan bahan baku selalu dalam keadaan baik.
8.4 Perbedaan Titik Impas
Titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun
rugi. Jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang.
1. BEP Sistem Konvensional
Keterangan :
X = (I + F) / (P - V)
X = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu
I = Laba sebelum pajak penghasilan
F = Total biaya tetap
P = Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
2. BEP Sistem JIT
Keterangan :
X1= Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu
I = Laba sebelum pajak penghasilan
F1 = Total biaya tetap
X2 = Jumlah kuantitas per basis non unit
V2 = Biaya variabel per basis non unit
P = Harga jual per unit
V1 = Biaya variabel per unit
Dalam PT. Yango Milk terdapat penggunaan Just In Time yang diperuntukkan
agar jalannya permintaan persediaan berjalan dengan lancar dan tidak ada delay atau
penundaan saat ada permintaan yang mendadak dan barang langsung tiba disaat
dibutuhkan. Dan agar PT. Yango Milk dapat mengurangi pemborosan dengan
menghasilkan produk yang baik dalam ukuran lot kecil. Berikut perhitungan dalam
penentuan JIT :
Pada perusahaan, susu segar permintaan tahunannya sebesar 100000 unit, permintaan
harian sebanyak 100000 maka 150 unit per hari. Laju produksi harian sebanyak 500 unit
per hari. Q* atau EOQ yang diharapkan 632 dengan biaya penyimpanan per unit per
tahun sebesar $10. Maka JIT dapat dihitung sebagai berikut :
X1 = (I + F1 + X2V2 ) / (P - V1)
Q= ����
�(���
�)
Q2 = ���
�(���
�)
S = �∗.�∗.�.(��
�
�)
�� =
(���)(���)(��)(�����
���)
� (������) =
��������
������ = $ 13,9798
Waktu pemesanan atau penyetelan = $ 13,9798 / $ 20 per jam = 0,7 jam atau 42 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin. 2005. Prinsip-prinsip Riset Operasi. Jakarta : Erlangga.
Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo.
Mahadevan, B. 2010. Operations Management Theory and Practice Second edition.
New Delhi: Dorling Kindersley Pvt. Ltd.
Siagian, Y. 2008. Aplikasi Supplay Chain Management Dalam Dunia Bisnis. Jakarta:
Grasindo.
Siswanto. 2007. Operation Research Jilid II. Jakarta: Erlangga.