“pt cipta alami” dosen pengampu : ika atsari...

41
TUGAS BESAR PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC) “PT CIPTA ALAMI” DOSEN PENGAMPU : Ika Atsari Dewi, STP, MP NAMA KELOMPOK : Aldi Nazar Basuki W (125100300111013) Deni Wijayana (125100301111052) Muhammad Ifdol S (125100301111065) Mochamad Radison P (125100302111003) Galih Prakoso S B (125100307111023) Linggar Sapta P (125100307111059) KELAS N JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

Upload: truongbao

Post on 29-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUGAS BESAR

PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC)

“PT CIPTA ALAMI”

DOSEN PENGAMPU : Ika Atsari Dewi, STP, MP

NAMA KELOMPOK :

Aldi Nazar Basuki W

(125100300111013)

Deni Wijayana

(125100301111052)

Muhammad Ifdol S

(125100301111065)

Mochamad Radison P

(125100302111003)

Galih Prakoso S B

(125100307111023)

Linggar Sapta P

(125100307111059)

KELAS N

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

BAB I

PROFIL PERUSAHAAN

PT CIPTA ALAMI adalah perusahaan yang bergerak dalm bidang industri bantal

dengan produk ’Zizanopillow’, yang didirikan pada tanggal 1 september 2013 di jalan

baratayudha Km 18 No. 50A Garut. Penentuan lokasi pabrik di dasarkan atas

pertimbangan seperti letaknya dekat bahan baku dan juga dekat dengan jalan

sehingga pengangkutan hasil produksi ke lokasi pemasaran dapat berjalan dengan

lancar dan tanah cukup luas menjadi faktor pendukung dipilihnya lokasi tersebut.

Perusahaan ini mempekerjakan sebanyak 50 orang karyawan dan dalam suatu

hari delapan jam kerja. Dalam sehari perusahaan ini dapat memproduksi kurang lebih

500 buah bantal dari segi kemampuan produksi, perusahaan ini dapat dikatakan

berhasil meskipun perusahaan tersebut digolongkan masih baru. Pada awal

perkembangan perusahaan ini mencari konsumen dengan memberikan contoh yang

selesai ke pusat – pusat perbelanjaan. Namum seiring dengan berjalannya waktu,

perusahaan sudah tidak membuat contoh bantal lagi karena perusahaan sudah

memeliki konsumen tetap, kecuali konsumen baru datang ke perusahaan dan

menentkan jenis ,ukuran dan model yang diinginkan.

Perusahaan manufaktur PT.CIPTA ALAMI mempunyai stuktur organisasi yang

berbentuk lini dan staf dalam arti lini dan staf terdapat daam hubungan wewenang

dan tanggung jawab perusahaan. Berikut ini akan di uraikan secara garis besar

mengenai tugas-tugas wewenang dan tangung jawab dari setiap bagian stuktur

organisasi PT CIPTA ALAMI

1. Direktur merupakan pimpinan perusahaan yang mempunyai tugas sebagai

berikut:

a. Menetapkan rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang yang hendak

dicapai oleh perusahaan serta menetapkan strategi untuk mencapai tujuan

tersebut

b. Menetkan kebijakan –kebijakan umum yang diperlukan sebagai pedoman

menjalankan operasi perushaan.

c. Menjaga kelansungan hidup dan pekembangan perusahaan dengan

memperthankan dan mengusahakan peningkatan kegiatan usaha.

2. Tugas dari wakil diretur adalah membantu direktur dalam melaksakan tugasnya

dan mewakili direktur bila ia sedang berhalangan atau tidak ada di tempat.Waki

direktur ini bertanggung jawab langsung kepada direktur.selain itu wakil direktur

juga berhak menetapkan strategi dalam bisnis, program kerja dan kebijaksanaan

umum dari persetujuan direktur, mengangkat dan memberhentikan staf produksi.

3. Bagian kepala Produksi

Dalam menjalankan tugasnya, kepala produksi bertanggung jawab kepada direktur

dan wakil direktur.tugasnya mengawasi dan mengontrol jalannya proses produksi,

para buruh yang bekerja, menyutujui dan mendatangani bukti-bukti atas

permintaan bahan baku atau barang yang dibutuhkan serta melaporkan hasil

produksi.

4. Kepala bagian personalita

Kepala bagian ini memiliki tugas dan tangung jawab sebagai berikut:

a. Mengangkat dan memberikan pekerja –pekerja pada bagian produksi seperti

bagian operator produksi dan bagian finishing atau penyelesaian.

b. Menjaga dan menegakkan kedisiplinan karyawan

c. Memberikan persetujuan dari kepala bagian produksi seperti cuti hamil dan

persutujuan surat kecil.

5. Kepala bagian keuangan

Kepala bagian keuangan memeliki tangun jawab menjaga agar arus kas

dapat erjalan dengan lancar, menjaga terjaminnya dana usaha dalam batas-batas

ratio kreditabilitas yang telah ditetapkan. Tuhasnya melaksanakan pengaturan

keuangan dan aktivitas perusahaan yang di arahkan ke pengalokasian sumber-

sumber yang harus didahulukan serta melaporkan posisi kas atau bank

perusahaan secara tepat waktu sesuai dengan prosedur yang berlaku.Kepala

bagian keuangan membawahi beberapa bagian seperti:bagian kasir ,bagian

pembeli dan bagian akutansi.

6. Kepala Bagian Pemasaran

Kepala bagian pemasaran mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:

a. Menjaga hubungan baik dengan pembeli

b. Senantias melakukan koordinasi dengan pimpinan pabrik tentang jenis,

kuantitas, kualitas serta jadwal pensyaratan yang diperjanjikan.

c. Melakukan promosi dan penawaran pada calon pembeli dengan pedoman

harga sesuai keputusan direksi.

d. Mengadakan koordinasi denga pihak pengangkut dan memastikan jadwal

keberangkatan pengiriaman barang

7. Keapala bagaian gudang

Kepala bagian gudang mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:

a. Memimpin dan mengkoornir peneriman, pengeluaran dan penyimpanan

perserdiaan barang sesuai dengan kebijaksaan dan prosedur yang telah

diteapkan.

b. Mengecek secara fisik barang yang diterima denagn permintaan order

pembelan dan surat jalan.

c. Mengajukan permohonan pembelian bila persediaan bearang telah

mencapai minimun stock

d. Membuat laporan persediaan setiap akhir bulan

BAB II

JADWAL INDUK PRODUKSI

Pada dasarnya jadwal induk merupakan suatu pernyataan tentang produksi akhir

(termasuk item pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan industri manufaktur

yang merencanakan, untuk memproduksi Output berkaitan dengan kuantitas dan

periode waktu. Dengan kata lain jadwal induk produksi adalah suatu set perencanaan

yang mengidentifikasikan kuantitas dari item tertentu, yang dapat dan akan dibuat oleh

suatu perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu)

Penjadwalan produksi induk pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas melakukan empat

fungsi utama berikut :

a. Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan

kebutuhan material dan kapasitas (material and capacity requirements planning).

b. Menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan pembelian (production and

purchase orders) untuk item-item MPS.

c. Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas.

d. Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk (delivery

promises) kepada pelanggan.

Adapun beberapa yang menjadi tujuan penjadwalan produksi induk diantaranya

yaitu:

a. Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen.

b. Efisiensi dalam penggunaan sumber daya produksi.

c. Mencapai target tingkat produksi.

Bagi perusahaan kami ‘PT CIPTA ALAMI”, sangat penting untuk menyusun jadwal

induk produksi. Karena kami harus menentukan berapa kebutuhan pasti dari bahan baku

produk kami dan kapan kami harus memesannya. Dengan jadwal induk produksi jadwal

pemesanan bahan baku kami menjadi teratur dan terkendali. Tidak akan terjadi

kekurangan bahan baku maupun keterlambatan pemesanan.

Kapasitas produksi perusahaan kami 600 bantan/bulan .Dengan melakukan lembur

kapasitas dapat di tingkatkan menjadi 650 Berikut ini adalah jadwal induk produksi untuk

produk kami dalam setahun:

Produk Periode ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Bantal biasa aroma terapi

300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 300 350 350 350

Bantal guling aroma terapi

250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 3000

3000

300

MPS untuk PT CIPTA ALAMI

Produk Periode ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Bantal biasa aroma terapi

600 0 600 0 600 0 600 0 600 0 600 0 700 0 700

Bantal guling aroma terapi

0 500 0 500 0 500 0 500 0 500 0 500 0 600 0

MPS yang layak untuk PT CIPTA ALAMI

Produk Periode ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Bantal biasa aroma terapi

600 0 600 0 600 0 600 0 600 0 600 0 650 0 650

Bantal guling aroma terapi

0 500 0 500 0 500 0 500 0 500 0 500 0 650 0

BAB III

MANAJEMEN PERSEDIAAN

Persediaan (Inventory) merupakan salah satu aktiva lancar yang sangat

berpengaruh terhadap Laporan Keuangan (Laporan laba rugi dan Neraca) pada suatu

perusahaan. Persediaan juga merupakan barang yang kita miliki untuk dijual kembali atau

untuk kita proses terlebih dahulu baru kemudian dijual kepada para distributor, pengecer,

maupun konsumen. Bagi perusahaan kami yang memproduksi bandana pereda pusing,

kegiatan utama yang terpenting adalah menjual produk bandana maka persediaan barang

merupakan unsur yang paling penting dan wajib yang harus dilakukan. Karena sumber

pendapatannya adalah penjualan produk tersebut. Pentingnya persediaan bagi

perusahaan terutama untuk perusahaan dagang seperti perusahaan kami adalah untuk

memenuhi permintaan pembelian dari pelanggan perusahaan. Jika persediaan tersebut

tidak dapat mencukupi atau memenuhi permintaan dari pelanggan, maka pelanggan akan

kecewa dengan perusahaan kami dan bisa saja pelanggan tersebut tidak akan melakukan

pembelian lagi pada perusahaan tersebut.

Manajemen Persediaan atau inventory management merupakan salah satu aset

penting dalam perusahaan. Perencanaan persediaan berhubungan dengan penentuan

komposisi persediaan, penentuan waktu atau penjadwalan, serta alokasi untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan perusahaan yang diproyeksikan. Perencanaan dan

pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan penting yang mendapat perhatian

khusus dari manajemen perusahaan. Karena pemborosan terjadi didalam persediaan.

Namun jika tidak dipenuhi maka bisa menghambat produksi barang atau jasa.

Jenis – Jenis persediaan pada “Zizanopillow”:

1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang

berwujud, seperti akar wangi, dakron,plastik,karung, kain, minyak essensial aroma

terapi atau barang – barang yang digunakan dalam proses produksi.

2. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang- barang yang

telah selesai diproses atau diolah dalam perusahaan dan siap dijual atau dikirim

kepada pelanggan. Persediaan ini bisa digunakan untuk cadangan jika ada

pemesanan dadakan. Persediaan ini adalah bandana yang sudah dirakit dan siap

pakai.

Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat

diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah

pembelian yang optimal. Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu

model manajemen persediaan, model EOQ digunakan untuk menentukan

kuantitas pesanan persediaan yang dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan

biaya pemesanan persediaan.

EOQ untuk setiap item barang yang harus dipesan pada PT CIPTA ALAMI “Zizanopillow”:

Keterangan : produksi = 16 buah / hari

Waktu kerja = 25 hari / bulan

= 300hari / tahun

Rumus EOQ yang digunakan : EOQ =�����

Ket : D = Penggunaan / permintaan yang diperkirakan per periode waktu

S = Biaya pemesanan

H = Biaya penyimpan per unit / tahun

Asumsi barang yang dibutuhkan :

Akar wangi : 10 kg / hari

Dacron : 30kg / hari

Plastik : 30 meter / hari

Karung : 30 buah / hari

Minyak Essensial : 15 ml / hari

Kain : 8 meter / hari

Lem latek : 0,5 kg / hari

EOQ tiap item barang :

A. EOQ untuk Akar wangi

D = 10 kg / hari = 3000 kg / tahun

S = Rp 35.000 / pesan

H = Rp 1500 / kg / tahun

Q* =�2���

= �2(3000)(35.000)

1000

= �240.000.000

500

Q*= 458,26Kg

Jadi, EOQ untuk Akar wangi adalah 458,26Kg

B. EOQ untuk Dacron

D = 30 kg / hari = 9000 Kg / tahun

S = Rp 60.000 / pesan

H = Rp 750 / kg / tahun

Q* =�2���

= �2(9000)( 60.000)

750

= �1.080.000.000

750

Q*= 1200 kg

Jadi, EOQ untuk dacron adalah 1200 kg

C. EOQ untuk plastik

D = 30 meter / hari = 9000 meter / tahun

S = Rp 12.000 / pesan

H = Rp 500 / meter / tahun

Q* =�2���

= �2(9000)(12.000)

500

= �216.000.000

500

Q*= 657,2 meter

Jadi, EOQ untuk plastik adalah 657,2 meter

D. EOQ untuk karung

D = 30 buah / hari = 9000 buah / tahun

S = Rp 16.000 / pesan

H = Rp 700 / unit / tahun

Q* =�2���

= �2(9000)(16.000)

700

= �288.000.000

700

Q*= 641,4 unit

Jadi, EOQ untuk karung adalah 641,4 unit

E. EOQ untuk minyak essensial

D = 15 ml / hari = 4500 ml / tahun

S = Rp 100.000 / pesan

H = Rp 2500 / ml/ tahun

Q* =�2���

= �2(4500)(100.000)

2500

= �900.000.000

2500

Q*= 600 ml

Jadi, EOQ untuk minyak essensial adalah 600 ml

F. EOQ untuk kain

D = 8 meter/ hari = 2400 meter / tahun

S = Rp 20.000 / pesan

H = Rp 750 / meter / tahun

Q* =�2���

= �2(2400)(20.000)

750

= �96.000.000

750

Q*= 357,7 meter

Jadi, EOQ untuk kabel adalah 357,7 meter

G. EOQ untuk lem latex

D = 0,5 kg / hari = 150 kg / tahun

S = Rp 8000 / pesan

H = Rp 150 / kg / tahun

Q* =�2���

= �2(150)(8000)

150

= �2.400.000

150

Q*= 126,4 kg

Jadi, EOQ untuk lem latex adalah 126,4 kg

BAB IV

ABC INVENTORY CLASSIFICATION

ABC Inventory Classification adalah metode pembuatan sebuah grub atau

penggolongan item-item barang berdasarkan peringkat dari nilai tertinggi samapi

terendah. Penggolongan item-item tersebut dibagi menjadi 3 golongan yaitu A, B, dan C.

ABC Inventory dikenal sebagai analisis pareto dimana dilakukan dengan mencari nilai

kumulatif dan persentasenya.

Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi

mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total inventory.

Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item tapi

mempunyai nilai investasi sekitar 15% dari total inventory.

Kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item tapi

mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total inventory.

Peranan ABC Inventory Classification bagi “Zizanopillow” PT CIPTA ALAMI kami adalah :

1 Memberikan informasi terhadap produk-produk utama yang memberikan revenue

terbesar bagi perusahaan.

2 Memberikan konsentrasi terhadap sebuah produk

3 Sebagai pencarian strategi untuk mendongkrak penjualan

4 Menggolongkan material menurut tingkatannya, mulai dari material yang paling

penting sampai material yang tidak memerlukan pengawasan

5 Material yang bersifat primer digolongkan dalam klasifikasi A,material yang

bersifat sekunder digolongkan dalam klasifikasi B, dan material yang bersifat

tersier digolongkan dalam klasifikasi C.

Untuk menentukan volume Rupiah tahunan analisi ABC, permintaan tahunan dari

setiap persediaan barang dihitung dan dikalikan dengan harga per unit. Barang kelas A

adalah barang dengan volume Rupiah tahunan tertinggi. Item yang termasuk dalam

kategori A dengan presentase 21% - 50%, untuk Item yang termasuk dalam kategori B

dengan presentase 10% - 20% dan untuk Item yang termasuk dalam kategori B dengan

presentase 0% - 9%.

Item Permintaan (unit) Biaya per unit

Akar wangi 10 500

Dacron 30 750

Plastik 30 500

Karung 30 700

Minyak essensial 15 2500

kain 8 750

Lem latex 0,5 150

Item Demand Price Rupiah

Volume

Percent Of

$ volume

Cumulative Of

$ vol

Akar wangi 10 500 5000 4,6696241% 4,6696241%

Dacron 30 750 22500 21,01331% 25,682933%

Plastik 30 500 15000 14,00887% 39,691805%

Karung 30 700 21000 19,61242% 59,304226%

Minyak essensial 15 2500 37500 35,02218% 94,326407%

kain 8 750 6000 5,603549% 99,929956%

Lem latex 0,5 150 75 0,070044% 100%

Total 107075

Item Demand Price Rupiah

Volume

Percent Of

$ volume

Category

Minyak essensial 15 2500 37500 35,02218% A

Dacron 30 750 22500 21,01331% A

Karung 30 700 21000 19,61242% B

Plastik 30 500 15000 14,00887% B

Kain 8 750 6000 5,603549% C

Akar wangi 10 500 5000 4,6696241% C

Lem latex 0,5 150 75 0,070044% C

Total 107075

Item yang termasuk dalam kategori A dengan presentase 21% - 50% adalah

minyak essensial dan daron

Item yang termasuk dalam kategori B dengan presentase 10% - 20% adalah karung

dan Plastik

Item yang termasuk dalam kategori B dengan presentase 0% - 9% adalah kain,

akar wangi dan lem latex.

BAB V

DISKON KUANTITAS

5.1 Pengertian Diskon Kuantitas

Diskon kuantitas (quantity diskon) merupakan harga (price-P) yang dikurangi

karena sebuah barang dibeli dalam jumlah atau kuantitas yang besar. Secara

sederhana, diskon kuantitas merupakan strategi penjualan dengan memberikan

harga yang bervariasi sesuai dengan jumlah yang dibeli. Semakin besar volume

pembelian maka semakin rendah harga barang per unit. Strategi seperti inilah yang

disebut sebagai diskon kuantitas. Biaya total persediaan dalam hal ini merupakan

jumlah dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya pembelian barang.

Faktor utama dalam mempertimbangkan diskon karena kuantitas adalah antara biaya

produk yang berkurang dan biaya penyimpanan yang meningkat. Pada kasus ini,

harga barang bervariasi tergantung dari jumlah pesanan, sehingga biaya pembelian

barangpun bervariasi.

Rumus biaya total persediaan dalam diskon kuantitas :

�� =�

�� +

2� + ��

Dimana, Q = kuantitas pesanan

D = permintaan tahunan dalam unit

S = biaya pemesanan atau setup per pesanan atau per setup

P = biaya per unit

H = biaya penyimpanan per unit per tahun

Angka Diskon Kuantitas Diskon Diskon (%) Harga Diskon (P)

1 0 – 499 Tidak ada diskon Rp. 30.000,00

2 500 – 999 5 Rp. 28.500,00

3 1000 – 1999 10 Rp. 27.000,00

4 ≥ 2000 15 Rp. 25.500,00

Sedangkan berikut beberapa data perusahaan kami tentang kebutuhan minyak

essensial:

Tingkat permintaan perusahaan kami sebesar 4500 ml minyak essensial

per tahun (permintaan tahunan - D).

Untuk pengadaan minyak essensial mengeluarkan biaya Rp. 100.000,00

per pesanan (biaya pemesanan - S).

Ongkos membawa persediaan sebagai persen dari biaya I adalah 20%.

Berdasarkan penawaran diskon kuantitas oleh supplier dan data perusahaan

terhadap item minyak essensial, maka perusahaan kami akan melakukan analisis

untuk menentukan kuantitas pesanan yang paling sesuai yang akan meminimalkan

angka persediaan total perusahaan.

Analisis model persedian dengan diskon kuantitas item minyak essensial oleh

perusahaan

Nilai Q* untuk setiap diskon kuantitas

Rumus Q* =��� �

�� ,sehingga

Nilai Q*1 = ��(�.���)(���.���)

�,�(��.���)= 387,29 minyak essensial per pesanan

Nilai Q*2 = ��(�.���)(���.���)

�,�(��.���)= 397,36 minyak essensial per pesanan

Nilai Q*3 = ��(�.���)(���.���)

�,�(��.���)= 408,24 minyak essensial per pesanan

Niali Q*4 = ��(�.���)(���.���)

�,�(��.���)= 420,08 minyak essensial per pesanan

Penyesuaian ke atas nilai Q* yang berada dibawah rentang yang diijinkan

Karena nilai Q*1berada diantara 0 dan 499 maka tidak perlu

penyesuaian.

Karena nilai Q*2berada dibawah rentang yang diizinkan dari 500

sampai 999 maka diperlukan penyesuaiain menjadi 500 unit.

Karena nilai Q*3berada dibawah rentang yang diizinkan dari 1.000

sampai 1.999 maka diperlukan penyesuaiain menjadi 1.000 unit.

Karena nilai Q*4berada dibawah rentang yang diizinkan dari ≥ 2000

maka diperlukan penyesuaiain menjadi 2.000 unit.

Penggunaan biaya total dan perhitungan biaya total untuk setiap kuantitas

pesanan

Angka

Diskon

Harga

Satuan (Rp)

Kuantitas

Pesanan

(unit)

Biaya

Produk

Tahunan

(Rp)

Biaya

Pemesanan

Tahunan

(Rp)

Biaya

Penyimpanan

Tahunan

(Rp)

Total (Rp)

1 30.000 447 1.342.282 1.341.000 180.000.000 182.683.282

2 28.500 500 1.200.000 1.425.000 171.000.000 173.625.000

3 27.000 1.000 600.000 2.700.000 162.000.000 165.300.000

4 25.500 2.000 300.000 5.100.000 153.000.000 158.400.000

Pemilihan kuantitas pesanan dengan biaya total terndah

Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kuantitas

pesanan dengan total cost terkecil adalah kuantitas pesanan ≥2.000 unit.

Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaaan kami akan memilih kuantitas

pesanan lebih dari 2000 unit karena akan meminimalkan biaya totalnya.

BAB VI

PERSEDIAAN PROBABILISTIK

6.1 Model Persediaan Probabilistik

Model – model persediaan probabilistik ditandai oleh perilaku permintaan D (j)

dan lead time (L) yang tidak dapat diketahui sebelumnya secara pasti sehingga perlu

didekati dengan distribusi probabilitas. Jika salah satu bersifat probabilistik, maka asumsi

pesanan datang ada saat persediaan habis mungkin tidak terpenuhi. Oleh karena itu,

sebuah model harus diturunkan (Siswanto, 2007).

Masalah kehabisan persediaan

Ketika salah satu demand (permintaan) atau lead time (saat tenggang pesanan) tidak bisa

diketahui secara pasti sebelumnya, ada tiga kemungkinan yang akan terjadi.

Persediaan habis ketika pesanan belum tiba

Persediaan habis tepat pada saat pesanan tiba

Persediaan belum habis saat pesanan tiba

Tiga kemungkinan itu dapat dilihat pada peraga 14.48 dengan penjelasan (Siswanto,

2007):

Pada Y1, persediaan sebesar Q diperkirakan akan habis pada t2, sehingga pesanan

datang tepat pada saat itu. Kondisi ini hanya bisa terjadi jika permintaan dan saat

pesanan tiba tidak berdeviasi, artinya secara pasti bisa ditentukan sebelumnya

(predetermined).

Namun, karena tingkat pemakaian yang lebih besar dari yang diperkirakan

sebelumnya, maka pada Y2, persediaan Q sudah habis pada t3 padahal persediaan baru

tiba pada t4 sehingga terjadi kehabisan persediaan selama t3 – t4.

Pada Y3 pemakaian persediaan sesuai dengan yang direncankan yaitu habis di t5.

Namun, karena pesanan tiba pada t6 maka terjadi kehabisan persediaan selama t5-t6.

Berbeda dengan kondisi Y4, meskipun tidak terjadi kelebihan persediaan namun

karena kedatangan pesanan di t7 yang lebih cepat dari yang direncanakan, yaitu t8, maka

terjadi kelebihan persediaan.

6.2 Persediaan pengaman (safety stock)

6.2.1 Definisi Persediaan pengaman (safety stock)

Persediaan pengaman adalah persediaan yang sering dikaitkan dengan

besarnya permintaan yang berubah-ubah dan ketidak teraturan waktu tunggu (lead

time). Untuk mengantisipasi keadaan tersebut, perusahaan perlu menyiapkan

persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman adalah tambahan

persediaan dari jumlah biasanya sebesar rata-rata kondisi persediaan dan lamanya

waktu tungu. Peranan peramalan sangat penting untuk menentukan besarnya

persediaan pengaman, jika peramalan dilakukan dengan tepat maka perusahaan

boleh tidak mempunyai persediaan pengaman (Siagian, 2008).

Adapun fungsi dari persediaan pengaman adalah mencegah terhadap

ketidakteraturan (uncertainties) persediaan. Artinya, sebelum persediaan habis kita

harus mempersiapkan sejumlah persediaan, jika di suatu saat ternyata persediaan

habis sedang pemesanan kembali tidak bisa tersedia seketika itu. Karena ketika ada

permintaan dari pelanggan sedangkan persediaan habis maka akan timbul stock out

cost yang mungkin tidak kecil, yaitu biaya pengganti atau biaya karena kehabisan

barang (Aminudin, 2005).

6.2. Peran Persediaan pengaman (safety stock) Bagi Perusahaan

Persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau menjaga

kemungkinan terjadinya kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang

yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang

yang dipesan. Persediaan pengaman disebut juga dengan istilah persediaan

penyangga (buffer stock) atau persediaan besi (iron stock). Bagi perusahaan dagang,

persediaan pengaman juga dimaksudkan untuk menjamin pelayanan kepada

pelanggan terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang (Herjanto, 2007).

Bagi perusahaan kami, persediaan pengaman sangatlah diperlukan dan

sangat penting. Hal ini karena ketidak pastian dalam permintaan bantal tersebut.

Konsumen yang membeli juga belum diketahui secara pasti jumlah yang akan

membeli tiap harinya. Terkadang banyak, terkadang juga sedikit. Apabila pembeli

sedikit, maka bukanlah masalah yang berarti. Namun apabila pembelinya dalam

jumlah banyak namun persediaan kami terbatas, akan menyebabkan ketidakteraturan

di mana konsumen akan kecewa dan beralih ke produk lain. Kekecewaan konsumen

yang menyebabkan perusahaan tidak dipercaya lagi sehingga harus dihindari oleh

perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan fungsi dari persediaan pengaman atau safety

stock bagi perusahaan kai adalah menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan

barang, misalnya karena banyaknya permintaan maupun keterlambatan dalam

penerimaan barang yang dipesan. Selain itu untuk menjamin kepuasan konsumen

terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang.

6.3 Perhitungan Persediaan Probabilistik

Perhitungan persediaan probabilistik dilakukan untuk mengetahui

pemesanan kembali (Re-Order Point) dan jumlah persediaan pengaman (savety stock)

pada PT ‘CIPTA ALAMI’, telah mengalami distribusi probabilitas untuk permintaan

persediaan selama periode pemesanan ulang.

Permintaan Variabel, Waktu Tunggu Konstan

Permintaanharian rata-rata untuk bantal di sebuah toko di kota Malang adalah

6 sehingga apabila setiap bantal maka dibutuhkan 1 ikat akar wangi dan 80 ml

minyak essensial (setara 4 botol) dengan standar deviasi 4 unit untuk akar wangi

dan 5 untuk minyak essensial. Waktu tunggunya konstan, yaitu 3 hari untuk akar

wangi dan 4 hari untuk minyak essensial. Tentukan ROP jika manajemen ingin

tingkat pelayanannya mencapai 90% (resiko kehabisan persediaan hanya 10%

sepanjang waktu).

Maka persediaan pengaman yang diperlukan sebesar:

Diketahui :

Item : akar wangi

Permintaanharian rata-rata = 6 unit

Waktu tunggu dalam hari (konstan) = 3 hari

ROP = (permintaan harian rata − rata × Waktu tunggu dalam hari) + Zσ���

Standar deviasi dari permintaan harian = σd = 4

Tingkat pelayanan = 90%

Solusi :

Dari tabel normal, nilai Z untuk 90% adalah 1,28

Persamaan :

dimana

���� = ������� ������� ���� ���������� ������ ����� ������

= �������� ������

= 4√3

Sehingga,

ROP = (6 unit x 3 hari ) + 1,28 ( 4 ) ( √3 )

= 18 + 8,868

= 26,868 atau 27 unit akar wangi

Jadi, persediaan pengamannya sekitar 9 unit akar wangi.

Item : Minyak essensial

Permintaan harian rata-rata = 4 unit

Waktu tunggu dalam hari (konstan) = 4 hari

ROP = (permintaan harian rata − rata × Waktu tunggu dalam hari) + Zσ���

Standar deviasi dari permintaan harian = σd = 5

Tingkat pelayanan = 90%

Solusi :

Dari tabel normal, nilai Z untuk 90% adalah 1,28

Persamaan :

dimana

���� = ������� ������� ���� ���������� ������ ����� ������

= �������� ������

= 5√4

Sehingga,

ROP = (4 unit x 4 hari ) + 1,28 ( 5 ) ( √4 )

= 16 + 12,8

= 28,8 atau 29 unit minyak essensial.

Jadi, persediaan pengamannya sekitar 13 unit minyak essensial.

Waktu Tunggu Variabel, Permintaan Konstan

Toko cipta alami menjual sekitar 6 bantal perhari sehingga kain yang

dibutuhkan 12 unit (kuantitas yang mendekati konstan), dacron yang dibutuhkan

sebesar 48 kg atau 24 unit, karung sebanyak 2 unit, dan lem latex sebanyak 13 unit.

Waktu tunggu untuk pengantaran kain terdistribusi normal dengan waktu rerata 5

hari, dacron selama 3 hari, karung 1 hari, dan lem latex 1 hari. Standar deviasi

masing-masing bahan secara urut dari kain, dacron, dan karung adalah 4 hari, 5

hari, 1 hari dan lem latex 2 hari. Ditentukan tingkat pelayanannya 95%.

Diketahui :

Item: Dacron

Permintaan Harian = 24 unit

Waktu tunggu rata-rata = 3 hari

Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 5 hari

Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65

Persamaan :

ROP = (permintaan harian × Waktu tunggu rata − rata dalam hari)

+Z(permintaan harian) × σ���

��� = ������� ������� ���� ����� ������ ����� ℎ���

Sehingga,

ROP = (24 unit x 3 hari) + 1,65 (24 unit) (5)

= 72 + 198

= 270 unit

Jadi, reorder pointnya sekitar 198 unit dacron.

Item : Karung

Permintaan Harian = 2 unit

Waktu tunggu rata-rata = 1 hari

Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 1 hari

Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65

Persamaan :

ROP = (permintaan harian × Waktu tunggu rata − rata dalam hari)

+Z(permintaan harian) × σ���

��� = ������� ������� ���� ����� ������ ����� ℎ���

Sehingga,

ROP = (2 unit x 1 hari) + 1,65 (2 unit) (1)

= 2 + 3,3

= 5,3 unit atau 6 unit

Jadi, reorder pointnya sekitar 4 unit karung.

Item : Kain

Permintaan Harian = 12 unit

Waktu tunggu rata-rata = 5 hari

Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 4 hari

Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65

Persamaan :

ROP = (permintaan harian × Waktu tunggu rata − rata dalam hari)

+Z(permintaan harian) × σ���

��� = ������� ������� ���� ����� ������ ����� ℎ���

Sehingga,

ROP = (12 unit x 5 hari) + 1,65 (12 unit) (4)

= 60 + 79.2

= 139.2 unit atau 140 unit

Jadi, reorder pointnya sekitar 80 unit kain.

Item : Lem latex

Permintaan Harian = 13 unit

Waktu tunggu rata-rata = 1 hari

Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 2 hari

Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65

Persamaan :

ROP = (permintaan harian × Waktu tunggu rata − rata dalam hari)

+Z(permintaan harian) × σ���

��� = ������� ������� ���� ����� ������ ����� ℎ���

Sehingga,

ROP = (13 unit x 1 hari) + 1,65 (13 unit) (2)

= 13 + 42,9

= 55,9 unit atau sebesar 56 unit

Jadi, reorder pointnya sekitar 43 unit lem latex.

Permintaan dan Waktu Tunggu Variabel

Pada toko mercusuar, sekitar 6 unit bantal terjual per hari sehigga

diperlukan 800 gram plastik, mengikuti distribusi normal dengan standar deviasi

90 gram. Bijih plastic dipesan dari luar pulau jawa, waktu tunggunya terdistribusi

normal dengan rata-rata 7 hari dan standar deviasi 2 hari.Untuk menjaga tingkat

pelayanan 95%, berapakah ROP yang tepat?

Item= Plastik

Permintaan harian rata-rata = 800 gram

Waktu tunggu rata-rata = 7 hari

Standar deviasi dari permintaan harian = σd = 90 gram

Standar deviasi dari waktu tunggu= σLT = 2 hari

Tingkat pelayanan = 95%, jadi Z adalah 1,65

Persamaan :

�(����� ������ ���� − ����) × (���) + (����� ���������� ℎ�����)�(����)

Sehingga,

ROP = ( 800 x 7 hari ) + 1,65 ( √ (7 x 90 ²) + (8002 x2²) )

= 5.600 + 1,65 ( √ (23.700) + (1.000.000) )

= 5.600 + 1,65 ( √ 1.023.700 )

= 5.600 + 1,65(1011.781)

=5.600 + 166943.8

=172543.8

Atau 172544

Jadi, persediaanpengamannyasekitar 166944 g plastik.

BAB VII

MATERIAL REQUREMENT PLANNING

7.1 Definisi MRP

Material requirement planning merupakan perhitungan sistem perencanaan

yang dikembangkan setikar tahun 1960 untuk menyelesaikan permasalahan dari

persediaan yang tinggi dari sebuah perusahaan manufaktur. Sebelum dikenalkan

sistemMRP, perusahaan menggunakan metodologi yang sama dalam hal pengaturan

semua jenis persediaan. Akan tetapi, sistemMRP mengambil perhatian manajer

mengenai fakta bahwa perencanaan kebutuhan untuk produksi, seperti bahan

mentah dan work in progress, membutuhkan pendekatan yang berbeda dari yang

digunakan untuk memanajemen barang-barang yang sudah jadi. Sistem MRP

memaparkan karakteristik yang unik untuk setiap barang yang diproduksi. MRP

digunakan untuk menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI) dari barang jadi atau

end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan

untuk mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari

kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan

material tersebut dijadwalkan berdasarkan Lead time dan On Hand Inventory

(Mahadevan, 2010).

7.2 Bill of Material (BOM)

Bantal(A)

Lem Latex(D) Aroma Esensial(E) Dakron(B)

Akar Wangi(H) MinyakEsens(I)

Sarung Bantal(C)

Kain(F) Benang(G)

7.3 Identifikasi Semua Tingkatan, Induk dan Komponennya

KOMPONEN LEVEL LEAD TIME (Hari) PERSEDIAAN DI

TANGAN

A 0 1 100

B 1 2 50

C 1 2 70

D 1 1 40

E 1 2 120

F 2 2 105

G 2 1 0

H 2 3 30

I 2 3 20

7.4 Struktur Produk Berfase Waktu

B

A C

E

D

F

G

I

H

6 5 4 3 1 2 7 minggu

7.5 Rencana kebutuhan Bruto dan Netto Berdasar Data Asumsi

item Hari LT

1 2 3 4 5 6 7

A a 250 1

b 250

B a 150 2

b 150

C a 200 2

b 200

D a 100 1

b 100

E a 200 2

b 200

F a 150 2

b 150

G a 50 1

b 50

H a 100 3

b 100

I a 100 3

b 100

a: barang yang dibutuhkan

b: barang yang dipesan

Lot

Untuk

Lot

2 50 - - 1 B Kebutuhan Bruto 150

Penerimaan terjadwal

Proyeksi persediaan di tangan

(50) 50 50 50 50 50 50 50

Kebutuhan Netto 100

Ukura

n Lot

Waktu

Tungg

u

(Hari)

Di

Tanga

n

Simpanan

Aman

Akuis

isi

Kode

Tingka

t

Renda

h

Identifikasi

Barang

Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8

Lot

Untuk

Lot

1 100 - - 0 A Kebutuhan Bruto 250

Penerimaan terjadwal

Proyeksi persediaan di tangan

(100) 100 100 100 100 100 100 100 100

Kebutuhan Netto 150

Penerimaan Pesanan Terencana 150

Pengiriman Pesanan terencana 150

Penerimaan Pesanan Terencana 100

Pengiriman Pesanan terencana 100

Lot

Untuk

Lot

2 70 - - 1 C Kebutuhan Bruto 200

Penerimaan terjadwal

Proyeksi persediaan di

tangan (70) 70 70 70 70 70 70 70

Kebutuhan Netto 130

Penerimaan Pesanan

Terencana 130

Pengiriman Pesanan

terencana

13

0

1 40 - - 1 D Kebutuhan Bruto 100

Penerimaan terjadwal

Lot

Untuk

Lot

Proyeksi persediaan di

tangan (40) 40 40 40 40 40 40 40

Kebutuhan Netto 60

Penerimaan Pesanan

Terencana 60

Pengiriman Pesanan

terencana 60

Lot

Untuk

Lot

2 120 - - 1 E Kebutuhan Bruto

200

Penerimaan terjadwal

Proyeksi persediaan di

tangan (105) 105 105 105 105 105 105 105

Kebutuhan Netto 15

Penerimaan Pesanan

Terencana 15

Pengiriman Pesanan

terencana

15

Lot

Untuk

Lot

2 105 - - 2 F Kebutuhan Bruto 150

Penerimaan terjadwal

Proyeksi persediaan di

tangan (105) 105 105 105 105 105 105

Kebutuhan Netto 45

Penerimaan Pesanan

Terencana 45

Pengiriman Pesanan

terencana 45

Lot

Untuk

Lot

1 0 - - 2 G Kebutuhan Bruto 50

Penerimaan terjadwal

Proyeksi persediaan di

tangan (0) 0 0 0 0 0 0

Kebutuhan Netto 50

Penerimaan Pesanan

Terencana 50

Pengiriman Pesanan

terencana 50

3 30 - - 2 H Kebutuhan Bruto 100

Penerimaan terjadwal

Lot

Untuk

Lot

Proyeksi persediaan di

tangan (30) 30 30 30 30 30

Kebutuhan Netto 70

Penerimaan Pesanan

Terencana 70

Pengiriman Pesanan

terencana 70

Lot

Untuk

Lot

3 20 - - 2 I Kebutuhan Bruto

100

Penerimaan terjadwal

Proyeksi persediaan di

tangan (20) 20 20 20 20 20

Kebutuhan Netto

80

Penerimaan Pesanan

Terencana 80

Pengiriman Pesanan

terencana

80

BAB VIII

JUST IN TIME

8.1 JIT (Just In Time)

JUST IN TIME (JIT) merupakan pendekatan untuk meminimalkan total biaya

penyimpanan dan persiapan yang sangat berbeda dari pendekatan tradisional.

Pendekatan tradisional mengakui biaya persiapan dan kemudian menentukan kuantitas

pesanan yang merupakan biaya yang tidak terhindarkan, sedangakan pada JIT tidak

menuntut adanya biaya persiapan. Tetapi sebaliknya, JIT mencoba menekan biaya-

biaya ini sampai nol. Jika biaya persiapan menjadi bukan proritas, makan biaya yang

tersisa yang akan diminimalkan adalah biaya penyimpanan, yang dilakukan dengan

mengurangi persediaan sampai ketingkat yang paling rendah. Pendekatan inilah yang

mendorong untuk persediaan nol dalam sistem JIT. Kebanyakan penghentian produksi

terjadi karena salah satu dari tiga alasan yaitu kegagalan mesin, kerusakan bahan, dan

ketidaksediaan bahan baku, sehingga memiliki persediaan merupakan salah satu solusi

tradisional atas semua masalah tersebut. Mereka yang mendukung pendekatan JIT

berpendapat bahwa persediaan yang banyak tidak akan memecahkan masalah, tetapi

hanya menyamarkan atau menutupi masalah. JIT dapat memecahkan ketiga masalah

diatas dengan menekankan pada pemeliharaan total dan pengendalian mutu total serta

membina hubungan baik dengan pemasok karena adanya hubungan dengan pemasok

yang sedikt bahkan tunggal.

8.2 Persiapan perusahaan dalam pemanfaatan JIT

Perusahaan kami yang bernama PT. Muda Karyaakan menerapkan sistem

manajemen JIT (Just In Time) dikarenakan perusahaan yang akan memaksimalkan laba

yang ada dan akan memproduksi produk jika ada pesanan yang datang dari konsumen

atau dari gudang-gudang penyimpanan dari beberapa supplier produk yang ada di

Indonesia. Dalam prakteknya, demi keberhasilan manajemen ini maka akan kami

praktekkan faktor apa saja yang dibutuhkan dalam JIT ini. Perusahaan kami akan beralih

manajemen, yang awalnya perusahaan yang mengandalkan inventory dalam memenuhi

pesanan produk yang fluktuatif oleh konsumen dan supplier, kini beralih ke perusahaan

yang mengandalkan penjadwalan permintaan. Sehingga dalam prakteknya kelak tidak

akan ada pemesanan yang terlalu mendadak dan dengan deadline yang singkat pula.

1. Supplier Perusahaan PT. Cipta Alami telah lama bekerjasama dengan beberapa

supplier yang berada di area industri di Jawa Timur. Dalam hal ini, kami telah

bekerjasama dengan supplier bahan baku bijih plastik, dacron, dan beberapa supplier

ekstraksi minyak atsiri produk kami. Kami bekerjasama dengan beberapa supplier

bahan baku yang telah disebutkan, seperti perusahaan kami sudah bekerjasama dengan

4 supplier bijih plastik, yang berlokasi di Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya, dan Malang.

Kemudian perusahaan kami juga telah bekerjasama dengan 3 perusahaan dacron dan 2

suppier minyak essensial. Untuk lokasi supplier sendiri ada di Semarang, Surabaya dan

Sidoarjo dan lokasi supplier minyak essensial ada di Yuren dan kota Malang. Dalam

konsepnya, perusahaan kami akan menyeleksi para supplier yang terkait untuk

menerapkan JIT. Kriteria yang akan kami canangkan untuk para supplier tersebut adalah

memiliki lokasi yang dekat dengan tempat lokasi, memiliki ketersediaan dalam

keterlibatan proses JIT, dan memiliki kualitas bahan baku yang sangat baik atau baik.

Setelah menemukan supplier yang cocok, kemudian supplier dan perusahaan kami akan

mendiskusikan jadwal pengiriman yang berkala yang disesuaikan dengan jadwal

permintaan yang pernah masuk pada perusahaan kami pada masa lampau, dan

meramalkan permintaan untuk masa depan.

2. Tata Letak Menurut konsep JIT, tata letak harus efisien dan tidak terlalu jauh

dalam perpindahan dalam proses produksi. Perusahaan kami yang akan menerapkan JIT,

tentu saja akan merubah tata letak dasar alat, dan kami merencanakan akan membuat

seluruh proses hanya dalam 1 lantai dari awal barang datang sampai distribusi. Tata

letak ini juga berimbas pada karyawan yang akan dengan gampang untuk mengawasi

seluruh proses meskipun dari bagian proses yang berbeda, dikarenakan masalah

komunikasi sangat ditekankan dalam JIT sendiri. Kami berencana akan membuat proses

yang berlanjut, dengan arti dari barang awal dimasukkan sampai barang dikemas siap

distribusi tidak berpindah tempat dengan jarak yang jauh, karena itu kami berencana

akan membuat proses produksi berbentuk seperti huruf “U” sehingga tidak memakan

tempat yang terlalu banyak dan tempat sisa bisa untuk tempat bahan baku.

3. Persediaan Sekalipun JIT mengandalkan pasokan bahan baku dari supplier

dalam penjadwalan yang telah disepakati, namun tidak benar jika perusahaan yang

menerapkan JIT benar-benar tidak mempunyai persediaan sama sekali. Memang dalam

konsepnya disarankan persediaan mendekati nol, tetapi pasti akan masih mempunyai

persediaan minimum untuk menghadapi kemungkinan adanya masalah atau variasi/

penyimpangan. Perusahaan kami akan menyiapkan tempat persediaan kecil yang akan

digunakan untuk menyimpan bahan baku untuk persediaan minimum. Perusahaan kami

telah memikirkan untuk meminimalkan persediaan ini kami akan berdiskusi dengan

supplier dan anggota internal kami. Dengan supplier kami akan mengintensifkan jadwal

pengiriman dan pada anggota internal kami akan memperbaiki mutu sehingga akan

tercipta maksimal “zero defect”.

4. Penjadwalan

Dalam penjadwalan JIT, ini adalah kunci dari semua faktor yang perlu disiapkan

dalam JIT. Penjadwalan ini akan menekan jumlah lot dan menekan timbulnya

permintaan produk yang terlalu mendadak. Beberapa upaya penjadwalan dilakukan

agar semua aspek yang terlibat dapat siap sesuai jadwal yang telah disepakati.

Komunikasi dengan supplier dan dengan konsumen akan membuat penjadwalan

menjadi mudah dan berjalan sesuai rencana. Penjadwalan juga memungkinkan

hilangnya potensi proses yang tidak efektif atau pemborosan sehingga profit

perusahaan dapat lebih maksimal. Penjadwalan akan memaksa konsumen untuk tidak

memesan produk dengan deadline yang singkat, dan jarak waktu pesan akan

diberlakukan untuk menghindari adanya ketergesaan sehingga dapat mempengaruhi

kualitas produk yang akan diproduksi.

5. Kualitas

Kualitas merupakan salah satu tujuan utama yang kami usung dalam JIT karena

dengan penjadwalan yang baik dan proses yang terintegritas memungkinkan

perusahaan dapat memproduksi produk yang mempunyai kualitas yang sangat baik

atau baik. Kontrol mutu yang kami lakukan adalah TQC dengan melihat seluruh aspek

yang terlibat dalam pembuatan produk kami, terutama pemilihan bahan baku. Kami

juga akan memberlakukan metode pengingat kesalahan dan sosialisasi kesalahan

sehingga jika ada kesalahan tidak akan terjadi untuk kedua kalinya.

8.3 Penerapan JIT dalam bidang pembelian dan produksi :

1. Pembelian JIT

Sistem penjadwalan yang dilakukan di JIT adalah berdasar jadwal yang

dirancang sedemikian rupa sehingga dalam prakteknya seluruh bahan baku

langsung bersumber dari supplier bukan dari inventory perusahaan. Pembelian

dengan sistem ini dapat mengurangi biaya yang ditimbulkan akibat adanya

inventory. Terutama untuk supplier, perusahaan kami pasti akan menseleksi semua

supplier yang bekerjasama dengan kita dan memilih yang terbaik dalam hal jarak

dan mutu bahan baku yang di pasoknya. Dengan tetapnya mutu yang di miliki oleh

supplier, maka biaya untuk pemeriksaan mutu menjadi berkurang. Dengan ini pula,

supplier bisa terbantu karena perusahaan kami memiliki jadwal yang tetap dalam

pengiriman bahan baku dari supplier ke perusahaan. Keuntungan lainnya adalah

mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi, dan ketelusuran

langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.

2. Produksi JIT

Produksi JIT adalah sistem penjadwalan komponen produksi atau produk

yang tepat waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap

produksi atau sesuai untuk memenuhi permintaan pelanggan. Beberapa langkah

yang akan kami ambil dalam mengurangi waktu dan biaya seputar produksi adalah

mengurangi waktu lead time, proses produksi yang berkesinambungan,

pengurangan perpindahan bahan dalam proses, penyederhanaan pengolahan yang

dapat meminimalkan aktivitas produksi yang tidak efektif dan efisien. Beberapa

faktor yang dapat dikurangi dalam sistem produksi sehingga dapat meningkatkan

profit adalah pengurangan waktu lead time dan waktu perpindahankarena memiliki

tata letak alat yang terpusat di satu tempat, mengurangi jumlah lot sehingga biaya

penyimpanan dapat dikurangi, memiliki tenaga kerja yang memiliki kemampuan

interdisipliner, efisiensi ruangan karena tidak ada atau kecilnya ruangan untuk

penyimpanan dan tata letak alat yang terpusat di satu tempat, masalah mutu bahan

baku yang bisa terjamin dan pembelian bahan baku yang sudah terjadwal sehingga

tidak takut kehabisan dan bahan baku selalu dalam keadaan baik.

8.4 Perbedaan Titik Impas

Titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun

rugi. Jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang.

1. BEP Sistem Konvensional

Keterangan :

X = (I + F) / (P - V)

X = Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu

I = Laba sebelum pajak penghasilan

F = Total biaya tetap

P = Harga jual per unit

V = Biaya variabel per unit

2. BEP Sistem JIT

Keterangan :

X1= Unit produk yang harus dijual untuk mencapai laba tertentu

I = Laba sebelum pajak penghasilan

F1 = Total biaya tetap

X2 = Jumlah kuantitas per basis non unit

V2 = Biaya variabel per basis non unit

P = Harga jual per unit

V1 = Biaya variabel per unit

Dalam PT. Yango Milk terdapat penggunaan Just In Time yang diperuntukkan

agar jalannya permintaan persediaan berjalan dengan lancar dan tidak ada delay atau

penundaan saat ada permintaan yang mendadak dan barang langsung tiba disaat

dibutuhkan. Dan agar PT. Yango Milk dapat mengurangi pemborosan dengan

menghasilkan produk yang baik dalam ukuran lot kecil. Berikut perhitungan dalam

penentuan JIT :

Pada perusahaan, susu segar permintaan tahunannya sebesar 100000 unit, permintaan

harian sebanyak 100000 maka 150 unit per hari. Laju produksi harian sebanyak 500 unit

per hari. Q* atau EOQ yang diharapkan 632 dengan biaya penyimpanan per unit per

tahun sebesar $10. Maka JIT dapat dihitung sebagai berikut :

X1 = (I + F1 + X2V2 ) / (P - V1)

Q= ����

�(���

�)

Q2 = ���

�(���

�)

S = �∗.�∗.�.(��

�)

�� =

(���)(���)(��)(�����

���)

� (������) =

��������

������ = $ 13,9798

Waktu pemesanan atau penyetelan = $ 13,9798 / $ 20 per jam = 0,7 jam atau 42 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2005. Prinsip-prinsip Riset Operasi. Jakarta : Erlangga.

Herjanto, Eddy. 2007. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo.

Mahadevan, B. 2010. Operations Management Theory and Practice Second edition.

New Delhi: Dorling Kindersley Pvt. Ltd.

Siagian, Y. 2008. Aplikasi Supplay Chain Management Dalam Dunia Bisnis. Jakarta:

Grasindo.

Siswanto. 2007. Operation Research Jilid II. Jakarta: Erlangga.