psikopatologi

77
PSIKOPATOLOGI

Upload: winta-asisie-salaka

Post on 04-Apr-2016

86 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

psikopatologi.

TRANSCRIPT

Page 1: Psikopatologi

PSIKOPATOLOGI

Page 2: Psikopatologi

Definisi Psikopatologi adalah ilmu yang

mempelajari kelainan atau gangguan dibidang kejiwaan. Ditinjau dari pengertian tersebut diatas batasannya sangat luas. Kelainan/ gangguan dibidang kejiwaan pada dasarnya merupakan gangguan dari bebagai aspek kepribadian, misalnya: aspek kesadaran, aspek tingkah laku atau perbuatan, kehidupan afektif, proses pikir dsb. Memahami psikopatologi dari bebagai aspek tsb adalah penting untuk memahami keadaan gangguan jiwa.

PSIKOPATOLOGI

Page 3: Psikopatologi

Dalam psikiatri perlu pengenalan dan definisi tanda dan Gejala perilaku emosional

Tanda (Sign) adalah temuan objektif yang diobservasi oleh Dokter (sebagai contohnya afek yang terbatas dan retardasi psikomotor)

Gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien (sebagai contohnya mood yang tertekan dan berkurangnya tenaga)

Suatu sindroma adalah kelompok tanda & gejala yang terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungin kurang sfesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas

Page 4: Psikopatologi

Kesadaran : tingkat kesadaran Apersepsi : persepsi yang dimodifikasi oleh emosi dan pikiran

diri seseorang Sensorium : Keadaan fungsi kognitif tentang perasaan khusus

Gangguan kesadaran1. Disorientasi : Gangguan orientasi waktu, tempat atau orang2. Pengaburan kesadaran : Kejernihan ingatan yang tidak

lengkap dengan gangguan persepsi dan sikap.3. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap

lingkungan sekeliling4. Delirium : Kebingungan, gelisah, konfusi, reaksi disorientasi

yang disertai dengan rasa takut dan halusinasi5. Koma : Derajat ketidaksadaran yang berat.

I. KESADARAN

Page 5: Psikopatologi

6. 6. Koma vigil : koma di mana pasien tampak tertidur tetapi segera dapat dibangunkan (dikenal sebagai mutisme akinetik)

7. 7. Keadaan temaram (twilight state) : gangguan kesadaran dengan halusinasi.

8. 8. Keadaan seperti mimpi ( dreamlike state) : seringkali digunakan secara sinonim dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor

9. 9. Somnolensi : mengantuk yang abnormal yang paling sering ditemukan pada proses organik.

Page 6: Psikopatologi

Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu aktivitas; kemampan untuk berkonsentrasi.

1. Distraktibilitas : ketidakmampuan untuk memusatkan atensi; penarikan atensi kepada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan.

2. Inatensi selektif : hambatan hanya pada hal yang menimbulkan kecemasan

3. Hipervigilensi : atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli internal dan eksternal, biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid.

4. Keadaan tak sadarkan diri (trance) : atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman religius yang luar biasa.

B. GANGGUAN ATENSI (PERHATIAN)

Page 7: Psikopatologi

Gangguan sugestibilitas adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh.

1. Folie a deux ( atau folie a trois) : penyakit emosional yang berhubungan antara dua atau tiga orang.

2. Hipnosis : modifikasi kesadaran yang diinduksi sevara buatan yang ditandai dengan peningkatan sugestibilitas.

C. GANGGUAN SUGESTIBILITAS

Page 8: Psikopatologi

Emosi adalah suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.

A. Afek : Ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan pasien.

1. Afek yang sesuai (appropriate affect) : Kondisi di mana irama emosional adalah harmonis dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai, digambarkan lebih lanjut sebagai afek yang luas atau penuh, di mana rentang emosional yang lengkap diekspresikan secara sesuai.

2. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) : ketidakharmonisan antara irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertainya.

II. EMOSI

Page 9: Psikopatologi

3. Afek yang tumpul (blunted affect) : gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan ke luar.

4. Afek yang terbatas ( restricted or constricted affect) : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah daripada afek yang tumpul tetapi jelas menurun.

5. Afek yang datar ( flat affect) : tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda ekspresi afek ; suatu yang monoton, wajah yang tidak bergerak.

6. Afek yang labil (labile affect) : perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba, yang tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.

Page 10: Psikopatologi

Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain, contohnya adalah depresi, elasi, kemarahan.

1. Mood disforik : mood yang tidak menyenangkan2. Mood eutimik : mood dalam rentang normal, menyatakan

tidak adanya mood yang tertekan atau melambung3. Mood yang meluap-luap (expansive mood) : ekspresi

perasaan seseorang tanpa pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau makna seseorang.

4. Mood yang iritabel (irritable mood) : dengan mudah dinganggu atau dibuat marah

B. MOOD

Page 11: Psikopatologi

5. Pergeseran mood ( mood labil) : osilasi antara euforia dan depresi atau kecemasan.

6. Mood yang meninggi ( elevated mood) : suasa keyakinan dan kesenangan; suasana mood yang lebih ceria dari biasanya.

7. Euforia : Elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran.8. Kegembiraan yang luar biasa ( ecstasy) : perasaan kegairahan

yang kuat.9. Depresi : perasaan kesedihan yang pskipatologis10. Anhedonia : hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari

semua aktivitas rutin dan menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi.

11. Dukacita atau berkabung : kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata.

12. Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi atau mood seseorang.

Page 12: Psikopatologi

1. Kecemasan : perasaan ketakutan yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang mungkin berasal dalam atau luar.

2. Kecemasan yang mengambang bebas ( free-floating anxiety) : rasa takut yang meresap dan tidak terpusatkan yang tidak berhubungan dengan suatu gagasan.

3. Ketakutan : kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara sadar dan realistik

4. Agitas : kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik.

5. Ketegangan (tension) : peningkatan aktivitas motorik psikologis yang tidak menyenangkan.

6. Panik : serangan kecemasan yang akut, episodik dan kuat yang disertai dengan perasaan ketakutan yang melanda dan pelepasan otonomik.

C. EMOSI YANG LAIN

Page 13: Psikopatologi

7. Apati : Irama emosi yang tumpul yang disertai dengan pelepasan (detachment) atau ketidakacuhan.

8. Ambivalensi : terdapatnya secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan terhadap hal yang sama pada satu orang yang sama pada waktu yang sama.

9. Abreaksional : pelepasan atau pelimpahan emosional setelah mengingat pengalaman yang menakutkan.

10. Rasa malu : Kegagalan membangun pengharapan diri.

11. Rasa bersalah : emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap salah.

Page 14: Psikopatologi

Yaitu tanda disfungsi somatik (biasanya otonomik) pada seseorang, paling sering berhubungan dengan depresi (juga disebut tanda vegetatif)

1. Anoreksia : hilangnya atau menurunnya nafsu makan2. Hiperfagia : meningkatnya nafsu makan dan asupan

makanan.3. Insomnia : hilangnya atau menurunnya kemampuan

untuk tidur.a. Awal : kesulitan jatuh tertidur.b. Pertengahan : kesulitan tidur sepanjang malam tanpa terbangun dan kesulitan kembali tidur.c. Terminal : terbangun pada dini hari.

D. GANGGUAN PSIKOLOGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOOD

Page 15: Psikopatologi

4. Hipersomnia : tidur yang berlebihan.5. Variasi diurnal : mood yang secara teratur terburuk

pada pagi hari, segera setelah terbangun, dan membaik dengan semakin siang harinya.

6. Penrurunan libido : penurunan minat, dorongan, dan daya seksual ( peningkatan libido sering disertai keadaan manik)

7. Konstipasi : ketidakmampuan atau kesulitan defekasi.

Page 16: Psikopatologi

Perilaku motorik (konasi) : aspek jiwa yang termask impuls, motivasi, harapan, dorongan, instink dan idaman, seperti yang diekspresikan oleh perilaku atau aktivitas motorik seseorang.

1. Ekopraksia : peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain.

2. Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan non organik (sebagai lawan dari gangguan kesadaran dan aktivitas motorik sekunder dari patologi organik)

a) Katalepsi : istilah umum untuk suatu posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus menerus.

b) Luapan katatonik : aktivitas motorik yang teragitasi, tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.

III. PERILAKU MOTORIK

Page 17: Psikopatologi

a) Stupor katatonik : Penurunan aktivitas motorik yang nyata, seringkali sampai titik imobilitas dan tampaknya tidak menyadari sekeliling.

b) Rigiditas katatonik : penerimaan postur yang kaku yang disadari, menentang usaha untuk digerakkan.

c) Posturing katatonik : penerimaan postur yang tidak sesuai atau kaku yang disadari biasanya dipertahankan dalam waktu yang lama.

d) Cerea flexibilitas (fleksibilitas lilin) : seseorang dapat diatur dalam suatu posisi yang kemudian dipertahankannya ; jika pemeriksa menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan-akan terbuat dari lilin.

Page 18: Psikopatologi

a) Negativisme : tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk menggerakkan atau terhadap semua instruksi.

b) Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang dicetuskan oleh berbagai keaadan emosional.

c) Stereotipik : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang.

d) Mannerisme : pergerakan tidak disadari yang mendarah daging dan kebiasaan.

e) Otomatisme : tindakan atau tindakan-tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili suatu aktivitas simbolik yang tidak disadari.

f) Otomatisme perintah : otomatisme mengikuti sugesti (juga disebut kepatuhan otomatik)

g) Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural

Page 19: Psikopatologi

10. Overaktivitas : a. Agitasi psikomotor : overaktivitas motorik dan kogniti yang

berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai respon dari ketegangan dalam.

b. Hiperaktivitas (hiperkinesis) : kegelisahan, agresif, aktivitas destruktif, seringkali disertai dengan patologi otak dasar.

c. Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.d. Tidur berjalan (sleep walking) (somnambulisme) : aktivitas

motorik saat tertidur.e. Akathisia : perasaan subjektif tentang tegangan motorik

sekunder dari medikasi antipsikotik atau medikasi lain, yang dapat menyebabkan kegelisahan, melangkah bolak-balik, duduk dan berdiri berulang-ulang; dapat disalah-artikan sebagai agitasi psikotik

Page 20: Psikopatologi

f. Kompulsi : impuls yang tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan secara berulang.I. Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol.II. Kleptomania : kompulsi untuk mencari.III. Nimfomania : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan

kompulsif pada seorang wanita.IV. Satiriasis : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan

kompulsif pada seorang laki-lakiV. Trikotilomania : kompulsi untuk mencambut rambut.VI. Ritual : aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat,

menurunkan kecemasan ang orisinil.f. Ataksia : kegagalan koordinasi otot; iregularitas gerakan

ototg. Polifagia : makan berlebihan yang patologis

Page 21: Psikopatologi

11. Hipoaktivitas (hipokinesia) : penurunan aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada retardasi psikomotor; perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan yang dapat terlihat.

12. Mimikri : aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak-anak.

13. Agresi : tindakan yang kuat dan diarahkan tujuan yang mungkin verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan atau permusuhan.

14. Memerankan (acting out) : ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang tidak disadari dalam bentuk gerakan ; fantasi yang tidak disadari dihidupkan secara impulsif dalam perlaku.

15. Abulia : penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir, disertai dengan ketidak acuhan tentang akibat tindakan; disertai dengan defisit neurologis.

Page 22: Psikopatologi

Aliran gagasan, simbol & asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai dari suatu masalah/tugas & mengarah pada kesimpulan yang berorientasi pada kenyataan; jika terjadi urutan yang logis, berfikir adalah normal; parapraksis (tergelinciir dari logis yang termotivasi secara tidak disadari juga disebut pelesetan menurut Freud) dianggap sebagai bagian dari berpikir yang normal.

• Gangguan berpikir :A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikirB. Gangguan spesifik pada bentuk pikiranC. Gangguan spesifik pada isi pikiran.

Page 23: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIGangguan

Mentalsindroma perilaku/psikologis yang bermakna secara klinis, disertai dengan penderitaan / ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan dari peristiwa tertentu/terbatas pada hubungan antara seseorang & masyarakat

Psikosis ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi; gangguan tes realitas dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan neurosis; gangguan mental dimana tes realitas adalah utuh, perilaku tidak jelas melanggar norma-norma sosial, relatif bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan).

A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikir

Page 24: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISITes Realitas Pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang

dunia diluar diri.Gangguan

pikiran formalGangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran; berpikir ditandai dengan kecenderungan asosiasi, neologisme, dan konstruksi yang tidak logis; proses berpikir menggalami gangguan, dan orang didefinisikan sebagai psikotik.

Berpikir tidak logis

Berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal, hal ini adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh nilai kultural atau defisit intelektual.

Dereisme aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika /pengalaman

Page 25: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIBerpikir Autistik preokupasi dengan dunia dalam &

pribadi, istilah digunakan agak sama dengan dereisme

Berpikir Magis bentuk pikiran dereistik, berpikir adalah serupa dengan fase praoperasional pada masa anak-anak (Jean Piaget), dimana pikiran, kata-kata / tindakan mempunyai kekuatan (misalnya mereka dapat menyebabkan /mencegah suatu peristiwa)

Proses Berpikir Primer

Istilah umum untuk berpikir yang dereistik, tidak logis, magis; normalnya ditemukan pada mimpi, abnormal pada psikosis.

Page 26: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISINeologisme kata baru yang diciptakan oleh pasien,

seringkali dengan mengkombinasikan suku kata dari kata-kata lain, untuk alasan keanehan psikologis

Word Salad (gado-gado kata)

campuran kata & frasa yang membingungkan

Sirkumstansialitas bicara yang tidak langssung yang lambat dalam mencapai tujuan tapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan.

B. Gangguan spesifik pada bentuk pikiran

Page 27: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISITangensialitas Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi

pikiran yang diarahkan oleh tujuan; pasien tidak pernah berangkat dari titik awal menuju tujuan yang diinginkan.

Inkoherensi(pembicaraan tidak

logis)

pikiran yang biasanya tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran / kata-kata dengan hubungan yang tidak logis / tanpa tata bahasa, yang menyebabkan disorganisasi.

Perseverasi respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gangguan Kognitif.

Verbigerasi Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai arti.

Page 28: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIEkolalia Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa

seseorang oleh orang lain secara psikopatologis; cenderung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan mengejek atau intonasi terputus-putus.

Kondensasi Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep.

Jawaban yang tidak relevan

Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang ditanyakan (pasien tampaknya mengabaikan atau tidak memperhatikan pertanyaan).

Pengenduran asosiasi

Aliran pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat, bicara mungkin membingungkan (inkoheren).

Page 29: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIKeluar dari jalur

(derailment)Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan; seringkali digunakan secara sama dengan pengenduran asosiasi.

Flight of ideas Verbalisasi / permainan kata-kata yang cepat & terus-menerus yang menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya.

Asosiasi Bunyi (clang

association)

asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tapi beda artinya; kata-kata tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak & permainan kata.

Page 30: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIPenghambatan

(blocking)Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan diselesaikan; setelah suatu periode terhenti singkat, orang tampak tidak teringat pada apa yang telah dikatakan atau apa yang akan dikatakan (jika dikenal sebagai pencabutan pikiran)

Glossolalia ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dapat dipahami (juga dikenal sebagai bicara pada lidah); tidak dianggap sebagai gangguan pikiran jika terjadi pada praktek keagamaan Pantekosta tertentu.

Page 31: Psikopatologi

C. Gangguan spesifik pada isi pikiran.

ISTILAH DEFINISIKemiskinan isi

pikiranPikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas.

Gagasan yang berlebihan

Keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan yang dipertahankan secara kurang akurat dibandingkan dengan suatu waham.

Waham Keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan inteligensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.

Page 32: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIa. Waham yang

Kacau (Bizzare delusion)

Keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal (sebagai contohnya, orang dari angkasa luar telah menanamkan suatu elektroda pada otak pasien).

b. Waham tersistematisasi

Keyakinan palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal (sebagai contohnya, pasien dimata-matai oleh agen rahasia, mafia, atau boss)

c. Waham yang sejalan dengan Mood

Waham dengan isi yang sesuai dengan mood (sebagai contohnya, seorang pasien depresi percaya bahwa ia bertanggung jawab untuk penghancuran dunia)

d. Waham yang tidak sejalan dengan Mood

Waham dengan isi yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood-netral (sebagai contohnya, pasien depresi mempunyai waham kontrol pikiran atau siar pikiran)

e. Waham Nihilistik Perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan dunia adalah tidak ada atau berakhir.

Page 33: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIf. Waham

KemiskinanKeyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua harta miliknya

g. Waham somatik Keyakinan palsu menyangkut fungsi tubuh pasien(sebagai contohnya, keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mencair)

h. Waham paranoid Termasuk waham persekutorik dan waham refrensi, kontrol, dan kebesaran (dibedakan dari ini paranoid, dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham).

i. Waham Persekutorik : keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu, atau disiksa, sering ditemukan pada seorang pasien yang mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena penganiayaan yang dibayangkan.ii. Waham Kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yang berlebihan.iii. Waham Refrensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditunjukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda-benda atau orang lain mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negatif diturunkan dari idea referensi, dimana seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain. (sebagai contohnya, percaya bahwa orang ditelevisi atau radio berbicara padanya atau membicarakan dirinya).

Page 34: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIi. Waham yang menyalahkan diri sendiri

Keyakinan palsu tentang peyesalan yang dalam dan bersalah.

j. Waham pengendalian

Perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar

i. Penarikan pikiran (thought withdrawal) : waham bahwa pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain.ii. Penanaman pikiran (thought insertion) : waham bahwa pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang atau tenaga lain.iii. Siar Pikiran (thought broadcasting) : waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain, seperti pikiran mereka sedang disiarkan ke udara.iv. Pengendalian Pikiran (thought control) : waham bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh orang atau tenaga lain.

Page 35: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIk. Waham

Ketidaksetiaan(waham cemburu)

Keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak jujur.

l. Erotomania Keyakinan waham, lebih sering pada wanita dibandingkan laki-laki, bahwa seseorang sangat mencintai dirinya (juga dikenal sebagai kompleks Clerambault – Kandinsky)

m. Pseudologia Phantastica

Suatu jenis kebohongan, dimana seseorang tampaknya percaha terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan; disertai dengan sindroma Munchausen, berpura-pura sakit yang berulang.

Page 36: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIKecenderungan atau preokupasi

pikiran

Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai dengan irama afektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh.

Egomania Preokupasi pada diri sendiri yang patologisMonomania Preokupasi dengan suatu objek tunggal.Hipokondria Keprihatinan yang berlebihan tentang

kesehatan pasien yang didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda atau sensasi fisik yang sebagai abnormal.

Obsesi Ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika yang disertai dengan kecemasan (juga dikenal sebagai perenungan {rumination}).

Page 37: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIKompulsi Kebutuhan yang patologis untuk melakukan

suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan; perilaku berulang sebagai respon suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu, tanpa akhir yang sebenarnya dalam diri selain daripada untuk mencegah sesuatu dari terjadi dimasa depan.

Koprolalia Pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang cabul.

Noesis Suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan merintah.

Unio mystica Suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang tidak terbatas; tidak dianggap suatu gangguan dalam isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan psien atau lingkungan kultural.

Page 38: Psikopatologi

ISTILAH DEFINISIFobia Rasa takut patologis yang persisten, irasional,

berlebihan, dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti.

a. Fobia sederhana : rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang jelas (sebagai contohnya, rasa takut terhadap laba-laba atau ular)b. Fobia Sosial : rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti rasa takut berbicara dengan masyarakat, bekerja, atau makan dalam masyarakat.c. Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi.d. Agorafobia : rasa takut terhadap tempat yang terbukae. Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri.f. Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing.g. Eritrofobia : rasa takut terhadap warna merah (merujuk terhadap rasa takut terhadap berdarah).h. Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu.i. Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup.j. Xenofobia : rasa takut terhadap orang asingk. Zoofobia : rasa takut terhadap binatang.

Page 39: Psikopatologi

V. BICARAGagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan

melalui bahasa; komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.

Page 40: Psikopatologi

V. BICARA A. Gangguan bicara• Tekanan bicara: bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan

kesulitan untuk memutus pembicaraan.

1. Kesukaan bicara (logohea): bicara yang banyak sekali, bertalian dan logis.

• Kemiskinan bicara (poverty of speech): pembatasan jumlah bicara yang digunakan: jawaban mungkin hanya satu suku kata (monosyllabic).

• Bicara yang tidak spontan: respon verbal yang diberikan hanya jika ditanya atau dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri.

• Kemiskinan isi bicara: bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan, atau frasa yang stereotipik.

Page 41: Psikopatologi

V. BICARA

6. Disprosodi: hilangnya irama bicara yang normal (disebut prosodi).

• Disartria: kesulitan dalam artikulasi bukan dalam penemuan kata atau tatabahasa.

• Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan: hilangnya modulasi volume bicara normal; dapat mencerminkan berbagai keadaan patologis mulai dari psikosis sampai depresi sampai ketulian.

• Gagap: pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang sering, menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas.

• Kekacauan: bicara yang aneh dan disritmik, yang mengandung semburan yang cepat dan menyentak.

Page 42: Psikopatologi

V. BICARAB. Gangguan afasik

• gangguan dalam pengeluaran bahasa.• Afasia motorik: gangguan bicara yang disebabkan oleh

gangguan kognitif dimana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan untuk bicara adalah sangat terganggu; bicara terhenti-henti, susah payah, dan tidak akurat.

• Afasia sensoris: kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata; bicara adalah lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan.

• Afasia nominal: kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu benda.

Page 43: Psikopatologi

V. BICARA

4.Afasia sintatikal: ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam urutan yang tepat.

•Afasia logat khusus: kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik; kata-kata yang bukan-bukan diulangi dengan berbagai intonasi dan nada suara.

•Afasia global: kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih yang berat.

Page 44: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

•Proses memindahkan stimulasi fisik menjadi Informasi psikologis; proses mental dimana Stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran

Page 45: Psikopatologi

VI. PERSEPSI1. Halusinasi: persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan

stimuli eksternal yang nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat interprestasi waham tentang pengalaman halusinasi.

Page 46: Psikopatologi

VI. PERSEPSIa. Halusinasi hipnagogik: persepsi sensori yang

palsu yang terjadi saat akan tertidur biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.

b. Halusinasi hipnopompik: persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis.

c. Halusinasi dengar (auditoris): persepsi bunyi yang palsu, biasanya suara tetapi juga bunyi-bunyi lain, seperti musik, merupakan halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik.

Page 47: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

d. Halusinasi visual: persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang berbentuk (sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (sebagai contohnya, kilatan cahaya), paling sering pada gangguan organik.

e. Halusinasi cium (oflaktoris): persepsi membau yang palsu, paling sering pada gangguan organik.

f. Halusinasi kecap (gustatoris): persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kejang, paling sering pada gangguan organik.

Page 48: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

g. Halusinasi raba (taktil;haptic): persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya gerakan pada atau dibawah kulit (kesemutan).

h. Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi didalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari visceral.

Page 49: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

I. Halusinasi liliput: persepsi yang palsu dimana benda-benda tampak lebih kecil dari ukurannya.

j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination): halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang tertekan atau manik (sebagai contohnya, pasien yang mengalami depresi mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat, seorang pasien manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan dan pengetahuan yang tinggi).

Page 50: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

2. IIlusi: mispersepsi atau misinterprestasi terhadap stimuli eksternal yang nyata

Page 51: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

B. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif:

agnosa-ketidakmampuan untuk mengenali dan menginterprestasikan kepentingan kesan sensori

Page 52: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

1.Anosognosia (ketidaktahuan tentang penyakit): ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologis yang terjadi pada dirinya

2.Somatopagnosia (ketidaktahuan tentang tubuh): ketidakmampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh sebagai milik tubuhnya sendiri (juga disebut sebagai autopagnosia)

3.Agnosia visual: ketidakmampuan untuk mengenali benda-benda atau orang

Page 53: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

4. Astereognosis: ketidakmampuan untuk mengenali benda melalui sentuhan

5. Prosofagnosia: ketidakmampuan mengenali wajah

6. Apraksia: ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu

Page 54: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

4. Simultagnosia: ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu elemen pendangan visual pada suatu waktu atau untuk mengintegrasikan bagian-bagian menjadi keseluruhan

5. Adiadokokinesia: ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yang berubah dengan cepat

Page 55: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

C.Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif:

Somatisasi material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi fisik yang melibatkan otot volunter atau organ sensorik tertentu bukan dibawah kontrol volunter dan tidak disebabkan oleh suatu gangguan fisik

Page 56: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

1. Anestesia histerikal: hilangnya modalitas sensoris yang disebabkan oleh konflik emosional

2. Makropsia: menyatakan bahwa benda-benda tampak lebih besar dari sesungguhnya

3. Mikropsia: menyatakan bahwa benda-benda adalah lebih kecil dari sesungguhnya (baik makropsia dan mikropsia juga dapat berhubungan dengan kondisi organik yang jelas, seperti kejang parsial kompleks

Page 57: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

4. Depersonalisasi: suatu perasaan subjektif merasa tidak nyata, aneh, atau tidak mengenali diri sendiri

5. Derealisasi: suatu perasaan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas

Page 58: Psikopatologi

VI. PERSEPSI

6. Fuga (fugue): mengambil identitas baru pada amnesia identitas yang lama; seringkali termasuk berjalan-jalan atau berkelana kelingkungan yang baru

7. Kepribadian ganda (multiple personality): satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi dua atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali berbeda (disebut gangguan identitas disosiatif dalam diagnostic and statistical manual of mental disorder edisi keempat [DSM-IV])

Page 59: Psikopatologi

DAYA INGATFungsi dimana informasi disimpan di otak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran

Page 60: Psikopatologi

Gangguan Daya IngatAmnesia

Paramnesia

Hipermnesia

Eidetic image

Screen memory

Represi

Letologika

Tingkat Daya IngatImmediate

Recent

Recent Past

Remote

Page 61: Psikopatologi

AMNESIAKETIDAKMAMPUAN SEBAGIAN ATAU KESELURUHAN

UNTUK MENGINGAT PENGALAMAN MASA LALU

ANTEROGRAD Amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu titik waktu

RETROGRAD Amnesia sebelum suatu titik waktu

Page 62: Psikopatologi

PARAMNESIAPEMALSUAN INGATAN OLEH DISTORSI PENGINGATAN

Fausse Reconnaisance Pengenalan yang palsu

Pemalsuan Retrospektif Ingatan secara tidak diharapkan (tidak disadari) menjadi

terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional, kognitif, dan pengalaman pasien sekarang

Konfabulasi Pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari oleh

pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya pasien tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan; paling sering berhubungan dengan patologi organik

Page 63: Psikopatologi

PARAMNESIA

• Déjà vu- Ilusi pengenalan visual di mana situasi yang baru

secara keliru dianggap sebagai suatu pengulangan ingatan sebelumnya

• Deja entendu- Ilusi pengenalan auditoris

• Deja pense- Ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai pikiran

yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan• Jamais vu

- Perasaan palsu tentang ketidakkenalan terhadap situasi nyata yang telah dialami oleh seseorang

Page 64: Psikopatologi

HIPERMNESIA

Peningkatan derajat penyimpangan dan pengingatan

Page 65: Psikopatologi

EIDETIC IMAGE

Ingatan visual tentang kejelasan halusinasi

Page 66: Psikopatologi

SCREEN MEMORY

Ingatan yang daoat ditoleransi secara sadar menutupi ingatan yang menyakitkan

Page 67: Psikopatologi

REPRESI

Suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan secara tidak disadari terhadap gagasan atau impus yang tidak dapat diterima

Page 68: Psikopatologi

LETOLOGIKA

Ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama dan suatu kata benda yang tepat

Page 69: Psikopatologi

TINGKAT DAYA INGAT

Segera (immediate): reproduksi atau pengingatan hal-hal yang dirasakan dalam beberapa detik sampai menit

Baru saja (recent): pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari

Agak lama (recent past): pengingatan peristiwa yang telah lewat selama beberapa bulan

Jauh (remote): pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi

Page 70: Psikopatologi

INTELIGENSIAKemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan, dan menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru

Page 71: Psikopatologi

RETARDASI MENTAL

Kurangnya inteligensia sampai derajat di mana terdapat gangguan pada kinerja sosial dan kejuruan Ringan (I.Q. 50/55 – 70) Sedang (I.Q. 35/40 – 50/55) Berat (I.Q. 20/25 – 35/40) Sangat berat (I.Q. <20/25) Idiot (usia mental <3 tahun) Imbesil (usia mental 3-7 tahun) Moron (usia mental 8 tahun)

Page 72: Psikopatologi

DEMENSIA

Pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan kesadaran Diskalkulia (akalkulia): hilangnya kemampuan untuk

melakukan perhitungan yang tidak disebabkan oleh kecemasan atau ganguan konsentrasi

Disgrafia (agrafia): hilangnya kemampuan untuk menulis dalam gaya yang kursif; hilangnya struktur kata

Aleksia: hilangnya kemampuan membaca yang sebelumnya dimiliki; tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan

Page 73: Psikopatologi

PSEUDODEMENSIA

Gambaaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik; paling sering disebabkan oleh depresi (sindroma demensia dari depresi)

Page 74: Psikopatologi

BERPIKIR KONKRET

Berpikir harafiah; penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti; pikiran satu dimensional

Page 75: Psikopatologi

BERPIKIR ABSTRAK

Kemampuan untuk mengerti nuansa arti; berpikir multidimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan hipotesis dengan tepat

Page 76: Psikopatologi

Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenernya dan arti dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala).

ISTILAH DEFINISITilikan Intelektual Mengerti kenyataan objektif tentang suatu

keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk mengatasi situasi

Tilikan Sesungguhnya

Mengerti kenyataan objektif tentang suatu situasi, disertai dengan daya pendorong (impetus) motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi.

Tilikan yang Terganggu

Menghilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan objektif dari suatu situasi.

Page 77: Psikopatologi

Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk bertindak secara tepat didalam situasi tersebut.

ISTILAH DEFINISIPertimbangan

kritisKemampuan untuk menilai, melihat, dan memilih berbagai pilihan di dalam suatu situasi.

Pertimbangan otomatis

Kinerja refleks didalam suatu tindakan

Pertimbangan yang terganggu

Menghilangnya kemampuan untuk mengerti suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat.